• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA PENEGAKAN HUKUM DAN PENANGGULANGAN PEREDARAN NARKOTIKA YANG DILAKUKAN SECARA ONLINE (DITELITI DI BADAN NARKOTIKA NASIONAL)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UPAYA PENEGAKAN HUKUM DAN PENANGGULANGAN PEREDARAN NARKOTIKA YANG DILAKUKAN SECARA ONLINE (DITELITI DI BADAN NARKOTIKA NASIONAL)"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

1

UPAYA PENEGAKAN HUKUM DAN PENANGGULANGAN PEREDARAN NARKOTIKA YANG DILAKUKAN SECARA ONLINE

(DITELITI DI BADAN NARKOTIKA NASIONAL)

Oleh Candra Ardiansyah

ABSTRAK

Narkotika jika disalahgunakan atau digunakan tidak sesuai dengan standar pengobatan dapat menimbulkan akibat yang sangat merugikan bagi perseorangan atau masyarakat khususnya generasi muda dan dampak yang ditimbulkan juga sangat kompleks dan luas tidak hanya terhadap pelakunya, tetapi juga menimbulkan beban psikologis, sosial dan ekonomis bagi orang tua dan keluarganya, serta menimbulkan dampak yang merugikan terhadap berbagai aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan umat manusia. Hal ini akan lebih merugikan jika disertai dengan penyalahgunaan dan peredaran terhadap narkotika yang dapat menyebabkan bahaya yang lebih besar bagi kehidupan dan nilai-nilai budaya bangsa yang pada akhirnya akan melemahkan ketahanan nasional. Untuk lebih mengefektifkan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, diatur mengenai penguatan kelembagaan yang sudah ada yaitu BNN (Badan Narkotika Nasional), Badan Narkotika Nasional tersebut merupakan lembaga struktural yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Untuk mencegah dan memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dengan modus yang dewasa ini semakin canggih dikarenakan pada saat ini kemajuan teknologi sangatlah berkembang pesat, dengan adanya media internet sebagai media untuk berkomunikasi melalui jejaring sosialnya, hal ini dimanfaatkan oleh jaringan narkotika internasional dalam menyalurkan narkotika ke Indonesia. Dalam upaya penegakan hukum dan penanggulangan Badan Narkotika Nasional memiliki kewenangan melakukan penyelidikan dan penyidikan berdasarkan Pasal 75 Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Dengan melakukan upaya pre-emtif, preventif dan respresif dan bekerja sama dengan banyak pihak agar dapat memutus peredaran narkotika melalui media online.

Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara yang tumbuh dan berkembang di dalam segala bidang, salah satunya adalah di dalam bidang teknologi internet, dewasa ini

internet tidak dapat dipisahkan dari

kehidupan manusia, dengan semakin

mudahnya kita mengakses internet dimana

pun kita berada, baik melalui Processor

Computer media, ipad atau smartphone sehingga tanpa disadari internet telah menjadi kebutuhan hidup yang tidak bisa dihindari lagi.

(2)

2 Manfaat internet sangatlah beragam sebagai contoh, untuk mengakses ilmu

pengetahuan, tinggal membuka google dan

ketik apa yang di cari, sehingga dapat

mengetahui berita-berita ter-update,

mengirim dan menerima email dan

memperluas hubungan lewat social

networknya seperti facebook, twitter atau whatsapp yang bisa diakses melalui smartphone, dan masih banyak lagi manfaatnya yang dapat diperoleh melalui internet.

Kemajuan teknologi tersebut selain digunakan sebagai jejaring sosial dewasa ini sudah digunakan sebagai lahan bisnis perdagangan online atau jual beli berbagai komoditas barang yang mempermudah pembeli untuk mendapatkan barang yang diinginkan dengan sangat mudah, hanya dengan cara memesan melalui jejaring sosial maka barang tersebut akan langsung dikirim oleh penjual kepada pihak pemesan. Perdagangan online tersebut memiliki sistem pembayaran hanya melalui transfer kepada nomor rekening penjual, dimana pembeli tanpa harus datang ke tempat penjual.

Kemajuan teknologi tersebut kini dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu

untuk menjalankan bisnis haramnya

misalnya yang sekarang ini lagi menjadi sorotan adalah penjualan narkotika secara

online dengan sangat mudah narkoba itu dapat di beli melalui internet.

Melalui pemberitaan media online “TRIBUNNEWS.COM” menurunkan judul liputan pemberitaan unik sekaligus membuat

pembacanya sedikit heran, dengan

munculnya berita “Badan Nasional

Narkotika (BNN) terus menekan penjualan narkoba via online. Sebagai negara dengan pengguna internet yang cukup banyak,

Indonesia menjadi target penyebaran

narkoba melalui dunia maya”.1

Di dalam pemberitaan tersebut, Humas Badan Narkotika Nasional (BNN) mengungkap bahwa Indonesia pada saat ini menjadi target peredaran narkoba dengan cara menjual secara online, dikarenakan tingginya minat warga Indonesia untuk melakukan jual beli di dunia maya ada sekitar 40 juta pengguna internet yang sekitar 4 juta diantaranya melakukan jual beli secara online. Dengan jumlah sebanyak ini Indonesia termasuk target pasar narkoba di dunia maya, penjualan online tersebut dimanfaatkan para bandar untuk menjual narkoba melalui dunia maya, modus ini

1

www.TRIBUNNEWS .com “- Badan Nasional Narkotika (BNN) terus menekan penjualan narkoba via online. Karena, sebagai negara dengan pengguna internet yang cukup banyak, Indonesia menjadi target penyebaran narkoba melalui dunia maya.”. di akses tanggal 13 Maret 2012.

