• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KETERPADUAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERKOTAAN - DOCRPIJM 1505116016Bab V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB V KETERPADUAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERKOTAAN - DOCRPIJM 1505116016Bab V"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

KETERPADUAN STRATEGI

PEMBANGUNAN PERKOTAAN

5.1. ARAHAN RTRW KABUPATEN BOYOLALI

Kebijakan strategis Kabupaten Boyolali berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 9 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Boyolali Tahun 2011-2031 yang terkait dengan Penyusunan RPI2-JM Kabupaten Boyolali sebagai berikut :

A. Tujuan Penataan Ruang

“Penataan ruang Kabupaten Boyolali bertujuan mewujudkan pemerataan pembangunan yang terintegrasi di seluruh wilayah kabupaten yang berbasis pertanian dan pengembangan aneka industri.”

B. Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang

a. Kebijakan pengendalian dan pengembangan pemanfaatan lahan pertanian. 1) Mengendalikan alih fungsi lahan pertanian;

2) Mengembangkan produktivitas pertanian;

3) Meningkatkan sarana dan prasarana pendukung kegiatan pertanian; 4) Mengembangkan irigasi pertanian;

5) Mengoptimalkan kawasan pertanian lahan basah; 6) Mengoptimalkan kawasan pertanian lahan kering;

7) Menetapkan kawasan lahan pertanian pangan berkelanjutan; dan 8) Mengembangkan kawasan pusat pengembangan agropolitan. b. Kebijakan pengembangan wilayah industri.

1) Meningkatkan kegiatan koperasi usaha mikro, kecil dan menengah serta menarik investasi;

2) Mengembangkan industri kecil dan industri rumah tangga;

3) Mengembangkan wilayah industri polutif berjauhan dengan kawasan permukiman; dan 4) Mengembangkan pusat promosi dan pemasaran hasil industri kecil dan kerajinan rumah

tangga.

c. Kebijakan pengoptimalan produktivitas kawasan peruntukan perikanan. 1) Mengembangkan perikanan budidaya air tawar;

2) Mengembangkan minapolitan;

3) Mengoptimalkan produktivitas kawasan peruntukan perikanan; dan 4) Mengembangkan perikanan ramah lingkungan.

d. Kebijakan pengembangan pusat-pusat pelayanan.

1) Membentuk pusat kegiatan yang terintegrasi dan berhirarki; dan

2) Meningkatkan interaksi antara pusat kegiatan perdesaan dan perkotaan secara sinergis. e. Kebijakan pengembangan mutu dan jangkauan sarana dan prasarana penunjang kegiatan.

1) Mengembangkan sarana prasarana sesuai skala pelayanannya; dan

2) Mengembangkan sistem informasi dan teknologi dalam meningkatkan kegiatan di perkotaan dan perdesaan.

f. Kebijakan pengembangan sistem jaringan transportasi darat dan udara.

(2)

2) Mengoptimalisasi pengembangan sistem transportasi massal dan infrastruktur pendukungnya;

3) Mengembangkan fasilitas pelayanan dan infrastruktur penunjang; dan 4) Mengoptimalkan tingkat kenyamanan dan keselamatan penerbangan. g. Kebijakan pengendalian dan pelestarian kawasan lindung.

1) Memulihkan fungsi lindung;

2) Mencegah perkembangan kegiatan budidaya di kawasan lindung;

3) Meningkatkan kerjasama antara pemerintah, masyarakat, dan swasta dalam pengelolaan kawasan; dan

4) Menghindari kawasan yang rawan bencana sebagai kawasan terbangun.

h. Kebijakan pengembangan kawasan strategis sesuai kepentingan fungsi daya dukung lingkungan.

1) Meningkatkan kegiatan yang mendorong pengembalian fungsi lindung; 2) Menjaga kawasan lindung dari kegiatan budidaya;

3) Mempertahankan luasan hutan lindung;

4) Meningkatkan keanekaragaman hayati kawasan lindung; dan

5) Mengembangkan ruang terbuka hijau pada kawasan perlindungan setempat dan ruang evakuasi bencana alam.

i. Kebijakan pengembangan kawasan strategis sesuai kepentingan pertumbuhan ekonomi. 1) Mengembangkan kegiatan ekonomi skala besar;

2) Menyediakan sarana dan prasarana penunjang kegiatan ekonomi; 3) Menetapkan hierarki simpul-simpul pertumbuhan ekonomi wilayah; dan 4) Mengembangkan kerjasama dalam penyediaan tanah.

j. Kebijakan peningkatan fungsi kawasan pertahanan dan keamanan negara.

1) Mendukung penetapan Kawasan Strategi Nasional dengan fungsi khusus Pertahanan dan Keamanan;

2) Mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif didalam dan disekitar Kawasan Strategis Nasional untuk menjaga fungsi Pertahanan dan Keamanan;

3) Mengembangkan Kawasan Lindung dan/atau Kawasan Budidaya tidak terbangun disekitar Kawasan Strategis Nasional yang mempunyai fungsi khusus Pertahanan dan Keamanan; dan

4) Turut serta menjaga dan memelihara aset-aset pertahanan dan keamanan.

C. Rencana Struktur Ruang

Rencana struktur ruang berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 9 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Boyolali meliputi :

1) Rencana Sistem Pusat Kegiatan

Rencana pengembangan sistem perkotaan melalui rencana sistem pusat kegiatan terdiri atas: 1. PKW berada di Kecamatan Boyolali;

2. PKL berada di Kecamatan Ampel;

3. PKLp meliputi Kecamatan Mojosongo; Kecamatan Banyudono; Kecamatan Simo; dan Kecamatan Karanggede;

4. PPK meliputi Kecamatan Teras; Kecamatan Sambi; dan Kecamatan Ngemplak.

Sementara itu rencana pengembangan sistem perdesaan dilakukan dengan membentuk PPL, yaitu meliputi:

(3)

i. Kecamatan Wonosegoro; dan j. Kecamatan Juwangi.

2) Rencana Pengembangan Sistem Prasarana

Rencana pengembangan sistem prasarana wilayah di Kabupaten Boyolali mencakup :

1. Rencana pengembangan sistem prasarana utama, terdiri atas :

a. Rencana sistem prasarana transportasi darat, meliputi : (1). Jaringan lalu lintas dan angkutan jalan;

(a). Jaringan jalan dan jembatan timbang;

 Pengembangan jalan tol (jalan bebas hambatan);

 Pengembangan jalan arteri;

Pengembangan jalan kolektor;  Pengembangan jalan lokal;

 Pembangunan jalan baru; dan

 Pengembangan jembatan timbang.

