• Tidak ada hasil yang ditemukan

USAHA-USAHA GURU AGAMA DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI KELAS II MTs AL MANAR DESA BENER KEC.TENGARAN KAB. SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2006/2007 - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "USAHA-USAHA GURU AGAMA DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI KELAS II MTs AL MANAR DESA BENER KEC.TENGARAN KAB. SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2006/2007 - Test Repository"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

in u iiiiiiiiii

07TD1010821.01

USAHA-USAHA GURU AGAMA DALAM MENINGKATKAN

MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI

KELASTJ MTs AL MANAR DESA BENER

KEC.TENGARAN KA B. SEMARANG

TAHUN PELAJARAN 2006/2007

Diajukan dalam rangka memenuhi syarat mendapatkan

Gelar Sarjana Pendidikan Islam pada

Jurusan Tarbiyah

NIM : 111 03 009

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI ISLAM NEGERI

S A L A T I G A

(2)

W e b s ite : w w w .stainsalatiaa.ac.id: administrasi@ stain salatiga.ac.id.

Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara;

Nama : AHMAD KHOLIDUDDIN

NIM : 111 03 09

Jurusan / Progdi : Tarbiyah/PAI

Judul USAHA-USAHA GURU AGAMA DALAM

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR

(3)

SALATIGA

Jl. Stadion No. 2 Salatiga (0298) 323706

PENGESAHAN

Skripsi Saudara : Ahmad Kholiduddin dengan Nomor Induk Mahasiswa : 111 03 009 yang berjudul USAHA-USAHA GURU AGAMA DALAM

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA

ISLAM DI KELAS II MTs AL MANAR DESA BENER KECAMATAN

TENGARAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2006/2007

telah dimunaqosahkan dalam Sidang Panitia Ujian, Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga, pada hari Senin, 1 Oktober 2007 M yang bertepatan dengan tanggal 19 Ramadhan 1428 H. Dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Saijana dalam Ilmu Tarbiyah.

c . . 1 Oktober 2007 M

Salatiga,---19 Ramadhan 1428 H

Panitia Ujian

Muna Erawati. M.Si NIP. 150 293 624

(4)

Jin. Stadion 03 Telp (0298) 323433 Salatiga 50721

Website: www.stainsalatiqa.ac.id : ad m i n istrasi@sta i n salatiga.ac.id

DEKLARASI

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran orang lain di luar referensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup mempertanggungjawabkan kembali keaslian skripsi ini di hadapan sidang munaqosah skripsi.

Demikian deklarasi ini dibuat oleh peneliti untuk dapat dimaklumi.

(5)

ia&

tj£

a

tiz

atsz

“Jadilah orang yang mengajar atau orang yang belajar atau orang yang

mendengarkan atau orang yang mencintai ilmu, dan janganlah jadi orang yang

kelima jika kamu menjadi orang yang kelima maka kamu akan rusak”

2

“Jadilah di dunia ini bagaikan orang yang mengembara

atau orang yang sedang melaksanakan perjalanan”

3 Belajarlah seni karena dengan seni hidup menjadi indah

Belajarlah ilmu agama karena dengan agama hidup menjadi terarah

4 Jangan bicara jika tidak perlu...!

Jangan tertawa jika tidak ada yang lucu ...!

(6)

Skripsi yang sederhana ini penulis persembahkan kepada:

1. Bapak dan ibu yang tercinta serta keluargaku yang telah mendo’akan dan

memberikan perhatian baik moril maupun materiil dalam pembuatan

skripsi ini.

2. Bapak Kyai As’ad Haris Nasution, Bapak Kyai Fatkhurrohman dan Ibunya

Fatihah Ulfah, selaku Pengasuh PP Al-Manar yang telah memberikan

motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Adik-adikku tercinta yang telah memberikan dorongan dalam pembuatan

skripsi.

4. Teman-temanku seperjuangan di Pon-Pes Al-Manar.

5. Seseorang yang akan menjadi temanku dalam mengarungi bahtera

kehidupan dunia ini sampai di akhirat kelak.

6. Semua kaum muslimin yang berhijrah ke jalan Ilahi Rabbi.

(7)

" f ' : ' " y ' \x?~ ^

Segala puji bagi Allah dengan semua pujian yang mampu memenuhi nikmat- nikmatNya dan mencukupi tambahan-Nya, dan shalawat beserta salam kiranya terlimpah kepada al Musthafa. Sang Rasul yang terjaga dan mulia, berlimpah pula kepada keluarga, para sahabat dan pengikut yang setia.

Berkat rahmat Allah Yang Maha Pengasih lagi Penyayang, skripsi ini dapat penulis selesaikan. Dalam kesempatan ini apabila dalam tulisan ini ada kesalahan dan kekeliruan penulis mengharapkan kepada semua pembaca yang budiman untuk dibenarkan supaya lebih baik, dan akhirnya semoga tulisan yang sederhana ini dapat bermanfaat baik di dunia maupun di akhirat.

Dalam rangka memenuhi persyaratan untuk mengakhiri program studi tingkat sarjana (SI) pada Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga, maka penulis mengajukan skripsi yang berjudul “USAHA-USAHA GURU AGAMA DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI KELAS II MTs AL MANAR DESA BENER KEC. TENGARAN KAB. SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2006/2007”.

Secara keseluruhan penulisan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan dan petunjuk dari ibu pembimbing serta bapak-bapak lainnya, oleh karena itu penulis sampaikan banyak terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Drs. Imam Sutomo, M.Ag, selaku ketua STAIN Salatiga 2. Bapak Drs. Fatkhurrohman, M.Ag, selaku Ketua Progdi PAI 3. Bapak Mufiq, S.Ag selaku dosen PA

4. Ibu Muna Erawati, M.Si, selaku pembimbing skripsi 5. Bapak dan Ibu dosen serta segenap staf STAIN Salatiga

(8)

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

NOTA PEMBIMBING... ii

PENGESAHAN... iii

DEKLARASI... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

BAB I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Penegasan Istilah... 6

C. Rumusan M asalah... 7

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat Penelitian... 8

F. Metode Penelitian... 8

G. Sistematika Laporan Penelitian... 10

BAB II. LANDASAN TEORI ... 13

A. Masalah Pendidikan Agama Islam ... 13

(9)

3. Tujuan Pendidikan Agama Islam ... 14

4. Faktor-faktor Pendidikan Agama Islam ... 14

B. Masalah Motivasi Belajar ... 17

1. Pengertian motivasi belajar... 17

2. Unsur-unsur yang mempengaruhi motivasi belajar .... 17

3. Macam-macam m otivasi... 19

4. Bentuk-bentuk motivasi b elajar... 22

5. Fungsi motivasi dalam belajar ... 24

C. Kedudukan Guru PAI sebagai motivator Pendidikan Agama Islam ... 25

1. Pengertian usaha g u ru ... 25

2. Kedudukan guru Agama Islam... 26

3. Ciri-ciri guru yang berpredikat motivator... 27

BAB III. METODE PENELITIAN... 37

A. Waktu dan Tempat Penelitian... 37

B. Klasifikasi dan Jenis Penelitian... 38

C. Populasi dan Sampel Penelitian... 38

1. Populasi... 38

2. Sampel Penelitian... 39

D. Teknik Pengumpulan D ata... 40

1. Metode Angket... 40

2. Metode Interview / Wawancara... 42

(10)

E. Instrumen Penelitian... 43

F. Metode Analisa D ata... 44

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 45

A. Madrasah Tsanawiyah Al-Manar... 45

B. Keadaan Guru MTs Al-Manar ... 52

C. Keadaan Siswa MTs Al-Manar ... 53

D. Analisa Hasil Penelitian... 59

E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 63

BAB V. PENUTUR... 69

A. Kesimpulan ... 69

B. Saran-saran... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 71

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 72

(11)

Halaman

Tabel 1. Populasi Penelitian... 39

Tabel 2. Kurikulum KBK MTs Al-Manar Bener Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang... 51

Tabel 3. Daftar Dewan Guru dan Pegawai MTs Al-Manar Bener Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang... 52

Tabel 4. Data siswa MTs Al-Manar Bener Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang ... 53

Tabel 5. Pendidikan Terakhir Orangtua Siswa ... 54

Tabel 6. Penghasilan Orangtua Siswa per Bulan ... 55

Tabel 7. Pekerjaan Orangtua Siswa... 56

Tabel 8. Data Siswa Kelas VIII MTs Al-Manar Bener Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang... 57

(12)

Halaman

Lampiran 1. Angket Penelitian G um ... 72

Lampiran 2. Angket Penelitian Sisw a... 73

Lampiran 3. Pedoman Wawancara... 74

Lampiran 4 Pedoman Observasi ... 75

Lampiran 5. Hasil Angket Terhadap Guru PAI Kelas VIII MTs Al-Manar Bener Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang... 76

