• Tidak ada hasil yang ditemukan

INFORMASI GEOSPASIAL UNTUK PEMETAAN BATAS DAERAH 1) Kol. Drs. Cpt. Suyanto 2)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "INFORMASI GEOSPASIAL UNTUK PEMETAAN BATAS DAERAH 1) Kol. Drs. Cpt. Suyanto 2)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

INFORMASI GEOSPASIAL UNTUK PEMETAAN BATAS DAERAH1)

Kol. Drs. Cpt. Suyanto2)

I. PENDAHULUAN

Topografi Kodam disingkat Topdam adalah Badan pelaksana Kodam yang berkedudukan langsung di bawah Pangdam.

Topdam sebagai pusat informasi Geospasial untuk mendukung Tugas Pokok Kodam dalam Penyelenggaraan Pembinaan Kemanpuan Kekuatan Dan Gelar Kekuatan,Menyelenggarakan Pembinaan Teritorial untuk menyiapkan wilayah pertahanan di darat dan menjaga keamanan negara wilayah sulawesi untuk menegakkan kedaulatan negara mempertahankan keutuhan wilayah kesatuan RI.

Kecuali menyelenggarakan survey pemetaan, Topdam juga memberikan bantuan tehnis kepada satuan jajaran Kodam dan Pemerintah Daerah Propinsi, Kabupaten, Kota. Bantuan kepada Pemda tersebut antara lain permintaan data koordinat Titik Triangulasi maupun tugu batas, pembuatan peta tematik dan terutama Pemetaan Batas Daerah.

Tersedianya Informasi Geospatial yang lengkap akan sangat membantu dalam proses penetapan, penegasan batas daerah dan pelaksanaan pemetaan batas daerah di lapangan.

II. TUGAS POKOK DAN FUNGSI TOPDAM

Tugas pokok dan fungsi topdam sesuai orgas Topdam yang disyahkan melalui perkasad No. 98/XI/2011 tanggal 2 November 2011 adalah Menyelenggarakan Penyediaan dan Penyajian informasi Topografi wilayah Kodam melalui Revisi Peta dan Data Topografi,analisa Medan serta Pembuatan produk Informasi Topografi,dalam rangka mendukungTugas Pokok Kodam.

Untuk dapat melaksanakan tugas pokok tersebut diatas Topdam menyelenggarakan 3 fungsi yaitu: fungsi utama,fungsi organik militer,dan fungsi organik pembinaan.

a. Fungsi utama :

1) Revisi Informasi Topografi. Yaitu menyelenggarakan segala usaha, pekerjaan dan kegiatan yang berkenaan dengan pengumpulan serta pengolahan data spasial dan non spasial untuk merevisi peta dan medan di wilayah Kodam.

2) Pembuatan Produk Informasi Topografi. Yaitu menyelenggarakan segala usaha, pekerjaan dan kegiatan yang berkenaan dengan pengumpulan serta pengolahan data spasial dan non spasial untuk membuat produk informasi topografi dalam bentuk peta hasil revisi, laporan geografi medan, analisa medan, peta tematik, peta foto, peta citra satelit, peta tiga dimensi, model medan, dan gazetteer wilayah Kodam.

3) Bantuan Topografi. Menyelenggarakan segala usaha, pekerjaan dan kegiatan yang berkenaan dengan pemberian bantuan yang berkaitan dengan bidang ketopografian kepada satuan jajaran Kodam dan Instansi lainnya, dalam kegiatan Pendidikan dan Latihan, Penegasan batas wilayah dan asistensi tehnis Topografi serta dalam rangka OMP dan OMSP.

