• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rencana Program Investasi Jangka Menengah Kota Sorong

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Rencana Program Investasi Jangka Menengah Kota Sorong"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

B

B

a

a

b

b

I

I

I

I

I

I

R

R

E

E

N

N

C

C

A

A

N

N

A

A

P

P

E

E

M

M

B

B

A

A

N

N

G

G

U

U

N

N

A

A

N

N

W

W

I

I

L

L

A

A

Y

Y

A

A

H

H

K

K

O

O

T

T

A

A

S

S

O

O

R

R

O

O

N

N

G

G

3 .1 .V isi Pe na t a a n Rua ng K ot a Sorong

itengah berbagai perubahan lingkungan baik internal maupun eksternal,

persyaratan bagi suatu daerah agar tetap bertahan harus mempunyai Visi

dan Misi yang jelas.

Visi meruapakan suatu kondisi, keadaan yang ingin dicapai, harapan dan cita – cita

yang hendak di perjuangkan secara sungguh – sungguh, disamping itu Visi juga

merupakan idealisme yang luhur untuk membangun tatanan hidup dan dan kehidupan

yang di inginkan di masa depan.

Dengan mempertimbangkan hal diatas, maka ditetapkan Visi Kota Sorong untuk

Pembangunan adalah sebagai berikut:

“ Terw ujudnya Masyarakat Kota yang Setara, Bersahabat dan Dinamis “

Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman di Daerah

(RP4D) :

 Sebagai skenario pelaksanaan koordinasi dan keterpaduan rencana sektor terkait

bidang perumahan dan permukiman (antara lain, pertanahan, perumahan,

pembiayaan, prasarana/ sarana).

 Sebagai payung atau acuan baku bagi seluruh pelaku dan penyelenggara

perumahan adan permukiman (pemerintah, swasta dan masyarakat)

Wilayah Kota Sorong meliputi wilayah daratan, lautan dan gugusan pulau-pulau, yang

dikategorikan sebagai Wilayah Sorong Daratan dan Wilayah Sorong Lautan. Wilayah

Sorong Daratan adalah Sorong sebagai pusat kota yang merupakan bagian langsung

dari pulau Papua, sedangkan Wilayah Sorong Lautan adalah gugusan pulau-pulau

yang masih dalam wilayah Kota Sorong.

Lingkup wilayah perencanaan meliputi seluruh wilayah administratif Kota Sorong yang

terbagi atas Kecamatan/ distrik Sorong Barat dan Kecamatan/ distrik Sorong Timur.

Berdasar Undang-undang Nomor 45 Tahun 1999 tanggal 4 Oktober 1999 tentang

“Pembentukan Propinsi I rian Jaya Tengah, Propinsi I rian Jaya Barat, Kota Paniai, Kota

Mimika, Kota Puncak Jaya dan Kota Sorong” luas keseluruhan Wilayah Kota Sorong

adalah 110.500 Ha (1.105 km2). Sedangkan luas masing-masing kecamatan dan

kelurahan didasarkan atas Perda No. 6 dan Perda No. 7 Tahun 2001 yang merupakan

luas efektif Kota Sorong yang digunakan untuk kegiatan perkotaan, yaitu seluas

27.649,32 hektar. Adapun luas Wilayah Kecamatan / Distrik Sorong Barat seluas

6.232,22 hektar dan Kecamatan/ distrik Sorong Timur seluas 21.417,09 hektar.

3 .2 .K onse p Pe nge m ba nga n Wila ya h K ot a Sorong

Rencana Pengembangan struktur pelayanan Kota Sorong didasari oleh beberapa

pertimbangan, diantaranya :

1. Kesesuaian dengan rencana struktur tata ruang yang lebih luas (makro)

2. Memacu pertumbuhan dan mewujudkan pemerataan pembangunan kota

keseluruh wilayah Kota Sorong melalui penyebaran pusat dan sub pusat

pelayanan kota secara berjenjang dengan pola multiple nucley, sehingga seluruh

bagian wilayah kota dapat terlayani

3. Mendayagunakan sarana pelayanan kota yang penyebarannya dilakukan secara

berjenjang sesuai kebutuhan dan tingkat pelayanan

4. Menciptakan interaksi yang kuat antara pusat dan sub pusat pelayanan kota

melalui pengaturan sistem jaringan transportasi

(2)

Adapun struktur pelayanan kota yang dikembangkan di Kota Sorong didasarkan atas fungsi-fungsi

kegiatan yang sudah berkembang serta yang akan dikembangkan di Kota Sorong dan dijadikan

sebagai pusat pelayanan utama kota dengan konsep pusat jamak (multiple nucleis). Kegiatan

fungsional yang dijadikan sebagai pusat pelayanan, hirarkinya disesuaikan dengan potensi yang

dimiliki masing-masing kawasan serta melengkapinya dengan sarana pelayanan dan jaringan

utilitas yang sesuai dengan fungsinya. Hirarki pusat -pusat pelayanan yang akan dikembangkan di

Kota Sorong didasarkan atas jumlah penduduk yang harus dilayani oleh m asing-masing pusat

pelayanan. Penyediaan sarana pelayanan ini menggunakan asumsi bahwa setiap pusat pelayanan

yang lebih tinggi merangkap dan melayani juga pusat lainnya yang lebih rendah.

Pengembangan kegiatan-kegiatan fungsional sebagai pemicu pertumbuhan yang tersebar di Kota

Sorong tersebut secara bersamaan juga menyebarkan pusat -pusat pelayanan kotanya sesuai

potensi yang dimiliki serta diharapkan dapat merangsang pertumbuhan kegiatan ikutan lainnya.

Dengan demikian pusat-pusat pelayanan yang ada di Kota Sorong nantinya tidak hanya bertumpu

pada pusat kotanya saja, tetapi juga tersebar di pusat -pusat pertumbuhan baru, baik yang ada di

Sorong Barat maupun di Sorong Timur. Adanya pusat pelayanan kota yang tersebar dengan

karakteristik yang berbeda-beda tersebut diharapkan orientasi kegiatan penduduk di masa

mendatang tidak lagi terpusat di Pusat Kota Sorong saat ini, tetapi terdistribusi keseluruh bagian

wilayah kotanya.

Keuntungan pengembangan struktur pelayanan dengan pola multiple nucleis yang didasarkan

pada pengembangan kegiatan-kegiatan fungsional, diantaranya :

a. Pusat-pusat pelayanan kota dapat disebar secara merata keseluruh wilayah kotanya

b. Setiap bagian wilayah yang akan dikembangkan secara otomatis akan terlayani oleh sarana

pelayanan umum dan sarana pelayanan ekonomi yang akan dikembangkan secara memadai

c. Orientasi penduduk tidak terpusat ke pusat kotanya, tetapi ke pusat Kecamatan (Distrik)

sebagai pusat sekundernya atau ke pusat -pusat pelayanan kota terdekat

d. Pengembangan pusat-pusat pelayanan dapat dilakukan sesuai skala prioritasnya melalui

pengembangan kegiatan fungsional yang potensial untuk dikembangkan di kawasan tersebut

e. Dapat dikembangkannya ibukota Kecamatan (Distrik) dengan fungsi sebagai pusat pelayanan

Sekunder, sehingga orientasi penduduk Kecamatan (Distrik) ke pusat Kecamatan (Distrik) nya

menjadi lebih jelas

f. Pengembangan pusat-pusat pelayanan, baik pelayanan kota sesuai fungsinya, pusat

lingkungan dan pusat unit lingkungan dapat dilakukan bersama-sama antara Pemerintah

Kota dengan Swasta (I nvestor) atau Masyarakat.

Penyebaran pusat-pusat pelayanan keseluruh bagian wilayah kotanya akan membentuk struktur

Kota Sorong menjadi pola multiple nucley. Pusat-pusat pelayanan yang dikembangkan di Kota

Sorong ini akan dihubungkan oleh sistem jaringan transportasi yang terpadu dan berhirarki agar

saling terintegrasi, sehingga membentuk pola kotanya. Adapun sistem jaringan transportasi

yang dikembangkan merupakan pengembangan dari sistem jaringan transportasi yang berpola

curve linier saat ini dan dikombinasikan dengan pola lain, yaitu kombinasi antara pola curve

linier pada jalan utama kota dengan pola grid system pada hirarki dibawahnya yang sebagian

besar sudah terbentuk di Kota Sorong.

Pengembangan sistem jaringan jalan ini akan tetap mengacu pada pengembangan jalan-jalan

yang sudah ada, baik melalui peningkatan kelas jalannya dengan melebarkan badan jalannya

(damija) maupun melalui pembuatan jalan baru pada wilayah yang belum terlayani. Dengan

demikian diharapkan beban lalu lintas tidak hanya bertumpu pada jalan utama Sorong – Aimas

(Kabupaten Sorong), tetapi terditribusi ke jalan-jalan alternatif yang dikembangkan, sehingga

dapat dihindari terjadinya penumpukan arus lalu lintas di sepanjang jalan utama Sorong –

Aimas (Kabupaten Sorong). Adanya pengembangan jalan alternatif ini diharapkan dapat

meningkatkan aksesibilitas di wilayah yang jauh dari koridor jalan ini serta merangsang

pertumbuhan wilayah tersebut, sehingga perkembangan kegiatan tidak lagi bertumpu di

sepanjang koridor Sorong – Aimas (Kabupaten Sorong), tetapi tersebar merata keseluruh

wilayah pinggirannya.

