B
B
a
a
b
b
I
I
I
I
I
I
R
R
E
E
N
N
C
C
A
A
N
N
A
A
P
P
E
E
M
M
B
B
A
A
N
N
G
G
U
U
N
N
A
A
N
N
W
W
I
I
L
L
A
A
Y
Y
A
A
H
H
K
K
O
O
T
T
A
A
S
S
O
O
R
R
O
O
N
N
G
G
3 .1 .V isi Pe na t a a n Rua ng K ot a Sorong
itengah berbagai perubahan lingkungan baik internal maupun eksternal,
persyaratan bagi suatu daerah agar tetap bertahan harus mempunyai Visi
dan Misi yang jelas.
Visi meruapakan suatu kondisi, keadaan yang ingin dicapai, harapan dan cita – cita
yang hendak di perjuangkan secara sungguh – sungguh, disamping itu Visi juga
merupakan idealisme yang luhur untuk membangun tatanan hidup dan dan kehidupan
yang di inginkan di masa depan.
Dengan mempertimbangkan hal diatas, maka ditetapkan Visi Kota Sorong untuk
Pembangunan adalah sebagai berikut:
“ Terw ujudnya Masyarakat Kota yang Setara, Bersahabat dan Dinamis “
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman di Daerah
(RP4D) :
Sebagai skenario pelaksanaan koordinasi dan keterpaduan rencana sektor terkait
bidang perumahan dan permukiman (antara lain, pertanahan, perumahan,
pembiayaan, prasarana/ sarana).
Sebagai payung atau acuan baku bagi seluruh pelaku dan penyelenggara
perumahan adan permukiman (pemerintah, swasta dan masyarakat)
Wilayah Kota Sorong meliputi wilayah daratan, lautan dan gugusan pulau-pulau, yang
dikategorikan sebagai Wilayah Sorong Daratan dan Wilayah Sorong Lautan. Wilayah
Sorong Daratan adalah Sorong sebagai pusat kota yang merupakan bagian langsung
dari pulau Papua, sedangkan Wilayah Sorong Lautan adalah gugusan pulau-pulau
yang masih dalam wilayah Kota Sorong.
Lingkup wilayah perencanaan meliputi seluruh wilayah administratif Kota Sorong yang
terbagi atas Kecamatan/ distrik Sorong Barat dan Kecamatan/ distrik Sorong Timur.
Berdasar Undang-undang Nomor 45 Tahun 1999 tanggal 4 Oktober 1999 tentang
“Pembentukan Propinsi I rian Jaya Tengah, Propinsi I rian Jaya Barat, Kota Paniai, Kota
Mimika, Kota Puncak Jaya dan Kota Sorong” luas keseluruhan Wilayah Kota Sorong
adalah 110.500 Ha (1.105 km2). Sedangkan luas masing-masing kecamatan dan
kelurahan didasarkan atas Perda No. 6 dan Perda No. 7 Tahun 2001 yang merupakan
luas efektif Kota Sorong yang digunakan untuk kegiatan perkotaan, yaitu seluas
27.649,32 hektar. Adapun luas Wilayah Kecamatan / Distrik Sorong Barat seluas
6.232,22 hektar dan Kecamatan/ distrik Sorong Timur seluas 21.417,09 hektar.
3 .2 .K onse p Pe nge m ba nga n Wila ya h K ot a Sorong
Rencana Pengembangan struktur pelayanan Kota Sorong didasari oleh beberapa
pertimbangan, diantaranya :
1. Kesesuaian dengan rencana struktur tata ruang yang lebih luas (makro)
2. Memacu pertumbuhan dan mewujudkan pemerataan pembangunan kota
keseluruh wilayah Kota Sorong melalui penyebaran pusat dan sub pusat
pelayanan kota secara berjenjang dengan pola multiple nucley, sehingga seluruh
bagian wilayah kota dapat terlayani
3. Mendayagunakan sarana pelayanan kota yang penyebarannya dilakukan secara
berjenjang sesuai kebutuhan dan tingkat pelayanan
4. Menciptakan interaksi yang kuat antara pusat dan sub pusat pelayanan kota
melalui pengaturan sistem jaringan transportasi
Adapun struktur pelayanan kota yang dikembangkan di Kota Sorong didasarkan atas fungsi-fungsi
kegiatan yang sudah berkembang serta yang akan dikembangkan di Kota Sorong dan dijadikan
sebagai pusat pelayanan utama kota dengan konsep pusat jamak (multiple nucleis). Kegiatan
fungsional yang dijadikan sebagai pusat pelayanan, hirarkinya disesuaikan dengan potensi yang
dimiliki masing-masing kawasan serta melengkapinya dengan sarana pelayanan dan jaringan
utilitas yang sesuai dengan fungsinya. Hirarki pusat -pusat pelayanan yang akan dikembangkan di
Kota Sorong didasarkan atas jumlah penduduk yang harus dilayani oleh m asing-masing pusat
pelayanan. Penyediaan sarana pelayanan ini menggunakan asumsi bahwa setiap pusat pelayanan
yang lebih tinggi merangkap dan melayani juga pusat lainnya yang lebih rendah.
Pengembangan kegiatan-kegiatan fungsional sebagai pemicu pertumbuhan yang tersebar di Kota
Sorong tersebut secara bersamaan juga menyebarkan pusat -pusat pelayanan kotanya sesuai
potensi yang dimiliki serta diharapkan dapat merangsang pertumbuhan kegiatan ikutan lainnya.
Dengan demikian pusat-pusat pelayanan yang ada di Kota Sorong nantinya tidak hanya bertumpu
pada pusat kotanya saja, tetapi juga tersebar di pusat -pusat pertumbuhan baru, baik yang ada di
Sorong Barat maupun di Sorong Timur. Adanya pusat pelayanan kota yang tersebar dengan
karakteristik yang berbeda-beda tersebut diharapkan orientasi kegiatan penduduk di masa
mendatang tidak lagi terpusat di Pusat Kota Sorong saat ini, tetapi terdistribusi keseluruh bagian
wilayah kotanya.
Keuntungan pengembangan struktur pelayanan dengan pola multiple nucleis yang didasarkan
pada pengembangan kegiatan-kegiatan fungsional, diantaranya :
a. Pusat-pusat pelayanan kota dapat disebar secara merata keseluruh wilayah kotanya
b. Setiap bagian wilayah yang akan dikembangkan secara otomatis akan terlayani oleh sarana
pelayanan umum dan sarana pelayanan ekonomi yang akan dikembangkan secara memadai
c. Orientasi penduduk tidak terpusat ke pusat kotanya, tetapi ke pusat Kecamatan (Distrik)
sebagai pusat sekundernya atau ke pusat -pusat pelayanan kota terdekat
d. Pengembangan pusat-pusat pelayanan dapat dilakukan sesuai skala prioritasnya melalui
pengembangan kegiatan fungsional yang potensial untuk dikembangkan di kawasan tersebut
e. Dapat dikembangkannya ibukota Kecamatan (Distrik) dengan fungsi sebagai pusat pelayanan
Sekunder, sehingga orientasi penduduk Kecamatan (Distrik) ke pusat Kecamatan (Distrik) nya
menjadi lebih jelas
f. Pengembangan pusat-pusat pelayanan, baik pelayanan kota sesuai fungsinya, pusat
lingkungan dan pusat unit lingkungan dapat dilakukan bersama-sama antara Pemerintah
Kota dengan Swasta (I nvestor) atau Masyarakat.
Penyebaran pusat-pusat pelayanan keseluruh bagian wilayah kotanya akan membentuk struktur
Kota Sorong menjadi pola multiple nucley. Pusat-pusat pelayanan yang dikembangkan di Kota
Sorong ini akan dihubungkan oleh sistem jaringan transportasi yang terpadu dan berhirarki agar
saling terintegrasi, sehingga membentuk pola kotanya. Adapun sistem jaringan transportasi
yang dikembangkan merupakan pengembangan dari sistem jaringan transportasi yang berpola
curve linier saat ini dan dikombinasikan dengan pola lain, yaitu kombinasi antara pola curve
linier pada jalan utama kota dengan pola grid system pada hirarki dibawahnya yang sebagian
besar sudah terbentuk di Kota Sorong.
Pengembangan sistem jaringan jalan ini akan tetap mengacu pada pengembangan jalan-jalan
yang sudah ada, baik melalui peningkatan kelas jalannya dengan melebarkan badan jalannya
(damija) maupun melalui pembuatan jalan baru pada wilayah yang belum terlayani. Dengan
demikian diharapkan beban lalu lintas tidak hanya bertumpu pada jalan utama Sorong – Aimas
(Kabupaten Sorong), tetapi terditribusi ke jalan-jalan alternatif yang dikembangkan, sehingga
dapat dihindari terjadinya penumpukan arus lalu lintas di sepanjang jalan utama Sorong –
Aimas (Kabupaten Sorong). Adanya pengembangan jalan alternatif ini diharapkan dapat
meningkatkan aksesibilitas di wilayah yang jauh dari koridor jalan ini serta merangsang
pertumbuhan wilayah tersebut, sehingga perkembangan kegiatan tidak lagi bertumpu di
sepanjang koridor Sorong – Aimas (Kabupaten Sorong), tetapi tersebar merata keseluruh
wilayah pinggirannya.
