SKRIPSI
in u iiiiiiiiii
07TD1010821.01USAHA-USAHA GURU AGAMA DALAM MENINGKATKAN
MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI
KELASTJ MTs AL MANAR DESA BENER
KEC.TENGARAN KA B. SEMARANG
TAHUN PELAJARAN 2006/2007
Diajukan dalam rangka memenuhi syarat mendapatkan
Gelar Sarjana Pendidikan Islam pada
Jurusan Tarbiyah
NIM : 111 03 009
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI ISLAM NEGERI
S A L A T I G A
W e b s ite : w w w .stainsalatiaa.ac.id: administrasi@ stain salatiga.ac.id.
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara;
Nama : AHMAD KHOLIDUDDIN
NIM : 111 03 09
Jurusan / Progdi : Tarbiyah/PAI
Judul USAHA-USAHA GURU AGAMA DALAM
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR
SALATIGA
Jl. Stadion No. 2 Salatiga (0298) 323706
PENGESAHAN
Skripsi Saudara : Ahmad Kholiduddin dengan Nomor Induk Mahasiswa : 111 03 009 yang berjudul USAHA-USAHA GURU AGAMA DALAM
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM DI KELAS II MTs AL MANAR DESA BENER KECAMATAN
TENGARAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2006/2007
telah dimunaqosahkan dalam Sidang Panitia Ujian, Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga, pada hari Senin, 1 Oktober 2007 M yang bertepatan dengan tanggal 19 Ramadhan 1428 H. Dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Saijana dalam Ilmu Tarbiyah.
c . . 1 Oktober 2007 M
Salatiga,---19 Ramadhan 1428 H
Panitia Ujian
Muna Erawati. M.Si NIP. 150 293 624
Jin. Stadion 03 Telp (0298) 323433 Salatiga 50721
Website: www.stainsalatiqa.ac.id : ad m i n istrasi@sta i n salatiga.ac.id
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran orang lain di luar referensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup mempertanggungjawabkan kembali keaslian skripsi ini di hadapan sidang munaqosah skripsi.
Demikian deklarasi ini dibuat oleh peneliti untuk dapat dimaklumi.
ia&
tj£
a
tiz
atsz
“Jadilah orang yang mengajar atau orang yang belajar atau orang yang
mendengarkan atau orang yang mencintai ilmu, dan janganlah jadi orang yang
kelima jika kamu menjadi orang yang kelima maka kamu akan rusak”
2
“Jadilah di dunia ini bagaikan orang yang mengembara
atau orang yang sedang melaksanakan perjalanan”
3 Belajarlah seni karena dengan seni hidup menjadi indah
Belajarlah ilmu agama karena dengan agama hidup menjadi terarah
4 Jangan bicara jika tidak perlu...!
Jangan tertawa jika tidak ada yang lucu ...!
Skripsi yang sederhana ini penulis persembahkan kepada:
1. Bapak dan ibu yang tercinta serta keluargaku yang telah mendo’akan dan
memberikan perhatian baik moril maupun materiil dalam pembuatan
skripsi ini.
2. Bapak Kyai As’ad Haris Nasution, Bapak Kyai Fatkhurrohman dan Ibunya
Fatihah Ulfah, selaku Pengasuh PP Al-Manar yang telah memberikan
motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Adik-adikku tercinta yang telah memberikan dorongan dalam pembuatan
skripsi.
4. Teman-temanku seperjuangan di Pon-Pes Al-Manar.
5. Seseorang yang akan menjadi temanku dalam mengarungi bahtera
kehidupan dunia ini sampai di akhirat kelak.
6. Semua kaum muslimin yang berhijrah ke jalan Ilahi Rabbi.
" f ' : ' " y ' \x?~ ^
Segala puji bagi Allah dengan semua pujian yang mampu memenuhi nikmat- nikmatNya dan mencukupi tambahan-Nya, dan shalawat beserta salam kiranya terlimpah kepada al Musthafa. Sang Rasul yang terjaga dan mulia, berlimpah pula kepada keluarga, para sahabat dan pengikut yang setia.
Berkat rahmat Allah Yang Maha Pengasih lagi Penyayang, skripsi ini dapat penulis selesaikan. Dalam kesempatan ini apabila dalam tulisan ini ada kesalahan dan kekeliruan penulis mengharapkan kepada semua pembaca yang budiman untuk dibenarkan supaya lebih baik, dan akhirnya semoga tulisan yang sederhana ini dapat bermanfaat baik di dunia maupun di akhirat.
Dalam rangka memenuhi persyaratan untuk mengakhiri program studi tingkat sarjana (SI) pada Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga, maka penulis mengajukan skripsi yang berjudul “USAHA-USAHA GURU AGAMA DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI KELAS II MTs AL MANAR DESA BENER KEC. TENGARAN KAB. SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2006/2007”.
Secara keseluruhan penulisan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan dan petunjuk dari ibu pembimbing serta bapak-bapak lainnya, oleh karena itu penulis sampaikan banyak terima kasih kepada yang terhormat:
1. Bapak Drs. Imam Sutomo, M.Ag, selaku ketua STAIN Salatiga 2. Bapak Drs. Fatkhurrohman, M.Ag, selaku Ketua Progdi PAI 3. Bapak Mufiq, S.Ag selaku dosen PA
4. Ibu Muna Erawati, M.Si, selaku pembimbing skripsi 5. Bapak dan Ibu dosen serta segenap staf STAIN Salatiga
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
NOTA PEMBIMBING... ii
PENGESAHAN... iii
DEKLARASI... iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL... xii
DAFTAR LAMPIRAN... xiii
BAB I. PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Penegasan Istilah... 6
C. Rumusan M asalah... 7
D. Tujuan Penelitian ... 8
E. Manfaat Penelitian... 8
F. Metode Penelitian... 8
G. Sistematika Laporan Penelitian... 10
BAB II. LANDASAN TEORI ... 13
A. Masalah Pendidikan Agama Islam ... 13
3. Tujuan Pendidikan Agama Islam ... 14
4. Faktor-faktor Pendidikan Agama Islam ... 14
B. Masalah Motivasi Belajar ... 17
1. Pengertian motivasi belajar... 17
2. Unsur-unsur yang mempengaruhi motivasi belajar .... 17
3. Macam-macam m otivasi... 19
4. Bentuk-bentuk motivasi b elajar... 22
5. Fungsi motivasi dalam belajar ... 24
C. Kedudukan Guru PAI sebagai motivator Pendidikan Agama Islam ... 25
1. Pengertian usaha g u ru ... 25
2. Kedudukan guru Agama Islam... 26
3. Ciri-ciri guru yang berpredikat motivator... 27
BAB III. METODE PENELITIAN... 37
A. Waktu dan Tempat Penelitian... 37
B. Klasifikasi dan Jenis Penelitian... 38
C. Populasi dan Sampel Penelitian... 38
1. Populasi... 38
2. Sampel Penelitian... 39
D. Teknik Pengumpulan D ata... 40
1. Metode Angket... 40
2. Metode Interview / Wawancara... 42
E. Instrumen Penelitian... 43
F. Metode Analisa D ata... 44
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 45
A. Madrasah Tsanawiyah Al-Manar... 45
B. Keadaan Guru MTs Al-Manar ... 52
C. Keadaan Siswa MTs Al-Manar ... 53
D. Analisa Hasil Penelitian... 59
E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 63
BAB V. PENUTUR... 69
A. Kesimpulan ... 69
B. Saran-saran... 70
DAFTAR PUSTAKA ... 71
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 72
Halaman
Tabel 1. Populasi Penelitian... 39
Tabel 2. Kurikulum KBK MTs Al-Manar Bener Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang... 51
Tabel 3. Daftar Dewan Guru dan Pegawai MTs Al-Manar Bener Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang... 52
Tabel 4. Data siswa MTs Al-Manar Bener Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang ... 53
Tabel 5. Pendidikan Terakhir Orangtua Siswa ... 54
Tabel 6. Penghasilan Orangtua Siswa per Bulan ... 55
Tabel 7. Pekerjaan Orangtua Siswa... 56
Tabel 8. Data Siswa Kelas VIII MTs Al-Manar Bener Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang... 57
Halaman
Lampiran 1. Angket Penelitian G um ... 72
Lampiran 2. Angket Penelitian Sisw a... 73
Lampiran 3. Pedoman Wawancara... 74
Lampiran 4 Pedoman Observasi ... 75
Lampiran 5. Hasil Angket Terhadap Guru PAI Kelas VIII MTs Al-Manar Bener Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang... 76
Lampiran 6. Hasil Angket Terhadap Siswa Kelas VIII MTs Al-Manar Bener Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang... 77
Lampiran 7. Rangkuman Hasil Wawancara dengan Guru PAI Kelas VIII MTs Al-Manar Bener Kec. Tengaran Kabupaten Semarang ... 79
• Lampiran 8. Hasil Observasi pada Kegiatan Belajar Mengajar Pelajaran Agama Islam di MTs Al-Manar Bener Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang... 87
Lampiran 9. Daftar riwayat hidup... 89
Lampiran 10. Ijin Penelitian... 90
Lampiran 11. Permohonan Ijin Penelitian... 91
Lampiran 12. Surat Keterangan Penelitian... 92
Lampiran 13. Lembar Konsultasi... 93
Lampiran 14 Surat Keterangan Kegiatan... 94
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan agama mempunyai peranan yang sangat penting dalam
pembangunan suatu bangsa, keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat
ditentukan oleh faktor manusia. Pendidikan agama bertujuan untuk
membentuk manusia taqwa, jujur, ikhlas, sadar akan tanggung jawab terhadap
masa depan bangsa dan umat manusia. Siswa harus pula memiliki kecakapan,
ketrampilan, dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.