Sedangkan untuk menghubungkan Sorong Daratan dengan pulau-pulau yang ada di Kota

Sorong, perlu dikembangkan transportasi air (bus air). Pelaksanaan transportasi air (bus air)

tersebut dapat dilakukan melalui pelibatan Masyarakat dan Swasta atau dikelola langsung oleh

Pemerintah Kota Sorong. Mengingat sasaran pengembangan transportasi air antar pulau ini

adalah masyarakat umum terutama yang tinggal di pulau-pulau, maka ongkos pelayanan bus

(3)

Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka rencana pengembangan struktur pusat -pusat

pelayanan di Kota Sorong dibuat secara berhirarki dan ditempatkan secara berjenjang dan

terpadu sesuai skala pelayanannya, yang masing-masing mempunyai keterkaitan fungsional.

Adapun hirarki pusat pelayanan yang akan dikembangkan di Kota Sorong, terbagi atas :

1. Pusat pelayanan utama kota dengan skala pelayanan kota dan regional, yang dikembangkan

pada kawasan fungsional dan ditempatkan pada wilayah yang strategis dan mempunyai

aksessibilitas baik, yang pengembangannya disesuaikan dengan daya dukung dan

ketersediaan lahannya, meliputi :

a. Pusat utama pelayanan jasa pemerintahan (Civic Center) Kota Sorong yang

pengembangannya tetap dialokasikan terpusat di pusat kegiatan pemerintahan kota saat

ini. Pusat pelayanan jasa pemerintahan (Civic Center) Kota Sorong ini dapat diintegrasikan

dengan berbagai kegiatan perkotaan yang sudah berkembang di pusat kota dan

dimanfaatkan sebagai pusat pelayanan kota. Adapun kelengkapan jenis sarana yang akan

dikembangkan di pusat pelayanan jasa pemerintahan (Civic Center) Kota Sorong ini,

diantaranya :

• Balai Kota beserta jajarannya

• Gedung DPRD Kota Sorong

• Gedung Serba Guna / Aula

• I nstansi / Dinas-dinas Otonom Pemerintah Kota Sorong

• Lapangan upacara

• Diklat Pemko Sorong

• Pengadilan Negeri

• Kantor Polisi dan DLLAJR

• Kantor Pos Pusat

• Kantor Telekomunikasi

• Kantor PLN

• Masjid Agung

• Gereja dan sarana ibadah agama lain

• Sarana pendidikan

• Rumah Sakit, Rumah Sakit Bersalin ataupun Poliklinik

• Pusat pengembangan kebudayaan rakyat Papua

• Pusat pelayanan kegiatan perdagangan dan jasa ekonomi (pasar, pertokoan / Dept. Store / Plaza)

• Taman kota

• Pusat pelayanan transportasi laut (pelabuhan samudera)

• Pusat pelayanan transportasi udara (bandara)

b. Pusat utama pelayanan kegiatan industri kelautan (marine I ndustry), yang berfungsi

sebagai pusat pengembangan kegiatan industri kelautan dan pembuatan kapal-kapal

fiberglass(marina dok). Pusat pelayanan kegiatan industri ini merupakan pusat orientasi

yang melayani kegiatan perdagangan dan pengembangan produk-produk marine

industry serta melayani kebutuhan penduduk yang berada di kawasan marine industry

tersebut. Pusat pelayanan kegiatan marine industry ini pengembangannya dialokasikan

terpusat di Rufei dan diintegrasikan dengan pengembangan kegiatan permukiman,

pengembangan terminal, pasar dan kegiatan pemerintahan Kecamatan Sorong Barat.

Pengembangan pusat pelayanan ini diharapkan dapat berfungsi pula sebagai pusat

pertumbuhan baru di Sorong Barat yang dapat menjadi pemicu bagi pertumbuhan

kegiatan perkotaan lainnya.

Agar pusat pelayanan marine industry dapat berfungsi sebagai pusat pelayanan utama

kota di Sorong Barat, maka pengembangannya perlu dilengkapi dengan sarana

(4)

dengan pengembangan jaringan utilitas pendukungnya sesuai skala pelayanan yang

diembannya. Dengan demikian pusat pelayanan utama di Sorong Barat selain dilayani oleh

pusat pelayanan utama kegiatan wisata Tanjung Kasuari juga dapat dilayani oleh pusat

pelayanan utama kegiatan marine industry (Rufei).

Jenis sarana pelayanan yang akan dikembangkan diantaranya berupa :

• Factory Outlet / Show room barang produk industri

• Balai pengembangan teknologi marine industry

• Balai Latihan Kerja

• Balai Pertemuan / GSG

• Bank dan Jasa Keuangan lainnya

• Terminal angkutan penumpang

• Terminal peti kemas

• Pasar

• Sarana ekonomi, seperti mal, supermarket, Pertokoan, Ruko

• Sarana Pemadam Kebakaran

• Sarana pendidikan, mulai dari TK, SD, SLTP hingga SLTA dan sekolah kejuruan dan Akademi Perikanan

• Rumah Makan / Kantin / Pujasera

• Warpostel dan Telepon umum

• Kantor pos pembantu

• Masjid, gereja dan sarana ibadah lainnya yang dibutuhkan

• Balai Pengobatan, Poliklinik, Apotik dan Tempat Praktek Dokter

• Lapangan Olahraga

• Ruang Terbuka Hijau / Taman Bermain

c. Pusat utama pelayanan kegiatan pariwisata, terutama yang berkaitan dengan wisata

bahari dengan skala pelayanan kota / regional / nasional dan internasional. Pusat kegiatan

pariwisata ini merupakan pusat rekreasi penduduk Kota Sorong dan sekitarnya, yang

pengembangannya dipusatkan di Tanjung Kasuari. Pengembangan pusat kegiatan wisata

Tanjung Kasuari dapat diintegrasikan dengan pengembangan kegiatan wisata di Pulau

Buaya (Ram).

Pengembangan kawasan wisata ini dilengkapi pula dengan pengembangan sarana

pelayanan dan jaringan utilitas pendukungnya sesuai skala pelayanan yang diembannya,

sehingga dapat berfungsi sebagai pusat pelayanan utama kota. Dengan demikian pusat

pelayanan utama di Sorong Barat dapat pula dilayani oleh pusat pelayanan utama

kegiatan wisata di kawasan Tanjung Kasuari.

Jenis sarana yang akan dikembangkan di pusat pelayanan pariwisata ini, diantaranya :

• Marina / Pelabuhan Fery

• Gedung kesenian rakyat Papua

• Pusat I nformasi Wisata

• Art Galeri / Hand Craft

• Biro Perjalanan

• Bank, Money Changer, dan jasa keuangan lainnya

• Hotel dan Restoran

• Spa dan Salon Kecantikan

• Pertokoan dan Supermarket

• Masjid / Langgar / Tempat ibadah lainnya

• Klinik Kesehatan, Poliklinik ataupun Apotik dan Tempat Praktek Dokter

(5)

• Kantor Pos pembantu

• Polsek

• Wartel dan Telepon Umum

d. Pusat utama pelayanan kegiatan perdagangan dan jasa, merupakan kegiatan

perekonomian penduduk Kota Sorong dan difungsikan sebagai pusat orientasi pelayanan

kegiatan perdagangan dan jasa guna melayani kebutuhan penduduk Kota Sorong dan

sekitarnya, yang dilengkapi oleh sarana penunjang. Pusat pelayanan ini

pengembangannya akan dialokasikan terpusat di pusat pertumbuhan Sorong Barat, pusat

pertumbuhan Sorong Timur, di lokasi Kawasan Reklamasi Pantai Lido dengan konsep

waterfront yang dilengkapi dengan publik space. Dengan demikian aktivitas kegiatan bisnis

di Kota Sorong terpusat di satu lokasi.

Jenis sarana yang akan dikembangkan di pusat pelayanan ini diantaranya:

• Plaza, Mal, Supermarket dan Pertokoan

• Perkantoran Swasta, Bank dan jasa keuangan lainnya

• Publik Space, berupa taman, promenade, jogging and bicycle track

• Gedung Bioskop dan pusat hiburan lainnya

• Restoran / Rumah Makan

• Pujasera

• Tempat ibadah dan sarana pelayanan lainnya

2. Sub pusat pelayanan utama (pusat sekunder), merupakan pusat pelayanan sekunder yang

dialokasikan tersebar merata ke setiap ibukota kecamatan (Distrik), baik berupa sarana

pelayanan sosial maupun pelayanan ekonomi dengan skala pelayanan Kecamatan (Distrik).

Alokasi pusat pelayanan sekunder dikembangkan di Kampung Baru dan di Pusat Kecamatan

Sorong Timur, yang pengembangannya diintegrasikan dengan pengembangan pusat

pemerintahan Kecamatan (Distrik), Kelurahan atau kegiatan lain yang mendukung.

