KAJIAN PUSTAKA
A. Kerangka Teoretis
1. Motivasi Belajar
a. Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat
non intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan
gairah, merasa senang, dan semangat untuk belajar. Dalam kegiatan
belajar mengajar, apabila ada seseorang anak dididik, misalnya tidak
berbuat sesuatu yang seharusnya dikerjakan, maka perlu diselidiki
sebab-sebabnya. Sebab-sebab ini biasanya bermacam-macam, mungkin
ia tidak senang, mungkin sakit, lapar ada problem pribadi, dan
sebagainya. Hal ini berarti pada diri anak tidak terjadi perubahan energi,
tidak terangsang afeksinya untuk melakukan sesuatu karena tidak
memiliki tujuan atau kebutuhan belajar. Dalam proses belajar motivasi
sangat diperlukan, sebab seseorang tidak mempunyai motivasi tak
mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini merupakan pertanda
bahwa sesuatu yang akan dikerjakan itu tidak menyentuh kebutuhannya.
Seseorang yang melakukan aktivitas belajar secara terus-menerus tanpa
motivasi, baik motivasi yang datang dari luar maupun dari dalam diri
seseorang, maka ia tidak akan mendapatkan hasil/prestasi belajar yang
Kata “motif”,diartikan sabagai daya upaya yang mendorong
seseorang untuk mlakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya
pengerak dari dalam dan di dalam subyek untuk melakukan
aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat
diartikan sebagai suatu kondisi intern. Berawal dari kata “motif”, maka
motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi
aktif.
Dalam kegiatan pembelajaran, motivasi dapat dikatakan sebagai
“keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan
kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan
yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang
dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai” (Sardiman, 2014:
75).
b. Fungsi Motivasi Belajar
Mc. Donald sebagaimana dikutip Sardiman (1990: 73) dan Msyan
(1989: 100) menyatakan bahwa motivasi mengandung tiga elemen
penting, yaitu:
1. Motivasi itu mengawasi terjadinya perubahan energi pada diri setiap
individu manusia. Karena menyangkut perubahan energi manusia
dan penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia.
2. Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa/feeling afeksi seseorang.
3. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Motivasi memang
muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena
terangsang/terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah
tujuan.
Dengan ketiga elemen di atas, maka dapat dikatakan bahwa
motivasi itu sebagai sesuatu yang kompleks. Motivasi akan
menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri
manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan kejiwaan, perasaan
dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu.
Semua ini didorong karena adanya tujuan, kebutuhan, atau keinginan.
Fungsi motivasi menurut Sardiman dalam Majid (2013:309)
adalah sebagai berikut :
1. Mendorong manusia untuk berbuat.Artinya motivasi biasa dijadikan
sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi
dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang
akan dikerjakan.
2. Menentukan arah perbuatan ke arah tujuan yang hendak
dicapai.Dengan demikian, motivasi dapat memberikan arah dan
kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
3. Menyeleksi perbuatan, yaitu menentukan perbuatan-perbuatan apa
menyisikan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan
tersebut.
Disamping itu, ada juga fungsi-fungsi lain. Motivasi dapat
berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi.Seseorang
melakukan suatu karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik
dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain,
dengana adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya
motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan
prestasi yang baik. Intensitas motivasi seorang siswa akan sangat
menentukan tingkat pencapain prestasi belajarnya.
c. Sumber Motivasi Belajar
Perilaku manusia tidak berdiri sendiri, selalu ada hal yang
mendorongnya dan tertuju pada suatu tujuan yang ingin dicapainya
motivasi terbentuk oleh tenaga-tenaga yang bersumber dari dalam dan
luar diri manusia.
Alasan yang menjadikan siswa termotivasi bisa berbeda-beda.
Beberapa alasan-alasan yang berpengaruh terhadap motivasi belajar :
1) Lingkungan di rumah, yang membentuk perilaku dalam belajar
semenjak usia belia;
2) Cara siswa memandang diri mereka sendiri, kepercayaan diri,
harga diri maupun martabat,
Berkaitan dengan sumber motivsi, dapat dibagi menjadi dua
yaitu:
a) Motivasi yang berasal dari dalam diri individu (faktor internal)
yang terdiri atas :
1) Adanya kebutuhan
Menurut Ngalim Purwanto dalam Majid (2013:311) “tindakan
yang dilakukan oleh manusia pada hakekatnya adalah untuk
memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan fisik maupun psikis”.
Dari pendapat tersebut, ketika keluarga memberikan motivasi
kepada anak haruslah diawali dengan berusaha mengetahui
terlebih dahulu apa kebutuhan-kebutuhan anak yang akan
dimotivasi.
2) Persepsi individu mengenai diri sendiri.
Seseorang termotivasi atau tidak untuk melakukan sesuatu
banyak bergantung pada proses kognitif berupa persepsi.
Persepsi seseorang tentang dirinya sendiri akan mendorong dan
mengarahkan perilaku seseorang untuk bertindak.
3) Adanya cita-cita dan harapan masa depan
Cita-cita dan harapan merupakan informasi obyektif dari
lingkungan yang mempengaruhi sikap dan perasaan subyektif
seseorang. Harapan merupakan tujuan dari perilaku yang
4) Harga diri dan prestasi
Faktor ini mendorong atau mengarahkan individu (memotivasi)
untuk berusaha agar menjadi yang mandiri, kuat, dan
memperoleh kebebasan serta mendapatkan status tertentu dalam
lingkungan masyarakat, serta dapat mendorong individu untuk
berprestasi.
5) Keinginan tentang kemajuan dirinya.
a) Keinginan tentang kemajuan dirinya
Menurut Sardiman “melalui aktualisasi diri pengembangan
kompetensi akan meningkatkan kemajuan diri seseorang.
Keinginan dan kemajuan diri ini menjadi salah satu keinginan
diri seseorang. Keinginan dan kemajuan diri ini menjadi salah
satu keinginan bagi setiap individu”.
b) Minat
Motivasi muncul karena ada kebutuhan, begitu juga minat
sehingga tepatlah kalau minat merupakan alat motivsi yang
pokok. Proses belajar akan berjalan kalau disertai dengan minat.
c) Kepuasan kinerja
Kepuasaan kinerja lebih merupakan suatu dorongan afektif yang
muncul dalam diri individu untuk mencapai goal atau tujuan
b) Motivasi yang berasal dari luar individu (faktor eksternal)
1) Pemberian hadiah
Hadiah merupakan alat pendidikan yang bersifat positif dan
fungsinya sebagai alat pendidik represif positif.Hadiah juga
merupakan alat pendorong untuk belajar lebih aktif.Keluarga
sakinah dapat memilih macam-macam hadiah dengan disesuaikan
dengan situasi dan kondisi tertentu.Motivasi dalam bentuk hadiah
ini dapat membuahkan semangat belajar dalam mempelajari
materi-materi pelajaran.