Upaya untuk menciptakan manusia yang beriman dan bcrtaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, maka diperlukan pendidikan
agama Islam. Zuharini mengemukakan : “Pelaksanaan pendidikan agama
Islam bertujuan untuk membimbing anak agar mereka menjadi orang muslim
yang beriman teguh, beramal solih dan berahlaq mulia, serta berguna bagi
agama, bangsa dan negara”(Zuhairini, 1983:45). Guna mencapai tujuan
tersebut, maka guru agama Islam harus memiliki ketrampilan-ketrampilan
pembelajaran yaitu ketrampilan membuka pelajaran, ketrampilan memberikan
motivasi, ketrampilan bertanya, ketrampilan menerangkan, ketrampilan
mendayagunakan media pengajaran, ketrampilan mengadakan assessment
(penjajagan), ketrampilan memilih dan menggunakan metode yang tepat,
ketrampilan menutup pelajaran, dan ketrampilan mengadakan interaksi
(Sutrisno, 1994:20).
Dalam penelitian ini penulis berfokus pada salah satu ketrampilan guru
dalam pengelolaan kelas yaitu kemampuan guru dalam memberi motivasi,
karena menurut penulis ketrampilan memberi motivasi merupakan salah satu
ketrampilan guru yang mampu mendorong siswa untuk belajar mandiri dan
bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukan. Selain itu motivasi juga akan
mendorong siswa lebih giat belajar di rumah dan di sekolah serta juga
mendorong lebih mudahnya mengarahkan siswa pada pencapaian tujuan
pembelajaran yang telah ditentukan.
Untuk itu pemberian motivasi ini merupakan hal yang sangat penting
bagi penulis untuk diteliti karena alasan-alasan sebagai berikut:
1. Hasil belajar siswa sangat ditentukan oleh kemampuan guru memotivasi
siswa atau dengan kata lain ketrampilan memberi motivasi mempunyai
peranan yang menentukan dalam keberhasilan belajar.
2. Kemampuan guru memotivasi belajar mendorong siswa untuk aktif
berpartisipasi dalam kegiatan belajar mengajar.
3. Siswa yang termotivasi akan mampu untuk belajar secara mandiri.
4. Kemampuan memotivasi siswa merupakan kemampuan pokok yang harus
dimiliki setiap guru di sekolah, sehingga hasil penelitian ini akan dapat
membantu guru mengembangkan kemampuan memotivasi siswa.
Dengan melihat empat alasan di atas maka dapat diambil kesimpulan
bahwa akan ada beberapa akibat negatif bila guru tidak berhasil memotivasi
1. Siswa kurang terfokus pada pelajaran, baik saat belajar di kelas maupun di
rumah.
2. Hasil belajar siswa tidak memenuhi tujuan pembelajaran.
3. Pengelolaan kelas menjadi kurang berhasil karena motivasi siswa yang
rendah dalam belajar.
4. Ketrampilan memotivasi guru akan beijalan stagnan atau berhenti karena
tidak adanya dorongan untuk melakukan penelitian bagi peningkatan
ketrampilan memotivasi siswa.
Betapa pentingnya peran guru dalam menentukan keberhasilan di
sekolah, maka dalam menjalankan tugasnya, setiap guru harus dapat
memberikan motivasi dalam belajar di sekolah, karena dalam pendidikan
motivasi dipandang sebagai suatu proses yang membawa anak didik ke arah
pengalaman belajar.
Menurut Sutrisno (1994:22) motivasi belajar berfungsi sebagai daya
penggerak di dalam diri siswa untuk belajar secara aktif dan mandiri dalam
setiap kegiatan belajar yang dilakukan.
Sedangkan menurut Nasution (1995:76-77) motivasi mempunyai tiga
fungsi, yaitu mendorong manusia untuk berbuat, menentukan apa yang akan
diperbuat, dan memberi arah tujuan perbuatannya.
Memperhatikan motivasi yang sangat besar faidahnya bagi siswa
dalam belajar, guru perlu mengenal kebutuhan anak dan mempunyai
kesanggupan untuk menghubungkan dengan pelajaran, serta kebutuhan
penggerak yang menentukan tingkah laku siswa dan mendorong untuk
melakukan perbuatan belajar dalam mencapai prestasi belajar yang diinginkan.
Mengingat Madrasah Tsanawiyah atau sekolah lanjut tingkat pertama dalam
usia awal masa remaja yang biasanya timbul masalah, baik kondisi fisik
maupun psikis, maka perlu diberikan motivasi belajar yang baik dan
diharapkan akan dapat mencapai hasil prestasi yang baik pula.
Dengan melihat tabel nilai semester I siswa MTs Al-Manar Tengaran
maka dapat dilihat bahwa untuk mata pelajaran Alquran Hadist materi
penguasaan ilmu pengetahuan yang mendapat nilai kurang dari 60 ada 19
siswa (39%), materi penerapan/pengamalan yang mendapat nilai kurang dari
60 ada 10 siswa (39%), untuk mata pelajaran Aqidah Akhlak yang mendapat
nilai kurang dari 60 materi penguasaan ilmu pengetahuan ada 12 siswa (24%),
untuk mata pelajaran Fiqih untuk materi penguasaan ilmu pengetahuan ada 5
siswa (10%), materi penerapan/pengamalan ada 2 siswa (4,1%), untuk mata
pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam materi penguasaan nilai-nilai ada 2 siswa
(4,1%), untuk mata pelajaran Bahasa Arab materi mendengarkan ada 1 siswa
(2%), materi berbicara ada 3 siswa (6,1%), materi menulis ada 4 siswa (8,2%).
Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa nilai-nilai siswa pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam kurang memuaskan.
Selain skor mata pelajaran yang diperoleh siswa di atas, ada beberapa
kondisi siswa yang kurang positif diamati peneliti. Perilaku atau akhlak siswa
yang kurang baik, kurang disiplin, kurang semangat belajar, dan terbiasa
karena adanya beberapa sebab, yaitu: guru yang kurang pandai memotivasi,
kurikulum yang kurang sesuai atau mungkin juga lingkungan belajar di
sekolah (intern) dan di luar sekolah (ekstern) yang kurang mendukung. Karena
adanya beberapa kemungkinan penyebab rendahnya nilai mata pelajaran
agama Islam, maka untuk membatasi permasalahan penelitian difokuskan
pada usaha-usaha yang dilakukan guru untuk memotivasi siswa khususnya
dal am mata pelajaran pendidikan agama Islam.
