• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan pemahaman siswa dengan metode penugasan peta konsep pada sistem perdaran darah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan pemahaman siswa dengan metode penugasan peta konsep pada sistem perdaran darah"

Copied!
177
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA DENGAN METODE

PENUGASAN PETA KONSEP PADA KONSEP SISTEM

PEREDARAN DARAH

(Penelitian Tindakan Kelas di MTsN Tangerang II Pamulang)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta untuk memenuhi

salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Disusun Oleh: IKA ROHMAWATI

106016100579

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Ika Rohmawati, Peningkatan Pemahaman Siswa Dengan Metode Penugasan Peta Konsep Pada Konsep Sistem Peredaran Darah, Skripsi Program Studi Biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa dengan metode penugasan peta konsep pada konsep sistem peredaran darah. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari 4 tahapan yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Penelitian dilaksanakan di MTsN Tangerang II Pamulang pada tahun ajaran 2010/2011 di kelas VIII Bina Prestasi 3 yang terdiri dari 21 siswa. Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus, adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah tes objektif, lembar observasi siswa. Melalui analisis data pada siklus I dan siklus II diperoleh nilai N-Gain siklus I sebesar 0,51 dan nilai N-Gain siklus II sebesar 0,68. Dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan pemahaman konsep siswa. Hal tersebut juga didukung dengan penghitungan statistik menggunakan Uji Wilcoxon, dan dihasilkan Jhitung 24 ≤ Jtabel yaitu 59 dengan taraf signifikansi α (0,5), Sehingga Ho ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan pemahaman konsep dengan metode penugasan peta konsep pada konsep sistem peredaran darah.

(6)

Ika Rohmawati, The Improvement Of Students’ Understanding With Concept Map Exercise Method Toward The Concept Of Blood Circulation System, BA Thesis, Biology Education Study Program, Faculty Of Tarbiyah And Teachers’ Training, State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta.

This research is aimed at knowing the improvement of students’ understanding with concept map exercise method toward the concept of blood circulation system. The method implemented in this study is classroom action research concerning 4 phases. Those are planning, acting, observing and reflecting. This research is implemented at MTsN Tangerang II Pamulang, academic year 2010/2011 at Bina Prestasi 3 eight grade which consists of 21 students. This study is done within 2 cycles. Meanwhile, the technique of data gathering is trough objective test,

students’ observation sheet. Trough data analysis in cycle I and II reached N-Gain 0,51 in cycle I and N-N-Gain 0,68 in cycle II. So it can be concluded that it

shows the improvement of students’ understanding considering concept map. That

circumstance is also supported by the calculation trough Wilcoxon test statistically, resulted about Jcount24 ≤ Jtable that is 59 accordance with significance

level α (0,5), so H0 is rejected. As the result, there is an improvement of concept understanding trough concept map exercise toward the concept of blood circulation system.

(7)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Alhamdulillah puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan limpahan hidayahNYA serta karuniaNYA sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada beliau junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat akademis untuk menyelesaikan studi S1 program studi pendidikan biologi fakultas ilmu

tarbiyah dan keguruan, dengan judul “Peningkatan Pemahaman Siswa Dengan

Metode Penugasan Peta Konsep Pada Konsep Sistem Peredaran Darah”.

Pada kesempatan kali ini saya ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini dan dengan segala penuh keikhlasan telah membantu dalam penyusunan skripsi ini semoga menjadi amal baik dan dibalas oleh Allah SWT dengan balasan yang lebih baik. Secara khusus, apresiasi dan terimakasih tersebut disampaikan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc, Ketua Jurusan Pendidikan IPA. 3. Ibu Dr. Zulfiani, M.Pd, Ketua Program Studi Pendidikan Biologi.

4. Bapak Ahmad Sofyan, M.Pd, Dosen pembimbing I dan Ibu Eny Supriyati Rosyidatun, S.Si, MA, Dosen pembimbing II, yang senantiasa memberikan bimbingan dan arahan yang bermanfaat kepada penulis selama proses penyusunan skripsi.

5. Seluruh dosen UIN khususnya dosen pendidikan IPA beserta staf-stafnya yang telah banyak membantu.

6. Bapak Suhardi, S.Ag, Kepala Sekolah MTsN Tangerang II Pamulang yang telah mengizinkan penulis untuk penelitian di MTsN Tangerang II Pamulang. 7. Ibu Nurlena Hayati, M.Si, selaku guru pamong mata pelajaran Biologi di

(8)

Pamulang dan seluruh siswa kelas VIII Bina Prestasi 3 yang telah berpartisipasi dalam penelitian.

8. Kepada orang tuaku tercinta ayahanda H. Ipar Wijaya, S.Ag, dan Ibunda Hj. Rositawati yang telah memberikan motivasi baik moril maupun materil, serta

do’a yang tiada henti-hentinya. Adik-adikku tercinta Elis Sya’adah dan Dina

Kurniati yang selalu memberikan semangat serta dukungan. Seluruh keluarga

besar Ayahanda dan Ibunda, terimakasih atas nasihat, do’a dan motivasinya.

9. Rekan-rekan mahasiswa Jurusan Pendidikan IPA maupun program studi pendidikan Biologi angkatan 2006, khususnya kepada sahabatku Zuliah Khaerani dan Fithrotul Faizah yang selalu bersama dan menjadi tempat berbagi dalam penyusunan skripsi.

10.Teman-teman Kost, Tuti Alawiyah, Neng Syifa Fauziah, Yeni Gustri, Rela Agustin, Siti Habibah Egiantina, Dini Khoirunnisa, Iis, kakak oie, terimakasih atas dukungan, bantuan dan motivasi selama penyusunan skripsi.

11.Sahabat-sahabat terbaikku khususnya Arista, Arafat, Arif, Firman, Ira, Yulis, Eva, Dita, dan umumnya teman-teman Progressive 606 yang selalu

memberikan dukungan, arahan, nasihat, do’a, motivasi, dan telah memberikan

yang terbaik kepada penulis. Seluruh keluarga besar KOPMA UIN JKT, terimakasih atas keceriaan dan kebersamaannya.

Terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Kritik dan saran secara konstruktif diharapkan penulis untuk mengevaluasi skripsi ini agar lebih sempurna. Kami berharap skripsi ini menjadi kebutuhan serta menambah pustaka dan referensi bagi semua pihak yang membutuhkan.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Ciputat, April 2011 Penulis

(9)

DAFTARISI

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Perumusan Masalah ... 4

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN ... 6

A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti ... 6

1. Hakikat Pemahaman Konsep ... 6

2. Metode Penugasan Peta Konsep ... 9

3. Hakikat Peta Konsep ... 12

4. Jenis-jenis Konsep ... 15

5. Ciri-ciri Peta Konsep ... 20

6. Membuat Peta Konsep ... 22

7. Kegunaan Peta Konsep ... 22

8. Fungsi Peta Konsep dalam KBM ... 24

(10)

11.Penilaian Peta Konsep ... 26

B. Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan ... 27

C. Kajian Penelitian yang Relevan ... 28

D. Kerangka Berpikir ... 31

E. Hipotesis Tindakan ... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 33

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 33

B. Metode dan Desain Penelitian ... 33

C. Subjek/Partisipan yang Terlibat dalam Penelitian ... 35

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ... 35

E. Tahapan Intervensi Tindakan ... 36

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ... 37

G. Data dan Sumber Data ... 38

H. Teknik Pengumpulan Data ... 38

I. Instrumen Penelitian ... 39

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan Studi (Trusworthiness) ... 41

K. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis ... 44

L. Indikator Keberhasilan ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 49

A. Temuan Hasil Penelitian ... 49

1. Siklus I ... 49

2. Siklus II ... 53

B. Pengujian Prasyarat Analisis ... 57

1. Uji Normalitas ... 57

2. Uji Wilcoxon ... 58

(11)

BAB V PENUTUP ... 63

A. Kesimpulan ... 63

B. Saran ... 63

(12)
[image:12.595.110.504.150.608.2]

Gambar 2.1 Peta Konsep Rantai Kejadian Suksesi Primer ... 16

Gambar 2.2 Peta Konsep Pohon Jaringan Komponen Ekosistem ... 17

Gambar 2.3 Peta Konsep Siklus Air ... 18

Gambar 2.4 Peta Konsep Siklus ... 18

Gambar 2.5 Peta Konsep Laba-laba Tentang Pencemaran Lingkungan .... 19

Gambar 2.6 Peta Konsep Laba-laba Tentang Tumbuhan ... 20

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Data dan Sumber Data ... 38

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Penelitian pada Konsep Sistem Peredaran Darah ... 40

