• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN

MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA,

KALIMANTAN TIMUR

LUDY K.KRISTIANTO,MASTUR dan RINA SINTAWATI Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

ABSTRAK

Kerbau bagi masyarakat di sepanjang hulu sungai Mahakam Kecamatan Muara Wis dan Muara Muntai, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur mempunyai peran dan fungsi yang sangat penting. Program pengembangan peternakan di Kabupaten Kutai Kartanegara berdasarkan agroekosistemnya dibagi menjadi 3 zona, yaitu zona pantai, zona tengah, dan zona hulu. Usaha ternak kerbau Kalang yang telah dilakukan secara turun temurun di wilayah Kecamatan Muara Wis yang bermula dari usaha seorang penduduk dari Desa Melintang pada tahun 1918. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui potensi daya dukung sumberdaya ternak kerbau Kalang di Kecamatan Muara Wis pada kondisi pedesaan dan prospek pengembangannya. Sedangkan keluaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah diketahuinya potensi sumberdaya yang optimum untuk menunjang keberlanjutan usahaternak kerbau Kalang pada kondisi pedesaan. Metode penelitian dengan menggunakan analisis agroekosistem, dengan melibatkan responden sebanyak 30 orang. Keadaan umum wilayah pengamatan adalah Kecamatan Muara Wis merupakan salah satu kecamatan yang berada pada wilayah zona hulu Kabupaten Kutai Kartanegara yang memiliki kelompok ternak kerbau Kalang yakni kelompok Lebak Singkil dan Tanjung Terakan. Kecamatan ini memiliki 7 desa dengan luas wilayah 1.108 km2. Rata-rata umur peternak kerbau Kalang masih dalam kategori usia produktif, yakni 45 tahun, dengan rata-rata tingkat pendidikan berada pada tingkat Sekolah Dasar. Rata-rata jumlah anggota keluarga peternak responden adalah 5,40 orang/keluarga. Di antara jumlah keluarga tersebut, rata-rata tingkat keterlibatan anggota keluarga yang membantu usahaternak kerbau sebanyak 1,2 orang. Dilihat dari pengalaman beternak kerbau Kalang, terlihat bahwa peternak di lokasi penelitian mempunyai pengalaman yang cukup lama yaitu lebih dari 20 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa usahaternak kerbau Kalang di Kecamatan Muara Wis merupakan usaha turun temurun. Tujuan lainnya dari usahaternak kerbau Kalang adalah produksi anak (46,67%) dan tambahan penghasilan (3,33%). Pekerjaan utama peternak responden di Kecamatan Muara Wis adalah sebagai nelayan sebesar 86,67%. Sedangkan pekerjaan sampingan selain beternak kerbau Kalang ada responden yang memiliki pekerjaan sampingan sebagai petani padi 10% dan pedagang ikan 16,67%. Rata-rata penguasaan ternak kerbau Kalang oleh peternak responden di Kecamatan Muara Wis yakni 10,10 ekor/peternak. Rata-rata pemilikan induk 5,30 ekor/peternak. Pengurangan ternak kerbau terbanyak adalah karena dijual dengan rata-rata sebesar 2,60 ekor pada jangka waktu satu tahun terakhir ini. Kematian ternak relatif rendah yakni sebesar 0,167 ekor/peternak/tahun. Dari ternak kerbau yang dipelihara, tidak ada yang dikonsumsinya. Penambahan ternak kerbau tertinggi adalah dari kelahiran ternak yakni 3,2 ekor/peternak/tahun. Penambahan ternak karena pembelian hanya 0,1 ekor/tahun. Penerimaan tunai hanya berasal dari penjualan ternak, karena tidak ada penjualan pupuk. Hasil penjualan ternak Rp 10.400.000 dengan rata-rata jumlah ternak yang dijual 2,60 ekor/peternak. Umumnya ternak yang dijual adalah dewasa jantan dan dewasa betina yang tidak produktif. Penerimaan non tunai berasal dari penambahan ternak. Besarnya penerimaan non tunai adalah Rp 1.920.000/peternak dari rata-rata penambahan ternak karena lahir yaitu berkisar 3,2 ekor/peternak. Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa usahaternak Kerbau Kalang di Kalimantan Timur mempunyai prospek pasar yang baik.