(b). Jaringan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan; dan

Pengembangan terminal;

 penempatan alat pengawas dan pengaman jalan; dan

 penempatan unit pengujian kendaraan bermotor.

(c). Jaringan pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan berupa jaringan trayek angkutan penumpang.

(2). Jaringan angkutan sungai dan penyeberangan; dan

(a). Angkutan Waduk Cengklik berada di Kecamatan Ngemplak; (b). Angkutan Waduk Bade berada di Kecamatan Klego; dan (c). Angkutan Waduk Kedungombo berada di Kecamatan Kemusu. (3). Jaringan transportasi perkotaan.

(a). Terminal – Jl. Pandanaran – Jl. Perintis Kemerdekaan – Jl. Kates – Jl. Merbabu – Jl. Kenanga – Jl. Kantil – Jl. Cendana – Terminal;

(b). Terminal – Jl. Pandanaran – Jl. Garuda – Jl. Rajawali – Jl. Kutilang – Jl. Pandanaran – Jl. Perintis Kemerdekaan – Jl. Kantil – Jl. Merapi – Jl. Teratai – Jl. Pandanaran – Jl. Kemuning – Jl. Cemoro – Jl. Pandanaran – Terminal – Jl. Prof. Dr. Soeharso – Jl. Tentara Pelajar – Jl. Pandanaran – Terminal – Pasar Sunggingan; dan

(c). Terminal – Jl. Prof. Dr. Soeharso – Jl. Tentara Pelajar – Pasar Sunggingan – Jl. Asrikanto – Jl. Prof. Dr. Soeharso – Jl. Pandanaran – Jl. Pisang – Jl. Pemuda – Jl. Pahlawan – Terminal Randu Asri – Jl. Kates – Jl. Anggrek – Jl. Kantil – Jl. Cempaka – Jl. Kenanga – Jl. Bayem – Jl. Waringin – Jl. Cendana – Terminal. b. Rencana sistem jaringan perkeretaapian; dan

(1). Pengembangan jalur perkeretaapian; dan

(2). Pengembangan prasarana transportasi kereta api komuter. c. Rencana sistem prasarana transportasi udara.

Berupa pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Boyolali berada di Kecamatan Ngemplak.

2. Rencana pengembangan sistem prasarana lainnya

Sistem jaringan prasarana lainnya di Kabupaten Boyolali terdiri atas: a. Rencana pengembangan sistem jaringan energi;

(1). Pengembangan pengembangan jaringan transmisi tenaga listrik; dan (2). Jaringan energi bahan bakar minyak dan gas.

b. Rencana pengembangan sistem jaringan telekomunikasi; (1). Sistem kabel;

(4)

c. Rencana pengembangan sistem jaringan sumber daya air; (1). Sistem WS;

(2). Sistem jaringan irigasi;

(3). Sistem pengelolaan air baku untuk air minum dan industri; dan (4). Sistem pengendalian banjir.

d. Rencana pengembangan sistem jaringan pengelolaan lingkungan; dan (1). Pengembangan jaringan drainase;

(2). Pengembangan jaringan pengelolaan sampah; dan (3). Pengembangan jaringan pengelolaan limbah. e. Rencana pengembangan jalur dan ruang evakuasi.

(1). Penetapan jalur evakuasi apabila terjadi bencana alam dengan mengoptimalkan jaringan jalan yang ada;

(2). Jalur evakuasi bencana banjir;

(3). Jalur evakuasi bencana banjir lahar dingin; (4). Jalur evakuasi bencana tanah longsor;

(5). Jalur evakuasi bencana letusan gunung berapi; (6). Jalur evakuasi bencana kebakaran hutan; (7). Jalur evakuasi bencana angin topan; (8). Jalur evakuasi bencana gempa bumi; (9). Jalur evakuasi bencana kekeringan;

(10). Pengembangan ruang evakuasi terdiri atas: (a). Tempat penampungan sementara; (b). Barak pengungsi;

(c). Pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau (RTH); dan (d). Pengelolaan kawasan konservasi.

Secara spasial rencana struktur ruang Kabupaten Boyolali dapat dilihat pada Peta Rencana Struktur Ruang Kabupaten Boyolali.

D. Rencana Pola Ruang

Rencana pola ruang berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 9 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Boyolali meliputi :

1) Rencana Kawasan Lindung

1. Kawasan yang memberi perlindungan terhadap kawasan bawahannya;

a. Kawasan lindung yang dikelola oleh masyarakat; dan b. Kawasan resapan air.

2. Kawasan perlindungan setempat;

a. Kawasan sempadan sungai; b. Kawasan sekitar waduk; c. Kawasan sekitar mata air; dan

d. Kawasan ruang terbuka hijau kawasan perkotaan.

3. Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya;

a. Taman Nasional; dan

b. Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan.

4. Kawasan rawan bencana alam;

a. Daerah rawan banjir;

b. Daerah rawan banjir lahar dingin; c. Daerah rawan tanah longsor; d. Daerah rawan kebakaran hutan; e. Daerah rawan angin topan; dan f. Daerah rawan kekeringan.

5. Kawasan lindung geologi; dan

(5)

c. Kawasan imbuhan air tanah.

6. Kawasan Lindung Lainnya

Kawasan lindung lainnya berupa kawasan perlindungan plasma nutfah yaitu kawasan perlindungan plasma nutfah berada di daratan yang ada di daerah.

2) Rencana Kawasan Budidaya

1. Kawasan peruntukan hutan produksi;

a. Hutan produksi tetap; dan b. Hutan produksi terbatas.

2. Kawasan peruntukan hutan rakyat;

Kawasan peruntukan hutan rakyat seluas kurang lebih 19.993 (sembilan belas ribu sembilan ratus sembilan puluh tiga) hektar berada di seluruh kecamatan.

3. Kawasan peruntukan pertanian;

a. Kawasan pertanian tanaman pangan; b. Kawasan pertanian hortikultura; c. Kawasan pertanian perkebunan; dan d. Kawasan peruntukan peternakan.

