BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Umum
Ruas Jalan Raya Padamara atau disebut jalur alternatif. Kondisi jalan saat ini
yaitu rusak ringan, pada saat hujan turun banyak genangan dan jalan berlubang,
sehingga membahayakan pengendara. Jalan dengan lebar 6 meter itu juga menjadi
jalur penghubung kota Purbalingga dan kota Purwokerto.
Jalan Raya Padamara merupakan jalan vital, karenanya, saat siang banyak
kendaraan pribadi memanfaatkan jalur alternatif tersebut, dengan kondisi jalan
yang tidak terlalu lebar, maka kondisi itu susah untuk saling mendahului dan juga
rawan kecelakaan terkena kendaraan lawan arah. Guna meminimalisir terjadinya
kecelakaan maka diperlukan peninjauan pelebaran pada ruas Jalan Raya Padamara.
B. Jurnal
Sebelum penelitian ini dilaksanakan, penulis mencari dan mengkaji beberapa
jurnal yang terkait dengan judul penelitian yang nantinya akan digunakan sebagai
Tabel 2.1. Referensi Jurnal
No Referensi Jurnal
1
Judul Analisis Kinerja Ruas Jalan Studi Kasus Jalan Waturenggong Di Kota Denpasar
Peneliti Abdul Rahman, Sri Astuti dan Dewi Rahadiani
Tujuan Untuk dapat menganalisis kinerja (kapasitas,derajat kejenuhan dan tingkat pelayanan jalan) pada ruas jalan Waturenggong Metodelogi Perhitungan lalu lintas dengan cara menghitung setiap jenis kendaraan yang melalui suatu titik pengamatan pada suatu ruas jalan dengan metode Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997
Hasil Derajat Kejenuhan (DS) jalan waturenggong di kota Denpasar adalah 0,85 yang artinya tidak memenuhi persyaratan MKJI 1997.
2
Judul Analisa Kinerja Ruas Jalan Berdasarkan Derajat Kejenuhan Jalan.
Peneliti Fivi Zulfianilsih dan Ulfa Jusi
Tujuan Menghitung kinerja jalan berdasarkan nilai derajat ejenuhan jalan di 4 ruas pengamatan yaitu jalan hang tuah, jalan Jendral Sudirman, jalan Mawar, jalan Pembangunan Kota Duri dan mencari alternatif pemecahan masalah apabila nilai derajat kejenuhan lebih dari 0,75 sesuai standar mkji 1997.
Metodelogi Persamaaan rumus C = Co FCw FCsp FCsf FCcs. Dari hasil perhitungan nilai kapasitas (C) maka akan didapat nilai derajat kejenuhan (DS) yang menggambarkan layak tidaknya jalan tersebut digunakan secara nyaman.
Hasil Jalan yang mengalami derajat kejenuhan tinggi dengan nilai DS > 0,7 adalah Jalan Hangtuah, sedangkan jalan yang mengalami derajat kejenuhan sedang dengan nilai DS antara 0,5 - 0,7 adalah di Jalan Jendral Sudirman, sedangkan jalan yang mengalami derajat kejenuhan rendah dengan nilai DS < 0,5 adalah di Jalan Mawar dan Jalan Pembangunan.
3
Judul Kajian Kapasitas Jalan dan Derajat Kejenuhan Lalu-Lintas di Jalan Ahmad Yani Surabaya
Peneliti Dunat Indratmo
Tujuan Mengkaji kapasitas dan Derajat Kejenuhan (DS) lalu-lintas di Jalan Ahmad Yani tahun 2006, maupun prediksi pada masa mendatang (2010)
Metodelogi Menggunakan metode Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997 dan software KAJI 2001
Hasil Kapasitas Jl. Ahmad Yani tahun 2006 adalah 4.428 smp /jam untuk arah Sidoarjo ke Surabaya pada kondisi lebar
diprediksikan mencapai 1,715 pada tahun 2010. Sedangkan untuk arah Surabaya ke Sidoarjo pada kondisi lebar
perkerasan rata-rata 9,70 meter kapasitasnya adalah 3.954 smp/jam, arus kendaraan rata-rata yang lewat 5.835 smp/jam, dengan DS = 1,475 dan diprediksikan mencapai 1,727 pada tahun 2010.
