i
KONSEP PENDIDIKAN BERBUSANA MUSLIMAH
DALAM BUKU KUDUNG GAUL, BERJILBAB
TAPI TELANJANG KARYA ABU AL-GHIFARI
DAN
JILBAB FUNKY TAPI SYAR’I
KARYA SOLICHUL HADI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
AGUS SANTOSO
11109093
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
ًةَيَا ْوَلَو ينَِّع اْوُغِلَب
“Sampaikan dariku walaupun hanya satu ayat”
Diriwayatkan oleh Imam Bukhari
PERSEMBAHAN
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah swt yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya, sehingga penulis dapa menyelesaikan skripsi ini. Shalawa dan salam senantiasa dilimpahkan kepada junjungan kia Rasulullah saw beserta seluruh keluarganya dan pengikutnya.
Penulisan skripsi ini dimaksudkan unuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Tarbiyah jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
Terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan moral dan material terhadap penyusunan skripsi ini, khususnya kepada :
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga yang
telah memberikan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan studi.
2. Drs. Bahroni M.Pd yang telah mencurahkan segala tenaga dan pikirannya
dalam membimbing penyusunan skripsi ini.
3. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Salatiga yang telah
mendidik dan memberi bekal pengetahuan kepada penulis.
4. Bapak dan Ibu serta adikku yang telah membantu dan memberikan
dorongan yang sangat berharga.
vii
viii
ABSTRAK
Santoso, Agus. 2015. Konsep Pendidikan Berbusana Muslimah dalam Buku
Kudung Gaul, Berjilbab tapi Telanjang Karya Abu Al-Ghifari dan
Jilbab Funky tapi Syar‟i karya Solichul Hadi. Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Islam Salatiga. Pembimbing : Drs. Bahroni, M.Pd.
Kata Kunci : Konsep Pendidikan, Busana Muslimah, Kudung Gaul
Penelitian ini untuk mengetahui konsep pendidikan yang terkandung dalam busana muslimah yang disyariatkan oleh Islam dengan kriteria yang harus dipatuhi oleh para pemeluknya yang taat. Pertanyaan utama yang ini dijawab melalui penelitian ini adalah (1) Bagaimana konsep pendidikan berbusana
muslimah dalam buku Kudung Gaul, Berjilbab tapi Telanjang karya Abu-
Al-Ghifari, (2) Bagaiman konsep pendidikan berbusana muslimah dalam buku Jilbab
Funky tapi Syar‟i karya Solichul Hadi, dan (3) Bagaimana perbandingan konsep
pendidikan berbusana dalam buku Kudung Gaul, Berjilbab tapi Telanjang karya
Abu- Al-Ghifari dan dalam buku Jilbab Funky tapi Syar‟i karya Solichul Hadi.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan penelitian kepustakaan (library research), karena yang dijadikan objek kajian adalah hasil karya tulis yang merupakan hasil pemikiran.
Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa dari kedua buku tersebut sepakat betapa pentingnya menjaga nilai yang terkandung dalam berbusana muslimah dengan cara berpakaian atau berbusana muslimah sesuai yang disyariatkan Islam. Walau terdapat perbedaan dan persamaan antara kedua penulis namun hakekatnya sama bahwa kedua mengajak semua lapisan masyarakat, khususnya kaum hawa untuk menerapkan ajaran Islam dengan sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya. Apabila pemakaian busana muslimah dilaksanakan secara sungguh-sungguh dengan cara dan niat yang sesuai dengan ajaran Islam, maka berbusana muslimah itu akan mempunyai nilai ibadah dan akan dapat mempengaruhi munculnya kesadaran dan ketakwaan seseorang kepada Allah yang tergambar dalam perilaku sehari-hari.
ix
A. Konsep Pendidikan Berbusana Muslimah dalam Buku Kudung
Gaul, Berjilbab tapi Telanjang karya Abu Al-Ghifari ...
B. Konsep Pendidikan Berbusana Muslimah dalam buku Jilbab
x
Funky tapi Syar‟i karya Shalichul Hadi ...
BAB IV PEMBAHASAN ...
A. Analisis Konsep Pendidikan Berbusana Muslimah dalam Buku
Kudung Gaul, Berjilbab tapi Telanjang karya Abu Al-Ghifari ...
B. Analisis Konsep Pendidikan Berbusana Muslimah dalam buku
Jilbab Funky tapi Syar‟i karya Shalichul Hadi ...
BAB V PENUTUP ... A. Kesimpulan ... B. Saran-saran ... DAFTAR PUSTAKA ... RIWAYAT HIDUP ... LAMPIRAN ...
70
114
114
129
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam sebagai agama terakhir dan diwahyukan kepada Nabi yang terakhir pula, telah dijamin oleh Allah kesempurnaan ajarannya. Kesempurnaan di sini mengacu kepada aturan-aturan yang terkandung di dalamnya, yang telah mengatur kehidupan manusia dari seluruh aspeknya yang berpusat pada Tauhid mutlak. Tauhid adalah payung utama ajaran Islam, akidahnya mutlak bertumpu pada tauhid, yang juga merupakan ajaran agama Allah yang diwahyukan kepada para rasul sebelumnya. Ajaran ibadah juga bertumpu pada tauhid Uluhiyyah yang mengajarkan bahwa hanya Allah-lah tuhan yang wajib dan berhak disembah. Bidang ahklak diajarkan secara pasti, atas dasar-dasar dan nilai Ilahi, tidak berdasarkan atas konsep manusiawi yang relatif, situasional dan
kondisional. Bidang mu‟amalat diajarkan dalam bentuk global yang penerapannya diperlukan pemikiran-pemikiran yang sesuai dengan perkembangan zaman dan perkembangan kehidupan masyarakat yang tentu tetap berpegang pada konsep transendental.
2
berupa ketetapan hukum itu berupa hal yang mubah (fakultatif) yang berarti boleh dikerjakan dan boleh ditinggalkan, maupun ketetapan hukum yang menjadikan dua hal berkaitan dan salah satu menjadi sebab atau syarat atau menjadi penghalang bagi yang lain.
Salah satu ajaran Islam, yang banyak diklaim sebagai bagian dari budaya Islam adalah jilbab. Ayat-ayat yang berbicara mengenai jilbab ini turun untuk merespon kondisi dan konteks budaya masyarakat, yang penekanannya kepada persoalan etika, hukum dan keamanan masyarakat dimana ayat itu diturunkan. Dalam Islam wanita harus menutup tubuhnya dalam pergaulan dengan laki-laki yang secara hukum tidak termasuk muhrimnya dan tidak boleh memamerkan dirinya.
Dalam Islam, penekanan fungsi jilbab adalah untuk menutup aurat, yaitu menutup anggota tubuh tertentu yang dianggap rawan dan dapat menimbulkan fitnah. Selain itu sebagai wujud nyata bentuk penghormatan terhadap wanita.
Kecanggihan dunia modern dengan tehnologi informasinya, ternyata tidak diikuti dengan kemajuan bidang akhlak. Salah satunya adalah cara berbusana muslimah, sebagian banyak wanita larut dalam
modernitas yang dianggap tren terbaru atau ter-update sehingga diikuti
walau bertentangan dengan firman Tuhannya dan sunah rasul. Berbagai model pakaian wanita mulai menjamur di pasaran dari pakaian anak-anak
hingga dewasa. Bahkan kata “gaul” menjadi hal yang diprioritaskan bagi
3
gaul dalam berbusana untuk muslimah. Al-Qur‟an dan hadist sudah
memberikan aturan-aturan dalam tata cara berbusana muslimah.
“Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya” (QS
An-Nur : 31), “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh
tubuh mereka” (QS Al-Ahzab : 59).
Kedua ayat di atas seakan bukan sebuah peraturan yang harus
dipatuhi lagi atau Al-Qur‟an hanya tinggal tulisannya, padahal Islam
adalah agama yang dibawa Rasulullah Muhammad SAW sebagai pedoman hidup umat manusia dan pendidikan bagi manusia dan seluruh alam ini. Rasulullah SAW sebagai utusan untuk menyempurnakan akhlak manusia, karena beliau dalam hidupnya penuh akhlak-akhlak yang mulia dan sifat-sifat yang baik, para sahabat dan keluarga beliau menjadikan Nabi SAW sebagai contoh manusia dalam menjalani kehidupan di dunia dan menyongsong kehidupan di akhirat kelak.
Banyak akhlak yang Nabi Muhammad contohkan, entah dari perkataan beliau atau tingkah lakunya, salah satu contoh adalah dalam cara berpakaian atau berbusana, cara berpakaian yang islami dianggap mengekang umatnya dari kebebasan berekspresi.
4
Kini agama telah dikalahkan oleh budaya, dan hukum telah dikalahkan oleh hal-hal yang bersifat umum. Takut dibilang kampungan, yang berjilbab pun sering menyimpang dari aturan, keluar dari rel yang telah digariskan Tuhan. Kepala bertudung jilbab, tapi tubuh sengaja dibiarkan menjadi pemandangan sedap, Kepala ditutup rapat namun masih pamer aurat.