Kawasan pertanian tanaman pangan terdiri atas: a. Pertanian lahan basah;

b. Pertanian lahan kering;

c. Pertanian pangan berkelanjutan; dan d. Cadangan pertanian pangan berkelanjutan. Kawasan perkebunan terdiri atas :

a. Perkebunan cengkeh; b. Perkebunan tembakau; c. Perkebunan jahe;

d. Perkebunan kopi robusta; e. Perkebunan kopi arabika; f. Perkebunan khina; g. Perkebunan kayu manis; h. Perkebunan kelapa; i. Perkebunan teh; j. Perkebunan kencur; k. Perkebunan kapuk randu; l. Perkebunan kenanga; m. Perkebunan lengkuas; n. Perkebunan jambu mete; o. Perkebunan kantil; p. Perkebunan asem; q. Perkebunan tebu; dan r. Perkebunan lada.

Kawasan peternakan terdiri atas:

a. Ternak Besar meliputi : ternak sapi potong, ternak sapi perah, ternak kerbau, dan ternak kuda.

b. Ternak Kecil meliputi : ternak kambing, ternak domba, ternak babi, dan ternak kelinci.

c. Unggas meliputi: ternak itik, ternak ayam buras, ternak ayam ras petelur, ternak ayam ras pedaging, ternak burung puyuh.

d. Pengembangan Rumah Potong Hewan (RPH) di sentra-sentra produksi ternak. Pengembangan kawasan agropolitan kabupaten meliputi :

(6)

d. Kecamatan Sawit; dan e. Kecamatan Banyudono.

4. Kawasan peruntukan perikanan;

Kawasan peruntukan perikanan di Kabupaten Boyolali, terdiri atas: a. Peruntukan perikanan budidaya perkolaman;

b. Peruntukan perikanan budidaya karamba;

c. Peruntukan perikanan tangkap di perairan umum; dan d. Peruntukan Minapolitan.

5. Kawasan peruntukan pertambangan;

Kawasan peruntukan pertambangan di Kabupaten Boyolali, terdiri atas : andesit, tras, tanah urug, pasir batu, batu gamping, bentonit, tanah diatome, lempung/tanah liat, minyak dan gas bumi.

6. Kawasan peruntukan industri;

Kawasan peruntukan industri di Kabupaten Boyolali, terdiri atas: a. Industri besar;

b. Industri menengah; dan c. Industri kecil atau mikro.

7. Kawasan peruntukan pariwisata;

Kawasan peruntukan pariwisata di Kabupaten Boyolali, terdiri atas: a. Kawasan wisata alam;

b. Kawasan wisata religi; c. Kawasan wisata budaya; dan d. Kawasan wisata rekreasi.

8. Kawasan peruntukan permukiman;

Kawasan peruntukan permukiman di Kabupaten Boyolali, terdiri atas : a. Permukiman perkotaan; dan

b. Permukiman perdesaan.

9. Kawasan peruntukan lainnya.

Kawasan peruntukan lainnya di Kabupaten Boyolali, terdiri atas : a. Kawasan pertahanan dan keamanan;

b. Kawasan perdagangan dan jasa; dan c. Kawasan pemerintahan.

Secara spasial rencana pola ruang Kabupaten Boyolali dapat dilihat pada Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Boyolali.

E. Rencana Kawasan Strategis

1) Kawasan Strategis sesuai Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi a. Koridor kawasan strategis Subosukawonosraten;

b. Jalur kawasan SSB;

c. Kawasan minapolitan meliputi: (1). Kecamatan Teras; (2). Kecamatan Sawit; dan (3). Kecamatan Banyudono. d. Kawasan agropolitan meliputi:

(1). Kecamatan Selo; (2). Kecamatan Ampel; (3). Kecamatan Cepogo; (4). Kecamatan Sawit; dan (5). Kecamatan Banyudono.

e. Kawasan perdagangan dan jasa di sepanjang jalan arteri, kolektor dan lokal;

(7)

g. Wilayah perbatasan, Kecamatan Ngemplak dan Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali dengan Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar dikembangkan sebagai kawasan peruntukan industri; dan

h. Kawasan wisata meliputi:

(1). Kawasan wisata alam Selo di Kecamatan Selo; (2). Kawasan wisata Tlatar di Kecamatan Boyolali; (3). Kawasan wisata Pengging di Kecamatan Banyudono;

(4). Kawasan wisata Waduk Cengklik di Kecamatan Ngemplak; dan (5). Kawasan wisata Waduk Kedung Ombo di Kecamatan Kemusu. 2) Kawasan Strategis Sosial Budaya

a. Kawasan makam meliputi : Kecamatan Selo; Kecamatan Ampel; Kecamatan Mojosongo; Kecamatan Teras; Kecamatan Banyudono; Kecamatan Nogosari; Kecamatan Simo; dan Kecamatan Klego;

b. Peninggalan sejarah berupa yoni dan peninggalan arca meliputi : Kecamatan Musuk; Kecamatan Boyolali; Kecamatan Mojosongo; Kecamatan Nogosari; Kecamatan Simo; Kecamatan Klego; dan Kecamatan Andong; dan

c. Pengembangan permukiman tradisional berada di Kecamatan Selo. 3) Kawasan strategis sesuai fungsi dan daya dukung lingkungan

a. Kawasan lindung yang dikelola oleh masyarakat meliputi: Kecamatan Selo; Kecamatan Ampel; Kecamatan Cepogo; dan Kecamatan Musuk.

b. Kawasan resapan air di Kabupaten Boyolali yang terletak di Lereng Gunung Merapi dan Merbabu meliputi: Kecamatan Selo; Kecamatan Cepogo; Kecamatan Ampel; Kecamatan Musuk; Kecamatan Boyolali; Kecamatan Mojosongo; Kecamatan Sambi; Kecamatan Simo; Kecamatan Karanggede; dan Kecamatan Klego.

c. Kawasan sekitar mata air yang ada di Kabupaten Boyolali meliputi mata air yang berada di: Kecamatan Ampel; Kecamatan Boyolali; Kecamatan Mojosongo; Kecamatan Teras; Kecamatan Sawit; Kecamatan Banyudono; Kecamatan Sambi; Kecamatan Karanggede; dan Kecamatan Klego.

d. Taman Nasional Gunung Merapi dan Taman Nasional Gunung Merbabu.

Secara spasial rencana kawasan strategis Kabupaten Boyolali dapat dilihat pada Peta Rencana Kawasan Strategis Kabupaten Boyolali.