Sumber: Kajian Jurnal, 2017
C. Efektivitas
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata efektif mempunyai arti efek,
pengaruh, akibat atau dapat membawa hasil. Jadi, efektivitas adalah keaktifan,
daya guna, adanya kesesuaian dalam suatu kegiatan orang yang melaksanakan
tugas dengan sasaran yang dituju. Efektivitas pada dasarnya menunjukkan pada
taraf tercapainya hasil, sering atau senantiasa dikaitkan dengan pengertian efisien,
meskipun sebenarnya ada perbedaan diantara keduanya. Efektivitas menekankan
pada hasil yang dicapai, sedangkan efisiensi lebih melihat pada bagaiman cara
mencapai hasil yang dicapai itu dengan membandingkan antara input dan
outputnya (http://literaturbook.blogspot.co.id)
Pengertian efektivitas menurut Hidayat (http://literaturbook.blogspot.co.id)
yang menjelaskan bahwa efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan
seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) telah tercapai. Dimana makin
besar presentase target yang dicapai, makin tinggi efektivitasnya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa efektivitas adalah suatu
keadaan yang menunjukkan sejauh mana rencana dapat tercapai. Semakin banyak
efektivitas dapat juga diartikan sebagai tingkat keberhasilan yang dapat dicapai
dari suatu cara atau usaha tertentu sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
Jalan raya dibutuhkan oleh manusia sebagai sarana untuk menunjang
memenuhi kebutuhan mereka agar dapat bertahan hidup atau melangsungkan
kehidupan mereka. Jalan raya dikatakan efektiv apabila kendaraan yang melintasi
jalan tersebut cepat dan praktis atau jalan tersebut sudah memenuhi syarat dan
memiliki hambatan yang sedikit sangat di harapkan guna memperlancar sarana
transportasi yang melintasi jalan tersebut.
D. Lebar Jalur
Lebar jalur untuk berbagai klasifikasi perencanaan sebaiknya sesuai pada
tabel berikut:
Tabel 2.2. Lebar Jalur Lalu Lintas
Kelas Perencanaan Lebar Jalur Lalu Lintas (m)
Tipe I Kelas I 3,5
Kelas II 3,5
Tipe II Kelas I 3,5
Kelas II 3,25 Kelas III 3,25 , 3,0
Sumber: Standar Perencanaan Geometrik Untuk Jalan Perkotaan (Bina
Marga, 1992)
Lebar jalur lalu lintas pada tipe II kelas IV sebaiknya diambil 4,0 m.
Berhubungan dengan perbedaan kecepatan kendaraan yang menggunakan jalan
raya, maka jalan raya itu dibagi dalam berbagai jalur lalu-Iintas, yaitu:
3. Jalur lalu lintas untuk sepeda motor.
4. Jalur lalu lintas untuk mobil. truk dan kendaraan lain yang sejenis.
a) Lebar Jalur Lalu-Lintas Untuk Sepeda
Lebar jalur lalu lintas untuk sepeda ditetapkan 0,75 m karena ukuran lebar
sepeda berikut pengendaranya kurang lebih 0,60 m.
b) Lebar Jalur Lalu-Lintas untuk Sepeda Motor
Lebar jalur lalu lintas untuk sepeda motor ditetapkan 1 m. Tetapi jika lalu
lintas kendaraan ini digabungkan dengan lalu lintas kendaraan penumpang
lainnya (kendaraan ringan dan berat.), maka haruslah lebar jalur itu
ditambah dengan 1 - 1,5 m. Kalau lalu lintas sepeda motor itu harus
diperbesar maka lebar jalur lalu lintas itu harus diperbesar menurut
keperluan.
c) Lebar Jalur Lalu-Lintas untuk Mobil, Truk dan Kendaraan Bermotor
Lainnya yang Sejenis
Lebar jalur lalu lintas untuk mobil, truk dan kendaraan-kendaraan lain yang
sejenis itu tidak dapat ditetapkan dengan setepat-tepatnya karena beraneka
ragam bentuk dan ukuran-ukuran kendaraan-kendaraan tersebut.
E. Arus Lalu Lintas
Ada beberapa cara yang dipakai para ahli lalu lintas untuk mendefinisikan
arus lalu lintas, tetapi ukuran dasar yang sering digunakan adalah konsentrasi
aliran dan kecepatan. Aliran dan volume sering dianggap sama, meskipun istilah
jumlah kendaraan yang terdapat dalam ruang yang diukur dalam satu interval
waktu tertentu. Konsentrasi dianggap sebagai jumlah kendaraan pada suatu
panjang jalan tertentu, tetapi konsentrasi ini kadang-kadang menunjukkan
kerapatan (kepadatan).