Kata Kunci : Potensi sumberdaya, Kerbau Kalang, Kalimantan Timur

PENDAHULUAN

Kerbau bagi masyarakat di sepanjang hulu sungai Mahakam Kecamatan Muara Wis dan Muara Muntai, Kabupaten Kutai Kartanegara,

Kalimantan Timur mempunyai peran dan fungsi yang sangat penting, antara lain: (1). sebagai salah satu usahaternak yang dapat dijadikan sumber penghasilan keluarga yang menjanjikan, karena dengan sedikit usaha

(2)

dapat menambah penghasilan, (2) sebagai usahaternak yang cocok untuk lingkungan atau wilayah masyarakat yang kehidupan sehari-harinya mengandalkan hulu sungai Mahakam sebagai tempat tinggal, dan (3) merupakan usahaternak warisan keluarga yang harus diteruskan. Bagi pemerintah Kalimantan Timur, ternak kerbau dapat dijadikan sumber penghasil daging dan tenaga kerja atau sebagai substitusi daging sapi dan dapat menunjang program kecukupan daging sapi tahun 2010.

Program pengembangan peternakan di Kabupaten Kutai Kartanegara berdasarkan agroekosistemnya dibagi menjadi tiga zona, yaitu zona pantai, zona tengah, dan zona hulu. Zona pantai lebih difokuskan pada pengembangan ternak sapi potong, zona tengah untuk pengembangan ternak unggas dan zona hulu untuk pengembangan ternak kerbau Kalang dan kambing (DINAS PETERNAKAN KABUPATEN KUKAR, 2006). Pengembangan peternakan ini diarahkan untuk meningkatkan pendapatan petani peternak, mendorong diversifikasi pangan dan perbaikan mutu gizi masyarakat serta pengembangan pasar ternak ke luar wilayah.

Dari ketiga zona pengembangan ternak tersebut, saat ini pengembangan ternak kerbau Kalang di zona hulu menjadi perhatian pemerintah kabupaten, khususnya Dinas Peternakan Kabupaten Kutai Kartanegara, dalam usaha untuk memenuhi permintaan pasar ternak kerbau di wilayah ini. Seperti diketahui bahwa, usaha ternak kerbau Kalang yang telah dilakukan secara turun temurun di wilayah Kecamatan Muara Wis yang bermula dari usaha seorang penduduk dari Desa Melintang pada tahun 1918 yang membeli ternak kerbau dari kampung Dayak Kelawit Bentian sejumlah 18 ekor yang terdiri dari 6 ekor jantan dan 12 ekor betina. Potensi pasar ternak kerbau Kalang di wilayah ini setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan rata-rata sebesar 10% (KRISTIANTO, 2006). Akan tetapi peningkatan tersebut belum dapat tercukupi, karena terbatasnya modal usaha yang dimiliki oleh peternak. Contohnya adalah kebutuhan modal untuk perluasan kandang Kalang di saat kerbau digiring dan dimasukkan ke kandang pada musim banjir.

Sebagai upaya untuk meningkatkan pendapatan peternak kerbau Kalang, pemerintah telah membantu penyebaran

pejantan kerbau Kalang kepada peternak dengan tujuan untuk memperbaiki mutu bibit yang akan dihasilkan dari usahaternak kerbau Kalang. Untuk memenuhi penyebaran ternak berkualitas baik yang diperlukan daerah maupun kawasan sumber bibit yang dapat memasok kebutuhan ternak tersebut. Oleh karena itu pemerintah berusaha mendirikan pusat pembibitan ternak kerbau Kalang dan membina pusat pembibitan ternak pedesaan (village breeding center/VBC).