2) Kompetisi
Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat untuk
mendorong belajar anak, baik persaingan individu maupun
kelompok dalam rangka meningkatkan prestasi belajar
anak.Memang unsur persaingan itu banyak digunakan dalam dunia
industri dan perdagangan, tetapi sangat baik jika digunakan untuk
meningkatkan kegiatan belajar anak.
3) Hukuman
Hukuman merupakan pendidikan yang tidak menyenangkan, alat
pendidikan yang bersifat negative.Namun demikian, hukuman
dapat menjadi alat motivasi atau pendorong untuk mempergiat
belajar anak. Anak akan berusaha untuk mendapatkan tugas yang
4) Pujian
Menurut Sadirman pujian merupakan bentuk reinforcement yang
positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik. Apabila anak
berhasil dalam kegiatan belajar, pihak keluarga perlu memberikan
pujian pada anak.Positifnya pujian tersebut dapat menjadi motivasi
untuk meningkatkan prestasi jika pujian yang diberikan kepada
anak tidak berlebihan.
5) Setiap lingkungan pada umumnya
Setiap individu terdorong untuk berhubungan dengan rasa
mampunya dalam melakukan interaksi secara efektif dengan
lingkungannya.
6) Sistem imbalan yang diterima
Imbalan merupakan karakteriktik atau kualitas dari objek pemuas
yang dibutuhkan oleh seseorang yang dapat memengaruhi motivasi
atau dapat mengubah arah tingkah laku dari satu objek ke objek
lain yang mempunyai nilai imbalan yang lebih besar. Sistem
pemberian imbalan dapat mendorong individu untuk berperilaku
dalam mencapai tujian. Perilaku dipandang sebagai tujuan sehingga
ketika tujuan tercapai, akan timbul imbalan.
d. Pengukuran motivasi belajar
Dale H. Schunk dkk dalam terjemahan Ellys Tjo (2012:16)
pemahaman tentang pengoperasian proses-proses motivasi dan cara
mengoptimalkan motivasi murid. Beberapa indek yang dapt digunakan
untuk mengukur motivasi adalah: pilihan tugas atau aktivitas, usaha,
kegigihan, dan prestasi.
Motivasi dapat diukur dengan berbagai cara yaitu:
1. Observasi langsung yaitu penilaian
Yaitu penilaian individu mengenai dirinya sendiri mengacu pada
contoh-contoh perilaku dari pilihan tugas, usaha yang
dikeluarkan,dan kegigihan.
2. Penilaian skala oleh individu lain.
Cara ini dilakukan dengan meminta para pengamat (yakni para
guru, para orang tua,para peneliti) melakukan penilaian skala
terhadap murid pada berbagai karakteristik yang
mengidentifikasikan motivasi.
3. Pelaporan diri.
Yaitu penilaian individu menganai dirinya sendiri yang bisa berupa:
a. Kuesioner.
Yaitu penilaian skala tertulis pada item (unit-unit pertanyaan),
atau jawaban-jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan.
b. Wawancara.
Yaitu respon lisan tehadap pertanyaan-pertanyaan.
Yaitu Ingatan kembali tentang berbagai pemikiran yang
menyertai kinerja diri pada berbagai waktu.
d. Penyuaraan pemikiran.
Yaitu verbalisasi pemikiran, tindakan dan emosi diri sambil
mengerjakan tugas.
e. Dialog.
Yaitu percakapan antara dua atau lebih individu.
2. Keterampilan Bercerita
a. Hakekat dan Tujuan Berbicara
Berbicara adalah salah satu keterampilan berbahasa yang
bersifat aktif, produktif, dan kreatif, pada umumnya dilakukan dengan
cara bertatap muka. Berbicara dilakukan secara oral (bunyi-bunyi ujar)
dilengkapi tekanan, intonasi yang disesuaikan dengan situasi atau
kepentingannya.
Keterampilan berbicara berkaitan erat dengan keterampilan
menggunakan unsur-unsur kebahasaan (fonologi, morfologi, sintaksis,
dan fungtuasi); kosa-kata; diksi (pilihan kata); teknik-teknik berbicara
menurut situasi dan keperluannya; penguasaan ide atau gagasan;
pendekatan situasional, meliputi pemahaman situasi dan lingkungan
orang-orang yang diajak berbicara, misalnya: lingkungan anak-anak,
Berbicara merupakan suatu peristiwa menyampaikan maksud,
gagasan, pikiran, perasaan seseorang kepada orang lain secara jemih,
logis, terarah, dan sistematis dengan menggunakan bahasa lisan,
sehingga maksud tersebut dapat dipahami orang, lain.
Keterampilan berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa
yang berupa proses perubahan bentuk pikiran, perasaan, ide menjadi
wujud bunyi bahasa yang bermakna. Keteramplian berbicara
merupakan keterampilan yang produktif karena terjadi secara langsung
dan ekspresif.
Chaer, dkk (2010: 11) mengatakan bahwa fungsi utama bahsa
adalah sebagai alat komunikasi atau alat interaksi yang hanya dimiliki
oleh manusia.Sebagai alat komunikasi dan interaksi pada mulanya
berbentuk lisan, kemudian setelah manusia mengenal huruf atau
simbol-simbol bunyi, bahasa yang digunakan dalam bentuk tulisan.Pengertian
bahasa dalam kehidupan sehari-hari sering dimaknai sebagai bahasa
lisan.
Bahasa lisan artinya bahasa yang digunakan secara lisan, yakni
bahasa yang dikeluarkan dari alat ucap manusia dalam bentuk ucapan
atau perkataan.Bahasa merupakan sebuah sistem, sebagaimana
dijelaskan oleh Chaer, dkk (2010: 12) “bahasa adalah berupa lambang
-lambang dalam bentuk bunyi yang lazim disebut bunyi ujar atau bunyi
bahasa.” Antara bahasa dan berbicara merupakan dua hal yang berbeda,
sedangkan berbicara adalah proses penggunaan bahasa atau proses
berbahasa.
Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi artikulasi atau
kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan atau menyampaikan
pikiran, gagasan, dan peranan. Tarigan (2008:16) mengungkapkan
bahwa berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat
didengar (audible) dan yang kelihatan (visible) yang memanfaatkan
sejumlah otot dan jaringan otot tubuh manusia demi maksud dan
tujuan-tujuan gagasan atau ide-ide yang dikombinasikan. Selanjutnya,
dikatakan bahwa berbicara merupakan suatu bentuk perilaku manusia
yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis,
semantik, dan linguistik sedemikian ekstensif, secara luas sehingga
dapat dianggap sebagai alat manusia yang paling penting bagi kontrol
sosial.