Sedangkan untuk menghubungkan Sorong Daratan dengan pulau-pulau yang ada di Kota
Sorong, perlu dikembangkan transportasi air (bus air). Pelaksanaan transportasi air (bus air)
tersebut dapat dilakukan melalui pelibatan Masyarakat dan Swasta atau dikelola langsung oleh
Pemerintah Kota Sorong. Mengingat sasaran pengembangan transportasi air antar pulau ini
adalah masyarakat umum terutama yang tinggal di pulau-pulau, maka ongkos pelayanan bus
Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka rencana pengembangan struktur pusat -pusat
pelayanan di Kota Sorong dibuat secara berhirarki dan ditempatkan secara berjenjang dan
terpadu sesuai skala pelayanannya, yang masing-masing mempunyai keterkaitan fungsional.
Adapun hirarki pusat pelayanan yang akan dikembangkan di Kota Sorong, terbagi atas :
1. Pusat pelayanan utama kota dengan skala pelayanan kota dan regional, yang dikembangkan
pada kawasan fungsional dan ditempatkan pada wilayah yang strategis dan mempunyai
aksessibilitas baik, yang pengembangannya disesuaikan dengan daya dukung dan
ketersediaan lahannya, meliputi :
a. Pusat utama pelayanan jasa pemerintahan (Civic Center) Kota Sorong yang
pengembangannya tetap dialokasikan terpusat di pusat kegiatan pemerintahan kota saat
ini. Pusat pelayanan jasa pemerintahan (Civic Center) Kota Sorong ini dapat diintegrasikan
dengan berbagai kegiatan perkotaan yang sudah berkembang di pusat kota dan
dimanfaatkan sebagai pusat pelayanan kota. Adapun kelengkapan jenis sarana yang akan
dikembangkan di pusat pelayanan jasa pemerintahan (Civic Center) Kota Sorong ini,
diantaranya :
• Balai Kota beserta jajarannya
• Gedung DPRD Kota Sorong
• Gedung Serba Guna / Aula
• I nstansi / Dinas-dinas Otonom Pemerintah Kota Sorong
• Lapangan upacara
• Diklat Pemko Sorong
• Pengadilan Negeri
• Kantor Polisi dan DLLAJR
• Kantor Pos Pusat
• Kantor Telekomunikasi
• Kantor PLN
• Masjid Agung
• Gereja dan sarana ibadah agama lain
• Sarana pendidikan
• Rumah Sakit, Rumah Sakit Bersalin ataupun Poliklinik
• Pusat pengembangan kebudayaan rakyat Papua
•
• Pusat pelayanan kegiatan perdagangan dan jasa ekonomi (pasar, pertokoan / Dept. Store / Plaza)
• Taman kota
• Pusat pelayanan transportasi laut (pelabuhan samudera)
• Pusat pelayanan transportasi udara (bandara)
b. Pusat utama pelayanan kegiatan industri kelautan (marine I ndustry), yang berfungsi
sebagai pusat pengembangan kegiatan industri kelautan dan pembuatan kapal-kapal
fiberglass(marina dok). Pusat pelayanan kegiatan industri ini merupakan pusat orientasi
yang melayani kegiatan perdagangan dan pengembangan produk-produk marine
industry serta melayani kebutuhan penduduk yang berada di kawasan marine industry
tersebut. Pusat pelayanan kegiatan marine industry ini pengembangannya dialokasikan
terpusat di Rufei dan diintegrasikan dengan pengembangan kegiatan permukiman,
pengembangan terminal, pasar dan kegiatan pemerintahan Kecamatan Sorong Barat.
Pengembangan pusat pelayanan ini diharapkan dapat berfungsi pula sebagai pusat
pertumbuhan baru di Sorong Barat yang dapat menjadi pemicu bagi pertumbuhan
kegiatan perkotaan lainnya.
Agar pusat pelayanan marine industry dapat berfungsi sebagai pusat pelayanan utama
kota di Sorong Barat, maka pengembangannya perlu dilengkapi dengan sarana
dengan pengembangan jaringan utilitas pendukungnya sesuai skala pelayanan yang
diembannya. Dengan demikian pusat pelayanan utama di Sorong Barat selain dilayani oleh
pusat pelayanan utama kegiatan wisata Tanjung Kasuari juga dapat dilayani oleh pusat
pelayanan utama kegiatan marine industry (Rufei).
Jenis sarana pelayanan yang akan dikembangkan diantaranya berupa :
• Factory Outlet / Show room barang produk industri
• Balai pengembangan teknologi marine industry
• Balai Latihan Kerja
• Balai Pertemuan / GSG
• Bank dan Jasa Keuangan lainnya
• Terminal angkutan penumpang
• Terminal peti kemas
• Pasar
• Sarana ekonomi, seperti mal, supermarket, Pertokoan, Ruko
• Sarana Pemadam Kebakaran
• Sarana pendidikan, mulai dari TK, SD, SLTP hingga SLTA dan sekolah kejuruan dan Akademi Perikanan
• Rumah Makan / Kantin / Pujasera
• Warpostel dan Telepon umum
• Kantor pos pembantu
• Masjid, gereja dan sarana ibadah lainnya yang dibutuhkan
• Balai Pengobatan, Poliklinik, Apotik dan Tempat Praktek Dokter
• Lapangan Olahraga
• Ruang Terbuka Hijau / Taman Bermain
c. Pusat utama pelayanan kegiatan pariwisata, terutama yang berkaitan dengan wisata
bahari dengan skala pelayanan kota / regional / nasional dan internasional. Pusat kegiatan
pariwisata ini merupakan pusat rekreasi penduduk Kota Sorong dan sekitarnya, yang
pengembangannya dipusatkan di Tanjung Kasuari. Pengembangan pusat kegiatan wisata
Tanjung Kasuari dapat diintegrasikan dengan pengembangan kegiatan wisata di Pulau
Buaya (Ram).
Pengembangan kawasan wisata ini dilengkapi pula dengan pengembangan sarana
pelayanan dan jaringan utilitas pendukungnya sesuai skala pelayanan yang diembannya,
sehingga dapat berfungsi sebagai pusat pelayanan utama kota. Dengan demikian pusat
pelayanan utama di Sorong Barat dapat pula dilayani oleh pusat pelayanan utama
kegiatan wisata di kawasan Tanjung Kasuari.
Jenis sarana yang akan dikembangkan di pusat pelayanan pariwisata ini, diantaranya :
• Marina / Pelabuhan Fery
• Gedung kesenian rakyat Papua
• Pusat I nformasi Wisata
• Art Galeri / Hand Craft
• Biro Perjalanan
• Bank, Money Changer, dan jasa keuangan lainnya
• Hotel dan Restoran
• Spa dan Salon Kecantikan
• Pertokoan dan Supermarket
• Masjid / Langgar / Tempat ibadah lainnya
• Klinik Kesehatan, Poliklinik ataupun Apotik dan Tempat Praktek Dokter
• Kantor Pos pembantu
• Polsek
• Wartel dan Telepon Umum
d. Pusat utama pelayanan kegiatan perdagangan dan jasa, merupakan kegiatan
perekonomian penduduk Kota Sorong dan difungsikan sebagai pusat orientasi pelayanan
kegiatan perdagangan dan jasa guna melayani kebutuhan penduduk Kota Sorong dan
sekitarnya, yang dilengkapi oleh sarana penunjang. Pusat pelayanan ini
pengembangannya akan dialokasikan terpusat di pusat pertumbuhan Sorong Barat, pusat
pertumbuhan Sorong Timur, di lokasi Kawasan Reklamasi Pantai Lido dengan konsep
waterfront yang dilengkapi dengan publik space. Dengan demikian aktivitas kegiatan bisnis
di Kota Sorong terpusat di satu lokasi.
Jenis sarana yang akan dikembangkan di pusat pelayanan ini diantaranya:
• Plaza, Mal, Supermarket dan Pertokoan
• Perkantoran Swasta, Bank dan jasa keuangan lainnya
• Publik Space, berupa taman, promenade, jogging and bicycle track
• Gedung Bioskop dan pusat hiburan lainnya
• Restoran / Rumah Makan
• Pujasera
• Tempat ibadah dan sarana pelayanan lainnya
2. Sub pusat pelayanan utama (pusat sekunder), merupakan pusat pelayanan sekunder yang
dialokasikan tersebar merata ke setiap ibukota kecamatan (Distrik), baik berupa sarana
pelayanan sosial maupun pelayanan ekonomi dengan skala pelayanan Kecamatan (Distrik).
Alokasi pusat pelayanan sekunder dikembangkan di Kampung Baru dan di Pusat Kecamatan
Sorong Timur, yang pengembangannya diintegrasikan dengan pengembangan pusat
pemerintahan Kecamatan (Distrik), Kelurahan atau kegiatan lain yang mendukung.