Tabel 3.3 Interpretasi Tingkat Kesukaran ... 43

Tabel 3.4 Interpretasi Daya Pembeda ... 44

Tabel 3.5 Interpretasi Kriteria Tingkat Gain ... 46

Tabel 4.1 Hasil Catatan Lapangan Siklus I ... 49

Tabel 4.2 Hasil Peta Konsep Siswa Siklus I ... 50

Tabel 4.3 Hasil Pretest dan Posttest Siklus I ... 52

Tabel 4.4 Hasil Catatan Lapangan Siklus II ... 53

Tabel 4.5 Hasil Peta Konsep Siswa Siklus I ... 54

Tabel 4.6 Hasil Pretest dan Posttest Siklus II ... 56

Tabel 4.7 Uji Normalitas ... 58

(14)

Lampiran A Instrumen Penelitian dan Uji Coba Instrumen

Penelitian ... 68

Lampiran A. 1.1 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Penelitian ... 69

Lampiran A. 1.2 Rekapitulasi Kisi-kisi Instrumen ... 80

Lampiran A. 1.3 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 84

Lampiran A. 2.1 Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 95

Lampiran A. 2.2 Penilaian Peta Konsep ... 108

Lampiran A. 2.3 Catatan Lapangan ... 109

Lampiran B Perangkat Pembelajaran ... 111

Lampiran B. 1 Silabus ... 112

Lampiran B. 2 RPP Siklus I dan Siklus II ... 120

Lampiran B. 3 LKS ... 136

Lampiran C Hasil Penelitian dan Hasil Uji Analisis Data ... 140

Lampiran C. 1 Rekapitulasi Nilai Pretest dan Posttest ... 141

Lampiran C. 2 Uji Normalitas N-Gain ... 142

Lampiran C. 3 Uji Wilcoxon ... 144

Lampiran C. 4 Peta Konsep Siswa ... 146

[image:14.595.112.500.160.601.2]
(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah suatu rencana pekerjaan kemanusiaan yang tiada henti-hentinya ditangani, dan tidak akan pernah selesai untuk dikerjakan dari waktu ke waktu. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting bagi umat manusia, sekaligus sebagai bukti faktual-fenomenal, bahwa pendidikan tidak hanya akan berhenti pada satu generasi lampau, generasi kini sampai generasi mendatang. Untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas salah satunya melalui kegiatan pembelajaran di sekolah. Selama proses pembelajaran, siswa seharusnya ikut terlibat secara langsung agar memperoleh pengalaman belajar dari proses pembelajaran.

Secara umum kegiatan belajar memiliki 3 jenis tujuan, yaitu untuk mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan keterampilan, serta pembentukan sikap.1 Untuk mencapai tujuan dari kegiatan belajar tersebut, maka guru dalam mengajar sudah harus memiliki rencana dan menetapkan strategi belajar mengajar.

Pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas merupakan tugas utama guru. Dengan demikian harus ditemukan suatu pendekatan, model maupun strategi pembelajaran yang lebih efektif untuk lebih memberdayakan siswa. Sebuah strategi belajar atau pendekatan yang tidak mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta, tetapi sebuah strategi atau pendekatan yang mendorong siswa mengkonstruksikan pengetahuan yang ada ke dalam situasi nyata.

Sebagai seorang pendidik sangatlah penting mengetahui pendekatan atau metode yang terbaik dalam menyampaikan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Guru tidak berperan sebagai buku berjalan, yang menyampaikan konsep tanpa tahu siswa memahami atau tidak. Tetapi guru berperan sebagai

1

(16)

pembimbing siswa, mengarahkan siswa agar dapat menemukan sendiri ilmu tersebut.

Salah satu penyebab kurangnya pemahaman siswa terhadap suatu konsep adalah pembelajaran yang hingga kini masih terpusat pada guru. “Umumnya guru mengajar hanya sebagai penyampai informasi dan siswa hanya menerima apa yang disampaikan oleh guru tanpa memahami dan mengetahui makna apa yang diterimanya tersebut”.2

Tujuan pengajaran biologi di SMP atau SMA adalah agar siswa memahami konsep-konsep biologi dan saling keterkaitan serta mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi sehingga lebih menyadari kebenaran dan kekuasaan penciptanya. Berdasarkan sifat dari mata pelajaran biologi tersebut maka dalam kegiatan belajar mengajar siswa hendaknya dilatih untuk menyatukan konsep-konsep, siswa dapat melihat bahwa konsep tersebut tidak berdiri sendiri melainkan mempunyai hubungan bermakna.3

Berdasarkan pernyataan di atas menunjukkan bahwa dalam kegiatan pembelajaran siswa harus mampu memahami konsep-konsep yang dipelajarinya agar pembelajaran menjadi lebih mudah sehingga siswa merasakan kebermaknaan dalam belajar.

Berdasarkan hasil observasi yang didapat bahwa di MTsN Tangerang II Pamulang terdapat kelas Bina Prestasi yang terdiri dari tiga kelas yaitu Bina Prestasi 1, 2, dan 3. Diatara ketiga kelas VIII Bina Prestasi tersebut, kelas VIII Bina prestasi 3 memiliki nilai terendah pada mata pelajaran biologi. Konsep sistem peredaran darah dianggap sulit pada kelas VIII Bina Prestasi sebelumnya dengan perolehan nilai di bawah KKM. Oleh karena itu, peneliti menggunakan konsep sistem peredaran darah sebagai bahan penelitian.

2

Jufri, Penggunaan Peta Konsep dalam Pembelajaran Lingkungan dan Pelestarian Sumber Daya Alam Hayati untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas 1 MAN 3 Malang, (Jurnal Penelitian Kependidikan, TH. 14, No. 1, Juni 2004), hal. 20.

3

Yustini Yusuf, dkk. Upaya Peningkatan Aktifitas Dan Hasil Belajar Biologi Melalui Penggunaan Peta Konsep Pada Siswa Kelas II4 SMP Negeri 2 Pekanbaru Tahun Ajaran

(17)

3

Siswa banyak mengalami kesulitan dalam memahami konsep, mengingat mekanisme peredaran darah, fungsi-fungsi, dan bagian-bagian pada sistem peredaran darah. Siswa beranggapan bahwa materi biologi merupakan materi yang hanya perlu dihafal sehingga pembelajaran biologi kurang bermakna bagi siswa.

Berangkat dari masalah tersebut penulis mengambil konsep sistem peredaran darah sebagai bahan penelitian untuk ditindaklanjuti dengan menggunakan pendekatan peta konsep.

Peta konsep/pemetaan konsep adalah alat peraga untuk memperlihatkan hubungan antara beberapa konsep. Hubungan antar konsep dapat dirinci dalam bentuk pernyataan-pernyataan. Peta konsep digunakan untuk menyatakan hubungan yang bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk proposisi-proposisi. Proposisi-proposisi merupakan dua atau lebih konsep-konsep yang dihubungkan oleh kata-kata dalam suatu unit semantik.4

Peneliti ingin mencoba menerapkan metode penugasan peta konsep untuk meningkatkan pemahaman siswa pada konsep sistem peredaran darah di kelas VIII Bina Prestasi 3 MTsN Tangerang II Pamulang. Hasil prapenelitian pada saat observasi kegiatan belajar mengajar di kelas VIII Bina Prestasi 3 mengemukakan bahwa guru bidang studi menggunakan metode konvensional, belum efektif karena berpusat pada guru (Teacher centered), tidak adanya keinginan siswa untuk membaca, kurangnya pemahaman siswa terhadap mata pelajaran biologi, dan siswa pasif saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Nilai yang rendah disebabkan oleh siswa yang kurang berpartisipasi dalam kegiatan belajar mengajar sehingga mengalami kesulitan dalam belajar.

Permasalahan di atas menjadi alasan untuk penulis melanjutkan penelitian pada kelas VIII Bina Prestasi 3 MTsN Tangerang II Pamulang. Kualitas pembelajaran di atas tidak mendorong siswa untuk berfikir aktif dan kreatif juga dilatarbelakangi oleh permasalahan pembelajaran yang selama ini berkesan kurang menarik, menjenuhkan/membosankan dan kurang menantang bagi siswa sehingga pemahaman tidak maksimal.

4

(18)

Untuk mengetahui seberapa besar peningkatan pemahaman siswa dengan menggunakan pendekatan peta konsep pada konsep sistem peredaran darah maka diperlukan adanya penelitian tindakan kelas untuk menemukan solusi dari masalah yang dihadapi. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membahas tentang “Peningkatan Pemahaman Siswa Dengan Pendekatan Peta Konsep Pada Konsep Sistem Peredaran Darah di Kelas VIII Bina Prestasi 3 MTsN Tangerang IIPamulang”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, beberapa masalah yang dapat diidentifikasi adalah:

1. Kurangnya minat siswa dalam membaca menyebabkan ketidakpahaman terhadap materi yang diajarkan

2. Pembelajaran biologi di kelas masih berpusat pada guru (Teacher centered) sehingga siswa kurang aktif dan kurang berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran

C. Pembatasan Masalah Penelitian

Dari masalah-masalah yangtelah teridentifikasi tersebut di atas, maka dibatasi permasalahannya sebagai berikut:

1. Pembelajaran biologi dengan menggunakan metode penugasan peta konsep

2. Hasil yang diukur adalah pemahaman siswa

3. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep sistem peredaran darah

D. Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, permasalahan yang ada dapat dirumuskan sebagai berikut:

(19)

5

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa dengan metode penugasan peta konsep pada konsep sistem peredaran darah di kelas VIII Bina Prestasi 3 MTsN Tangerang II Pamulang.

