16
FAVORITDI KOTA BANDA ACEH TAHUN 2009
Bachtiar, M. Nasir Yusuf
(Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah dasar FKIP Unsyiah)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pendidikan jasmani di sekolah dasar favorit se-kota Banda Aceh Penelitian dengan metode survei ini memiliki populasi guru dan murid pada 8 SD favorit se kota. Sampel penelitiansebanyak 22 orang guru penjas dan 156 murid. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) pelajaran pendidikan jasmani dilaksanakan seminggu sekali oleh guru yang berkompeten; (2) pelaksanaan pendidikan jasmani tidak berorientasi pada pengembangan kebugaran jasmani siswa, karena sebagian besar diarahkan dalam penguasaan keterampilan atau teknik dari masing-masing cabang olahraga yang diajarkan. Dalam mengikuti pelajaran penjas para siswa merasa senang meskipun mereka menyatakan masih belum optimalnya dukungan sarana atau prasarana daiam pembelajaran penjas di sekolah. Perasaan senang tersebut diharapkan dapat menumbuhkan apresiasi pada pembelajaran pendidikan jasmani seimbang dengan pelajaran yang lain.
Kata kunci: pendidikan jasmani, sekolah dasar favorit.
PENDAHULUAN
Pembelajaran sebagai proses pengembangan kompetensi diwujudkan dalam berbagai model pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran yang mendidik, dan memberi ruang bagi peseta didik untuk mengembangkan potensi diri dan kreativitasnya. Beberapa kondisi pembelajaran yang dapat mendukung pencapaian kompetensi antara lain: (1) memberikan bobot pembelajaran yang berimbang antara teori danpraktik, (2) memperkenalkan dinamika kehidupan peserta didik di sekolah dan budaya sekolah seawal mungkin, (3) mengenalkan pengelolaan kelembagaan, khususnya sekolah dalam jenjang pendidikan dasar, (4) memanfaatkan hasil-hasil penelitian dan kajian konseptual untuk peningkatan kualitas pembelajaran, (5) mengembangkan proses pembelajaran berbasis kompetensi selama satuan waktu pembelajaran.
Anak sekolah dasar atau peserta didik merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari komunitas anak-anak pada umumnya. Oleh karena itu, sebagai bagian dari struktur masyarakat, anak sekolah dasar juga mempunyai hak yang
17
sama dalam perolehan layanan pendidikan yang diselenggarakan pemerintah. Dari sekian banyak mata pelajaran yang diberikan di SD, pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran yang harus diajarkan pada semua siswa. Menurut Syarifudin (1997) pendidikan jasmani merupakan bagian yang integral dari pendidikan secara keseluruhan yang berisi berbagai bentuk aktivitas jasmani yang bertujuan mengembangkan individu secara organik, nuoromus kulair, intelektual, dan emosional.
Pendidikan jasmani di sekolah merupakan salah satu faktor (eksogen) yang dapat mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan anak. Sebagai contoh salah satu manfaat dari pendidikan jasmani adalah membina siswa ke arah kerja atau sifat sosial. Bekerja sama dalam bentuk permainan olahraga dapat memupuk rasa sosial mereka. Saling harga menghargai sesama teman dapat memupuk rasa tidak sombong. Dengan demikian cabang olahraga beregu cocok dengan perkembangan jiwa anak. Adapun cabang perorangan seperti atletik dan senam dapat memupuk rasa percaya diri, ulet dan berani.
Latihan-latihan yang berupa aktivitas jasmani secara teratur dapat membantu pertumbuhan fisik para siswa. Dengan ditunjang pola makan dan gizi yang seimbang akan dapat memacu perkembangan dan pertumbuhan siswa. Karena perkembangan dan pertumbuhan siswa tidak semuanya sama, maka dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani perlu disesuaikan. Penyesuaian ini dapat berupa materi atau bahan ajar, pemilihan alat, dan pembenahannya. (Djumhan Pida, 2003). Menurut Lambert (1987) terdapat tiga komponen utama pendidikan jasmani yang perlu diperhatikan secara cermat, yaitu: desain kurikulum, desain
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode survei, bermaksud untuk mengetahui keadaan atau peristiwa dari objek penelitian. Cara memperoleh informasi-informasi digunakanteknik angket untuk mengumpulkan data. Populasi yang digunakan ialah para guru dan siswa Sekolah Dasar Favorit se-Kota Banda Aceh. Teknik pengambilan sampel dengan Purposive sampling yaitu menentukan
18
secara maksimal. Jumlah sampel 136 orang, terdiri atas guru 22 orang dan siswa 108 orang.