Sarana pelayanan yang dikembangkan di pusat pelayanan sekunder, terbagi atas:

a. Pengembangan sarana pelayanan ekonomi, merupakan pusat orientasi yang

memberikan pelayanan bagi penduduk yang ada di kecamatan tersebut. Sarana

pelayanan ekonomi ini dialokasikan di ibukota Kecamatan Sorong Timur dengan skala

pelayanan kecamatan. Pusat pelayanan sekunder ini difungsikan juga sebagai pengikat

lingkungan untuk berinteraksi dan bersosialisasi antar masyarakat yang berada di

kecamatan tersebut serta melayani kebutuhan penduduk sehari-hari. Untuk merangsang

pertumbuhan pusat pelayanan sekunder ini, maka pengalokasiaannya diarahkan pada

simpul-simpul jalan utama kawasan / kota yang mempunyai aksessibilitas baik, sehingga

mudah dijangkau dari seluruh bagian wilayah kecamatannya. Jenis sarana pelayanan

ekonomi yang akan dikembangkan di pusat sekunder ini disesuaikan kebutuhan dan

daya dukung lahannya diantaranya :

• Bank cabang pembantu dan Jasa Keuangan lainnya

• Pasar Kecamatan

• Supermarket, Pertokoan ataupun Ruko

(6)

• Salon kecantikan

• Apotik

• Bengkel

• Warpostel

b. Pengembangan sarana pelayanan sosial dan pelayanan umum guna melayani kebutuhan

penduduk dengan skala pelayanan kecamatan. Sarana pelayanan sosial dan pelayanan

umum ini difungsikan juga sebagai pengikat lingkungan untuk berinteraksi dan

bersosialisasi antar masyarakat yang berada di lingkungan kecamatan tersebut.

Pengalokasian sarana pelayanan ini ditempatkan di pusat kecamatan Sorong Barat dan

Sorong Timur pada simpul-simpul jalan utama yang mempunyai aksessibilitas baik dan

diintegrasikan dengan pengembangan sarana pelayanan ekonomi. Dengan demikian

diharapkan pengembangan sarana pelayanan ini mudah dijangkau oleh penduduk dari

setiap bagian wilayah kecamatannya. Jenis sarana pelayanan sosial dan pelayanan umum

yang akan dikembangkan di pusat sekunder ini disesuaikan kebutuhan dan daya dukung

lahannya, diantaranya berupa :

• Kantor Kecamatan / Kantor Kelurahan

• Kantor polsekta

• Kantor pos pembantu

• Sarana Pemadam Kebakaran dengan skala pelyanan lingkungan

• Masjid dan Gereja Kawasan dan Sarana ibadah lainnya jika diperlukan

• Sarana pendidikan, mulai dari TK, SD, SLTP hingga SLTA dan sekolah kejuruan

• Balai Pengobatan, Poliklinik ataupun Tempat Praktek Dokter

• Balai Pertemuan / GSG

• Lapangan Olahraga

• Taman Bermain

• Telepon Umum

3. Pusat pelayanan lingkungan permukiman (Pusat Tersier), yaitu pusat orientasi pelayanan

kebutuhan penduduk yang berada di setiap lingkungan kelurahan / desa, di setiap

pulau-pulau yang mempunyai jumlah penduduk memadai, dan di setiap lingkungan permukiman,

yang dilengkapi dengan sarana sosial dan sarana umum, sehingga penduduk yang tinggal di

lingkungan kelurahan, di lingkungan permukiman atau setiap pulau tidak perlu keluar

lingkungannya untuk mendapat pelayanan. Pusat pelayanan lingkungan permukiman

pengembangannya dilakukan melalui konsep neighbourhood unit, yang setiap pusat

melayani 3 hingga 5 neighbourhood unit dan setiap neighbourhood unit pada lingkungan

permukiman terdiri sekitar 100 KK dengan jenis sarana pelayanan yang sesuai. Pusat

pelayanan lingkungan permukiman (pusat tersier) ini difungsikan juga sebagai pengikat

lingkungan untuk berinteraksi dan bersosialisasi antar masyarakat yang berada di

lingkungan kelurahan, di pulau-pulau dan di lingkungan permukiman tersebut serta untuk

melayani kebutuhan penduduk sehari-hari.

Pengalokasian pusat pelayanan lingkungan permukiman akan disebar di pusat -pusat

kelurahan, di pulau-pulau yang berpenghuni memadai, serta di tengah kelompok lingkungan

permukiman pada simpul-simpul jalan yang ada di pusat -pusat lingkungan permukiman

yang mempunyai aksessibilitas baik, sehingga mudah dijangkau. Pelaksanaan

pengembangan lingkungan permukiman dengan konsep neighbourhood unit dapat

dilakukan oleh pihak Pemerintah Kota Sorong bersama-sama dengan pihak Swasta /

I nvestor dan partisipasi Masyarakat.

Pengembangan pusat lingkungan maupun unit -unit lingkungan yang lebih kecil selain

dikembangkan di lingkungan permukiman juga dikembangkan di pulau-pulau yang

(7)

mempunyai jumlah penduduk memadai dan belum terlayani sarana pelayanan, atau yang

akan dikembangkan kegiatan yang dapat menarik penduduk, seperti di Pulau Doom, P. Tsiof,

dan Pulau Buaya. Dengan demikian penduduk yang tinggal di pulau-pulau tersebut tidak perlu

ke luar pulau untuk mendapatkan sarana pelayanan dasar guna memenuhi kebutuhan

hidupnya, baik itu berupa sarana pendidikan, peribadatan, kesehatan ataupun perdagangan.

Jenis sarana yang akan dikembangkan, diantaranya :

a. Balai Pertemuan / GSG

b. Taman bermain dan Lapangan olahraga

c. Kantor pos pembantu / Warpostel dan Telepon umum

d. Sarana Pemadam Kebakaran dengan skala pelyanan lingkungan

e. Pertokoan ataupun ruko, Pujasera dan kegiatan komersial lainnya

f. Masjid dan gereja kawasan

g. Sarana pendidikan, seperti TK dan SD

h. Balai Pengobatan, Poliklinik ataupun Tempat Praktek Dokter dan Apotik

Pengembangan struktur pelayanan Kota Sorong tahun 2012 dengan konsep pusat jamak (multiple

nucleis) dapat dilihat pada gambar 3.1.

3 .3

Re nc a na Pe m a nfa a t a n La ha n K ot a Sorong

Rencana penggunaan lahan di Kota Sorong bertujuan agar dapat ditentukan wilayah yang

diperuntukkan bagi kawasan lindung guna menjaga keseimbangan lingkungan serta yang

diperuntukkan bagi kawasan budidaya dengan berbagai jenis kegiatan yang dapat dikembangkan

sehingga memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Pembentukan pola penggunaan lahan yang

diterapkan didasarkan pula pada proporsi penggunaan lahan yang dinilai ideal untuk lingkungan

kota, yaitu perbandingan antara lahan terbangun untuk kegiatan fungsional kota, prasarana dan

utilitas kota, dengan lahan tak terbangun yang berupa kawasan konservasi, taman dan lapangan

olahraga, agar tercipta lingkungan kota yang nyaman dan asri. Titik tolak rencana penggunaan

lahan bagi kegiatan budidaya di Kota Sorong ini didasarkan pada pengembangan

kegiatan-kegiatan yang dapat memicu pertumbuhan kotanya. Dengan dikembangkannya kegiatan-kegiatan tersebut

diharapkan dapat memberi pengaruh dan merangsang pertumbuhan kegiatan ikutan lainnya di

wilayah sekitarnya.

Dengan bertitik tolak pada pengembangan kegiatan yang dapat memicu pertumbuhan tersebut

diperkirakan akan terjadi perubahan penggunaan lahan dari kegiatan budidaya non terbangun

menjadi kegiatan budidaya perkotaan, terutama kegiatan permukiman skala besar serta

kegiatan industri, perdagangan dan jasa pelayanan. Kecenderungan perubahan penggunaan

lahan ini akan memberi peluang seluas-luasnya kepada pihak swasta atau masyarakat untuk

mengembangkan kegiatan perkotaan di Kota Sorong.

Secara umum rencana pemanfaatan lahan yang dikembangkan di Kota Sorong hingga tahun

(8)

Gambar 3.1

Rencana struktur pelayanan Kota Sorong tahun 2012

dengan konsep pusat jamak (multiple nucleis)

(9)

1. Rencana Pemanfaatan lahan untuk Kawasan Lindung, yang didasarkan atas Keppres No. 32

tahun 1990 tentang pengelolaan kawasan lindung, meliputi :

a. Kawasan Perlindungan Daerah Bawahnya (hutan lindung dan kawasan resapan air)

b. Kawasan Perlindungan Setempat (sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar

Dam, kawasan sekitar mata air, dan jalur listrik tegangan tinggi)

c. Suaka Alam dan Cagar Budaya

d. Kawasan Rawan Bencana Alam

e. Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan Bandara Sorong Daratan

2. Rencana Pemanfaatan lahan untuk Kawasan Budidaya, terbagi atas :

a. Kegiatan Budidaya perkotaan, merupakan kegiatan terbangun yang dikembangkan di

wilayah sebelah barat Sorong Daratan dengan aktivitas kegiatan penduduknya berupa

kegiatan perkotaan, seperti kegiatan pusat pemerintahan, kegiatan industri, kegiatan

wisata, kegiatan perdagangan dan jasa, kegiatan permukiman, dan kegiatan khusus,

antara lain daerah militer, bandara, dan pelabuhan

b. Kegiatan Budidaya pedesaan, yang terdiri dari :

• Kegiatan terbangun pedesaan, yang diprioritaskan pengembangannya di pesisir pantai, dan disekitar kegiatan pertanian dan pertambangan, dengan aktivitas kegiatan

penduduknya bergantung pada kegiatan perikanan, pertanian dan pertambangan,

seperti perkampungan nelayan dan perkampungan pedesaan

• Kegiatan Perikanan, Pertanian dan pertambangan merupakan kegiatan non terbangun yang berupa kawasan perikanan baik darat maupun laut, kawasan pertanian tanaman

pangan lahan kering, kawasan pertanian tanaman tahunan/ perkebunan, kawasan

peternakan dan kawasan pertambangan galian C.