F. Manfaat Penelitian

1. Memberi masukan bagi guru dalam menyajikan materi pelajaran biologi agar mudah diserap dan dimengerti oleh siswa yang memiliki kemampuan dan minat yang berbeda satu dengan yang lainnya

2. Sebagai bahan studi lebih lanjut mengenai pemanfaatan penggunaan metode penugasan peta konsep khususnya untuk konsep sistem peredaran darah

(20)

6

BAB II

KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

INTERVENSI TINDAKAN

A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti 1. Hakikat Pemahaman Konsep

Salah satu tujuan pengajaran ilmu biologi di SMP maupun jenjang lainnya adalah agar siswa memahami konsep-konsep biologi sehingga ia dapat memecahkan masalah baik dalam kehidupan sehari-hari maupun teknologi secara ilmiah.

“Konsep merupakan suatu abstraksi yang menggambarkan ciri-ciri, karakter atau atribut yang sama dari sekelompok objek dari suatu fakta, baik merupakan suatu proses, peristiwa, benda atau fenomena di alam yang membedakannya dari kelompok lainnya.”1

Menurut Rosser seperti dikutip Dahar menyatakan bahwa “konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili satu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan atau hubungan-hubungan, yang mempunyai atribut yang sama.”2 Sedangkan menurut Zacks & Tversky seperti dikutip Santrock mengemukakan bahwa “konsep adalah kategori-kategori yang mengelompokkan objek, kejadian, dan karakteristik berdasarkan properti umum.”3

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konsep mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri-ciri yang sama dan dituangkan dalam bentuk suatu kata atau bahasa. Sesorang dikatakan memahami suatu konsep jika dapat mengorganisasikan dan mengutarakan kembali apa yang telah dipelajarinya.

1

Nuryani Y. Rustaman dkk. Strategi Belajar Mengajar Biologi, (Malang: Universitas Negeri Malang Press, 2005), hal. 51.

2

Ratna Wilis Dahar. Teori-teori Belajar, (Jakarta: Erlangga, 1996), hal. 80.

3

(21)

7

Menurut Bloom seperti dikutip Rosyada pemahaman adalah

“kemampuan untuk memahami apa yang sedang dikomunikasikan dan mampu mengimplementasikan ide tanpa harus mengaitkannya dengan ide lain, dan juga tanpa harus melihat ide itu secara mendalam.”4

Menurut Bloom seperti dikutip Sagala “Pemahaman (comprehension), aspek pemahaman ini mengacu pada kemampuan untuk mengerti dan memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui atau diingat dan memaknai arti dari bahan maupun materi yang dipelajari.”5

Dengan demikian memahami suatu konsep bukanlah hanya sekedar mengetahui dan mengingat melainkan mengerti benar-benar dan dapat menggambarkan dengan jelas konsep yang telah dipahami. Seseorang yang telah memahami suatu konsep maka akan mengerti maksud dari konsep tersebut. Jadi, pemahaman terjadi setelah siswa mengenal konsep dengan baik dan dapat menghubungkannya dengan fakta atau konsep lainnya. Pemahaman juga menyangkut kemampuan menangkap makna suatu konsep dengan kata-kata sendiri.

Pemahaman terhadap suatu konsep dapat berkembang baik jika terlebih dahulu disajikan konsep yang paling umum sebagai jembatan antara informasi baru dengan informasi yang telah ada pada struktur kognitif siswa atau pada pengetahuan siswa.

Menurut Chaplin seperti dikutip Syah “Pemahaman merupakan salah satu ranah kejiwaan yang berpusat di otak yang berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan ranah rasa. Pemahaman merupakan bagian dari kognitif manusia.”6

4

Dede Rosyada. Paradigma Pendidikan Demokratis: Sebuah Model Pelibatan Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2004), hal. 69.

5

Syaiful Sagala. Konsep dan Makna Pembelajaran: Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar Dan Mengajar, cet ke-8, (Bandung: Alfabeta, 2010), hal. 157.

6

(22)

Menurut Sardiman “Pemahaman diartikan menguasai sesuatu dengan pikiran yaitu memahami maksudnya dan menangkap maknanya.”7 Pemahaman memiliki arti yang sangat mendasar yang meletakkan bagian-bagian belajar pada proporsinya. Tanpa itu, skill pengetahuan dan sikap tidak akan bermakna.

Pemahaman merupakan tingkatan kedua dalam tujuan pengajaran pada kawasan ranah kognitif. Kawasan kognitif meliputi tujuan-tujuan yang berhubungan dengan berfikir, mengetahui, dan memecahkan masalah. Menurut Bloom seperti dikutip Dimyati dan Mudjiono

“Pemahaman siswa mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari.”8

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa pemahaman merupakan suatu proses cara dan kemampuan seseorang dalam menangkap makna dan arti dari apa yang telah dipelajari dengan cara menguraikan kembali apa yang telah ia dapatkan ke dalam bentuk lain.

Adapun penilaian pemahaman konsep ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa menerima dan memahami konsep dasar yang telah diterima oleh siswa. Konsep menunjuk pada pemahaman dasar. Siswa mengembangkan suatu konsep ketika mereka mampu mengklasifikasikan atau mengelompokkan benda-benda atau ketika mereka dapat mengasosiasikan suatu nama dengan kelompok benda tertentu. Jadi siswa dikatakan memahami suatu konsep apabila siswa dapat menjelaskan kembali atau menguraikan kembali apa yang telah ia pelajari.

Bloom mengemukakan bahwa pemahaman dapat dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu:

7

Sardiman A.M. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, cet ke-18, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2010), hal. 42.

8

(23)

9

a) Penerjemahan (translation) yaitu pemahaman yang berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menerjemahkan kalimat dalam soal menjadi bentuk kalimat lain, misalnya dari lambang ke arti.

b) Penafsiran (interpretation) yaitu pemahaman yang berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menentukan konsep-konsep yang tepat untuk digunakan dalam menyelesaikan soal.

c) Ekstrapolasi (extrapolation) yaitu pemahaman yang berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menyimpulkan dari sesuatu yang telah diketahui.9

Untuk mengetahui apakah siswa telah mengetahui suatu konsep, paling tidak ada 4 hal yang dapat diperbuatnya, yaitu sebagai berikut: a) Ia dapat menyebutkan nama contoh-contoh konsep bila dia melihatnya. b) Ia dapat menyatakan ciri-ciri (properties) konsep tersebut.

c) Ia dapat memilih, membedakan antara contoh-contoh dari yang bukan contoh.

d) Ia mungkin lebih mampu memecahkan masalah yang berkenaan dengan konsep tersebut.10

2. Metode Pemberian Tugas

Kata metode berasal dari bahasa Greek (Yunani) yaitu “Metha”

artinya melalui dan “Hodos” artinya jalan atau cara. Jadi secara etimologi

metode mempunyai pengertian sebagai cara atau jalan yang terus dilalui.11 Metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi.12

Pembelajaran dengan menggunakan metode penugasan berarti guru member tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Dengan

9

Syaiful Sagala. Loc Cit. 10

Oemar Hamalik. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hal. 166.

11

R. Ibrahim dan Nana Syaodih Sukmadinata. Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), Cet. Ke-2, hal. 107.

12

(24)

adanya pemberian tugas, siswa akan lebih berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajarnya karena siswa memiliki kesempatan yang lebih luas untuk menggunakan pengetahuannya dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Metode penugasan ini dapat mengembangkan kemandirian siswa, merangsang untuk belajar lebih banyak, membina kedisiplinan dan rasa tanggung jawab dalam mencari dan mengolah sendiri informasi yang mereka dapat.13

Menurut Djamarah dan Zain metode penugasan adalah metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar.14 Tugas bisa dilaksanakan di rumah, di sekolah, di perpustakaan, dan di tempat lainnya. Tugas dapat merangsang anak untuk aktif belajar, baik secara individual maupun secara kelompok. Karena itu, tugas dapat diberikan secara individual, atau dapat pula secara kelompok.

Metode pemberian tugas dapat diartikan dengan dengan guru memerintah peserta didik untuk membaca tetapi dengan menambahkan tugas-tugas seperti mencari dan membaca buku sumber lain sebagainperbandingan atau dengan mengamati orang/masyarakat yang telah membaca buku tersebut, dengan cara seperti ini suatu pekerjaan peserta didik dapat diselesaikan tanpa terkait dengan tempat. Metode inipun juga merupakan suatu metode mengajardimana siswa diharuskan membuat resume dengan kalimat sendiri.15 Dengan pemberian tugas siswa dapat memperdalam konsep-konsep secara leluasa dan memperkaya pengalamannya di sekolah.

13

Nuryani Y. Rustaman dkk. Op, Cit. hal. 108

14

Saiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), Cet. Ke-3, hal. 85.