(3)

3 diakuinya sudah lama namun baru terdeteksi baru-baru ini.

Istilah narkotika bukan lagi istilah asing bagi masyarakat mengingat begitu banyaknya berita baik dari media cetak maupun elektronik yang memberitahukan

tentang penggunaan narkotika dan

bagaimana dari berbagai kalangan dan usia

berjatuhan akibat penggunaannya.2

Karena penyalahgunaan narkotika berdampak terhadap tumbuhnya budaya malas, dan memberikan efek ketergantungan terhadap penggunanya, disamping efek ketergantungan pengguna narkotika juga mengalami kerugian dibidang ekonomi

karena harus memenuhi kebutuhan

konsumsi narkotika yang harganya

tergolong cukup mahal. Hal ini akan lebih

merugikan jika disertai dengan

penyalahgunaan dan peredaran gelap

narkotika yang dapat mengakibatkan bahaya yang lebih besar bagi kehidupan dan nilai-nilai budaya bangsa yang pada akhirnya

dapat melemahkan ketahanan nasional.3

Kejahatan narkotika dan obat-obatan

terlarang telah bersifat transnasional,

dilakukan dengan modus operandi dan teknologi yang canggih. Aparat penegak

2

AR. Suijono dan Bony Daniel, Komentar dan Pembahasan Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika,(Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 1.

3

Ibid., hlm. 59

hukum diharapkan mampu mencegah dan

menanggulangi kejahatan tersebut

memerlukan suatu upaya penanggulangan

untuk memberantas penyalahgunaan

narkotika di Indonesia dibentuklah suatu lembaga, yaitu Badan Narkotika Nasional (BNN). Badan Narkotika Nasional adalah Lembaga Pemerintah nonkementrian yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui koordinasi

Kepala Kepolisian Negara Republik

Indonesia.4

Peredaran dan penyalahgunaan

narkotika merupakan salah satu bentuk kegiatan yang sangat merugikan perorangan dan masyarakat, khususnya generasi muda

karena narkotika dapat berpengaruh

terhadap pemakainya, pengaruh tersebut

dapat mempengaruhi kesadaran dan

memberikan dorongan yang dapat

berpengaruh kepada perilaku negatif yang dapat memicu untuk orang yang di bawah pengaruh tersebut melakukan suatu tindak kejahatan.

Perlu disadari juga bahwa para

penyalahguna narkotika sebenarnya

hanyalah korban atau sasaran belaka dari para pengedar. Para pengedar narkotika

4

Indonesia, Peraturan Presiden Tentang Badan Narkotika Nasional, Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2010, Pasal 1 ayat (1).

(4)

4 inilah yang sebenarnya penjahat yang dengan sadar menyebarkan barang haram tersebut kepada para pemakai dengan tujuan memperoleh keuntungan yang berlimpah dari penjualan barang haram tersebut.

Korban narkotika itu sebenarnya hanyalah kebodohan dan karena kurang

kuatnya iman seseorang yang

mengakibatkan dapat terjerumus ke dalam jurang yang akan merusak diri mereka sendiri dan menghabiskan uang, serta harta keluarganya, terkadang pula para pemakai narkoba akan berbuat hal yang tidak terpuji seperti mencuri dan lain sebagainya hanya untuk memenuhi rasa ketagihan terhadap narkotika tersebut.

Salah satu cara pemeberantasan peredaran narkotika yang dipandang efektif perlu dicari pemecahan masalahnya, ialah dengan mencari akar masalahnya dan melakukan suatu cara untuk menanggulangi dan menegakkan hukum dengan tegas terhadap orang yang melakukan tindak pidana narkotika untuk memberikan efek jera.

Untuk mengatasi terhadap

penyalahgunaan dan peredaran gelap

narkotika maka Badan Narkotika Nasional sebagai penegak hukum dan pelaksana dari Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009

tentang Narkotika mempunyai fungsi dan

peranan yang sangat penting dalam

memberantas peredaran narkotika di

Indonesia, karena peredaran narkotika tidak dilakukan secara perorangan, melainkan melibatkan banyak orang yang secara bersama-sama bahkan merupakan suatu sindikat yang terorganisir dengan jaringan yang luas.

Badan Narkotika Nasional

Badan Narkotika Nasional (disingkat BNN) adalah sebuah Lembaga Pemerintah NonKementrian (LPNK) Indonesia yang mempunyai tugas untuk melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pencegahan dan

pemberantasan penyalahgunaan dan

peredaran gelap narkotika, psikotropika, prekursor dan bahan adiktif lainnya kecuali

bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol.5

Badan Narkotika Nasional dipimpin oleh seorang Kepala yang bertanggung jawab kepada Presiden melalui koordinasi

Kepala Kepolisian Negara Republik

Indonesia. Dasar hukum Badan Narkotika Nasional sebagai Lembaga Pemerintahan NonKementrian adalah Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2010. Sebelumnya Badan Narkotika Nasional merupakan lembaga nonstruktural yang dibentuk berdasarkan

5

(5)

5 Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 2002, yang kemudian diganti dengan Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2007.