Dengan demikian, berbicara lebih dari sekadar pengucapan
bunyi-bunyi atau kata-kata. Berbicara adalah suatu alat untuk
mengkomunikasikangagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan
sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak.
Mulgrave dalam Tarigan(2008:16) mengungkapkan bahwa berbicara
merupakan instrumen yang mengungkapkan kepada penyimak
hampir-hampir secara langsung apakah sang pembicara memahami atau tidak,
pada saat dia mengkomunikasikan gagasan-gagasannya; apakah dia
Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar
dapat menyampaikan informasi dengan efektif sebaiknya pembicara
betul-betul memahami isi pembicaraannya, di samping juga harus dapat
mengevaluasi efek komunikasinya terhadap pendengar dan harus
prinsip-prinsip yang mendasari segala situasi pembicaraan,baik secara
umum maupun perorangan.Apakah sebagai alat sosial (social tool)
ataupun sebagai alat perusahaan maupun profesional (business or
professional tool).
Pada dasarnya berbicara mempunyai tiga maksud umum,yaitu:
1. Memberitahukan dan melaporkan (to inform)
Bila pembicaraan ingin memberitahukan atau menyampaikan
sesuatu kepada pendengar agar mereka dapat mengerti tentang suatu
hal, maka tujuan pembicaraan tersebut adalah memberitahukan,
dengan tujuan agar pendengar mendapat pengertian yang tepat,
menambah pengetahuan mereka tentang hal-hal yang kurang atau
belum diketahuinya. Berbicara untuk melaporkan atau memberi
informasi (informative speaking)dilaksanakan kalau seseorang
berkeinginan untuk: 1) memberi atau menanamkan pengetahun; 2)
menetapkan atau menentukan hubungan-hubungan antara
benda-benda; 3) menerangkan atau menjelaskan suatu proses, dan 4)
menginterpretasikan atau menafsirkan sesuatu persetujuan ataupun
2. Menjamu dan menghibur (to entertain)
Bila pembicara bermaksud menghibur, menyenangkan,
mengembirakan pendengar, menimbulkan suasana gembira pada
suatu jam kan atau pertemuan, maka tujuan pembicaraan itu adalah
menghibur. Humor merupakan alat yang paling penting dalam
pembicaraan yang bertujuan untuk menghibur. Berbicara untuk
menghibur berarti pembicara menarik perhatian pendengar dengan
berbagai cara, seperti humor, spontanitas, menggairahkan,
kisah-kisah jenaka dan sebagainya untuk menimbulkan suasana gembira.
3. Membujuk, mengajak, mendesak dan meyakinkan (to persuade)
Menurut Tarigan (2008: 35), Aristoteles pernah mengatakan
bahwa “persuasi” (bujukan, desakan, dan meyakinkan adalah seni
penanaman alasan-alasan atau motif-motif yang menuntun ke arah
tindakan bebas yang konsekwen. Persuasi merupakan tujuan kalau
kita menginginkan tindakan atau aksi. Pembicaraan yang bersifat
persuasif disampaikan kepada para pendengar bila kita menginginkan
penampilan suatu tindakan atau pengajaran suatu bagian tertentu dari
suatu tindakan. Pembicaraan berusaha untuk mempengaruhi keyakinan
atau sikap mental pendengar, maka pembicaraan ini bertujuan untuk
meyakinkan. Pada umumnya berbicara yang disampaikan sekarang
ini mengandung tujuan untuk meyakinkan.Pembicaraan dengan
Suatu pembicaraan mungkin saja merupakan gabungan dari
melaporkan dan menjamu begitu pula mungkin sekaligus menghibur
dan meyakinkan. Ochs and Winker dalam Tarigan (2008: 17).
b.Prinsip-prinsip umum yang mendasari kegiatan berbicara.
1 Membutuhkan paling sedikit dua orang.
2 Mempergunakan suatu sandi linguiatik yang dipahami
bersama.
3 Menerima atau mengakui suatu daerah referensi umum.
Daerah referensi yang umum mungkin tidak selalu mudah
dikenal atau ditentukan,namun pembicaraan menerima
kecenderungan untuk menemukan satu diantaranya.
4 Merupakan suatu pertukaran antara partisipan. Kedua pihak
partisipan yang memberi dan menerima dalam pembicaraan
saling bertukar sebagai pembicara dan penyimak.
5 Menghubungkan setiap pembicara dengan yang lainnya dan
kepada lingkungannya dengan segera. Perilaku lisan sang
pembicara selalu berhubungan dengan responsi yang nyata atau
yang diharapkan, dari sang penyimak, dan sebaliknya. Jadi
hubungan itu bersifat timbal- balik atau dua arah.
6 Berhubungan atau berkaitan dengan masa kini.
7 Hanya melibatkan perlengkapan yang berhubungan dengan suara
8 Secara tidak pandang bulu menghadapi serta memperlakukan apa
yang nyata dan apa yang diterima secara adil.
c. Pembelajaran Keterampilan Berbicara
Pembelajaran berbicara merujuk pada prinsip stimulus-respons.
Seperti halnya keterampilan menyimak, keterampilan berbicara
mempunyai peran yang sangat penting dalam memberi dan menerima
informasi serta memajukan hidup dalam peradaban dunia modem.
Keterampilan berbicara pada hakikatnya merupakan keterampilan
mereproduksi arus sistem bunyi artikulasi untuk menyampaikan
kehendak, kebutuhan perasaan, dan keinginan kepada orang lain. Dalam
hal ini, kelengkapan alat ucap seseorang merupakan persyaratan
alamiah yang memungkinkannya untuk memproduksi suatu ragam yang
luas bunyi artikulasi, tekanan, nada, kesenyapan dan lagu bicara.
Keterampilan ini juga didasari oleh kepercayaan diri untuk berbicara
secara wajar, jujur, benar, dan bertanggung jawab dengan
menghilangkan masalah psikologis seperti rasa malu, rendah diri,
ketegangan, berat lidah, dan lain-lain. Oleh karena itu, proses
pembelajaran berbicara akan menjadi mudah jika peserta didik terlibat
aktif berkomunikasi.
Nurgiyantoro (2010:399) mengungkapkan bahwa berbicara
adalah aktivitas berbahasa kedua yang dilakukan manusia dalam
bunyi-bunyi (bahasa) yang didengarnya itulah kemudian manusia
belajar mengucapkan dan akhirnya mampu untuk berbicara.