15

(25)

11

Metode penugasan adalah metode mengajardengan cara memberikan sejumlah tugas terstruktur pada siswa untuk dikerjakan di luar jam pelajaran sekolah.16

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode pemberian tugas atau penugasan merupakan metode yang dapat membuat proses belajar mengajar menjadi menyenangkan, efektif, fisien, karena tugas tersebut dapat merangsang siswa untuk aktif belajarsecara individual atau secara kelompok dan member kesempatan kepada siswa untuk menerima informasi baru, mengaplikasikan, menganalisis, bahkan mengevaluasi informasi tersebut.

Adapun langkah-langkah yang haus diikuti dalam penggunaan metode penugasan yaitu:17

a) Fase Pemberian Tugas

Tugas yang diberikan siswa hendaknya mempertimbangkan: 1. Tujuan yang akan dicapai

2. Jenis tugas yang jelas dan tepat sehingga anak mengerti apa yang ditugaskan tersebut

3. Sesuai dengan kemampuan siswa

4. Ada petunjuk/sumber yang dapat membantu pekerjaan siswa 5. Menyediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas tersebut b) Langkah Pelaksanaan Tugas

1. Guru memberikan bimbingan dan pengawasan

2. Guru memberikan dorongan atau motivasi sehingga siswa mau bekerja

3. Diusahakan/dikerjakan oleh siswa sendiri, tidak menyuruh orang lain

4. Dianjurkan agar siswa mencatat hasil-hasil yang ia peroleh dengan baik dan sistematik

16

Zulfiani, dkk. Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), hal. 105.

17

(26)

c) Fase Mempertanggungjawabkan

Hal yang harus dikerjakan pada fase ini:

1. Laporan siswa baik lisan maupun tulisan dari apa yang telah ia kerjakan

2. Ada Tanya jawab dan diskusi di kelas

3. Penelitian hasil pekerjaan siswa baik dengan tes ataupun dengan non tes

Metode penugasan mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan, antara lain:18

a) Kelebihan Metode Penugasan

1. Lebih merangsang siswa dalam melakukan aktivitas belajar individual ataupun kelompok

2. Dapat mengembangkan kemandirian siswa di luar pengawasan guru

3. Dapat membina tanggung jawab dan disiplin 4. Dapat mengembangkan kreativitas siswa b) Kekurangan Metode Penugasan

1. Siswa suli dikontrol, apakah benar tugas dikerjakan sendiri atau orang lain

2. Khusus untuk tugas kelompok, tidak jarang yang aktif mengerjakan dan menyelesaikannya adalah anggota tertentu saja, sedangkan anggota yang lain tidak berpartisipasi dengan baik 3. Tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan

individu siswa

4. Sering memberikan tugas yang monoton (tidak bervariasi) dapat menimbulkan kebosanan siswa

3. Hakikat Peta Konsep

Penggunaan pendekatan dalam mengajar pada dasarnya merupakan sarana interaksi antara guru dengan siswa dalam kegiatan belajar

18

(27)

13

mengajar. Pendekatan yang kurang sesuai dengan sifat materi dan tujuan pengajaran dapat mengakibatkan siswa kurang bergairah sehingga malas mengikuti pembelajaran dan kurang efektif.

Agar pembelajaran tidak menjenuhkan dan menyulitkan maka peta konsep salah satu pendekatan yang dapat membantu siswa dalam memahami pelajaran/konsep tersebut.

Ausubel menekankan dan menyarankan para guru dalam mentransfer materi pelajaran kepada siswa-siswa dengan memanfaatkan melalui belajar kebermaknaan, setiap pembelajaran yang dilakukan oleh guru memberi makna secara langsung. Peta konsep adalah menyatakan hubungan-hubungan yang bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk proposisi-proposisi.19

Peta konsep merupakan salah satu teknik belajar yang dikembangkan Tony Buzon tahun 1970-an yang di dasarkan pada bekerjanya otak. Peta konsep menggunakan pengingat-ingat visual dan sensorik dalam suatu pola dari ide-ide yang berkaitan, seperti peta jalan yang digunakan untuk belajar, mengorganisasikan, dan merencanakan.20

Menurut Dahar “Peta konsep digunakan untuk menyatakan hubungan yang bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk proposisi-proposisi. Proposisi-proposisi merupakan dua atau lebih konsep-konsep yang dihubungkan oleh kata-kata dalam suatu unit semantik.”21

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa peta konsep merupakan suatu pola dari ide-ide dalam konsep yang berbentuk proposisi-proposisi dan dihubungkan oleh kata-kata penghubung. Peta konsep memegang peranan penting dalam belajar bermakna karena dapat membantu siswa dalam memahami suatu konsep yang dipelajarinya.

Di sisi lain peta konsep dapat membantu guru memahami macam-macam konsep yang ditanamkan di topik yang lebih besar yang diajarkan pada siswa. Pemahaman ini akan memperbaiki perencanaan dan instruksi

19

Martinis Yamin. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, cet ke-6, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2009), hal. 117.

20

Sugiyanto. Model-model Pembelajaran Inovatif, cet ke-2, (Surakarta: Yuma Pustaka bekerja sama dengan FKIP UNS, 2010), hal. 104.

21

(28)

guru. Pemetaan yang jelas dapat membantu menghindari miskonsepsi yang dibentuk siswa, tanpa peta konsep guru memilih untuk mengajar apa yang diingat atau disukai.

Menurut Martin seperti dikutip Trianto Pemetaan konsep merupakan inovasi baru yang penting untuk membantu anak menghasilkan pembelajaran bermakna dalam kelas. Peta konsep menyediakan bantuan visual konkret untuk membantu mengorganisasikan informasi sebelum informasi tersebut dipelajari.22

Menurut Kinchin seperti dikutip Santrock “Peta konsep adalah presentasi visual dari koneksi konsep dan organisasi hierarkis konsep.”23

Menurut Ponser seperti dikutip Arono Peta konsep mirip peta jalan, namun peta konsep menaruh perhatian pada hubungan antar ide-ide, bukan hubungan antar tempat. Peta konsep bukan hanya meggambarkan konsep-konsep yang penting melainkan juga menghubungkan antara konsep-konsep itu.24

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peta konsep merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang dapat membantu siswa mengorganisasikan informasi atau konsep-konsep sebelum mereka mempelajarinya dan sebagai alat peraga untuk membantu memahami hubungan antara konsep satu dengan konsep yang lainnya. Selain dapat membantu siswa memahami konsep-konsep tersebut siswa pun dapat merasakan kebermaknaan dalam belajar.

Peta konsep yang dikembangkan oleh seseorang akan berbeda dengan peta konsep yang dikembangkan oleh orang lain, sebab dalam pikiran seseorang akan banyak konsep-konsep, dan konsep-konsep itu yang akan dituangkan secara individu.

22

Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Edisi I, cet ke-2, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), hal. 157.

23

John W. Santrock. Op Cit., hal. 353.

24

(29)

15

Menurut Tony Buzan Peta konsep akan (1) mengaktifkan seluruh otak; (2) membereskan akal dari kekusutan mental; (3) memungkinkan kita berfokus pada pokok bahasan; (4) membantu menunjukkan hubungan antara bagian-bagian informasi yang saling terpisah; (5) memberi gambaran yang jelas pada keseluruhan dan perincian; (6) memungkinkan kita mengelompokan konsep; (7) mensyaratkan siswa untuk memusatkan perhatian pada pokok bahasan yang membantu mengalihkan informasi tentangnya dari ingatan jangka pendek ke ingatan jangka panjang.25

Dengan penggunaan peta konsep siswa tidak lagi banyak menghafal materi untuk belajar, siswa cukup memahami konsep kemudian menghubungkannya dengan konsep yang ada sebelumnya. Dengan kata lain, siswa dapat mengatur sejumlah konsep atau kata-kata kunci pada satu halaman kertas, kemudian menghubungkannya dengan garis-garis dan sepanjang garis itu ditulis suatu kata atau ungkapan yang menjelaskan kaitan antar kata-kata/konsep-konsep.

4. Jenis-jenis Peta Konsep

Jenis peta konsep ada empat macam yaitu: rantai kejadian (events chain), pohon jaringan (network tree), peta konsep siklus (cycle concept map), dan peta konsep laba-laba (spiderconceptmap).

a. Rantai Kejadian

Peta konsep rantai kejadian dapat digunakan untuk memberikan suatu urutan kejadian, langkah-langkah dalam suatu prosedur, atau tahap-tahap dalam suatu proses. Misalnya dalam melakukan eksperimen.

Rantai kejadian cocok digunakan untuk memvisualisasikan hal-hal: - Memberikan tahap-tahap suatu proses

- Langkah-langkah dalam suatu prosedur - Suatu urutan kejadian.