Arus lalu lintas terbentuk dari pergerakan individu pengendara dan
kenderaan yang melakukan interaksi antara yang satu dengan yang lainnya pada
suatu ruas jalan dan lingkungannya. Karena persepsi dan kemampuan idividu
pengemudi mempunyai sifat yang berbeda maka perilaku kenderaan arus lalu
lintas tidak dapat diseragamkan, lebih lanjut arus lalu lintas akan mengalami
perbedaan karakteristik akibat dari perilaku pengemudi yang berbeda yang
dikarenakan oleh karakteristik lokal dan kebiasaan pengemudi. Arus lalu lintas
pada suatu ruas jalan karakteristiknya akan bervariasi baik berdasar lokasi
maupun waktunya. Oleh karena itu perilaku pengemudi akan berpengaruh
terhadap perilaku arus lalu lintas (http://repository.usu.ac.id)
F. Volume Lalu Lintas (q)
Volume adalah jumlah kendaraan yang melewati suatu titik tertentu dalam
suatu ruas jalan tertentu dalam satu satuan waktu tertentu, biasa dinyatakan dalam
satuan kend/jam. Volume merupakan sebuah peubah (variabel) yang paling
penting pada teknik lalu lintas dan pada dasarnya merupakan proses perhitungan
yang berhubungan dengan jumlah gerakan per satuan waktu pada lokasi tertentu.
Jumlah pergerakan yang dihitung dapat meliputi hanya tiap macam moda lalu
kelompok campuran moda. Periode – periode waktu yang dipilih tergantung pada
tujuan studi dan konsekuensinya, tingkatan ketepatan yang dipersyaratkan akan
menentukan frekuensi, lama, dan pembagian arus tertentu.
Data-data volume yang diperlukan berupa :
1. Volume berdasarkan arah arus
Meliputi dua arah, satu arah, arus lurus, arus belok baik belok kiri ataupun
belok kanan.
2. Volume berdasarkan jenis kendaraan
Seperti mobil penumpang atau kendaraan ringan, kendaraan berat, sepeda
motor.
3. Volume berdasarkan waktu pengamatan survei lalu lintas, seperti 5 menit, 15
menit, 1 jam.
4. Rate of flow atau flow rate adalah volume yang diperoleh dari pengamatan
yang lebih kecil dari satu jam, akan tetapi kemudian dikonversikan menjadi
volume 1 jam secara linear.
5. Peak hour factor (PHF) adalah perbandingan volume satu jam penuh dengan
puncak dari flow rate pada jam tersebut.
G. Kapasitas Jalan
Kapasitas didefinisikan sebagai arus maksimum yang melalui suatu titik di
jalan persatuan jam pada kondisi tertentu. Untuk jalan dua-lajur dua-arah,
kapasitas ditentukan untuk arus dua arah (kombinasi dua arah), tetapi untuk jalan
Nilai kapasitas diamati melalui pengumpulan data lapangan selama
memungkinkan. Kapasitas juga diperkirakan dari analisa kondisi iringan
lalu-lintas dan secara teoritis dengan mengasumsikan hubungan matematik antara
kepadatan, kecepatan, dan arus. Kapasitas dinyatakan dalam satuan mobil
penumpang (smp).
Persamaan dasar untuk menentukan kapasitas adalah sebagai berikut:
CS SF
SP
W FC FC FC
FC C
C 0
Dimana: C : kapasitas (smp/jam)
C0 : kapasitas dasar (smp/jam)
FCW : faktor penyesuaian lebar jalan
FCSP : faktor penyesuaian arah (hanya untuk jalan tak terbagi)
FCSF : faktor penyesuaian hambatan samping dan bahu jalan
FCCS : faktor penyesuaian ukuran kota
Jika kondisi sesungguhnya sama dengan kondisi dasar (ideal) yang ditentukan
sebelumnya maka semua faktor penyesuaian menjadi 1,0 dan kapasitas menjadi
sama dengan kapasitas dasar. Adapun faktor-faktor penyesuaian yang digunakan
untuk perhitungan pada kapasitas seperti ditunjukkan dalam tabel.