Lampiran 6. Hasil Angket Terhadap Siswa Kelas VIII MTs Al-Manar Bener Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang... 77

Lampiran 7. Rangkuman Hasil Wawancara dengan Guru PAI Kelas VIII MTs Al-Manar Bener Kec. Tengaran Kabupaten Semarang ... 79

• Lampiran 8. Hasil Observasi pada Kegiatan Belajar Mengajar Pelajaran Agama Islam di MTs Al-Manar Bener Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang... 87

Lampiran 9. Daftar riwayat hidup... 89

Lampiran 10. Ijin Penelitian... 90

Lampiran 11. Permohonan Ijin Penelitian... 91

Lampiran 12. Surat Keterangan Penelitian... 92

Lampiran 13. Lembar Konsultasi... 93

Lampiran 14 Surat Keterangan Kegiatan... 94

(13)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan agama mempunyai peranan yang sangat penting dalam

pembangunan suatu bangsa, keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat

ditentukan oleh faktor manusia. Pendidikan agama bertujuan untuk

membentuk manusia taqwa, jujur, ikhlas, sadar akan tanggung jawab terhadap

masa depan bangsa dan umat manusia. Siswa harus pula memiliki kecakapan,

ketrampilan, dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.

Upaya untuk menciptakan manusia yang beriman dan bcrtaqwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, maka diperlukan pendidikan

agama Islam. Zuharini mengemukakan : “Pelaksanaan pendidikan agama

Islam bertujuan untuk membimbing anak agar mereka menjadi orang muslim

yang beriman teguh, beramal solih dan berahlaq mulia, serta berguna bagi

agama, bangsa dan negara”(Zuhairini, 1983:45). Guna mencapai tujuan

tersebut, maka guru agama Islam harus memiliki ketrampilan-ketrampilan

pembelajaran yaitu ketrampilan membuka pelajaran, ketrampilan memberikan

motivasi, ketrampilan bertanya, ketrampilan menerangkan, ketrampilan

mendayagunakan media pengajaran, ketrampilan mengadakan assessment

(penjajagan), ketrampilan memilih dan menggunakan metode yang tepat,

ketrampilan menutup pelajaran, dan ketrampilan mengadakan interaksi

(Sutrisno, 1994:20).

(14)

Dalam penelitian ini penulis berfokus pada salah satu ketrampilan guru

dalam pengelolaan kelas yaitu kemampuan guru dalam memberi motivasi,

karena menurut penulis ketrampilan memberi motivasi merupakan salah satu

ketrampilan guru yang mampu mendorong siswa untuk belajar mandiri dan

bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukan. Selain itu motivasi juga akan

mendorong siswa lebih giat belajar di rumah dan di sekolah serta juga

mendorong lebih mudahnya mengarahkan siswa pada pencapaian tujuan

pembelajaran yang telah ditentukan.

Untuk itu pemberian motivasi ini merupakan hal yang sangat penting

bagi penulis untuk diteliti karena alasan-alasan sebagai berikut:

1. Hasil belajar siswa sangat ditentukan oleh kemampuan guru memotivasi

siswa atau dengan kata lain ketrampilan memberi motivasi mempunyai

peranan yang menentukan dalam keberhasilan belajar.

2. Kemampuan guru memotivasi belajar mendorong siswa untuk aktif

berpartisipasi dalam kegiatan belajar mengajar.

3. Siswa yang termotivasi akan mampu untuk belajar secara mandiri.

4. Kemampuan memotivasi siswa merupakan kemampuan pokok yang harus

dimiliki setiap guru di sekolah, sehingga hasil penelitian ini akan dapat

membantu guru mengembangkan kemampuan memotivasi siswa.

Dengan melihat empat alasan di atas maka dapat diambil kesimpulan

bahwa akan ada beberapa akibat negatif bila guru tidak berhasil memotivasi

(15)

1. Siswa kurang terfokus pada pelajaran, baik saat belajar di kelas maupun di

rumah.

2. Hasil belajar siswa tidak memenuhi tujuan pembelajaran.

3. Pengelolaan kelas menjadi kurang berhasil karena motivasi siswa yang

rendah dalam belajar.

4. Ketrampilan memotivasi guru akan beijalan stagnan atau berhenti karena

tidak adanya dorongan untuk melakukan penelitian bagi peningkatan

ketrampilan memotivasi siswa.

Betapa pentingnya peran guru dalam menentukan keberhasilan di

sekolah, maka dalam menjalankan tugasnya, setiap guru harus dapat

memberikan motivasi dalam belajar di sekolah, karena dalam pendidikan

motivasi dipandang sebagai suatu proses yang membawa anak didik ke arah

pengalaman belajar.

Menurut Sutrisno (1994:22) motivasi belajar berfungsi sebagai daya

penggerak di dalam diri siswa untuk belajar secara aktif dan mandiri dalam

setiap kegiatan belajar yang dilakukan.

Sedangkan menurut Nasution (1995:76-77) motivasi mempunyai tiga

fungsi, yaitu mendorong manusia untuk berbuat, menentukan apa yang akan

diperbuat, dan memberi arah tujuan perbuatannya.

Memperhatikan motivasi yang sangat besar faidahnya bagi siswa

dalam belajar, guru perlu mengenal kebutuhan anak dan mempunyai

kesanggupan untuk menghubungkan dengan pelajaran, serta kebutuhan

(16)

penggerak yang menentukan tingkah laku siswa dan mendorong untuk

melakukan perbuatan belajar dalam mencapai prestasi belajar yang diinginkan.

Mengingat Madrasah Tsanawiyah atau sekolah lanjut tingkat pertama dalam

usia awal masa remaja yang biasanya timbul masalah, baik kondisi fisik

maupun psikis, maka perlu diberikan motivasi belajar yang baik dan

diharapkan akan dapat mencapai hasil prestasi yang baik pula.

Dengan melihat tabel nilai semester I siswa MTs Al-Manar Tengaran

maka dapat dilihat bahwa untuk mata pelajaran Alquran Hadist materi

penguasaan ilmu pengetahuan yang mendapat nilai kurang dari 60 ada 19

siswa (39%), materi penerapan/pengamalan yang mendapat nilai kurang dari

60 ada 10 siswa (39%), untuk mata pelajaran Aqidah Akhlak yang mendapat

nilai kurang dari 60 materi penguasaan ilmu pengetahuan ada 12 siswa (24%),

untuk mata pelajaran Fiqih untuk materi penguasaan ilmu pengetahuan ada 5

siswa (10%), materi penerapan/pengamalan ada 2 siswa (4,1%), untuk mata

pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam materi penguasaan nilai-nilai ada 2 siswa

(4,1%), untuk mata pelajaran Bahasa Arab materi mendengarkan ada 1 siswa

(2%), materi berbicara ada 3 siswa (6,1%), materi menulis ada 4 siswa (8,2%).

Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa nilai-nilai siswa pada mata

pelajaran Pendidikan Agama Islam kurang memuaskan.

Selain skor mata pelajaran yang diperoleh siswa di atas, ada beberapa

kondisi siswa yang kurang positif diamati peneliti. Perilaku atau akhlak siswa

yang kurang baik, kurang disiplin, kurang semangat belajar, dan terbiasa

(17)

karena adanya beberapa sebab, yaitu: guru yang kurang pandai memotivasi,

kurikulum yang kurang sesuai atau mungkin juga lingkungan belajar di

sekolah (intern) dan di luar sekolah (ekstern) yang kurang mendukung. Karena

adanya beberapa kemungkinan penyebab rendahnya nilai mata pelajaran

agama Islam, maka untuk membatasi permasalahan penelitian difokuskan

pada usaha-usaha yang dilakukan guru untuk memotivasi siswa khususnya

dal am mata pelajaran pendidikan agama Islam.

MTs Al Manar Tengaran yang merupakan suatu lembaga pendidikan

di bawah pondok pesantren Al Manar yang mengemban misi sesuai dengan

dakwah Amar Ma’ruf Nahi Munkar, yaitu berlomba-lomba dalam kebajikan

dan mencegah kemungkaran, pastilah juga berusaha untuk lebih meningkatkan

mutu pendidikannya. Dalam berbagai macam kegiatannya MTs Al Manar juga

telah berusaha meningkatkan kualitas seperti MTs-MTs atau SLTP-SLTP

yang lain. Salah satu upaya yang harus dilakukan adalah proses belajar yang

baik, sarana dan fasilitas yang memadai maupun tenaga-tenaga pengajar yang

profesional dan menerapkan metode dalam proses belajar mengajar yang

tepat. Sebagai usaha nyata dalam rangka mencapai tujuan belajar mengajar

penulis ingin mengadakan penelitian yang beijudul “USAHA-USAHA GURU

DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN

AGAMA ISLAM KELAS II MTs AL MANAR KECAMATAN

(18)

B. Penegasan Istilah

Untuk mengetahui makna dan agar tidak terjadi salah paham dalam

menafsirkan judul diberikan penegasan istilah sebagai berikut:

1. Usaha guru

Usaha diartikan kegiatan dengan menggerakkan tenaga, pikiran,

atau badan usaha untuk mencapai suatu maksud pekerjaan.