25

(30)

Contoh peta konsep model rantai kejadian dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut ini.26

[image:30.595.112.506.161.700.2]

Kejadian awal

Gambar 2.1 Peta Konsep Rantai Kejadian Suksesi Primer

b. Pohon Jaringan

Ide-ide pokok dibuat dalam persegi empat, sedangkan beberapa kata lain dihubungkan oleh garis penghubung. Kata-kata pada garis penghubung memberikan hubungan antara konsep-konsep. Pada saat mengkonstruksi suatu pohon jaringan, terlebih dahulu menuliskan topik itu dan mendaftarkan konsep-konsep utama yang berkaitan dengan topik tersebut. Mendaftar dan memulai dengan menempatkan ide-ide atau konsep-konsep dalam suatu susunan berawal dari konsep yang umum hingga yang khusus. Mencabangkan konsep-konsep yang berkaitan dari konsep utama dan memberikan hubungannya pada garis-garis konsep tersebut.

Pohon jaringan cocok digunakan untuk memvisualisasikan hal-hal:

26

Trianto. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik: Konsep, Landasan Teoritis-Praktis dan Implementasinya, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hal. 161-163.

Batuan lava yang mendingin

Tumbuhan perintis

Melapukan batuan

Tumbuhan lumut

Semak-semak

(31)

17

- Menunjukkan informasi sebab-akibat - Suatu hierarki

- Prosedur yang bercabang

Istilah-istilah yang berkaitan yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan-hubungan antar konsep.

[image:31.595.111.546.214.579.2]

Contoh peta konsep model pohon jaringan dapat dilihat pada gambar 2.2 berikut ini.27

Terdiri dari

Berdasarkan fungsi

Contoh Berdasarkan jenis makanan

contoh contoh

contoh

Gambar 2.2 Peta Konsep Pohon Jaringan Komponen Ekosistem

c. Peta Konsep Siklus

Dalam peta konsep siklus, rangkaian kejadian tidak menghasilkan suatu hasil akhir. Kejadian terakhir pada rantai itu menghubungkan kembali ke kejadian awal. Karena tidak ada hasil dan kejadian terakhir itu menghubungkan kembali ke kejadian awal, siklus

27

Ibid., hal. 161-162.

Komponen Ekosistem

Biotik Abiotik

Konsumen

Produsen Dekomposer

Herbivor Omnivor

Karnivor

Kelinci

Harimau

Manusia

(32)

itu berulang dengan sendirinya. Peta konsep siklus cocok diterapkan untuk menunjukkan hubungan bagaimana suatu rangkaian kejadian berinteraksi untuk menghasilkan suatu kelompok hasil yang berulang-ulang.

[image:32.595.110.515.196.678.2]

Contoh peta konsep siklus dapat dilihat pada gambar 2.3 berikut ini.28

Gambar 2.3 Peta Konsep Siklus Air

Adapun contoh peta konsep siklus yang saling berkaitan dapat dilihat pada gambar 2.4 berikut ini:29

Gambar 2.4 Peta Konsep Siklus yang memperlihatkan konsep yang berkaitan

28

Ibid., hal. 163-164.

29

Ratna Wilis Dahar. Op. Cit., hal. 124.

Air

Evaporasi

Uap Air

Kondensasi

Makhluk hidup

Tumbuhan

Air

hewan

dapat

mengandung

dapat

(33)

19

d. Peta Konsep Laba-laba

Peta konsep laba-laba dapat digunakan untuk mencurahkan pendapat. Dalam mencurahkan pendapat ide-ide berasal dari suatu ide sentral, sehingga dapat memperoleh sejumlah besar ide yang bercampur aduk. Banyak dari ide-ide tersebut berkaitan dengan ide sentral namun belum tentu jelas hubungannya satu sama lain. Kita dapat memulainya dengan memisah-misahkan dan mengelompokkan istilah-istilah menurut kaitan tertentu sehingga istilah itu menjadi lebih berguna dengan menuliskannya di luar konsep utama. Peta konsep laba-laba cocok digunakan untuk memvisualisasikan hal-hal:

a) Tidak menurut hierarki, kecuali berada dalam suatu kategori b) Kategori yang tidak paralel

c) Hasil curah pendapat

Contoh peta konsep laba-laba dapat dilihat pada gambar 2.5 berikut ini.30

Air Biologis

Fisik Tanah

Kimiawi Udara

Suara

Penipisan lapisan ozon Reboisasi

Hujan Asam

[image:33.595.110.520.180.679.2]

Pemanasan Global Daur Ulang

Gambar 2.5 Peta Konsep Laba-laba Tentang Pencemaran Lingkungan

30

Trianto. Op Cit., hal. 164-165.

(34)
[image:34.595.112.537.168.593.2]

Adapun contoh peta konsep laba-laba menurut Novak, dapat dilihat pada gambar 2.6 berikut ini:31

Gambar 2.6 Peta Konsep Laba-laba Tentang Tumbuhan

5. Ciri-ciri Peta Konsep

Adapun ciri-ciri peta konsep sebagai berikut:

a. Peta konsep adalah bentuk dari konsep-konsep atau proposisi-proposisi suatu bidang studi agar lebih jelas dan bermakna, misalnya dalam bidang studi Biologi, Fisika, Pendidikan Agama Islam, dan lain sebagainya.

31

Joseph D. Novak. http://cmap.ihmc.us/Publications/ResearchPapers/TheoryCmaps/

TheoryUnderlyingConceptMaps.htm. Diakses 11 September 2010.

Plants

Roots

Stems

Flowers Leaves

Green

Seeds Food

Petals

Color have

support

May have Modified to form

May have are modified

Produce are usually

(35)

21

b. Peta konsep merupakan suatu gambar yang berbentuk dua dimensi dari suatu bidang studi, atau dari bidang studi yang memperlihatkan hubungan antara konsep-konsep. Di samping itu juga memperlihatkan belajar kebermaknaan dibanding dari cara belajar bentuk lain dengan tidak memperlihatkan hubungan-hubungan konsep-konsep. Peta konsep memperlihatkan hubungan konsep antara satu dengan lainnya. c. Setiap konsep memiliki bobot yang berbeda antara satu dengan

lainnya, ia dapat berbentuk aliran, air, cabang pohon, urutan-urutan kronologis, dan lain sebagainya.

d. Peta konsep berbentuk hirarkis, manakala suatu konsep di bawahnya terdapat beberapa konsep, maka konsep itu akan lebih terurai secara jelas sehingga apapun yang berkaitan dengan konsep tersebut akan timbul, seperti; fungsi, bentuk, contoh, tempat dan sebagainya.32

Berdasarkan ciri tersebut di atas, maka sebaiknya peta konsep disusun secara hierarki, artinya konsep yang lebih inklusif diletakkan pada puncak peta. Dalam IPA peta konsep membuat informasi abstrak menjadi konkret dan sangat bermanfaat meningkatkan ingatan suatu konsep pembelajaran, dan menunjukkan pada siswa bahwa pemikiran itu mempunyai bentuk.

6. Membuat/Menyusun Peta Konsep

Pembuatan peta konsep dilakukan dengan membuat suatu sajian visual atau suatu diagram tentang bagaimana ide-ide penting atau suatu topik tertentu dihubungkan satu sama lain. Arends dalam Trianto memberikan langkah-langkah dalam membuat peta konsep sebagai berikut:

a. Langkah 1: Mengidentifikasi ide pokok atau prinsip yang melingkupi sejumlah konsep. Contoh: ekosistem.

b. Langkah 2: Mengidentifikasi ide-ide atau konsep-konsep sekunder yang menunjang ide utama. Contoh: individu, populasi, komunitas.

32

(36)

c. Langkah 3: menempatkan ide-ide utama di tengah atau di puncak peta tersebut.

d. Langkah 4: Mengelompokkan ide-ide sekunder di sekeliling ide utama yang secara visual menunjukkan hubungan ide-ide tersebut dengan ide utama.33

Menurut Arends seperti dikutip Arono Peta konsep dapat menunjukkan secara visual berbagai jalan yang dapat ditempuh dalam menghubungkan pengertian konsep di dalam permasalahannya. Peta konsep yang dibuat murid dapat membantu guru untuk mengetahui miskonsepsi yang dimiliki siswa dan untuk memperkuat pemahaman konseptual guru sendiri dan disiplin ilmunya. Selain itu peta konsep merupakan suatu cara yang baik bagi siswa untuk memahami dan mengingat sejumlah informasi baru.34

7. Kegunaan Peta Konsep

Dalam pendidikan, peta konsep dapat diterapkan untuk berbagai tujuan, diantaranya:

a. Menyelidiki apa yang telah diketahui siswa

Telah dikemukakan sebelumnya, bahwa belajar bermakna membutuhkan usaha yang sungguh-sungguh dari pihak siswa untuk menghubungkan pengetahuan baru dengan konsep-konsep relevan yang telah mereka miliki. Untuk memperlancar proses ini, baik guru

maupun siswa perlu mengetahui “tempat awal konseptual”. Dengan

lain perkataan guru harus mengetahui konsep-konsep apa yang telah dimiliki siswa waktu pelajaran baru akan dimulai, sedangkan para siswa diharapkan dapat menunjukkan di mana mereka berada, atau konsep-konsep apa yang telah mereka miliki dalam menghadapi pelajaran baru itu. Dengan menggunakan peta konsep guru dapat melaksanakan apa yang telah dikemukakan di atas, dan dengan demikian para siswa diharapkan akan mengalami belajar bermakna.