F. Indikasi Program Bidang Cipta Karya

Indikasi program dalam Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 9 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Boyolali Tahun 2011-2031 yang terkait dengan Penyusunan RPI2-JM Kabupaten Boyolali sebagai berikut :

1) Pengembangan Permukiman

Indikasi program dalam perwujudan pengembangan kawasan permukiman, meliputi :

a. Permukiman Perkotaan

(1). Peningkatan sistem jaringan transportasi yang ada untuk memudahkan aksesibilitas antar wilayah ;

(2). Membuka kesempatan investasi keuangan dan jasa melalui kemudahan-kemudahan penanaman modal; dan

(3). Peningkatan sarana dan prasarana wilayah yang lebih memadai.

b. Permukiman Perdesaan

(1). Penetapan pusat pertumbuhan di perdesaan, kawasan agropolitan, dan kawasan minapolitan;

(2). Pengembangan perdesaan melalui PPL, kawasan agropolitan, dan kawasan minapolitan; dan

(8)

2) Sistem Penyediaan Air Minum

Indikasi program dalam perwujudan pengembangan sistem penyediaan air minum, meliputi : (1). Eksplorasi sumber daya air;

(2). Pelestarian sumber air permukaan seperti waduk, sungai dan sumber air lainnya serta sumber air tanah dengan pola pembangunan berkelanjutan dan penggunaan air efisien; (3). Pembangunan embung untuk cadangan sumber air;

(4). Peningkatan kapasitas tampung waduk-waduk eksisting melalui upaya pengerukkan; dan

(5). Peningkatan pelayanan distribusi air bersih dengan peningkatan sumber daya manusia dan pola kinerja PDAM dan Dinas Pekerjaan Umum, Pertambangan, Perhubungan, dan Kebersihan.

3) Penyehatan Lingkungan Permukiman (Air Limbah, Persampahan, dan Drainase)

Indikasi program dalam perwujudan pengembangan aspek penyehatan lingkungan permukiman (PLP), meliputi :

a. Prasarana Air Limbah

(1). Pembuatan saluran-saluran drainase kota yang baik dan memadai; dan (2). Pengolahan air limbah sebelum dibuang ke saluran umum.

b. Prasarana Persampahan

(1). Pengalokasian Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sesuai dengan persyaratan teknis; (2). Penambahan fasilitas persampahan yang merata di seluruh kecamatan; dan (3). Pengembangan kinerja pengelolaan persampahan.

c. Prasarana Drainase

(1). Peningkatan pemanfaatan jaringan drainase yang sudah ada;

(2). Perbaikan jaringan drainase yang mengalami kerusakan dengan pembersihan gorong-gorong dan fasilitas pintu air, serta pengerukan sungai;

(9)
(10)
(11)
(12)

5.2. RPJMD KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2010-2015

5.2.1. Visi RPJMD Kabupaten Boyolali

Visi Pembangunan Kabupaten Boyolali Tahun 2010-2015 adalah : “ Kabupaten Boyolali Yang Lebih Sejahtera, Berdaya Saing dan Pro Investasi “.

Penjelasan unsur visi Kabupaten Boyolali tahun 2010-2015 adalah sebagai berikut :

1) Sejahtera

Konsep sejahtera menunjukkan kondisi kemakmuran masyarakat Kabupaten Boyolali, yaitu masyarakat yang terpenuhi kebutuhan ekonomi (materiil) maupun sosial (spiritual) secara adil dan merata. Kondisi masyarakat yang sejahtera ditunjukkan dengan terpenuhinya kebutuhan pangan, sandang dan papan, terjaminnya kesehatan jasmani-rohani, dan terwujudnya masyarakat yang cerdas.

2) Berdaya saing

Konsep berdaya adalah suatu kondisi dimana Kabupaten Boyolali meningkat kapasitasnya dalam berbagai aspek sehingga berdampak positif pada daya saing. Misalnya, dengan semakin meningkatnya mutu SDM yang dimiliki, diharapkan produk yang dihasilkan masyarakat dapat menembus pasar yang lebih luas.

3) Pro investasi

Konsep pro investasi adalah konsep untuk mempermudah segala layanan dan perijinan investasi serta dalam rangka pengembangan sistem “one stop service” dan membuka pusat informasi investasi atau “information centre”, serta didukung dengan peningkatan infrastruktur yang memadai. Diharapkan dengan penerapan konsep pro investasi secara terpadu dapat meningkatkan jumlah realisasi investasi di Kabupaten Boyolali dan meningkatan penyediaan lapangan kerja seluas-luasnya.

5.2.2. Misi RPJMD Kabupaten Boyolali

Misi pembangunan jangka menengah Kabupaten Boyolali Tahun 2010-2015 adalah sebagai berikut:

1) Meningkatkan perekonomian rakyat yang bertumpu pada sektor unggulan daerah dan mempertahankan prestasi sebagai lumbung padi.

2) Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dalam rangka mendukung peningkatan daya saing daerah.

3) Menciptakan iklim usaha dan iklim investasi yang kondusif, didukung dengan peningkatan infrastruktur yang memadai dan berkelanjutan.

4) Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik melalui penguatan sistem pemerintahan dan pemberantasan korupsi dalam rangka peningkatan pelayanan masyarakat.

5.2.3. Indikasi Program Prioritas RPJMD Kabupaten Boyolali Tahun 2010-2015

Indikasi rencana program prioritas RPJMD Kabupaten Boyolali Tahun 2010-2015 berdasarkan misi yang dirumuskan sebagai berikut.

1) Meningkatkan perekonomian rakyat yang bertumpu pada sektor unggulan daerah dan

mempertahankan prestasi sebagai lumbung padi. a. Koperasi dan UKM, melalui program :

Program penciptaan iklim usaha Usaha Kecil Menengah yang kondusif.

Program pengembangan kewirausahaan dan keunggulan kompetitif Usaha Kecil

Menengah.

Program pengembangan sistem pendukung usaha bagi Usaha Mikro Kecil Menengah. Program peningkatan kualitas kelembagaan koperasi.

b. Pertanian, Ketahanan Pangan dan Peternakan, melalui program :

Program peningkatan kesejahteraan petani.

 Program peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian/perkebunan.

(13)

Program peningkatan produksi pertanian/perkebunan.

 Program pemberdayaan penyuluh pertanian/perkebunan lapangan.

 Program peningkatan ketahan pangan.

 Program pencegahan dan penanggulangan penyakit ternak.

Program peningkatan produksi hasil peternakan.

Program peningkatan pemasaran hasil produksi peternakan.

Program peningkatan Penerapan Teknologi Peternakan (incl.DAK Pertanian). Program pengembangan budidaya perikanan.

Program optimalisasi pengelolaan dan pemasaran produksi perikanan. Program pengembangan sistem penyuluhan perikanan.

Program pengembangan kawasan budi daya laut, air payau, air tawar.

c. Perdagangan dan Industri, melalui program :

Program perlindungan konsumen dan pengamanan perdagangan. Program peningkatan dan pengembangan ekspor.