(Poerwadarminto, 1998:986)

Guru adalah seorang yang mendidik secara sadar dan bertanggung

jawab dalam membimbing anak untuk mencapai kedewasaan. (Ahmadi,

1994:68). Guru yang dimaksud di sini adalah guru yang mengajarkan mata

pelajaran Pendidikan Agama Islam.

Jadi pengertian usaha guru adalah suatu kegiatan yang dilakukan

seseorang dengan menggerakkan tenaga, pikiran dalam memberikan atau

mendidik secara sadar dan bertanggung jawab untuk membimbing anak

dalam mencapai kedewasaan.

2. Motivasi belajar

Motivasi be.ajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri

siswa yang menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin kelangsungan

dari kegiatan belajar yang memberikan arah pada kegiatan belajar

sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai.

(19)

Motivasi belajar juga diartikan dorongan-dorongan dari dalam diri

siswa dalam melakukan kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar.

(Rusyan, 1989:121)

Jadi motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak atau

dorongan untuk melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan belajar dapat

tercapai.

3. Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam dapat diartikan pendidikan yang

berkaitan dengan agama Islam secara keseluruhan (Arief, 2002:18).

Artinya pendidikan agama Islam adalah pendidikan yang isinya mencakup

berbagai macam .ilmu yang diajarkan seperti Akidah Akhlak, Alqur’an

Hadist, Tarikh Islam, Fiqih, dan Bahasa Arab.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dapat ditarik kesimpulan

arti keseluruhan dari judul yaitu : suatu penelitian lapangan tentang usaha

guru dalam mengadakan proses pembelajaran ke arah suatu perbaikan

mutu enam bidang studi pendidikan agama Islam yang lebih baik.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari judul dan latar belakang masalah di atas dapat

dikemukakan beberapa rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana persepsi belajar siswa terhadap usaha-usaha guru dalam

memberi motivasi belajar pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam?

2. Bagaimana upaya yang dilakukan guru dalam memotivasi siswa kelas II

(20)

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui persepsi siswa terhadap usaha-usaha guru dalam

memberi motivasi belajar pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

2. Untuk mengetahui upaya guru dalam memotivasi siswa kelas II MTs Al

Manar dalam mata pelajaran pendidikan agama Islam.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat antara lain :

1. Bagi para pendidik, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan

bagi guru mengenai pentingnya usaha meningkatkan motivasi belajar

siswa.

2. Bagi para siswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi

sekaligus masukan mengenai perlunya meningkatkan motivasi.

3. Bagi peneliti-peneliti lain, hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan

informasi untuk mengadakan penelitian-penelitian terkait selanjutnya.

F. Metode Penelitian

1. Metode Pengumpulan Data

a. Metode Angket

Metode angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan

untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang

(21)

Metode angket dalam penelitian ini digunakan sebagai metode pokok

dalam memperoleh data tentang usaha guru agama Islam dalam

meningkatkan motivasi belajar siswa di samping itu metode angket juga

digunakan sebagai data pelengkap dalam memperoleh data tentang

persepsi siswa terhachp guru dan pengajarnya.

b. Metode Interview atau Wawancara

Metode interview atau wawancara adalah metode yang dilakukan

dengan menggunakan pertanyaan secara lisan kepada orang lain dengan

maksud agar orang lain itu memberi jawaban. Dalam metode interview

atau wawancara teijadi komunikasi langsung antara peneliti dan subjek

( Surakhmad, 1989 : 174 ).

Metode ini penulis gunakan uniuk memperoleh atau melengkapi data

yang diperoleh dari hasil angket yaitu wawancara langsung antara

peneliti dengar) kepala sekolah, guru dan siswa tentang kondisi sekolah,

kondisi kelas, cara guru memotivasi dan pandangan siswa terhadap

motivasi yang diberikan guru.

c. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau

variabel yang berupa catatan transkrip, notulen rapat, agenda dan

sebagainya ( Arikunto, 1999 : 234 ).

Metode ini digunakan untuk mendapatkan data guru pengajar, data

siswa, dan hal-hal yang berkaitan dengan MTs Al-Manar seperti sejarah

berdirinya, lembaga yang menaungi MTs Al-Manar, tempat lembaga ini

(22)

d. Metode Observasi

Metode Observasi adalah metode yang dapat diartikan sebagai

pengamatan dan pencatatan dengan sistematis fenomena-fenomena

yang diselidiki ( Hadi, 1989 : 136 ).

Metode ini digunakan untuk mengamati interaksi kegiatan belajar

mengajar di kelas untuk melihat bagaimana cara guru ketika mengajar

dan memotivasi siswa di kelas

2. Metode Analisis Data

Setelah data yang dibutuhkan sudah terkumpul melalui beberapa metode

tersebut diatas, kemudian di seleksi dan disusun. Maka tahap berikutnya

adalah menganalisis data tersebut dengan menggunakan metode Analisis

Kualitatif. Adapun data yang bersifat kuantitatif diubah menjadi data yang

bersifat kualitatif dengan memberikan kriteria-kriteria tertentu pada data

yang akan dianalisis. Kriteria-kriteria tersebut seperti baik, cukup atau

sedang, kurang baik, dan lain-lain sehingga data dapat dianalisis dengan

metode Analisis kualitatif.

G. Sistematika Laporan Penelitian

Skripsi mi merupakan rangkaian dari beberapa bab yang setiap bab

terdiri dari sub-sub bab. Sebelum bab I terdapat beberapa halaman yang terdiri

dari halaman sampul, halaman judul, lembar persetujuan, kata pengantar,

(23)

BAB I PENDAHULUAN yang meliputi : Latar belakang masalah,

penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan

penelitian, metode penelitian, sistematika penelitian laporan

penelitian.

BAB II KAJIAN TEORI yang meliputi :

A. Masalah pendidikan Agama Islam, pembahasannya meliputi:

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

2. Dasar Pendidikan Agama Islam

3. Tujuan Pendidikan Agama Islam

4. Faktor- faktor Pendidikan Agama Islam

B. Masalah motivasi belajar pembahasannya meliputi:

1. Pengertian motivasi belajar

2. Unsur-unsur yang mempengaruhi motivasi belajar

3. Macam-macam motivasi

4. Bentuk-bentuk motivasi belajar

5. Fungsi motivasi dalam belajar

C. Guru PAI sebagai motivator Pendidikan Agama Islam,

meliputi:

1. Pengertian usaha guru

2. Kedudukan guru Agama Islam

3. Ciri-ciri guru PAI yang berpredikat motivator

BAB III METODE PENELITIAN, yang meliputi:

A. Waktu dan Tempat Penelitian

(24)

C. Populasi dan Sampel Penelitian

D. Teknik Pengumpulan Data

E. Instrumen Penelitian

F. Metode Analisa Data

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN, yang meliputi:

A. Madrasah Tsanawiyah Al-Manar

B. Keadaan Guru MTs Al-Manar

C. Keadaan Siswa MTs Al-Manar

D. Analisa Hasil Penelitian

E. Pembahasan Hasil Penelitian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN, merupakan bab yang paling akhir

meliputi:

A. Kesimpulan

B. Saran-saran

Daftar Pustaka

Lampiran-lampiran

- Angket Penelitian

- Pedoman Wawancara

- Pedoman Observasi

- Hasil Angket Penelitian

- Hasil Wawancara

- Hasil Observasi

- Surat keterangan dari Sekolah

(25)

KAJIAN TEORI

A. Masalah pendidikan Agama Islam, pembahasannya meliputi:

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam dapat diartikan pendidikan yang

berkaitan dengan agama Islam secara keseluruhan (Arief, 2002:18).

Artinya pendidikan agama Islam adalah pendidikan yang isinya

mencakup berbagai macam ilmu yang diajarkan seperti Akidah Akhlak,

Alquran Hadist, Tarikh Islam, Fiqih, dan Bahasa Arab.