4) Pembinaan Material Topografi. Meliputi segala usaha, pekerjaan dan kegiatan yang

1)

Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional ”Informasi Geospasial Untuk Kajian

Kebencanaan Dalam Pelaksanaan Pembangunan Berkelanjuatn dan Pengembangan

Kecerdasan Spasial (Spatial Thinking) Masyarakat)” dalam rangka Geospatial Day di Universitas

Sebelas Maret, Tanggal 22 Maret 2012

(2)

berkenaan dengan :

a) Penerimaan, penyimpanan, pemeliharaan Peta Topografi, Alat Topografi serta produk informasi Topografi.

b) Pendistribusian dan pengadministrasian Peta Topografi, alat GPS Navigasi dan produk informasi Topografi kepada satuan jajaran Kodam.

c) Melaksanakan inventarisasi tugu titik kontrol kerangka dasar pemetaan di wilayah Kodam, termasuk tugu batas, tugu Triangulasi, serta melaksanakan pemeliharaan tugu batas dan tugu Triangulasi tingkat III dan IV.

b. Fungsi Organik Militer. Menyelenggarakan segala usaha, pekerjaan dan kegiatan di bidang pengamanan, personel, logistik dan Binter terbatas dalam rangka mendukung tugas pokok Topdam.

c. Fungsi Organik Pembinaan.Menyelenggarakan segala usaha, pekerjaan dan kegiatan di bidang latihan dalam rangka mendukung tugas pokok Topdam.

III.LATAR BELAKANG PELIBATAN TOPDAM VII/WRB DALAM PENEGASAN BATAS WILAYAH DI SULAWESI

Pelibatan Topdam VII/Wrb dilatarbelakangi banyaknya sengketa batas beberapa kabupaten di Provinsi Sulsel di Tahun 70-an yang sangat mendesak dan harus segera diselesaikan.

Setidaknya ada 6 pertimbangan Pemda menunjuk Topdam untuk kerjasama Pengukuran Penegasan Batas Wilayah. Wilayah teritorial yang cukup luas dan posisi Topdam VII/Wrb yang strategis, berpengalaman , Data cukup, memiliki alat dan SDM, aman, Topdam menjadi anggota Tim Pemetaan dan Penegasan Batas Daerah (PPBD). 1. Wilayah teritorial. Kodam VII/WRB memiliki luas 169.941.674,147 Ha terdiri dari 5

Korem, 36 Kodim, 362 Koramil dan 6 Propinsi 62 Kabupaten dan 11 Kota (sangat luas) No. NAMA PROPINSI JUMLAH

KAB JUMLAH KOTA KET 1. 2. 3. 4. 5. 6. Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulamesi Barat Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara 11 5 10 5 21 10 4 1 1 - 3 2 Jumlah 62 11

Seluruh Pulau Sulawesi tersebut merupakan wilayah kerja Topdam VII/WRB Sehingga hal ini meningkatkan kepercayaan Pemda dalam rangka kerjasama pemetaan batas daerah.

2. Pengalaman.

Topdam VII/WRB Melaksanakan aktivitas Survey dan pemetaan ta sejak Zaman kolonial Belanda (Topograftsche Dient), Lembaga Pemetaan Jepang (Sokuryo Kyoku) sampai sekarang.

3. Data Surta yang di hasilkan sejak Zaman Belanda tersimpan di gudang Materiil Topografi. Data dan produk yang banyak dipakai sebagai dokumen Penegasan Batas Daerah berupa Data koordinat Tugu Triangulasi, Peta Menit, Schat Map, Peta Topografi berbagai kedar.

4. Alat dan SDM

Alat ukur sudut,Jarak,Beda Tinggi, GPS Geodetic, Procesing Data maupun alat cetak cukup memadai.

5. Aman. Sengketa Batas sering berujung pada tindakan anarkis banyak kasus surveyor yang melarikan diri dalam melaksanakan tugasnya karena diancam massa.

6. Dalam SE MENDAGRI No. 126/2747/SJ.TGL 27 Nopember 2002 Topdam termasuk Tim PPBD Propinsi.

(3)

IV. INFORMASI GEOSPASIAL

Informasi Geospasial (IG) adalah data Geospasial yang sudah diolah sehingga dapat digunakan sebagai alat bantu dalam perumusan kebijakan, pengambilan keputusan dan atau pelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan ruang kebumian (UU nomor 4 Tahun 2011).