Program peningkatan efisiensi perdagangan dalam negeri. Program pembinaan pedagang kakilima dan asongan. Program pengembangan industri kecil dan menengah. Program peningkatan kemampuan teknologi industri. Program peningkatan kapasitas IPTEK sistem industri.  Program pembinaan struktur industri.

 Program pengembangan sentra-sentra industri potensial. d. Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, melalui program :

Program peningkatan keberdayaan masyarakat perdesaan. Program pengembangan lembaga ekonomi pedesaan.

Program peningkatan partisipasi masyarakat dalam membangun desa.

2) Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dalam rangka mendukung peningkatan daya saing daerah.

a. Kesehatan, melalui program :

 Program obat dan perbekalan kesehatan.

Program upaya kesehatan masyarakat. Program pengawasan obat dan makanan.

Program promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat. Program perbaikan gizi masyarakat.

Program pengembangan lingkungan sehat.

Program pencegahan dan penanggulangan penyakit menular. Program pelayanan kesehatan penduduk miskin.

Program pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana puskesmas/

puskemas pembantu dan jaringannya.

Program pengadaan, peningkatan sarana dan prasarana rumah sakit/ rumah sakit jiwa/

rumah sakit paru-paru/ rumah sakit mata.

Program pemeliharaan sarana dan prasarana rumah sakit/ rumah sakit jiwa/ rumah

sakit paru-paru/ rumah sakit mata.

Program peningkatan pelayanan kesehatan anak balita. Program peningkatan pelayanan kesehatan lansia.

Program peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak.

b. Pendidikan, melalui program :

Program Pendidikan Anak Usia Dini.

Program wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun. Program pendidikan menengah.

(14)

Program peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan.  Program pengembangan budaya baca dan pembinaan perpustakaan.

 Program manajemen pelayanan pendidikan. c. Ketenagakerjaan, melalui program :

Program peningkatan kualitas dan produktivitas tenaga kerja.

3) Menciptakan iklim usaha dan iklim investasi yang kondusif, didukung dengan peningkatan infrastruktur yang memadai dan berkelanjutan.

a. Pekerjaan Umum, melalui program :

 Program pembangunan jalan dan jembatan.

 Program rehabilitasi/pemeliharaan jalan dan jembatan.

 Program pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi, rawa dan jaringan pengairan lainnya.

Program penyediaan dan pengelolaan air baku.

Program pengembangan kinerja pengelolaan air minum dan air limbah. Program pembangunan infrastruktur perdesaan.

Program pengaturan jasa konstruksi. Program pengawasan jasa konstruksi.

b. Perhubungan, melalui program :

Program pembangunan prasarana dan fasilitas perhubungan. Program rehabiltasi dan pemeliharaan prasarana dan fasilitas LLAJ. Program peningkatan pelayanan angkutan.

 Program pembangunan sarana dan prasarana perhubungan.

 Program pengendalian dan pengamanan lalu lintas.

 Program peningkatan kelaikan pengoperasian kendaraan bermotor. c. Penanaman Modal, melalui program :

Program peningkatan promosi dan kerjasama investasi. Program peningkatan iklim investasi dan realisasi investasi.

d. Pariwisata dan budaya, melalui program :

Program pengembangan nilai budaya. Program pengelolaan keragaman budaya. Program pengembangan pemasaran pariwisata. Program pengembangan destinasi pariwisata.

Program pengembangan kemitraan.

Program pengembangan kekayaan budaya.

e. Lingkungan Hidup, melalui program :

Program pengembangan kinerja pengelolaan persampahan.

Program pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup. Program perlindungan dan konservasi sumber daya alam.

Program peningkatan kualitas dan akses informasi sumber daya alam dan lingkungan

hidup.

Program peningkatan pengendalian polusi. Program pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH).

f. Ketenagakerjaan, melalui program :

 Program peningkatan kesempatan kerja.

 Program perlindungan dan pengembangan lembaga ketenagakerjaan.

4) Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik melalui penguatan sistem pemerintahan dan pemberantasan korupsi dalam rangka peningkatan pelayanan masyarakat.

a. Penataan Ruang, melalui program :

(15)

b. Perencanaan Pembangunan, melalui program :

 Program pengembangan data/informasi SOP sistem pengumpulan dan pengukuran database indikator kinerja.

Program kerjasama pembangunan.

Program perencanaan pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh. Program perencanaan pengembangan kota-kota menengah dan besar.

Program perencanaan pembangunan daerah.

Program perencanaan pembangunan ekonomi.

Program perencanaan sosial dan budaya.

Program perancanaan prasarana wilayah dan SDA.

Program perencanaan pembangunan daerah rawan bencana.

c. Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian, dan Persandian, melalui program :

Program peningkatan disiplin aparatur.

Program peningkatan kapasitas lembaga perwakilan rakyat daerah.

Program Peningkatan pelayanan kedinasan kepala daerah/wakil kepala daerah. Program peniingkatan dan pengembangan pengelolaan keuangan daerah. Program pembinaan dan fasilitasi pengelolaan keuangan kabupaten/kota. Program pembinaan dan fasilitasi pengelolaan keuangan desa.

Program peningkatan sistem pengawasan internal dan pengendalian pelaksanaan

kebijakan KDH.

Program peningkatan profesionalisme tenaga pemeriksa dan aparatur pengawasan. Program penataan dan penyempurnaan kebijakan sistem dan prosedur pengawasan.  Program optimalisasi pemanfaatan teknologi informasi.

 Program peningkatan kerjasama antar pemerintah daerah.

 Program penataan peraturan perundang-undangan.

Program penataan daerah otonomi baru.  Program pendidikan kedinasan.

 Program peningkatan kapasitas sumberdaya aparatur.

Program pembinaan dan pengembangan aparatur.

d. Kependudukan dan Catatan Sipil, melalui program :

Program penataan administrasi kependudukan.

5.3. PERATURAN DAERAH BANGUNAN GEDUNG (BG)

Garis besar muatan substansi Peraturan Daerah Bangunan Gedung (BG) Kabupaten Boyolali sebagai berikut :

5.3.1. Fungsi dan Klasifikasi Bangunan Gedung

A. Fungsi Bangunan Gedung

(1) Fungsi bangunan gedung merupakan ketetapan mengenai pemenuhan persyaratan teknis bangunan gedung ditinjau dari segi tata bangunan dan lingkungan maupun keandalannya serta sesuai dengan peruntukan lokasi yang diatur dalam RTRW kabupaten, RDTR, dan/ atau RTBL.