2. Dasar Pendidikan Agama Islam

Dasar pendidikan agama Islam ada dua yaitu:

a. Sumber pengetahuan ialah Allah. Eksistensi Tuhan sebagai hakim

kemutlakan-Nya untuk menetapkan hukum atas hamba-Nya. Namun

demikian kebijaksanaan-Nya dalam menetapkan sesuatu selalu

fleksibel dan tidak memberatkan. Alquran adalah rahmat seluruh

alam raya ini di dalamnya terakomodasi segala urusan hamba-

hamba-Nya. Disamping keindahan tata bahasanya, juga terdapat

isyarat-isyarat pengetahuan baik tentang duniawi maupun ukhrawi.

Pada titik finalnya harus diakui bahwasanya Alquran merupakan

sumber pengetahuan konklusif dan Allah sebagai dzat pencipta

merupakan sumber dari segala sumber.

(26)

b. Teori ilmu pendidikan islam tidak boleh bertentangan dengan

vvahyu. Kedinamisan suatu ilmu sangat diperlukan sesuai dengna

keadaan zamannya. Sebagai ilmu yang berlandaskan pada sesuatu

yang bersifat aqli maupun naqli harus memiliki relevasi dengan

kaidah-kaidah yang terdapat dalam wahyu dan akal manusia

(Daradjat, 1978:42).

3. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Secara umum, tujuan pend’dikan Agama Islam terbagi kepada

tujuan umum, tujuan sementara, tujuan akhir dan tujuan operasional.

a. Tujuan umum adalah tujuan yang akan dicapai dengan segala

kegiatan pendidikan baik dengan pengajaran atau dengan cara lain.

b. Tujuan sementara adalah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik

diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam

sebuah kurikulum.

c. Tujuan akhir adalah tujuan yang dikehendaki agar peserta didik

menjadi manusia-manusia sempurna (insan kamil) setelah ia

menghabisi sisa umurnya.

d. Tujuan operasional adalah tujuan praktis yang akan dicapai dengan

sejumlah kegiatan pendidikan tertentu (Arief, 2002: 18-19).

4. Faktor- faktor Pendidikan Agama Islam

Faktor-faktor pendidikan Agama Islam adalah faktor-faktor yang

mempengaruhi pendidikan Agama Islam tersebut yaitu :

(27)

Faktor ini memberikan arah pada hasil akhir pendidikan Agama

Islam yang ingin dicapai. Tujuan dalam proses pendidikan Agama

Islam adalah idealitas (cita-cita) yang mengandung nilai-nilai Islami

yang hendak dicapai dalam proses kependidikan yang berdasarkan

ajaran Islam secara bertahap,

b. Pendidik

Faktor ini merupakan faktor yang menentukan berhasil tidaknya

Pendidikan Agama Islam yang diajarkan karena pendidik merupakan

organisator dari kegiatan belajar mengajar yang dilakukan.

Karena pentingnya faktor pendidik dalam pendidikan Agama Islam,

maka figur pendidik dalam pendidikan Agama Islam haruslah

merupakan figur teladan dan juga figur yang mampu untuk

mengembangkan serta menanamkan nilai-nilai Agama Islam dalam

pendidikan.'Pendidik mempunyai tugas yang sangat penting dalam

proses pendidikan, diantaranya adalah :

1. Membimbing, mencari pengenalan terhadap kebutuhan dan

kesanggupan belajar.

2. Menciptakan situasi pendidikan yaitu kondusif, dimana seluruh

tindakan pendidikan dapat berlangsung baik sehingga mencapai

hasil yang memuaskan.

3. Memiliki pengetahuan agama dan pengetahuan yang diperlukan

(28)

Karena sedemikian berat dan mulianya tugas seorang pendidik

dalam pendidikan Agama Islam, maka sudah sepatutnya seorang

pendidik mempunyai kemampuan sebagai pendidik dan salah satu

kemampuan yang sangat penting untuk dimiliki adalah kemampuan

untuk memotivasi siswa belajar. Bila pendidik mampu

membangkitkan motivasi siswa, maka siswa akan mempunyai

kreatifitas untuk menghubungkan pelajaran dengan kebutuhan dan

minat siswa. Makin pandai guru sebagai pendidik menggiatkan siswa

belajar dan makin sering memberikan kesempatan siswa untuk turut

berpartisipasi, maka intensitas usaha belajar siswa akan makin

meningkat. .

c. Siswa

Faktor ini merupakan faktor yang juga penting diperhatikan karena

tujuan dari pendidikan Islam adalah membentuk siswa sesuai dengan

agama Islam.

d. Lingkungan pendidikan

Faktor ini mempunyai pengaruh terhadap motivasi belajar siswa,

baik secara langsung maupun tidak langsung. Lingkungan

pendidikan ini ada lima yaitu lingkungan keluarga, lingkungan

sekolah, lingkungan masyarakat, lingkungan individu dan

lingkungan Negara.

(29)

Faktor ini berkaitan dengan sarana fisik dan non fisik. Sarana fisik

terdiri dari lembaga pendidikan dan media pendidikan. Sarana non

fisik berkaitan dengan kurikulum, metode, evaluasi, manajemen,

landasan dasar, mutu pelajaran, dan keuangan (Arief, 2002:70:84).

B. Masalah motivasi belajar pembahasannya meliputi:

1. Pengertian motivasi belajar

Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam

diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin

kelangsungan dari kegiatan belajar yang memberikan arah pada kegiatan

belajar sehingga-tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat

tercapai (Sardiman, 2001:73). Motivasi belajar juga dapat diartikan

dorongan-dorongan dari dalam diri siswa untuk melakukan kegiatan

belajar untuk mencapai tujuan belajar (Rusyan, 1989:121). Jadi motivasi

belajar adaiah keseluruhan daya penggerak atau dorongan untuk

melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan belajar dapat tercapai.

2. Unsur-unsur yang mempengaruhi motivasi belajar

Bila dilihat dari arti kata motivasi belajar, maka dapat dikatakan

bahwa motivasi belajar ada dalam diri siswa sendiri. Perbuatan ataupun

tingkah laku guru hanya mempengaruhi dan memberi arah terhadap

perkembangan motivasi siswa. Karena itu unsur-unsur yang

(30)

a. Cita-cita atau aspirasi siswa. Cita-cita merupakan keinginan yang

ingin berhasil dicapai siswa, dan keinginan ini akan menumbuhkan

kemauan untuk giat dalam mencapainya.

b. Kemampuan siswa, karena kemampuan atau kecakapan siswa juga

mempengaruhi keinginan anak.

c. Kondisi siswa meliputi jasmani dan rohani. Misalnya seorang siswa

yang sedang sakit, lapar, atau marah-marah akan mengganggu

perhatian belajar, sebaliknya seorang siswa yang sehat, kenyang, dan

gembira akan mudah memusatkan perhatian.

d. Kondisi lingkungan siswa. Lingkungan siswa dapat berupa keadaan

alam tempat tinggal, pergaulan sebaya, dan kehidupan masyarakat.

Sebagai anggota masyarakat maka siswa dapat terpengaruh oleh

lingkungan sekitar. Bencana alam, tempat tinggal yang kumuh,

ancaman rekan yang nakal, perkelahian antar siswa, akan

mengganggu kesungguhan belajar. Sebaliknya kampus sekolah yang

indah, pergaulan siswa yang rukun, akan memperkuat motivasi

belajar.

e. Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran seperti

perasaan, perhatian, kemauan, ingatan dan pikiran yang mengalami

perubahan berkat pengalaman hidup.

f. Upaya guru dalam membelajarkan siswa. Guru adalah seorang

pendidik professional. Ia bergaul setiap hari dengan puluhan atau

(31)

Dapat dikatakan bahwa upaya guru dalam membelajarkan siswa

merupakan pengaruh terbesar terhadap motivasi belajar siswa karena

guru yang favorit biasanya menjadi contoh langsung yang akan

mendorong motivasi siswa dalam belajar. (Sardiman, 2001:76-83)

3. Macam-macam motivasi

Berbicara tentang macam atau jenis motivasi ini dapat dilihat dari berbagai

sudut pandang. Dengan demikian motivasi atau motif-motif yang aktif itu

sangat bervariasi.

a. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya.

1) Motif-motif bawaan

Yang dimaksud motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir,

jadi motivasi itu ada tanpa dipelajari. Sebagai contoh misalnya:

dorongan untuk makan, dorongan untuk minum, dorongan untuk

bekerja, untuk beristirahat, dorongan seksual. Motif-motif ini sering

disebut motif-yang diisyaratkan secara biologis.

2) Motif-motif yang dipelajari

Maksudnya motif-motif yang timbul kama dipelajari. Sebagai

contoh: dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan,

dorongan untuk mengajar sesuatu di dalam masyarakat. Motif-motif

ini sering disebut dengan motif-motif yang diisyaratkan secara sosial

(Sardiman, 1986: 85-86).