Berangkat dari problematika tersebut, penulis termotivasi untuk
melakukan penelitian dengan judul KONSEP PENDIDIKAN
BERBUSANA MUSLIMAH DALAM BUKU KUDUNG GAUL,
BERJILBAB TAPI TELANJANG KARYA ABU AL-GHIFARI DAN
BUKU JILBAB FUNKY TAPI SYAR‟I KARYA SOLICHUL HADI.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan judul di atas maka dapat diambil beberapa masalah yang menarik untuk dikaji lebih lanjut, diantaranya
1. Bagaimana konsep pendidikan berbusana muslimah dalam buku
Kudung Gaul, Berjilbab tapi Telanjang karya Abu Al-Ghifari
2. Bagaimana konsep pendidikan berbusana muslimah dalam buku
Jilbab Funky tapi Syar‟i karya Solichul Hadi
3. Bagaimana perbandingan konsep pendidikan berbusana dalam
buku Kudung Gaul, Berjilbab tapi Telanjang karya Abu
Al-Ghifari dan buku Jilbab Funky tapi Syar‟i karya Solichul Hadi
5
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui konsep pendidikan berbusana muslimah dalam
buku Kudung Gaul, Berjilbab tapi Telanjang karya Abu Al-Ghifari
2. Untuk mengetahui konsep pendidikan berbusana muslimah dalam
buku Jilbab Funky tapi Syar‟i karya Solichul Hadi
3. Untuk mengetahui perbandingan konsep pendidikan berbusana
dalam buku Kudung Gaul, Berjilbab tapi Telanjang karya Abu
Al-Ghifari dan buku Jilbab Funky tapi Syar‟i karya Solichul Hadi
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran dalam upaya peningkatan pengetahuan tentang tata cara berbusana muslimah dan konsep yang terkandung dalam berbusana, dan diharapkan setiap individu dapat berpenampilam atau berbusana seperti yang diajarkan Islam.
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang penulis lekukan adalah penelitian kepustakaan (library research), karena yang dijadikan objek kajian adalah hasil karya tulis yang merupakan hasil pemikiran.
2. Sumber Data
Karena jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research), maka data yang diperoleh bersumber dari literatur.
6
Berjilbab tapi Telanjang karya Abu Al-Ghifari dan buku Jilbab
Funky tapi Syar‟i karya Solichul Hadi
Kemudian yang menjadi sumber data sekunder dari buku-buku
diantaranya adalah buku Wanita Berjilbab Vs Wanita Pesolek, Atas
Kerudung Bawah Warung.
3. Teknik Pengumpulan Data
Tehnik pengumpulan data penulis lakukan dalam penelitian ini adalah dengan mencari dan mengumpulkan buku yang menjadi
sumber data primer yaitu buku Kudung Gaul, Berjilbab tapi
Telanjang karya Abu Al-Ghifari dan buku Jilbab Funky tapi Syar‟i
karya Solichul Hadi dan sekunder yaitu buku Wanita Berjilbab Vs
Wanita Pesolek, Atas Kerudung Bawah Warung. setelah data
terkumpul maka dilakukan penelaahan serta sistematis dalam hubungan dengan masalah yang diteliti, sehingga diperoleh data atau informasi untuk bahan penelitian.
4. Teknik Analisis Data
Yaitu penanganan terhadap suatu objek ilmiah tertentu dengan jalan meilah-milah antara pengertian yang satu dengan pengertian yang lain untuk memperoleh kejelasan mengenai halnya.
7
a. Induktif ialah menganalisa data-data berupa pendapat kedua tokoh
yang bersifat khusus untuk kemudian ditarik menjadi kesimpulan umum.
b. Deduktif ialah menganalisa pendapat kedua tokoh yang bersifat
umum untuk ditarik menjadi kesimpulan yang khusus.
c. Komparatif yaitu menganalisa data atau pendapat Abu Al-Ghifari
Solichul Hadi tentang Busana Muslimah dengan cara
membandingkan pendapat kedua tokoh.
F. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kekeliruan penafsiran dan kesalahpahaman, maka penilis kemukakan pengertian dan penugasan judul proposal ini sebagai berikut :
1. Konsep
Konsep yang berarti : (1) rancangan atau buram surat dsb; (2) ide atau pengertian yang diabstrakkan dr peristiwa konkret: satu istilah dapat mengandung dua -- yang berbeda; (3) Ling gambaran mental dari objek, proses, atau apa pun yg ada di luar bahasa, yg digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain. http://www.kamus/besar
/bahasa/indonesia/online.htm : Definisi Konsep).
2. Pendidikan
8
(Mudyahardjo, 2010: 3). Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan, yang berlangsung di sekolah atau di luar sekolah sepanjang hayat, untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa yang akan datang.( Mudyahardjo , 2010 : 11).
Jadi Konsep Pendidikan adalah rancangan tentang segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu.
3. Berbusana
Berbusana berasa dari kata ”busana” diambil dari bahasa
Sansekerta bhusana. Namun dalam bahasa Indonesia terjadi
penggeseran arti busana menjadi “padanan pakaian”. Meskipun
demikian pengertian busana dan pakaian merupakan dua hal yang berbeda. Busana merupakan segala sesuatu yang kita pakai mulai dari ujung rambut sampai ke ujung kaki. Busana ini mencakup busana pokok, pelengkap (milineris dan aksesories) dan tata riasnya. Sedangkan pakaian merupakan bagian dari busana yang tergolong pada busana pokok. Jadi pakaian merupakan busana pokok yang digunakan
untuk menutupi bagian-bagian tubuh (http ://okrek.blogspot.com
/2009/II/pengertian-busana-tata-busana-dari-buku.html).
4. Muslimah
Muslimah (Arab: ةملسم, muslimah) secara harfiah berarti seseorang
9
di langit dan bumi. Kata muslim kini merujuk kepada penganut agama
Islam saja, kemudian pemeluk pria disebut dengan muslimin (نوملسم)
dan pemeluk wanita disebut muslimah (ةملسم) adalah sebutan untuk
wanita Islam. (https: //id.wikipedia.org/wiki/muslim).
Jadi Busana Muslimah adalah pakaian yang pakai mulai dari ujung rambut sampai ke ujung kaki yang dipakai oleh penganut (wanita) agama Islam.
G. Sistematika Penulisan
Guna memperoleh gambaran yang jelas, menyeluruh dan mempermudah dan memahami masalah-masalah yang akan dibahas, maka penulis menyusun sistematika sebagai berikut :
Bab Pertama, berisi tentang Pendahuluan, menguraikan masalah : Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan kajian, kegunaan kajian, Metode kajian, penegasan istilah, dan Sistematika Penulisan sebagai gambaran awal dalam memahami skripsi ini.
Bab Kedua, berisi tentang Biografi Penulis yang mencakup
Biografi Abu Al-Ghifari (Toha Nasrudin) penulis buku Kudung Gaul,
Berjilbab tapi Telanjang dan Solichul Hadi penulis buku Jilbab Funky
tapi Syar‟i.
Bab Ketiga, membahas Diskripsi pemikiran tentang :
1. Konsep pendidikan berbusana muslimah dalam buku Kudung
10
2. Konsep pendidikan berbusana muslimah dalam buku Jilbab
Funky tapi Syar‟i karya Solichul Hadi.
Bab Keempat, Pembahasan yaitu Menguraikan signifikansi pemikiran, relevansi pemikiran, dan implikasinya.
Bab kelima. Penutup, menguraikan kesimpulan dan saran.
BAB II
BIOGRAFI PENULIS
A. Biografi Abu Al-ghifari
1. Dari Lumpur ke Buku
Tak mudah mengenang masa lalu karena „kaindahannya‟ sulit
dilukiskan dengan kata-kata. Sedih, pilu, derita, nestapa, lapar, dahaga, penas menyengat dan dingin menusuk adalah kata-kata yang dianggap
11
kumal dan tidak menyandang status sosial, bukan pula karena kehilangan masa kecil dan masa remaja, Beliau sedih karena jerih payah orang tua banting tulang peras keringat siang dan malam hingga beliau dapat gelar sarjana, tapi pekerjaan yang merupakan hak beliau dan cita-cita orang tua dirampas para koruptor sejati, lintah darat, dan pejabat penghisap darah rakyat. Mereka para vampire itu mengharuskan Beliau membayar 6 juta rupiah jika mau jadi guru SMP atau Rp 8 juta untuk jadi guru SMA (kini SMU). Padahal seperak pun untuk urusan sogok-menyogok tidak akan pernah beliau keluarkan. Haram! Lebih baik kelaparan daripada harus menanggung malu di akhirat kelak. Sedih yang bertindih-tindih, duka yang berlipat-lipat, dan kemarahan yang hebat menjadi catatan sejarah yang takkan pernah terlupakan. Musnah sudah cita-cita itu, padalah beliau adalah anak laki-laki terbesar yang menjadi tumpuan harapan keluarga. Setiap hari Beliau mengumpulkan kesabaran untuk bisa merubah hidup. Beliau yakin Allah SWT menyimpan rencana lain untuk beliau .