Upaya pencegahan, pemberantasan

penyalahgunaan dan peredaran gelap

narkotika yang dilakukan oleh Badan

Narkotika Nasional dilaksanakan

berdasarkan:6

1. Konvensi Tunggal Narkotika Tahun

1961 (single convention of drug);

2. Konvensi Bahan Psikotropika Tahun

1971 (convention on drug and

psychotropica substances);

3. Konvensi Pemberantasan Lalu Lintas

Gelap Narkotika dan Psikotropika Tahun 1988;

4. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1976

tentang Pengesahan Konvensi Tunggal Narkotika 1961 beserta Protokol;

5. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981

tentang Hukum Acara Pidana;

6. Deklarasi Politik dan Program Aksi

Global PBB Tahun 1990 dan Resolusi-resolusi PBB;

7. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1996

tentang Pengesahan Convention On

Drug and Psychotropica Substances 1971 (konvensi psikotropika);

6

Haryanto, Dasar Hukum BNN, tersedia di http://www.scribd.com/doc/8623247/narkoba, di akses tanggal 29 Mei 2012.

8. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1997

tentang Psikotropika;

9. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1997

tentang Pengesahan Konvensi

Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang

Pemberantasan Peredaran Gelap

Narkotika dan Psikotropika Tahun 1988 (United Nations Convention Againt lick Traffic in Narcotic Drug and Psychotropica Substances);

10.Undang-undang Nomor 22 Tahun 1997

tentang Narkotika;

11.Keputusan Presiden RI Nomor 17 Tahun

2002 tentang Badan Narkotika Nasional; Ketentuan Peralihan Pasal 149, Bab XVI Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009, yaitu Badan Narkotika Nasional yang dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2007 tentang Badan

Narkotika Nasional, Badan Narkotika

Provinsi, dan Badan Narkotika

Kabupaten/Kota, dinyatakan sebagai BNN, BNN Provinsi, dan BNN Kabupaten/Kota berdasarkan Undang-undang ini. Namun untuk Peraturan Presiden dalam Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika itu sendiri belum dibuat.

Dalam rangka pencegahan dan

pemberantasan penyalahgunaan dan

peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika, maka dibentuklah suatu badan

(6)

6

sebagai pelaksana dari

undang-undang,badan tersebut adalah Badan

Narkotika Nasional (BNN), Badan

Narkotika Nasional merupakan lembaga

pemerintahan non kementerian yang

berkedudukan di bawah Presiden dan bertanggung jawab kepada Presiden.

Badan Narkotika Nasional

berkedudukan di ibukota negara dengan wilayah kerja meliputi seluruh wilayah

Negara Republik Indonesia yang

mempunyai perwakilan di daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota. Badan Narkotika Nasional berkedudukan di ibukota Provinsi

dan Badan Narkotika Nasional

Kabupaten/Kota berkedudukan di ibukota dan Kabupaten/Kota.

Dalam rangka pencegahan dan

pemberantasan penyalahgunaan dan

peredaran gelap narkotika, dibentuklah Badan Narkotika Nasional (BNN) yang

merupakan Lembaga Pemerintah Non

Kementerian yang berkedudukan di bawah Presiden dan bertanggung jawab kepada

Presiden.7 Adapun tugas dari Badan

Narkotika Nasional (BNN) menurut Pasal 70 Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009

tentang Narkotika yaitu :8

7

Indonesia, Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika,Pasal 64 ayat (2).

8

Ibid,. Pasal 70.

a. Menyusun dan melaksanakan kebijakan

nasional mengenai pencegahan dan

pemberantasan penyalahgunaan dan

peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika;

b. Mencegah dan memberantas

penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika;

c. Berkoordinasi dengan Kepala Kepolisian

Negara Republik Indonesia dalam

pencegahan dan pemberantasan

penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika;

d. Meningkatkan kemampuan lembaga

rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial

pecandu Narkotika, baik yang

diselenggarakan oleh pemerintah

maupun masyarakat;

e. Memberdayakan masyarakat dalam

pencegahan penyalahgunaan dan

peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika;

f. Memantau, mengarahkan, dan

meningkatkan kegiatan masyarakat

dalam pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika;

g. Melakukan kerja sama bilateral dan

multilateral, baik regional maupun

(7)

7 memberantas peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika;

h. Mengembangkan laboratorium

Narkotika dan Prekursor Narkotika;

i. Melaksanakan administrasi penyelidikan

dan penyidikan terhadap perkara

penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika ;

j. Membuat laporan tahunan mengenai

pelaksanaan tugas dan wewenang. Mengenai penjabaran tugas dari Badan Narkotika Nasional dibagi menjadi

tiga bagian, yaitu :9

1. Pelaksanaan Harian Badan Narkotika

Nasional;

2. Departemen dan Lembaga-lembaga Non

Departemen;

3. Badan Narkotika Daerah.

Untuk melaksanakan tugas dan

fungsinya tersebut Badan Narkotika

Nasional (BNN) dibantu oleh beberapa Deputi yang mempunyai tugas dan fungsi,

dimana setiap masing-masing Deputi

tersebut mempunyai tugas dan fungsi yang saling berkesinambungan atau berkaitan diantara satu dengan yang lainnya :

1. Deputi Bidang Pencegahan;

9

Sunardi, Undang-undang Narkotika Beri Wewenang Badan Narkotika Nasional, tersedia di http:/www.GoJawaPos.or.id.html., di akses pada tanggal 29 Mei 2012.