MTs Al Manar Tengaran yang merupakan suatu lembaga pendidikan
di bawah pondok pesantren Al Manar yang mengemban misi sesuai dengan
dakwah Amar Ma’ruf Nahi Munkar, yaitu berlomba-lomba dalam kebajikan
dan mencegah kemungkaran, pastilah juga berusaha untuk lebih meningkatkan
mutu pendidikannya. Dalam berbagai macam kegiatannya MTs Al Manar juga
telah berusaha meningkatkan kualitas seperti MTs-MTs atau SLTP-SLTP
yang lain. Salah satu upaya yang harus dilakukan adalah proses belajar yang
baik, sarana dan fasilitas yang memadai maupun tenaga-tenaga pengajar yang
profesional dan menerapkan metode dalam proses belajar mengajar yang
tepat. Sebagai usaha nyata dalam rangka mencapai tujuan belajar mengajar
penulis ingin mengadakan penelitian yang beijudul “USAHA-USAHA GURU
DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM KELAS II MTs AL MANAR KECAMATAN
B. Penegasan Istilah
Untuk mengetahui makna dan agar tidak terjadi salah paham dalam
menafsirkan judul diberikan penegasan istilah sebagai berikut:
1. Usaha guru
Usaha diartikan kegiatan dengan menggerakkan tenaga, pikiran,
atau badan usaha untuk mencapai suatu maksud pekerjaan.
(Poerwadarminto, 1998:986)
Guru adalah seorang yang mendidik secara sadar dan bertanggung
jawab dalam membimbing anak untuk mencapai kedewasaan. (Ahmadi,
1994:68). Guru yang dimaksud di sini adalah guru yang mengajarkan mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Jadi pengertian usaha guru adalah suatu kegiatan yang dilakukan
seseorang dengan menggerakkan tenaga, pikiran dalam memberikan atau
mendidik secara sadar dan bertanggung jawab untuk membimbing anak
dalam mencapai kedewasaan.
2. Motivasi belajar
Motivasi be.ajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri
siswa yang menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin kelangsungan
dari kegiatan belajar yang memberikan arah pada kegiatan belajar
sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai.
Motivasi belajar juga diartikan dorongan-dorongan dari dalam diri
siswa dalam melakukan kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar.
(Rusyan, 1989:121)
Jadi motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak atau
dorongan untuk melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan belajar dapat
tercapai.
3. Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam dapat diartikan pendidikan yang
berkaitan dengan agama Islam secara keseluruhan (Arief, 2002:18).
Artinya pendidikan agama Islam adalah pendidikan yang isinya mencakup
berbagai macam .ilmu yang diajarkan seperti Akidah Akhlak, Alqur’an
Hadist, Tarikh Islam, Fiqih, dan Bahasa Arab.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dapat ditarik kesimpulan
arti keseluruhan dari judul yaitu : suatu penelitian lapangan tentang usaha
guru dalam mengadakan proses pembelajaran ke arah suatu perbaikan
mutu enam bidang studi pendidikan agama Islam yang lebih baik.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari judul dan latar belakang masalah di atas dapat
dikemukakan beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana persepsi belajar siswa terhadap usaha-usaha guru dalam
memberi motivasi belajar pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam?
2. Bagaimana upaya yang dilakukan guru dalam memotivasi siswa kelas II
D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui persepsi siswa terhadap usaha-usaha guru dalam
memberi motivasi belajar pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
2. Untuk mengetahui upaya guru dalam memotivasi siswa kelas II MTs Al
Manar dalam mata pelajaran pendidikan agama Islam.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat antara lain :
1. Bagi para pendidik, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan
bagi guru mengenai pentingnya usaha meningkatkan motivasi belajar
siswa.
2. Bagi para siswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi
sekaligus masukan mengenai perlunya meningkatkan motivasi.
3. Bagi peneliti-peneliti lain, hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan
informasi untuk mengadakan penelitian-penelitian terkait selanjutnya.
F. Metode Penelitian
1. Metode Pengumpulan Data
a. Metode Angket
Metode angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan
untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
Metode angket dalam penelitian ini digunakan sebagai metode pokok
dalam memperoleh data tentang usaha guru agama Islam dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa di samping itu metode angket juga
digunakan sebagai data pelengkap dalam memperoleh data tentang
persepsi siswa terhachp guru dan pengajarnya.
b. Metode Interview atau Wawancara
Metode interview atau wawancara adalah metode yang dilakukan
dengan menggunakan pertanyaan secara lisan kepada orang lain dengan
maksud agar orang lain itu memberi jawaban. Dalam metode interview
atau wawancara teijadi komunikasi langsung antara peneliti dan subjek
( Surakhmad, 1989 : 174 ).
Metode ini penulis gunakan uniuk memperoleh atau melengkapi data
yang diperoleh dari hasil angket yaitu wawancara langsung antara
peneliti dengar) kepala sekolah, guru dan siswa tentang kondisi sekolah,
kondisi kelas, cara guru memotivasi dan pandangan siswa terhadap
motivasi yang diberikan guru.
c. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan transkrip, notulen rapat, agenda dan
sebagainya ( Arikunto, 1999 : 234 ).
Metode ini digunakan untuk mendapatkan data guru pengajar, data
siswa, dan hal-hal yang berkaitan dengan MTs Al-Manar seperti sejarah
berdirinya, lembaga yang menaungi MTs Al-Manar, tempat lembaga ini
d. Metode Observasi
Metode Observasi adalah metode yang dapat diartikan sebagai
pengamatan dan pencatatan dengan sistematis fenomena-fenomena
yang diselidiki ( Hadi, 1989 : 136 ).
Metode ini digunakan untuk mengamati interaksi kegiatan belajar
mengajar di kelas untuk melihat bagaimana cara guru ketika mengajar
dan memotivasi siswa di kelas
2. Metode Analisis Data
Setelah data yang dibutuhkan sudah terkumpul melalui beberapa metode
tersebut diatas, kemudian di seleksi dan disusun. Maka tahap berikutnya
adalah menganalisis data tersebut dengan menggunakan metode Analisis
Kualitatif. Adapun data yang bersifat kuantitatif diubah menjadi data yang
bersifat kualitatif dengan memberikan kriteria-kriteria tertentu pada data
yang akan dianalisis. Kriteria-kriteria tersebut seperti baik, cukup atau
sedang, kurang baik, dan lain-lain sehingga data dapat dianalisis dengan
metode Analisis kualitatif.
G. Sistematika Laporan Penelitian
Skripsi mi merupakan rangkaian dari beberapa bab yang setiap bab
terdiri dari sub-sub bab. Sebelum bab I terdapat beberapa halaman yang terdiri
dari halaman sampul, halaman judul, lembar persetujuan, kata pengantar,
BAB I PENDAHULUAN yang meliputi : Latar belakang masalah,
penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan
penelitian, metode penelitian, sistematika penelitian laporan
penelitian.
BAB II KAJIAN TEORI yang meliputi :
A. Masalah pendidikan Agama Islam, pembahasannya meliputi:
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
2. Dasar Pendidikan Agama Islam
3. Tujuan Pendidikan Agama Islam
4. Faktor- faktor Pendidikan Agama Islam
B. Masalah motivasi belajar pembahasannya meliputi:
1. Pengertian motivasi belajar
2. Unsur-unsur yang mempengaruhi motivasi belajar
3. Macam-macam motivasi
4. Bentuk-bentuk motivasi belajar
5. Fungsi motivasi dalam belajar
C. Guru PAI sebagai motivator Pendidikan Agama Islam,
meliputi:
1. Pengertian usaha guru
2. Kedudukan guru Agama Islam
3. Ciri-ciri guru PAI yang berpredikat motivator
BAB III METODE PENELITIAN, yang meliputi:
A. Waktu dan Tempat Penelitian
C. Populasi dan Sampel Penelitian
D. Teknik Pengumpulan Data
E. Instrumen Penelitian
F. Metode Analisa Data
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN, yang meliputi:
A. Madrasah Tsanawiyah Al-Manar
B. Keadaan Guru MTs Al-Manar
C. Keadaan Siswa MTs Al-Manar
D. Analisa Hasil Penelitian
E. Pembahasan Hasil Penelitian
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN, merupakan bab yang paling akhir
meliputi:
A. Kesimpulan
B. Saran-saran
Daftar Pustaka
Lampiran-lampiran
- Angket Penelitian
- Pedoman Wawancara
- Pedoman Observasi
- Hasil Angket Penelitian
- Hasil Wawancara
- Hasil Observasi
- Surat keterangan dari Sekolah
KAJIAN TEORI
A. Masalah pendidikan Agama Islam, pembahasannya meliputi:
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam dapat diartikan pendidikan yang
berkaitan dengan agama Islam secara keseluruhan (Arief, 2002:18).