Terbayang saat orang tua sakit-sakitan setelah kehilangan anak tercinta, adik beliau yang kedua. Sang adik meninggal setelah menderita sakit yang berkepanjangan akibat radang otak yang mulai kumat semenjak
SD kelas II. yang menjadi „nostalgia indah‟ bagi Beliau bukan masalah kematian itu, tapi ketidakberdayaan beliau dengan semua penderitaan itu.
Saat itu masih duduk di bangku Mu‟alimin (SLTA) kelas II. Betapa
12
betul-betul menguras semuanya dan menyisakan banyak utang. Akhirnya sang adik harus pulang keharibaan-Nya tepat di samping beliau setelah dua tahun didera derita.
Melihat kondisi beliau saat ini dengan masa lalu, sungguh sangatlah kontras. Seolah semuanya mimpi. Masa lalu itu seperti baru saja beranjak. Sehingga Beliau pun masih teringat saat matahari masih di ketiak malam ketika Beliau harus bergegas masuk dapur. Pekerjaan rutin sudah menunggu. Ubi harus segera dikupas, wortel dan kol harus segera dipotong kecil-kecil. Siang sedikit, atau telat menggoreng, bala-bala, perkedel, pisang goring (makanan ringan khas Sunda), dan berbagai jenis gorengan itu tidak akan terjual.
Saat itu hari Minggu, hari libur, anak-anak seusia Beliau pergi
jalan-jalan. beliau juga “jalan-jalan” sambil keliling membawa dagangan,
masuk ke gang-gang kecil. Tepat jam setengah sembilan, harus segera pulang, pekerjaan di sawah dan ladang sudah menunggu. Ayah sudah siap di sana. Sehabis shalat Dhuhur, kerupuk mie harus segera digoreng untuk
bekal “jalan-jalan sore”. Sehabis Maghrib, dagangan yang belum habis, harus segera dipasarkan, hujan dan dinginnya malam bukan alasan. Dagangan tumpah karena terpeleset saat hujan bukan hal aneh lagi, maklum jalan kampung.
13
kesempatan sawah dan ladang menjadi „rumah‟ kedua. Lumpur dan debu
menjadi teman sejati. Baju kumal dan topi compang-camping menjadi
biasa. Bergaul dengan pupuk kandang yang „harum‟ itu menjadi menu
sehari-hari. Semuanya berlangsung dari SD hingga kuliah. Di tengah terik matahari, saat mencangkul tanah, Beliau berpikir keras, ingin rasanya keluar dari kondisi seperti ini. Jika kini Beliau jadi penulis, tidak banyak yang tahu bahwa dulu Beliau adalah sosok kumal dan berlumpur. Bolehlah Anda sebut Beliau sebagai penulis yang lahir dari lumpur.
2. Menulisdengan Darah dan Air Mata
Beliau hanya bisa istirahat saat di sekolah saja. Di sanalah beliau belajar menulis, bukan dengan pena tapi dengan hati. Bukan pula dengan tinta, tapi dengan air mata dan peluh. Saat itu, jangankan menikmati permainan layaknya anak seusia Beliau , hanya sekedar jalan-jalan pun nyaris tidak ada waktu. Untuk mengerjakan PR, kadang harus dikerjakan di dapur atau saat larut malam. Saat SLTP (Tsanawiyyah), tidak boleh jajan di sekolah, atau silakan jajan, tapi pulangnya harus berjalan kaki 5 km. Ongkos pas, tidak ada uang jajan.
14
kepalan tangan Beliau menjadi bulat. Tidak ada keluh kesah di hati mereka. Prinsipnya, maju dan terus berjuang atau diam dan dilindas zaman. Segala aktivitas harus diniatkan ibadah. Jangan mengeluh karena mengeluh menghilangkan kekuatan. Hilangkan rasa gengsi karena gengsi adalah beban. Itulah sekelumit nasihat ayahanda.
Dari Tsanawiyyah, Beliau melanjutkan ke Mu‟almin (SMU) di
Pesantren Persatuan Islam No. 1 Bandung berdua bersama adik Beliau , Rukman Nasrudin, yang sering menggunakan nama pena Lukman Haqani (kini direktur penerbit CV. Pustaka Ulumuddin). Beliau terpaksa meninggalkan kampung halaman dan tinggal di serambi masjid (Ar-Risalah, Jl. Astana Anyar, Bandung). Pulang seminggu sekali. Bekal dalam seminggu itu hanya Rp 5.000,- itu pun termasuk ongkos pulang-pergi. Waktu itu ongkos PP hanya Rp 1.500 dan makan sekali Rp 1.500 × 6 hari. Bekal itu jauh dari cukup. Namun di tahun kedua mulai sedikit demi sedikit dapat penghasilan dari menulis
15
berikutnya. Tulisan berikutnya di HU. Bandung Pos, Gala, Tabloid
Salam, Majalah Iber, Bina Da‟wah, Media Pembinaan, dan lain-lain. Kebanyakan artikel yang ditulis adalah seputar keagamaan.
Diterbitkan di media adalah kebanggaan tersendiri, namun Beliau tidak ingin aktivitas menulis itu tergantung media massa. Beliau menulis karena kewajiban bukan karena tuntutan media. Jika tulisan diterbitkan, ya syukur, jika tidak tak apa-apa, toh tidak ada ruginya, bahkan sangat menguntungkan, ketajaman tulisan lebih terlatih. Setiap tulisan yang tidak diterbitkan di media A dikirim ke media B atau media C, juga sebaliknya.
Salah satu kenangan yang tak terlupakan saat harus bolak-balik perpustakaan Jawa Barat Jl. Cikapundung Timur-Bandung. Jarak dari asrama ke sana sekitar 1,5 km. Beliau terbiasa jalan kaki ke sana. Di sanalah Beliau yang merasa tidak percaya ada buku sebanyak itu. Saat Tsanawiyah (SLTP) tidak pernah ke perpustakaan karena tidak ada, maklum di kampung. Perpustakaan itu yang ikut membentuk Beliau . Buku-buku berkualitas yang tidak mungkin Beliau beli karena keterbatasan dana, bisa Beliau baca sepuasnya. Di sana pula Beliau sering membuat catatan untuk artikel-artikel Beliau .
16
satu ke rumah yang lain. Saat terik matahari harus rela dengan panasnya, ketika hujan harus rela basah kuyup. Kadang saat matahari hampir tenggelam, belum ada satu barang pun yang terjual.
Pendidikan keras masa kecil yang memberikan banyak inspirasi
akan arti hidup sesungguhnya. Karena itu, menulis itu bakat, Beliau tidak percaya. Menulis adalah turunan, juga tidak percaya. Beliau lahir dari keluarga sangat sederhana. Ayah petani dan ibu pedagang kecil. Tapi merekalah sosok sederhana, guru sejati yang membentuk kepalan tangan Beliau menjadi bulat. Tidak ada keluh kesah di hati mereka. Prinsipnya, maju dan terus berjuang atau diam dan dilindas zaman. Segala aktivitas harus diniatkan ibadah. Jangan mengeluh karena mengeluh menghilangkan kekuatan. Hilangkan rasa gengsi karena gengsi adalah beban. Itulah sekelumit nasihat ayahanda. padahal uang saku makin menipis dan hanya cukup untuk ongkos pulang. Sementara barang harus dibeli dari Jakarta, pulang larut malam bahkan dini hari sudah terbiasa lagi kala itu. Namun bisnis itu hanya bertahan satu tahun karena terlalu sering ditipu. Akhirnya kembali menulis lagi.
Saat itulah bergabung dengan Kelompok Pengkajian Ash-Shiddiq
Intellectual Forum. Semester IV Berhasil menyusun buku AIDS, Kado
Bursa Seks antara Fakta dan Isyarat. Mambuka bimbingan jurnalistik via pos bersama Ash-Shiddiq Intellectual Forum. Mendirikan Forum Remaja 21. Buku-buku yang berhasil ditulis selama memimpin organisasi ini
17
Menulis di Surat Kabar dan Majalah, Koleksi Contoh Surat, Kiat
Surat-Menyurat yang Baik, Gelombang Free Seks di Era Modern, 88 Soal
Jawab Jurnalistik, Pemberontak yang Gagal (ontologi puisi bersama
penyair Indonesia), Nota Sukses (Buku Pengantar Sukses), Problematika
Penulis Pemula Kendala dan Pemecahannya, dan membukukan berbagai tema kliping yang disusun dari berbagai surat kabar dan majalah nasional.
Aktivitas lainnya, pernah menerbitkan bulletin Jurnalistik “OPINI”,
Penanggung Jawab dan Pemimpin Redaksi majalah remaja “Forum
Remaja 21” dan “MOTIVASI”, dan Pimpinan Umum/Pimpinan Redaksi
Majalah Islam “Hayatul Islam”. Majalah Hayatul Islam dicetak dengan
oplag 5000 eksemplar, pemasaran ke seluruh cabang Persatuan Islam seluruh Indonesia. Beliau ngnya hanya terbit 12 edisi karena tidak ada komitmen pembayaran di cabang-cabang yang dikirim. Selain itu staf redaksi disibukkan dengan aktivitas lain.