Sejak Indonesia merdeka sampai berdirinya Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal), Topografi AD menjadi pusat IG nasional, disamping Dishidrosal AL dan Disurpotrud AU yang melayani kebutuhan IG TNI/ABRI maupun instansi pemerintah dan swasta. Sesuai sesanti “LIKHITA BHUTALA YUDHA KARYA” yang berarti Menggambarkan bumi untuk kepentingan perang dan pembangunan.

Produk IG yang dihasilkan Topografi sejak jaman Belanda adalah : Junghulm 1838 ; pengukuran Buetenzorg yaitu pengukuran jaring Kontrol Geodesi Tugu Triangulasi dimana di P. Jawa selesai pada Tahun 1880, Peta Topografi berbagai skala, Gazeteer, Peta Thematik, Laporan Geografi Militer (LGM), Analisa Medan, Peta foto dll.

NO. NAMA PRODUK JUMLAH KETERANGAN

1 2 3 4 A. 1 2 3 4 5 Jenis Peta

Peta menit skala 1:5000 Peta Topografi skala 1:20.000 Peta Topografi skala 1:25.000 Peta Topografi skala 1:50.000 (LCO)

Peta Topografi skala 1:50.000 (UTM) 623 MLP 11 MLP 17 MLP 74 MLP 148 MLP Tahun 1927 s.d 1944 Tahun 1944 Tahun 1930 Tahun 1944 s.d 1991 Tahun 1976 s.d 2011 6 7 8 9 10 11

Peta Topografi skala 1:100.000 Peta Topografi skala 1:125.000 Peta Topografi skala 1:200.000 Peta JOG skala 1: 25.000 Peta Skala 1:1.000.000 Peta Foto Mozaik kontrol (1:125.000) 30 MLP 19 MLP 46 MLP 80 MLP 6 MLP 13 MLP Tahun 1946 s.d 1960 Tahun 1943 s.d 1946 Tahun 1946 s.d 1977 Tahun 1944 s.d 2006 Tahun 1976 s.d 1983 Tahun 1976 B. 1 2 3 4 Titik Triangulasi Primer Sekunder Tertier Quarter 2486 46 374 812 1257 C. Gazeteer 45

(4)

D. Laporan Geografi Militer (LGM)

36 Kodim

IG tersebut sangat membantu Pemda Sulawesi dalam penyelesaian sengketa batas wilayah. Karena dokumen batas wilayah yang dimiliki oleh Pemda sebagian besar tidak lengkap, maka IG inilah yang akhirnya menjadi bahan utama/dasar pemetaan batas wilayah dengan metode kompilasi dan terestris.

V. PENEGASAN BATAS DAERAH

Kegiatan penegasan batas daerah dilakukan oleh Tim Penetapan dan Penegasan Batas Daerah (PPBD) Tingkat Pusat bersama Tim PPBD tingkat Provinsi, Kabupaten dan Kota dari masing-masing daerah untuk mendapatkan ketetapan hokum tentang batas daerah. Pelaksanaan di lapangan Tim tehnis dibantu masyarakat setempat yang mengetahui keberadaan batas daerah tersebut

Prinsip Penegasan Batas daerah di Darat 1. Batas daerah dibagi menjadi 2 (dua) macam :

a. Batas daerah yang ditegaskan dapat dinyatakan dalam bentuk bangunan fisik buatan manusia seperti pilar, gapura, jalan, batas alam seperti watershed dan sungai.

b. Batas daerah yang tidak dapat ditegaskan dalam suatu bentuk bangunan fisik seperti melalui danau dan tengah sungai dinyatakan dengan Pilar Acuan Batas. 2. Penegasan batas dilaksanakan melalui 5 (lima) tahapan yakni : Penelitian Dokumen, Pelacakan Batas, Pemasangan Pilar Batas, Pengukuran Posisi Pilar Batas,Pembuatan Peta Batas.

a. Penelitian dokumen. Dokumen yang dimaksud antara lain :Staatsblad, nota residen, UU pembentukan daerah, kesepakatan yang pernah ada termasuk peta, kesepakatan mengenai batas wilayah, Peta Menit ( Minuiteplan ) Peta Topografi,Peta Rupabumi dll. Jika tidak ada sumber hukum yang di sepakati maka dibuat kesepakatan baru melalui musyawarah.