(2) Fungsi bangunan gedung meliputi:

a. Bangunan gedung fungsi hunian dengan fungsi utama sebagai tempat manusia tinggal; b. Bangunan gedung fungsi keagamaan dengan fungsi utama sebagai tempat manusia

melakukan ibadah;

c. Bangunan gedung fungsi usaha dengan fungsi utama sebagai tempat manusia melakukan kegiatan usaha;

(16)

e. Bangunan gedung fungsi khusus dengan fungsi utama sebagai tempat manusia melakukan kegiatan yang mempunyai tingkat kerahasiaan tinggi dan/atau tingkat resiko bahaya tinggi; dan

f. Bangunan gedung lebih dari satu fungsi.

B. Klasifikasi Bangunan Gedung

(1) Klasifikasi bangunan gedung menjadi dasar pemenuhan syarat administrasi dan persyaratan teknis bangunan gedung.

(2) Fungsi bangunan gedung diklasifikasikan berdasarkan: a. Tingkat Kompleksitas meliputi:

1. Bangunan gedung sederhana;

2. Bangunan gedung tidak sederhana; dan 3. Bangunan gedung khusus.

b. Tingkat Permanensi meliputi:

1. Bangunan gedung darurat atau sementara; 2. Bangunan gedung semi permanen; dan 3. Bangunan gedung permanen.

c. Tingkat Risiko Kebakaran meliputi: 1. Tingkat risiko kebakaran rendah; 2. Tingkat risiko kebakaran sedang; dan 3. Tingkat risiko kebakaran tinggi.

d. Zonasi Gempa meliputi tingkat zonasi gempa untuk tiap-tiap wilayah berdasarkan SNI atau penggantinya.

e. Lokasi meliputi:

1. Bangunan gedung di lokasi renggang; 2. Bangunan gedung di lokasi sedang; dan 3. Bangunan gedung di lokasi padat. f. Ketinggian bangunan gedung meliputi:

1. Bangunan gedung bertingkat rendah; 2. Bangunan gedung bertingkat sedang; dan 3. Bangunan gedung bertingkat tinggi. g. Kepemilikan meliputi :

1. Bangunan gedung milik Negara/Daerah; 2. Bangunan gedung milik perorangan; dan 3. Bangunan gedung milik badan usaha.

5.3.2. Persyaratan Bangunan Gedung

Persyaratan bangunan gedung secara umum yaitu setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis sesuai dengan fungsi bangunan gedung. Secara rinci persyaratan bangunan gedung sebagai berikut :

1. Persyaratan Administratif

a. Status Kepemilikan Hak atas Tanah

 Setiap bangunan gedung harus didirikan pada tanah yang status kepemilikannya jelas, baik milik sendiri maupun milik pihak lain.

Setiap bangunan gedung harus didirikan pada bidang tanah yang status dan alas haknya

adalah tanah non pertanian. b. Status Kepemilikan Bangunan Gedung

(17)

c. Izin Mendirikan Bangunan

Setiap orang atau badan wajib mengajukan permohonan IMB kepada Bupati untuk

melakukan kegiatan:

Pembangunan dan/atau prasarana bangunan gedung.

Rehabilitasi/renovasi bangunan gedung dan/atau prasarana gedung meliputi

perbaikan/perawatan, perubahan, perluasan/pengurangan; dan

Pemugaran/pelestarian dengan mendasarkan pada surat KRK untuk lokasi yang

bersangkutan.

IMB gedung diberikan oleh Pemerintah Daerah, kecuali bangunan gedung fungsi khusus,

IMB diajukan setelah mendapatkan rekomendasi teknis dari Pejabat yang berwenang. 2. Persyaratan Permohonan Izin Mendirikan Bangunan

a. PIMB harus mengisi formulir Permohonan Izin Mendirikan Bangunan serta dilampiri dengan persyaratan administratif dan persyaratan teknis.

b. Persyaratan administratif terdiri dari:

 Surat bukti tentang status hak atas tanah;

 Surat bukti tentang status bangunan gedung; dan

 Dokumen/surat surat lainnya yang terkait. c. Persyaratan teknis terdiri atas:

 Data umum bangunan gedung memuat informasi mengenai:

Fungsi/klasifikasi bangunan gedung; Luas lantai dasar bangunan gedung; Total luas lantai bangunan gedung; Ketinggian/jumlah lantai bangunan; dan Rencana pelaksanaan.

 Rencana teknis bangunan gedung disesuaikan dengan penggolongannnya, meliputi:

 Rancangan arsitektur bangunan gedung;

 Rencangan struktur secara sederhana/prinsip;

Rancangan utilitas (mekanikal dan elektrikal); Spesifikasi umum bangunan gedung;

Perhitungan struktur bangunan gedung 2 (dua) lantai atau lebih dan/atau bentang

struktur lebih dari 6 meter;

Perhitungan kebutuhan utilitas (mekanikal dan elektrikal); dan Rekomendasi dinas terkait.

d. Persyaratan Teknis Bangunan Gedung

Persyaratan teknis bangunan gedung meliputi persyaratan tata bangunan dan lingkungan maupun persyaratan keandalan bangunan.

e. Persyaratan Tata Bangunan dan Lingkungan

Penyelenggaraan bangunan gedung wajib mengikuti persyaratan tata bangunan meliputi persyaratan peruntukan dan intensitas bangunan gedung, persyaratan arsitektur bangunan gedung, dan persyaratan pengendalian dampak lingkungan.

f. Persyaratan Peruntukan dan Intensitas Bangunan Gedung

 Persyaratan peruntukan dan intensitas bangunan gedung diatur dalam Rencana Umum Tata Ruang maupun Rencana Rinci Tata Ruang.

 Informasi berisi keterangan mengenai peruntukan lokasi, intensitas bangunan yang terdiri dari kepadatan bangunan, ketinggian bangunan, jarak bebas bangunan dan garis sempadan bangunan.

 Persyaratan kepadatan ditetapkan dalam bentuk KDB maksimal.

(18)

 Persyaratan jarak bebas bangunan meliputi:

 Garis sempadan bangunan dengan as jalan, tepi sungai, jalan kereta api, dan/atau jaringan tegangan tinggi;

Jarak antara bangunan dengan batas persil, jarak antar bangunan, dan jarak antara as

jalan dengan pagar halaman yang diizinkan pada lokasi yang bersangkutan, yang diberlakukan per kaveling, persil, dan/atau per kawasan; dan

Jarak bebas bangunan harus mempertimbangkan batas-batas lokasi, keamanan dan

pelaksanaan pembangunannya.