2. Deputi Bidang Pemberdayaan

Masyarakat;

3. Deputi Bidang Pemberantasan;

4. Deputi Bidang Rehabilitasi;

5. Deputi Bidang Hukum dan Kerja Sama.

Narkotika

Narkotika adalah suatu zat yang berkhasiat dan sangat dibutuhkan oleh manusia dalam rangka pengobatan secara medis, akan tetapi khasiat dari narkotika ini bila digunakan berlebihan dan dalam waktu yang berkelanjutan akan menyebabkan ketergantuan terhadap obat tersebut. Istilah narkotika ada hubungannya dengan kata “narkan” (bahasa Yunani) yang berarti menjadi kaku. Dalam dunia kedokteran dikenal juga istilah narkose atau narcosis

yang berarti dibiuskan. Obat narkose yaitu

obat yang dipakai untuk pembiusan dan

pembedahan. Sedang pada farmacologie

(farmasi), sama artinya dengan “drug” yaitu sejenis zat yang apabila dipergunakan akan membawa efek dan pengaruh-pengaruh tertentu pada tubuh si pemakai.

Banyak para ahli yang

mendefinisikan narkotika dan satu sama lainnya tidak mempunyai perbedaan arti yang prinsip. Menurut Soejono Dirjosisworo mengatakan bahwa narkotika :

(8)

8 “Narkotika adalah zat yang biasa

menimbulkan pengaruh-pengaruh

tertentu bagi mereka yang

menggunakan dengan memasukkannya ke dalam tubuh. Pengaruh tersebut berupa pembiusan, hilangnya rasa

sakit, rangsangan semangat dan

halusianasi atau timbul khayalan-khayalan, sifat-sifat tersebut yang diketahui dan di kemukakan dalam

dunia medis, bertujuan untuk

dimanfaatkan bagi pengobatan dan kepentingan manusia seperti di bidang pembedahan, menghilangkan rasa sakit

dan lain-lain.”10

Sedangkan dalam Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkotika dalam bab I mengenai ketentuan umum Pasal 1 butir 1 dijelaskan mengenai pengertian narkotika yaitu :

”Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang

dibedakan ke dalam

10

Soedjono Dirdjosiswono, Hukum Narkotika di Indonesia, (Bandung: Alumni, 1978), hlm 3.

golongan sebagaimana terlampir

dalam Undang-Undang ini.”11

Istilah narkoba singkatan dari

narkotika, psikotropika dan zat (bahan adiktif lainnya). Pengertian lebih jelasnya

adalah sebagai berikut :12

1. Narkotika

Adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan.

2. Psikotropika

Adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunannya syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.

3. Bahan/Zat Adiktif lainnya

Adalah bahan lain bukan narkotika atau psikotropika yang penggunanya dapat menimbulkan ketergantungan.

4. Minuman Beralkohol

Adalah minuman yang mengandung etanol yang diproses dari bahan hasil

11

Indonesia, Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, Op. Cit., Pasal 1.

12

M. Wresniwiro, Narkoba Musuh Bangsa-bangsa, (Jakarta: Mitra Bintibmas, 2007), hlm 18.

(9)

9 pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi dan destilasi atau fermentasi tanpa destilasi, maupun yang

diproses dengan cara mencampur

konsentrat dengan etanol atau dengan

cara pengenceran minuman yang

mengandung etanol.

Narkotika dibedakan menjadi 3 golongan sebagaimana diatur dalam Pasal 6 ayat (1) Undang-undang Nomor 35 Tahun

2009 tentang Narkotika, yaitu :13

1. Narkotika Golongan I

Narkotika yang hanya digunakan

untuk tujuan pengembangan ilmu

pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi menimbulkan ketergantungan.

2. Narkotika Golongan II

Yang disebut narkotika golongan II adalah narkotika yang berkhasiat untuk pengobatan yang digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Dikatakan sebagai pilihan terakhir untuk pengobatan, karena setelah pilihan narkotika golongan III hanya tinggal pilihan narkotika golongan II,

karena narkotika golongan I tidak

13

Ibid., Pasal 6.

dimungkinkan oleh undang-undang untuk kepentingan pengobatan, karena narkotika golongan I ini tidak dipergunakan untuk terapi dan mempunyai potensi sangat tinggi

mengakibatkan ketergantungan sangat

berbahaya kalau digunakan untuk

pengobatan.

3. Narkotika Golongan III

Narkotika golongan III adalah

narkotika yang berkhasiat dalam pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan

serta mempunyai potensi mengakibat

ketergantungan, dibandingkan dengan

narkotika golongan I dan narkotika

golongan II.

