• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN CUCI TANGAN TERHADAP KEPATUHAN MAHASISWA PRAKTEK DI RUANG ICU RSUD Dr. MOEWARDI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN CUCI TANGAN TERHADAP KEPATUHAN MAHASISWA PRAKTEK DI RUANG ICU RSUD Dr. MOEWARDI"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN CUCI TANGAN

TERHADAP KEPATUHAN MAHASISWA PRAKTEK

DI RUANG

ICU

RSUD Dr. MOEWARDI

ARTIKEL ILMIAH

Oleh:

RINA MURDYANINGSIH

NIM. ST 13061

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2015

(2)

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN CUCI TANGAN TERHADAP KEPATUHAN MAHASISWA PRAKTEK

DI RUANG ICU RSUD Dr. MOEWARDI

Rina Murdyaningsih1), Yeti Nurhayati2), Ari Setiyajati3),

1) Mahasiswa S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta 2)

Program Studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

3)

RSUD Dr Moewardi

Abstrak

Cuci tangan sebelum melakukan perawatan pada pasien merupakan hal yang wajib dilakukan oleh setiap tenaga kesehatan termasuk pada mahasiswa yang sedang melakukan praktik klinik. Dengan melakukan cuci tangan dapat mencegah terjadinya infeksi nosokomial. Namun berdasarkan hasil studi pendahuluan, masih banyak mahasiswa praktek belum patuh dalam 5 moment cuci tangan. Untuk meningkatkan kepatuhan cuci tangan, maka salah satu cara adalah dengan memberikan pendidikan kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan cuci tangan terhadap kepatuhan mahasiswa praktek di ruang ICU RSUD Dr. Moewardi. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian metode pre eksperimental dengan pendekatan one group pretest – posttest. Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa praktek di Ruang ICU pada jadwal sift pagi hari, baik berpendidikan DIII, S-1 keperawatan maupun mahasiswa S-1 Ners sebanyak 90 orang. Dengan teknik sampling Consecutive sampling diperoleh sampel sebanyak 48 responden. Instrumen penelitian menggunakan checklist 5 moment cuci tangan, analisis data menggunakan uji Mc Nemar.

Hasil penelitian diketahui Mahasiswa praktik klinik di ruang ICU banyak yang berusia 19-21 tahun (62,5%), berjenis kelamin perempuan (68,8%) dan berpendidikan DIII (45,8%). Sebelum diberi pendidikan kesehatan tentang cuci tangan diketahui sebagian besar sampel tidak patuh dalam 5 moment sebesar 58,3%. Sesudah diberi pendidikan kesehatan tentang cuci tangan diketahui sebagian besar sampel patuh dalam mencuci tangan dalam 5 moment sebesar 70,8%. Terdapat pengaruh kepatuhan mahasiswa praktek dalam cuci tangan antara sebelum dan sesudah diberi pendidikan kesehatan cuci tangan dalam 5 moment dengan p = 0,007.

(3)

Abstract

Hand washing prior to administering the care to patients is mandatory for each health worker including practicum students at clinics. Hand washing can prevent the incidence of nosocomial infections. Based on the premilinary research, there were still many practicum students who did nor follow or obey the five moments of hand washing. In order to improve the hand washing obedience, one of the ways is administering the hand washing health education. The objective of this research is to investigate the effect of the health education of the five moments of hand washing on the practicum students’ obedience at the ICU of DR. Moewardi General Hospital of Surakarta.

This research used the pre-experimental method with the one group pretest – posttest design. The population of research was all of the practicum student as many as 90 at the ICU with morning shift. They majored in Diploma III in Nursing Science, Bachelor Program in Nursing Science, and Bachelor Degree Program in Nursing Profession. The sample of research consisted of 48 students and were taken by using the consecutive sampling technique. The data of research were collected through checklist of the five moments of hand washing. They were analyzed by using the Mc Nemar’s Test.

The result of research shows that 62.5% of the respondents were aged 19-21 years old; 68.6% of the respondents were females; 45.8% of the respondents majored in Diploma III in Nursing Science. Prior to the health education of the five moments of hand washing, 58.3% of the respondents did not obey the five moments. Following the health education, 70.8% of the respondents obeyed the five moments. Thus, there was an effect of the health education of the five moments of hand washing on the practicum students’ obedience as indicated by the p-value = 0.007.