Di antara kawasan atau daerah sumber bibit kerbau Kalang di Kabupaten Kutai Kartanegara yang kualitas ternaknya cukup baik (potensi genetik) sebagai kerbau bibit adalah di Kecamatan Muara Wis, Desa Muara Wis dan Melintang.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui potensi daya dukung sumberdaya ternak kerbau Kalang di Kecamatan Muara Wis pada kondisi pedesaan dan prospek pengembangannya. Sedangkan keluaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah diketahuinya potensi sumberdaya yang optimum untuk menunjang keberlanjutan usahaternak kerbau Kalang pada kondisi pedesaan.

MATERI DAN METODE

Penelitian dilakukan dengan metode survei dengan menggunakan kuisioner yang didiskusikan pada 30 peternak kerbau di Kabupaten Kutai Kertanegara (Kuker). Parameter yang diamati adalah karakteristik peternak, penguasaaan ternak kerbau, tenaga kerja, cara memasarkan dan analisis ekonomi. Lama penelitian tiga bulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan umum wilayah pengamatan

Kecamatan Muara Wis merupakan salah satu kecamatan yang berada pada wilayah zona hulu Kabupaten Kutai Kartanegara yang memiliki kelompok ternak kerbau Kalang yakni kelompok Lebak Singkil dan Tanjung Terakan. Kecamatan ini memiliki 7 desa dengan luas wilayah 1.108 km2 yang terdiri dari lahan sawah 150 ha, perkebunan 512 ha,

(3)

pertanian lahan kering 456 ha, kebun campuran 823 ha, hutan rawa 23.200 ha, hutan belukar 41.009 ha, semak 21.797 ha, rumput 13.800 ha dan lain-lain 39.068 ha. Jumlah penduduknya 7.877 jiwa yang terdiri dari laki-laki 4.034 jiwa dan perempuan 3.843 jiwa, dan kepadatan penduduknya 7,11 jiwa/km2.

Gambar 1. Wilayah pengembangan ternak kerbau Kalang

Karakteristik Peternak

Karakteristik peternak responden yang diamati antara lain adalah umur peternak, tingkat pendidikan, anggota keluarga dan keterlibatannya dalam membantu usahaternak kerbau Kalang, pengalaman beternak, tujuan pemeliharaan dan pekerjaan peternak.

Distribusi umur dan tingkat pendidikan. Rata-rata umur peternak kerbau Kalang masih dalam kategori usia produktif, yakni 45 tahun, dengan rata-rata tingkat pendidikan berada pada tingkat sekolah dasar (Tabel 1).

Anggota keluarga dan keterlibatannya

dalam membantu usahaterna.- Rata-rata

jumlah anggota keluarga peternak responden adalah 5,90 orang/keluarga. Diantara jumlah keluarga tersebut, rata-rata tingkat keterlibatan anggota keluarga yang membantu usahaternak kerbau sebanyak 1,2 orang. Keterlibatan dalam usaha ternak kerbau Kalang semuanya adalah tenaga kerja pria dewasa, tenaga kerja wanita dewasa dan anak tidak terlibat dalam usaha ternak. Ketidakterlibatan tenaga kerja anak disebabkan karena Kabupaten Kutai

Kartanegara merupakan wilayah yang bebas tenaga kerja anak. Terbatasnya tenaga kerja keluarga menyebabkan terbatasnya jumlah ternak yang mampu dipelihara, sehingga banyak peternak menggaduhkan ternaknya ke peternak lain.

Tabel 1. Karakteristik peternak responden di lokasi pengamatan

Umur peternak (tahun) 45,70 Pendidikan : (%)

SD 100,00 SLTP 0 SLTA 0 Anggota keluarga (orang) : 5,90

Pria dewasa 1,80

Wanita dewasa 2,10

Anak 2,00 Membantu usaha ternak kerbau (orang):

Pria dewasa 1,20

Wanita dewasa 0

Anak 0

Pengalaman beternak kerbau (tahun) 29,50 Tujuan pemeliharaan (%): Produksi anak 46,67 Bibit 0 Tabungan 50,00 Tambahan penghasilan 3,33 Pekerjaan utama : Nelayan 86,67 Lainnya 13,33 Pekerjaan sampingan lainnya: 26,67

Petani padi 10,00

Pedagang ikan 16,67

Pengalaman beternak dan tujuan

pemeliharaan. Dilihat dari pengalaman

beternak kerbau Kalang, terlihat bahwa peternak di lokasi penelitian mempunyai pengalaman yang cukup lama yaitu lebih dari 20 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa usahaternak kerbau Kalang di Kecamatan Muara Wis merupakan usaha turun temurun.