Mengadakan pengamatan dan penelitian secara khusus, di antaranya
Tipe Kepribadian Remaja (personality plus, 1994), AIDS (1995),
Berbagai Bentuk Kenakalan Remaja (1996), Penyimpangan Seksual
Remaja (1997), Pendidikan Keluarga Ideal (1998), Kepribadian Wanita Islam Dan Kudung Gaul (1999-2000), dan lain-lain. Sebagian hasil pengamatan tersebut ditulis dalam bentuk buku.
18
anggotanya mencapai 4 ribu orang lebih. Layanan yang disediakan adalah bimbingan kepribadian (psikologi remaja) via surat dan telefon, bimbingan korespondensi dan jurnalistik, layanan informasi pendidikan, dan lain-lain. Sejak tahun 2000 Beliau sudah tidak lagi di organisasi itu.
Ash-Shiddiq Intellectual Forum adalah kelompok pengkajian isu-isu keislaman dan masalah kontemporer. Perkembangan berikutnya memiliki berbagai divisi yang di antaranya divisi jurnalistik yang Beliau pimpin. Pernah mengadakan bimbingan jurnalistik intensif via pos dalam jangka pendidikan antara enam bulan hingga satu tahun. Dari tahun 1997-1999 pesertanya yang pernah ikut bimbingan ini kurang lebih 3000 peserta lebih dari seluruh pelosok tanah air. Sering mengadakan lomba Jurnalistik yang ditujukan untuk masyarakat umum. Tahun 2000 bimbingan ini ditutup karena Beliau ditunjuk untuk menangani manajemen penerbit Persis Press yang baru didirikan.
Di penerbit ini Beliau hanya bertahan satu tahun karena tidak ada niat baik dari pemiliknya untuk meneruskan penerbitan ini. Selama satu tahun itu tidak ada kucuran modal berarti (sesuai yang dijanjikan), tidak ada kesejahteraan (sebagaimana komitmen awal), dan tidak diberi fasilitas apa pun termasuk komputer dan kantor. Bayangkan, Beliau harus mengurus penerbit itu di rumah dan komputer Beliau sendiri.
19
untuk keluar. Anehnya, justru kemudian muncul fitnah yang tidak mengenakkan. Bukannya ucapan terima kasih yang Beliau dapatkan apalagi kesejahteraan, justru fitnah yang tidak pantas. Ibarat, air susu dibalas air tuba. Setelah diselesaikan dilembaga hukum, akhirnya diketahui siapa yang keliru. Cerita ini sengaja Beliau ungkapkan sebagai pelajaran bagi Beliau agar jangan sekali-kali berbuat sewenang-wenang kepada siapa pun, jangan memakai tenaga orang tanpa konvensasi apa pun. Berikanlah sesuatu walau sekedar ucapan terima kasih. Ini sebagai pelajaran hidup dan cukup Beliau saja yang mengalami pelajaran pahit itu.
20
Di kampung kecil tempat beliau lahir itu kini berdiri bangunan cukup megah tempat tinggal Beliau sekaligus kantor utama Mujahid Press lengkap dengan gudang dan tempat (sebagian) proses cetak serta sarana olah raga. Gedung itu dibangun kurang lebih satu tahun setelah CV. Mujahid Press berdiri. Bagunan senilai Rp 2M itu sengaja dibangun di kampung bukan di kota sebagaimana layaknya penerbit lain, hanya ingin orang tua dan seluruh keluarga besar beliau bahagia sekaligus memberikan lapangan pekerjaan buat mereka. Cukup masa lalu itu sebuah elegi yang tidak boleh terulang kembali.
Beliau sendiri lahir tanggal 9 Juni 1972 di kampung kecil, Tambakan, Desa Bojongkunci, Kecamatan Pameungpeuk, Kabupaten Bandung, dari pasangan ibunda Oni Aisyah Nurhayati dan ayahanda Endin Nasrudin. Beliau anak ketiga dari sembilan bersaudara. Menikah Maret tahun 1999
dengan seorang „bidadari‟ bernama Ayie Nurlaelasari Anwar Putri. Kini
dikarunia dua anak putra dan putri bernama Ananda Fauzan Al-Ghifari dan Hilwa Amelia Rosalba. Nama akhir anak pertama Beliau jadi nama pena Beliau (Abu Al-Ghifari).
21
mendatang), Beliau menargetkan minimal 100 judul sudah harus Beliau tulis menjelang usia 40 tahun.
Selain dari royalty 32 buku Beliau berkisar antara 15 – 20
juta/perbulan, juga dari gaji sebagai direktur, laba dua perusahaan penerbitan, sebagai penulis media tertentu, penceramah dan panelis di berbagai seminar. Passif income itu memang besar dan Anda pun bisa mendapat lebih dari itu asal serius menerapkan.
Kurang dari tiga tahun dari sejak resmi berdiri Januari 2002, perkembangan CV. Mujahid Press cukup signifikan. Omzet yang dihasilkan di atas dalam tiga tahun ini lebih dari lima milyar rupiah. Kini buku yang telah diterbitkan sebanyak 108 judul. Beliau sendiri tidak lagi sibuk seperti dulu karena semua administrasi perusahaan sudah ada karyawan yang menangani. Begitu pula dengan penerbit baru yang Beliau dirikan, Media Qalbu, tidak menyita waktu Beliau . Untuk dua penerbit itu Beliau hanya meluangkan waktu dua jam saja perhari, itu juga hanya seleksi naskah dan sedikit urusan keuangan. Sisanya menulis buku dan mengisi seminar sambil mempersiapkan perusahaan baru.
22
tempo sebulan. Mujahid Press berdiri dengan pinjaman modal satu juta rupiah hasil jual emas istri Beliau . Emas itu adalah mas kawin yang Beliau pinjam dulu.
3. Menjadi Penulis Bukan Cita-cita.
Menjadi penulis bagi beliau bukan sebuah rencana apalagi cita-cita. Cita-cita beliau justru jadi guru yang akhirnya tidak kesampaian dengan alasan yang telah Beliau kemukakan di muka. Jiwa jurnalistik yang tertanam dalam diri Beliau merupakan anugerah Allah SWT, tidak lebih. Tidak ada latar belakang keluarga penulis, Allah SWT telah menuntun beliau menjadi penulis tanpa beliau sadari.
Ketidakmampuan ekonomi keluarga menjadi jalan untuk menulis. Dari SD hingga Tsanawiyah (SLTP) nyaris tidak pernah membeli buku-buku panduan. Buku-buku yang tebal itu Beliau tulis dan sebagian dirangkum. Saat Tsanawiyyah itulah Beliau sering menulis artikel. Sekalipun sebagian besar tidak pernah tuntas dan belum pernah dikirim ke media, namun ada kepuasan tersendiri.
23
ditulis Kitab Shaum, Shaum dan Masalahnya. Menyusul kemudian buku
Masail yang berisi rangkuman masalah-masalah agama dan Kitab Zakat. Ketiga buku itu diselesaikan saat kelas tiga Tsanawiyyah, diketik sendiri dan dibundel sendiri. Ketiganya tidak pernah dipublikasikan, tapi buku yang cukup tebal itu hingga kini masih tersimpan rapi.
Selain belajar ilmu keislaman, Tsanawiyyah II Beliau mulai menekuni psikologi (secara otodidak). Kebetulan salah satu guru kami kuliah di IKIP (kini UPI) Bandung jurusan Psikologi. Guru tersebut yang banyak memberikan pinjaman buku-buku pada beliau. Buku-buku tebal karya
psikolog ternama hingga buku Psikologi Komunikasi Jalaludin Rahmat,
pernah beliau pelajari. Karena itu tidak heran jika buku-buku yang kini beliau tulis, ada nuansa psikologinya terutama menyangkut dunia remaja.
24
Beliau mulai belajar jurnalistik dalam arti membaca berbagai buku jurnalistik pada pertengahan kuliah, justru setelah tulisan Beliau ada di berbagai media. Teori-teori dari buku yang dibaca, umumnya sudah Beliau praktekkan. Hal ini menunjukkan, teori hanya pelengkap, sementara latihan adalah kekuatan mutlak untuk menjadi penulis. Mengerti teori menulis, tapi tidak pernah praktek atau berlatih sama halnya dengan orang yang ingin pandai berenang tapi tidak pernah menyentuh air (praktek), tentu tidak mungkin bisa, sehebat apa pun teori yang dikuasainya. Hal ini bukan berarti teori tidak penting, justru sebaliknya, teori penunjang yang cukup vital.
Percaya atau tidak, banyak dari mereka yang sudah menyelesaikan kuliah S1 jurusan jurnalistik, tapi tidak pernah bisa menulis. Teori bagi mereka bukan masalah, namun persoalannya dalam praktek. Mereka malas menulis. Akibatnya, banyak di antara mereka yang konsultasi pada lembaga bimbingan Ash-Shiddiq Intellectual Forum yang pernah Beliau pimpin.