Untuk lebih jelasnya rencana pemanfaatan lahan di Kota Sorong serta luasan masing-masing

kegiatan yang akan dikembangkan hingga tahun 2012 dapat dilihat pada tabel I I I .1 dan gambar

3.2 berikut.

3 .3 .1 Re nc a na Pe nge m ba nga n K a w a sa n Lindung

Penentuan kawasan lindung bertujuan memberikan perlindungan terhadap kelestarian

lingkungan dan mempertahankan pengadaan sumber air baku (fungsi hidrologis), dan

diharapkan dapat menjaga iklim mikro serta mempertahankan keindahan Kota. Mengingat

pentingnya kawasan hutan lindung tersebut untuk menjaga keseimbangan lingkungan, maka

keberadaanya perlu dipertahankan.

Dalam menetapkan kawasan lindung di Kota Sorong di dasarkan atas Keppres No. 32 tahun

1990 tentang pengelolaan kawasan lindung serta dikuatkan oleh peraturan-peraturan

pendukung lainnya. Selain itu adanya ketentuan pada UU RI No 41 Tahun 1999 tentang

kehutanan (Pasal 18 ayat 2), guna optimalisasi manfaat lingkungan, manfaat sosial, dan

manfaat ekonomi masyarakat setempat, maka upaya pengembangan Kota Sorong di masa

mendatang diarahkan untuk dapat mempertahankan kecukupan luas kawasan hutan

sekurang-kurangnya 30 % dari luas yang ada di Kota Sorong.

Proses penetapan kawasan lindung di Kota Sorong dilakukan dengan memperhatikan hasil

analisis kesesuaian lahan serta kriteria lokasi kawasan lindung yang diatur dalam Keppres 32

tahun 1990. Berdasar hal tersebut, analisis penentuan kawasan lindung di Kota Sorong, terbagi

atas :

1. Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Kawasan Bawahannya

2. Kawasan Perlindungan Setempat

3. Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya

4. Kawasan Rawan Bencana Alam

5. Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan Bandara Sorong Daratan

Proses penetapan kawasan lindung di Kota Sorong yang didasarkan Keppres 32 tahun 1990,

(10)

Tabel III.1

Rencana Pemanfaatan Lahan Kota Sorong Tahun 2012

Pro p o rsi

H a K m 2 %

Kawasan H utan Lindung 12,775.04 127.7504 35.63%

Kawasan H utan M angrove 1,068.51 10.6851 2.98%

Kawasan Sempadan Sungai 570.31 5.7031 1.59%

Kawasan H utan W isata 120.82 1.2082 0.34%

Kawasan Pemerintahan 16.98 0.1698 0.05%

Kawasan Perdagangan dan Jasa 205.58 2.0558 0.57%

Kawasan Pariwisata 127.69 1.2769 0.36%

Kawasan Industri 87.36 0.8736 0.24%

Kawasan Permukiman 3,935.58 39.3558 10.98%

Kawasan Pertanian 2,104.29 21.0429 5.87%

Komplek O lahraga dan Pendidikan T inggi 29.72 0.2972 0.08%

Lahan C adangan 14,814.83 148.1483 41.32%

Jum lah 35,856.71 358.5671 100.00%

L uas Jenis K eg iatan

Pro p o rsi Pen g g u n aan L ah an K o ta So ro n g

Tah u n 2012

K aw asan H utan Lindung 36%

K aw asan H utan M angrove 3%

K aw asan S em padan S ungai 2%

K aw asan P em erintahan 0%

K aw asan H utan W isata 0% K aw asan P erdagangan dan Jasa

1% K aw asan P ariw isata

0% K aw asan Industri

0% K aw asan P erm ukim an

11% K aw asan P ertanian

6% K om plek O lahraga dan P endidikan Tinggi

0% Lahan C adangan

(11)

Gambar 3.2

Rencana Pemanfaatan Lahan Kota Sorong tahun 2012

RENCANA PRORAM INVESTASI JANGKA

(12)
(13)

Agar kawasan lindung di Kota Sorong dapat terjaga kelestariannya dan terhindar dari penetrasi

kegiatan budidaya, perlu dibuat kebijakan berikut :

a. Memberi batas-batas yang jelas pada kawasan-kawasan yang dijadikan sebagai kawasan

lindung

b. Kegiatan budidaya yang berada disekitar kawasan lindung sebaiknya dijaga perkembangannya

agar tidak meluas ke kawasan lindung

c. Kegiatan budidaya yang berada di kawasan lindung, sebaiknya kegiatan tersebut direlokasi

ketempat yang sesuai peruntukannya dan bekas kegiatan tersebut dikembalikan fungsinya

sebagai kawasan lindung

d. Melakukan pemberdayaan masyarakat, terutama yang tinggal di sekitar kawasan lindung agar

ikut terlibat secara aktif dalam menjaga dan melestarikan kawasan lindung yang sudah

ditetapkan

e. Menyiapkan pranata pendukung penetapan kawasan lindung serta menyiapkan aparat

pelaksana di lapangan

f. Memberi sangsi yang berat bagi para perusak kawasan lindung.

Rencana pengembangan kawasan lindung Kota Sorong terlihat pada gambar 3.4.

3 .3 .1 .1 Re nc a na Pe nge m ba nga n K a w a sa n Y a ng M e m be rik a n

Pe rlindunga n K a w a sa n Ba w a ha nnya

Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya, terdiri dari :

1. Kaw asan Hutan Lindung, didefinisikan sebagai kawasan hutan yang memiliki sifat khas yang mampu memberikan perlindungan kepada kawasan sekitar maupun bawahannya

sebagai pengatur tata air (fungsi hidrologis), pencegahan erosi, sedimentasi dan banjir, serta

memelihara unsur hara dan kesuburan tanah. Berdasar Keppres No. 32 tahun 1990, kriteria

penetapan kawasan hutan lindung didasarkan atas :

• Kawasan dengan faktor-faktor kemiringan lereng, kepekaan tanah dan curah hujan yang melebihi nilai skor 175

• Kawasan hutan yang mempunyai lereng lapangan lebih dari 40 % dengan jenis tanah yang mempunyai kepekaan tinggi (mudah tererosi)

• Pulau-pulau kecil atau pulau-pulau yang sebagian besar lahannya memiliki kemiringan lereng cukup tinggi dan tidak memungkinkan dikembangkan kawasan budidaya,

dikarenakan dapat merusak ekosistem pulau tersebut.

Berkaitan dengan kriteria tersebut di atas, maka beberapa kawasan yang ditetapkan

sebagai kawasan hutan lindung di Kota Sorong, meliputi :

a. Kawasan tangkapan air yang berpotensi dikembangkan sebagai sumber air baku.

Penetapan kawasan lindung ini dilakukan untuk menghindari terjadinya kerusakan pada

daerah tangkapan air tersebut yang dapat menyebabkan terganggunya penyediaan air

bersih yang merupakan kebutuhan utama bagi penduduk Kota Sorong. Wilayah Kota

Sorong yang dapat dijadikan sebagai kawasan tangkapan air adalah Kawasan DAS

Sungai Rufei, Kawasan DAS Sungai Remu, dan Kawasan DAS Sungai Warsamson

beserta anak sungainya.

b. Kawasan perbukitan yang memiliki kelerengan lahan di atas 40 % (skor 100) karena

mempunyai jenis tanah dengan tingkat kepekaan sangat tinggi / mudah tererosi (skor

75), sehingga dapat dicegah terjadinya longsor dan sedimentasi yang tinggi di daerah

tangkapan air (bendungan / sungai). Wilayah Kota Sorong yang dapat dijadikan sebagai

kawasan tangkapan air adalah kawasan perbukitan yang berada di utara, tengah, dan

tenggara Kota Sorong.

c. Pulau-pulau kecil yang tidak berpenghuni dan mempunyai luas kurang dari 10 Ha

dikarenakan apabila dikembangkan kawasan budidaya dapat mengganggu

keseimbangan lingkungan pulau tersebut akibat rusaknya kawasan lindungnya, seperti

perlindungan hutan mangrove, sempadan pantai, serta daerah lindung lainnya.

Pulau-pulau kecil yang perlu dilindung di Kota Sorong, diantaranya P. Mu, P. Karintum, dan

pulau kecil lainnya dengan luas < 10 Ha atau lebar pulaunya < 200 m..

Untuk pulau-pulau kecil yang sudah dihuni, terutama oleh para nelayan sejak beberapa

tahun silam, bahkan sudah turun temurun yang sebagian besar berada di pantai, perlu

tetap dipertahankan keberadaannya agar tidak tersingkirkan. Namun demikian

keberadaan permukiman nelayan yang aktivitas kehidupannya berada di laut, perlu

dilakukan penataan agar lebih rapi dan para penghuninya dlibatkan secara aktif untuk

(14)

Gambar 3.4

Rencana Pengembangan Kawasan Lindung di Kota Sorong

Tahun 2012

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA

(15)

Kaw asan Resapan Air, didefinisikan sebagai kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan, sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (akuifer) yang

berguna untuk keperluan penyediaan kebutuhan air tanah dan air permukaan, serta

penanggulangan banjir, baik untuk kawasan bawahnya maupun kawasan yang bersangkutan.