(4)

1. PENDAHULUAN

Presentase infeksi nosokomial di rumah sakit dunia mencapai 9% atau lebih 1,4 juta pasien rawat inap di rumah sakit seluruh dunia mendapatkan infeksi nosokomial. Suatu penelitian yang dilakukan oleh WHO menunjukkan bahwa sekitar 8,7% dari 55 rumah sakit dari 14 negara yang berasal dari Eropa, Timur Tengah, Asia Tenggara dan Pasifik menunjukkan adanya infeksi nosokomial dan untuk Asia Tenggara sebanyak 10,0% (WHO, 2012). Data tahun 2013 menyebutkan RSUD Dr. Moewardi dalam menangani infeksi nosokomial mencapai 3%.

Untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial adalah dengan menjalankan universal precautian yang salah satunya adalah dengan mencuci tangan pada setiap penanganan pasien di rumah sakit. Berdasarkan hasil studi awal penelitian di Ruang ICU kepada mahasiswa praktek diketahui jarang melakukan cuci tangan dalam 5

moment meskipun sudah terdapat hand

rub yang disediakan di depan pintu masuk ruang dan di dalam kamar perawatan pasien,

Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan cuci tangan terhadap kepatuhan mahasiswa praktek di Ruang

ICU RSUD Dr. Moewardi.

2. Tinjauan Pustaka Mahasiswa praktek

Mahasiswa dalam peraturan pemerintah RI No.30 tahun 1990 adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar diperguruan tinggi tertentu. Praktek keperawatan adalah tindakan mandiri perawat profesional melalui kerjasama

berbentuk kolaborasi dengan klien dan tenaga kesehatan lain dalam memberikan asuhan keperawatan atau sesuai dengan lingkungan wewenang dan tanggung jawabnya (Nursalam, 2005).

Kebersihan Tangan

Tujuan kebersihan tangan adalah untuk menghilangkan semua kotoran dan debris serta menghambat atau membunuh mikroorganisme pada kulit. Mikroorganisme di tangan ini diperoleh dari kontak dengan pasien dan lingkungan. Sejumlah mikroorganisme permanen juga tinggal di lapisan terdalam permukaan kulit yaitu

staphylococcus epidermidis. Selain

memahami panduan dan rekomendasi untuk kebersihan tangan, para petugas kesehatan perlu memahami indikasi dan keuntungan dari kebersihan tangan terutama keterbatasan, pemakaian sarung tangan (Indro, 2004).

Konsep Dasar Penyakit Infeksi

Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia, termasuk Indonesia. Ditinjau dari asal atau didapatnya infeksi dapat berasal dari komunitas (Community acquired / infection) atau berasal dari lingkungan rumah sakit (Hospital

acquired infection) yang sebelumnya

dikenal dengan istilah infeksi nosokomial (Indro, 2004). Berkembangnya sistem "pelayanan kesehatan khususnya dalam bidang perawatan pasien, sekarang perawatan tidak hanya di rumah sakit saja, melainkan juga di fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, bahkan perawatan di rumah (home care) (Depkes RI, 2007).

(5)

Kepatuhan

Niven (2002) kepatuhan adalah sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan. Setiap perilaku yang dikerjakan seseorang dengan prosedur tentu akan menghasilkan hasil akhir yang optimal. Sedangkan dalam melaksanakan tata cara tersebut kadang kala ada waktu jenuh.

Pendidikan Kesehatan

Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang di rencanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan (Notoatmojo, 2003).