25
Karena itu jika Beliau ditanya, apa resep agar menjadi penulis produktif? Jawabnya ada tiga, yaitu pertama praktek, kedua praktek, dan ketiga praktek.
Dunia tulis-manulis bukan hobi atau profesi yang mudah (sekalipun tidak begitu rumit). Seseorang yang ingin jadi penulis harus tahan banting dan bermental baja. Mengapa demikian, karena kandala baik dari dalam maupun dari luar diri kita begitu deras. Banyak penulis pemula yang baru saja menginjak dunia tulis-menulis lantas mundur hanya karena artikelnya tidak dimuat. Ada juga yang sudah cukup lama bertahan, lantas mundur teratur karena frustasi mengingat hasil yang didapat dari sudut materi tidak memuaskan.
Artikel tidak diterbitkan atau dikembalikan pihak media dialami seluruh penulis termasuk Beliau . Bahkan mungkin artikel yang diterbitkan jauh lebih sedikit dari yang pernah ditulis. Pernah juga Beliau alami, mengirim 10 artikel ke berbagai.
26
2006 mendatang), Beliau menargetkan minimal 100 judul sudah harus beliau tulis menjelang usia 40 tahun. Insya Allah.
Sering juga Beliau alami, puluhan artikel yang dimuat ternyata tidak diberi honor, ketika dikonfirmasi ke media bersangkutan, mereka memberi janji-janji yang tidak jelas. Padahal menulis artikel itu perlu kertas dan mengirimkannya pun perlu biaya. Itulah di antara rasa duka di dunia tulis-menulis.
Untuk melengkapi isi artikel, kadang harus menghadiri seminar tertentu. Pernah tersesat di Jakarta karena salah naik jurusan, akhirnya harus rela tidur di terminal Kampung Rambutan bersama para gembel dan preman. Sehabis seminar, orang-orang kembali ke hotel masing-masing untuk mempersiapkan seminar esok harinya, karena keterbatasan dana, Beliau tidur di teras masjid/mushala di kawasan Senayan Jakarta, tidur bersama nyamuk Jakarta yang ganas.
Beliau yakin janji atas Allah SWT bahwa setelah kesusahan ada kemudahan (QS. Al-Insyirah: 5-6). Tidak mungkin semua jalan lurus, pasti ada kelokan. Tidak mungkin semua jalan menanjak kecuali di depannya ada jalan menurun. Bisa jadi kepedihan di atas adalah ujian agar kita lebih giat belajar. Karena itu, seorang penulis (siapa pun dia) harus sering introspeksi diri.
27
menerbitkan. Tapi Beliau bersyukur, artikel-artikel yang dulu yang tidak pernah dimuat, justru kini bisa menjadi buku atau setidaknya memberikan konstribusi bagi buku-buku tertentu.
Alhamdulillah buku dari kumpulan artikel itu justru laris di pasaran. Karena itu jangan pernah membuang artikel sekalipun baru setengahnya ditulis, arsipkan semuanya.
Buku-buku yang Beliau tulis di antaranya Kudung Gaul, Berjilbab
tapi Telanjang, Bila Jodoh tak Kunjung Datang, dan Pacaran yang Islami, Adakah? Adalah di antara sekian banyak buku yang pernah ditolak, namun ketika diterbitkan sendiri justru meledak di pasar, buku-buku itu menjadi
best seller. Buku Kudung Gaul, Berjilbab tapi Telanjang bahkan telah
menyentuh angka penjualan 100.000 eksemplar dan telah dicetak sebanyak 18 kali cetakan. Berapa kerugian Beliau jika buku itu tidak diterbitkan? Selain ide-ide dan dakwah Beliau tidak diketahui dan tidak sampai kepada banyak orang, juga rugi dari segi materi. Padahal untuk buku Kudung Gaul, Berjilbab tapi Telanjang saja, penulis telah mendapat royalty lebih dari Rp 100 juta.
28
untuk saat ini. Dua tahun lamanya Beliau selalu menolak beberapa media yang ingin memuat biografi Beliau . Namun pada akhirnya Beliau buka rahasia itu. Setelah biografi Beliau terbit di berbagai media, di antaranya di majalah UMMI, Hidayatullah, Alia, dan Bandung Pos, akhirnya agen-agen itu tahu bahwa pemimpin Mujahid Press dan Media Qalbu adalah seorang penulis buku yang bernama Toha Nasrudin alias Abu Al-Ghifari yang selama ini selalu mereka tanyakan. Lebih lucu lagi, orang tua sendiri tidak mengetahui siapa Abu Al-Ghifari walaupun sering membaca
bukunya. Setelah terbit buku Beliau berjudul Menggapai Surga dengan
Tulisan, Kiat Menjadi Penulis Sukses yang di dalamnya memuat biografi beliau, baru orang tua beliau mengetahui bahwa di antara buku yang selama ini beliau baca adalah karya anaknya sendiri.
B. Biografi Sholihul Hadi
Lahir di kota kecil Pati, Jawa Tengah, tepatnya tanggal 23 Maret 1978. Sewaktu kecil hingga remaja beliau tumbuh dan dibesarkan di lingkungan pesantren juga di waliyah Pati, Jawa Tengah. Dan di situlah ia mulai menemukan dan mengenal dari ayah-ibundanya, teman-teman dan para guru-gurunya.
Ia menghabiskan masa remajanya untuk studi di Islamic Busines
School, Sekolah Tinggi Ilmu Syari‟ah (STIS) Yogyakarta. Masa
29
Ekonomi Islam di Yogyakarta (kini Sekolah Tinggi Ekonomi Islam (STEI)
Hamfara). Selain itu, ia juga sempat menjadi pengasuh dalam acara “satu
jam mecari cinta” di radio Vedac FM Yogyakarta bersama dengan Sholeh
UG. Ia juga aktif menjadi salah satu pengurus dan pengelola Pesantren
Mahasiswa Ekonomi Islam “Al-Musaahamah” di Yogyakarta. Reverensi
dari buku Atas Kerudung Bawah Warung
Beliau juga pernah dua kali menjadi juara Lomba Karya Tulis Ilmiah Tingkat Nasional dalam Bidang Ekonomi Islam (2001 dan 2013).
Beberapa tulisan yang pernah diterbitkan antara lain:
a. Pegadaian Syariah: Suatu Alternatif Sistem Pegadaian Nasional
(Salemba Empat, 2002),
b. Buktikan Cintamu, Nikahin Gue Donk! (Arina Publishing,
2004),
c. Puaskan Nafsumu dengan Auratku (Arina Publishing, 2005),
d. Cinta Tak Sekedar Kata (Amor Book, 2005),
e. Tuhan pun Ikut Bingung (Aura Publishing, 2005),
f. Nikah Muda Sakit Jiwa (Diva Press, 2005)
g. Come Back from Future: Kembali dari Masa Depan (Diva
30 BAB III
DESKRIPSI PEMIKIRAN
A. Konsep Pendidikan Berbusana Muslimah dalam Buku Kudung Gaul, Berjilbab tapi Telanjang karya Abu Al-Ghifari.
1. Pakaian Gaul.
a. Keadaan Zaman Modern.
Abu Al-Ghifari mengawali pemaparannya dengan menggambarkan sebuah fenomena masa kini tentang wanita yang berkerudung dengan
sedikit aksesoris, melilit hingga lehernya seolah memberikan citra
tersendiri sebagai remaja muda masa kini. Bibirnya yang merah muda sesekali tersungging menghadapi godaan remaja pria iseng. Bajunya yang super ketat memperlihatkan lekuk-lekuk dada dengan garis-garis BH-nya yang terlihat jelas. Pinggangnya yang nampak langsing, ikut
dibentuk oleh bajunya yang super ketat. Sesekali pusarnya “terpaksa”
ditampakkan mengingat bajunya terlalu pendek.
31
Wanita tersebut tidak sendirian, di pojok pertokoan berkerumun segerombol remaja lain dengan pakaian yang hampir sama. Namun bedanya mereka mengenakan kaos dan celana jeans ketat dengan sandal hak tinggi. Kerudung yang dikenakan persis gaya para artis yang hanya sekedar nempel dengan dada yang dibiarkan terbuka.
Di pertokoan juga terlihat seorang remaja dewasa berkacamata redup dengan kerudung dililitkan ke leher yang baru saja turun dari taksi. Bedanya, bedanya tidak memakai celana jeans atau kaos ketat, tapi memakai rok panjang. Sayangnya, nyaris seluruh badanya terbentuk oleh bajunya yang super ketat. Sementara itu kedua tangannya memakai bahan kain transparan dengan sedikti aksesoris dan roknya yang bagian bawahnya sengaja dibelah mungkin agar betisnya yang putih mulus dapat dilihat orang banyak.