Dalam situasi yang normal, orang melakukan kegiatan berbicara
dengan motivasi ingin mengemukakan sesuatu kepada orang lain, atau
karena ingin memberikan reaksi terhadap sesuatu yang didengarnya.
Pembicaraan dalam situasi yang demikian, kejelasan penuturan tidak
semata-mata ditentukan oleh ketepatan bahasa (verbal) yang,
dipergunakan saja, melainkan amat dibantu oleh unsur-unsur
paralinguistik seperti gerakan-gerakan tertentu, ekspresi wajah, nada
suara, dan sebagainya, suatu yang tidak ditemui dalam situasi tertulis.
Situasi pembicaraan (serius, santai, wajar, tertekan) dalam banyak hal
juga akan memengaruhi keadaan dan kelancaran pembicaraan. Agar
keterampilan berbicara dapat bedalan dengan baik dan sesuai dengan
tujuan-tujuan pembelajaran harus memperhatikan hal-hal berikut:
1. Kemudahan Berbicara
Peserta didik harus mendapat kesempatan yang besar untuk berlatih
berbicara sampai mereka mengembangkan keterampilan ini secara
wajar, lancar, dan menyenangkan, baik di dalam kelompok kecil
maupun di hadapan pendengar umum yang lebih besar jumlahnya.
Para peserta didik perlu mengembangkan kepercayaan yang tumbuh
melalui latihan.
2. Kejelasan
diucapkan harus tersusun dengan baik. Dengan latihan berdiskusi
yang mengatur cara berfikir yang logis dan jelas, kejelasan
berbicara tersebut dapat dicapai.
3. Bertanggungjawab
Latihan berbicara yang bagus menekankan pembicara untuk
bertanggung jawab agar berbicara secara tepat, dan dipikirkan
dengan sungguh-sungguh mengenai apa yang menjadi topik
pembicaraan, tujuan pembicaraan, siapa yang diajak bicara, dan
bagaimana situasi pembicaraan serta momentumnya. Latihan
demikian akan menghindarkan peserta didik dari berbicara yang
tidak bertanggung jawab atau bersilat lidah yang mengelabuhi
kebenaran
4. Membentuk pendengaran yang kritis
Latihan berbicara yang baik, untuk itu peserta didik perlu untuk
dapat mengevaluasi kata-kata, niat, dan tujuan pembicara yang,
secara implisit.
5. Membentuk kebiasaan
Kebiasaan berbicara tidak dapat dicapai tanpa kebiasaan
berinteraksi dalam bahasa yang dipelajari atau bahkan dalam bahasa
ibu. Faktor ini demikian penting dalam membentuk kebiasaan
berbicara dalam perilaku seseorang.
Pernbelajaran berbicara perlu ditingkatkan, karena pada
didaulat berbicara. ke depan kelas. Banyak yang masih malu-malu.
atau tersendat-sendat serta berkeringat dingin bila disuruh berbicara
ke depan kelas.
Apabila terjadi keadaan seperti di atas, maka guru harus berupaya
keras untuk memberikan kesempatan kepada siswa berbicara secara
bergiliran dalam setiap proses pembelajaran. Agar siswa terampil
berbicara, guru harus memandu siswa dan mengetahui metode
pembelajaran yang tepat. Jika metode dikaitkan dengan pengalaman
belajar, maka metode berfungsi sebagai sarana mewujudkan
pengalaman belajar yang telah dirancang menjadi kenyataan dalam
pembelajaran pokok bahasan tertentu. Guru harus menciptakan
berbagai pengalaman belajar berbicara agar siswa dapat berlatih
berbicara. Berbicara sebagai sebuah keterampilan memerlukan
banyak latihan.
Metode pembelajaran berbicara. yang baik harus memenuhi
berbagai kriteria. Kriteria itu berkaitan dengan tujuan, bahan,
pembinaan keterampilan proses, dan pengalaman belajar. Kriteria
yang harus dipenuhi oleh metode pembelajaran berbicara, antara
lain:
a) relevan dengan tujuan;
b) memudahkan siswa memahami materi pembelajaran;
c) mengembangkan butir-butir keterampilan proses;
e) mecrangsang siswa untuk belajar;
f) mengembangkan penampilan siswa;
g) mengembangkan keterampilan siswa;
h) tidak menuntut peralatan yang rumit;
i) mudah dilaksanakan, dan menciptakan suasana belajar mengajar
yang menyenangkan.
d. Faktor-faktor Penunjang Keefektifan Berbicara
Pembicaraan yang baik harus memberikan kesan menguasai
masalah yang sedang dibicarakan, juga harus memperhatikan
keberanian dan kegairahan. Selain itu, pembicara juga harus
berkomunikasi dengan jelas dan tepat. Berkaitan dengan hal itu, Arsjad
dan Mukti dalam Rokhman (2011:77) mengemukakan untuk
keefektifan berbicara, yaitu faktor kebahasaan dan nonkebahasaan.
Faktor kebahasaan yaitu aspek-aspek yang berkaitan dengan
masalah bahasa, yang seharusnya dipenuhi pada waktu seseorang
menjadi pembicara. Faktor kebahasaan terdiri atas (1) ketepatan
pengucapan atau lafal; (2) penempatan tekanan, nada, sendi, dan
durasi/intonasi; (3) pilihan kata/diksi; (4) pemakaian kalimat.
Sedangkan faktor nonkebahasaan yaitu aspek-aspek yang
menentukan keberhasilan seseorang dalam berbicara yang tidak
berkaitan dengan masalah bahasa. Faktor nonkebahasaan terdiri atas (1)
medan; (3) kesediaan menghargai pendapat orang lain; (4) gerak-gerik
dan mimik; (5) kenyaringan suara; (6) kelancaran; (7) relevansi atau
penalaran; (8) penguasaan topik.
Dalam penelitian ini kedua faktor penunjang keefektifan
berbicara ini sekaligus menjadi faktor penunjang keterampilan
berbicara, karena faktor-faktor itu merupakan pedoman dalam menilai
keterampilan berbicara seseorang.
e. Tes Kompetensi Berbicara
Berbicara adalah aktivitas berbahasa kedua yang dilakukan
manusia dalam kehidupan bahasa setelah mendengarkan .Berdasarkan
bunyi-bunyi (bahasa) yang didengarnya itulah kemudian manusia
belajar mengucapkan dan akhirnya mampu untuk berbicara.Untuk dapat
berbicara dalam suatu hahasa secara baik, pembicara harus menguasai
lafal, struktur, dan kosakata yang bersangkutan. Di samping itu,
diperlukan juga penguasaan masalah dan atau gagasan yang akan
disampaikan, serta kemampuan memahami bahasa lawan bicara.