Penyalahgunaan narkotika pada saat ini lebih cenderung dilakukan oleh kaum remaja atau pemuda, karena pada saat usia

remaja merupakan suatu proses

perkembangan diri dari anak-anak menuju ke dewasa, dalam masa ini seseorang akan sangat mudah terpengaruh ke dalam perbuatan penyalahgunaan narkotika dimana

seseorang tersebut akan mengalami

perubahan dalam segala bidang,

menyangkut perubahan fisik, kecerdasan, emosi, sikap sosial dan kepribadian. Tidak stabilnya emosi pada masa ini menyebabkan mudahnya remaja terpengaruh lingkungan

(10)

10 disekitarnya serta menimbulkan suatu sifat yang membangkang.

Beberapa faktor seseorang

melakukan penyalahgunaan narkotika

dipengaruhi oleh beberapa sebab antara lain:14

1. Ingin terliat gaya;

2. Solidaritas kelompok;

3. Menghilangkan rasa sakit;

4. Coba-coba/Ingin tahu;

5. Ikut-ikutan;

6. Untuk melupakan masalah;

7. Menonjolkan kehebatan;

8. Menghilangkan rasa bosan;

9. Mencari tantangan;

10.Merasa dewasa.

Dampak penyalahgunaan narkotika pada seseorang sangat tergantung pada jenis narkoba yang dipakai, kepribadian pemakai dan situasi atau kondisi pemakai. Secara umum, dampak kecanduan narkoba dapat terlihat pada fisik, psikis maupun sosial

seseorang:15 1. Dampak Fisk; 2. Dampak Psikis; 3. Dampak Spiritual. 14 http:/organisasi.org /faktor-penyebab -seseorang- memakai- menggunakan- narkoba- narkotika- zat adiktif, di akses tanggal 4 Juli 2012.

15

Hari Sasangka, Narkotika dan Psikotropika Dalam Hukum Pidana, (Bandung: Mandar Maju, 2003), hlm. 29-30.

Analisis Tentang Upaya Penegakan

Hukum Dan Penggulangan Peredaran Narkotika Yang Dilakukann Secara Online

Permasalahan penyalahgunaan dan

peredaran gelap narkoba merupakan

permasalahan yang masih dihadapi

berbagai negara-negara di dunia khususnya

Indonesia, dewasa ini permasalahan

tersebut semakin kompleks terbukti dengan

meningkatnya jumlah penyalahguna,

pengedar dan terbongkarnya berbagai macam modus yang dilakukan pengedar serta pabrik narkoba yang di bangun di Indonesia.

Parahnya peredaran narkoba sudah bisa ditunjukkan dengan jatuhnya korban akibat penggunaan narkoba, apalagi pada saat ini banyak publik figur dan para pejabat pun tidak sedikit menggunakan narkotika, tentu saja hal ini mengkhawatirkan karena setiap perilaku publik figur dan pejabat bisa di contoh oleh masyarakat umum.

Menurut hasil penelitian Badan Narkotika Nasional jumlah penyalahguna narkoba pada tahun 2012 adalah 1,5% dari penduduk Indonesia atau mencapai 3,2 juta orang dari jumlah seluruh penduduk Indonesia, dari jumlah tersebut, sebanyak 8.000 orang menggunakan narkoba dengan alat bantu berupa jarum suntik, yang

(11)

11 berakibat 60% pecandu dengan alat bantu tersebut terjangkit HIV/AIDS, serta sekitar 15.000 orang meninggal dunia setiap tahunnya karena menggunakan narkotika,

psikotropika dan zat adiktif lainnya.16

Meningkatnya jumlah penyalahguna narkotika dari tahun ke tahun tentunya tidak bisa dianggap masalah yang ringan, tetapi

perlu dianggap serius agar

penanggulangannnya juga bisa dilakukan

serius, secara umum diakui bahwa

permasalahan penyalahgunaan narkoba

disebabkan oleh banyak faktor yang saling mempengaruhi satu sama lain, adalah

sebagai berikut :17

1. Faktor Geografis;

2. Faktor Kemudahan;

3. Faktor Ekonomi.

Peredaran yang dilakukan secara online ini merupakan suatu kejahatan yang bertaraf Internasional dikarenakan mayoritas narkoba yang beredar di Indonesia dan dipesan melalui online adalah barang yang diimpor dari luar negeri, karena Indonesia saat ini dianggap negara yang cukup strategis untuk jalur perdagangan narkotika, ada beberapa negara pemasok narkotika ke Indoneisa antara lain Malaysia dan

16

Eryan Noviandi S, Kasi Departemen Hukum BNN, Wawancara, Di kantor BNN Tanggal 25 Mei 2012.