Lain lagi gaya berjilbab anak-anak SMU, kerudung umumnya dililitkan ke leher dengan mode tersendiri. Sekalipun pakaian sedikit sopan karena aturan sekolah tidak membolehkan baju ketat, namun rok bagian bawah digunting hingga ke bagian lulut, saat bajalan sebagian auratnya terlihat. Pergaulan pun hampir tidak berbeda dengan remaja non jilbaber, mereka terbiasa berjalan berdua dengan lawan jenis, boncengan motor, atau bergerombol dengan dengan lawan jenisnya tanpa ada jarak sebagaimana tuntunan islam.
32
ikut “menimati” gaya berjilbab seperti ini. Begitu juga sebagian ibu-ibu atau tante-tante tak ketinggalan ikut larut mengikuti mode seperti ini sekalipun persentasenya masih sedikit.
Itulah fenomena yang digambarkan oleh Abu Al-Ghifari tentang remaja islam modern dengan jilbabnya yang khas. Jilbab seperti ini
mereka sebut dengan “kudung gaul, jilbab gaul, atau jilbab gaya
selebritis”. Tidak diketahui siapa yang pertama kali memulai, yang
jelas mode, mode jilbab seperti ini muncul di awal tahun 2000 atau menjelang milenium ketiga di saat media cetak dan elektronik sedang berjaya di Indonesia teIbrahimia di era reformasi. Era ini memberikan kebebasan mengekpresikan segala ide yang cenderung kebablasan.
Abu Al-Ghifari juga menjelaskan bahwa wanita adalah makhluk yang menarik, apalagi berpakaian ketat kaum pria tentu akan sangat tertarik. Jangankan seketat itu, bahkan yang biasa-biasa saja kadang menimbulkan fitnah di mata laki-laki. Beliau (Abu Al-Ghifari)
mengutip surat Ali „Imran ayat 14 bahwa wanita adalah yang pertama
disebut di dalam Al-Qur‟an di antara yang membuat laki-laki
terpesona.
ِةَّضِفْلاَو ِبَىَّذلا َنِم ِةَرَطنَقُمْلا ِيرِطاَنَقْلاَو َينِنَبْلاَو ِءاَسينلا َنِم ِتاَوَهَّشلا ُّبُح ِساَّنلِل َنييُز
ُعاَتَم َكِلَذ ِثْرَْلْاَو ِماَعْ نَلأْاَو ِةَمَّوَسُمْلا ِلْيَْلْاَو
ِباَئَمْلا ُنْسُح ُهَدنِع ُللهاَو اَيْ نُّدلا ِةاَيَْلْا
33
sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah
tempat kembali yang baik (surga).”
Kudung gaul adalah bentuk ekspresi kawula muda yang menuntut kebebasan berpakaian. Sebagai seorang muslimah, mereka tidak mau menanggalkan jilbabnya, tapi juga tidak mau ketinggalan zaman alias tidak mau disebut kampungan, kuno atau terbelakang. Sementara mode pakaian modern umumnya didominasi gaya barat yang notabene Amerika dan Eropa dimana fashion diidentikan dengan gaya hidup. Tak heran jika di dalam mengerjakan hal apapun di sana selalu ada
“rambu-rambu” yang namaya fashion atau mode. Mereka yang tidak mengikuti mode pakaian tertentu untuk kegiatan tertentu pula, iidentikan dengan manusia terbelakang.
Sementara itu Amerika dan Eropa dikenal dengan gaya berpakaian buka-bukaan sebagai cermin kebebasan itu sendiri atau mereka menganggapnya sebagai hak asasi manusia (HAM). Namun itulah kultur Barat yang jika diterapkan di Indonesia yang memiliki kultur berbeda dengan mereka jelas sangan kontras terlebih lagi bagi kaum muslimin yang menjujung tinggi moral atau sopan santun berpakaian mode mereka sangan bertolak belakang.
b. Pelanggaran Syari’at Islam.
34
َكِلَذ َّنِهِبيِبَلاَج نِم َّنِهْيَلَع َينِنْدُي َينِنِمْؤُمْلا ِءآَسِنَو َكِتاَنَ بَو َك ِجاَوْزَلأ لُق ُِّبَِّنلا اَهُّ يَأآَي
اًميِحَّر اًروُفَغ ُللها َناَكَو َنْيَذْؤُ ي َلاَف َنْفَرْعُ ي نَأ َنَْدَأ
“Hai Nabi! Katakanlah pada istri-istrimu, anak-anakmu, perempuan, dan istri-istri orang mukmin, hendaklah mereka mengulurkan jibabnya keseluruh tubuh mereka. Yang demikian itu agar mereka lebih mudah dikenal, karena itu mereka tidak diganggu.
Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS Al-Ahzab
33:59).
Dari ayat di atas, nampak bagaimana seorang yang berkerudung menjadi pusat perhatian dan sasaran mata keranjang. Tentu hal ini akibat adanya pelanggaran yang dilakukan wanita tersebut dalam berpakaian. Karena jilbab yang sesungguhnya justru menjaga wanita dari godaan laki-laki sebagaimana yang dituntut oleh ayat tersebut.
Dalam penafsiran yang lebih khusus, jilbab berfungsi menjaga nafsu birahi laki-laki yang biasanya bangkit dengan malihat aurat wanita. Tak heran jika jilbab yang sebenarnya menutupi seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan. Mengapa demikian karena seluruh tubuh wanita adalah aurat atau bisa membangkitkan nafsu birahi laki-laki.
Munculnya kudung gaul sacara syar‟i bisa dikategorikan jilbab
yang sesungguhnya bukan jilbab palsu karena tidak memenuhi jilbab yang dituntut oleh islam. Bahka mereka terjerumus ke dalam modern
pakaian seperti ini membuat fakhisyah, sesuatu kejahatan yang bukan
35
“Maka mereka ditimpa oleh akibat buruk dari apa yang mereka
usahakan. Dan orang-orang yang zalim di antara mereka akan ditimpa
akibat buruk dari usahanya dan mereka tidak dapat melepaskan diri.”
(QS. Az-Zumar 39)
“Wanita yang berpakaian tapi telanjang, yang selalu maksiat dan
menarik orang lain untuk berbuat maksiat. Rambutnya sebesar punuk unta. Mereka tidak akan masuk surga, bahkan mencium wanginya, padahal wangi surga itu tercium sejauh perjalanan yang amat
panjang.” (HR. Musllim).
c. Penyebab Pelanggaran syariat.
Tidak bisa dipungkiri setiap akibat pasti ada penyebabnya. Di antaranya Islam tidak menyuruh para Muslimah untuk berpakaian
muslim kecuali pasti ada manfaatnya, dan ada mudharatnya bagi yang
mengabaikan perintahnya (Al-Qur‟an dan Al-Hadits). Sekarang bisa
menyaksikan berita di beberapa media yang terjadi kejahatan yang berhubungan dengan wanita karena wanita menjadi salah satu sumber fitnah terbesar hingga terjadinya beberapa kejahatan.
Islam mengidentikan jilbab wanita sebagai pelindung dari berbagai bahaya yang muncul dari pihak laki-laki (QS Al-Ahzab :59). Sebaliknya, Barat yang notabene Yahudi dan Nasrani mengidentikan pakaian sebagai mode atau trend yang justru harus merangsang pihak laki-laki sehingga mereka bisa menikmati keindahan tubuhnya lewat mode pakaian yang dikenakannya. Wanita barat berprinsip :
36
pakaian barat terhadap generasi muda islam. Namun yang menjadi tanda tanya besar, mengapa hal ini bisa terjadi? Hal ini bisa disebabkan beberapa faktor di bawah ini.
1. Maraknya tayangan televisi atau bacaan yang terlalu
berkiblat ke mode Barat.
Faktor ini adalah yang paling dominan yang disebutkan
oleh Abu Al-Ghifari. “Semenjak menjamurnya televisi dengan
persaingan merebut pemirsa dan dibukanya kran kebebasan pers sehingga menjamurnya berbagai tabloid yang mengumbar mode buka-bukaan alat Barat menyebabkan munculnya peniruan di kalangan generasi muda islam. Akibat lebih jauh, munculnya gaya berjilbab yang sesungguhnya telanjang yaitu kudung gaul. Hal ini lebih diperparah lagi dengan menjamurnya rental-rental VCD yang semakin membawa
generasi muda memasuki dunia mode ala Barat.”
2. Minimnya pengetahuan anak terhadap konsep Islam
sebagai akibat dikuranginya jam pendidikan agama di sekolah-sekolah umum.
Faktor ini merupakan realitas yang menyakitkan. Betapa di
negara mayoritas Islam yang seharusnya syari‟at Islam
37
berpakaian. Tujuan dikurangi jam palajaran agama agar anak lebih menguasai bidan Iptek untuk mengejar ketertinggalan dengan dunia Barat. Namun pada kenyataannya justru lebih hancur karena mental anak didiknya akan kosong dari Konsep agama. Di sisi lain, pendidikan agama di madrasah-madrasah sepulang sekolah formal saat ini tidak efektif karena perhatian anak lebih terfokus pada tanyangan televisi.