Dalam kegiatan berbicara diperlukan penguasaan terhadap
lambang bunyi baik untuk keperluan menyampaikan maupun menerima
gagasan. Lambang yang berupa tanda-tanda visual seperti yang
dibutuhkan dalam kegiatan membaca dan menulis tidak diperlukan.
Dalam situasi yang normal, orang melakukan kegiatan berbicara
karena ingin memberikan reaksi terhadap sesuatu yang didengarnya.
Pembicaraan dalam situasi yang demikian, kejelasan penuturan tidak
semata-mata ditentukan oleh ketepatan bahasa (verbal) yang
dipergunakan melainkan amat dibantu oleh unsur-unsur paralinguistik
seperti gerak-gerakan tertentu, ekspresi wajah, nada suara, dan
sebagainya, suatu hal tidak ditemui dalam komunikasi tertulis. Situasi
pembicaraan (serius, santai, wajar, tertekan) dalam banyak hal juga
akan memengaruhi keadaan dan kelancaran pembicaraan.
1) Tugas Berbicara
Tugas berbicara dimaksudkan sebagai tes berbicara yang
memenuhi kriteria asesmen. Dalam tugas berbicara terdapat dua hal
pokok yang tidak boleh dihilangkan, yaitu benar-benar tampil
berbicara (kinerja bahasa) dan isi pembicaraan mencerminkan
kebutuhan realitas kehidupan (bermakna). Jadi dalam asesmen
peserta didik tidak sekedar ditugasi untuk berbicara, berbicara dalam
arti sekedar praktik memergunakan bahasa secara lisan, melainkan
juga menyangkut isi pesan yang dijadikan bahan pembicaraan.
Tugas berbicara sebagai bentuk asesmen harus berupa
tugas-tugas yang ditemukan dan dibutuhkan dalam kehidupan nyata.Jadi
tugas berbicara mengambil model aktivitas bentuk-bentuk berbicara
sehari-hari sehingga kompetensi yang dikuasai pesertadidik bersifat
2) Bentuk tugas kompetensi berbicara
Ada banyak bentuk tugas yang dapat diberikan kepada peserta didik
untuk mengukur kompetensi berbicaranya dalam bahasa target. Apa
pun bentuk tugas yang dipilih haruslah yang memungkinkan peserta
didik untuk tidak saja mengekspresikan kemampuan berbahasanya,
melainkan juga mengungkapkan gagasan, pikiran, perasaan, atau
menyampaikan informasi. Dengan demikian, tes tersebut bersifat
fungsional, disamping dapat juga mengungkap kemampuan peserta
didik berbicara dalam bahasa yang bersangkutan mendekati
pemakainnya secara normal.
a) Bicara berdasarkan Gambar
Untuk mengungkap kempuan berbicara pembelajar dalam
suatu bahasa, gambar dapat dijadikan rangsang pembicaraan yang
baik. Rangsang yang berupa gambar sangat baik untuk dipergunakan
anak-anak usia sekolah dasar maupun pembelajar-pembelajar bahasa
asing tahap awal. Akan tetapi, rangsang gambar pun dapat pula
dipergunakan pada pembelajar kemampuan berbahasanya telah
(lebih) tinggi tergantung pada keadaan gambar yang dipergunakan itu
sendiri. Burt dkk. Oiler (Nurgiyantoro, 2013:402) menyusun
gambar-gambar menarik yang dimaksudkan untuk mengungkap kemampuan
berbicara peserta didik yang potensial untuk tes yang berkedar
pragmatik.Gambar yang dimaksud kemudian disebutnya sebagai the
Rangsang yang dapat dipakai sebagairangsang berbicara
dapat dikelompokkan kedalamgambar objek dan gambar
cerita.Gambar objek merupakan gambar tentang objek tertentu yang
berdiri sendiri seperti binatang, kendaraan, pakaian, alam, dan
berbagai objek yang lain kehadirannya tidak memerlukan bantuan
objek gambar yang lain. Gambar cerita adalah gambar susun yang
terdiri dari sejumlah panel gambar yang salingberkaitan yang secara
keseluruhan membentuk sebuah cerita.
b) Berbicara Berdasarkan Rangsang Suara
Tugas berbicara berdasarkan rangsang suara yang lazim
dipergunakan adalah suara yang berasal dari siaran radio atau
rekaman yang sengaja dibuat untuk maksud itu. Program radio yang
dimaksud dapat bermacam, misalnya siaran berita sandiwara, atau
program-program lain yang layak. Jika program siaran radio yang
dipilih waktunya tidak berkesesuaian dengan waktu pembelajaran di
sekolah, kita dapat merekam program itu dan menghadirkannya
dalam bentuk rekaman. Atau, kita sengaja menugasi peserta didik
untuk mendengarkan siaran tertentu pada radio tertentu pada jam
tertentu untuk kemudian menceritakannya di sekolah.
c) Berbicara Berdasarkan Rangsang Visual dan Suara
Berbicara berdasarkan rangsang visual dan suara merupakan
Wujud visual yang dimaksud sebenarnya lebih dari sekedar gambar.
Selain wujud gambar diam, ia juga berupa gambar gerak dan gambar
aktivitas.
Tugas bentuk ini terlihat didominasi danterkait dengan
kompetensi menyimak, namun juga terdapat bentuk-bentuk lainyang
memerlukan pengamatan dan pencermatan seperti gambar, gerak,
tulisan, penting dan lain-lain yang terkait langsung dengan unsur
suara dan yang secara keseluruhan menyampaikan suatu kesatuan
informasi.
d) Bercerita
Tugas bercerita yang dimaksudkan di siniadakemiripan tugas
bercerita berdasarkan beberapa rangsang diatas, namun lebih luas
cakupannya.Ia dapat berdasarkan “rangsang” apasaja tergantung
perintah guru. Tugas ini dalam jenis asesmen berupa tugas
menceritakankembali teks atau cerita (retelling text or story).Jadi,
rangsang yang dijadikan bahan untuk bercerita dapat berupa buku
yang sudah dibaca, berbagai cerita (fiksi dan cerita lama), berbagai
pengalaman (pengalaman bepergian, pengalaman berlomba,
pengalaman berseminar), dan lain-lain.
f. Penilaian Berbicara
Berbicara merupakan suatu perbuatan atau keterampilan, maka
penilaiannya dilakukan dengan teknik pengukuran atau tes yang berupa
unjuk kerja (perbuatan).Penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang
dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan
sesuatu, seperti: praktik di laboratorium, praktek olahraga, diskusi,
bercerita, bermain, peran, bernyanyi, dan sebagainya.