Artinya pendidikan agama Islam adalah pendidikan yang isinya
mencakup berbagai macam ilmu yang diajarkan seperti Akidah Akhlak,
Alquran Hadist, Tarikh Islam, Fiqih, dan Bahasa Arab.
2. Dasar Pendidikan Agama Islam
Dasar pendidikan agama Islam ada dua yaitu:
a. Sumber pengetahuan ialah Allah. Eksistensi Tuhan sebagai hakim
kemutlakan-Nya untuk menetapkan hukum atas hamba-Nya. Namun
demikian kebijaksanaan-Nya dalam menetapkan sesuatu selalu
fleksibel dan tidak memberatkan. Alquran adalah rahmat seluruh
alam raya ini di dalamnya terakomodasi segala urusan hamba-
hamba-Nya. Disamping keindahan tata bahasanya, juga terdapat
isyarat-isyarat pengetahuan baik tentang duniawi maupun ukhrawi.
Pada titik finalnya harus diakui bahwasanya Alquran merupakan
sumber pengetahuan konklusif dan Allah sebagai dzat pencipta
merupakan sumber dari segala sumber.
b. Teori ilmu pendidikan islam tidak boleh bertentangan dengan
vvahyu. Kedinamisan suatu ilmu sangat diperlukan sesuai dengna
keadaan zamannya. Sebagai ilmu yang berlandaskan pada sesuatu
yang bersifat aqli maupun naqli harus memiliki relevasi dengan
kaidah-kaidah yang terdapat dalam wahyu dan akal manusia
(Daradjat, 1978:42).
3. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Secara umum, tujuan pend’dikan Agama Islam terbagi kepada
tujuan umum, tujuan sementara, tujuan akhir dan tujuan operasional.
a. Tujuan umum adalah tujuan yang akan dicapai dengan segala
kegiatan pendidikan baik dengan pengajaran atau dengan cara lain.
b. Tujuan sementara adalah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik
diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam
sebuah kurikulum.
c. Tujuan akhir adalah tujuan yang dikehendaki agar peserta didik
menjadi manusia-manusia sempurna (insan kamil) setelah ia
menghabisi sisa umurnya.
d. Tujuan operasional adalah tujuan praktis yang akan dicapai dengan
sejumlah kegiatan pendidikan tertentu (Arief, 2002: 18-19).
4. Faktor- faktor Pendidikan Agama Islam
Faktor-faktor pendidikan Agama Islam adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi pendidikan Agama Islam tersebut yaitu :
Faktor ini memberikan arah pada hasil akhir pendidikan Agama
Islam yang ingin dicapai. Tujuan dalam proses pendidikan Agama
Islam adalah idealitas (cita-cita) yang mengandung nilai-nilai Islami
yang hendak dicapai dalam proses kependidikan yang berdasarkan
ajaran Islam secara bertahap,
b. Pendidik
Faktor ini merupakan faktor yang menentukan berhasil tidaknya
Pendidikan Agama Islam yang diajarkan karena pendidik merupakan
organisator dari kegiatan belajar mengajar yang dilakukan.
Karena pentingnya faktor pendidik dalam pendidikan Agama Islam,
maka figur pendidik dalam pendidikan Agama Islam haruslah
merupakan figur teladan dan juga figur yang mampu untuk
mengembangkan serta menanamkan nilai-nilai Agama Islam dalam
pendidikan.'Pendidik mempunyai tugas yang sangat penting dalam
proses pendidikan, diantaranya adalah :
1. Membimbing, mencari pengenalan terhadap kebutuhan dan
kesanggupan belajar.
2. Menciptakan situasi pendidikan yaitu kondusif, dimana seluruh
tindakan pendidikan dapat berlangsung baik sehingga mencapai
hasil yang memuaskan.
3. Memiliki pengetahuan agama dan pengetahuan yang diperlukan
Karena sedemikian berat dan mulianya tugas seorang pendidik
dalam pendidikan Agama Islam, maka sudah sepatutnya seorang
pendidik mempunyai kemampuan sebagai pendidik dan salah satu
kemampuan yang sangat penting untuk dimiliki adalah kemampuan
untuk memotivasi siswa belajar. Bila pendidik mampu
membangkitkan motivasi siswa, maka siswa akan mempunyai
kreatifitas untuk menghubungkan pelajaran dengan kebutuhan dan
minat siswa. Makin pandai guru sebagai pendidik menggiatkan siswa
belajar dan makin sering memberikan kesempatan siswa untuk turut
berpartisipasi, maka intensitas usaha belajar siswa akan makin
meningkat. .
c. Siswa
Faktor ini merupakan faktor yang juga penting diperhatikan karena
tujuan dari pendidikan Islam adalah membentuk siswa sesuai dengan
agama Islam.
d. Lingkungan pendidikan
Faktor ini mempunyai pengaruh terhadap motivasi belajar siswa,
baik secara langsung maupun tidak langsung. Lingkungan
pendidikan ini ada lima yaitu lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah, lingkungan masyarakat, lingkungan individu dan
lingkungan Negara.
Faktor ini berkaitan dengan sarana fisik dan non fisik. Sarana fisik
terdiri dari lembaga pendidikan dan media pendidikan. Sarana non
fisik berkaitan dengan kurikulum, metode, evaluasi, manajemen,
landasan dasar, mutu pelajaran, dan keuangan (Arief, 2002:70:84).
B. Masalah motivasi belajar pembahasannya meliputi:
1. Pengertian motivasi belajar
Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam
diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin
kelangsungan dari kegiatan belajar yang memberikan arah pada kegiatan
belajar sehingga-tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat
tercapai (Sardiman, 2001:73). Motivasi belajar juga dapat diartikan
dorongan-dorongan dari dalam diri siswa untuk melakukan kegiatan
belajar untuk mencapai tujuan belajar (Rusyan, 1989:121). Jadi motivasi
belajar adaiah keseluruhan daya penggerak atau dorongan untuk
melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan belajar dapat tercapai.
2. Unsur-unsur yang mempengaruhi motivasi belajar
Bila dilihat dari arti kata motivasi belajar, maka dapat dikatakan
bahwa motivasi belajar ada dalam diri siswa sendiri. Perbuatan ataupun
tingkah laku guru hanya mempengaruhi dan memberi arah terhadap
perkembangan motivasi siswa. Karena itu unsur-unsur yang
a. Cita-cita atau aspirasi siswa. Cita-cita merupakan keinginan yang
ingin berhasil dicapai siswa, dan keinginan ini akan menumbuhkan
kemauan untuk giat dalam mencapainya.
b. Kemampuan siswa, karena kemampuan atau kecakapan siswa juga
mempengaruhi keinginan anak.
c. Kondisi siswa meliputi jasmani dan rohani. Misalnya seorang siswa
yang sedang sakit, lapar, atau marah-marah akan mengganggu
perhatian belajar, sebaliknya seorang siswa yang sehat, kenyang, dan
gembira akan mudah memusatkan perhatian.
d. Kondisi lingkungan siswa. Lingkungan siswa dapat berupa keadaan
alam tempat tinggal, pergaulan sebaya, dan kehidupan masyarakat.
Sebagai anggota masyarakat maka siswa dapat terpengaruh oleh
lingkungan sekitar. Bencana alam, tempat tinggal yang kumuh,
ancaman rekan yang nakal, perkelahian antar siswa, akan
mengganggu kesungguhan belajar. Sebaliknya kampus sekolah yang
indah, pergaulan siswa yang rukun, akan memperkuat motivasi
belajar.
e. Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran seperti
perasaan, perhatian, kemauan, ingatan dan pikiran yang mengalami
perubahan berkat pengalaman hidup.
f. Upaya guru dalam membelajarkan siswa. Guru adalah seorang
pendidik professional. Ia bergaul setiap hari dengan puluhan atau
Dapat dikatakan bahwa upaya guru dalam membelajarkan siswa
merupakan pengaruh terbesar terhadap motivasi belajar siswa karena
guru yang favorit biasanya menjadi contoh langsung yang akan
mendorong motivasi siswa dalam belajar. (Sardiman, 2001:76-83)
3. Macam-macam motivasi
Berbicara tentang macam atau jenis motivasi ini dapat dilihat dari berbagai
sudut pandang. Dengan demikian motivasi atau motif-motif yang aktif itu
sangat bervariasi.
a. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya.