Penetapan garis sempadan bangunan dengan tepi jalan, saluran, jalan kereta api, tepi

sungai, mata air, danau, lereng dan/atau jaringan tegangan tinggi didasarkan pada pertimbangan keselamatan dan kesehatan.

g. Persyaratan Arsitektur Bangunan Gedung

Persyaratan arsitektur bangunan gedung meliputi persyaratan penampilan bangunan gedung, tata ruang dalam, keseimbangan, keserasian, dan keselarasan bangunan gedung dengan lingkungannya, serta memperimbangkan adanya keseimbangan antara nilai-nilai adat/tradisional sosial budaya setempat terhadap penerapan berbagai perkembangan arsitektur dan rekayasa.

h. Persyaratan Keandalan Bangunan Gedung

Persyaratan keandalan bangunan gedung meliputi persyaratan keselamatan, persyaratan kesehatan, persyaratan kenyamanan, dan persyaratan kemudahan.

i. Persyaratan Keselamatan Bangunan Gedung

Persyaratan kemampuan bangunan gedung terhadap bahaya kebakaran meliputi sistem

proteksi aktif, sistem proteksi pasif, persyaratan jalan keluar dan aksesibilitas untuk pemadaman kebakaran, persyaratan pencahayaan darurat, tanda arah keluar dan sistem peringatan bahaya, persyaratan komunikasi dalam bangunan gedung, persyaratan instanlasi bahan bakar gas dan manajemen penanggulangan kebakaran.

Persyaratan struktur bawah bangunan gedung harus memenuhi persyaratan keamanan,

keselamatan lingkungan dan pengguna bangunan gedung serta sesuai dengan SNI dan/atau pedoman teknis terkait.

 Persyaratan struktur atas bangunan gedung harus memenuhi persyaratan keamanan, keselamatan lingkungan dan pengguna bangunan gedung serta sesuai dengan SNI dan/atau pedoman teknis terkait.

 Persyaratan kemampuan bangunan gedung terhadap bahaya kebakaran meliputi sistem proteksi aktif, sistem proteksi pasif, persyaratan jalan keluar dan aksesibilitas untuk pemadaman kebakaran, persyaratan pencahayaan darurat, tanda arah keluar dan sistem peringatan bahaya, persyaratan komunikasi dalam bangunan gedung, persyaratan instanlasi bahan bakar gas dan manajemen penanggulangan kebakaran.

 Persyaratan kemampuan bangunan gedung terhadap bahaya petir dan bahaya kelistrikan meliputi persyaratan instalasi proteksi petir dan persyaratan sistem kelistrikan.

j. Persyaratan Kesehatan Bangunan Gedung

Persyaratan kesehatan bangunan gedung meliputi persyaratan sistem penghawaan, pencahayaan, sanitasi dan penggunaan bahan bangunan.

k. Persyaratan Kenyamanan Bangunan Gedung

Persyaratan kenyamanan bangunan gedung meliputi kenyamanan ruang gerak dan hubungan antar ruang, kenyamanan kondisi udara dalam ruang, kenyamanan pandangan, serta kenyamanan terhadap tingkat getaran dan kebisingan.

l. Persyaratan Kemudahan Bangunan Gedung

(19)

5.3.3. Penyelenggaraan Bangunan Gedung

Penyelenggaraan bangunan gedung terdiri atas kegiatan pembangunan, pemanfaatan, pelestarian serta pembongkaran, yaitu :

 Kegiatan pembangunan bangunan gedung diselenggarakan melalui proses perencanaan teknis dan proses pelaksanaan konstruksi.

Kegiatan pemanfaatan bangunan gedung meliputi kegiatan pemanfaatan, pemeliharaan,

perawatan, pemeriksaan secara berkala, perpanjangan SLF, dan pengawasan pemanfaatan bangunan gedung.

 Kegiatan pelestarian bangunan gedung meliputi kegiatan penetapan dan pemanfaatan termasuk perawatan dan pemugaran serta kegiatan pengawasannya.

Kegiatan pembongkaran bangunan gedung meliputi penetapan pembongkaran dan pelaksanaan

pembongkaran serta pengawasan pembongkaran.

5.3.4. Prasarana Bangunan Gedung Yang Berdiri Sendiri

Penyelenggaraan prasarana bangunan gedung berupa konstruksi yang berdiri sendiri dan tidak merupakan pelengkap yang menjadi satu kesatuan dengan bangunan gedung pada satu tapak kavling/persil meliputi menara telekomunikasi, menara/tiang saluran utama tegangan ekstra tinggi, jembatan penyeberangan, billboard/baliho, dan gerbang kabupaten wajib mengikuti persyaratan dan standar teknis konstruksi bangunan gedung.

5.3.5. Peran Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Bangunan Gedung

Peran masyarakat dalam penyelenggaraan bangunan gedung dapat terdiri dari: a. Pemantauan dan penjagaan ketertiban penyelenggaraan bangunan gedung;

b. Pemberian masukan kepada Pemerintah Daerah dalam penyempurnaan peraturan, pedoman dan standar teknis di bidang bangunan gedung;

c. Penyampaian pendapat dan pertimbangan kepada instansi yang berwenang terhadap penyusunan RTBL, rencana teknis bangunan tertentu dan kegiatan peneyelenggaraan bangunan gedung yang menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan; dan/atau

d. Pengajuan gugatan perwakilan terhadap bangunan gedung yang mengganggu, merugikan dan/atau membahayakan kepentingan umum.

Peran masyarakat dalam tahap rencana pembangunan bangunan gedung dapat dilakukan dalam bentuk:

a. Penyampaian keberatan terhadap rencana pembangunan bangunan gedung yang tidak sesuai dengan Peraturan Daerah tentang RTRW, Peraturan Daerah tentang RDTR, dan Peraturan Daerah tentang Peraturan Zonasi;

b. Pemberian masukan kepada pemerintah daerah dalam rencana pembangunan bangunan gedung; dan/atau

c. Pemberian masukan kepada Pemerintah Daerah untuk melaksanakan pertemuan konsultasi dengan masyarakat tentang rencana pembangunan bangunan gedung.