Alat penilaian tes penampilan berupa skala penilaian (rating
scale), atau daftar cek (checklist), keduanya dapat digunakan sebagai
lembar pengamatan atau penilaian. Sedangkan kriteria penilaian yang
utama meliputi: aspek vokal atau suara, aspek diksi, aspek kebahasaan,
aspek kelancaran, aspek ekspresi, aspek penampilan, dan aspek isi
(content). Hampir semua materi pembelajaran berbicara akan menilai
aspek-aspek tersebut, misalnya dalam materi pembelajaran bercerita (re
tell), maka sasaran penilaiannya meliputi: vokal (kejelasan, intonasi,
artikulasi, dan diksi), penampilan (movement, gesture, ekspresi, dan
penghayatan), penggunaan bahasa (struktur kata dan kalimat) dan
kelancaran.
3. Multimedia
Secara sederhana multimedia diartikan sebagai lebih dari satu
media. Ia bisa berupa kombinasi antara teks, grafik, animasi, suara, dan
vidio. Komputer merupakan pengendali dari seluruh jenis peralatan itu
adalah komputer, vidio kamera, vidio cassette, recorder, CD player,
informasi dalam bentuk yang menyenangkan, menarik, mudah
dimengerti karena sebanyak mungkin indera, terutama telinga dan mata,
yang digunakan untuk menyerap informasi. multimedia yang dapat
digunakan bisa berupa:
a. Media Visual
Hamalik dalam Arsyad (2013:19) mengemukakan bahwa
pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat
membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan
motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa
pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media
pembelajaran pada saat orientasi pembelajaran akan sangat membantu
keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi
pelajaran pada saat itu. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa,
media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan
pemahaman,penyajian data dengan menarik dan terpercaya,
memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi. Media
berbasis visual memegang peran sangat penting dalam proses
belajar.Media visual dapat memperlancar pemahaman dan ingatan.
Media visual dapat pula menumbuhkan minat siswa dan dapat
memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata
(Arsyad,2013:89).
Bentuk visual bisa berupa : (a) gambar representasi seperti
suatu benda; (b) diagram yang melukiskan hubungan-hubungan konsep,
organisasi,dan struktur isi materi; (c) peta yang menunjukkan
hubungan-hubungan ruang antara unsur-unsur isi materi: (d) grafik seperti tabel,
grafik, dan chart (bagan) yang menyajikan gambaran atau
kencenderungan data atau antarhubungan seperangkat gambar atau
angka-angka.
Prinsip-prinsip umum yang perlu diketahui untuk penggunaan
efektif media berbasis visual sebagai berikut:
1. Usahakan visual itu sederhana mungkin dengan menggunakan gambar
garis, karton, bagan dan diagram. Gambar realistis harus hati-hati
karena gambar yang amat rinci dengan realisme sulit diproses dan
dipelajari bahkan seringkali mengganggu perhatian siswa untuk
mengamati apa yang seharusnya diperhatikan.
2. Visual digunakan untuk menekankan informasi sasaran sehingga
pembelajaran dapat terlaksana dengan baik.
3. Gunakan grafik untuk menggambarkan ikhtisar keseluruhan materi
sebelum menyajikan unit demi unit pelajaran untuk digunakan oleh
siswa mengorganisasikan informasi.
4. Ulangi sajian visual dan libatkan siswa untukmeningkatkan daya
ingat. Meskipun dengan visual dapat dengan mudah diperoleh
informasinya, sebagian lagi memerlukan pengamatan dengan
hati-hati. Untuk visual yang kompleks siswa perlu diminta untuk
5. Gunakan gambar untuk melukiskan perbedaan konsep-konsep,
misalnya dengan menampilkan konsep-konsep yang divisualkan itu
secara berdampingan.
6. Hindari visual yang tak berimbang.
7. Tekankan kejelasan dan ketepatan dalam semua visual.
8. Visual yang diproyeksikan harus dapat terbaca dan mudah dibaca.
9. Visual, khususnya diagram, amat membantu untuk mempelajari
materi yang agak kompleks.
10. Visual yang dimaksudkan untuk mengkomunikasikan gagasan
khusus.
11. Unsur-unsur dalam visual itu harus ditonjolkan.
12. Warna harus digunakan secara realistik.
b. Media Audio
Mendengarkan sesungguhnya suatu proses rumit yang melibatkan
empat unsur, (Munadi 2013:59) yaitu :
1. Mendengar
Mendengar merupakan proses psiologis otomatik penerimaan
rangsangan pendengaran (aural stimuli). Dalam tahap inilah gangguan
fisik pada alat pendengaran seseorang dapat menimbulkan kesulitan
dalam proses mendengarkan. Mendengar adalah sebuah proses
dimana gelombang suara masuk melalui saluran telingga bagian luar
menimbulkan geteran-getaran yang kemudian merangsang
implus-implus saraf sampai ke otak.
Pendengaran kita mampu menangkap apa yang kita dengarjauh
lebih cepat daripada kemampuan pembicara melisankan pikirannya,
sehingga menjadi sebuah kewajaran saat seorang guru menyampaikan
materi ajar dengan menggunakan metode ceramah dipandang
monoton dan berakibat para siswanya menjadi bosan dan mulai
mengantuk.
2. Memperhatikan
Memperhatikan rangsangan dilingkungan kita berarti
memusatkan kesadaran kita pada rangsangan khusus tertentu. Indera
penerima kita secara konstan dihujani sekian banyak rangsangan
sehingga kita tidak mungkin menaggapi semuanya sekaligus pada saat
yang sama.
3. Memahami
Unsur ini adalah yang paling rumit dalam mendengarkan.
Memahami biasanya diartikan sebagai proses pemberian makna pada
kata yang kita dengar, yang sesuai dengan makna yang dimaksudkan
oleh si pengirim pesan.
4. Mengingat
Mengungat adalah informasi untuk diperoleh kembali.
beberapa banyak kita dapat mengingat apa yang kita dengar dan apa
yang kita pahami.
c. Media Audiovisual
Media audio visual adalah seperangkat alat yang dapat
memproyeksikan gambar bergerak dan bersuara. Alat-alat yang
termasuk media audio–visual adalah:
1. Televisi
Televisi sebagai lembaga penyiaran, telah banyak dimanfaatkan
untuk kepentingan pendidikan dan pengajaran. Televisi sebagi media
pendidikan dan pengajaran tentu tidak terlepas dari kelebihan dan
kekurangan.
a) Kelebihan media televisi.
1) Memiliki daya jangkauan yang sangat luas.
2) Memiliki daya tarik yang besar, karena sifat audi visualnya.
3) Dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu.