b. Pelacakan batas

Dilaksanakan oleh tim tehnis. Garis batas sementara yang ada dip peta kesepakatan ( peta kerja ) di cocokan dengan kondisi nyata di lapangan dengan memasang patok sementara.

c. Pemasangan pilar batas daerah

Patok - patok sementara diatas dibangun pilar batas dengan ketentuan sebagai berikut :

1) Tipe A Ukuran 50 cm x 50 cm x 100 cm diatas tanah dan kedalaman 150 cm 2) Tipe B Ukuran 40cm x 40cm x 75 cm diatas tanah dan kedalaman

100cm

3) Tipe C 20cm x 20cmx 25cm diatas tanah dan kedalaman 50 cm biasanya digunakan untuk pilar batas antara.

d. Penentuan posisi pilar batas dan penentuan garis batas. Menggunakan GPS Geodetik standar ketelitian koordinat

- PBU dan PABU ± 15 cm - PBA dan PABA ± 25 cm

Pengukuran garis batas dilaksanakan kalau dianggap perlu dan dilaksanakan terhadap segmen batas yang penting.

e. Tahap kelima. Pembuatan peta batas daerah dengan metode kompilasi, terestris atau fotogrametris.

VI. PEMETAAN BATAS DAERAH

I. Metode Pemetaan Batas Daerah.

Pada dasarnya Peta Batas Daerah diturunkan berdasarkan peta Garis Batas. Peta Garis Batas merupakan peta situasi sepanjang garis batas daerah yang

(5)

memuat gambar koridor selebar 100 m ke kiri dan 100 m ke kanan dari garis batas daerah. Peta ini digambarkan dengan skala 1 : 1.000 sehingga lebar peta ini adalah 10 cm ke Kiri dan 10 cm ke Kanan dari garis batas daerah. Penggambaran garis kontur disesuaikan dengan skala tersebut atau setiap selang 0,5 m. Di dalam penggambaran detail harus juga memperhatikan unsur-unsur lain yang dapat menambah informasi terhadap keberadaan garis batas daerah di atas peta, antara lain sarana transportasi, sarana penunjang (bangunan) dan detail lain yang menonjol.

Beberapa metode pemetaan batas antara lain : a. Penurunan Kompilasi dari peta-peta yang sudah ada.

1) Peta batas daerah dapat diperoleh dari peta-peta yang ada seperti peta-peta dasar, peta BPN, peta PBB dll

2) Prosesnya dilakukan secara kartografis manual dan jika perlu diadakan penyesuaian skala menggunakan Panthograp.

3) Detail yang digambarkan adalah unsur-unsur yang berkaitan dengan batas daerah seperti, pilar-pilar batas, jaringan jalan, garis pantai, perairan dan detail lain yang menonjol.

4) Pada metode digital, peta sumber tersebut di scan dan dipilih serta didigit melalui layar computer untuk digambarkan kembali menggunakan plotter.

b. Metode pemetaan terestris (Pengukuran terrestrial). Merupakan rangkaian pengukuran menggunakan alat ukur sudut, jarak dan beda tinggi, yaitu :

1) Prisma dan pita ukur. Pinsip pengukuran pada metode ini adalah memanfaatkan citra garis tegak lurus rambu ukur/target pada prisma dan pengukuran jarak dengan pita ukur. Tahapanya adalah :

a) Pembuatan kerangka titik bantu (x,y)

b) Pengukuran detail menggunakan prisma dan pita ukur. c) Penggambaran.

2) Tachimetri. Prinsip pengukuran pada metode ini adalah mengukur sudut horinzontal (azimuth magnetik) dan sudut vertical (zenith) dan jarak optis melalui pembacaan skala rambu ukur menggunakan Theodolite. Tahapannya adalah :

a) Pengukuran kerangka titik control (x,y,z) b) Pengukuran Polygon dan situasi

c) Proses hitungan d) Penggambaran 3) Total Station

Alat yang digunakan adalah alat total station yang dilengkapi dengan fasilitas pengukuran, perhitungan dan penggambaran scara otomatis/elektronis sehingga dapat dilakukan secara cepat dan mudah.

c. Metode pemetaan fotogrametri (Pemotretan udara, citra satelit)

1) Metode ini merupakan rangkaian pengukuran titik control tanah, pemotretan udara, Triangulasi udara, restitusi foto dan proses kartografi.