Kriteria dari kawasan resapan air ini adalah curah hujan yang tinggi rata-rata lebih dari 3,48

mm/ hari (skor 50), struktur tanah yang mudah meresapkan air dan bentuk geomorfologi yang

mampu meresapkan air hujan secara besar-besaran dengan kemiringan lereng > 25 % (skor

80) dan mempunyai tingkat kepekaan tanah peka (skor 60). Berdasar kriteria di atas, wilayah

yang potensial untuk dijadikan sebagai kawasan resapan air (kawasan penyangga) di Kota

Sorong adalah wilayah DAS Sungai Remu, DAS Sungai Rufei, dan DAS Sungai Warsamson

beserta anak sungainya, perbukitan di sebelah utara, tengah dan di sebelah tenggara Kota

Sorong yang mempunyai kemiringan > 25 % dan mempunyai kepekaan tinggi (mudah

tererosi) dan difungsikan sebagai pensuplai sumber air tanah yang dimanfaatkan oleh

masyarakat dan air permukaan yang dimanfaatkan oleh PDAM sebagai sumber air baku.

Mengingat pentingnya penetapan kawasan-kawasan tersebut sebagai kawasan lindung guna

menjaga kelestarian lingkungan dan sebagai daerah tangkapan air untuk dijadikan sebagai

sumber air baku penduduk Kota Sorong, maka kawasan lindung tersebut perlu ditetapkan sebagai

hutan lindung. Adapun kawasan yang potensial untuk ditetapkan sebagai kawasan hutan lindung

dan resapan air di Kota Sorong, meliputi DAS Sungai Remu, DAS Sungai Rufei, DAS Sungai

Warsamson, kawasan perbukitan yang berada di Wilayah Kota Sorong sebelah utara, dan

kawasan perbukitan yang berada di Wilayah Kota Sorong sebelah tengah dan tenggara, serta

pulau-pulau kecil yang mempunyai luas kurang dari 10 Ha, diantaranya P. Mu dan P. Karintum.

Dengan ditetapkannya kawasan tersebut sebagai hutan lindung diharapkan dapat dihindari

terjadinya penetrasi kegiatan budidaya ke kawasan tersebut dan dampak lingkungan yang dapat

ditimbulkan dari pengembangan lahan pada kawasan tersebut di atas.

3 .3 .1 .2 Re nc a na

Pe nge m ba nga n

K a w a sa n

Pe rlindunga n

Se t e m pa t

Kawasan Perlindungan Setempat yang ada di Kota Sorong terbagi atas :

1. Kaw asan Sempadan Pantai, merupakan kawasan sepanjang tepi pantai yang berfungsi melindungi wilayah pantai dari usikan kegiatan yang mengganggu kelestarian fungsi pantai.

Kawasan perlindungan sempadan pantai yang ditetapkan memiliki lebar yang proporsional

dengan bentuk dan kondisi fisik pantai, sekurang-kurangnya berjarak 100 meter diukur dari

garis pantai pada saat titik pasang tertinggi ke arah darat. Sesuai dengan ketetapan di atas,

wilayah Kota Sorong yang potensial untuk ditetapkan sebagai kawasan lindung sempadan

pantai mencakup seluruh wilayah pantai yang ada di Kota Sorong, baik yang ada di wilayah

Sorong Daratan (sebelah barat dan utara Kota Sorong) maupun pulau-pulau yang ada

dengan jarak 100 meter diukur dari garis pantai pada saat titik pasang tertinggi ke arah

darat.

Namun demikian mengingat sebagian besar wilayah pantai barat Kota Sorong sudah

termanfaatkan untuk kegiatan terbangun dengan tingkat kepadatan yang cukup tinggi, baik

untuk pertahanan dan keamanan, pelabuhan, kegiatan perekonomian maupun permukiman,

maka prioritas pemberlakuan sempadan pantai diarahkan pada kawasan-kawasan pantai

yang kondisinya masih belum terbangun. I ni dilakukan untuk menghindari adanya

keresahan masyarakat akibat adanya penggusuran apabila diberlakukan sempadan pantai

untuk daerah hijau, serta dampak sosial yang lebih besar yang dapat mengancam stabilitas

keamanan. Adapun pemberlakuan sempadan pantai dapat diterapkan pada pantai barat

sebelah selatan (Remu Selatan dan Klasaman), pada pantai utara (Tanjung Kasuari) Kota

Sorong, serta di pulau-pulau yang belum padat penghuninya terkecuali di Pantai P. Doom.

Namun, berkaitan dengan adanya kawasan terbangun dan pemukiman nelayan pada

beberapa pulau (P. Doom) dan di wilayah pesisir pantai barat Sorong Daratan yang

cenderung memenuhi daerah sempadan pantai, pengembangannya perlu di batasi dan

dilakukan penertiban serta penataan agar tidak berkembang meluas. Masyarakat yang

(16)

2. Kaw asan Sempadan Sungai, didefinisikan sebagai kawasan sepanjang kiri dan kanan sungai, termasuk sungai buatan yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan

kelestarian fungsi sungai. Tujuan perlindungan sempadan sungai adalah melindungi sungai

dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik

dan dasar sungai serta mengamankan aliran sungai. Pemberlakuan sempadan sungai di Kota

Sorong terbagi atas sempadan pada sungai-sungai yang berada atau melewati kawasan

budidaya guna menghindari terjadinya genangan / banjir akibat limpahan sungai serta

sempadan sungai yang berada pada kawasan hulu yang kondisinya masih relatif belum

terbangun dan mempengaruhi penyediaan sumber air baku.

Pemberlakuan sempadan sungai di Kota Sorong didasarkan pada Keppres No 32 tahun 1990,

yaitu :

• Sekurang-kurangnya 10 meter hingga 15 meter dari tepi kiri - kanan sungai yang berada di kawasan permukiman (terbangun) yang diperkirakan cukup untuk dibangun jalan

inspeksi

• Sekurang-kurangnya 100 meter dari tepi kiri - kanan sungai besar dan 50 meter dari tepi kiri - kanan anak sungai yang berada di luar permukiman / kegiatan perkotaan.

Kebijaksanaan perlindungan kawasan sempadan sungai, dilakukan untuk mencegah

berkembangnya kegiatan budidaya di sempadan sungai yang dapat mengganggu atau

merusak kualitas air, kondisi fisik dan dasar sungai serta alirannya. Untuk itu perlu dilakukan

penetapan kawasan sempadan sungai sebagai kawasan lindung serta melakukan pemantauan

terhadap perkembangan kegiatan terbangun disekitar sungai agar tidak menempati sempadan

sungai yang berfungsi lindung.

Adapun penerapan kawasan sempadan sungai sebesar 100 meter dari t epi kiri - kanan sungai

dapat diberlakukan pada Sungai Warsamson beserta anak-anak sungainya, Sungai Klasaman

hingga Sungai Klasibik beserta anak-anak sungainya, Sungai Klagete beserta anak-anak

sungainya, Sungai Warmon beserta anak-anak sungainya, Sungai Klagison beserta anak-anak

sungainya, hulu Sungai Remu beserta anak-anak sungainya, serta hulu Sungai Rufei beserta

anak-anak sungainya. Sedangkan sungai-sungai yeng berada di wilayah perkotaan, seperti

hilir Sungai Rufei, hilir Sungai Remu, serta Sungai Klagison yang berada di sisi jalan menuju

Klasaman, diberlakukan sempadan sebesar 10 meter dari tepi kiri - kanan sungai.

100 Meter Permukiman

Sungai

Sempadan sungai berjarak 100 Meter terhadap permukiman

Permukiman

Mengingat beberapa kawasan sempadan sungai yang ada di Kota Sorong, khususnya di

kawasan sempadan sungai pada hilir Sungai Remu dan hilir Sungai Rufei sudah berkembang

kegiatan terbangun, maka untuk melindungi kawasan sempadan sungai tersebut agar tidak

mengalami kerusakan perlu dilakukan upaya penertiban, baik berupa relokasi kegiatan

terbangun yang berada di kawasan tersebut ke kawasan yang sesuai peruntukannya

ataupun melalui penataan kawasan tersebut, agar tercipta lingkungan permukiman yang

sehat, tertata rapi dan terhindar dari bahaya banjir akibat luapan sungai tersebut pada saat

musim hujan. Dalam melakukan relokasi atau penataan lingkungan tersebut harus

diupayakan melalui pendekatan persuasif sesuai karakter dan sosial budaya masyarakat

setempat agar tidak menimbulkan gejolah sosial yang dapat mengganggu stabilitas

keamanan.

3. Kaw asan Sempadan Bendungan, merupakan kawasan lindung di sekeliling bendungan yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi bendungan.