3. Kegagalan fungsi keluarga.
Para orang tua telah gagal memberikan pendidikan agama yang benar. Parahnya orang tua sendiri cenderung terbawa arus modern, terbukti kudung gaul ini kini telah merambah juga pada orang tua dengan dalih yang sama dengan para remaja .
4. Peran para perancang yang tidak memahami dengan prinsip
pakaian Islam. Sebagai mana kita maklumi, gairah generasi muda Islam dalam menekuni Islam setelah ruh-ruhnya orde baru cukup signifikan. Untuk merespon kecenderungan ini, banyak perancang yang tidak mengerti aturan pakaian Islam, mencoba merancang pakaian Islam dengan polesan mode yang lagi trend. Kamudian diadakan fashion show melalui televisi, tabloid-tabloid dan berbagai surat kabar.
5. Munculnya para muallaf dikalangan artis atau artis baru
38
Artis bagaikan magnet bagi penggemarnya, bahkan apapun yang lakukan artis, entah dari cara berbicara berpakaian dan lain sebagainya seakan harus diikuti. Ini juga menjadi salah satu faktor penyebabnya.
Dari lima bab di atas beliau menyimpulkan : “bahwa dunia Islam,
khususnya Indonesia tengah dilanda degredasi moral yang terjadi secara berkesinambungan. Generasi muda dicekoki tontongan instan (sek, kekerasan dan horor). Akibatnya mereka kian persimif dan emosional. Berbagai kekerasan dan seks bebas pun melanda Indonesia
kudung gaul dalam hal ini sebagai imbas dari semua itu.”
2. Zaman Kebebasan
a. Hak Azasi Manusia
Abu Al-Ghifari menyebutkan bahwa Wanita binal yang dalam
dunia modern sering disebut “loosed women”, menitikberatkan pada
kepuasan dan kebebasan hidup dengan tidak lagi mengindahkan norma Agama maupun masyarakat. Dalam pandangan mereka keindahan tubuhnya adalah anugrah yang tidak harus disembunyikan.
Lakuk-lakuk tubuh yang di dunia meodern isebut “artistik” sengaja
ditonjolkan lewat baju ketat atau sama sekali tidak dibungkus pakaian.
Wittels dalam bukunya “Structure des Criminellen Psychopaten”
39
layak mendapat sebutan “loosed women”, mereka binal dan cenderung
imoral.
Fenomena “lossed women” itu sendiri dalah fenomena yang tidak bisa dipisahkan dari dunia modern. Ketika manusia dihadapkan pada kebutuhan hidup sementara lahan usaha semakin sulit, maka orang akan cenderung berpikir praktis untuk mendapatkan uang. Jalan termudah adalah bagaimana menjual harga diri untuk disuguhkan pada khalayak dengan tidak lagi mematuhi norma-norma agama.
b. Era Pemujaan Tubuh.
Akibat genjarnya tayangan yang menggambarkan pentingnya sebuah penampilan, maka muncullah bentuk pemujaan terhadap tubuh. Televisi terus menerus memprogandakan bahwa makna hidup sesungguhnya ada pada penampilan menarik. Tubuh berubah menjadi pengusaha yang bisa mengalahkan segala kepentingan lainnya.
Dan media terus menerus mananamkan pandangan hidup dengan tubuh sebagai pusat kesadaran. Menurut Akbar S. Ahmad bagi wanita modern, zaman media adalah perangkap keindahan yang menggiurkan.
c. Dunia Fatamorgana.
kepura-40
puraan yang sangat ironi. Begitu pula iklan-iklan yang menawarkan
penyembuhan tuntas da gaya hidup „wah‟ dengan klip yang bebas
moral, juga sarat kepura-puraan.
Anak-anak dan remaja disuguhi Jin dan jun , Jinny oh jinny, Saras
008, dan film impor yang sarat misktik dan kekerasan. Tak ketinggalan
ibu-ibu sangat gandrung dengan sinetron dan telenovela yang seluruhnya menawarkan gaya hidup mewah dan perilaku seks bebas. Semunya berkeliaran di televisi kita menawarkan idiologi tandingan di tengah masyarakat agamis. Ironisnya, tayangan tersebut laku dipasaran alias disukai penonton dan tokoh utamanya dijadikan penutan sekalipun tanpa alasan yang jelas, itulah dunia kepura-puraan.
d. Artis jadi Idola
Artis di zaman modern telah berubah menjadi nabi baru. Segala ucap & gerak langkah artis telah menjadi panutan. Simak bagaimana enaknya masyarakat menirukan gaya berbicara artis dalam iklan. Atau bagaimana is menirukan cara artis berpakaian. Tak jarang mereka berbuat seperti halnya artis saat berakting, membunuh, mencaci, memfitnah, berkelahi dan hubungan badan.
41
dipujanya itu terlihat dengan mata kepala sendiri. Sebagian mereka berlari sambil berteriak mengejar artis idolanya itu dan sebagian jatuh pingsan. Apa sebenarnya yang mereka cari? Hanya kepuasan semu belaka. Secara akal sehat, yang mereka dapatkan hanyalah kerugian materi, waktu dan tenaga. Tak lebih!
e. Bahayanya Multimedia
Kita sadar, informasi yang merajai dunia saat ini dikuasai non islam sehingga umat Islam teramat sulit memberikan filter atau saringan terhadap media-media perusak yang kesehariannya hanya mempropagandakan dunia artis (selebritis) dengan menu pornografi,
horor dan kekerasan atau VHS (violence, horor, dan sex).
Media-media itu, kini tidak terbatas pada televisi tapi juga tabloid, surat
kabar, majalah, stensilan, buku, VCD, internet bioskop, dan play
station (game).
Pantas jika Allah swt memperingatkan kaum muslimin agar hati-hati dari tipu muslihat Yahudi dan Nasrani karena mereka tidak akan henti-hentinya. Merongrong kaum muslimin sebelum kaum muslimin benar-benar mengikuti jejak mereka.
Firman Allah swt :
“Yahudi dan Nasrani selamanya tidak akan ridha sebelum kalian mengikuti jejak/paham/agama mereka” (QS Al-Baqarah : 120)
Anak-42
anak muda belajar hubungan bebas (free sex) dari VCD porno yang
kini tersedia di hampir setiap rental VCD di seluruh Indonesia. Anak-anak dan remaja kini belajar melawa orang tua, mencuri, merampok, memperkosa, dan cara menggunakan narkoba dari sinetron-sinetron dan film yang ditayangkan televisi. Begitu juga para remaja putri dan ibu-ibu mentalnya dirusak dengan sajian vulgar di tabloid-tabloid. Belum lagi seluruh media-media tersebut selalu mempropagandakan pentingnya hidup mewah dan serba ada lewat tayangan-tayangan
sinetron dan sajiann infotainmen sehingga mau tidak mau dan lambat
laun masyarakat kita dihinggapi penyakit konsumeris. Implikasi dari sikap komsumeris ini, lahirlah sikap boros dan cenderung tidak menghormati sesama. Orang lebih individual dan saling curiga satu sama lainnya.
43
Hal tersebut tidak bisa dipungkiri karena manusia memiliki karakter meniru (konatif) terhadap yang dilihatnya. Terlebih lagi jika yang dilihatnya (baca : ditonton) lebih menarik dan menurut dirinya bisa meningkatkan citra dan sebagai sosok modern yang jagoan, jantan, feminim, maskulin, macho, kaya dan ngetrend.
Intinya multi media tersebut telah berhak memprogandakan multi kejahatan. Dunia penuh kekerasan dan pertentangan individu yang sulit diselesaikan. Kondisi mental masyarakat pun kini tak sehat, saling curiga dan merasa terancam telah melanda penduduk, baik perkotaan maupun perkampungan kumuh. Saling curiga satu sama lain telah mendorong manusia meodern hidup dengan pola individualis yang ekstrim, semua orang di luar dianggapnya ancaman atau musuh.
3. Trend Mode & Sanksi bagi Wanita Telanjang. a. Mode dan Ramalan Rasulullah.
Rasullah saw bersabda : “Akan ada di kalangan umatku yang
melalap bermacam-macam makanan, meneguk bermacam-macam minuman, memakai pakaian dengan rupa-rupa mode dan warna, serta
banyak berbicara” (HR. Tabrani & Imam Abi Dunya).
b. Rusaknya akhlak
Penulis menyebutkan bahwa Prof Abdurrahman H., dalam
bukunya Ajnihatul Makris Tsalatsah wa Khawafiha memperinci
44
berbagai dalih dan paham yang menyesatkan. Pada mulanya perusakan ini dimulai dari setiap individu kemudian melembaga dan semakin
tidak disadari, sebagaimana disitir oleh Dr Ibrahim Allabban, “Mula -mula dekadensi ini tampak pada perilaku induvidu lalu orang pun
menyimpang dari jalan konsepsi agama.”
c. Sanksi Bagi Wanita Telanjang (Tak Berjilbab).