Tabel 2.3. Kapasitas Dasar Jalan Perkotaan (C0)
Tipe Jalan Kapasitas Dasar
(smp/jam) Keterangan Jalan 4 lajur berpembatas median
atau jalan satu arah 1650 Per lajur
Tabel 2.4. Faktor Penyesuaian Kapasitas Lebar Jalur Lalu Lintas (FCW)
Tipe Jalan Lebar jalan efektif (m) FCW
Jalan 4 lajur berpembatas median atau jalan satu arah
Per Lajur 3.00 3.25 3.50 3.75 4.00 0.92 0.96 1.00 1.04 1.08
Jalan 4 lajur tanpa pembatas median Per Lajur 3.00 3.25 3.50 3.75 4.00 0.91 0.95 1.00 1.05 1.09
Jalan 2 lajur tanpa pembatas median Dua arah 5 6 7 8 9 10 11 0.56 0.87 1.00 1.14 1.25 1.29 1.34 Sumber: MKJI 1997
Tabel 2.5. Faktor Penyesuaian Kapasitas untuk Pemisah Arah (FCSP)
Pembagian arah (%-%) 50 - 50 55 - 45 60 - 40 65 – 35 70 - 30
FCSP
2 lajur 2 arah tanpa pembatas median (2/2 UD)
1.00 0.97 0.94 0.91 0.88
4 lajur 2 arah tanpa pembatas median (4/2 UD)
1.00 0.985 0.97 0.955 0.94
Sumber:MKJI 1997
Tabel 2.6. Faktor Kapasitas untuk Hambatan Samping (FCSF)
Tipe Jalan Kelas gangguan samping
Faktor koreksi akibat gangguan samping dan lebar bahu jalan
Lebar bahu jalan efektif
≤ 0.5 1.0 1.5 ≥ 2.0
4 lajur 2 arah berpembatas median (4/2 UD)
Sangat rendah 0.96 0.98 1.01 1.03
Rendah 0.94 0.97 1.00 1.02
Tinggi 0.88 0.92 0.95 0.98
Sangat Tinggi 0.84 0.88 0.92 0.96
4 lajur 2 arah tanpa pembatas median (4/2 UD)
Sangat rendah 0.96 0.99 1.01 1.03
Rendah 0.94 0.97 1.00 1.02
Sedang 0.92 0.95 0.98 1.00
Tinggi 0.87 0.91 0.94 0.98
Sangat Tinggi 0.80 0.86 0.90 0.95
2 lajur 2 arah tanpa pembatas median (2/2 UD) atau jalan 1 arah
Sangat rendah 0.94 0.96 0.99 1.01
Rendah 0.92 0.94 0.97 1.00
Sedang 0.89 0.92 0.95 0.98
Tinggi 0.82 0.86 0.90 0.95
Sangat Tinggi 0.73 0.79 0.85 0.91
Sumber: MKJI 1997
Tabel 2.7. Faktor Penyesuaian Kapasitas untuk Ukuran Kota (FCCS)
Ukurank kota Jumlah penduduk (Juta)
Faktor penyesuaian ukuran kota (FCcs)
Sangat Kecil < 0, 1 0,86
Kecil 0,1 - 0,5 0,90
Sedang 0,5 - 1,0 0,94
Besar 1,0 - 1,3 1,00
Sangat Besar > 1,3 1,03
Sumber: MKJI 1997
H. Derajat Kejenuhan (DS)
Derajat kejenuhan (DS) didefinisikan sebagai rasio arus jalan terhadap
kapasitas, yang digunakan sebagai faktor utama dalam penentuan tingkat kinerja
simpang dan segmen jalan. Nilai DS menunjukkan apakah segmen jalan tersebut
mempunyai masalah kapasitas atau tidak. Persamaan dasar untuk menentukan
derajat kejenuhan adalah sebagai berikut:
C Q DS
Dimana : DS : Derajat kejenuhan
C : Kapasitas (smp/jam)
Berikut beberapa batas lingkup V/C Ratio untuk masing-masing tingkat
pelayanan beserta karakteristik-karakteristiknya.
Tabel 2.8. Tingkat Pelayanan Tingkat
Pelayanan Karakteristik
Batas Lingkup A Kondisi arus lalu lintas bebas dengan kecepatan
tinggi dan volume lalu lintas rendah 0,00 – 0,20
B Arus stabil, tetapi kecepatan mulai dibatasi oleh
kondisi lalu lintas 0,20 – 0,44
C Arus stabil, tetapi kecepatan dan gerak
kendaraan dikendalikan 0,45 – 0,74
D Arus mendekati stabil, kecepatan masih dapat
dikendalikan, V/C masih bisa ditolerir 0,75 – 0,84
E Arus tidak stabil, kecepatan terkadang terhenti,
permintaan sudah mendekati kapasitas 0,85 – 1,00
F Arus dipaksakan, kecepatan rendah, volume