Sarana pelayanan yang dikembangkan di pusat pelayanan sekunder, terbagi atas:
a. Pengembangan sarana pelayanan ekonomi, merupakan pusat orientasi yang
memberikan pelayanan bagi penduduk yang ada di kecamatan tersebut. Sarana
pelayanan ekonomi ini dialokasikan di ibukota Kecamatan Sorong Timur dengan skala
pelayanan kecamatan. Pusat pelayanan sekunder ini difungsikan juga sebagai pengikat
lingkungan untuk berinteraksi dan bersosialisasi antar masyarakat yang berada di
kecamatan tersebut serta melayani kebutuhan penduduk sehari-hari. Untuk merangsang
pertumbuhan pusat pelayanan sekunder ini, maka pengalokasiaannya diarahkan pada
simpul-simpul jalan utama kawasan / kota yang mempunyai aksessibilitas baik, sehingga
mudah dijangkau dari seluruh bagian wilayah kecamatannya. Jenis sarana pelayanan
ekonomi yang akan dikembangkan di pusat sekunder ini disesuaikan kebutuhan dan
daya dukung lahannya diantaranya :
• Bank cabang pembantu dan Jasa Keuangan lainnya
• Pasar Kecamatan
• Supermarket, Pertokoan ataupun Ruko
• Salon kecantikan
• Apotik
• Bengkel
• Warpostel
b. Pengembangan sarana pelayanan sosial dan pelayanan umum guna melayani kebutuhan
penduduk dengan skala pelayanan kecamatan. Sarana pelayanan sosial dan pelayanan
umum ini difungsikan juga sebagai pengikat lingkungan untuk berinteraksi dan
bersosialisasi antar masyarakat yang berada di lingkungan kecamatan tersebut.
Pengalokasian sarana pelayanan ini ditempatkan di pusat kecamatan Sorong Barat dan
Sorong Timur pada simpul-simpul jalan utama yang mempunyai aksessibilitas baik dan
diintegrasikan dengan pengembangan sarana pelayanan ekonomi. Dengan demikian
diharapkan pengembangan sarana pelayanan ini mudah dijangkau oleh penduduk dari
setiap bagian wilayah kecamatannya. Jenis sarana pelayanan sosial dan pelayanan umum
yang akan dikembangkan di pusat sekunder ini disesuaikan kebutuhan dan daya dukung
lahannya, diantaranya berupa :
• Kantor Kecamatan / Kantor Kelurahan
• Kantor polsekta
• Kantor pos pembantu
• Sarana Pemadam Kebakaran dengan skala pelyanan lingkungan
• Masjid dan Gereja Kawasan dan Sarana ibadah lainnya jika diperlukan
• Sarana pendidikan, mulai dari TK, SD, SLTP hingga SLTA dan sekolah kejuruan
• Balai Pengobatan, Poliklinik ataupun Tempat Praktek Dokter
• Balai Pertemuan / GSG
• Lapangan Olahraga
• Taman Bermain
• Telepon Umum
3. Pusat pelayanan lingkungan permukiman (Pusat Tersier), yaitu pusat orientasi pelayanan
kebutuhan penduduk yang berada di setiap lingkungan kelurahan / desa, di setiap
pulau-pulau yang mempunyai jumlah penduduk memadai, dan di setiap lingkungan permukiman,
yang dilengkapi dengan sarana sosial dan sarana umum, sehingga penduduk yang tinggal di
lingkungan kelurahan, di lingkungan permukiman atau setiap pulau tidak perlu keluar
lingkungannya untuk mendapat pelayanan. Pusat pelayanan lingkungan permukiman
pengembangannya dilakukan melalui konsep neighbourhood unit, yang setiap pusat
melayani 3 hingga 5 neighbourhood unit dan setiap neighbourhood unit pada lingkungan
permukiman terdiri sekitar 100 KK dengan jenis sarana pelayanan yang sesuai. Pusat
pelayanan lingkungan permukiman (pusat tersier) ini difungsikan juga sebagai pengikat
lingkungan untuk berinteraksi dan bersosialisasi antar masyarakat yang berada di
lingkungan kelurahan, di pulau-pulau dan di lingkungan permukiman tersebut serta untuk
melayani kebutuhan penduduk sehari-hari.
Pengalokasian pusat pelayanan lingkungan permukiman akan disebar di pusat -pusat
kelurahan, di pulau-pulau yang berpenghuni memadai, serta di tengah kelompok lingkungan
permukiman pada simpul-simpul jalan yang ada di pusat -pusat lingkungan permukiman
yang mempunyai aksessibilitas baik, sehingga mudah dijangkau. Pelaksanaan
pengembangan lingkungan permukiman dengan konsep neighbourhood unit dapat
dilakukan oleh pihak Pemerintah Kota Sorong bersama-sama dengan pihak Swasta /
I nvestor dan partisipasi Masyarakat.
Pengembangan pusat lingkungan maupun unit -unit lingkungan yang lebih kecil selain
dikembangkan di lingkungan permukiman juga dikembangkan di pulau-pulau yang
mempunyai jumlah penduduk memadai dan belum terlayani sarana pelayanan, atau yang
akan dikembangkan kegiatan yang dapat menarik penduduk, seperti di Pulau Doom, P. Tsiof,
dan Pulau Buaya. Dengan demikian penduduk yang tinggal di pulau-pulau tersebut tidak perlu
ke luar pulau untuk mendapatkan sarana pelayanan dasar guna memenuhi kebutuhan
hidupnya, baik itu berupa sarana pendidikan, peribadatan, kesehatan ataupun perdagangan.
Jenis sarana yang akan dikembangkan, diantaranya :
a. Balai Pertemuan / GSG
b. Taman bermain dan Lapangan olahraga
c. Kantor pos pembantu / Warpostel dan Telepon umum
d. Sarana Pemadam Kebakaran dengan skala pelyanan lingkungan
e. Pertokoan ataupun ruko, Pujasera dan kegiatan komersial lainnya
f. Masjid dan gereja kawasan
g. Sarana pendidikan, seperti TK dan SD
h. Balai Pengobatan, Poliklinik ataupun Tempat Praktek Dokter dan Apotik
Pengembangan struktur pelayanan Kota Sorong tahun 2012 dengan konsep pusat jamak (multiple
nucleis) dapat dilihat pada gambar 3.1.
3 .3
Re nc a na Pe m a nfa a t a n La ha n K ot a Sorong
Rencana penggunaan lahan di Kota Sorong bertujuan agar dapat ditentukan wilayah yang
diperuntukkan bagi kawasan lindung guna menjaga keseimbangan lingkungan serta yang
diperuntukkan bagi kawasan budidaya dengan berbagai jenis kegiatan yang dapat dikembangkan
sehingga memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Pembentukan pola penggunaan lahan yang
diterapkan didasarkan pula pada proporsi penggunaan lahan yang dinilai ideal untuk lingkungan
kota, yaitu perbandingan antara lahan terbangun untuk kegiatan fungsional kota, prasarana dan
utilitas kota, dengan lahan tak terbangun yang berupa kawasan konservasi, taman dan lapangan
olahraga, agar tercipta lingkungan kota yang nyaman dan asri. Titik tolak rencana penggunaan
lahan bagi kegiatan budidaya di Kota Sorong ini didasarkan pada pengembangan
kegiatan-kegiatan yang dapat memicu pertumbuhan kotanya. Dengan dikembangkannya kegiatan-kegiatan tersebut
diharapkan dapat memberi pengaruh dan merangsang pertumbuhan kegiatan ikutan lainnya di
wilayah sekitarnya.
Dengan bertitik tolak pada pengembangan kegiatan yang dapat memicu pertumbuhan tersebut
diperkirakan akan terjadi perubahan penggunaan lahan dari kegiatan budidaya non terbangun
menjadi kegiatan budidaya perkotaan, terutama kegiatan permukiman skala besar serta
kegiatan industri, perdagangan dan jasa pelayanan. Kecenderungan perubahan penggunaan
lahan ini akan memberi peluang seluas-luasnya kepada pihak swasta atau masyarakat untuk
mengembangkan kegiatan perkotaan di Kota Sorong.
Secara umum rencana pemanfaatan lahan yang dikembangkan di Kota Sorong hingga tahun
Gambar 3.1
Rencana struktur pelayanan Kota Sorong tahun 2012
dengan konsep pusat jamak (multiple nucleis)
1. Rencana Pemanfaatan lahan untuk Kawasan Lindung, yang didasarkan atas Keppres No. 32
tahun 1990 tentang pengelolaan kawasan lindung, meliputi :
a. Kawasan Perlindungan Daerah Bawahnya (hutan lindung dan kawasan resapan air)
b. Kawasan Perlindungan Setempat (sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar
Dam, kawasan sekitar mata air, dan jalur listrik tegangan tinggi)
c. Suaka Alam dan Cagar Budaya
d. Kawasan Rawan Bencana Alam
e. Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan Bandara Sorong Daratan
2. Rencana Pemanfaatan lahan untuk Kawasan Budidaya, terbagi atas :
a. Kegiatan Budidaya perkotaan, merupakan kegiatan terbangun yang dikembangkan di
wilayah sebelah barat Sorong Daratan dengan aktivitas kegiatan penduduknya berupa
kegiatan perkotaan, seperti kegiatan pusat pemerintahan, kegiatan industri, kegiatan
wisata, kegiatan perdagangan dan jasa, kegiatan permukiman, dan kegiatan khusus,
antara lain daerah militer, bandara, dan pelabuhan
b. Kegiatan Budidaya pedesaan, yang terdiri dari :
• Kegiatan terbangun pedesaan, yang diprioritaskan pengembangannya di pesisir pantai, dan disekitar kegiatan pertanian dan pertambangan, dengan aktivitas kegiatan
penduduknya bergantung pada kegiatan perikanan, pertanian dan pertambangan,
seperti perkampungan nelayan dan perkampungan pedesaan
• Kegiatan Perikanan, Pertanian dan pertambangan merupakan kegiatan non terbangun yang berupa kawasan perikanan baik darat maupun laut, kawasan pertanian tanaman
pangan lahan kering, kawasan pertanian tanaman tahunan/ perkebunan, kawasan
peternakan dan kawasan pertambangan galian C.