Tujuan pemeliharaan kerbau Kalang sebagian besar adalah tabungan keluarga.

(4)

Tabel 2. Penguasaan ternak kerbau oleh peternak

Status fisiologi (ekor) Jumlah tenak (ekor) Persentase (%)

Milik sendiri: 11,03 75,60 Dewasa Jantan 0,43 2,95 Dewasa Betina 5,30 36,33 Muda Jantan 0,00 0,00 Muda Betina 0,20 1,37 Anak Jantan 2,50 17,14 Anak Betina 2,60 17,82 Digaduhkan: 3,56 24,40 Dewasa Jantan 0,27 1,85 Dewasa Betina 2,03 13,91 Muda Jantan 0 0,00 Muda Betina 0,23 1,58 Anak Jantan 0,23 1,58 Anak Betina 0,80 5,48 Total 14,59 100

Dengan tabungan berupa ternak, peternak sewaktu-waktu dapat menjual ternaknya bila ada keperluan keluarga yang mendesak. Tujuan lainnya adalah produksi anak (46,7%) dan tambahan penghasilan (3,3%).

Pekerjaan utama peternak responden di Kecamatan Muara Wis adalah sebagai nelayan sebesar 86,7%. Sedangkan pekerjaan sampingan selain beternak kerbau Kalang ada responden yang memiliki pekerjaan sampingan sebagai petani padi (10%) dan pedagang ikan (16,7%).

Penguasaan ternak kerbau Kalang

Rata-rata penguasaan ternak kerbau Kalang oleh peternak responden di Kecamatan Muara Wis yakni 11,03 ekor/peternak (Tabel 2). Dari populasi ternak yang dikuasai, proporsi jumlah induk adalah paling tinggi dibandingkan dengan status fisiologik lainnya (jantan dewasa, muda dan anak). Selain itu seluruh responden memiliki induk, dengan rata-rata pemilikan induk 5,3 ekor/peternak. Proporsi pemilikan induk yang tinggi menunjukkan bahwa motivasi pemilikan ternak kerbau Kalang adalah ditujukan pada produksi anak dan membesarkannya.

Tidak semua peternak responden memiliki jantan dewasa. Hal ini berkaitan dengan persepsi peternak bahwa pemeliharaan ternak jantan kurang menguntungkan karena pola pemeliharaan ternak kerbau Kalang yang digembalakan secara berkelompok.

Pengurangan. Pengurangan ternak kerbau

terbanyak adalah karena dijual dengan rata-rata sebesar 2,6 ekor pada jangka waktu satu tahun terakhir ini. Hal ini menunjukkan bahwa usahaternak sudah menjadi pekerjaan sampingan yang dapat diandalkan. Distribusi terbesar ternak yang dijual adalah jantan dewasa.

Kematian ternak relatif rendah yakni sebesar 0,17 ekor/peternak/tahun. Dari ternak kerbau yang dipelihara, tidak ada yang dikonsumsi. Secara rinci pengurangan ternak/peternak responden/tahun tertera pada Tabel 3.

Penambahan. Pada Tabel 4 terlihat bahwa penambahan ternak kerbau tertinggi adalah dari kelahiran ternak yakni 3,2 ekor/peternak/tahun. Penambahan ternak karena pembelian hanya 0,1 ekor/tahun. Penambahan ternak selain karena kelahiran dan pembelian juga karena barter/tukar.