Variabel yang diteliti berorientasi pada pelaksanaan pendidikan jasmani atau olahraga yang diarahkan untuk meningkatkan kebugaran jasmani atau untuk pencapaian prestasi pada tiap-tiap cabang olahraga. Instrumen penelitian untuk mengambil data dengan angket, dibuat dengan kisi-kisi terdiri dari materi ajar, metode mengajar, alat dan fasilitas, sistem penilaian dan materi pendukung (umum). Angket terdiri dari 22 butir untuk guru dan 20 butir untuk siswa. Setiap butir pertanyaan dilengkapi dengan alternatif jawaban yaitu “YA” jika setuju dan “TIDAK” jika tidak setuju. Teknik analisis data yang digunakan ialah teknik deskripitif yang diwujudkan dalam bentuk naratif.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian dapat diuraikan dengan melihat data dari persepsi guru dan siswa dalam melaksanakan dan mengikuti pelajaran pendidikan jasmani di sekolah. Secara rinci persepsi dari kedua unsur tersebut (guru dan siswa) dapat dijelaskan sebagai berikut:
Persepsi guru
Sesuai dengan persyaratan kecakapan, kemampuan, dan tanggung jawab dalam tugas, maka jabatan guru penjas termasuk dalam jabatan profesional. Karena itu diberlakukan akuntabilitas publik, yang mengacu pada pemenuhan kriteria kelayakan profesi guru penjas. Jabatan guru penjas memerlukan persyaratan kemampuan yang secara akademik dan pedagogis sahih dan secara sosial-profesional dapat diterima oleh dunia persekolahan tempat bertugas.
Tuntutan formal profesional bagi jabatan guru sebagaimana tercantum dalam UU Sisdiknas perlu dipersiapkan melalui pendidikan prajabatan guru. Karena itu, untuk menghasilkan lulusan guru pemula yang kompeten diperlukan adanya standar kompetensi guru pemula. Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yangmencakup sikap, pengetahuan dan
19
ketrampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati. Hal ini lebih jauh ditegaskan dalam penjelasan UU Sisdiknas bahwa “Standar isi mencakup ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan ke dalam persyaratan tentang kompetensi tamatan, bahan kajian, mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu”.
Dalam penelitian ini, guru yang dipilih sebagai responden adalah seseorang yang ditugaskan oleh sekolah untuk menyampaikan pelajaran penjas kepada siswa. Dari jumlah 23 responden ditinjau dari latar belakang pendidikan 56,82 % adalah lulusan Strata Satu (S-1) Pendidikan Jasmani atau Olahraga dan 20,13% lulusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Pendidikan Jasmani (PGSD Penjas) atau Diploma Dua (D-2) Penjas. Masa tugas mereka dalam melaksanakan pelajaran penjas rata-rata masa kerjanya 14 tahun. Dari 23 responden hanya 2 orang atau 15,30% yang merupakan lulusan Sekolah Guru Olahraga (SGO). Dengan demikian ditinjau dari segi kompetensi, lulusan guru penjas yang menjadi responden dalam penelitian ini dapat dinyatakan secara umum kompeten untuk mengajar penjas.
Dalam menyampaikan tugasnya untuk memberikan mata pelajaran Penjas, guru penjas mengacu pada Garis Besar Program Pengajaran (GBPP) dalam setiap membuat satuan pelajaran. Selanjutnya materi ajar yang diberikan pada siswa, para guru penjas masih mengarah pada teknik-teknik baku sesuai cabang olahraganya. Meskipun pelajaran penjas oleh guru diarahkan pada pencapaian ketrampilan atau teknik-teknik sesuai cabang olahraganya, namun dalam pelaksanaannya para guru cenderung tidak selalu mengacu pada peraturan yang baku dari masing-masing cabang olahraga yang diajarkan. Para guru dalam memberikan pelajaran penjas sebagian besar tidak menggunakan gaya mengajar “komando”. Hal ini juga diperkuat oleh temuan bahwa hanya sebagian kecil saja guru yang mengajarnya menggunakan teknik latihan atau drill pada siswa. Para guru berpendapat bahwa siswa lebih banyak diberi kesempatan untuk aktif mengikuti pelajaran tanpa adanya dominasi dari guru.