1) Motif-motif bawaan
Yang dimaksud motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir,
jadi motivasi itu ada tanpa dipelajari. Sebagai contoh misalnya:
dorongan untuk makan, dorongan untuk minum, dorongan untuk
bekerja, untuk beristirahat, dorongan seksual. Motif-motif ini sering
disebut motif-yang diisyaratkan secara biologis.
2) Motif-motif yang dipelajari
Maksudnya motif-motif yang timbul kama dipelajari. Sebagai
contoh: dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan,
dorongan untuk mengajar sesuatu di dalam masyarakat. Motif-motif
ini sering disebut dengan motif-motif yang diisyaratkan secara sosial
(Sardiman, 1986: 85-86).
Ada beberapa ahli yang menggolongkan jenis motivasi itu menjadi dua
jenis yakni motivasi jasmaniah dan motivasi ruhaniah. Yang termasuk
motivasi jasmaniah seperti misalnya: refleks, instik otomatis, nafsu.
Sedangkan yang termasuk motivasi ruhaniah, yaitu kemauan
(Sardiman, 1986:87)
c. Motivasi intrinsik dan ekstrinsik.
1) Motivasi intrinsik.
Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-
mot:f yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang
dari luar, kama dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk
melakukan sesuatu. Sebagai contoh seorang yang senang membaca,
tidak usah ada yang menyuruh atau mendorongnya, ia sudah rajin
mencari buki.-buku untuk dibacanya. Kemudian kalau dilihat dari
segi tujuan kegiatan yang dilakukannya (misalnya kegiatan belajar),
maka yang dimaksud motivasi intrinsik ini adalah ingin mencapai
tujuan yang terkandung didalam perbuatan belajar itu sendiri.
Sebagai contoh konkrit, seorang siswa itu melakukan belajar, kama
betul-betul ingin mendapat pengetahuan, nilai atau keterampilan agar
dapat berubah tingkah lakunya secara konstruktif, tidak kama tujuan
yang lain-lain.
Perlu diketahui bahwa siswa yang memiliki motivasi
intrinsik akan tujuan menjadi orang yang terdidik, yang
jalan untuk menuju ke tujuan yang ingin dicapai ialah belajar, tanpa
belajar tidak mungkin mendapat pengetahuan, tidak mungkin
menjadi ahli. Dorongan yang menggerakkan itu bersumber pada
suatu kebutuhan, kebutuhan yang berisikan keharusan untuk menjadi
orang yang terdidik dan berpengetahuan. Jadi motivasi itu muncul
dari kesadaran diri sendiri dengan tujuan secara esensial, bukan
sekadar simbol dan seremonial (Sadiman, 1986: 88-89).
2) Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan
berfungsi kama adanya perangsang dari luar. Sebai contoh seorang
itu belajar, .kama tau besok paginya akan ujian dengan harapan
mendapatkan nilai baik, sehingga akan dipuji oleh pacarnya atau
temennya. Jadi yang penting bukan karena belajar ingin mengetahui
sesuatu, tapi ingin mendapat nilai yang bai, atau agar mendapat
hadiah. Jadi kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang
dilakukannya, tidak secara langsung bergayut dengan esensi apa
yang dilakukannya itu. Oleh kama itu motivasi ekstrinsik dapat juga
dikatakan sebagai bentuk motivasi yang didalamnya aktifitas belajar
dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak
secara mutlak berkaitan dengan aktifitas belajar.
Perlu ditegaskan, bukan berarti bahwa motivasi ekstrinsik
ini tidak baik dan tidak penting. Dalam kegiatan belajar-mengajar
berubah-ubah, dan juga mungkin komponen-komponen lain dalam
proses belajar-mengajar ada yang kurang menarik bagi siswa,
sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik (Sadiman, 1983: 90).
4. Bentuk-bentuk motivasi belajar
Bentuk-bentuk motivasi belajar adalah hal-hal yang berkaitan
dengan keinginan belajar siswa, yaitu:
a. Pujian
Apabila ada siswa yang sukses dan berhasil menyelesaikan tugas
dengan baik, perlu diberikan pujian. Pujian ini adalah bentuk
reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang
baik. Oleh karena itu supaya pujian ini merupakan motivasi,
pemberiannya harus tepat. Dengan pujian yang tepat akan memupuk
suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar
sekaligus akan membangkitkan harga diri.
b. Hadiah
Hadiah juga dapat dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah selalu
demikian. Karena hadiah untuk suatu pekeijaan, mungkin tidak akan
menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk
suatu pekeijaan tersebut. Sebagai contoh hadiah yang diberikan untuk
gambar yang terbaik mungkin tidak akan menarik bagi seseorang
c. Hukuman
Hukuman sebagai reinforcement yang negatif, tetapi kalau diberikan
secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Oleh karena itu guru
harus memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman.
d. Teguran
Teguran juga merupakan reinforcement negatif, tetapi bila seorang
guru memberikan teguran secara bijaksana, maka teguran tersebut
akan mampu menyadarkan diri siswa tentang apa yang sebaiknya
dilakukan dalam belajar.
e. Nasihat
Nasihat termasuk bentuk motivasi, karena contoh-contoh positif dalam
pemberian nasihat bisa mendorong siswa ur.tuk berusaha untuk
berusaha menjadi lebih baik dalam belajar dibanding sebelumnya.
f. Saingan/kompetisi
Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk
mendorong belajar siswa. Persaingan, baik persaingan individu
maupun persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa. Memang unsur persaingan ini banyak dimanfaatkan di dalam
dunia industri atau perdagangan, tetapi juga sangat baik digunakan
untuk meningkatkan kegiatan belajar siswa.
g. Minat
Minat merupakan alat motivasi yang pokok. Proses belajar akan
lain dapat dibangkitkan dengan cara-cara sebagai berikut:
1) Membangkitkan adanya suatu kebutuhan, misalnya kebutuhan
untuk menghargai keindahan, untuk mendapat penghargaan dan
sebagainya.
2) Menghubungkan dengan pengalaman-pengalaman yang lampau.
3) Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik
(Sardiman, 2001:91-94).
5. Fungsi motivasi dalam belajar
Ada beberapa fungsi motivasi belajar, yaitu:
a. Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil akhir,
contohnya setelah seorang siswa membaca suatu bab buku bacaan,
dibandingkan dengan teman sekelas yang juga membaca bab tersebut,
ia kurang berhasil menangkap isi, maka ia terdorong membaca lagi.
b. Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang dibandingkan
dengan teman sebaya, sebagai ilustrasi, jika terbukti usaha belajar
seorang siswa belum memadai, maka ia berusaha setekun temannya
yang belajar dan berhasil.
c. Mengarahkan kegiatan belajar, sebagai ilustrasi, setelah ia ketahui
bahwa dirinya belum belajar secara serius, terbukti banyak bersenda
gurau misalnya, maka ia akan mengubah perilaku belajarnya.
d. Membesarkan semangat belajar, sebagai ilustrasi jika ia telah
menghabiskan dana belajar dan masih ada adik yang dibiayai orang
e. Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekeija
yang berkesinmabungan, individu dilatih untuk menggunakan
kekuatannya sedemikian rupa sehingga dapat berhasil (Rusyan,
1989:123).
C. Kedudukan Guru PAI sebagai motivator Pendidikan Agama Islam.
1. Pengertian usaha guru
Usaha menurut WJS. Poerwadarminto yaitu kegiatan dengan
menggerakkan tenaga, pikiran, atau badan usaha untuk mencapai suatu
maksud pekerjaan (Poerwodarminto, 1990:997).
Guru adalah seorang yang mendidik secara sadar dan bertanggung
jawab dalam membimbing anak untuk mencapai kedewasaan (Ahmadi,
1994:68). Guru juga diartikan pendidik yang bertanggung jawab terhadap
perkembangan anak didik (Tafsir, 2001:74). Dengan melihat dua definisi
guru tersebut maka yang dimaksud guru adalah pendidik yang
memberikan pelajaran kepada murid, biasanya guru yang memegang mata
pelajaran di sekolah atau dengan kata lain yang dimaksud guru dalam
penelitian ini adalah pendidik yang mengajarkan mata pelajaran
pendidikan agama Islam.