(5)

Tabel 3. Pengurangan ternak kerbau yang dipelihara peternak

Pengurangan ternak kerbau Status fisiologi (ekor)

Jumlah ternak (ekor) Persentase (%)

Dijual 2,60 91,65 Dewasa jantan 1,40 53,85 Dewasa betina 0,70 26,92 Muda jantan 0 0 Muda betina 0,50 19,23 Anak jantan 0 0 Anak betina 0 0 Konsumsi : Dewasa jantan 0 0 Dewasa betina 0 0 Muda jantan 0 0 Muda betina 0 0 Anak jantan 0 0 Anak betina 0 0 Mati : 0,167 5,88 Dewasa jantan 0 0 Dewasa betina 0,167 5,88 Muda jantan 0 0 Muda betina 0 0 Anak jantan 0 0 Anak betina 0 0 Bayar gaduhan : Dewasa jantan 0 0 Dewasa betina 0 0 Muda jantan 0 0 Muda betina 0 0 Anak jantan 0 0 Anak betina 0 0 Hilang : 0,07 2,46 Dewasa Jantan 0 0 Dewasa Betina 0,07 2,46 Muda Jantan 0 0 Muda Betina 0 0 Anak Jantan 0 0 Anak Betina 0 0 Total 2,84 100

(6)

Tabel 4. Penambahan ternak kerbau yang dipelihara peternak

Status fisiologi (ekor) Jumlah ternak (ekor) Persentase (%) Lahir: Anak Jantan 1,7 48,57 Anak Betina 1,5 42,86 Beli: 0 0 Dewasa Jantan 0 0 Dewasa Betina 0 0 Muda Jantan 0 0 Muda Betina 0,1 2,96 Anak Jantan 0 0 Anak Betina 0 0 Barter/Tukar: 0,2 5,71 Dewasa Jantan 0 0 Dewasa Betina 0 0 Muda Jantan 0 0 Muda Betina 0 0 Anak Jantan 0,07 2,00 Anak Betina 0,13 3,71 Total 3,50 100

Rata-rata calving interval (tahun) 2 tahun

Tatalaksana pemeliharaan

Jarak kandang kerbau Kalang di lokasi penelitian cukup jauh dari pemukiman penduduk. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa rata-rata jarak kandang dengan pemukiman sekitar 2 km. Bentuk kandang adalah panggung di atas daratan dengan ketinggian 4 meter bila diukur pada musim kemarau, dan bila musim hujan dan terjadi banjir jarak lantai kandang dengan permukaan air hanya 1 meter.

Kerangka kandang terbuat dari kayu, atap terbuat dari seng dan lantainya panggung. Di dalam kandang dibuat penyekat untuk pejantan, induk kering, dan induk menyusui.

Sistem pemeliharaan ternak kerbau Kalang di musim kemarau atau curah hujannya kurang, adalah digembalakan di areal lahan penggembalaan yang terbuka yang ditumbuhi beberapa jenis rumput lokal (kumpai batu, kumpai minyak, kumpai gajah, dan legum berduri dan berdaun lebar), sedangkan pada musim hujan atau curah hujan tinggi, ternak

digiring kembali ke kandang. Pemberian pakan hijauan dilakukan dengan cara cut and carry berupa rumput dan legum lokal yang ada di wilayah itu. Pencarian hijauan pakan dilakukan dengan bantuan perahu kecil/ces dan selanjutnya dibawa ke kandang. Pencarian pakan hijauan dilakukan setiap hari oleh peternak dengan mengutamakan pemberian pada yang betina menyusui, anaknya dan betina atau jantan muda. Sedangkan pejantan dilepas kembali sekitar jam 10 pagi dan sore kembali ke kandang kembali.

Kontrol kesehatan dilakukan pada saat ternak berada di dalam kandang oleh peternak sendiri atau dengan bantuan Dinas Peternakan setempat yang meliputi pemberian vaksinasi, pemberian vitamin dan pengobatan lainnya.