2) Hasil yang diperoleh tidak hanya peta garis tetapi juga berupa mozaik foto dan peta foto.

(6)

Softcopy Fotogrametri. 2. Pembuatan peta batas

Pada umumnya peta batas harus dapat menyajikan informasi dengan benar sesuai dengan kebutuhannya. Untuk itu setiap peta harus memenuhi spesifikasi yang sesuai dengan tema informasi yang disajikan. Aspek-aspek spesifikasi peta antara lain :

a. Aspek kartografi meliputi :

1) Jenis peta (penyajian) : peta foto, peta garis. 2) Sistem simbolisasi, legenda dan warna 3) Isi peta dan tema

4) Ukuran peta (Muka peta)

5) Bentuk penyajian/penyimpanan data informasi (lembar peta, digital) b. Aspek Geometrik

1) Skala/resolusi

a) Batas Propinsi 1 : 500.000 b) Batas Kabupaten 1 : 100.000 c) Peta Batas Kota 1 : 50.000 2) Sistem proyeksi

a) Sistem Grid : Universal Transverse Mercator b) Lebar zone : 6 derajat

c) Angka perbesaran : 0,9996 pada meridian tengah

d) Jarak meridian tepi : 180.000m disebelah Timur dan Barat meridian Tengah.

e) Ellipsoid Referensi : Spheroid WGS-84

f) Sistem Referensi Koordinat Primer : Gird geografi, sekunder : Grid Metric 3) Ketelitian planimetris (X,Y,Z) : 0,5 mm jika diukur di atas peta Interval kontur :

a) Batas Propinsi : 250 meter b) Batas Kabupaten : 50 meter c) Batas kota : 25 meter c. Proses pembuatan peta

1) Kompilasi dari berbagai peta yang sudah ada, bisa juga menggunakan peta yang telah menjadi dasar kesepakatan.

2) Melaksanakan penscan-an sehingga menjadi data dalam bentuk softcopy. 3) Melaksanakan Digitasi sesuai dengan kaidah kartografi. (Detail digambar

disepanjang garis batas ke kiri 10 cm dan ke kanan 10 cm)

4) Mengeplot hasil pengukuran pilar batas di lapangan ke dalam peta digital 5) Menggambarkan garis penghubung antar pilar batas dan memberi identitas

pilar sesuai dengan identitas di lapangan. 6) Memberikan judul dan legenda/keterangan Proses reproduksi.

Referensi

Dokumen terkait

Setelah itu, surat tagihan yang telah disetujui diserahkan ke kasi Fakultas Ilmu Komputer (fasilkom) untuk diberikan ke mahasiswa dan mahasiswa melakukan

Hasil dari penelitian tersebut menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa akuntansi semester empat ke atas dengan mahasiswa akuntansi semester

Menjadi pengusaha sukses dan memimpin perusahaan dengan berpenghasilan besar tidak harus menunggu tua, namun bisa memulai dari umur yang sangat belia.. Setidaknya

Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang signifikan antara penggunaan media piranti lunak VirtualBox dengan hasil belajar aspek pemahaman siswa SMKN 4

Keberhasilan komunikasi tidak hanya tergantung pada pihak komunikator atau pembicara tapi juga tergantung dari komunikan atau yang menerima pesan walaupun pihak komunikator

Beberapa jenis pohon yang berpotensi sebagai bahan baku obat yang ditemukan selama penelitian di Kabupaten Ponorogo tertera pada Tabel 1. Namun demikian dari sejumlah banyak

Namun hal ini bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan La Vere, yang menyatakan bahwa RPA paling retentif pada gigi alami, baik untuk melawan kekuatan tarik

Untuk mencapai kemampuan ketramilan tersebut diperlukan peralatan pendukung yaitu mesin Gerinda, Mesin Bubut dan Alat Ukur; Mikrometer, Jangka Sorong, Busur