33

Trianto. Op.Cit., hal. 160.

34

(37)

23

b. Mempelajari cara belajar

Perlu disadari bahwa belajar bermakna baru terjadi bila pembuatan peta konsep itu bukan untuk memenuhi keinginan guru, jadi seakan-akan mau memahami isi pelajaran bagi dirinya sendiri. Siswa benar-benar harus mempunyai kesiapan dan minat untuk belajar bermakna, seperti dikatakan oleh Ausubel. Sikap ini harus dimiliki para siswa agar belajar bermakna dapat terjadi. Jadi, peta konsep berfungsi untuk menolong siswa mempelajari cara belajar.

c. Mengungkapkan konsepsi salah

Peta konsep dapat pula mengungkapkan konsepsi salah (misconception) yang terjadi pada siswa. Konsepsi salah biasanya timbul karena terdapat kaitan antara konsep-konsep yang mengakibatkan proposisi yang salah. Sebagai contoh proposisi yang salah ini diberikan suatu proposisi yang dikemukakan siswa dalam peta konsepnya. Proposisi itu berbunyi: Bayangan bumi menghasilkan bentuk bulan. Hal ini disebabkan karena dalam kerangka konseptual siswa itu tidak terdapat konsep-konsep yang menyangkut posisi relatif bulan dan bumi terhadap matahari.

d. Alat Evaluasi

Selama ini alat-alat evaluasi yang dikenal oleh guru dan siswa terutama berbentuk tes objektif atau tes esai. Walaupun cara evaluasi ini akan terus memegang peranan dalam dunia pendidikan, teknik-teknik evaluasi baru perlu dipikirkan untuk memecahkan masalah-masalah evaluasi yang kita hadapi dewasa ini. Salah satu teknik evaluasi yang disarankan dalam buku ini ialah penggunaan peta konsep. Penggunaan peta konsep sebagai alat evaluasi didasarkan pada tiga gagasan dalam teori kognitif Ausubel: (a) struktur kognitif itu diatur secara hirarkis, (b) konsep-konsep dalam struktur kognitif mengalami diferensiasi progresif, (c) penyesuaian integratif.35

35

(38)

8. Fungsi Peta Konsep dalam Kegiatan Belajar Mengajar Berikut ini fungsi peta konsep dalam kegiatan belajar mengajar:

a. Merencanakan pembelajaran: Peta konsep dapat digunakan untuk merencanakan pembelajaran sains. Caranya ialah dengan membagikan versi sederhana peta konsep yang dibuat guru untuk siswa sebagai catatan.

b. Perencanaan kurikulum dan evaluasi kurikulum: Siswa perlu mengetahui organisasi topik yang akan diajarkan oleh satu mata pelajaran/satu buku yang digunakan sekolah.

c. Mengembangkan pengajaran: Saat awal pembelajaran dimulai guru dapat memberikan konsep utama dari pokok bahasan baru, kemudian meminta siswa untuk membuat peta konsep yang memperlihatkan semua konsep yang relevan dengan konsep utama itu serta hubungan-hubungan yang dapat mengaitkan konsep-konsep itu dengan konsep utama yang telah diajarkan guru.

d. Diskusi: siswa diberi kesempatan untuk membuat peta konsep terhadap suatu topik biologi, fisika, kimia, secara berkelompok kemudian menyajikannya di kelas untuk mendapatkan perbaikan baik dari teman-temannya maupun guru dengan bentuk diskusi kelas.

e. Laporan Praktikum: Sebelum praktikum berlangsung, siswa diminta untuk membuat peta konsep yang berisi latar belakang pengetahuan/teori.

f. Belajar Buku Teks: Siswa diminta untuk membuat peta konsep untuk unit yang berbeda-beda luasnya dari buku teks.

g. Tes: Soal bentuk uraian dapat menggunakan bentuk tugas pembuatan peta konsep.

h. Instruksi Melalui Komputer: Peta konsep dapat dengan mudah dibuat dengan menggunakan fasilitas komputer.

(39)

25

j. Analisis Miskonsepsi Siswa: Konsepsi siswa berdasarkan hasil tes tertulis atau tes lisan dapat dibuat dalam bentuk peta konsep.

k. Menganalisis Buku Teks: Analisis buku teks dengan peta konsep dilakukan dengan membandingkan dan menilai bagaimana konsep-konsep dalam topik tersebut dikembangkan dan dijelaskan.36

9. Urgensi Peta Konsep (Concept Map)

Ada beberapa urgensi peta konsep (Concept Map) ditinjau dari beberapa kepentingan pembelajaran, yaitu sebagai berikut:

1. Concept map merupakan representasi secara visual ide-ide kunci yang berhubungan. Artinya bahwa peta konsep merupakan (1) bentuk diagram atau gambar visualisasi konsep-konsep yang saling berhubungan, dan (2) mampu menunjukkan arti hubungan dalam bentuk label.

2. Concept map dapat digunakan untuk mengajar.

a. Concept map dapat digunakan untuk memperkenalkan mata kuliah. b. Concept map dapat digunakan sebagai dasar untuk merencanakan

pemilihan urutan materi perkuliahan.

c. Concept map dapat berperan sebagai satu paduan proses pembelajaran materi-materi perkuliahan.

d. Concept map dapat membuat transisi antar unit materi-materi perkuliahan.

e. Concept map dapat berperan untuk meringkas materi kuliah karena concept map hanya menunjukkan butir-butir penting materi-materi perkuliahan.

f. Concept map juga dapat digunakan sebagai alat pertimbangan dalam pemilihan strategi-strategi pembelajaran yang tepat.37

36

Zulfiani, dkk. Strategi Pembelajaran Sains, Op. Cit., hal. 34-36.

37

(40)

10.Kekuatan Peta Konsep (ConceptMap)

Kekuatan pembuatan Concept map terletak pada: a. Pemahaman

b. Proses pembuatan Concept map

c. Membantu memfasilitasi hubungan yang lebih sepadan.38

Dengan demikian kekuatan peta konsep terletak pada pemahaman, dengan memahami suatu konsep maka siswa telah mengerti benar konsep tersebut sehingga dapat memvisualisasikan melalui peta konsep. Pada saat proses pembuatan peta konsep siswa akan mudah membuatnya jika ia memahami konsep tersebut sehingga dapat membantu memfasilitasi hubungan-hubungan yang lebih sepadan antar konsep-konsep tersebut.

11.Penilaian Peta Konsep

Menurut Novak dan Gowin (1985) kriteria penilaian peta konsep adalah:39 a. Proposisi adalah dua konsep yang dihubungkan oleh kata penghubung. Proposisi dikatakan sahih jika menggunakan kata penghubung yang tepat. Untuk setiap proposisi yang sahih diberi skor 1.

b. Hierarki adalah tingkatan dari konsep yang paling umum sampai konsep yang paling khusus. Urutan penempatan konsep yang lebih umum dituliskan di atas dan konsep yang lebih khusus dituliskan di bawahnya. Hierarki dikatakan sahih jika urutan penenmpatan konsepnya benar. Untuk setiap hierarki yang sahih diberi skor 5. c. Kaitan silang adalah hubungan yang bermakna antara suatu konsep

pada satu hierarki dengan konsep lain pada hierarki yang lainnya. Kaitan silang dikatakan sahih jika menggunakan kata penghubung yang tepat dalam menghubungkan kedua konsep pada hierarki yang berbeda. Sementara itu, kaitan silang dikatakan kurang sahih jika tidak menggunakan kata penghubung yang tepat dalam menghubungkan

38

Ibid. hal. 48-49.

39

(41)

27

kedua konsep sehingga antara kedua konsep tersebut menjadi kurang jelas. Untuk setiap kaitan silang yang sahih diberi skor 10. Sedangkan untuk setiap kaitan silang yang kurang sahih diberi skor 2.

d. Contoh adalah kejadian atau objek yang spesifik yang sesuai dengan atribut konsep. Contoh dikatakan sahih jika contoh tersebut tidak dituliskan di dalam kotak karena contoh bukanlah konsep. Untuk setiap contoh yang sahih diberi skor 1.

B. Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan

Pada penelitian ini materi yang akan disampaikan adalah mengenai konsep sistem peredaran darah, karena di sekolah yang akan diteliti mengalami kesulitan dalam menyampaikan konsep-konsep biologi terutama pada konsep sistem peredaran darah. Penulis mengambil konsep sistem peredaran darah karena pada siswa kelas VIII Bina prestasi 3 MTsN Tangerang II Pamulang kurang memahami konsep tersebut dan mengalami kesulitan dalam belajar. Dengan menggunakan metode penugasan peta konsep diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang mereka pelajari sehingga siswa dapat merasakan kebermaknaan dalam belajar dan mendapatkan hasil yang baik serta memuaskan seperti yang diharapkan.