(32)

Ada beberapa ahli yang menggolongkan jenis motivasi itu menjadi dua

jenis yakni motivasi jasmaniah dan motivasi ruhaniah. Yang termasuk

motivasi jasmaniah seperti misalnya: refleks, instik otomatis, nafsu.

Sedangkan yang termasuk motivasi ruhaniah, yaitu kemauan

(Sardiman, 1986:87)

c. Motivasi intrinsik dan ekstrinsik.

1) Motivasi intrinsik.

Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-

mot:f yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang

dari luar, kama dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk

melakukan sesuatu. Sebagai contoh seorang yang senang membaca,

tidak usah ada yang menyuruh atau mendorongnya, ia sudah rajin

mencari buki.-buku untuk dibacanya. Kemudian kalau dilihat dari

segi tujuan kegiatan yang dilakukannya (misalnya kegiatan belajar),

maka yang dimaksud motivasi intrinsik ini adalah ingin mencapai

tujuan yang terkandung didalam perbuatan belajar itu sendiri.

Sebagai contoh konkrit, seorang siswa itu melakukan belajar, kama

betul-betul ingin mendapat pengetahuan, nilai atau keterampilan agar

dapat berubah tingkah lakunya secara konstruktif, tidak kama tujuan

yang lain-lain.

Perlu diketahui bahwa siswa yang memiliki motivasi

intrinsik akan tujuan menjadi orang yang terdidik, yang

(33)

jalan untuk menuju ke tujuan yang ingin dicapai ialah belajar, tanpa

belajar tidak mungkin mendapat pengetahuan, tidak mungkin

menjadi ahli. Dorongan yang menggerakkan itu bersumber pada

suatu kebutuhan, kebutuhan yang berisikan keharusan untuk menjadi

orang yang terdidik dan berpengetahuan. Jadi motivasi itu muncul

dari kesadaran diri sendiri dengan tujuan secara esensial, bukan

sekadar simbol dan seremonial (Sadiman, 1986: 88-89).

2) Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan

berfungsi kama adanya perangsang dari luar. Sebai contoh seorang

itu belajar, .kama tau besok paginya akan ujian dengan harapan

mendapatkan nilai baik, sehingga akan dipuji oleh pacarnya atau

temennya. Jadi yang penting bukan karena belajar ingin mengetahui

sesuatu, tapi ingin mendapat nilai yang bai, atau agar mendapat

hadiah. Jadi kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang

dilakukannya, tidak secara langsung bergayut dengan esensi apa

yang dilakukannya itu. Oleh kama itu motivasi ekstrinsik dapat juga

dikatakan sebagai bentuk motivasi yang didalamnya aktifitas belajar

dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak

secara mutlak berkaitan dengan aktifitas belajar.

Perlu ditegaskan, bukan berarti bahwa motivasi ekstrinsik

ini tidak baik dan tidak penting. Dalam kegiatan belajar-mengajar

(34)

berubah-ubah, dan juga mungkin komponen-komponen lain dalam

proses belajar-mengajar ada yang kurang menarik bagi siswa,

sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik (Sadiman, 1983: 90).

4. Bentuk-bentuk motivasi belajar

Bentuk-bentuk motivasi belajar adalah hal-hal yang berkaitan

dengan keinginan belajar siswa, yaitu:

a. Pujian

Apabila ada siswa yang sukses dan berhasil menyelesaikan tugas

dengan baik, perlu diberikan pujian. Pujian ini adalah bentuk

reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang

baik. Oleh karena itu supaya pujian ini merupakan motivasi,

pemberiannya harus tepat. Dengan pujian yang tepat akan memupuk

suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar

sekaligus akan membangkitkan harga diri.

b. Hadiah

Hadiah juga dapat dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah selalu

demikian. Karena hadiah untuk suatu pekeijaan, mungkin tidak akan

menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk

suatu pekeijaan tersebut. Sebagai contoh hadiah yang diberikan untuk

gambar yang terbaik mungkin tidak akan menarik bagi seseorang

(35)

c. Hukuman

Hukuman sebagai reinforcement yang negatif, tetapi kalau diberikan

secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Oleh karena itu guru

harus memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman.

d. Teguran

Teguran juga merupakan reinforcement negatif, tetapi bila seorang

guru memberikan teguran secara bijaksana, maka teguran tersebut

akan mampu menyadarkan diri siswa tentang apa yang sebaiknya

dilakukan dalam belajar.

e. Nasihat

Nasihat termasuk bentuk motivasi, karena contoh-contoh positif dalam

pemberian nasihat bisa mendorong siswa ur.tuk berusaha untuk

berusaha menjadi lebih baik dalam belajar dibanding sebelumnya.

f. Saingan/kompetisi

Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk

mendorong belajar siswa. Persaingan, baik persaingan individu

maupun persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar

siswa. Memang unsur persaingan ini banyak dimanfaatkan di dalam

dunia industri atau perdagangan, tetapi juga sangat baik digunakan

untuk meningkatkan kegiatan belajar siswa.

g. Minat

Minat merupakan alat motivasi yang pokok. Proses belajar akan

(36)

lain dapat dibangkitkan dengan cara-cara sebagai berikut:

1) Membangkitkan adanya suatu kebutuhan, misalnya kebutuhan

untuk menghargai keindahan, untuk mendapat penghargaan dan

sebagainya.

2) Menghubungkan dengan pengalaman-pengalaman yang lampau.

3) Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik

(Sardiman, 2001:91-94).

5. Fungsi motivasi dalam belajar

Ada beberapa fungsi motivasi belajar, yaitu:

a. Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil akhir,

contohnya setelah seorang siswa membaca suatu bab buku bacaan,

dibandingkan dengan teman sekelas yang juga membaca bab tersebut,

ia kurang berhasil menangkap isi, maka ia terdorong membaca lagi.

b. Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang dibandingkan

dengan teman sebaya, sebagai ilustrasi, jika terbukti usaha belajar

seorang siswa belum memadai, maka ia berusaha setekun temannya

yang belajar dan berhasil.

c. Mengarahkan kegiatan belajar, sebagai ilustrasi, setelah ia ketahui

bahwa dirinya belum belajar secara serius, terbukti banyak bersenda

gurau misalnya, maka ia akan mengubah perilaku belajarnya.

d. Membesarkan semangat belajar, sebagai ilustrasi jika ia telah

menghabiskan dana belajar dan masih ada adik yang dibiayai orang

(37)

e. Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekeija

yang berkesinmabungan, individu dilatih untuk menggunakan

kekuatannya sedemikian rupa sehingga dapat berhasil (Rusyan,

1989:123).

C. Kedudukan Guru PAI sebagai motivator Pendidikan Agama Islam.

1. Pengertian usaha guru

Usaha menurut WJS. Poerwadarminto yaitu kegiatan dengan

menggerakkan tenaga, pikiran, atau badan usaha untuk mencapai suatu

maksud pekerjaan (Poerwodarminto, 1990:997).

Guru adalah seorang yang mendidik secara sadar dan bertanggung

jawab dalam membimbing anak untuk mencapai kedewasaan (Ahmadi,

1994:68). Guru juga diartikan pendidik yang bertanggung jawab terhadap

perkembangan anak didik (Tafsir, 2001:74). Dengan melihat dua definisi

guru tersebut maka yang dimaksud guru adalah pendidik yang

memberikan pelajaran kepada murid, biasanya guru yang memegang mata

pelajaran di sekolah atau dengan kata lain yang dimaksud guru dalam

penelitian ini adalah pendidik yang mengajarkan mata pelajaran

pendidikan agama Islam.

Jadi pengertian usaha guru adalah suatu kegiatan yang dilakukan

seseorang atau pendidik dengan menggerakkan tenaga dan pikiran dalam

memberikan atau mendidik secara sadar dan bertanggung jawab untuk

(38)

2. Kedudukan guru Agama Islam

Guru Agama Islam mempunyai peran yang sangat penting dalam

pendidikan. Hal ini berkaitan dengan kedudukan dan tanggung jawabnya

untuk memberikan bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam

perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaan, mampu

melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah, khalifah di bumi, sebagai

makhluk sosial dan sebagai individu yang sanggup berdiri sendiri.

Guru Agama Islam harus mampu mewujudkan tujuan pendidikan

Agama Islam yaitu membentuk akhlak yang baik, mendidik budi pekerti,

dan membentuk kepribadian muslim (Arief, 2002:72).

Guru Agama Islam juga harus mampu merealisasikan ajaran Islam

dalam pendidikan dan bertanggung jawab terhadap keberhasilan

pendidikan agama Islam di sekolah, karena guru merupakan ujung tombak

dari sistem pendidikan agama Islam (Tafsir, 2001:76).