20
penguasaan teknik dari berbagai cabang olahraga, maka keberadaanaspek-aspek perkembangan dan pertumbuhan secara simultan. Karena itu bahan ajar harus dipilih agar relevan dengan tingkat kebutuhan siswa dan kebutuhan masyarakat sekitar.
Dari segi persepsi siswa, menunjukkan bahwa pelajaran penjas diikuti oleh siswa setiap minggu 1 (satu) kali. Para siswa dalam mengikuti pelajaran penjas diliputi oleh perasaan senang, dalam hal ini para siswa pada umumnya mendapatkan rasa senang ketika mengikuti pelajaran penjas saat materinya menyangkut olahraga permainan (bolavoli, sepak bola, bola basket). Para siswa juga menyatakan bahwa pelajaran penjas di sekolah menggunakan peraturan yang baku sesuai cabang olahraga yang diajarkan. Mereka juga menyatakan bahwa pelaksanaan penjas oleh guru sering menggunakan peralatan yang sudah dimodifikasi sehingga bentuk peralatan maupun lapangannya disederhanakan. Dari segi pengelolaan kelas, guru pendidikan jasmani sebagian besar dalam mengajarnya antara siswa putra dan putri dicampur menjadi satu. Pada saat proses pelajaran berlangsung sebagian besar siswa memberikan tanggapan bahwa guru sudah berorientasi pada kebutuhan dan kemampuan siswa. Fenomena itu merupakan salah satu yang membuat para siswa menyatakan bahwa sebagian besar mereka menyenangi materi pelajaran penjas, meskipun demikian para siswa juga menyatakan bahwa peralatan atau sarana yang dimiliki oleh sekolah masih sangat kurang atau sederhana. Implikasi dari hal ini, maka sudah saatnya para pimpinan sekolah SD favorit seharusnya memberikan perhatian yang lebih besar akan penyediaan sarana dan prasarana penjas sehingga mata pelajaran penjas dapat dilaksanakan secara optimal.
Pengembangan potensi siswa atau peserta didik ditandai dengan makin menguatnya apresiasi dan kepemilikan kekuatan spiritual keagamaan, kemampuan mengendalikan diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan. Selain dibutuhkan oleh dirinya sendiri, peningkatan kemampuan peserta didik ini juga diperlukan oleh masyarakat, bangsa dan negara.
21
KESIMPULAN
Pelajaran penjas di sekolah dasar favorit se-kota Banda Aceh dilakukan 1 (satu) kali seminggu oleh guru penjas yang kompeten dalamberorientasi pada peningkatan kebugaran jasmani siswa, karena sebagian besar diarahkan dalam penguasaan ketrampilan atau teknik dari masing-masing cabang olahraga yang diajarkan. Dalam mengikuti pelajaran penjas para siswa merasa senang meskipun mereka menyatakan masih belum optimalnya dukungan sarana atau prasarana dalam pembelajaran penjas di sekolah. Perasaan senang tersebut diharapkan dapat menumbuhkan apresiasi pada pembelajaran pendidikan jasmani seimbang dengan pelajaran yang lain.
Untuk peningkatan mutu pembelajaran pendidikan jasmani maka perlu diadakan penataran atau penyegaran tentang pelaksanaan pendidikan jasmani dalam upaya menyamakan persepsi pelaksanaan pendidikan jasmani yang benar, dan pemberian tambahan keterampilan pada guru pendidikan jasmani yang diharapkan dapat diberikan pada para siswanya. Ketrampilan tambahan tersebut misalnya ketrampilan atau kemampuan baris-berbaris, kemampuan berkomunikasi pada anak didik dan kemampuan menggali potensi sekaligus mengarahkan secara optimal potensi tersebut sehingga siswa dapat berkembang tidak hanya pada aspek kognitif tetapi juga aspek afektif dan psikomotorik.
DAFTAR PUSTAKA
Adain, C W (1991). Fondation of Physical Education Exercise and Sport Education. Philadelphia. Lea & Febriger.
Bambang Priyonoadi, (2001) Studi Pelaksanaan Pendidikan Jasmani di SD Se-Kotamadya. Laporan Penelitian.
Depdikbud (1995). Kurikulum Pendidikan Sekolah Dasar. Jakarta : Depdikbud. Depdiknas (2004). Standar Kompetensi Lulusan Program Studi Pendidikan
Jasmani Jenjang Strata Satu. Jakarta:Direktorat P2TK2KPT Dikti.
Djumhan Pida (2003). Pembinaan Afeksi Siswa Dalam Pendidkan Jasmani dan Olahraga. Kota Banda Aceh.