Jadi pengertian usaha guru adalah suatu kegiatan yang dilakukan
seseorang atau pendidik dengan menggerakkan tenaga dan pikiran dalam
memberikan atau mendidik secara sadar dan bertanggung jawab untuk
2. Kedudukan guru Agama Islam
Guru Agama Islam mempunyai peran yang sangat penting dalam
pendidikan. Hal ini berkaitan dengan kedudukan dan tanggung jawabnya
untuk memberikan bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam
perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaan, mampu
melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah, khalifah di bumi, sebagai
makhluk sosial dan sebagai individu yang sanggup berdiri sendiri.
Guru Agama Islam harus mampu mewujudkan tujuan pendidikan
Agama Islam yaitu membentuk akhlak yang baik, mendidik budi pekerti,
dan membentuk kepribadian muslim (Arief, 2002:72).
Guru Agama Islam juga harus mampu merealisasikan ajaran Islam
dalam pendidikan dan bertanggung jawab terhadap keberhasilan
pendidikan agama Islam di sekolah, karena guru merupakan ujung tombak
dari sistem pendidikan agama Islam (Tafsir, 2001:76).
Kesimpulan yang dapat diambil terhadap kedudukan guru agama
Islam adalah guru agama Islam harus mampu mewujudkan tujuan
pendidikan agama Islam, merealisasikan ajaran Islam dalam pendidikan
dan bertanggung jawab pula terhadap keberhasilan pendidikan agama
Islam. Dengan melihat kedudukan guru agama Islam tersebut maka dapat
dikatakan bahwa guru agama Islam merupakan kaum intelektual dalam
pendidikan agama Islam yaitu merupakan manusia yang cerdas, berakal,
Intelektualitas guru agama Islam hanya mungkin dapat dicapai bila
guru agama Islam menguasai kemampuan dasar guru atau kompetensi
guru. Cooper mengemukakan empat kompetensi guru tersebut yaitu
(a) mempunyai kemampuan tentang belajar dan tingkah laku manusia,
(b) mempunyai pengetahuan dan menguasai bidang studi yang dibinanya,
(c) mempunyai sikap yang tepat tentang diri sendiri, sekolah, teman sejwat
dan bidang studi yang dibinanya, dan (d) mempunyai kemampuan dalam
teknik mengajar. Sedangkan Glasser juga mengemukakan pendapat yang
hampir sama, yaitu (a) menguasai bahan pelajaran, (b) mampu
mendiagnosis tingkah laku siswa, (c) mampu melaksanakan proses
pengajaran, (d) mampu mengukur hasil belajar siswa (Wijaya & Rusyan,
1991:24).
Untuk mencapai hal tersebut maka seorang guru harus pandai
dalam mendidik, bijaksana, mempunyai keikhlasan dan sikap positif
terhadap pekerjaannya sehingga guru mampu untuk membimbing anak-
anak didik ke arah sikap yang positif yang diperlukan dalam hidupnya
kemudian hari (Daradjat, 1978:82).
3. Ciri-ciri guru yang berpredikat motivator
Tugas professional guru mengharuskannya belajar sepanjang hayat.
Belajar sepanjang hayat tersebut sejalan dengan masyarakat dan
lingkungan belajar sekitar sekolah yang juga dibangun. Guru tidak
sendirian dalam belajar sepanjang hayat. Lingkungan social guru,
Sebagai pendidik, guru dapat memilah dan memilih yang baik. Partisipasi
dan teladan memilih perilaku yang baik tersebut sudah merupakan upaya
membelajarkan siswa. Salah satu tugas belajar sepanjang hayat paling
penting sebagai guru adalah memberikan motivasi belajar kepada siswa
didiknya (Wijaya & Rusyan, 1991:98).
Guru yang berpredikat motivator mempunyai ciri-ciri tertentu. Ciri-
ciri tersebut antara lain:
a. Kesabaran menerima kenyataan siswa sebagaimana adanya, baik
dalam bentuk pernyataan, perasaan maupun sikapnya. Bila seorang
guru mampu menerima kenyataan siswa sebagaimana adanya maka
guru akan mampu memilih motivasi belajar yang akan diberikan
kepada siswa.
b. Guru mampu menghadirkan kebutuhan, minat dan masalah yang
terkandung dalam diri siswa. Artinya guru memberikan motivasi yang
berkaitan langsung dengan kebutuhan, minat dan masalah siswa
sehingga siswa menyadari apa yang menjadi kebutuhan, minat dan
masalah yang dihadapi untuk dipecahkannya.
c. Guru harus mampu memunculkan efek dari suatu kegiatan. Pada
kenyataannya hamper semua kegiatan belajar mengajar diciptakan oleh
guru. Rangsangan tingkah lakunya menyebabkan siswa mereaksi
secara aktif. Ini berarti rangsangan tingkah laku guru juga akan
d. Guru harus memahami segala tingkat perkembangan dan minat siswa.
Artinya guru dalam memotivasi sesuai dengan tingkat perkembangan
usia siswa dan minat siswa pada saat itu.
e. Guru harus bertindak secara konsisten, artinya selalu bertalian dengan
ruang lingkup isi pelajaran yang luas dan mendalam. Bila guru
bertindak secara konsisten maka siswa akan melihatnya sebagai hal
yang patut diperhatikan dan menjadi motivasi tersendiri yang
mengajak siswa untuk juga konsisten dalam belajar.
f. Bahasa yang digunakan oleh guru harus selalu positif. Dengan kata-
kata yang positif maka motivasi yang timbul dalam diri siswa juga
motivasi yang positif, artinya siswa tidak mudah putus asa dalam
belajar walau apapun kondisi dan situasi yang dihadapinya.
g. Guru mampu menampilkan perilaku secara kooperatif artinya guru
dalam memotivasi siswa tidak terkesan memusuhi atau mendikte tetapi
harus terkesan memberikan kerjasama sebagai mitra belajar.
h. Guru mampu menumbuhkan keberanian dan memberi hadiah atas
prestasi belajar kepada siswa yang berprestasi maupun siswa yang
tidak berprestasi. Hadiah tersebut bisa berupa pujian maupun kata-kata
positif yang ditujukan untuk perbaikan belajar siswa. Adapun setiap
tugas yang dinilai dengan angka merupakan usaha untuk
menumbuhkan motivasi juga, dan alangkah baiknya jika setiap tugas
dinilai secara objektif, dan kemudian hasilnya diperlihatkan kepada
dicapainya jika ia mengetahui kelemahan-kelemahannya, mungkin
daripadanya akan tumbuh keberanian untuk memperbaikinya.
i. Guru harus mampu melindungi perbuatan-perbuatan yang positif dan
memperhatikan juga perbuatan-perbuatan yang negative. Bila guru
mampu melakukan hal tersebut maka rasa aman dan motivasi belajar
siswa akan berkembang dengan sendirinya.
j. Guru harus memantau kemajuan belajar secara terus menerus sehingga
motivasi belajar siswa juga akan terus terjaga karena merasa
diperhatikan guru.
k. Guru harus mampu mengikutsertakan dan melibatkan siswa dalam
belajar, artinya guru harus mampu memotivasi baik secara individual
maupun klasikal.
l. Guru bersikap akrab dan antusias. Keakraban dan keantusiasan guru
membawa efek positif terhadap perubahan tingkah laku siswa dalam
belajai (Wijaya & Rusyan,1991:115-119).
Sedangkan guru yang berpredikat motivator dalam Quantum
Learning mempunyai kemampuan untuk :
a. Mampu memahami kekuatan terpendam dari niat atau keyakinan.