Penetapan kawasan sempadan bendungan dilakukan untuk mengantisipasi rencana

pengembangan bendungan di Kota Sorong dengan tujuan sebagai penyedia sumber air

baku bagi Kota Sorong, pengendali banjir kawasan bawahnya, serta sebagai pusat rekreasi

air. Mengingat salah satu permasalahan Kota Sorong adalah terbatasnya sumber air bersih

(17)

pada Sungai Remu yang mempunyai debit air cukup besar. Dengan dikembangkannya

bendungan di sungai ini diharapkan sumber air baku untuk kebutuhan air bersih dapat

dipenuhi dari bendungan ini. Selain itu pengembangan bendungan ini dapat dimanfaatkan

untuk mengatur debit air di daerah hilirnya, sehingga kawasan disepanjang aliran Sungai

Remu ini diharapkan terbebas dari banjir akibat sering meluapnya air sungai pada saat musim

hujan.

Dengan dikembangkannya bendungan ini, perlu diatur pemberlakuan sempadan bendungan.

Kriteria penentuan sempadan bendungan di Kota Sorong adalah daratan sekeliling tepian

bendungan yang akan dikembangkan dengan lebar proporsional dengan bentuk dan kondisi

fisik bendungan, yaitu sebesar 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Tujuan

perlindungan terhadap kawasan sekitar bendungan dilakukan untuk melindungi bendungan

dari kegiatan budidaya yang dapat mengganggu kelestarian fungsi bendungan. Kebijaksanaan

perlindungan kawasan sempadan bendungan dilakukan untuk mencegah sejak dini

berkembangnya kegiatan budidaya di sempadan bendungan, agar tidak mengganggu fungsi

bendungan serta melakukan pengamanan daerah hulu dari perkembangan kegiatan budidaya

yang berlebihan dan menghindari kegiat an pembukaan lahan (land clearing) pada musim

hujan agar tidak terjadi erosi akibat terkikisnya lapisan tanah oleh air hujan yang dapat

menimbulkan sedimentasi di bendungan yang menerima limpahan air hujan tersebut.

4. Kaw asan Sempadan Mata Air, didefinisikan sebagai perlindungan kawasan sekitar mata air guna melindungi mata air dari kegiatan budidaya yang dapat merusak kondisi fisik kawasan

sekitarnya yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas mata air. Kriteria kawasan sekitar mata

air adalah daerah bebas fisik bangunan (buffer zone) sekurang-kurangnya dengan jari-jari

atau radius 200 meter di sekitar mata air dan difungsikan sebagai kawasan lindung.

Kebijaksanaan perlindungan kawasan sempadan mata air dilakukan untuk mencegah

berkembangnya kegiatan budidaya di kawasan sempadan mata air, agar tidak mengganggu

fungsi mata air (terutama sebagai sumber air bersih) serta mengembalikan kawasan hutan di

sempadan mata air yang telah mengalami kerusakan melalui program rehabilitasi, reboisasi

dan konservasi. Kawasan sempadan mata air di Kota Sorong yang perlu mendapat

perlindungan diantaranya di Pulau Buaya dan Pulau Tsiof dengan memberlakukan sempadan

Sedangkan pemberlakuan sempadan mata air yang berada di Sorong Daratan yang

umumnya berada di kawasan lindung, maka pemberlakuan kawasan sempadan mata air

diintegrasikan dengan pengembangan kawasan lindung.

3 .3 .1 .3 Re nc a na Pe nge m ba nga n K a w a sa n Sua k a Ala m da n

Ca ga r Buda ya

Penentuan Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya di Kota Sorong dibedakan atas :

1. Kaw asan Suaka Alam, didefinisikan sebagai perlindungan kawasan suaka alam guna melindungi keanekaragaman biota, tipe ekosistem, gejala dan keunikan alam bagi

kepentingan plasma nutfah, ilmu pengetahuan dan pembangunan pada umumnya. Kawasan

suaka alam yang ada di Kota Sorong dapat difungsikan sebagai kawasan wisata, dengan

kriteria penetapannya, diantaranya adalah :

a. Kawasan yang ditunjuk memiliki keadaan yang menarik dan indah baik secara alam iah

maupun buatan manusia

b. Memenuhi kebutuhan manusia akan rekreasi dan olahraga serta terletak dekat pusat

-pusat permukiman penduduk

c. Mengandung satwa yang dapat dikembangbiakkan, sehingga memungkinkan dilakukan

perburuan secara teratur pada waktu tertentu untuk mengontrol populasinya dengan

mengutamakan segi rekreasi, olahraga, dan kelestarian satwa.

Adapun kawasan yang potensial untuk dijadikan sebagai kawasan suaka alam adalah

pulau-pulau yang potensial untuk dikembangkan sebagai hutan wisata buru, seperti Pulau Buaya.

2. Kaw asan Suaka Alam Laut Dan Perairan Lainnya, didefinisikan sebagai perlindungan kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya untuk melindungi keanekaragaman biota,

tipe ekosistem, gejala dan keunikan alam bagi kepentingan plasma nutfah, keperluan

pariwisata dan ilmu pengetahuan. Kriteria kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya

adalah kawasan berupa perairan laut, perairan darat, wilayah pesisir, muara sungai,

(18)

untuk mencegah kerusakan pada potensi taman laut. Adapun upaya perlindungan suaka alam

laut ini, selain melakukan pelarangan penangkapan ikan dengan menggunakan bahan

peledak, pelarangan pengambilan satwa laut yang dilindungi dan pengambilan terumbu

karang secara berlebihan, serta memberdayakan masyarakat, khususnya para nelayan untuk

ikut terlibat secara aktif dalam menjaga dan melestarikan biota laut.

Adapun wilayah perairan yang potensial untuk dijadikan sebagai kawasan suaka alam laut

karena keanekaragaman biota lautnya mencakup wilayah perairan yang diperkirakan

mempunyai kekayaan dan keindahan biota laut, terutama yang berada di sekitar Tanjung

Kasuari, Pulau Buaya, dan perairan sekitar hutan mangrove.

3. Kaw asan Perlindungan Hutan Mangrove, dilakukan untuk melestarikan hutan mangrove sebagai pembentuk ekosistem hutan mangrove dan tempat berkembangbiaknya berbagai

biota laut, disamping sebagai pelindung pantai dan pengikisan air laut (abrasi) serta sebagai

pelindung usaha budidaya di belakangnya. Kriteria kawasan perlindungan hutan mangrove

ditetapkan dengan jarak minimal 130 kali nilai rata-rata perbedaan air pasang tertinggi dan

terendah tahunan diukur dari garis air surut terendah ke arah darat. Apabila nilai rata-rata

perbedaan air pasang tertinggi dan terendah tahunan yang diukur dari garis air surut

terendah ke arah darat besarnya kurang dari 1 (satu), maka diberlakukan perlindungan

kawasan sempadan pantai sebesar 100 m dari pantai pada saat pasang.

Mengingat pentingnya kawasan tersebut untuk membersihkan aliran air permukaan dari tanah

yang terlarut di dalamnya sebelum aliran tersebut mencapai laut, serta sebagai habitat tempat

mencari makan bagi hewan liar, serta habitat bagi berkembangbiaknya ikan, maka

kawasan-kawasan hutan mangrove yang ada di Kota Sorong perlu dilindungi sebagai kawasan-kawasan

perlindungan hutan mangrove.

Adapun kawasan hutan mangrove yang potensial untuk dilindungi diantaranya adalah

kawasan hutan mangrove yang berada di muara Sungai Warmon Hingga perbatasan dengan

Kabupaten Sorong, di Pulau Manjau, Pulau Mu, Pulau Nanah, Pulau Vandu dan pulau-pulau

kecil lainnya yang berhutan mangrove.

4. Taman Nasional, Taman Hutan Raya Dan Taman Wisata Alam, didefinisikan sebagai kawasan pelestarian alam yang dilakukan untuk pengembangan pendidikan, rekreasi dan

pariwisata, serta peningkatan kualitas lingkungan sekitarnya dan perlindungan dari

pencemaran. Kriteria dari kawasan ini adalah kawasan berhutan atau bervegetasi tetap

yang memiliki flora dan fauna yang beraneka ragam, memiliki arsitektur bentang alam yang

baik dan memiliki akses yang baik untuk keperluan pariwisata.

Wilayah yang potensial dikembangkan sebagai taman nasional, taman hutan raya dan

taman wisata alam di Kota Sorong meliputi kawasan hutan wisata yang berada di sebelah

timur Kota Sorong (Kelurahan / Kampung Klasaman) dan difungsikan sebagai taman wisata

alam. Keberadaan taman wisata alam ini perlu dilindungi melalui kebijaksanaan pelarangan

penebangan pohon di kawasan tersebut serta melarang dan mencegah terjadinya

pengalihan fungsi kawasan sebagai kawasan budidaya.

5. Kaw asan Cagar Budaya Dan I lmu Pengetahuan, dilakukan untuk melindungi kekayaan budaya bangsa berupa peninggalan-peninggalan sejarah, bangunan arkeologi dan

monumen nasional (situs purbakala) serta keragaman bentukan geologi yang berguna

untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dari ancaman kepunahan yang disebabkan oleh

kegiatan alam maupun manusia. Kriteria penentuan kawasan ini adalah tempat dan ruang

disekitar bangunan bernilai budaya tinggi, situs purbakala dan kawasan dengan bentukan

geologi tertentu yang mempunyai manfaat tinggi untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

Berdasarkan kriteria di atas, di wilayah Kota Sorong perlu ditelit i lebih lanjut keberadaan

kawasan yang dapat ditetapkan sebagai kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan agar

dapat secara dini dilindungi.