Untuk lebih jelasnya rencana pemanfaatan lahan di Kota Sorong serta luasan masing-masing
kegiatan yang akan dikembangkan hingga tahun 2012 dapat dilihat pada tabel I I I .1 dan gambar
3.2 berikut.
3 .3 .1 Re nc a na Pe nge m ba nga n K a w a sa n Lindung
Penentuan kawasan lindung bertujuan memberikan perlindungan terhadap kelestarian
lingkungan dan mempertahankan pengadaan sumber air baku (fungsi hidrologis), dan
diharapkan dapat menjaga iklim mikro serta mempertahankan keindahan Kota. Mengingat
pentingnya kawasan hutan lindung tersebut untuk menjaga keseimbangan lingkungan, maka
keberadaanya perlu dipertahankan.
Dalam menetapkan kawasan lindung di Kota Sorong di dasarkan atas Keppres No. 32 tahun
1990 tentang pengelolaan kawasan lindung serta dikuatkan oleh peraturan-peraturan
pendukung lainnya. Selain itu adanya ketentuan pada UU RI No 41 Tahun 1999 tentang
kehutanan (Pasal 18 ayat 2), guna optimalisasi manfaat lingkungan, manfaat sosial, dan
manfaat ekonomi masyarakat setempat, maka upaya pengembangan Kota Sorong di masa
mendatang diarahkan untuk dapat mempertahankan kecukupan luas kawasan hutan
sekurang-kurangnya 30 % dari luas yang ada di Kota Sorong.
Proses penetapan kawasan lindung di Kota Sorong dilakukan dengan memperhatikan hasil
analisis kesesuaian lahan serta kriteria lokasi kawasan lindung yang diatur dalam Keppres 32
tahun 1990. Berdasar hal tersebut, analisis penentuan kawasan lindung di Kota Sorong, terbagi
atas :
1. Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Kawasan Bawahannya
2. Kawasan Perlindungan Setempat
3. Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya
4. Kawasan Rawan Bencana Alam
5. Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan Bandara Sorong Daratan
Proses penetapan kawasan lindung di Kota Sorong yang didasarkan Keppres 32 tahun 1990,
Tabel III.1
Rencana Pemanfaatan Lahan Kota Sorong Tahun 2012
Pro p o rsi
H a K m 2 %
Kawasan H utan Lindung 12,775.04 127.7504 35.63%
Kawasan H utan M angrove 1,068.51 10.6851 2.98%
Kawasan Sempadan Sungai 570.31 5.7031 1.59%
Kawasan H utan W isata 120.82 1.2082 0.34%
Kawasan Pemerintahan 16.98 0.1698 0.05%
Kawasan Perdagangan dan Jasa 205.58 2.0558 0.57%
Kawasan Pariwisata 127.69 1.2769 0.36%
Kawasan Industri 87.36 0.8736 0.24%
Kawasan Permukiman 3,935.58 39.3558 10.98%
Kawasan Pertanian 2,104.29 21.0429 5.87%
Komplek O lahraga dan Pendidikan T inggi 29.72 0.2972 0.08%
Lahan C adangan 14,814.83 148.1483 41.32%
Jum lah 35,856.71 358.5671 100.00%
L uas Jenis K eg iatan
Pro p o rsi Pen g g u n aan L ah an K o ta So ro n g
Tah u n 2012
K aw asan H utan Lindung 36%
K aw asan H utan M angrove 3%
K aw asan S em padan S ungai 2%
K aw asan P em erintahan 0%
K aw asan H utan W isata 0% K aw asan P erdagangan dan Jasa
1% K aw asan P ariw isata
0% K aw asan Industri
0% K aw asan P erm ukim an
11% K aw asan P ertanian
6% K om plek O lahraga dan P endidikan Tinggi
0% Lahan C adangan
Gambar 3.2
Rencana Pemanfaatan Lahan Kota Sorong tahun 2012
RENCANA PRORAM INVESTASI JANGKA
Agar kawasan lindung di Kota Sorong dapat terjaga kelestariannya dan terhindar dari penetrasi
kegiatan budidaya, perlu dibuat kebijakan berikut :
a. Memberi batas-batas yang jelas pada kawasan-kawasan yang dijadikan sebagai kawasan
lindung
b. Kegiatan budidaya yang berada disekitar kawasan lindung sebaiknya dijaga perkembangannya
agar tidak meluas ke kawasan lindung
c. Kegiatan budidaya yang berada di kawasan lindung, sebaiknya kegiatan tersebut direlokasi
ketempat yang sesuai peruntukannya dan bekas kegiatan tersebut dikembalikan fungsinya
sebagai kawasan lindung
d. Melakukan pemberdayaan masyarakat, terutama yang tinggal di sekitar kawasan lindung agar
ikut terlibat secara aktif dalam menjaga dan melestarikan kawasan lindung yang sudah
ditetapkan
e. Menyiapkan pranata pendukung penetapan kawasan lindung serta menyiapkan aparat
pelaksana di lapangan
f. Memberi sangsi yang berat bagi para perusak kawasan lindung.
Rencana pengembangan kawasan lindung Kota Sorong terlihat pada gambar 3.4.
3 .3 .1 .1 Re nc a na Pe nge m ba nga n K a w a sa n Y a ng M e m be rik a n
Pe rlindunga n K a w a sa n Ba w a ha nnya
Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya, terdiri dari :
1. Kaw asan Hutan Lindung, didefinisikan sebagai kawasan hutan yang memiliki sifat khas yang mampu memberikan perlindungan kepada kawasan sekitar maupun bawahannya
sebagai pengatur tata air (fungsi hidrologis), pencegahan erosi, sedimentasi dan banjir, serta
memelihara unsur hara dan kesuburan tanah. Berdasar Keppres No. 32 tahun 1990, kriteria
penetapan kawasan hutan lindung didasarkan atas :
• Kawasan dengan faktor-faktor kemiringan lereng, kepekaan tanah dan curah hujan yang melebihi nilai skor 175
• Kawasan hutan yang mempunyai lereng lapangan lebih dari 40 % dengan jenis tanah yang mempunyai kepekaan tinggi (mudah tererosi)
• Pulau-pulau kecil atau pulau-pulau yang sebagian besar lahannya memiliki kemiringan lereng cukup tinggi dan tidak memungkinkan dikembangkan kawasan budidaya,
dikarenakan dapat merusak ekosistem pulau tersebut.
Berkaitan dengan kriteria tersebut di atas, maka beberapa kawasan yang ditetapkan
sebagai kawasan hutan lindung di Kota Sorong, meliputi :
a. Kawasan tangkapan air yang berpotensi dikembangkan sebagai sumber air baku.
Penetapan kawasan lindung ini dilakukan untuk menghindari terjadinya kerusakan pada
daerah tangkapan air tersebut yang dapat menyebabkan terganggunya penyediaan air
bersih yang merupakan kebutuhan utama bagi penduduk Kota Sorong. Wilayah Kota
Sorong yang dapat dijadikan sebagai kawasan tangkapan air adalah Kawasan DAS
Sungai Rufei, Kawasan DAS Sungai Remu, dan Kawasan DAS Sungai Warsamson
beserta anak sungainya.
b. Kawasan perbukitan yang memiliki kelerengan lahan di atas 40 % (skor 100) karena
mempunyai jenis tanah dengan tingkat kepekaan sangat tinggi / mudah tererosi (skor
75), sehingga dapat dicegah terjadinya longsor dan sedimentasi yang tinggi di daerah
tangkapan air (bendungan / sungai). Wilayah Kota Sorong yang dapat dijadikan sebagai
kawasan tangkapan air adalah kawasan perbukitan yang berada di utara, tengah, dan
tenggara Kota Sorong.
c. Pulau-pulau kecil yang tidak berpenghuni dan mempunyai luas kurang dari 10 Ha
dikarenakan apabila dikembangkan kawasan budidaya dapat mengganggu
keseimbangan lingkungan pulau tersebut akibat rusaknya kawasan lindungnya, seperti
perlindungan hutan mangrove, sempadan pantai, serta daerah lindung lainnya.
Pulau-pulau kecil yang perlu dilindung di Kota Sorong, diantaranya P. Mu, P. Karintum, dan
pulau kecil lainnya dengan luas < 10 Ha atau lebar pulaunya < 200 m..