3. METODOLOGI PENELITIAN

rancangan penelitian dengan metode pre eksperimental dengan pendekatan one group pretest – posttest. Populasi penelitian semua mahasiswa praktek di Ruang ICU pada jadwal sift pagi hari, baik berpendidikan DIII, S-1 Keperawatan maupun mahasiswa S-1 Ners. Jumlah populasi sebanyak 90 orang. Jumlah sampel 48 responden. Pengambilan sampel menggunakan Teknik sampling dalam penelitian ini adalah Consecutive sampling. Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data-data. Penelitian ini menggunakan lembar observasi berisi penilaian cara-cara cuci tangan yang benar dalam 5 moment

cuci tangan. Penilaian 5 moment cuci tangan adalah:

1. Patuh > rata-rata nilai cuci tangan 2. Tidak patuh ” rata-rata nilai cuci

tangan(Murti, 2006)

Analisis data menggunakan uji statistik comparative Mc. Nemar.

4. HASIL PENELITIAN Karakteristik sampel umur

Tabel 1. Distribusi frekuensi Karakteristik sampel berdasarkan umur mahasiswa di Ruang

ICU RSUD Dr. Moewardi (n = 48)

Umur f (%)

19-21 tahun 30 62.5

22-24 tahun 18 37.5

Total 48 100.0

Berdasarkan Tabel 1 diketahui 30 sampel berumur antara 19-21 tahun (62,5%), dan 18 sampel berumur 22-24 tahun (37,5%).

Jenis kelamin

Tabel 2. Distribusi frekuensi Karakteristik sampel berdasarkan jenis kelamin mahasiswa

di Ruang ICU RSUD Dr. Moewardi (n = 48)

Jenis kelamin f (%)

Laki-laki 15 31.2

Perempuan 33 68.8

Total 48 100.0

Berdasarkan Tabel 2 diketahui 33 sampel adalah perempuan (68,8%), dan 15 responden adalah laki-laki (31,2%).

Tingkat Pendidikan

Tabel 3. Distribusi frekuensi Karakteristik

sampel berdasarkan tingkat pendidikan

mahasiswa di Ruang ICU RSUD Dr. Moewardi

(n = 48) Tingkat pendidikan f (%) DIII keperawatan 22 45.8 DIV Keperawatan 7 14.6 S1Keperawatan 14 29.2 S1+Ners 5 10.4 Total 48 100.0

Berdasarkan Tabel 3 diketahui 22 sampel berpendidikan DIII keperawatan (45,8%), 7 sampel berpendidikan DIV keperawatan (14,6%), 14 sampel berpendidikan S1 keperawatan (29,2%) dan 5 sampel berpendidikan S1 + Ners (10,4%).

(6)

Kepatuhan cuci tangan dalam 5

moment

Tabel 4 Kepatuhan cuci tangan dalam 5 moment

sebelum pendidikan kesehatan di Ruang ICU

RSUD Dr. Moewardi (n = 48) 5 moment cuci tangan Pre test Tidak patuh Patuh Sebelum menyentuh pasien 36 12 Sebelum tindakan septik ataupun antiseptik 30 18 Sesudah terpapar cairan tubuh 26 22 Sesudah menyentuh pasien 18 30 Sesudah memegang benda di sekitar pasien 28 20

Berdasarkan Tabel 4 diketahui

pre test dalam 5 moment responden

yang patuh sebelum menyentuh pasien sebanyak 12 responden, sebelum tindakan septik ataupun antisepstik sebanyak 18 responden, sesudah terpapar cairan tubuh sebanyak 22 responden, sesudah menyentuh pasien sebanyak 30 responden, dan sesudah memegang benda di sekitar pasien sebanyak 20 responden.

Tabel 5 Kepatuhan cuci tangan dalam 5 moment

sesudah pendidikan kesehatan di Ruang ICU

RSUD Dr. Moewardi (n = 48) 5 moment cuci tangan Post test Tidak patuh Patuh Sebelum menyentuh pasien 26 22 Sebelum tindakan septik ataupun antiseptik 21 27 Sesudah terpapar cairan tubuh 13 35 Sesudah menyentuh pasien 17 31 Sesudah memegang benda di sekitar pasien 19 29

Berdasarkan Tabel 5 diketahui post test dalam 5 moment banyak yang patuh yaitu sebelum menyentuh pasien sebanyak 22 responden, sebelum tindakan septik ataupun antisepstik sebanyak 27 responden, sesudah terpapar cairan tubuh sebanyak 35 responden, sesudah menyentuh pasien sebanyak 31 responden, dan Sesudah memegang benda di sekitar pasien sebanyak 29 responden.