17

Ibid.

negara seperti Afrika, Thailand, Vietnam dan masih banyak lagi negara lain yang

menjadi produsen narkoba bagi Indonesia.18

Berdasarkan keterangan Badan

Narkotika Nasional yang mengacu pada data

dari International Narcotic Control Board

(INCB) peredaran narkotika yang dilakukan dengan modus online merupakan hal yang terbilang baru dilakukan di Indonesia

sedangkan modus yang menggunakan

teknologi canggih ini sudah berkembang lebih dahulu di sejumlah negara maju seperti

Cina, India, Amerika.19

Jadi, atas dasar masih tingginya

minat masyarakat di Indonesia akan

kebutuhan menkonsumsi narkotika dan para pengedar merasa sudah tidak lagi efektif apabila mereka masih menggunakan cara-cara lama yang terkadang bisa dihentikan oleh aparat penegak hukum dan atas dasar semakin majunya teknologi yang ada pada saat ini dibarengi meningkatnya penggunaan media online oleh banyak orang sebagai lahan berbisnis yang mendorong munculnya modus peredaran secara online yang merupakan terobosan dalam melakukan penawaran dan transaksi, karena jika

semakin aparat hukum memperketat

pengawasan terhadap peredaran gelap

18

Ibid.

19

(12)

12 narkotika maka para pengedar akan semakin

pintar dalam mencari celah dalam

mendistribusikan barang dagangannya

tersebut. Penanggulangan terhadap

perkembangan tindak pidana narkotika dengan modus operandi mempergunakan teknologi canggih harus diantisipasi dengan meningkatkan kualitas penegakan hukum dan kelengkapan perangkat hukum serta tatanan hukum.

Dalam upaya melakukan

penanggulangan penyalahgunaan dan

peredaran gelap narkotika Badan Narkotika Nasional mempunya 3 cara yaitu preventif,

represif, pre-emtif.20

Proses penegakan hukum atau

pemberian sanksi pidana terhadap peredaran gelap narkotika yang menggunakan media online, dapat dilakukan dimana pada saat

transaksi di media online yang

mencurigakan tersebut sudah terbukti akan melakukan jual beli narkotika dengan membongkar sandi-sandi yang digunakan oleh para pelaku. Dalam mengungkap modus ini Badan Narkotika Nasional

bekerjasama dengan Kemenkominfo

memantau dan meneliti suatu aktivitas yang

mencurigakan, dimana terdapat suatu

transaksi dengan menggunakan kata sandi yang mencurigakan antara alamat internet

20

Ibid.

protokol atau IP address (Internet Protocol

Address) domestik dan alamat IP Internasional.

Ketika memulai proses pengiriman dan melalui proses pemeriksaan X-ray (sinar X) setelah melalui proses tersebut dan terbukti barang kiriman itu berisi narkotika, maka Penyidik Badan Narkotika Nasional melakukan teknik pengiriman yang diawasi (controlled delivery) dengan melakukan penyamaran sebagai jasa pengiriman barang yang ditujukan kepada pihak pemesan. Jika sudah dapat dipastikan pihak pemesan dari barang tersebut barulah akan dilakukan

penangkapan oleh Penyidik Badan

Narkotika Nasional.21

Peredaran narkotika dilakukan secara terorganisir baik yang dibina oleh domestik kriminal maupun transnasional kriminal. Peningkatan peredaran gelap narkotika tidak terlepas dari kegiatan organisasi-organisasi kejahatan transnasional yang beroperasi di berbagai negara dalam suatu jaringan

kejahatan Internasional. Karena para

pengedar akan terus mencoba berusaha dengan segala cara untuk mempertahankan dan mengembangkan terus usaha peredaran gelap narkotika yang selalu dilakukan dengan inovatif.

21

(13)

13 Dalam membongkar suatu sepak terjang para bandar dan pengedar narkoba Internasional yang merupakan kejahatan yang tidak dilakukan oleh satu orang saja melainkan oleh sekumpulan orang secara profesional dan terorganisir, maka dalam membongkar peredaran yang dilakukan secara online ini Badan Narkotika Nasional bekerja sama dengan banyak pihak, antara lain :22

1. Kementerian Komunikasi dan

Informatika;

2. Polri Unit Cyber crime;

3. Lembaga Sandi Negara;

4. Petugas Bea Cukai;

5. BPOM (Badan Pengawas Obat dan

Makanan);

6. UNODC (United Nation Office on

Drugs and Crime);

7. INCB (International Narcotics Control

Board).

Sebagaimana diketahui tindak

pidana peredaran gelap narkotika sudah sedemikian rupa sehingga perlu pengaturan yang sangat ketat bahkan cenderung keras. Perumusan ketentuan pidana yang berkaitan

dengan pemberantasan tindak pidana

peredaran gelap dan penyalahgunaan

narkotika telah dirumuskan sedemikian rupa

22

Ibid.

dengan harapan akan efektif serta mencapai tujuan yang dikehendaki. Oleh karena itu, penerapan ketentuan pidana Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika haruslah pula dilakukan secara ekstra hati-hati. Pemahaman yang benar atas setiap ketentuan pidana yang telah dirumuskan

akan menghindari kesalahan dalam

pelaksanaannya.

Setidaknya ada dua hal pokok yang dapat ditemukan Badan Narkotika Nasional dari rumusan pidana dalam Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika yaitu adanya semangat memberantas tindak pidana peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika serta perlindungan terhadap pengguna narkotika. Konsekuensi dari kedua hal tersebut adalah peredaran tindak pidana narkotika dan prekursor narkotika diberi sanksi keras, sedangkan

pengguna narkotika terutama pecandu

narkotika maupun korban penyalahgunaan didorong memperoleh perawatan melalui rehabilitasi medis dan sosial.