Kesimpulan yang dapat diambil terhadap kedudukan guru agama

Islam adalah guru agama Islam harus mampu mewujudkan tujuan

pendidikan agama Islam, merealisasikan ajaran Islam dalam pendidikan

dan bertanggung jawab pula terhadap keberhasilan pendidikan agama

Islam. Dengan melihat kedudukan guru agama Islam tersebut maka dapat

dikatakan bahwa guru agama Islam merupakan kaum intelektual dalam

pendidikan agama Islam yaitu merupakan manusia yang cerdas, berakal,

(39)

Intelektualitas guru agama Islam hanya mungkin dapat dicapai bila

guru agama Islam menguasai kemampuan dasar guru atau kompetensi

guru. Cooper mengemukakan empat kompetensi guru tersebut yaitu

(a) mempunyai kemampuan tentang belajar dan tingkah laku manusia,

(b) mempunyai pengetahuan dan menguasai bidang studi yang dibinanya,

(c) mempunyai sikap yang tepat tentang diri sendiri, sekolah, teman sejwat

dan bidang studi yang dibinanya, dan (d) mempunyai kemampuan dalam

teknik mengajar. Sedangkan Glasser juga mengemukakan pendapat yang

hampir sama, yaitu (a) menguasai bahan pelajaran, (b) mampu

mendiagnosis tingkah laku siswa, (c) mampu melaksanakan proses

pengajaran, (d) mampu mengukur hasil belajar siswa (Wijaya & Rusyan,

1991:24).

Untuk mencapai hal tersebut maka seorang guru harus pandai

dalam mendidik, bijaksana, mempunyai keikhlasan dan sikap positif

terhadap pekerjaannya sehingga guru mampu untuk membimbing anak-

anak didik ke arah sikap yang positif yang diperlukan dalam hidupnya

kemudian hari (Daradjat, 1978:82).

3. Ciri-ciri guru yang berpredikat motivator

Tugas professional guru mengharuskannya belajar sepanjang hayat.

Belajar sepanjang hayat tersebut sejalan dengan masyarakat dan

lingkungan belajar sekitar sekolah yang juga dibangun. Guru tidak

sendirian dalam belajar sepanjang hayat. Lingkungan social guru,

(40)

Sebagai pendidik, guru dapat memilah dan memilih yang baik. Partisipasi

dan teladan memilih perilaku yang baik tersebut sudah merupakan upaya

membelajarkan siswa. Salah satu tugas belajar sepanjang hayat paling

penting sebagai guru adalah memberikan motivasi belajar kepada siswa

didiknya (Wijaya & Rusyan, 1991:98).

Guru yang berpredikat motivator mempunyai ciri-ciri tertentu. Ciri-

ciri tersebut antara lain:

a. Kesabaran menerima kenyataan siswa sebagaimana adanya, baik

dalam bentuk pernyataan, perasaan maupun sikapnya. Bila seorang

guru mampu menerima kenyataan siswa sebagaimana adanya maka

guru akan mampu memilih motivasi belajar yang akan diberikan

kepada siswa.

b. Guru mampu menghadirkan kebutuhan, minat dan masalah yang

terkandung dalam diri siswa. Artinya guru memberikan motivasi yang

berkaitan langsung dengan kebutuhan, minat dan masalah siswa

sehingga siswa menyadari apa yang menjadi kebutuhan, minat dan

masalah yang dihadapi untuk dipecahkannya.

c. Guru harus mampu memunculkan efek dari suatu kegiatan. Pada

kenyataannya hamper semua kegiatan belajar mengajar diciptakan oleh

guru. Rangsangan tingkah lakunya menyebabkan siswa mereaksi

secara aktif. Ini berarti rangsangan tingkah laku guru juga akan

(41)

d. Guru harus memahami segala tingkat perkembangan dan minat siswa.

Artinya guru dalam memotivasi sesuai dengan tingkat perkembangan

usia siswa dan minat siswa pada saat itu.

e. Guru harus bertindak secara konsisten, artinya selalu bertalian dengan

ruang lingkup isi pelajaran yang luas dan mendalam. Bila guru

bertindak secara konsisten maka siswa akan melihatnya sebagai hal

yang patut diperhatikan dan menjadi motivasi tersendiri yang

mengajak siswa untuk juga konsisten dalam belajar.

f. Bahasa yang digunakan oleh guru harus selalu positif. Dengan kata-

kata yang positif maka motivasi yang timbul dalam diri siswa juga

motivasi yang positif, artinya siswa tidak mudah putus asa dalam

belajar walau apapun kondisi dan situasi yang dihadapinya.

g. Guru mampu menampilkan perilaku secara kooperatif artinya guru

dalam memotivasi siswa tidak terkesan memusuhi atau mendikte tetapi

harus terkesan memberikan kerjasama sebagai mitra belajar.

h. Guru mampu menumbuhkan keberanian dan memberi hadiah atas

prestasi belajar kepada siswa yang berprestasi maupun siswa yang

tidak berprestasi. Hadiah tersebut bisa berupa pujian maupun kata-kata

positif yang ditujukan untuk perbaikan belajar siswa. Adapun setiap

tugas yang dinilai dengan angka merupakan usaha untuk

menumbuhkan motivasi juga, dan alangkah baiknya jika setiap tugas

dinilai secara objektif, dan kemudian hasilnya diperlihatkan kepada

(42)

dicapainya jika ia mengetahui kelemahan-kelemahannya, mungkin

daripadanya akan tumbuh keberanian untuk memperbaikinya.

i. Guru harus mampu melindungi perbuatan-perbuatan yang positif dan

memperhatikan juga perbuatan-perbuatan yang negative. Bila guru

mampu melakukan hal tersebut maka rasa aman dan motivasi belajar

siswa akan berkembang dengan sendirinya.

j. Guru harus memantau kemajuan belajar secara terus menerus sehingga

motivasi belajar siswa juga akan terus terjaga karena merasa

diperhatikan guru.

k. Guru harus mampu mengikutsertakan dan melibatkan siswa dalam

belajar, artinya guru harus mampu memotivasi baik secara individual

maupun klasikal.

l. Guru bersikap akrab dan antusias. Keakraban dan keantusiasan guru

membawa efek positif terhadap perubahan tingkah laku siswa dalam

belajai (Wijaya & Rusyan,1991:115-119).

Sedangkan guru yang berpredikat motivator dalam Quantum

Learning mempunyai kemampuan untuk :

a. Mampu memahami kekuatan terpendam dari niat atau keyakinan.

Bila seorang guru mampu melihat kekuatan dari potensi siswa

didiknya, maka ini merupakan hal positif yang mampu memotivasi

siswa untuk percaya diri terhadap kemampuannya dalam belajar

walaupun pada awalnya siswa tersebut merasa pesimis terhadap

(43)

Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Caine dan Caine

yang menyatakan “Keyakinan guru akan potensi manusia dan

kemampuan semua anak untuk belajar dan berprestasi merupakan

suatu hal yang penting diperhatikan. Aspek-aspek teladan mental guru

berdampak besar terhadap iklim belajar dan pemikiran pelajar yang

diciptekan guru. Guru harus memahami bahwa perasaan dan sikap

siswa akan terlibat dan berpengaruh kuat pada proses belajarnya”

(Deporter, 2300:21).

b. Mampu memainkan peran emosi dalam belajar.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan beberapa peneliti terhadap

kemampuan emosi dalam belajar, ditemukan fakta bahwa guru dapat

membantu mempercepat pembelajaran siswa dengan memperhatikan

emosi siswa. Memahami emosi siswa juga dapat membuat

pembelajaran lebih berarti dan permanen. Bila siswa mendapat tekanan

negatif atau cemoohan, maka otak dipaksa secara emosional menjadi

i node bertempur atau kabur dan beroperasi pada tingkat bertahan hidup

sehingga kemampuan berpikir rasional menjadi berkurang. Hal ini

yang biasa disebut dengan downshifting, yang merupakan tanggapan

psikologis dan dapat menghentikan proses belajar saat itu dan setelah

itu. (Lean, 1990). Sebaliknya bila otak mendapat tekanan positif atau

suportif, dikenal dengan nama eustress, otak dapat terlibat secara

emosional dan memungkinkan kegiatan saraf maksimal. (Deporter,

(44)

belajar juga menjadi maksimal. Kemampuan memerankan emosi siswa

ini merupakan salah satu kemampuan pokok yang harus dimiliki guru

untuk meningkatkan motivasi siswa dalam belajar.

c. Menjalin rasa simpati dan saling pengertian

Untuk menarik keterlibatan siswa, guru harus membangun hubungan,

yaitu dengan menjalin rasa simpati dan saling pengertian. Hubungan

akan membangun jembatan menuju kehidupan bergairah siswa,

membuka jalan memasuki dunia baru mereka, mengetahui minat kuat

mereka, berbagi kesuksesan puncak mereka dan berbicara dengan

bahasa hati mereka. Membina hubungan bisa memudahkan guru

melibatkan siswa, memudahkan pengelolaan kelas, memperpanjang

waktu fokus dan meningkatkan kegembiraan. Membina hubungan

hanya dapat terjadi bila ada komunikasi terbuka guru dan siswa

sehingga guru dapat berbicara dengan jujur dan penuh kasih sayang.