Untuk pulau-pulau kecil yang sudah dihuni, terutama oleh para nelayan sejak beberapa
tahun silam, bahkan sudah turun temurun yang sebagian besar berada di pantai, perlu
tetap dipertahankan keberadaannya agar tidak tersingkirkan. Namun demikian
keberadaan permukiman nelayan yang aktivitas kehidupannya berada di laut, perlu
dilakukan penataan agar lebih rapi dan para penghuninya dlibatkan secara aktif untuk
Gambar 3.4
Rencana Pengembangan Kawasan Lindung di Kota Sorong
Tahun 2012
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA
• Kaw asan Resapan Air, didefinisikan sebagai kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan, sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (akuifer) yang
berguna untuk keperluan penyediaan kebutuhan air tanah dan air permukaan, serta
penanggulangan banjir, baik untuk kawasan bawahnya maupun kawasan yang bersangkutan.
Kriteria dari kawasan resapan air ini adalah curah hujan yang tinggi rata-rata lebih dari 3,48
mm/ hari (skor 50), struktur tanah yang mudah meresapkan air dan bentuk geomorfologi yang
mampu meresapkan air hujan secara besar-besaran dengan kemiringan lereng > 25 % (skor
80) dan mempunyai tingkat kepekaan tanah peka (skor 60). Berdasar kriteria di atas, wilayah
yang potensial untuk dijadikan sebagai kawasan resapan air (kawasan penyangga) di Kota
Sorong adalah wilayah DAS Sungai Remu, DAS Sungai Rufei, dan DAS Sungai Warsamson
beserta anak sungainya, perbukitan di sebelah utara, tengah dan di sebelah tenggara Kota
Sorong yang mempunyai kemiringan > 25 % dan mempunyai kepekaan tinggi (mudah
tererosi) dan difungsikan sebagai pensuplai sumber air tanah yang dimanfaatkan oleh
masyarakat dan air permukaan yang dimanfaatkan oleh PDAM sebagai sumber air baku.
Mengingat pentingnya penetapan kawasan-kawasan tersebut sebagai kawasan lindung guna
menjaga kelestarian lingkungan dan sebagai daerah tangkapan air untuk dijadikan sebagai
sumber air baku penduduk Kota Sorong, maka kawasan lindung tersebut perlu ditetapkan sebagai
hutan lindung. Adapun kawasan yang potensial untuk ditetapkan sebagai kawasan hutan lindung
dan resapan air di Kota Sorong, meliputi DAS Sungai Remu, DAS Sungai Rufei, DAS Sungai
Warsamson, kawasan perbukitan yang berada di Wilayah Kota Sorong sebelah utara, dan
kawasan perbukitan yang berada di Wilayah Kota Sorong sebelah tengah dan tenggara, serta
pulau-pulau kecil yang mempunyai luas kurang dari 10 Ha, diantaranya P. Mu dan P. Karintum.
Dengan ditetapkannya kawasan tersebut sebagai hutan lindung diharapkan dapat dihindari
terjadinya penetrasi kegiatan budidaya ke kawasan tersebut dan dampak lingkungan yang dapat
ditimbulkan dari pengembangan lahan pada kawasan tersebut di atas.
3 .3 .1 .2 Re nc a na
Pe nge m ba nga n
K a w a sa n
Pe rlindunga n
Se t e m pa t
Kawasan Perlindungan Setempat yang ada di Kota Sorong terbagi atas :
1. Kaw asan Sempadan Pantai, merupakan kawasan sepanjang tepi pantai yang berfungsi melindungi wilayah pantai dari usikan kegiatan yang mengganggu kelestarian fungsi pantai.
Kawasan perlindungan sempadan pantai yang ditetapkan memiliki lebar yang proporsional
dengan bentuk dan kondisi fisik pantai, sekurang-kurangnya berjarak 100 meter diukur dari
garis pantai pada saat titik pasang tertinggi ke arah darat. Sesuai dengan ketetapan di atas,
wilayah Kota Sorong yang potensial untuk ditetapkan sebagai kawasan lindung sempadan
pantai mencakup seluruh wilayah pantai yang ada di Kota Sorong, baik yang ada di wilayah
Sorong Daratan (sebelah barat dan utara Kota Sorong) maupun pulau-pulau yang ada
dengan jarak 100 meter diukur dari garis pantai pada saat titik pasang tertinggi ke arah
darat.
Namun demikian mengingat sebagian besar wilayah pantai barat Kota Sorong sudah
termanfaatkan untuk kegiatan terbangun dengan tingkat kepadatan yang cukup tinggi, baik
untuk pertahanan dan keamanan, pelabuhan, kegiatan perekonomian maupun permukiman,
maka prioritas pemberlakuan sempadan pantai diarahkan pada kawasan-kawasan pantai
yang kondisinya masih belum terbangun. I ni dilakukan untuk menghindari adanya
keresahan masyarakat akibat adanya penggusuran apabila diberlakukan sempadan pantai
untuk daerah hijau, serta dampak sosial yang lebih besar yang dapat mengancam stabilitas
keamanan. Adapun pemberlakuan sempadan pantai dapat diterapkan pada pantai barat
sebelah selatan (Remu Selatan dan Klasaman), pada pantai utara (Tanjung Kasuari) Kota
Sorong, serta di pulau-pulau yang belum padat penghuninya terkecuali di Pantai P. Doom.
Namun, berkaitan dengan adanya kawasan terbangun dan pemukiman nelayan pada
beberapa pulau (P. Doom) dan di wilayah pesisir pantai barat Sorong Daratan yang
cenderung memenuhi daerah sempadan pantai, pengembangannya perlu di batasi dan
dilakukan penertiban serta penataan agar tidak berkembang meluas. Masyarakat yang
2. Kaw asan Sempadan Sungai, didefinisikan sebagai kawasan sepanjang kiri dan kanan sungai, termasuk sungai buatan yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan
kelestarian fungsi sungai. Tujuan perlindungan sempadan sungai adalah melindungi sungai
dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik
dan dasar sungai serta mengamankan aliran sungai. Pemberlakuan sempadan sungai di Kota
Sorong terbagi atas sempadan pada sungai-sungai yang berada atau melewati kawasan
budidaya guna menghindari terjadinya genangan / banjir akibat limpahan sungai serta
sempadan sungai yang berada pada kawasan hulu yang kondisinya masih relatif belum
terbangun dan mempengaruhi penyediaan sumber air baku.
Pemberlakuan sempadan sungai di Kota Sorong didasarkan pada Keppres No 32 tahun 1990,
yaitu :
• Sekurang-kurangnya 10 meter hingga 15 meter dari tepi kiri - kanan sungai yang berada di kawasan permukiman (terbangun) yang diperkirakan cukup untuk dibangun jalan
inspeksi
• Sekurang-kurangnya 100 meter dari tepi kiri - kanan sungai besar dan 50 meter dari tepi kiri - kanan anak sungai yang berada di luar permukiman / kegiatan perkotaan.
Kebijaksanaan perlindungan kawasan sempadan sungai, dilakukan untuk mencegah
berkembangnya kegiatan budidaya di sempadan sungai yang dapat mengganggu atau
merusak kualitas air, kondisi fisik dan dasar sungai serta alirannya. Untuk itu perlu dilakukan
penetapan kawasan sempadan sungai sebagai kawasan lindung serta melakukan pemantauan
terhadap perkembangan kegiatan terbangun disekitar sungai agar tidak menempati sempadan
sungai yang berfungsi lindung.
Adapun penerapan kawasan sempadan sungai sebesar 100 meter dari t epi kiri - kanan sungai
dapat diberlakukan pada Sungai Warsamson beserta anak-anak sungainya, Sungai Klasaman
hingga Sungai Klasibik beserta anak-anak sungainya, Sungai Klagete beserta anak-anak
sungainya, Sungai Warmon beserta anak-anak sungainya, Sungai Klagison beserta anak-anak
sungainya, hulu Sungai Remu beserta anak-anak sungainya, serta hulu Sungai Rufei beserta
anak-anak sungainya. Sedangkan sungai-sungai yeng berada di wilayah perkotaan, seperti
hilir Sungai Rufei, hilir Sungai Remu, serta Sungai Klagison yang berada di sisi jalan menuju
Klasaman, diberlakukan sempadan sebesar 10 meter dari tepi kiri - kanan sungai.
100 Meter Permukiman
Sungai
Sempadan sungai berjarak 100 Meter terhadap permukiman
Permukiman
Mengingat beberapa kawasan sempadan sungai yang ada di Kota Sorong, khususnya di
kawasan sempadan sungai pada hilir Sungai Remu dan hilir Sungai Rufei sudah berkembang
kegiatan terbangun, maka untuk melindungi kawasan sempadan sungai tersebut agar tidak
mengalami kerusakan perlu dilakukan upaya penertiban, baik berupa relokasi kegiatan
terbangun yang berada di kawasan tersebut ke kawasan yang sesuai peruntukannya
ataupun melalui penataan kawasan tersebut, agar tercipta lingkungan permukiman yang
sehat, tertata rapi dan terhindar dari bahaya banjir akibat luapan sungai tersebut pada saat
musim hujan. Dalam melakukan relokasi atau penataan lingkungan tersebut harus
diupayakan melalui pendekatan persuasif sesuai karakter dan sosial budaya masyarakat
setempat agar tidak menimbulkan gejolah sosial yang dapat mengganggu stabilitas
keamanan.