Analisis finansial usahaternak

Alokasi tenaga kerja keluarga. Peranan kepala keluarga dalam aktivitas pemeliharaan ternak sangat dominan terutama dalam

(7)

Tabel 5. Alokasi tenaga kerja keluarga untuk usaha ternak kerbau

Tenaga Kerja (HOK/tahun) Kegiatan

Pria Wanita Anak

Mengambil rumput 111,43 0 0

Pemeliharaan 15,00 0 0

Total 126,43 0 0

Tabel 6. Rata-rata pendapatan dari usahaternak kerbau Kalang

Peubah Rata-rata

Penerimaan tunai (Rp) 10.400.000

(Penjualan ternak)

Penerimaan non tunai (RP) 1.920.000

(Penambahan ternak)

Total penerimaan (Rp) 12.320.000

Biaya Tunai : 6.505.000

Sewa ces untuk angkut rumput 6.000.000

Obat-obatan 505.000

Biaya non tunai (Rp) 3.792.857

Mencari rumput 3.342.857

Memelihara 450.000

Total Biaya (Rp) 10.297.857

Pendapatan kotor (Rp) 5.815.000

Pendapatan bersih (Rp) 2.022.143

Produktivitas tenaga kerja 45.994

R/C 1,20

Keterangan :Rata-rata kerbau berada di Kalang selama 2 bulan/tahun; Taksiran harga kerbau anak Rp 600.000/ekor; Upah tenaga kerja Rp 30.000/HOK; Diasumsikan ces milik peternak disewa

penyediaan pakan hijauan. Sedangkan isteri dan anak tidak berperan dalam pemeliharaan ternak kerbau. Rincian alokasi curahan tenaga kerja keluarga untuk usahaternak kerbau Kalang tertera pada Tabel 5.

Curahan tenaga kerja keluarga untuk usahaternak kerbau adalah 126,4 HOK. Satu satuan hari orang kerja (HOK) diasumsikan sebesar 7 jam/hari tenaga kerja pria dewasa. Alokasi tenaga kerja usahaternak kerbau Kalang relatif kecil disebabkan karena dalam rentang satu tahun, kerbau diliarkan sekitar 10 bulan dan hanya dua bulan dikandangkan. Tenaga kerja keluarga digunakan untuk mencari rumput dan pemeliharaan hanya pada saat kerbau dikalangkan.

Pendapatan usahaternak. Pendapatan usahaternak dihitung dari selisih penerimaan (tunai dan non tunai) dengan biaya produksi (tunai dan non tunai). Rincian analisis finansial per tahun usahaternak kerbau Kalang terdapat pada Tabel 6.

Penerimaan tunai hanya berasal dari penjualan ternak, karena tidak ada penjualan pupuk. Hasil penjualan ternak Rp 10.400.000 dengan rata-rata jumlah ternak yang dijual sebanyak 2,6 ekor/peternak. Umumnya ternak yang dijual adalah jantan dewasa dan betina dewasa yang tidak produktif.

Penerimaan non tunai berasal dari penambahan ternak. Besarnya penerimaan non tunai adalah Rp 1.920.000/peternak dari rata-

(8)

rata penambahan ternak karena lahir yaitu berkisar 3,2 ekor/peternak.

Biaya tunai terdiri dari biaya sewa ces untuk pengangkutan rumput ke kandang dan biaya pembelian obat-obatan. Sedangkan biaya non tunai adalah biaya curahan tenaga kerja Tabel 7. Proporsi kebiasaan pemasaran kerbau

Kalang di lokasi penelitian

Peubah Proporsi (%) (n = 30) Periode jual - Kebutuhan 100,00 Hari besar - Musim kemarau - Tempat jual - Rumah 100,00 Pasar - Sistem bayar - Tunai 100,00 Kredit - Pembeli - Tengkulak 100,00 Peternak - Kelompok - Penentu harga - Pembeli - Peternak 76,67 Pemerintah - Kesepakatan 23,33 yang dialokasikan untuk mencari rumput dan pemeliharaan. Besarnya biaya tunai adalah Rp 6.505.000 sedangkan biaya non tunai Rp 3.792.857.