Analisis bivariat

Tabel 6 Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap kepatuhan cuci tangan dalam 5

moment pada sempel di Ruang ICU RSUD Dr. Moewardi (n = 48) Kepatuhan cuci tangan sesudah pendidikan kesehatan Total Tidak Patuh Patuh Kepatuhan cuci tangan sebelum pendidikan kesehatan Tidak Patuh 9 19 28 patuh 5 15 20 jumlah 14 34 48 P = 0,007

Hasil pada Tabel 6 dapat diketahui bahwa rata-rata kepatuhan cuci tangan dalam 5 moment sampel sebelum diberikan pendidikan kesehatan adalah tidak patuh, sedangkan rata-rata setelah dilakukan pendidikan kesehatan adalah patuh Hasil uji statistik menggunakan uji Mc Nemar didapatkan p=0,007 (p<0,05) yang terdapat pengaruh kepatuhan cuci tangan pada mahasiswa dalam 5 moment sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan.

(7)

5. PEMBAHASAN Usia

Berdasarkan hasil penelitian dikatahui 62,5% usia sampel berusia 19-21 tahun berjumlah 30 orang. Notoatmodjo (2010) Usia seseorang akan mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang terhadap informasi yang diberikan. Semakin bertambah usia maka daya tangkap dan pola pikir seseorang semakin berkembang

Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja (Wawan & Dewi, 2011). Hasil penelitian Saragih (2010 ) menjelaskan bahwa perawat yang berusia semakin dewasa mempunyai perilaku cuci tangan yang baik, hal ini disebabkan adanya kesadaran pentingnya kesehatan cuci tangan untuk menghindari terjadinya infeksi nosokomial. Berdasarkan hasil penelitian ini, menurut peneliti bahwa dengan usia yang semakin dewasa, maka responden dapat menerima informasi pengetahuan melalui pendidikan kesehatan dan semakin patuh tentang cuci tangan.

Jenis kelamin

Berdasarkan hasil penelitian diketahui 68,8 % sampel adalah perempuan berjumlah 33 orang. Sularyo (2007) menyatakan dunia keperawatan identik dengan ibu atau perempuan yang lebih dikenal dengan mother instinct,

sehingga sangat wajar jika tenaga kesehatan yang dimulai dari dunia pendidikan akan lebih banyak perempuan. Ditambah lagi output

perawat yang dihasilkan dari perguruan tinggi, jumlah perempuan lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki.

Penelitian Cahyati (2010) menjelaskan hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaaan yang

bermakna antara mahasiswa laki-laki dan perempuan dalam nilai tahap cuci tangan di laboratorium Mikrobilogi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Namun berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti berpendapat bahwa jenis kelamin tidak berbeda mengenai tingkat kepatuhan cuci tangan. Sampel baik laki-laki maupun perempuan mengalami peningkatan kepatuhan cuci tangan dengan baik.

Pendidikan

Hasil penelitian diketahui bahwa 45,8% sampel adalah berpendidikan DIII Keperawatan berjumlah 22 orang. (Notoatmodjo 2005) Pendidikan seseorang akan mempengaruhi perbedaan pengetahuan. Hal tersebut dikarenakan pendidikan mempengaruhi proses belajar, semakin tinggi pendidikan seseorang maka daya tangkap terhadap informasi semakin tinggi, sehingga akan semakin mudah umtuk menerima informasi.

Hasil penelitian Fahmi (2012) menjelaskan dari 64 responden perawat di Rumah Sakit Daerah Raden Mattaher Jambi, 55 responden berpendidikan DIII kesehatan. Lebih dari 60% perawat telah melaksanakan kewaspadaan Standart termasuk melakukan cuci tangan baik dengan air mengalir maupun handrub. Berdasarkan hasil penelitan ini, peneliti berpendapat bahwa sampai saat ini masih banyak rumah sakit dengan tenaga kehatan masih banyak yang berpendidikan DIII kesehatan, termasuk di RSUD Dr. Moewardi.