Peta konsep merupakan salah satu teknik belajar yang dikembangkan Tony Buzon tahun 1970-an yang di dasarkan pada bekerjanya otak. Peta konsep menggunakan pengingat-ingat visual dan sensorik dalam suatu pola dari ide-ide yang berkaitan, seperti peta jalan yang digunakan untuk belajar, mengorganisasikan, dan merencanakan. Peta ini dapat membangkitkan ide-ide orisinil dan memicu ingatan dengan mudah, jauh lebih mudah daripada pencatatan tradisional.

Agar pembelajaran tidak menjenuhkan dan menyulitkan maka peta konsep salah satu pendekatan yang dapat membantu siswa dalam memahami pelajaran/konsep tersebut.

(42)

kebermaknaan, setiap pembelajaran yang dilakukan oleh guru memberi makna secara langsung. Peta konsep adalah menyatakan hubungan-hubungan yang bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk proposisi-proposisi. Peta konsep dapat disusun seperti cabang pohon, siklus air, rantai kejadian, dan bentuk laba-laba.

Dengan demikian siswa dapat memahami konsep yang dipelajarinya dan memvisualisasikan melalui peta konsep. Peta konsep yang dikembangkan oleh seseorang tidak akan sama dengan peta konsep yang dikembangkan oleh orang lain, karena dalam fikiran seseorang akan banyak konsep-konsep, dan konsep-konsep itu yang akan dituangkan secara individu.

C. Kajian Penelitian yang Relevan

Irmawati dalam skripsi yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Metode

Pemberian Tugas Membuat Peta Konsep Terhadap Hasil Belajar Biologi

Siswa”, memberikan kesimpulan bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa pada kelompok eksperimen sebesar 71,23 sedangkan pada kelompok kontrol sebesar 60,73 dari pengujian prasyarat analisis diperoleh data terdistribusi normal dan homogen maka dapat dilakukan uji-t dan taraf signifikan α = 0,05, diperoleh data thitung > ttabel yaitu 4,25 > 2,00, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian penggunaan metode pemberian tugas membuat peta konsep dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar biologi siswa.40

Mia Aina mengemukakan dari hasil penelitian bahwa pada siklus I hasil belajar siswa belum tuntas, karena hasil belajar siswa masih rendah yaitu dengan rata-rata kelas 5,24. Setelah dilakukan tindakan pada siklus I dan II dengan menerapkan penggunaan teknik peta konsep hasil belajar siswa meningkat dengan rata-rata 6,39 pada siklus II dan pada siklus III meningkat menjadi 7,16. Jumlah siswa yang memperoleh nilai < 6,5 pada siklus III

40

(43)

29

sebanyak 6 orang dan yang memperoleh nilai > 6,5 sebanyak 39 orang yang artinya secara klasikal proses pembelajaran telah mencapai ketuntasan.41

Jufri mengemukakan bahwa bentuk pembelajaran menggunakan peta konsep dengan pembentukan kelompok belajar, dan waktu yang cukup dapat membantu siswa MAN 3 Malang memahami konsep Lingkungan dan Pelestarian SDAH. Hasil belajar siswa dengan menggunakan peta konsep dapat meningkat nyata, dengan rata-rata nilai 66,72 pada siklus I, 72,43 pada siklus II, dan 82,4 pada siklus III. Secara umum respon siswa terhadap strategi pembelajaran dengan peta konsep dalam pembelajaran konsep Lingkungan dan Pelestarian SDAHberada pada skala sikap setuju (3,73) untuk pertanyaan positif. Sedangkan untuk pertanyaan negatif sebesar 2,27 atau berada pada skala sikap ragu-ragu.42

Yustini Yusuf dkk mengemukakan bahwa terjadi peningkatan presentase aktifitas yaitu 72,42% (baik) siklus I menjadi 81,05% (baik sekali) pada siklus II. Rata-rata hasil belajar siswa dari nilai posttest pada siklus pertama pokok bahasan sistem pencernaan yaitu 79,18% (tinggi) dan siklus kedua pokok bahasan sistem pernafasan yaitu 84,04% (tinggi). Sedangkan rata-rata ketuntasan belajar siswa dari nilai ulangan harian mengalami peningkatan, pada siklus pertama 82,05% (tidak tuntas) dan siklus kedua yaitu 92,31 (tuntas).43

Suhirman mengemukakan bahwa pembelajaran IPA biologi dengan menggunakan pendekatan peta konsep dan penerapan handout dapat meningkatkan kualitas proses belajar mengajar sekaligus dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 1 SMPN 4 Mataram. Peningkatan kualitas proses belajar mengajar tersebut dilihat dari hasil evaluasi pada kelas perlakuan dan

41

Mia Aina. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Invertebrata Dengan Menggunakan Teknik Peta Konsep Di Kelas 1E SMA Negeri 3 Sungai Penuh, (Percikan: Vol. 87, Edisi April 2008), hal. 39.

42

Jufri, Penggunaan Peta Konsep Dalam Pembelajaran Lingkungan Dan Pelestarian Sumber Daya Alam Hayati Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas 1 MAN 3 Malang, (Jurnal Penelitian Kependidikan, TH. 14, No. 1, Juni 2004), hal. 36.

43

Yustini Yusuf, dkk. Upaya Peningkatan Aktifitas Dan Hasil Belajar Biologi Melalui Penggunaan Peta Konsep Pada Siswa Kelas II4 SMP Negeri 2 Pekanbaru Tahun Ajaran

(44)

kontrol dimana kelas perlakuan mempunyai niali rata-rata kelas 74, nilai terendah 60 dan nilai tertinggi 95. Sedangkan kelas kontrol mempunyai nilai rata-rata kelas 61, nilai terendah 50 dan nilai tertinggi 85.44

Agus Adiarta dan Ni Ketut Rapi mengemukakan bahwa penelitiannya bertujuan untuk mengetahui miskonsepsi, hasil belajar, aktifitas, dan respon siswa sebagai implementasi pembelajaran dengan strategi siklus belajar hipotesis-deduktif dengan peta konsep. Miskonsepsi siswa yang berkaitan dengan konsep fisika dikumpulkan melalui tes tulis bentuk uraian dan wawancara klinis dan dianalisis secara deskriptif. Data tentang hasil belajar siswa dikumpulkan melalui tes dan dianalisis dengan metode konversi skor. Hasil analisis data menunjukkan bahwa (1) pembelajaran dengan strategi siklus belajar hipotesis-deduktif dengan peta konsep dapat menurunkan proporsi miskonsepsi siswa, (2) pembelajaran dengan strategi siklus belajar hipotesis-deduktif dengan peta konsep dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, dan (3) respon siswa terhadap pembelajaran fisika dengan strategi siklus belajar hipotesis-deduktif dengan peta konsep termasuk kategori baik.45

Tahmidah Rahmi dalam skripsi yang berjudul “Peningkatan

Pemahaman Konsep Ekosistem Berbasis Nilai Melalui Strategi Pembelajaran

Peta Konsep”, memberikan kesimpulan bahwa terdapat peningkatan pemahaman konsep siswa setelah dilaksanakannya pembelajaran dengan strategi peta konsep pada konsep ekosistem berbasis nilai. Sebagian besar siswa bersikap positif terhadap konsep ekosistem berbasis nilai.46

Rahmat Nauli mengemukakan bahwa dari hasil penelitiannya bahwa interaksi dan hasil belajar siswa SMA dalam pokok bahasan struktur atom

44

Suhirman. Penerapan Model Pembelajaran Dengan Pendekatan Peta Konsep Dan Penggunaan Handout Untuk Meningkatkan Kualitas Belajar Mengajar Biologi Di SLTP Negeri 4 Mataram, (Jurnal Kependidikan, Mei 2005, Volume 4, Nomor 1), hal. 11.

45

Agus Adiarta dan Ni Ketut Rapi. Implementasi Strategi Siklus Belajar Hipotesis-Deduktif Dengan Peta Konsep Dalam Pengubahan Konseptual Pada Pembelajaran Fisika, (Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 tahun XXXVII, Juli 2004), hal. 71.

46

(45)

31

dapat meningkat melalui belajar kooperatif dengan bantuan media peta konsep dan alat peraga dari 5,5 (kategori kurang) menjadi 7,3 (kategori baik). Evaluasi pembelajaran kooperatif dengan bantuan peta konsep dan alat peraga dapat dilakukan melalui monitoring aktifitas interaksi antar siswa, siswa dengan guru, pemberian tugas kelompok dan tugas individu serta pemberian tes pada akhir pembelajaran.47

D. Kerangka Berpikir

Saat proses belajar mengajar, guru mengalami kesulitan mencari pendekatan atau metode yang dapat digunakan agar siswa dapat memahami dan mengerti terhadap materi yang disampaikan.