Disadari diperlukan ketelitian dan kehati-hatian dalam menentukan apakah penyalahguna narkotika atau pengedar narkotika. Penegak hukum harus berhati-hati dalam menentukan apakah orang tersebut dianggap sebagai penyalahguna atau sebagai pengedar. Berdasarkan SEMA (Surat Edaran

(14)

14 Mahkamah Agung) Nomor 3 Tahun 2011,

tentang Penempatan Korban

Penyalahgunaan Narkotika di Dalam

Lembaga Rehabilitasi Baik Rehabilitasi Medis Maupun Rehabilitasi Sosial, hal

tersebut dapat dilihat dari jumlah

kepemilikan narkotika yang dapat dijadikan

acuan apakah benar-benar sebagai

penyalahguna atau memang memiliki tujuan untuk mengedarkan narkotika serta tidak terdapat bukti yang bersangkutan terlibat dalam peredaran gelap narkotika.

Badan Narkotika Nasional menilai

dalam memberantas peredaran gelap

narkotika dengan menggunakan teknologi canggih merupakan masalah yang sangat kompleks dan masih banyak

kendala-kendala yang dihadapi, sebagai berikut :23

1. Belum lengkapnya sarana dan prasarana yang dimiliki dalam pengamanan dan pemeriksaan suatu jasa pengiriman

barang dan di setiap perbatasan

indonesia. Hal ini dapat menjadi salah

satu kendala dalam upaya

penanggulangan peredaran narkotika, karena dapat dijadikan celah dalam

proses pengiriman atau peredaran

narkotika yang dilakukan oleh bandar jaringan internasional, yang sering kali masuk melewati jalur laut dan jalur

23

Ibid.

darat, lain halnya dengan jalur udara karena setiap barang akan d periksa melalui X-ray (sinar x). Karena kurang sigapnya para petugas di perbatasan dalam melakukan pemeriksaan setiap barang yang masuk, ini juga menjadi salah satu dari faktor kelalaian para penegak hukum.

2. Sulitnya dalam melacak setiap website

(situs) yang dibuat oleh jaringan pengedar narkotika Internasional karena website tersebut disamarkan dalam sebuah apotik online, game online dan

lain-lain. Jaringan pengedar

internasional yang memanfaatkan

teknologi canggih ini, membuat para aparat penegak hukum sulit dalam melakukan penyelidikan dan penyidikan

karena harus memeriksa setiap website

yang mencurigakan dengan jumlah yang tidak sedikit, dimana penggunaan media online adalah suatu alat komunikasi yang terbuka dan tidak mengenal batas negara.

3. Dalam melakukan pemesanan pada modus ini menggunakan akun jejaring sosial yang seluruh data akunnya disamarkan dan menggunakan kata sandi untuk setiap jenis narkotika yang dipesan serta dalam menentukan lokasi

(15)

15

menyulitkan penyelidikan aparat

penegak hukum karena sulitnya

memecahkan kata sandi yang digunakan dalam menanggulangi dan menghentikan peradaran dalam dunia maya tersebut.

Upaya penyelesaian dari beberapa

kendala-kendala yang dihadapi aparat

penegak hukum dalam melakukan

penanggulangan peredaran narkotika yang dilakukan secara online :

1. Pemecahan permasalahan dalam

pengamanan pada setiap perbatasan negara Indonesia yang sering kali

menjadi jalur masuknya peredaran

narkotika di indonesia adalah dengan

melengkapi alat pengamanan dan

pemeriksaan yang canggih seperti X-ray (sinar x) pada setiap perbatasan atau tempat masuk setiap barang yang dikirim dari luar Negeri. Sama halnya

setiap jasa pengiriman harus

meningkatkan standar pengamanan dan pemeriksaan setiap ada permintaan untuk mengirim barang.

2. Dalam menelusuri dan membongkar

setiap website atau situs berkedok apotek

online yang digunakan oleh para pengedar narkotika yang berasal dari jaringan Internasional, Badan Narkotika Nasional, Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerja sama dengan INCB

(International Narkotics Control Boards) dengan mengerahkan para ahli dan hacker untuk menelusuri kebenaran tentang website tersebut dengan program

milik Amerika yaitu Tor Project.inc

yang dapat mengetahui setiap kegiatan

dari website yang mencurigakan

tersebut.

3. Untuk mengetahui kata sandi yang digunakan para pengedar narkotika dan pemesannya di dalam media online, Badan Narkotika Nasional berkoordinasi dengan Lembaga Sandi Negara untuk memecahkan dan mengetahui setiap kata sandi yang digunakan tersebut dan bisa dilakukan pencegahan dan agar tidak berkembangnya modus dengan media online tersebut, dan Cyber Crime Polri akan melakukan penelusuran keaslian data pengguna jejaring sosial tersebut.

Demikian uraian mengenai kendala-kendala dan upaya penyelesaian yang dihadapi aparat penegak hukum dalam menanggulangi peredaran gelap narkotika yang dilakukan secara online.