3 .3 .1 .4 Re nc a na Pe nge m ba nga n K a w a sa n Ra w a n Be nc a na

Ala m

Kawasan Rawan Bencana Alam, didefinisikan sebagai pelindungan kawasan dengan tujuan

untuk melindungi manusia dan aktivitas kegiatannya dari bencana yang disebabkan oleh alam

(19)

adalah kawasan yang diidentifikasi sering dan berpotensi tinggi mengalami bencana alam seperti

letusan gunung berapi, gempa bumi, dan tanah longsor.

Berdasar hasil analisis geologi, teridentifikasi kawasan rawan bencana di Kota Sorong, yaitu

adanya sesar geser sorong yang terbentang di Tanjung Kasuari. Selain itu Kota Sorong ini juga

dikelilingi oleh beberapa sesar yang tersebar di beberapa wilayah Kabupaten Sorong yang

dampaknya akan terasa di wilayah Kota Sorong. Adanya sesar ini menunjukkan bahwa Kota

Sorong merupakan daerah rawan terhadap bencana, terutama gempa. Adapun wilayah yang

teridentifikasi potensial rawan bencana gempa sangat kuat adalah Kawasan Tanjung Kasuari,

Kawasan Rufei dan Kampung Baru serta kawasan perkotaan yang ada di sebelah barat Kota

Sorong.

Untuk menghindari dampak kerugian yang sangat besar, baik kerugian harta dan korban

manusia, maka pada kawasan sesar yang ada di Tanjung Kasuari sebaiknya diperuntukkan bagi

kawasan ruang terbuka hijau (buffer) serta kegiatan terbangun yang dikembangkan di kawasan

pengaruh gempa sebaiknya menggunakan konstruksi yang tahan terhadap gempa.

3 .3 .1 .5 Re nc a na

Pe nge m ba nga n

K a w a sa n

K e se la m a t a n

Ope ra si Pe ne rba nga n

Perlindungan kawasan keselamatan operasi penerbangan ditetapkan sebagai kawasan dengan

pengembangan terbatas dengan maksud menjaga keselamatan operasi penerbangan guna

melindungi masyarakat dari kemungkinan bahaya kecelakaan pesawat terbang atau kebisingan.

Dalam pengembangan Bandara Sorong Daratan perlu ditetapkan area kawasan keselamatan

operasi penerbangan Bandara Sorong Daratan, yang meliputi wilayah bandara ditambah

wilayah-wilayah yang ada di sekitar bandara dengan luas dan jarak tertentu, yang penentuan batas-batas

kawasan keselamatan operasi penerbangan, terbagi atas :

1. Kawasan Transitional Surface, yang merupakan kawasan pendekat an dan lepas landas, yaitu

kawasan yang merupakan perpanjangan dari ujung landasan dan berbentuk trapesium.

2. Kawasan Kemungkinan Bahaya Kecelakaan, yaitu kawasan yang merupakan perpanjangan

3. Kawasan Di Atas Permukaan Horisontal Dalam, yaitu daerah yang berbentuk segi empat

dengan sudut-sudutnya membentuk seperempat lingkaran dengan radius yang berjari-jari

tertentu dihitung dari ujung as landasan.

4. Kawasan Permukaan Kerucut, yaitu daerah yang berbentuk segi empat dengan jarak

tertentu di luar kawasan permukaan horisontal dalam.

5. Kawasan Permukaan Transisi, yaitu daerah yang berbentuk segi empat dengan sudut

-sudutnya membentuk seperempat lingkaran dengan radius yang berjari-jari tertentu

dihitung dari ujung landasan.

Adapun wilayah kawasan keselamatan operasi penerbangan yang harus dijadikan sebagai

kawasan lindung meliputi Kawasan Transitional Surface, yaitu kawasan pendekatan dan lepas

landas pesawat yang merupakan perpanjangan dari ujung landasan dan berbentuk trapesium.

Adapun peDooman yang harus diikuti dalam upaya pengembangan kawasan keselamatan

operasi penerbangan untuk kegiatan budidaya, diantaranya berupa tempat pemakaman umum,

kegiatan perkebunan atau pertanian yang tidak mengundang burung-burung untuk datang,

karena dapat membahayakan keselamatan penerbangan.

Sedangkan kawasan di luar Transitional Surface yang masih dalam kawasan keselamatan

operasi penerbangan diarahkan melalui pengembangan terbatas, terutama yang menyangkut

kepadatan bangunan dan ketinggian bangunan yang harus dibatasi sesuai toleransi yang

diijinkan, jenis kegiatan yang tidak menimbulkan polusi udara yang dapat mengganggu

pandangan serta kegiatan yang tidak mengundang banyak burung, sehingga tidak mengganggu

aktivitas penerbangan.

3 .3 .2 Re nc a na Pe nge m ba nga n K a w a sa n Budida ya

Kawasan budidaya merupakan kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk

dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan

sumber daya buatan agar mempunyai nilai ekonomi tinggi. Penent uan kawasan budidaya

(20)

Secara garis besar rencana pengembangan kawasan budidaya di Kota Sorong dibedakan atas :

a. Kawasan budidaya perdesaan, baik kawasan budidaya yang terbangun berupa permukiman

penduduk dengan aktivitas utama kegiatan penduduknya berupa kegiatan perdesaan, maupun

kawasan budidaya yang non terbangun dengan jenis kegiatan utama berupa pertanian,

peternakan, perikanan, perhutanan, dan pertambangan

b. Kawasan budidaya perkotaan, merupakan kawasan budidaya dengan jenis kegiatan berupa

perkantoran, perdagangan dan jasa, pariwisata, industri, serta permukiman perkotaan.

3 .3 .2 .1 Re nc a na

Pe nge m ba nga n

K a w a sa n

Budida ya

Pe rde sa a n

Kawasan budidaya perdesaan merupakan kawasan yang didominasi oleh aktivitas kegiatan

pertanian, peternakan, perikanan, perhutanan, pertambangan dan permukiman penduduk yang

melakukan aktivitas kegiatan-kegiatan tersebut dengan tingkat kepadatan rendah. Penentuan

kawasan budidaya perdesaan dilakukan sesuai potensi sumber daya yang dimiliki masing-masing

wilayah. Dengan demikian diharapkan aktivitas kegiatan pertanian dan perikanan yang

dikembangkan dapat optimal.

Pengembangan Kegiatan Terbangun Perdesaan

Pengembangan kawasan terbangun di daerah pedesaan diarahkan untuk penyiapan pemukiman

penduduk yang aktivitas kegiatannya bergerak di bidang pertanian, perikanan, dan peternakan.

Pengembangan kegiatan terbangun di kawasan pedesaan ini diarahkan pada lokasi-lokasi yang

memenuhi kriteria sebagai berikut :

1. Pulau-pulau yang mempunyai ketersediaan lahan yang cukup luas dan memadai

2. Memiliki kesesuaian dan daya dukung lahan dengan memasukan teknologi yang sesuai

3. Ketersediaan air terjamin

4. Lokasi yang terkait dengan kawasan hunian yang telah berkembang

5. Tidak terletak di kawasan yang berfungsi lindung, seperti hutan lindung, hutan mangrove,

sempadan pantai, sungai, mata air dan sempadan Dam.

Wilayah yang potensial untuk dikembangkan sebagai permukiman perdesaan dengan aktivitas

kehidupan penduduknya dari hasil perikanan tersebar di kawasan pesisir, diantaranya di Rufei

dan Tanjung Kasuari, perkampungan nelayan di muara Sungai Kladow di Kelurahan / Kampung

Remu Selatan hasil relokasi dari bandara, permukiman di Pulau Doom, Pulau Tsiof, dan di Pulau

Buaya, serta kawasan pesisir lainnya. Sedangkan kawasan permukiman perdesaan yang

sebagian besar penduduknya hidup dari pertanian umumnya tersebar di kawasan Rufei,

Tanjung Kasuari, dan di kawasan sebelah timur Kota Sorong dan di kawasan inland lainnya

yang tersebar di kelurahan-kelurahan / kampung-kampung di luar pusat kota. I ni dikarenakan

pada lokasi-lokasi tersebut memiliki jenis tanah dengan tingkat kesuburan yang relatif cukup

tinggi, sehingga cocok untuk kegiatan pertanian, perkebunan dan perhutanan.

Untuk pengembangan kegiatan budidaya pedesaan di pulau-pulau yang ada di wilayah Kota

Sorong dengan aktivitas kegiatan penduduk di darat diarahkan pada pulau-pulau yang memiliki

luas minimal 100 Ha. Sedangkan permukiman nelayan yang aktivitas kegiatan penduduknya

sebagian besar di laut dan tidak mempunyai ketergantungan usaha pada lahan darat, diarahkan

pada pulau-pulau yang memiliki luas minimal 25 Ha. Penetapan ketentuan ini dilakukan untuk

menghindari terjadinya ketidakseimbangan alam atau kerusakan lingkungan di pulau-pulau

tersebut akibat berkembangnya kegiatan budidaya. Sedangkan pulau-pulau kecil yang sudah

terhuni, terutama oleh permukiman nelayan, perkembangannya perlu dibatasi agar

keseimbangan lingkungan di pulau tersebut tetap terjaga kelestariannya.

Lingkungan permukiman perdesaan yang sudah berkembang di Kota Sorong dan sesuai

peruntukannya, akan tetap dipertahankan keberadaannya dan diberi ruang untuk berkembang.