(Deporter, 2000:26). Bila guru mampu membina hubungan maka

pemberian motivasi belajar akan lebih mudah dilakukan karena siswa

akan berprasangka baik terhadap kebijaksanaan ataupun nasehat yang

diberikan guru.

d. Menciptakan keriangan dan ketakjuban.

Menciptakan keriangan berarti guru mampu untuk memberikan

pelajaran tanpa membosankan siswa. Siswa merasa tidak mendapat

tekanan dan dapat bersikap santai dalam belajar. Bila siswa mampu

(45)

untuk sepenuhnya belajar tanpa dibayang-bayangi rasa bersalah dan

terbebani oleh keija keras dalam belajar. Keriangan hanya mungkin

dimiliki siswa bila guru mampu memberikan motivasi berupa afirmasi

atau pandangan positif terhadap apa yang dilakukan siswa. Keriangan

muncul ketika guru memberi pengakuan terhadap setiap usaha siswa

secara positif sehingga siswa merasa bangga, percaya diri dan bahagia.

Penelitian mendukung konsep bahwa kemampuan siswa meningkat

karena pengakuan guru. Dalam kajian Gordon Wells mengenai bahasa

belajar anak-anak, dia mencatat:

liJika anak-anak diharapkan melakukan transisi dengan mudah dan

percaya diri, mereka haruslah mengalami lingkungan baru sekolah

sebagai sesuatu yang menggairahkan dan menantang. Dalam

lingkungan ini, sebagian besar usaha mereka harus berhasil dan mereka

harus diakui sebagai diri mereka dan apa yang dapat mereka lakukan.

Anak-anak yang merasa, atau dibuat merasa, tidak diterima dan tidak

berkompeten akan lambat memulihkan rasa percaya diri dan, akibatnya

kemampuan mereka untuk memanfaatkan kesempatan belajar

diperbesar yang disediakan sekolah tersebut bahkan mungkin

berkurang, dalam kasus ekstern, rusak dan tidak dapat lagi diperbaiki

(Wells, 1986:68).

Menciptakan ketakjuban berarti guru harus mampu mendorong siswa

untuk berkreatifitas melalui pikirannya secara bebas untuk belajar.

(46)

pengajaran dengan melalui pertanyaan terbuka yang kreatif, yang

mengupas lebih dari sekedar jawaban benar dan menjawab pertanyaan

dengan lebih banyak pertanyaan (Elkind & Sweet 1997). Guru dapat

dengan lembut menuntun siswa kembali pada peranan sejati mereka

sebagai pelajar, bukan hanya sebagai orang yang tahu. Memasukkan

ketakjuban dan penjelajahan ke dalam belajar akan kembali

membebaskan sang jenius, menambahkan arti lebih pada belajar jika

diawali dan dicari melalui ketakjuban, penjelajahan dan pertanyaan,

e. Pengambilan resiko

Resiko adalah kemungkinan yang terjadi bila seorang siswa keluar dari

zona aman mereka. Bila siswa berani mengambil resiko maka itu

berarti mereka terpacu untuk belajar lebih banyak dan lebih banyak

lagi dari sebelumnya. Setiap guru meminta siswa untuk belajar hal

baru untuk pertama kalinya, berarti guru meminta mereka mengambil

langkah yang menakutkan, keluar dari zona nyaman untuk dengan

berani benbah dari seorang yang tahu menjadi seorang pelajar.

Pengambilan resiko menjaga otak tetap bergerak, dan dapat terasa

menggembirakan jika guru menciptakan suasana resiko aman, penuh

dukungan dan dorongan untuk melakukannya. Pengambilan resiko

membawa unsur tantangan dan pasti bisa ke dalam ruang kelas, dan

menciptakan lingkungan di mana pelajar membawa diri mereka

melampaui apa yang mereka rasa mampu (Deporter, 2000:36). Secara

(47)

untuk mempelajari hal-hal baru tanpa merasa hal-hal tersebut

menakutkan untuk dipelajari.

f. Rasa saling memiliki

Kecuali beberapa orang, semua siswa ingin merasa saling memiliki.

Dengan mengasah perasaan mereka untuk saling memiliki, guru

memberi kepaduan kepada suasana kelas dan dengan nyata

mempercepat proses belajar mengajar guru maupun belajar siswa.

Dengan kemampuan guru untuk menciptakan rasa saling memiliki

berarti guru menciptakan kebersamaan yang membuat seluruh siswa

merasa berdaya untuk keluar dan mempertaruhkan zona nyaman

mereka demi -sukses dan belajar. Rasa ini juga dapat menciptakan

bahasa dukungan dan standar memperlakukan satu sama lain dengan

hormat (Deporter, 2000:37).

g. Keteladanan

Guru yang baik akan lebih mampu mendorong siswanya berbuat hal

yang lebih baik. Apa yang dilakukan guru lebih penting daripada

pengetahuan yang dimiliki guru. Ini sama dengan pepatah yang

menyatakan: “Tindakan berbicara lebih keras daripada kata-kata”,

“Kami tidak butuh bukti, bukan janji” dan “Praktikkan apa yang kau

khutbahkan". Siswa sering mencari-cari alasan untuk tidak tertarik:

lubang-lubang dalam cerita guru, kontradiksi, ketidaksesuaian antara

kata-kata dan tindakan guru. Tetapi semakin banyak guru memberi

(48)

tertarik? Karena siswa merasakan kesebangunan, kecocokan antara

keyakinan dan perkataan guru dengan perbuatannya. Jadi memberi

teladan adalah salah satu cara ampuh untuk membangun hubungan dan

memahami orang lain. Ini juga berarti guru tidak perlu terlalu bersusah

payah, tetapi dampak untuk siswa tetap lebih kuat. Plus, keteladanan

akan menambahkan kekuatan ke dalam pengajaran guru (Deporter,

2000:39).

Dari dua pendapat di atas maka dapat diambil kesimpulan singkat

tentang guru yang berpredikat sebagai motivator, yaitu:

a. Selalu berusaha membina dan mendorong siswa dalam meningkatkan

kegairahan dan partisipasi siswa aktif.

b. Mampu memberikan pengakuan positif atau afirmatif.

c. Memberi kesempatan siswa untuk berkembang dalam belajar dan tidak

mendominasi kegiatan belajar mengajar.

d. Mampu memberi kesempatan kepada seluruh peserta didik (siswa)

yang pada hakikatnya memiliki perbedaan-perbedaan individual.

e. Mampu menciptakan kebersamaan dan rasa saling memiliki.

(49)

METODE PENELITIAN

Metodologi penelitian sangat diperlukan dalam melakukan penelitian

maupun penyusunan laporan penelitian. Hal ini disebabkan karena dalam

melakukan penelitian dibutuhkan langkah-langkah yang sistematis, berencana dan

mengikuti konsep ilmiah agar hasil penelitian dapat memberi gambaran yang jelas

dan dapat dipertanggungjawabkan. Metode penelitian merupakan langkah-langkah

yang bertujuan untuk memecahkan permasalahan yang diangkat dalam suatu

penelitian.

Masalah-masalah yang dibicarakan dalam bab ini berkaitan dengan

waktu dan tempat penelitian, pendekatan dan jenis penelitian, populasi dan sampel

penelitian, variabel penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian yang digunakan dalam penelitian ini kurang lebih

empat bulan, terhitung mulai dari observasi sampai dengan analisis data.

Tempat penelitian di MTs. Al-Manar Kecamatan Tengaran

Kabupaten Semarang, Untuk mendapatkan data secara lengkap maka

penelitian juga mengambil data dari Yayasan Pendidikan Al-Manar yang

merupakan pendiri MTs. Al-Manar.

(50)

B. Klasifikasi dan Jenis Penelitian

Klasifikasi yang digunakan dalam penelitian berdasarkan informasi yang

dikelola, maka penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan jenis

penelitian deskripsi. Penelitian kualitatif adalah penellitian yang data-data

atau informasi yang dikumpulkan dari suatu penelitian tidak diuji secara

statistik. Penelitian deskripsi adalah jenis penelitian yang memberi gambaran

atau uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap

obyek yang diteliti (Kountur, 2003:104).