Kepatuhan mahasiswa praktik

dalam 5 moment sebelum pendidikan kesehatan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa 36 sampel masih tidak

(8)

patuh dalam melakukan cuci tangan di

moment sebelum menyentuh pasien,30

sampel sebelum tindakan septik ataupun antiseptic,26 sampel sesudah memegang benda di sekitar pasien. Kamus besar bahasa Indonesia (2002) menjelaskan bahwa kepatuhan adalah sifat patuh atau ketaatan dalam menjalankan perintah atau sebuah aturan. Kepatuhan dalam menjalankan cuci tangan dalam 5

moment.

Penelitian Anggrahitha, (2009) menjelaskan sebelum dilakukan pendidikan kesehatan tentang cuci tangan, 32 responden (73%) masih kurang dalam responden melakukan cuci tangan pada anak SDN Cisalak 1 Depok. Berdasarkan penelitian, peneliti menyatakan bahwa sampel yang belum menerima pendidikan kesehatan masih kurang memahami pentingnya cuci tangan dalam 5 moment dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien. Mahasiswa masih tidak selalu cuci tangan kembali setelah melakukan asuhan keperawatan pada pasien satu dan berpindah kepada pasien lain.

Kepatuhan mahasiswa praktik

dalam 5 moment sesudah pendidikan kesehatan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa 26 sampel masih tidak patuh dalam melakukan cuci tangan, di

moment sebelum menyentuh pasien. 21

sampel sebelum melakukan tindakan septik ataupun antiseptik. 19 sampel sesudah memegang benda disekitar pasien. Menurut peneliti hal ini dikarenakan kurangnya kontrol atau pengawasan dari perawat ruang ICU, atau dari pembimbing lapangan pada saat praktek klinik keperawatan. Keterbatasan jumlah perawat ruangan dan waktu menjadi kendala dalam hal

pengawasan ini. Kurangnya kesadaran mahasiswa praktek untuk selalu melakukan cuci tangan dalam 5 moment juga menjadi faktor kurangnya kepatuhan mahasiswa praktek dalam melakukan universal caution. Niven (2002) kepatuhan adalah sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan. Penelitian Mulyani (2013) menjelaskan bahwa perawat sudah patuh dalam melaksanan cuci tangan dalam 5 moment di RSUI Kendal.

Mikroorganisme di tangan ini diperoleh dari kontak dengan pasien dan lingkungan. Sejumlah mikroorganisme permanen juga tinggal di lapisan terdalam permukaan kulit yaitu

staphylococcus epidermidis. Selain

memahami panduan dan rekomendasi untuk Tujuan kebersihan tangan adalah untuk menghilangkan semua kotoran dan debris serta menghambat atau membunuh mikroorganisme pada kulit. kebersihan tangan, para petugas kesehatan perlu memahami indikasi dan keuntungan dari kebersihan tangan terutama keterbatasan, pemakaian sarung tangan (Indro, 2004).

Hasil penelitian Zulpahiyana (2013) menjelaskan adanya peningkatan handover keperawatan dalam meningkatkan kepatuhan hand hygiene

perawat di RS PKU Muhammadiyah Bantul. Berdasarkan penelitian bahwa setelah mendapatkan pendidikan kesehatan, pengetahuan sampel meningkat dan lebih patuh dalam melakukan cuci tangan dalam 5

moment. Mahasiswa sudah banyak

mengalami perubahan dalam kepatuhan cuci tangan, dimana dimulai masuk ruang ICU melakukan cuci tangan hingga selesainya tugas keperawatan pada pasien dan juga melakukan cuci tangan.

(9)

Pengaruh pendidikan kesehatan

terhadap kepatuhan mahasiswa

dalam 5 Moment cuci tangan

Berdasarkan hasil penelitian dari uji Mc. Nemar diperoleh nilai signifikansi p= 0,007 (p<0,05) sehingga disimpulkan ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap kepatuhan cuci tangan dalam 5 moment pada mahasiswa praktik di ruangICU.Suliha (2007) menyatakan bahwa pengetahuan dapat diubah dengan strategi persuasi yaitu memberikan informasi kepada orang lain dengan pendidikan kesehatan yang dilakukan dengan berbagai metode salah satunya metode demonstrasi.