Untuk meningkatkan pemahaman konsep biologi, guru dapat menggunakan metode penugasan peta konsep agar dapat membantu siswa pada saat pembelajaran terutama pada konsep sistem peredaran darah. Karena peta konsep dapat menyatakan hubungan yang bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk proposisi-proposisi, pengungkapan ini dapat dilakukan guru untuk mengetahui apa yang telah diketahui para siswa sebelum guru memulai mengajarkan pokok bahasan baru.

Peta konsep merupakan suatu cara atau pendekatan belajar yang efektif, karena peta konsep akan membantu ingatan siswa lebih kuat dalam mengingat konsep pelajaran terutama konsep sistem peredaran darah. Peta konsep disusun secara hierarkis dimulai dari konsep yang umum hingga konsep yang khusus dengan dihubungkan oleh garis penghubung (tanda panah), dan setiap penghubung dibubuhi dengan kata penghubung yang relevan, peta konsep juga merupakan rangkuman dari konsep-konsep yang dipetakan (jaring-jaring konsep).

Kenyataan menunjukkan bahwa banyak siswa tidak menguasai konsep dasar biologi, sedangkan konsep dasar biologi sangat penting dan erat kaitannya dengan mata pelajaran lainnya seperti fisika, kimia, dan

47

(46)

matematika. Pada dasarnya, untuk mengembangkan penguasaan konsep yang baik dibutuhkan komitmen siswa dalam memilih belajar sebagai sesuatu yang bermakna lebih dari hanya menghafal. Diharapkan siswa dapat menyusun peta konsep dengan baik sehingga dapat membantu siswa dalam belajar serta memahami konsep-konsep biologi. Dengan kata lain, peta konsep yang dibuat oleh siswa akan mencerminkan penguasaan dan pemahaman konsep-konsep pada siswa. Dengan metode penugasan peta konsep, diharapkan dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa.

E. Hipotesis Tindakan

(47)

33

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas VIII Bina Prestasi 3 MTsN Tangerang II Pamulang pada bulan November di semester ganjil tahun ajaran 2010/2011.

B. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penugasan peta konsep. Metode penugasan peta konsep ini merupakan metode yang dapat membantu siswa dalam memahami konsep-konsep, peta konsep juga dapat dikembangkan secara individual atau dalam kelompok kecil.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dimana guru melakukan tindakan melalui pemberian tugas peta konsep, yang terdiri dari beberapa siklus dan masing-masing siklus memiliki beberapa tahap. Tahap-tahap yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut:

1. Kegiatan Pendahuluan

a. Observasi proses pembelajaran b. Wawancara dengan guru dan siswa 2. Kegiatan siklus I

a. Tahap Perencanaan: Membuat skenario pembelajaran dengan menggunakan metode penugasan peta konsep pada konsep sistem peredaran darah.

b. Tahap Pelaksanaan: Pelaksanaan kegiatan belajar biologi dengan menggunakan peta konsep.

c. Tahap Analisis Data: Menganalisis proses pembelajaran dan hasil belajar siswa.

(48)

3. Kegiatan Siklus II

a. Tahap Perencanaan: Membuat skenario pembelajaran dengan menggunakan metode penugasan peta konsep pada konsep sistem peredaran darah berdasarkan hasil refleksi pada siklus I.

b. Tahap Pelaksanaan: Pelaksanaan kegiatan belajar biologi dengan menggunakan peta konsep berdasarkan rencana pembelajaran hasil refleksi pada siklus I.

c. Tahap Analisis Data: Menganalisis proses pembelajaran dan hasil belajar siswa.

[image:48.595.111.513.110.604.2]

d. Tahap Refleksi: Mengevaluasi proses pembelajaran pada siklus II. Gambar di bawah ini merupakan desain penelitian yang digunakan oleh Kemmis dan McTaggart seperti dikutip Nunan:1

1

(49)

35

[image:49.595.112.493.100.578.2]

Gambar 3.1

Siklus model Kemmis dan McTaggart

C. Subjek/Partisipan yang Terlibat dalam Penelitian

Pihak yang terkait dalam penelitian ini adalah guru biologi dan siswa kelas VIII Bina Prestasi 3 MTsN Tangerang II Pamulang. Dengan jumlah siswa sebanyak 21 orang yang terdiri dari 13 orang siswa laki-laki dan 8 orang siswa perempuan.

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti berkolaborasi dengan guru bidang studi Biologi kelas VIII Bina Prestasi 3 MTsN Tangerang II Pamulang. Peneliti

PLAN

ACT & OBSERVE REFLECT

REVISED PLAN

(50)

bertindak sebagai perencana dan pelaksana kegiatan. Peneliti bekerja melakukan pengamatan, merencanakan tindakan, melaksanakan kegiatan, mengumpulkan dan menganalisis data, serta melaporkan hasil penelitian. Dalam melakukan penelitian, peneliti dibantu seorang guru dan teman sejawat. Guru tersebut adalah guru biologi yang memegang kelas penelitian dan teman sejawat yang bertindak sebagai observer atau pengamat kegiatan yang telah disiapkan oleh peneliti.

E. Tahapan Intervensi Tindakan

Prosedur penelitian ini berlangsung secara siklik. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua siklus, setiap siklus terdiri dari empat kegiatan yaitu perencanaan, pelaksanaan, analisis dan refleksi.

Siklus pertama digambarkan sebagai berikut: 1. Perencanaan

Peneliti merencanakan tindakan berdasarkan tujuan penelitian. Peneliti mempersiapkan skenario pembelajaran dan instrumen penelitian yang terdiri atas: soal yang harus dikerjakan siswa, lembar observasi, RPP dan LKS.

2. Tahap Pelaksanaan

Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah melaksanakan skenario pembelajaran yang telah direncanakan. Tahap pembelajaran ini terdiri dari pendahuluan meliputi guru menertibkan suasana kelas, apersepsi dan motivasi, guru menuliskan judul pembelajaran yang akan dibahas dan menulis tujuan pembelajaran yang akan dicapai siswa sehingga siswa lebih terpusat pada hal-hal yang dipentingkan dari materi pembelajaran. Kegiatan inti yaitu pelaksanaan pembelajaran melalui penggunaaan peta konsep. Penutup yaitu memberikan kesimpulan dan evaluasi.

3. Tahap Evaluasi dan Analisis

(51)

37

belajar siswa. Data yang diperoleh dari penelitian tindakan kelas terdiri dari dua jenis, yaitu kualitatif dan kuantitatif. Data kuantitatif terdiri dari hasil belajar siswa, sedangkan data kualitatif terdiri dari data tentang aktivitas belajar siswa dengan menggunakan lembar observasi keaktifan siswa dan pendapat siswa dari hasil angket. Data tersebut kemudian dianalisis.

4. Tahap refleksi

Hasil yang dapat dilakukan setelah data pada siklus pertama dianalisis bersama oleh peneliti dan guru sehingga dapat diketahui apakah kegiatan yang dilaksanakan mencapai tujuan yang diharapkan, dan dapat dijadikan acuan untuk melakukan tindakan pada siklus berikutnya.

F. Hasil Intervensi Tindakan

Gambar

Gambar 2.1  Peta Konsep Rantai Kejadian Suksesi Primer    .......................  16
Tabel Uji Referensi, dan Surat  Keterangan  ..........  154
Gambar 2.1 Peta Konsep Rantai Kejadian Suksesi Primer
gambar 2.2 berikut ini.27
+7

Referensi

Dokumen terkait

Naloga preiskovalcev je, da iz okoliščin KD izbira objekta ali žrtve, čas in kraj dejanja, uporabljeno sredstvo, način izvršitve, ravnanje storilca pred in po dejanju, sledi, ki so,

Kesimpulan dari penulis atas penelitian yang dilakukan sesuai dengan data hasil uji coba adalah nilai rata-rata kelas eksperimen 84,53 sedangkan untuk rata-rata kelas kontrol

Ilmu pengetahuan merupakan kebutuhan paling mendasar bagi setiap manusia. Hal tersebut di karenakan dalam setiap kegiatan manusia memerlukan ilmu pengetahuan seperti

Dewasa 1-4 orang 30-60 menit Ruang tunggu Berenang Aktif, dinamis Dilakukan dengan berdiri, berseluncur, terlentang, oleh perorangan maupun kelompok Anak-anak 5-50 orang. 30-60

Dalam melakukan transaksi ijarah Bank syariah akan melakukan tahapan-tahapan dalam melengkapi kebutuhan untuk melakukan pembiayaan ijarah. Contoh transaksi ijarah dimana

(Sumber: Carver &amp; Scheier, 1981).. a) Kontrol impuls yang melibatkan penahanan diri terhadap godaan dan dorongan yang tidak diinginkan lingkungan sosial ataupun

Dari analisis ini dapat diketahui apakah terdapat perbedaan persepsi konsumen baik dari laki- laki atau perempuan, berdasarkan umur, pekerjaan, dan pendapatan per bulan

Inquiry maka civic disposition dapat tertanam dengan baik dalam diri setiap siswa, seperti siswa menjadi lebih peka terhadap isu-isu sosial atau masalah-masalah