Bila seorang guru mampu melihat kekuatan dari potensi siswa
didiknya, maka ini merupakan hal positif yang mampu memotivasi
siswa untuk percaya diri terhadap kemampuannya dalam belajar
walaupun pada awalnya siswa tersebut merasa pesimis terhadap
Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Caine dan Caine
yang menyatakan “Keyakinan guru akan potensi manusia dan
kemampuan semua anak untuk belajar dan berprestasi merupakan
suatu hal yang penting diperhatikan. Aspek-aspek teladan mental guru
berdampak besar terhadap iklim belajar dan pemikiran pelajar yang
diciptekan guru. Guru harus memahami bahwa perasaan dan sikap
siswa akan terlibat dan berpengaruh kuat pada proses belajarnya”
(Deporter, 2300:21).
b. Mampu memainkan peran emosi dalam belajar.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan beberapa peneliti terhadap
kemampuan emosi dalam belajar, ditemukan fakta bahwa guru dapat
membantu mempercepat pembelajaran siswa dengan memperhatikan
emosi siswa. Memahami emosi siswa juga dapat membuat
pembelajaran lebih berarti dan permanen. Bila siswa mendapat tekanan
negatif atau cemoohan, maka otak dipaksa secara emosional menjadi
i node bertempur atau kabur dan beroperasi pada tingkat bertahan hidup
sehingga kemampuan berpikir rasional menjadi berkurang. Hal ini
yang biasa disebut dengan downshifting, yang merupakan tanggapan
psikologis dan dapat menghentikan proses belajar saat itu dan setelah
itu. (Lean, 1990). Sebaliknya bila otak mendapat tekanan positif atau
suportif, dikenal dengan nama eustress, otak dapat terlibat secara
emosional dan memungkinkan kegiatan saraf maksimal. (Deporter,
belajar juga menjadi maksimal. Kemampuan memerankan emosi siswa
ini merupakan salah satu kemampuan pokok yang harus dimiliki guru
untuk meningkatkan motivasi siswa dalam belajar.
c. Menjalin rasa simpati dan saling pengertian
Untuk menarik keterlibatan siswa, guru harus membangun hubungan,
yaitu dengan menjalin rasa simpati dan saling pengertian. Hubungan
akan membangun jembatan menuju kehidupan bergairah siswa,
membuka jalan memasuki dunia baru mereka, mengetahui minat kuat
mereka, berbagi kesuksesan puncak mereka dan berbicara dengan
bahasa hati mereka. Membina hubungan bisa memudahkan guru
melibatkan siswa, memudahkan pengelolaan kelas, memperpanjang
waktu fokus dan meningkatkan kegembiraan. Membina hubungan
hanya dapat terjadi bila ada komunikasi terbuka guru dan siswa
sehingga guru dapat berbicara dengan jujur dan penuh kasih sayang.
(Deporter, 2000:26). Bila guru mampu membina hubungan maka
pemberian motivasi belajar akan lebih mudah dilakukan karena siswa
akan berprasangka baik terhadap kebijaksanaan ataupun nasehat yang
diberikan guru.
d. Menciptakan keriangan dan ketakjuban.
Menciptakan keriangan berarti guru mampu untuk memberikan
pelajaran tanpa membosankan siswa. Siswa merasa tidak mendapat
tekanan dan dapat bersikap santai dalam belajar. Bila siswa mampu
untuk sepenuhnya belajar tanpa dibayang-bayangi rasa bersalah dan
terbebani oleh keija keras dalam belajar. Keriangan hanya mungkin
dimiliki siswa bila guru mampu memberikan motivasi berupa afirmasi
atau pandangan positif terhadap apa yang dilakukan siswa. Keriangan
muncul ketika guru memberi pengakuan terhadap setiap usaha siswa
secara positif sehingga siswa merasa bangga, percaya diri dan bahagia.
Penelitian mendukung konsep bahwa kemampuan siswa meningkat
karena pengakuan guru. Dalam kajian Gordon Wells mengenai bahasa
belajar anak-anak, dia mencatat:
liJika anak-anak diharapkan melakukan transisi dengan mudah dan
percaya diri, mereka haruslah mengalami lingkungan baru sekolah
sebagai sesuatu yang menggairahkan dan menantang. Dalam
lingkungan ini, sebagian besar usaha mereka harus berhasil dan mereka
harus diakui sebagai diri mereka dan apa yang dapat mereka lakukan.
Anak-anak yang merasa, atau dibuat merasa, tidak diterima dan tidak
berkompeten akan lambat memulihkan rasa percaya diri dan, akibatnya
kemampuan mereka untuk memanfaatkan kesempatan belajar
diperbesar yang disediakan sekolah tersebut bahkan mungkin
berkurang, dalam kasus ekstern, rusak dan tidak dapat lagi diperbaiki
(Wells, 1986:68).
Menciptakan ketakjuban berarti guru harus mampu mendorong siswa
untuk berkreatifitas melalui pikirannya secara bebas untuk belajar.
pengajaran dengan melalui pertanyaan terbuka yang kreatif, yang
mengupas lebih dari sekedar jawaban benar dan menjawab pertanyaan
dengan lebih banyak pertanyaan (Elkind & Sweet 1997). Guru dapat
dengan lembut menuntun siswa kembali pada peranan sejati mereka
sebagai pelajar, bukan hanya sebagai orang yang tahu. Memasukkan
ketakjuban dan penjelajahan ke dalam belajar akan kembali
membebaskan sang jenius, menambahkan arti lebih pada belajar jika
diawali dan dicari melalui ketakjuban, penjelajahan dan pertanyaan,
e. Pengambilan resiko
Resiko adalah kemungkinan yang terjadi bila seorang siswa keluar dari
zona aman mereka. Bila siswa berani mengambil resiko maka itu
berarti mereka terpacu untuk belajar lebih banyak dan lebih banyak
lagi dari sebelumnya. Setiap guru meminta siswa untuk belajar hal
baru untuk pertama kalinya, berarti guru meminta mereka mengambil
langkah yang menakutkan, keluar dari zona nyaman untuk dengan
berani benbah dari seorang yang tahu menjadi seorang pelajar.
Pengambilan resiko menjaga otak tetap bergerak, dan dapat terasa
menggembirakan jika guru menciptakan suasana resiko aman, penuh
dukungan dan dorongan untuk melakukannya. Pengambilan resiko
membawa unsur tantangan dan pasti bisa ke dalam ruang kelas, dan
menciptakan lingkungan di mana pelajar membawa diri mereka
melampaui apa yang mereka rasa mampu (Deporter, 2000:36). Secara
untuk mempelajari hal-hal baru tanpa merasa hal-hal tersebut
menakutkan untuk dipelajari.
f. Rasa saling memiliki
Kecuali beberapa orang, semua siswa ingin merasa saling memiliki.
Dengan mengasah perasaan mereka untuk saling memiliki, guru
memberi kepaduan kepada suasana kelas dan dengan nyata
mempercepat proses belajar mengajar guru maupun belajar siswa.
Dengan kemampuan guru untuk menciptakan rasa saling memiliki
berarti guru menciptakan kebersamaan yang membuat seluruh siswa
merasa berdaya untuk keluar dan mempertaruhkan zona nyaman
mereka demi -sukses dan belajar. Rasa ini juga dapat menciptakan
bahasa dukungan dan standar memperlakukan satu sama lain dengan
hormat (Deporter, 2000:37).
g. Keteladanan
Guru yang baik akan lebih mampu mendorong siswanya berbuat hal
yang lebih baik. Apa yang dilakukan guru lebih penting daripada
pengetahuan yang dimiliki guru. Ini sama dengan pepatah yang
menyatakan: “Tindakan berbicara lebih keras daripada kata-kata”,
“Kami tidak butuh bukti, bukan janji” dan “Praktikkan apa yang kau
khutbahkan". Siswa sering mencari-cari alasan untuk tidak tertarik:
lubang-lubang dalam cerita guru, kontradiksi, ketidaksesuaian antara
kata-kata dan tindakan guru. Tetapi semakin banyak guru memberi
tertarik? Karena siswa merasakan kesebangunan, kecocokan antara
keyakinan dan perkataan guru dengan perbuatannya. Jadi memberi
teladan adalah salah satu cara ampuh untuk membangun hubungan dan
memahami orang lain. Ini juga berarti guru tidak perlu terlalu bersusah
payah, tetapi dampak untuk siswa tetap lebih kuat. Plus, keteladanan
akan menambahkan kekuatan ke dalam pengajaran guru (Deporter,
2000:39).
Dari dua pendapat di atas maka dapat diambil kesimpulan singkat
tentang guru yang berpredikat sebagai motivator, yaitu:
a. Selalu berusaha membina dan mendorong siswa dalam meningkatkan
kegairahan dan partisipasi siswa aktif.
b. Mampu memberikan pengakuan positif atau afirmatif.
c. Memberi kesempatan siswa untuk berkembang dalam belajar dan tidak
mendominasi kegiatan belajar mengajar.
d. Mampu memberi kesempatan kepada seluruh peserta didik (siswa)
yang pada hakikatnya memiliki perbedaan-perbedaan individual.
e. Mampu menciptakan kebersamaan dan rasa saling memiliki.