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi menurut Sutrisno Hadi adalah keseluruhan wilayah individu,

obyek atau peristiwa untuk digeneialisasikan(Hadi, 1990:53). Sedangkan

menurut Suharsimi Arikunto populasi adalah keseluruhan subyek

penelitian (Arikunto, 1998:115). Dan menurut Sriningsih populasi adalah

sejumlah individu yang paling sedikit memiliki satu sifat yang sama, baik

sifat kodrati maupun bukan (Sriningsih, 1983:87).

Dari beberapa pengertian tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

populasi adalah seluruh individu atau obyek penelitian yang di dalamnya

terdapat satu atau lebih sifat yang sama, yang merupakan daerah untuk

digeneralisasikan dalam penelitian.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa tingkat VIII yang bersekolah

(51)

jumlah keseluruhan 4^ anak yang terbagi dalam 2 kelas yaitu kelas

VIII-A 25 anak, kelas VIII-B 24 anak.

Tabel 1

Populasi Penelitian

No. Tingkat Kelas

Jenis Kelamin

Jumlah Keterangan

L P

1. VIII A 14 11 25

2. VIII B 16 8 24

Jumlah 30 19 49

Sumber: Data Mutasi siswa MTs Al-Manar, April 2007

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian populasi yang diambil dengan

menggunakan cara-cara tertentu. (Hadi, 1990:57). Sedangkan menurut

Suharsimi Arikunto sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang

diteliti (Arikunto, 1998:117).

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sampel

adalah sebagian dari jumlah populasi yang mewakili seluruh populasi

yang ada. Karena populasi dalam penelitian ini kurang dari 100 orang

maka populasi dalam penelitian ini secara otomatis menjadi sampel

penelitian. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Suharsimi Arikunto yang

(52)

semuanya dapat diambil sebagai sampel. Jika subyeknya lebih dari 100,

maka pengambilan sampel antara 10 - 15% (Arikunto, 1998:120).

D. Teknik Pengumpulan Data

Sutrisno Hadi (1990:190) mengatakan bahwa dalam memperoleh data

yang diinginkan seseorang peneliti harus berpedoman pada beberapa pokok

pikiran sebagai berikut:

1. Data apa yang dibutuhkan ?

2. Dimana data itu diperoleh ?

3. Bagaimana ia memperolehnya ?

4. Apakah data sebanyak itu sudah sepadan atau belum untuk memecahkan

persoalan penelitian ?

Adapun metode pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian

ini adalah metode angket sebagai metode pokok dan metode dokumentasi dan

wawancara sebagai metode pendukung.

1. Metode Angket

Angket merupakan suatu cara atau metode penelitian dengan

menggunakan daftar pertanyaan yang harus dijawab oleh orang yang

dikenai atau responden (Walgito, 1994:35).

Metode angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh

' orang yang akan diukur (responden) dengan angket ini seseorang dapat

diketahui tentang keadaan data diri, pengalaman, pengetahuan, situasi,

(53)

Jadi angket dapat diartikan sebagai metode pengambilan data yang berisi

suatu daftar pertanyaan yang harus dijawab oleh subyek atau individu

yang menjadi sasaran dari penelitian.

Alasan penggunaan angket dalam penelitian ini adalah :

1. Subyeknya adalah orang yang telah tahu keadaan dirinya.

2. Apa yang dinyatakan subyek kepada peneliti adalah benar.

3. Jawaban yang disampaikan subyek sama dengan yang diharapkan

peneliti.

Selain pertimbangan di atas dengan menggunakan angket akan

mendapatkan beberapa keuntungan, yaitu :

1. Merupakan metode yang praktis sebab angket dapat dikirim ke

tempat yang jauh.

2. Dalam waktu singkat diperoleh data yang banyak.

3. Angket merupakan metode yang hemat, baik tenaga, waktu maupun

biaya.

4. Orang atau subyek dapat menjawab dengan leluasa tanpa

dipengaruhi orang lain.

Penggunaan metode angket juga mempunyai kelemahan, yaitu :

1. Penelitian tidak dapat kontak langsung dengan responden.

2. Pertanyaan yang kaku tak dapat diubah sesuai dengan situasi.

3. Biasanya angket yang dikeluarkan tidak semua masuk (Walgito,

(54)

Dalam penelitian ini angket yang dipakai adalah jenis angket

langsung bersifat tertutup pilihan ganda dengan tiga pilihan jawaban

yaitu: sering, kadang-kadang dan tidak pernah. “Angket langsung adalah

angket yang dikirim langsung dan diisi secara langsung oleh orang yang

diminta jawaban tentang dirinya” (Arikunto, 1998:278).

Metode angket dalam penelitian ini digunakan sebagai metode

pokok dalam memperoleh data tentang usaha guru agama Islam dalam

meningkatkan motivasi belajar siswa di samping itu metode angket juga

digunakan sebagai data pelengkap dalam memperoleh data tentang

persepsi siswa terhadap guru dan pengajarnya.

2. Metode Interview / Wawancara

Wawancara adalah sebagai tanya jawab lisan dimana dua orang atau

lebih berhadap-hadapan secara fisik yang satu dapat melihat muka yang

lain mendengarkan (Hadi, 1990:192). Alasan penulisan yang

menggunakan metode wawancara adalah :

a. Dapat mengadakan penelitian secara langsung melalui tanya jawab

b. Apabila ini dilaksanakan dengan fleksibel akan didapat jawaban

spontan tanpa paksa.

Metode ini peneliti gunakan untuk memperoleh atau melengkapi data

yang diperoleh dari hasil angket yaitu wawancara langsung antara penulis

dengan kepala sekolah, guru dan siswa tentang kondisi sekolah, kondisi

kelas, cara guru memotivasi dan pandangan siswa terhadap motivasi

(55)

3. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel

yang berupa catatan, transkrif, buku, surat kabar, majalah (Arikunto,

1998:234).

Metode ini digunakan untuk mendapatkan data guru pengajar, data siswa,

dan hal-hal yang berkaitan dengan MTs Al-Manar seperti sejarah

berdirinya, lembaga yang menaungi MTs Al-Manar, tempat lembaga ini

berdiri, serta data nilai siswa.

4 Metode Observasi

Metode Observasi adalah metode yang dapat diartikan sebagai

pengamatan dan.pencatatan dengan sistematis fenomena-fenomena yang

diselidiki (Hadi, 1990:136).

Metode ini digunakan untuk mengamati interaksi kegiatan belajar

mengajar di kelas untuk melihat bagaimana cara guru ketika mengajar

dan memotivasi siswa di kelas

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian dalam penulisan skripsi ini ada tiga jenis yaitu

instrumen penelitian untuk melakukan wawancara, instrumen penelitian

berupa angket, dan instrumen penelitian sebagai pedoman observasi.

Adapun indikator-indikator untuk menyusun instrumen penelitian

adalah:

1. Cara gu u membina dan mendorong siswa dalam meningkatkan

Gambar

Tabel 1. Populasi Penelitian.....................................................................
gambar yang terbaik mungkin tidak akan menarik bagi seseorang
Tabel 1Populasi Penelitian
Tabel 2Kurikulum KBK Madrasah Tsanawiyah Al-Manar Bener
+6

Referensi

Dokumen terkait

antara dua variabel yaitu minat dalam belajar dengan kesulitan belajar siswa.. kelas X pada mata pelajaran akuntansi di SMK PGRI 1

Saat paling lambat terjadinya suatu event sama dengan nilai terkecil dari saat- saat paling lambat untuk memulai kegiatan-kegiatan yang berpangkal pada event tersebut.. Free

Yang paling terlihat jelas disini adalah aktifitas manusia yang secara langsung menghancurkan terumbu karang, seperti misalnya pembangunan lapangan terbang dan

Hasil ketuntasan pada siklus II telah mencapai target yang diharapkan, sehingga menjadi bukti bahwa penggunaan media permainan manipulatif dapat meningkatkan

Pelanggan umumnya menginginkan produk-produk yang inovatif sesuai dengan keinginan mereka, bagi usaha kecil dan menengah (UKM) keberhasilan dalam pengembangan inovasi

Pada lima sampel makanan pecel diketahui bahwa diantara pedagang pecel tersebut terdapat beberapa faktor yang kurang memenuhi syarat yaitu sanitasi tempat dagang yang

Menurut wilkinson, selain terapi keluarga dan terapi kelompok, meningkatnya tingkat depresi pada lansia di panti wredha atau penampungan-penampungan yang bersifat

Jobdiscribtion : Pemilik saham terbesar, sebagai dewan Pengawasan dan Evaluasi seluruh rumah makan PTM. Serta menjadi atasan para pimpinan RM PTM setiap cabang