4) Dapat menginformasikan pesan-pesan yang aktual.
5) Dapat menampilkan obyek belajar seperti benda atau kejadian
aslinya.
6) Membantu pengajar memperluas referensi dan pengalaman.
7) Sebutan televisi sebagai jendela dunia, membawa khalayak
untuk dapat melihat secara langsung peristiwa, suasana dan
b) Kelemahan media televisi.
1) Pengadaannya memerlukan biaya mahal.
2) Tergantung ada energi listrik, sehingga tidak dapat dihidupkan
disegala tempat.
3) Sifat komunikasi searah.
4) Sulit dikontrol terutama jika terkait dengan soal jadual belajar
sekolah.
5) Mudah tergoda pada penyajian acara yang bersifat hiburan.
2. Video-VCD
a) Karakteristik Video-VCD
1) Gambar bergerak yang disertai dengan unsur suara.
2) Dapat digunakan untuk sekolah jarak jauh.
3) Memiliki perangkat slow motion untuk memperlambat proses
atau peristiwa yang sedang berlangsung.
b) Kelebihan media Video-VCD
1) Menyajikan obyek belajar secara konkret.
2) Memiliki daya tarik tersendiri yang dapat memicu atau
memotivasi pembelajar untuk belajar.
3) Sangat baik untuk pencapaian tujuan belajar psikomotorik.
4) Dapat mengurangi kejenuhan belajar.
c) Kelemahan media Video-VCD.
1) Pengadaannya memerlukan biaya mahal.
2) Tergantung pada energi listrik.
3) Bersifat komunikasi searah.
4) Mudah tergoda untuk menayangkan kaset VCD yang bersifat
hiburan.
3. Media Sound Slide
a. Kelebihan media Sound Slide.
1) Dapat menyajikan gambar dengan proyeksi depan maupun
belakang.
2) Berukuran kecil dan mudah didistribusikan sehingga praktis
penggunaannya.
3) Dapat dikontrol sesuai dengan keinginan pengguna.
4) Memberikan visualisasi tentang obyek belajar apa adanya atau
autentik.
b. Kelemahan media Sound Slide.
1) Pengadaannya memerlukan biaya mahal.
2) Untuk menggunakan proyeksi memerlukan ruangan gelap.
3) Gambar yang disajikan tidak bergerak.
4) Tergantung pada energi listrik.
5) Cukup rumit pembuatannya, karena harus memiliki kamera
d. Fungsi Media Pembelajaran
Levie dan Lentz dalam Arsyad (2013:20) mengemukakan empat
fungsi media pembelajaran, khususnya media visual, yaitu (a) fungsi
atensi, (b) fungsi afektif, (c) fungsi kognitif, dan (d) fungsi
kompensatoris.
1) Fungsi atensi media visual merupakan inti,yaitu menarik dan
mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi
pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan
atau menyertai teks materi pelajaran. Seringkali pada awal pelajaran
siswa tidak tetarik dengan materi pelajaran atau mata pelajaran itu
karena merupakan merupakan salah satu pelajaran yang kurang
disenangi, oleh karena itu mereka tidak memperhatikan pada saat
pelajaran berlangsung. Media gambar, khususnya gambar yang
diproyeksikan melalui layar LCD dapat menenangkan dan
mengarahkan perhatian mereka kepada pelajaran yang akan mereka
terima.Dengan demikian kemungkinan untuk memperoleh dan
mengingat isi pelajaran semakin besar.
2) Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan
siswa ketika belajar (atau melihat) teks yang bergambar. Gambar
atau lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa.
memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat
informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.
4) Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil
penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk
memehami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk
mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengigatnya kembali.
Dengan kata lain,media pembelajaran berfungsi untuk
mengakomodasikan siswa yang lemah dan lambat dalam memahami
dan menerima isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan
secara verbal.
e. Tujuan dan Manfaat Media Pembelajaran.
1. Tujuan Media Pembelajaran.
Tujuan media pembelajaran sebagai alat bantu untuk:
a) mempermudah proses pembelajaran di kelas,
b) meningkatkan efisiensi proses pembelajaran,
c) menjaga relevansi antara materi pelajaran dengan tujuan
belajar,
d) membantu konsentrasi pembelajar dalam proses pembelajaran.
2. Manfaat Media Pembelajaran
Manfaat media pembelajaran baik secara umum maupun
a) pengajaran lebih menarik perhatian pembelajar sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar,
b) bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya,sehingga dapat
lebih mudah difahami oleh pembelajar, serta memungkinkan
pembelajar menguasai pembelajaran dengan baik,
c) metode pembelajaran yang bervariasi, tidak semata-mata hanya
komunikasi verbalmelalui peneturan kata-kata lisan pengajar,
pembelajar tidak bosan, dan pengajar tidak kehabisan tenaga,
d) pembelajar lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak
hanya mendengarkan penjelasan dari pengajar saja, tetapi juga
aktivitas lain.
Selain itu, manfaat media pembelajaran bagi pengajar dan
pembelajar adalah sebagai berikut:
1) Manfaat media pembelajaran bagi pengajar, sebagai berikut:
a) memberikan pedoman, arah untuk mencapai tujuan
pembelajaran,
b) menjelaskan struktur dan urutan pengajaran secara baik,
c) memberikan kerangka sistematis mengajar secara baik,
d) memudahkan kendali pengajar terhadap materi pelajaran,
e) membantu kecermatan, ketelitian dalam penyajian materi
pelajaran,
g) meningkatkan kualitas pengajaran,
h) memberikan dan meningkatkan variasi belajar,
i) menyajikan inti informasi, pokok-pokok secara sistematik,
sehingga memudahkan penyampaian, dan menciptakan
kondisi dan situasi belajar yang menyenangkan dan tanpa
tekanan.
2) Manfaat media pembelajaran bagi pembelajar, adalah:
a) meningkatkan motivasi belajar pembelajar,
b) memberikan dan meningkatkan variasi belajar bagi
pembelajar,
c) memudahkan pembelajar untuk belajar
d) merangsang pembelajar untuk berfikir dan beranalisis,
e) pembelajaran dalam kondisi dan situasi belajar yang
menyenagkan dan tanpa tekanan, dan pembelajar dapat
memahami materi pelajaran secara sistematis yang disajikan.