METODE PENELITIAN
Metodologi penelitian sangat diperlukan dalam melakukan penelitian
maupun penyusunan laporan penelitian. Hal ini disebabkan karena dalam
melakukan penelitian dibutuhkan langkah-langkah yang sistematis, berencana dan
mengikuti konsep ilmiah agar hasil penelitian dapat memberi gambaran yang jelas
dan dapat dipertanggungjawabkan. Metode penelitian merupakan langkah-langkah
yang bertujuan untuk memecahkan permasalahan yang diangkat dalam suatu
penelitian.
Masalah-masalah yang dibicarakan dalam bab ini berkaitan dengan
waktu dan tempat penelitian, pendekatan dan jenis penelitian, populasi dan sampel
penelitian, variabel penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian yang digunakan dalam penelitian ini kurang lebih
empat bulan, terhitung mulai dari observasi sampai dengan analisis data.
Tempat penelitian di MTs. Al-Manar Kecamatan Tengaran
Kabupaten Semarang, Untuk mendapatkan data secara lengkap maka
penelitian juga mengambil data dari Yayasan Pendidikan Al-Manar yang
merupakan pendiri MTs. Al-Manar.
B. Klasifikasi dan Jenis Penelitian
Klasifikasi yang digunakan dalam penelitian berdasarkan informasi yang
dikelola, maka penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan jenis
penelitian deskripsi. Penelitian kualitatif adalah penellitian yang data-data
atau informasi yang dikumpulkan dari suatu penelitian tidak diuji secara
statistik. Penelitian deskripsi adalah jenis penelitian yang memberi gambaran
atau uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap
obyek yang diteliti (Kountur, 2003:104).
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi menurut Sutrisno Hadi adalah keseluruhan wilayah individu,
obyek atau peristiwa untuk digeneialisasikan(Hadi, 1990:53). Sedangkan
menurut Suharsimi Arikunto populasi adalah keseluruhan subyek
penelitian (Arikunto, 1998:115). Dan menurut Sriningsih populasi adalah
sejumlah individu yang paling sedikit memiliki satu sifat yang sama, baik
sifat kodrati maupun bukan (Sriningsih, 1983:87).
Dari beberapa pengertian tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
populasi adalah seluruh individu atau obyek penelitian yang di dalamnya
terdapat satu atau lebih sifat yang sama, yang merupakan daerah untuk
digeneralisasikan dalam penelitian.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa tingkat VIII yang bersekolah
jumlah keseluruhan 4^ anak yang terbagi dalam 2 kelas yaitu kelas
VIII-A 25 anak, kelas VIII-B 24 anak.
Tabel 1
Populasi Penelitian
No. Tingkat Kelas
Jenis Kelamin
Jumlah Keterangan
L P
1. VIII A 14 11 25
2. VIII B 16 8 24
Jumlah 30 19 49
Sumber: Data Mutasi siswa MTs Al-Manar, April 2007
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian populasi yang diambil dengan
menggunakan cara-cara tertentu. (Hadi, 1990:57). Sedangkan menurut
Suharsimi Arikunto sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang
diteliti (Arikunto, 1998:117).
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sampel
adalah sebagian dari jumlah populasi yang mewakili seluruh populasi
yang ada. Karena populasi dalam penelitian ini kurang dari 100 orang
maka populasi dalam penelitian ini secara otomatis menjadi sampel
penelitian. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Suharsimi Arikunto yang
semuanya dapat diambil sebagai sampel. Jika subyeknya lebih dari 100,
maka pengambilan sampel antara 10 - 15% (Arikunto, 1998:120).
D. Teknik Pengumpulan Data
Sutrisno Hadi (1990:190) mengatakan bahwa dalam memperoleh data
yang diinginkan seseorang peneliti harus berpedoman pada beberapa pokok
pikiran sebagai berikut:
1. Data apa yang dibutuhkan ?
2. Dimana data itu diperoleh ?
3. Bagaimana ia memperolehnya ?
4. Apakah data sebanyak itu sudah sepadan atau belum untuk memecahkan
persoalan penelitian ?
Adapun metode pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian
ini adalah metode angket sebagai metode pokok dan metode dokumentasi dan
wawancara sebagai metode pendukung.
1. Metode Angket
Angket merupakan suatu cara atau metode penelitian dengan
menggunakan daftar pertanyaan yang harus dijawab oleh orang yang
dikenai atau responden (Walgito, 1994:35).
Metode angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh
' orang yang akan diukur (responden) dengan angket ini seseorang dapat
diketahui tentang keadaan data diri, pengalaman, pengetahuan, situasi,
Jadi angket dapat diartikan sebagai metode pengambilan data yang berisi
suatu daftar pertanyaan yang harus dijawab oleh subyek atau individu
yang menjadi sasaran dari penelitian.
Alasan penggunaan angket dalam penelitian ini adalah :
1. Subyeknya adalah orang yang telah tahu keadaan dirinya.
2. Apa yang dinyatakan subyek kepada peneliti adalah benar.
3. Jawaban yang disampaikan subyek sama dengan yang diharapkan
peneliti.
Selain pertimbangan di atas dengan menggunakan angket akan
mendapatkan beberapa keuntungan, yaitu :
1. Merupakan metode yang praktis sebab angket dapat dikirim ke
tempat yang jauh.
2. Dalam waktu singkat diperoleh data yang banyak.
3. Angket merupakan metode yang hemat, baik tenaga, waktu maupun
biaya.
4. Orang atau subyek dapat menjawab dengan leluasa tanpa
dipengaruhi orang lain.
Penggunaan metode angket juga mempunyai kelemahan, yaitu :
1. Penelitian tidak dapat kontak langsung dengan responden.
2. Pertanyaan yang kaku tak dapat diubah sesuai dengan situasi.
3. Biasanya angket yang dikeluarkan tidak semua masuk (Walgito,
Dalam penelitian ini angket yang dipakai adalah jenis angket
langsung bersifat tertutup pilihan ganda dengan tiga pilihan jawaban
yaitu: sering, kadang-kadang dan tidak pernah. “Angket langsung adalah
angket yang dikirim langsung dan diisi secara langsung oleh orang yang
diminta jawaban tentang dirinya” (Arikunto, 1998:278).
Metode angket dalam penelitian ini digunakan sebagai metode
pokok dalam memperoleh data tentang usaha guru agama Islam dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa di samping itu metode angket juga
digunakan sebagai data pelengkap dalam memperoleh data tentang
persepsi siswa terhadap guru dan pengajarnya.
2. Metode Interview / Wawancara
Wawancara adalah sebagai tanya jawab lisan dimana dua orang atau
lebih berhadap-hadapan secara fisik yang satu dapat melihat muka yang
lain mendengarkan (Hadi, 1990:192). Alasan penulisan yang
menggunakan metode wawancara adalah :
a. Dapat mengadakan penelitian secara langsung melalui tanya jawab
b. Apabila ini dilaksanakan dengan fleksibel akan didapat jawaban
spontan tanpa paksa.
Metode ini peneliti gunakan untuk memperoleh atau melengkapi data
yang diperoleh dari hasil angket yaitu wawancara langsung antara penulis
dengan kepala sekolah, guru dan siswa tentang kondisi sekolah, kondisi
kelas, cara guru memotivasi dan pandangan siswa terhadap motivasi
3. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel
yang berupa catatan, transkrif, buku, surat kabar, majalah (Arikunto,
1998:234).
Metode ini digunakan untuk mendapatkan data guru pengajar, data siswa,
dan hal-hal yang berkaitan dengan MTs Al-Manar seperti sejarah
berdirinya, lembaga yang menaungi MTs Al-Manar, tempat lembaga ini
berdiri, serta data nilai siswa.
4 Metode Observasi
Metode Observasi adalah metode yang dapat diartikan sebagai
pengamatan dan.pencatatan dengan sistematis fenomena-fenomena yang
diselidiki (Hadi, 1990:136).
Metode ini digunakan untuk mengamati interaksi kegiatan belajar
mengajar di kelas untuk melihat bagaimana cara guru ketika mengajar
dan memotivasi siswa di kelas
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian dalam penulisan skripsi ini ada tiga jenis yaitu
instrumen penelitian untuk melakukan wawancara, instrumen penelitian
berupa angket, dan instrumen penelitian sebagai pedoman observasi.
Adapun indikator-indikator untuk menyusun instrumen penelitian
adalah:
1. Cara gu u membina dan mendorong siswa dalam meningkatkan