Hasil analisis ekonomi usahaternak kerbau Kalang menunjukkan bahwa pendapatan bersih adalah Rp 2.022.143/peternak/tahun, dengan skala penguasaan ternak 10,1 ekor.

Produktivitas tenaga kerja. Produk-tivitas tenaga kerja dihitung dari besarnya pendapatan kotor dibagi dengan curahan tenaga kerja dalam satuan hari kerja (Rp/HOK). Dari Tabel 7 dapat dilihat besarnya

produktivitas tenaga kerja Rp 45.994 lebih tinggi dibandingkan upah tenaga kerja yang berlaku di lokasi penelitian yaitu sebesar Rp 30.000/HOK.

Pemasaran. Kebiasaan seluruh peternak responden dalam menjual ternak kerbau Kalang meliputi periode penjualan, tempat penjualan, sistem pembayaran, pembeli dan penentu harga disajikan pada Tabel 7.

Semua peternak responden menjual ternak bila ada kebutuhan mendadak seperti biaya pendidikan, membetulkan rumah dan lainnya. Walaupun harga yang diterima akan lebih tinggi pada hari-hari besar, namun peternak tidak melepas ternaknya pada saat itu. Peternak lebih mementingkan fungsi ternaknya sebagai tabungan. Semua peternak responden melakukan penjualan ternak di rumah dengan sistem pembayaran secara tunai. Pembeli ternak adalah tengkulak yang umumnya berasal dari Banjar (Kalimantan Selatan). Harga jual ternak umumnya ditentukan oleh peternak, tidak ada ketentuan harga yang berlaku atau ditetapkan pemerintah baik untuk ternak kerbau, kualitas kerbau maupun lainnya.

KESIMPULAN

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa usahaternak Kerbau Kalang di Kalimantan Timur mempunyai prospek pasar yang baik seperti: nilai jual ternak, permintaan masih relatif tinggi, dan dapat dijadikan sumber pendapatan peternak. Ternak kerbau dapat hidup sesuai dengan agroekosistem wilayah setempat dan secara sosial ekonomi dapat diterima oleh masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

DINAS PETERNAKAN KABUPATEN KUKAR. 2006. Statistik Peternakan. Dinas Peternakan Kabupaten Kukar. Samarinda.

KRISTIANTO,L.K. 2006. Analisis agroekosistem di sentra pengembangan kerbau Kalang Kabupaten Kutai Kartanegara, Disnak Kab. Kutai Kartanegara. Tenggarong, Kalimantan Timur.

Gambar

Gambar 1. Wilayah pengembangan ternak kerbau
Tabel 2. Penguasaan ternak kerbau oleh peternak
Tabel 3. Pengurangan ternak kerbau yang dipelihara peternak
Tabel 4. Penambahan ternak kerbau yang dipelihara peternak
+2

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Beberapa landasan yuridis pembentukan Peraturan Daerah Kabupaten Kubu Raya Nomor 5 Tahun 2011 tentang Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Kubu Raya telah mengalami

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui ketersediaan dan pengelolaan kelembagaan masyarakat pesisir kawasan daerah perlindungan laut dalam meningkatkan taraf

Dengan berlakunya Peraturan Bupati ini, maka Peraturan Bupati Lombok Utara Nomor 3 Tahun 2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis Pengelolaan Kuangan

[r]

Enam varietas unggul nasional yang telah dilepas Balai penelitian Tanaman Hias (Balithi), yaitu Puspita nusantara, Nyi Ageng Serang, Shakuntala, Puspita Asri, Dewi

Dalam hal penjualan kembali Unit Penyertaan REKSA DANA BNP PARIBAS DOLAR PLUS dilakukan oleh Pemegang Unit Penyertaan melalui media elektronik, maka Formulir Penjualan Kembali

Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun mahoni dapat menghambat pertumbuhan tinggi, berat basah, dan jumlah helai daun gulma maman