B. Penelitian yang relavan
Untuk mendukung penelitian ini penulis ungkapkan sebuah
penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Yakni sebuah penelitian
yang dilaksanakan oleh Rokhman (UPI 2011) yang berjudul
“Peningkatan Keterampilan Berbicara Dialog Bahasa Indonesia Melalui
Eksperimen Kuasi pada Kelas X SMA Darussalam Blokagung
Tegalsari Kabupaten Banyuwangi Tahun Pelajaran 2010-2011). Dari
hasil penelitian yang telah dilakukan disimpulkan bahwa proses
pembelajaran dengan model respon verbal yang dilengkapi dengan
gambar dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa.Dalam
penelitian ini membuktikan bahwa adanya pengaruh media gambar
terhadap antusis dan motivasi siswa dalam mengikuti pelajaran. Yang
membedakan dari penelitian ini adalah bahwa penelitian ini
menggunakan metode penelitian eksperimen kuasi, dimana
penelitiannya menggunakan kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Penelitian yang dilaksanakan oleh Novita Dwi Asri. N. Yang
berjidul “Kemampuan Berbicara Dan Penerapan Model Pembelajaran
Jurisprudensial Terhadap Siswa Kelas XI SMK Citra Bangsa” (UPI
2012). Metode dalam penelitian ini adalah eksperimen semu, dengan
menggunakan desain tes awal dan tes akhir yang menggunakan kelas
kontrol dan kelas eksperimen. Teknik penilaian yang digunakan dengan
tes, observasi, dan angket. Dalam pengolahan data menggunakan SPSS
dan teknik uji t. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan disimpulkan
bahwa berbicara dengan menggunakan model pembelajara prudensial
lebih baik bila dibandingkan dengan pembelajaran berbicara dengan
C. Kerangka Pikir
Prestasi atau hasil belajar siswa dipengaruhi oleh faktor eskternal
dan juga faktor internal. Faktor eksternal yang mempengaruhi hasil
belajar siswa dalam hal ini diwakili oleh media yang disajikan guru
dalam proses belajar mengajar dikelas. Sedangkan faktor internal yang
mempengaruhi hasil belajar siswa diwakili oleh motivasi siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran di kelas. Dalam penelitian ini akan
diuraikan tentang bagaimana penggunaan multimedia dapat
meningkatkan motivasi belajar dan keterampilan berbicara khususnya
cerita.
Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat
non intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal menumbuhkan
gairah, merasa senang, dan semangat untuk belajar. Dalam kegiatan
belajar motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak
mempunyai motivasi tidak mungkin akan mengikuti dan melakukan
aktivitas belajar dengan baik. Seseorang yang melakukan aktivitas
belajar secara terus-menerus tanpa adanya motivasi, baik motivasi yang
datangnya dari dalam individu ataupun dari luar individu itu sendiri,
maka tidak akan mendapatkan hasil atau prestasi belajar yang
memuaskan.
Berbicara adalah salah satu keterampilan berbahasa yang
dengan cara bertatap muka. Keterampilan berbicara berkaiatan erat
dengan keterampilan penggunaan unsur-unsur kebahasaan, kosa kata,
dan diksi. Dalam kehidupan sekarang ini keterampilan berbicara
sangatlah penting. Dengan keterampilan berbicara seseorang dapat
mengungkapkan segala pikiran, ide-ide, gagasan-gagasan, ataupun
perasaannya secara lisan kepada orang lain.Dengan keterampilan
berbicara seseorang dapat mengubah wujud pikiran atau perasaan
menjadi wujud bunyi bahasa yang bermakna. Kepandaian berbicara
mempunyai pengaruh terhadap kelancaran dan kesuksesan hubungan
dengan lingkungan pergaulan, pembelajaran, dan lingkungan
pekerjaan.
Dalam Kurikulum tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tingkat
SMP, kelas VII semester dua, terdapat kompetensi berbicara.
Berdasarkan kompetensi tersebut para siswa dituntut untuk bisa
berbicara menceritakan tokoh idola dengan menyebutkan identitas
tokoh, alasan mengidolakannya, serta keunggulan-keunggulan tokoh
tersebut. Selain itu siswa juga dituntut untuk berceritera dengan suara
yang jelas, intonasi yang tepat dan pilihan kata yang tepat.
Penggunaan multimedia dalam pembelajaran berbicaradapat
membantu siswa dalam meningkatkan motivasi belajar dan juga
keterampilan bercerita. Dengan penggunaan multimedia akan
mengikuti proses pembelajaran sehingga dari ketertarikan tersebut akan
sangat mempengaruhi hasil belajar siswa.
Berdasarkan data hasil observasi, bahwa motivasi belajar siswa
masing kurang atau rendah dikarenakan pada saat proses pembelajaran
berlangsung beberapa siswa tidak memperhatikan penjelasan guru,
mengantuk dan juga berbicara sendiri dengan teman sebangku dan nilai
mata pelajaran berbicara siswa kelas VII A SMP Almusthofa Bumiayu
Kabupaten Brebes masih sangatlah rendah, yaitu dari 24 siswa, hanya
terdapat 13 siswa (54%) yang sudah memenuhi sesuai dengan standar
kompetensi yang ditentukan. Selebihnya masih mengalami kesulitan
dan hambatan dalam mencapai kompetensi yang sudah ditentukan.
Melihat kenyataan tersebut, maka alternatif tindakan yang akan
dilakukan adalah pembelajaran dengan menggunakan multimedia, yaitu
cara termudah dan tepat dalam meningkatkan motivasi belajar dan
keterampilan berbicara khususnya dalam menceritakan tokoh idola.
Oleh karena multimedia dapat memicu semangat siswa,serta
menumbuhkan keberanian siswa dalam berbicara. Bahkan sangat
membantu siswa yang mempunyai kemampuan membaca sangat
rendah. Karena dengan multimedia indera yang terlibat adalah sangat
kompleks dan bervariasi. Data kondisi tersebut diatas, dapat peneliti
Bagan I
Skema Kerangka Berfikir
Bagan di atas menggambarkan bahwa pada kondisi awal dalam
proses pembelajaran bercerita guru masih menggunakan metode
ceramah. Dengan demikian motivasi belajar siswa dalam mengikuti
pembelajaran berbicara masih kurang dan hasil belajar bercerita juga
belum optimal .Dari kondisi awal yang seperti itu, kemudian guru
melakukan tindakan yaitu pembelajaran dengan menggunakan
multimedia, sehingga pembelajaran berjalan dengan optimal dan bisa
Tindakan guru akan dilakukan melalui siklus-siklus. Siklus yang akan
dilaksanakan terdiri dari tiga siklus. Pada siklus pertama di targetkan
mencapai 65% keberhasilan, pada siklus kedua ditargetkan mencapai
75% keberhasilan dan pada siklus ketiga ditargetkan mencapai 100%
keberhasilan.
D. Hipotesis Tindakan
Pembelajaran berbicara dengan menggunakan multimedia dapat
meningkatkan motivasi belajar dan keterampilan bercerita siswa kelas