3. Kaw asan Sempadan Bendungan, merupakan kawasan lindung di sekeliling bendungan yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi bendungan.
Penetapan kawasan sempadan bendungan dilakukan untuk mengantisipasi rencana
pengembangan bendungan di Kota Sorong dengan tujuan sebagai penyedia sumber air
baku bagi Kota Sorong, pengendali banjir kawasan bawahnya, serta sebagai pusat rekreasi
air. Mengingat salah satu permasalahan Kota Sorong adalah terbatasnya sumber air bersih
pada Sungai Remu yang mempunyai debit air cukup besar. Dengan dikembangkannya
bendungan di sungai ini diharapkan sumber air baku untuk kebutuhan air bersih dapat
dipenuhi dari bendungan ini. Selain itu pengembangan bendungan ini dapat dimanfaatkan
untuk mengatur debit air di daerah hilirnya, sehingga kawasan disepanjang aliran Sungai
Remu ini diharapkan terbebas dari banjir akibat sering meluapnya air sungai pada saat musim
hujan.
Dengan dikembangkannya bendungan ini, perlu diatur pemberlakuan sempadan bendungan.
Kriteria penentuan sempadan bendungan di Kota Sorong adalah daratan sekeliling tepian
bendungan yang akan dikembangkan dengan lebar proporsional dengan bentuk dan kondisi
fisik bendungan, yaitu sebesar 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Tujuan
perlindungan terhadap kawasan sekitar bendungan dilakukan untuk melindungi bendungan
dari kegiatan budidaya yang dapat mengganggu kelestarian fungsi bendungan. Kebijaksanaan
perlindungan kawasan sempadan bendungan dilakukan untuk mencegah sejak dini
berkembangnya kegiatan budidaya di sempadan bendungan, agar tidak mengganggu fungsi
bendungan serta melakukan pengamanan daerah hulu dari perkembangan kegiatan budidaya
yang berlebihan dan menghindari kegiat an pembukaan lahan (land clearing) pada musim
hujan agar tidak terjadi erosi akibat terkikisnya lapisan tanah oleh air hujan yang dapat
menimbulkan sedimentasi di bendungan yang menerima limpahan air hujan tersebut.
4. Kaw asan Sempadan Mata Air, didefinisikan sebagai perlindungan kawasan sekitar mata air guna melindungi mata air dari kegiatan budidaya yang dapat merusak kondisi fisik kawasan
sekitarnya yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas mata air. Kriteria kawasan sekitar mata
air adalah daerah bebas fisik bangunan (buffer zone) sekurang-kurangnya dengan jari-jari
atau radius 200 meter di sekitar mata air dan difungsikan sebagai kawasan lindung.
Kebijaksanaan perlindungan kawasan sempadan mata air dilakukan untuk mencegah
berkembangnya kegiatan budidaya di kawasan sempadan mata air, agar tidak mengganggu
fungsi mata air (terutama sebagai sumber air bersih) serta mengembalikan kawasan hutan di
sempadan mata air yang telah mengalami kerusakan melalui program rehabilitasi, reboisasi
dan konservasi. Kawasan sempadan mata air di Kota Sorong yang perlu mendapat
perlindungan diantaranya di Pulau Buaya dan Pulau Tsiof dengan memberlakukan sempadan
Sedangkan pemberlakuan sempadan mata air yang berada di Sorong Daratan yang
umumnya berada di kawasan lindung, maka pemberlakuan kawasan sempadan mata air
diintegrasikan dengan pengembangan kawasan lindung.
3 .3 .1 .3 Re nc a na Pe nge m ba nga n K a w a sa n Sua k a Ala m da n
Ca ga r Buda ya
Penentuan Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya di Kota Sorong dibedakan atas :
1. Kaw asan Suaka Alam, didefinisikan sebagai perlindungan kawasan suaka alam guna melindungi keanekaragaman biota, tipe ekosistem, gejala dan keunikan alam bagi
kepentingan plasma nutfah, ilmu pengetahuan dan pembangunan pada umumnya. Kawasan
suaka alam yang ada di Kota Sorong dapat difungsikan sebagai kawasan wisata, dengan
kriteria penetapannya, diantaranya adalah :
a. Kawasan yang ditunjuk memiliki keadaan yang menarik dan indah baik secara alam iah
maupun buatan manusia
b. Memenuhi kebutuhan manusia akan rekreasi dan olahraga serta terletak dekat pusat
-pusat permukiman penduduk
c. Mengandung satwa yang dapat dikembangbiakkan, sehingga memungkinkan dilakukan
perburuan secara teratur pada waktu tertentu untuk mengontrol populasinya dengan
mengutamakan segi rekreasi, olahraga, dan kelestarian satwa.
Adapun kawasan yang potensial untuk dijadikan sebagai kawasan suaka alam adalah
pulau-pulau yang potensial untuk dikembangkan sebagai hutan wisata buru, seperti Pulau Buaya.
2. Kaw asan Suaka Alam Laut Dan Perairan Lainnya, didefinisikan sebagai perlindungan kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya untuk melindungi keanekaragaman biota,
tipe ekosistem, gejala dan keunikan alam bagi kepentingan plasma nutfah, keperluan
pariwisata dan ilmu pengetahuan. Kriteria kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya
adalah kawasan berupa perairan laut, perairan darat, wilayah pesisir, muara sungai,
untuk mencegah kerusakan pada potensi taman laut. Adapun upaya perlindungan suaka alam
laut ini, selain melakukan pelarangan penangkapan ikan dengan menggunakan bahan
peledak, pelarangan pengambilan satwa laut yang dilindungi dan pengambilan terumbu
karang secara berlebihan, serta memberdayakan masyarakat, khususnya para nelayan untuk
ikut terlibat secara aktif dalam menjaga dan melestarikan biota laut.
Adapun wilayah perairan yang potensial untuk dijadikan sebagai kawasan suaka alam laut
karena keanekaragaman biota lautnya mencakup wilayah perairan yang diperkirakan
mempunyai kekayaan dan keindahan biota laut, terutama yang berada di sekitar Tanjung
Kasuari, Pulau Buaya, dan perairan sekitar hutan mangrove.
3. Kaw asan Perlindungan Hutan Mangrove, dilakukan untuk melestarikan hutan mangrove sebagai pembentuk ekosistem hutan mangrove dan tempat berkembangbiaknya berbagai
biota laut, disamping sebagai pelindung pantai dan pengikisan air laut (abrasi) serta sebagai
pelindung usaha budidaya di belakangnya. Kriteria kawasan perlindungan hutan mangrove
ditetapkan dengan jarak minimal 130 kali nilai rata-rata perbedaan air pasang tertinggi dan
terendah tahunan diukur dari garis air surut terendah ke arah darat. Apabila nilai rata-rata
perbedaan air pasang tertinggi dan terendah tahunan yang diukur dari garis air surut
terendah ke arah darat besarnya kurang dari 1 (satu), maka diberlakukan perlindungan
kawasan sempadan pantai sebesar 100 m dari pantai pada saat pasang.
Mengingat pentingnya kawasan tersebut untuk membersihkan aliran air permukaan dari tanah
yang terlarut di dalamnya sebelum aliran tersebut mencapai laut, serta sebagai habitat tempat
mencari makan bagi hewan liar, serta habitat bagi berkembangbiaknya ikan, maka
kawasan-kawasan hutan mangrove yang ada di Kota Sorong perlu dilindungi sebagai kawasan-kawasan
perlindungan hutan mangrove.
Adapun kawasan hutan mangrove yang potensial untuk dilindungi diantaranya adalah
kawasan hutan mangrove yang berada di muara Sungai Warmon Hingga perbatasan dengan
Kabupaten Sorong, di Pulau Manjau, Pulau Mu, Pulau Nanah, Pulau Vandu dan pulau-pulau
kecil lainnya yang berhutan mangrove.
4. Taman Nasional, Taman Hutan Raya Dan Taman Wisata Alam, didefinisikan sebagai kawasan pelestarian alam yang dilakukan untuk pengembangan pendidikan, rekreasi dan
pariwisata, serta peningkatan kualitas lingkungan sekitarnya dan perlindungan dari
pencemaran. Kriteria dari kawasan ini adalah kawasan berhutan atau bervegetasi tetap
yang memiliki flora dan fauna yang beraneka ragam, memiliki arsitektur bentang alam yang
baik dan memiliki akses yang baik untuk keperluan pariwisata.
Wilayah yang potensial dikembangkan sebagai taman nasional, taman hutan raya dan
taman wisata alam di Kota Sorong meliputi kawasan hutan wisata yang berada di sebelah
timur Kota Sorong (Kelurahan / Kampung Klasaman) dan difungsikan sebagai taman wisata
alam. Keberadaan taman wisata alam ini perlu dilindungi melalui kebijaksanaan pelarangan
penebangan pohon di kawasan tersebut serta melarang dan mencegah terjadinya
pengalihan fungsi kawasan sebagai kawasan budidaya.