Penelitian Desianto (2013) menjelaskan adanya efektivitas mencuci tangan menggunakan cairan pembersih tangan antiseptik (hand

sanitizer)terhadap jumlah angka kuman

di Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta. Menurut peneliti peningkatan kepatuhan dapat disebabkan adanya peningkatan pengetahuan dari adanya pendidikan kesehatan yang diberikan oleh peneliti.

Hasil observasi peneliti selama proses pendidikan kesehatan berlangsung, sampel terlihat mengikuti kegiatan dengan baik dan menyerap semua informasi yang diberikan dari petugas kesehatan. Hasil dari post test menunjukkan bahwa nilai rata-rata kepatuhan yang diperoleh menjadi naik. Hal ini menunjukkan bahwa dengan pengetahuan yang diterima, sampel kemudian mencerna dari informasi yang diberikan. Adanya perubahan pengetahuan dan sikap perilaku dalam bertindak dalam melakukan cuci tangan menjadikan sampel mau dan lebih peduli terhadap kesehatan khususnya mencegah infeksi nosokomial.

Peningkatan jumlah kepatuhan mahasiswa praktik adalah adanya pendidikan kesehatan dengan menggunakan media leaflet yang digunakan sebagai bahan materi peningkatan pengetahuan, sehingga dengan adanya media tersebut dapat menjadi panduan bagaimana mahasiswa melakukan cuci tangan dengan baik dan benar dalam 5 moment. Menurut peneliti bahwa sangat penting melakukan cuci tangan dalam 5 moment agar tujuan pelaksanaan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan baik dan mempercepat kesembuhan pasien.

6. Simpulan

1. Mahasiswa praktik klinik di ruang

ICU banyak yang berusia 19-21 tahun (62,5%) , berjenis kelamin

perempuan(68,8%) dan

berpendidikan DIII (45,8%). 2. Sebelum diberi pendidikan

kesehatan tentang cuci tangan diketahui sebagian besar sampel tidak patuh dalam 5 moment sebesar 58,3%.

3. Sesudah diberi pendidikan kesehatan tentang cuci tangan diketahui sebagian besar sampel patuh dalam mencuci tangan dalam

5 moment sebesar 70,8%.

4. Terdapat perbedaan tingkat kepatuhan mahasiswa praktek dalam cuci tangan antara sebelum dan sesudah diberi pendidikan kesehatan cuci tangan 5 moment, p = 0,007.

Saran

1. Bagi Mahasiswa praktek

Diharapkan saat memberikan asuhan keperawatan, untuk terus meningkatkan kepatuhan cuci

(10)

tangan pada setiap 5 moment cuci tangan. Baik menggunakan cara cuci tangan dengan air mengalir maupun

handrub.

2. Bagi rumah sakit

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan evaluasi untuk melakukan pendidikan kesehatan secara lebih ICU dan terjadwal baik kepada mahasiswa praktik, maupun kepada anggota keluarga yang menunggu pasien.

3. Bagi Peneliti lain

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan penelitian lebih lanjut, dengan mencari variabel lain yang berkaitan dengan kepatuhan cuci tangan seperti menggunakan kelompok kontrol.

4. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan dan keyakinan peneliti bahwa cuci tangan dalam 5 moment merupakan hal yang wajib dipatuhi dan bermanfaat bagi peneliti sendiri sebagai seorang perawat, serta membantu secara tidak langsung dalam penurunan infeksi nosokomial serta meningkatkan proses penyembuhan pasien dengan lebih cepat.

DAFTAR PUSTAKA

Anggrahitha, R. (2009) Studi Intervensi Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Bagi Anak SDN Cisalak I Depok. Skripsi. Tidak diterbitkan. Program studi Ilmu kesehatan Masyarakat Pendidikan Kesehatan dan Ilmu perilaku. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia.

Depkes RI (2007). Pedoman Manajerial Pencegahan Dan Pengendalian

InfeksiDi Rumah Sakit Dan

Fasilitas Kesehatan Lainnya,

Jakarta.