“Ada 2 golongan. dari ahli neraka yang siksanya belum pernah
saya lihat sebelumnya, (1) kaum yang membawa cambuk seperti ekor sapi yg diinginkan memukul orang (ialah penguasa yang zhalim). (2) Wanita yang berpakaian tapi telanjang, yang selalu maksiat & menarik orang lain untuk berbuat maksiat . Rambutnya sebesar punuk unta, nafsunya lebih sesat dari binatang, sebagaimana firmannya:
ِوْيَلَع ُنوُكَت َتنَأَفَأ ُهاَوَى ُوَىَلاِإ َذََّتَّا ِنَم َتْيَءَرَأ
ًلايِكَو
.
َّنَأ ُبَسَْتَ ْمَأ
ًلايِبَس ُّلَضَأ ْمُى ْلَب ِماَعْ نَلأْاَك َّلاِإ ْمُى ْنِإ َنوُلِقْعَ ي ْوَأ َنوُعَمْسَي ْمُىَرَ ثْكَأ
“Terangkanlah kepadaku tentang orang yang mnjadikan hawanafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar dan memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah
seperti binatang ternak, bahkan lebih sesat daripada binatang ternak.”
(QS Al Furqon: 43-44).
e. Wanita dan Betina.
45
Wanita berasal dari bahasa sansekerta, yakni bonita yang artinya
mulia, cantik dan berkepribadian. Dalam bahasa Indonesia, huruf B berubah menjadi W karena keduanya sama-sama keluar dari bibir.
Terdapat persamaan dan perbedaan mencolok antara wanita dan betina. Persamaan adalah keduanya sama-sama berjenis kelamin feminin atau sebaliknya dari maskulin. Perbedaannya adalah kelau wanita memiliki nilai moral kuat (mulia, berkepribadian) sedangkan betina tidak memiliki nilai.
Wanita dalam melakukan sesuatu selalu megedepankan pertimbangan moral, baik moral masyarakat secara umum atau moralitas (akhlak), atau hukum Islam. Hal ini termasuk dalam melakukan aktivitas seksual, bukan hanya atas dasar suka sama suka, tapi terlebih dahulu dilandasi moral agama. Ia selalu melihat sisi halam dan haramnya, jika ternyata haram, maka sekalipun suka, is tidak berani melakukannya, kepribadiannya telah terbentuk sedemikian rupa. Bagi wanita, hanya pernikahan yang membuka pintu bolehnya lawan jenis berhubungan intim.
Adapun betina tentu jauh berbeda, ia menilai sesuatu hanya atas dasar suka sama suka, dalam melakukan aktivitas seksual, yang ada
dalam pikiran betina adalah, “dia laki-laki (jantan) dan aku adalah
betina, maka jika suka lakukanlah hubungan badan sesukanya”. Dia
tidak akan melihat apakah itu anaknya, ibunya, tetangganya, temannya, dll. Ia juga tidak mempertimbangkan apakah hubungan badannya sudah melalui jalur pernikahan atau tidak. Ia juga tidak kenal hukum halal dan haram. Ibarat seekor ayam dalam melakukan aktivitas seksual, ia bebas tanpa pandang bulu.
46
wanita yang berperilaku betina. Ia hanya berpikir suka sama suka. Ia bebas berbuat apa saja tanpa memandang halal-haram. Alhasil, di dunia ini lebih banyak betina daripada wanita. Pantas jika neraka kebanyakan penghuninya adalah betina.
4. Kriteria Jilbab menurut AL-Qur’an & As-Sunah.
Syekh Muhammad Nashiruddin Al-Albani dalam bukunya “Jilbab
Wanita Muslimah” mengharuskan jilbab itu sebagai berikut:
a. Menutup badan selain yang dikecualikan
َرَهَظاَمَّلاِإ َّنُهَ تَنيِز َنيِدْبُ يَلاَو َّنُهَجوُرُ ف َنْظَفَْيََو َّنِىِراَصْبَأ ْنِم َنْضُضْغَ ي ِتاَنِمْؤُمْليل لُقَو
47
ُّ يَأآَي
َكِلَذ َّنِهِبيِبَلاَج نِم َّنِهْيَلَع َينِنْدُي َينِنِمْؤُمْلا ِءآَسِنَو َكِتاَنَ بَو َكِجاَوْزَلأ لُق ُِّبَِّنلا اَه
اًميِحَّر اًروُفَغ ُللها َناَكَو َنْيَذْؤُ ي َلاَف َنْفَرْعُ ي نَأ َنَْدَأ
Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS Al-Ahzab : 59).
Dua ayat di atas dengan tegas menyatakan bahwa jilbab itu harus menutupi seluruh anggota badan kecuali yang biasa nampak yaitu muka dan telapak tangan.
Dari penjelasan kutipan ayat di atas, kita dapat memahaminya bahwa menampakkan perhiasan luar saja (yang tampak) banyak ulama yang mengharamkannya, apalagi anggota badan yang ditutupi perhiasan luar tersebut. (menggunakan kaidah ushul Mafhum Muwafaqah Fahwal Khitab). Penafsiran di atas diperkuat lagi oleh sebuah hadits yang menjelaskan sikap kaum muslimah ketika ayat ini diturunkan.
Dari shafiah binti Syaibah, ia bercerita; “ketika kami bersama
aisyah ra, mereka menyebut-nyebut kelebihan wanita Quraisy. Lalu
Aisyah ra berkata; “Memang wanita Quraisy itu memiliki kelebihan,
tetapi, Demi Allah, sesungguhnya aku tidak pernah melihat yang lebih mulia daripada wanita Anshar, mereka sangat membenarkan Kitabullah dan sangat kuat imannya kepada wahyu yang diturukan, ketika turun surat An-Nur, ayat yang menyuruh berkerudung, suami mereka pulang lalu membacakan apa yang telah Allah turunkan. Dengan segera setiap wanita menarik kain yang ada, lalu mejadikannya kerudung kepala karena membenarkan dan iman
kepada apa yang diturunkan Allah dalam kitab-Nya.” (HR Al-Bukhari
48
Disamping QS An-Nur: 31 yang secara tegas menjelaskan kewajiban memakai khimar, ayat lainnya ialah QS Al-Ahzab: 59.
Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak
perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS Al-Ahzab : 59)
Bila pada QS An-Nur:31 memakai kata walyadribna, maka pada
ayat ini digunakan lafad yudniina artinya mengulurkan hingga
menutupi kepala, pundak dan dada sampai ke seluruh tubuhnya. Ayat ini diperjelas lagi dengan sebuah hadits dari Ummu Salamah, katanya;
“Ketika turun ayat ini, para wanita Anshar terlihat keluar
berbondong-bondong, pada kepala mereka terlihat seperti burung ghirban (gagak) yang hitam karena kerudung yang dikenakan
berwarna hitam.” (HR Abdurrazaq dan Jamaah).
b. Bukan Berfungsi sebagai Perhiasan.
Syarat ini berdasarkan firman Allah swt :
َرَهَظاَمَّلاِإ َّنُهَ تَنيِز َنيِدْبُ يَلاَو
اَهْ نِم
“... Dan janganlah kaum wanita itu menampakkan perhiasan merekan” (QS An-Nur:31)
Secara umum kandungan ayat ini juga mencakup pakaian biasa jika dihiasi dengan sesuatu yang menyebabkan kaum laki-laki melirik pandangan kepadanya. Hal ini dikuatkan oleh firman Allah swt :
َلِْوُلأْا ِةَّيِلِىاَْلْا َجُّرَ بَ ت َنْجَّرَ بَ تَلاَو َّنُكِتوُيُ ب ِفِ َنْرَ قَو
“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamuberhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah yang
49
Pakaian jilbab sebagai pelindung wanita dari godaan laki-laki. Hal ini berarti pakaian muslimah (jilbab) tidak boleh berlebihan atau mengikuti trend mode tertentu karena memang jilbab bukan perhiasan.
c. Kainya harus tebal, tidak tipis.
Rasulullah saw bersabda :
mengenakan pakaian tipis. Maka Rasulullah berkata: “Wahai Asma,
sesungguhnya wanita yang telah haid (baligh) tidak diperkenankan untuk dilihat daripadanya kecuali ini dan ini, dengan mengisyarakan
wajha da telapak tangan.” (HR Abu Daud)
Adapun fenomena keudng gaul yang kini sedang trend di kalangan anak-anak muda dengan pakaian yang tipis dan serba ketat, hal ini jelas merupakan pelanggaran berat terhadap syarat jilbab yang diharuskan. Ancaman bagi mereka sebagaimana sabda Rasulullah saw :
“Ada dua golongan dari ahli nereka yang siksanya belum pernah
saya lihat sebelumnya, (1) kaum yang membawa cambuk seperti ekor sapi yang digunakan memukul orang (ialah penguasa yang zhalim) (2) wanita yang berpakaian tapi telanjang yang selalu maksiat dan menarik orang lain untuk berbuat maksiat. Rambutnya sebesar punuk unta. Mereka tidak akan masuk surga, bahkan tidak akan mencium wanginya, padahal bau surga itu tercium sejauh perjalanan yang amat
panjang.” (HR Muslim).