5. Kaw asan Cagar Budaya Dan I lmu Pengetahuan, dilakukan untuk melindungi kekayaan budaya bangsa berupa peninggalan-peninggalan sejarah, bangunan arkeologi dan
monumen nasional (situs purbakala) serta keragaman bentukan geologi yang berguna
untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dari ancaman kepunahan yang disebabkan oleh
kegiatan alam maupun manusia. Kriteria penentuan kawasan ini adalah tempat dan ruang
disekitar bangunan bernilai budaya tinggi, situs purbakala dan kawasan dengan bentukan
geologi tertentu yang mempunyai manfaat tinggi untuk pengembangan ilmu pengetahuan.
Berdasarkan kriteria di atas, di wilayah Kota Sorong perlu ditelit i lebih lanjut keberadaan
kawasan yang dapat ditetapkan sebagai kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan agar
dapat secara dini dilindungi.
3 .3 .1 .4 Re nc a na Pe nge m ba nga n K a w a sa n Ra w a n Be nc a na
Ala m
Kawasan Rawan Bencana Alam, didefinisikan sebagai pelindungan kawasan dengan tujuan
untuk melindungi manusia dan aktivitas kegiatannya dari bencana yang disebabkan oleh alam
adalah kawasan yang diidentifikasi sering dan berpotensi tinggi mengalami bencana alam seperti
letusan gunung berapi, gempa bumi, dan tanah longsor.
Berdasar hasil analisis geologi, teridentifikasi kawasan rawan bencana di Kota Sorong, yaitu
adanya sesar geser sorong yang terbentang di Tanjung Kasuari. Selain itu Kota Sorong ini juga
dikelilingi oleh beberapa sesar yang tersebar di beberapa wilayah Kabupaten Sorong yang
dampaknya akan terasa di wilayah Kota Sorong. Adanya sesar ini menunjukkan bahwa Kota
Sorong merupakan daerah rawan terhadap bencana, terutama gempa. Adapun wilayah yang
teridentifikasi potensial rawan bencana gempa sangat kuat adalah Kawasan Tanjung Kasuari,
Kawasan Rufei dan Kampung Baru serta kawasan perkotaan yang ada di sebelah barat Kota
Sorong.
Untuk menghindari dampak kerugian yang sangat besar, baik kerugian harta dan korban
manusia, maka pada kawasan sesar yang ada di Tanjung Kasuari sebaiknya diperuntukkan bagi
kawasan ruang terbuka hijau (buffer) serta kegiatan terbangun yang dikembangkan di kawasan
pengaruh gempa sebaiknya menggunakan konstruksi yang tahan terhadap gempa.
3 .3 .1 .5 Re nc a na
Pe nge m ba nga n
K a w a sa n
K e se la m a t a n
Ope ra si Pe ne rba nga n
Perlindungan kawasan keselamatan operasi penerbangan ditetapkan sebagai kawasan dengan
pengembangan terbatas dengan maksud menjaga keselamatan operasi penerbangan guna
melindungi masyarakat dari kemungkinan bahaya kecelakaan pesawat terbang atau kebisingan.
Dalam pengembangan Bandara Sorong Daratan perlu ditetapkan area kawasan keselamatan
operasi penerbangan Bandara Sorong Daratan, yang meliputi wilayah bandara ditambah
wilayah-wilayah yang ada di sekitar bandara dengan luas dan jarak tertentu, yang penentuan batas-batas
kawasan keselamatan operasi penerbangan, terbagi atas :
1. Kawasan Transitional Surface, yang merupakan kawasan pendekat an dan lepas landas, yaitu
kawasan yang merupakan perpanjangan dari ujung landasan dan berbentuk trapesium.
2. Kawasan Kemungkinan Bahaya Kecelakaan, yaitu kawasan yang merupakan perpanjangan
3. Kawasan Di Atas Permukaan Horisontal Dalam, yaitu daerah yang berbentuk segi empat
dengan sudut-sudutnya membentuk seperempat lingkaran dengan radius yang berjari-jari
tertentu dihitung dari ujung as landasan.
4. Kawasan Permukaan Kerucut, yaitu daerah yang berbentuk segi empat dengan jarak
tertentu di luar kawasan permukaan horisontal dalam.
5. Kawasan Permukaan Transisi, yaitu daerah yang berbentuk segi empat dengan sudut
-sudutnya membentuk seperempat lingkaran dengan radius yang berjari-jari tertentu
dihitung dari ujung landasan.
Adapun wilayah kawasan keselamatan operasi penerbangan yang harus dijadikan sebagai
kawasan lindung meliputi Kawasan Transitional Surface, yaitu kawasan pendekatan dan lepas
landas pesawat yang merupakan perpanjangan dari ujung landasan dan berbentuk trapesium.
Adapun peDooman yang harus diikuti dalam upaya pengembangan kawasan keselamatan
operasi penerbangan untuk kegiatan budidaya, diantaranya berupa tempat pemakaman umum,
kegiatan perkebunan atau pertanian yang tidak mengundang burung-burung untuk datang,
karena dapat membahayakan keselamatan penerbangan.
Sedangkan kawasan di luar Transitional Surface yang masih dalam kawasan keselamatan
operasi penerbangan diarahkan melalui pengembangan terbatas, terutama yang menyangkut
kepadatan bangunan dan ketinggian bangunan yang harus dibatasi sesuai toleransi yang
diijinkan, jenis kegiatan yang tidak menimbulkan polusi udara yang dapat mengganggu
pandangan serta kegiatan yang tidak mengundang banyak burung, sehingga tidak mengganggu
aktivitas penerbangan.
3 .3 .2 Re nc a na Pe nge m ba nga n K a w a sa n Budida ya
Kawasan budidaya merupakan kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan
sumber daya buatan agar mempunyai nilai ekonomi tinggi. Penent uan kawasan budidaya
Secara garis besar rencana pengembangan kawasan budidaya di Kota Sorong dibedakan atas :
a. Kawasan budidaya perdesaan, baik kawasan budidaya yang terbangun berupa permukiman
penduduk dengan aktivitas utama kegiatan penduduknya berupa kegiatan perdesaan, maupun
kawasan budidaya yang non terbangun dengan jenis kegiatan utama berupa pertanian,
peternakan, perikanan, perhutanan, dan pertambangan
b. Kawasan budidaya perkotaan, merupakan kawasan budidaya dengan jenis kegiatan berupa
perkantoran, perdagangan dan jasa, pariwisata, industri, serta permukiman perkotaan.
3 .3 .2 .1 Re nc a na
Pe nge m ba nga n
K a w a sa n
Budida ya
Pe rde sa a n
Kawasan budidaya perdesaan merupakan kawasan yang didominasi oleh aktivitas kegiatan
pertanian, peternakan, perikanan, perhutanan, pertambangan dan permukiman penduduk yang
melakukan aktivitas kegiatan-kegiatan tersebut dengan tingkat kepadatan rendah. Penentuan
kawasan budidaya perdesaan dilakukan sesuai potensi sumber daya yang dimiliki masing-masing
wilayah. Dengan demikian diharapkan aktivitas kegiatan pertanian dan perikanan yang
dikembangkan dapat optimal.
Pengembangan Kegiatan Terbangun Perdesaan
Pengembangan kawasan terbangun di daerah pedesaan diarahkan untuk penyiapan pemukiman
penduduk yang aktivitas kegiatannya bergerak di bidang pertanian, perikanan, dan peternakan.
Pengembangan kegiatan terbangun di kawasan pedesaan ini diarahkan pada lokasi-lokasi yang
memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Pulau-pulau yang mempunyai ketersediaan lahan yang cukup luas dan memadai
2. Memiliki kesesuaian dan daya dukung lahan dengan memasukan teknologi yang sesuai
3. Ketersediaan air terjamin
4. Lokasi yang terkait dengan kawasan hunian yang telah berkembang
5. Tidak terletak di kawasan yang berfungsi lindung, seperti hutan lindung, hutan mangrove,
sempadan pantai, sungai, mata air dan sempadan Dam.
Wilayah yang potensial untuk dikembangkan sebagai permukiman perdesaan dengan aktivitas
kehidupan penduduknya dari hasil perikanan tersebar di kawasan pesisir, diantaranya di Rufei
dan Tanjung Kasuari, perkampungan nelayan di muara Sungai Kladow di Kelurahan / Kampung
Remu Selatan hasil relokasi dari bandara, permukiman di Pulau Doom, Pulau Tsiof, dan di Pulau
Buaya, serta kawasan pesisir lainnya. Sedangkan kawasan permukiman perdesaan yang
sebagian besar penduduknya hidup dari pertanian umumnya tersebar di kawasan Rufei,
Tanjung Kasuari, dan di kawasan sebelah timur Kota Sorong dan di kawasan inland lainnya
yang tersebar di kelurahan-kelurahan / kampung-kampung di luar pusat kota. I ni dikarenakan
pada lokasi-lokasi tersebut memiliki jenis tanah dengan tingkat kesuburan yang relatif cukup
tinggi, sehingga cocok untuk kegiatan pertanian, perkebunan dan perhutanan.