Desianto (2013) Efektivitas Mencuci Tangan Menggunakan Cairan Pembersih Tangan Antiseptik (Hand Sanitizer) Terhadap Jumlah Angka Kuman Kesmas, Vol.7, No.2, September 2013, ISSN: 1978-0575

Fahmi (2012) gambaran pengetahuan perawat tentang kewaspadaan universal dirumah sakit umum daerah Daerah Raden Mattaher Jambi. Jurnal kesehatan. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia.

Indro H. (2004). Imunoasai Terapan

Pada Beberapa Penyakit Infeksi.

Airlangga University Press. Mulyani Dwi Ari (2013) Hubungan

Kepatuhan Perawat dalam Cuci Tangan Enam Langkah Lima Momen dengan Kejadian Phlebitis di RSI Kendal.

Niven, N. (2002). Psikologi kesehatan pengantar untuk perawat dan

professional kesehatan lain.

Jakarta: EGC.

Notoatmodjo, S (2007). Metodologi

Penlitian Kesehatan. Jakarta : PT

Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2010). Pendidikan

dan Perilaku Kesehatan. Jakarta :

(11)

Notoatmojo, S. (2003). Pendidikan dan

Perilaku Kesehatan. Jakarta :

Rineka Cipta.

Nursalam. (2005). Konsep dan

Penerapan Metodologi Penelitian

Ilmu Keperawatan. Jakarta:

Salemba Medika

Saragih, R. 2010. Hubungan Karakteristik Perawat Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Melakukan Cuci Tangan di Rumah Sakit Columbia Asia Medan. Jurnal kesehatan. Universitas Darma Agung Medan Sularyo T.S, (2007). Buku Ajar I Tumbuh Kembang Anak dan

Remaja. Edisi 1. Jakarta: Sagung

Seto.

Susilaningsih (2013) Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Perilaku Mencuci Tangan Siswa

Sekolah Dasar. Prosiding

konferensi Nasional PPNI Jawa Tengah 2013

Wawan & Dewi, (2011) Wawan A., Dewi M. (2010). Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap

dan Perilaku Manusia.

Yogyakarta : Nuha Medika Zulpahiyana (2013) Efektivitas Simulasi

Hand Hygiene Pada Handover

Keperawatan Dalam

Meningkatkan Kepatuhan Hand

Hygiene Perawat. Tesis. program

pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Gambar

Tabel  1.  Distribusi  frekuensi  Karakteristik  sampel  berdasarkan  umur  mahasiswa  di  Ruang
Tabel 4 Kepatuhan cuci tangan dalam 5 moment

Referensi

Dokumen terkait

Kondisi rangsangan jangka pendek lainnya adalah postulasi faktor kepala yang berkaitan dengan makan, seperti pengunyahan, salivasi, penelanan, dan pengecapan yang terjadi

Mengetahui tingkat kepuasan konsumen terhadap tata ruang di Malioboro Mall, Galeria Mall, dan Ambarrukmo Plaza, Yogyakarta serta mengetahui problem dari faktor fisik tata ruang

موقتس ىذلا ثحبلا نإ هب بيتولما ثحبلا وه ةثحابلا (Library Research) عم يننثا نيردصم ، لىولأا ردصلما اهم .يوناثلا ردصلماو 1. لىولأا ردصلما

Pemerintah daerah Kota Semarang memiliki ketergantungan relatif lebih rendah diantara ke lima daerah lain dan memiliki kemandirian keuangan yang sudah cukup baik,

24 Mengacu pada mekanisme pembentukan ROS yang dapat dipicu oleh paparan asap rokok dan antioksidan tunggal baik vitamin C maupun vitamin E, maka diharapkan dengan

membeli produk-produk yang sesuai dengan trend yang sedang berkembang, dimana remaja putri akan lebih mudah untuk mengeluarkan uang dalam mem- beli produk-produk fashion

Dengan demikian, wisata minat khusus merupakan salah satu upaya dalam mewujudkan pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism) yang memperhatikan keberlangsungan

Perangkat penilaian asesmen Kegiatan berbasis keterampilan proses sains pada praktikum Anatomi Fisiologi Tumbuhan dimulai dengan membangun pengetahuan peserta didik