Penutup

Dapat disimpulkan bahwa peredaran narkotika melalui media online terjadi karena beberapa faktor antara lain adalah faklor letak geografis yang merupakan

(16)

16 negara kepulauan yang memiliki banyak pelabuhan dan dianggap strategis oleh

jaringan narkotika internsional, faktor

ekonomis karena bisnis narkotika merupakn cara cepat untuk mendapat keuntungan yang besar, faktor kemudahan menggunakan media internet karena pada saat ini internet tidak dapat dipisahkan dari aktivitas masyarakat.

Modus peredaran narkotika melalui media online merupakan suatu langkah inovasi yang dilakukan oleh jaringan

narkotika internasional dalam

mendistribusikan barang dagangannya,

karena modus lama sudah dianggap tidak efektif lagi karena sering kali bisa digagalkan oleh aparat penegak hukum.

Dalam menanggulangi peredaran narkotika melalui media online ini harus di lakukan dengan ketilitan dan keseriusan para penegak hukum, dalam hal ini Badan Narkotika Menggunakan 3(tiga) langkah yaitu upaya pre-emtif, preventif, represif serta dibantu peran serta masyarakat dalam melaksanakannya. Dalam proses penegakan hukumnya dibutuhkan ketelitian untuk menjatuhkan sanksi terhadap pelakunya dimana pengedar narkotika akan di vonis

dengan hukuman kurungan penjara

sedangkan konsumennya atau yang disebut korban penyalahguna narkotika dianjurkan

untuk mendapat hukuman rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial.

Untuk dapat memutus peredaran

narkotika melalui media online ini,

dibutuhkan kerja sama antara aparat penegak hukum dengan banyak pihak serta membutuhkan perbaikan sarana prasarana agar dapat menunjang kinerja para aparat penegak hukum.

(17)

17

DAFTAR PUSTAKA

A. Perundang-undangan

Indonesia. Undang-undang Tentang

Narkotika. Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009.

________. Peraturan Presiden

Tentang Badan Narkotika Nasional. Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2010.

B. Buku

Dirdjosiswono, Soedjono. Hukum

Narkotika di Indonesia. Bandung : Alumni, 1978.

Hawari, Dadang. Al-Qur’an Ilmu

Kedokteran Jiwa Dan

Kesehatan Jiwa. Yogyakarta : Dana Bhaktio Prima Yasa, 1996.

Sasangka, Hari. Narkotika dan

Psikotropika Dalam

Hukum Pidana. Bandung : Mandar Maju, 2003.

Soekanto, Soerjono. Faktor-faktor

Yang Mempengaruhi

Penegakan Hukum. Jakarta : Rajawali Pers, 1993.

Sujono, AR dan Bony Daniel.

Komentar dan Pembahasan Undang-undang Nomor 35

Tahun 2009 Tentang

Narkotika. Jakarta : Sinar Grafika, 2011.

Wresniwiro, M. Narkoba Musuh

Bangsa-bangsa. Jakarta : Mitra Bintibmas, 2007.

C. Makalah/Artikel Internet

Anonim. “Badan Nasional Narkotika

(BNN) terus menekan

penjualan narkoba via online.

Karena, sebagai negara

dengan pengguna internet

yang cukup banyak,

Indonesia menjadi target

penyebaran narkoba melalui dunia maya”, tersedia di www.TRIBUNNEWS .com, di akses tanggal 13 Maret 2012.

_______.

http:/organisasi.org/faktor-penyebab-seseorangmemaka imenggunakan-narkobanarko tika-zat-adiktif, di akses tanggal 4 Juli 2012.

Haryanto, “Dasar Hukum BNN”,

tersedia di

http://www.scribd.com/doc/8 623247 /narkoba, di akses tanggal 29 Mei 2012.

Sunardi, “Undang-undang Narkotika

Beri Wewenang Badan

Narkotika Nasional”, tersedia di http:/www.GoJawaPos.or. id.html, di akses tanggal 29 Mei 2012.

D. Wawancara

Noviandi, Eryan S. Kasi Departemen

Hukum BNN. Jakarta,

Referensi

Dokumen terkait

FKPM dibangun atas dasar kesepakatan bersama antara Kapolsek, Camat/Kepala Desa/lurah dan tokoh masyarakat setempat.Ada pun beberapa bentuk kegiatan yang telah

Metode pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat kepada karang taruna desa Asinan melalui budidaya jamur merang menggunakan eceng gondok sebagai media tumbuhnya

Pada bulan Januari sampai Maret 2015 telah dilakukan penelitian untuk mengetahui perbedaan pengaruh senam Yoga dengan Tai Chi terhadap penurunan nyeri

PANITIA PENGADAAN BARANG / JASA KANTOR KEMENTERIAN AGAMA PURUK CAHU TAHUN ANGGARAN 2012.. Alamat

Berdasarkan hasil penyelenggaraan pilkada serentak, pasangan calon kepala daerah dari figur petahana yang diusung oleh koalisi partai yang mendominasi dukungan, hal ini

[r]

Eriksen, Ethnicity and Nationalism; Antropological Perspectives, Secon Edition, Pluto Press London, 2002; 20.. 2 tertentu ada juga yang berakhir dengan nuansa konfrontatif,

material dasar perairan dengan kriteria karang berpasir merupakan daerah yang berada pada. ujung-ujung