Untuk pengembangan kegiatan budidaya pedesaan di pulau-pulau yang ada di wilayah Kota
Sorong dengan aktivitas kegiatan penduduk di darat diarahkan pada pulau-pulau yang memiliki
luas minimal 100 Ha. Sedangkan permukiman nelayan yang aktivitas kegiatan penduduknya
sebagian besar di laut dan tidak mempunyai ketergantungan usaha pada lahan darat, diarahkan
pada pulau-pulau yang memiliki luas minimal 25 Ha. Penetapan ketentuan ini dilakukan untuk
menghindari terjadinya ketidakseimbangan alam atau kerusakan lingkungan di pulau-pulau
tersebut akibat berkembangnya kegiatan budidaya. Sedangkan pulau-pulau kecil yang sudah
terhuni, terutama oleh permukiman nelayan, perkembangannya perlu dibatasi agar
keseimbangan lingkungan di pulau tersebut tetap terjaga kelestariannya.
Lingkungan permukiman perdesaan yang sudah berkembang di Kota Sorong dan sesuai
peruntukannya, akan tetap dipertahankan keberadaannya dan diberi ruang untuk berkembang.
Selain itu pada setiap unit lingkungan pemukiman perdesaan baik yang ada di Wilayah Sorong
Daratan maupun yang ada di pulau-pulau dilengkapi pula dengan sarana pelayanan umum
terkecil, yang meliputi fasilitas pendidikan, kesehatan, peribadatan, bina sosial, rekreasi dan
olah raga, pelayanan pemerintahan tingkat RW, perbelanjaan / niaga, dan transportasi. Dengan
demikian untuk memenuhi kebutuhan sarana pelayanan, penduduk yang tinggal di setiap
lingkungan atau pulau tersebut tidak perlu pergi ke luar pulau atau lingkungannya. Dengan
demikian keberadaan penduduk setempat/ lama tidak tersingkir atau merasa diabaikan
Sedangkan lingkungan perdesaan yang kondisinya kurang sehat dan kumuh perlu dilakukan
upaya penataan melalui pelibatan peran aktif masyarakat (pemberdayaan masyarakat) yang
tinggal di lingkungan tersebut serta tetap didampingi dan diarahkan oleh pihak Pemerintah Kota
Sorong. Umumnya lingkungan permukiman perdesaan yang kondisinya kurang sehat dan kumuh
sebagian besar tumbuh di kawasan pesisir yang merupakan lingkungan permukiman nelayan.
Umumnya lingkungan permukiman nelayan berada di wilayah pesisir / pantai yang sebagian besar
kondisinya kurang tertata dengan baik. I ni dikarenakan adanya kecenderungan para nelayan
membangun tempat tinggalnya di kawasan pantai atau sekeliling pulau yang merupakan kawasan
sempadan pantai terkesan seadanya, sehingga memberi kesan lingkungan yang tidak sehat dan
kumuh serta belum terlayani oleh sarana dan jaringan utilitas yang memadai.Untuk itu perlu
dilakukan upaya penataan lingkungan permukiman nelayan tersebut agar lebih sehat dan rapi.
Dalam upaya penataan lingkungan permukiman nelayan diusahakan melibatkan peran aktif para
nelayan yang tinggal di lingkungan tersebut dan tetap didampingi dan diarahkan oleh pihak
Pemerintah Kota Sorong.
Upaya penataan permukiman nelayan ini perlu dilengkapi dengan dermaga / pelantar tempat
menambatkan perahu milik nelayan secara
kolektif, sehingga perahu-perahu milik nelayan
dapat ditambatkan secara lebih teratur. Selain
itu untuk setiap komunitas permukiman
nelayan dilengkapi pula jaringan sanitasi
lingkungan yang baik dan disediakan sebuah
reservoir sebagai penampung air bersih yang
kapasitasnya disesuaikan kebutuhan untuk
memenuhi kebutuhan air bersih penduduk
serta genset atau pembangkit listrik lainnya sebagai sebagai sumber penerangannya.
Pelaksanaan penataan lingkungan permukiman nelayan yang kurang sehat dan kumuh tersebut
dapat dilakukan melalui cara-cara berikut :
1. Menata kembali permukiman nelayan yang kondisinya tidak sehat dan kumuh dan
melengkapinya dengan sarana dan jaringan utilitas kota, yang pelaksanaannya dilakukan
melalui program pemberdayaan dengan swadaya masyarakat yang didampingi oleh
Pemerintah Kota bersama LSM
2. Relokasi permukiman kumuh yang tidak sesuai peruntukannya ke lokasi lain yang sesuai
dengan lingkungan yang sehat dan dilengkapi sarana pelayanan serta jaringan utilitas yang
memadai
Pengembangan Kegiatan Budidaya Pertanian
Jenis kegiatan budidaya pedesaan non terbangun berupa kegiatan pertanian dalam arti luas,
yang berdasar SK Mentan No 683/ Kpts/ Um/ 8/ 1981 dan 837/ Kpts/ Um/ 11/ 1980, meliputi
kegiatan pertanian yang difungsikan sebagai kawasan penyangga, kegiatan pertanian lahan
kering (palawija) dan pertanian tanaman hias, kegiatan pertanian tanaman tahunan atau
perkebunan, dan peternakan. Pengembangan kegiatan pertanian di Kota Sorong terbagi atas dua
kelompok pengelolaan, yaitu :
1. Pengembangan kegiatan pertanian skala besar yang dapat ditawarkan kepada pihak investor.
Dalam mengembangkan kegiatan pertanian skala besar, pihak swasta diharuskan untuk
melakukan kemitraan dengan
komoditi palawija, perkebunan buah-buahan, perkebunan kelapa/ kelapa sawit, atau komoditi
lain yang mempunyai nilai ekonomi tinggi.
Agar pengembangan kegiatan pertanian skala besar ini tidak dijadikan sebagai ajang
spekulasi, maka pemberian ijin pengelolaannya dibuat dalam bentuk modul-modul dengan
luasan sekitar 50 - 100 Ha. Penetapan modul-modul dengan luasan ini bertujuan untuk
menghindari terjadinya penguasaan lahan oleh satu investor yang cukup luas, sementara
kemampuan untuk mengembangkan lahan tersebut cukup terbatas, sehingga tidak dapat
dikembangkan secara optimal, sementara apabila ada investor (dapat berupa koperasi) lain
yang ingin masuk di lokasi tersebut akan terhambat.
2. Pengembangan kegiatan pertanian skala kecil - menengah, diarahkan untuk dikembangkan
dan dikelola oleh penduduk setempat secara individu. Jenis komoditi kegiatan pertanian ini
berupa buah-buahan dan palawija. Luas lahan yang dikembangkan untuk kegiatan pertanian
oleh penduduk setempat umumnya relatif kecil, yang diarahkan pengembangannya di wilayah
Tanjung Kasuari, Malanu, Klawuyuk, dan di Pulau Tsiof.
Kegiatan pertanian yang dikelola oleh penduduk ini sebaiknya membentuk
kelompok-kelompok tani yang terwadahi oleh suatu koperasi yang bertugas membantu para petani
baik dalam pemodalan, penyediaan
pupuk dan kebutuhan lainnya serta
dalam pemasaran produksinya.
maupun penyuluhan ke lapangan oleh
petugas Dinas Pertanian Kota Sorong.
Namun apabila pada perkembangannya di masa mendatang tingkat produksi kegiatan yang
dikelola masyarakat ini rendah terutama yang berada di daerah perkotaan, sehingga kurang
memberi nilai ekonomi bila dibandingkan dengan nilai ekonomi untuk kegiatan perkotaan
baru, maka lahan pertanian tersebut dapat dialih-fungsikan sebagai kegiatan perkotaan.
Dalam pengalih-fungsian kegiatan ini haruslah disesuaikan dengan jenis peruntukan yang
diperbolehkan untuk dikembangkan di tempat tersebut.
Kegiatan pertanian ini perlu ditingkatkan produksinya selain untuk memenuhi kebutuhan
penduduk Kota Sorong, bahkan kalau memungkinkan produksinya dapat mensuplai kebutuhan
kota-kota lain di Papua.
Pengembangan Kegiatan Peternakan
Kegiatan peternakan yang dikembangkan oleh masyarakat masih sedikit jumlahnya dan
umumnya dilakukan secara tradisional / tidak menggunakan teknologi maju, sehingga tingkat
produksinya masih relatif rendah. I ni dikarenakan masih minimnya sarana dan prasarana
penunjang kegiatan peternakan yang ada di Kota Sorong. Untuk meningkatkan produksi
peternakan yang dikelola oleh masyarakat, perlu diupayakan oleh Pemerintah Kota Sorong c.q.
instansi terkait melalui penyediaan sarana dan prasarana penunjang kegiatan ini, pemberiaan
bantuan modal usaha secara bergulir, pemberdayaan sumber daya peternak / para petugas
melalui pembinaan dan penyuluhan, serta Pemerintah Kota mendorong terbentuknya pola
Pengembangan kegiatan pertanian skala besar