Selain itu pada setiap unit lingkungan pemukiman perdesaan baik yang ada di Wilayah Sorong

Daratan maupun yang ada di pulau-pulau dilengkapi pula dengan sarana pelayanan umum

terkecil, yang meliputi fasilitas pendidikan, kesehatan, peribadatan, bina sosial, rekreasi dan

olah raga, pelayanan pemerintahan tingkat RW, perbelanjaan / niaga, dan transportasi. Dengan

demikian untuk memenuhi kebutuhan sarana pelayanan, penduduk yang tinggal di setiap

lingkungan atau pulau tersebut tidak perlu pergi ke luar pulau atau lingkungannya. Dengan

demikian keberadaan penduduk setempat/ lama tidak tersingkir atau merasa diabaikan

(21)

Sedangkan lingkungan perdesaan yang kondisinya kurang sehat dan kumuh perlu dilakukan

upaya penataan melalui pelibatan peran aktif masyarakat (pemberdayaan masyarakat) yang

tinggal di lingkungan tersebut serta tetap didampingi dan diarahkan oleh pihak Pemerintah Kota

Sorong. Umumnya lingkungan permukiman perdesaan yang kondisinya kurang sehat dan kumuh

sebagian besar tumbuh di kawasan pesisir yang merupakan lingkungan permukiman nelayan.

Umumnya lingkungan permukiman nelayan berada di wilayah pesisir / pantai yang sebagian besar

kondisinya kurang tertata dengan baik. I ni dikarenakan adanya kecenderungan para nelayan

membangun tempat tinggalnya di kawasan pantai atau sekeliling pulau yang merupakan kawasan

sempadan pantai terkesan seadanya, sehingga memberi kesan lingkungan yang tidak sehat dan

kumuh serta belum terlayani oleh sarana dan jaringan utilitas yang memadai.Untuk itu perlu

dilakukan upaya penataan lingkungan permukiman nelayan tersebut agar lebih sehat dan rapi.

Dalam upaya penataan lingkungan permukiman nelayan diusahakan melibatkan peran aktif para

nelayan yang tinggal di lingkungan tersebut dan tetap didampingi dan diarahkan oleh pihak

Pemerintah Kota Sorong.

Upaya penataan permukiman nelayan ini perlu dilengkapi dengan dermaga / pelantar tempat

menambatkan perahu milik nelayan secara

kolektif, sehingga perahu-perahu milik nelayan

dapat ditambatkan secara lebih teratur. Selain

itu untuk setiap komunitas permukiman

nelayan dilengkapi pula jaringan sanitasi

lingkungan yang baik dan disediakan sebuah

reservoir sebagai penampung air bersih yang

kapasitasnya disesuaikan kebutuhan untuk

memenuhi kebutuhan air bersih penduduk

serta genset atau pembangkit listrik lainnya sebagai sebagai sumber penerangannya.

Pelaksanaan penataan lingkungan permukiman nelayan yang kurang sehat dan kumuh tersebut

dapat dilakukan melalui cara-cara berikut :

1. Menata kembali permukiman nelayan yang kondisinya tidak sehat dan kumuh dan

melengkapinya dengan sarana dan jaringan utilitas kota, yang pelaksanaannya dilakukan

melalui program pemberdayaan dengan swadaya masyarakat yang didampingi oleh

Pemerintah Kota bersama LSM

2. Relokasi permukiman kumuh yang tidak sesuai peruntukannya ke lokasi lain yang sesuai

dengan lingkungan yang sehat dan dilengkapi sarana pelayanan serta jaringan utilitas yang

memadai

Pengembangan Kegiatan Budidaya Pertanian

Jenis kegiatan budidaya pedesaan non terbangun berupa kegiatan pertanian dalam arti luas,

yang berdasar SK Mentan No 683/ Kpts/ Um/ 8/ 1981 dan 837/ Kpts/ Um/ 11/ 1980, meliputi

kegiatan pertanian yang difungsikan sebagai kawasan penyangga, kegiatan pertanian lahan

kering (palawija) dan pertanian tanaman hias, kegiatan pertanian tanaman tahunan atau

(22)

perkebunan, dan peternakan. Pengembangan kegiatan pertanian di Kota Sorong terbagi atas dua

kelompok pengelolaan, yaitu :

1. Pengembangan kegiatan pertanian skala besar yang dapat ditawarkan kepada pihak investor.

Dalam mengembangkan kegiatan pertanian skala besar, pihak swasta diharuskan untuk

melakukan kemitraan dengan

komoditi palawija, perkebunan buah-buahan, perkebunan kelapa/ kelapa sawit, atau komoditi

lain yang mempunyai nilai ekonomi tinggi.

Agar pengembangan kegiatan pertanian skala besar ini tidak dijadikan sebagai ajang

spekulasi, maka pemberian ijin pengelolaannya dibuat dalam bentuk modul-modul dengan

luasan sekitar 50 - 100 Ha. Penetapan modul-modul dengan luasan ini bertujuan untuk

menghindari terjadinya penguasaan lahan oleh satu investor yang cukup luas, sementara

kemampuan untuk mengembangkan lahan tersebut cukup terbatas, sehingga tidak dapat

dikembangkan secara optimal, sementara apabila ada investor (dapat berupa koperasi) lain

yang ingin masuk di lokasi tersebut akan terhambat.

2. Pengembangan kegiatan pertanian skala kecil - menengah, diarahkan untuk dikembangkan

dan dikelola oleh penduduk setempat secara individu. Jenis komoditi kegiatan pertanian ini

berupa buah-buahan dan palawija. Luas lahan yang dikembangkan untuk kegiatan pertanian

oleh penduduk setempat umumnya relatif kecil, yang diarahkan pengembangannya di wilayah

Tanjung Kasuari, Malanu, Klawuyuk, dan di Pulau Tsiof.

Kegiatan pertanian yang dikelola oleh penduduk ini sebaiknya membentuk

kelompok-kelompok tani yang terwadahi oleh suatu koperasi yang bertugas membantu para petani

baik dalam pemodalan, penyediaan

pupuk dan kebutuhan lainnya serta

dalam pemasaran produksinya.

maupun penyuluhan ke lapangan oleh

petugas Dinas Pertanian Kota Sorong.

Namun apabila pada perkembangannya di masa mendatang tingkat produksi kegiatan yang

dikelola masyarakat ini rendah terutama yang berada di daerah perkotaan, sehingga kurang

memberi nilai ekonomi bila dibandingkan dengan nilai ekonomi untuk kegiatan perkotaan

baru, maka lahan pertanian tersebut dapat dialih-fungsikan sebagai kegiatan perkotaan.

Dalam pengalih-fungsian kegiatan ini haruslah disesuaikan dengan jenis peruntukan yang

diperbolehkan untuk dikembangkan di tempat tersebut.

Kegiatan pertanian ini perlu ditingkatkan produksinya selain untuk memenuhi kebutuhan

penduduk Kota Sorong, bahkan kalau memungkinkan produksinya dapat mensuplai kebutuhan

kota-kota lain di Papua.

Pengembangan Kegiatan Peternakan

Kegiatan peternakan yang dikembangkan oleh masyarakat masih sedikit jumlahnya dan

umumnya dilakukan secara tradisional / tidak menggunakan teknologi maju, sehingga tingkat

produksinya masih relatif rendah. I ni dikarenakan masih minimnya sarana dan prasarana

penunjang kegiatan peternakan yang ada di Kota Sorong. Untuk meningkatkan produksi

peternakan yang dikelola oleh masyarakat, perlu diupayakan oleh Pemerintah Kota Sorong c.q.

instansi terkait melalui penyediaan sarana dan prasarana penunjang kegiatan ini, pemberiaan

bantuan modal usaha secara bergulir, pemberdayaan sumber daya peternak / para petugas

melalui pembinaan dan penyuluhan, serta Pemerintah Kota mendorong terbentuknya pola

Pengembangan kegiatan pertanian skala besar

Gambar

Tabel III.1
Gambar 3.2RENCANA PRORAM
Gambar 3.3
Gambar 3.4RENCANA PROGRAM

Referensi

Dokumen terkait

pemecahan masalah termasuk salah satu keterampilan yang harus dikuasai di abad 21 (PISA 2012). Dengan demikian sudah seharusnya pembelajaran fisika di kelas diharapkan tidak

Berdasarkan pengamatan dan analisa yang dilakukan, hasil belajar dari pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus I ini belum menunjukkan hasil yang memuaskan.

Tujuan dari pembuatan aplikasi ini yaitu untuk memudahkan Seksi Pelayanan dan Pembinaan Perpustakaan dalam mengolah data buku, data anggota, data pengunjung, data

Adanya peningkatan pangsa pasar susu fermentasi Cimory tersebut maka kami ingin melakukan penelitian mengenai Analisis Preferensi Mahasiswa terhadap Produk Susu

49 Produk halal adalah produk pangan, obat, kosmetika dan produk lain yang tidak mengandung unsur atau barang haram dalam proses pembuatanya serta dilarang

20 Mendidik anak saya yang Slow Learner untuk dapat berprestasi di sekolah merupakan hal yang menyenangkan buat saya. 2] Menurut saya, pendidikan yang terbaik

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak.. perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau

mengalir pada konduktor jangkar yang ditempatkan dalam suatu medan adalah :. F