Peran masyarakat dalam pelaksanaan konstruksi bangunan gedung dapat dilakukan dalam bentuk:

a. Menjaga ketertiban dalam kegiatan pembangunan;

b. Mencegah perbuatan perorangan atau kelompok yang dapat mengurangi tingkat keandalan bangunan gedung dan/atau mengganggu penyelenggaraan bangunan gedung dan lingkungan; c. Melaporkan kepada instansi yang berwenang atau kepada pihak yang berkepentingan atas

perbuatan sebagaimana dimaksud pada huruf b;

d. Melaporkan kepada instansi yang berwenang tentang aspek teknis pembangunan gedung yang membahayakan kepentingan umum; dan/atau

e. Melakukan gugatan ganti rugi kepada penyelenggara bangunan gedung atas kerugian yang diderita masyarakat akibat dari penyelenggaraan bangunan gedung.

(20)

b. Mencegah perbuatan perorangan atau kelompok yang dapat mengganggu pemanfaatan bangunan gedung;

c. Melaporkan kepada instansi yang berwenang atau kepada pihak yang berkepentingan atas penyimpangan pemanfaatan bangunan gedung;

d. Melaporkan kepada instansi yang berwenang tentang aspek teknis pemanfaatan bangunan gedung yang membahayakan kepentingan umum; dan/atau

e. Melakukan gugatan ganti rugi kepada penyelenggara bangunan gedung atas kerugian yang diderita masyarakat akibat dari penyimpangan pemanfaatan bangunan gedung.

Peran masyarakat dalam pelestarian bangunan gedung dapat dilakukan dalam bentuk:

a. Memberikan informasi kepada instansi yang berwenang atau pemilik bangunan gedung tentang kondisi bangunan gedung yang tidak terpelihara yang dapat mengancam keselamatan masyarakat, yang memerlukan pemeliharaan;

b. Memberikan informasi kepada instansi yang berwenang atau pemilik bangunan gedung tentang kondisi bangunan gedung bersejarah yang kurang terpelihara dan terancam kelestariannya; c. Memberikan informasi kepada instansi yang berwenang atau pemilik bangunan gedung tentang

kondisi bangunan gedung yang kurang terpelihara dan mengancam keselamatan masyarakat dan lingkungannya; dan/atau

d. Melakukan gugatan ganti rugi kepada pemilik bangunan gedung atas kerugian yang diderita masyarakat akibat dari kelalaian pemilik didalam melestarikan bangunan gedung.

Peran masyarakat dalam pembongkaran bangunan gedung dapat dilakukan dalam bentuk: a. Mengajukan keberatan kepada instansi yang berwenang atas rencana pembongkaran bangunan

gedung yang masuk dalam kategori cagar budaya;

b. Mengajukan keberatan kepada instansi yang berwenang atau pemilik bangunan gedung atas metode pembongkaran yang mengancam keselamatan atau kesehatan masyarakat dan lingkungannya;

c. Melakukan gugatan ganti rugi kepada instansi yang berwenang atau pemilik bangunan gedung atas kerugian yang diderita masyarakat dan lingkungannya akibat yang timbul dari pelaksanaan pembongkaran bangunan gedung; dan/atau

d. Melakukan pemantauan atas pelaksanaan pembongkaran bangunan gedung.

5.3.6. Pembinaan

Pemerintah Daerah melakukan pembinaan penyelenggaraan bangunan gedung melalui kegiatan pengaturan, pemberdayaan, dan pengawasan. Pembinaan bertujuan agar penyelenggaraan bangunan gedung dapat berlangsung tertib dan tercapai keandalan bangunan gedung yang sesuai dengan fungsinya, serta terwujudnya kepastian hukum. Pengaturan dituangkan dalam Peraturan Daerah atau Peraturan Bupati sebagai kebijakan Pemerintah Daerah di dalam penyelenggaraan bangunan gedung. Pemberdayaan dilakukan melalui peningkatan profesionalitas penyelenggara bangunan gedung dengan penyadaran akan hak dan kewajiban dan peran dalam penyelenggaraan bangunan gedung terutama di daerah rawan bencana. Pemilik dan/atau pengguna bangunan gedung yang tidak memenuhi persyaratan yang tercantum dalam IMB dan/atau SLF (Sertifikat Laik Fungsi) dikenai sanksi administrasi dan/atau sanksi pidana.

5.4. RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (RTBL)

Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) yang sudah disusun di Kabupaten Boyolali, berupa : RTBL Kawasan Resapan Air Lereng Gunung Merapi dan Merbabu Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali dan Penyusunan RTBL Kawasan Perkotaan Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali. Adapun garis besar substansi masing-masing RTBL sebagai berikut :

5.4.1. RTBL Kawasan Resapan Air Lereng Gunung Merapi dan Merbabu Kecamatan Selo

A. Visi dan Misi Pengembangan RTBL Kawasan Selo

Visi pengembangan kawasan RTBL di Kawasan Selo yaitu:

(21)

Misi untuk mewujudkan visi tersebut adalah: 1) Pengoptimalan potensi wisata, melalui:

a. Meningkatkan daya tarik wisata dengan menambah berbagai atraksi wisata; b. Menyediakan sarana dan prasarana penunjang kegiatan pariwisata;

c. Mengembangkan paket wisata yang sinergi dengan kegiatan pariwisata di daerah sekitarnya.

2) Pelestarian budaya, melalui:

a. Mengangkat kesenian, adat budaya sebagai event pendukung wisata; dan b. Melestarikan bangunan dan lingkungan bersejarah

3) Peningkatan produktifitas pertanian untuk mendukung konsep agropolitan, melalui: a. Mengendalikan alih fungsi lahan pertanian;

b. Meningkatkan produktivitas pertanian unggulan (misal dengan bibit unggul, penyediaan pupuk, pola tanam yang baik); dan

c. Meningkatkan sarana dan prasarana pendukung kegiatan pertanian. 4) Pelestarian lingkungan yang ekologis, melalui:

a. Meningkatkan kawasan resapan air;

b. Meningkatkan penyediaan air bersih dengan penyediaan embung geotekstil; dan

c. Mengembangkan ruang terbuka hijau pada kawasan perlindungan setempat dan ruang evakuasi bencana alam.

B. Rencana Umum dan Panduan Rancangan

Rencana umum yang akan diwujudkan di Kawasan Selo sebagai berikut.

TABEL V. 1

RENCANA UMUM KAWASAN SELO KABUPATEN BOYOLALI

No Strategi Rencana Program

1 Pengoptimalan potensi wisata berbasis ekowisata

a. Mengembangkan obyek wisata yang ada supaya

memiliki daya tarik wisata dengan menambah berbagai atraksi wisata;

1. Peningkatan atraksi wisata pada obyek wisata yang

sudah ada misal di Uga.

2. Pembuatan obyek wisata baru berupa kebun

agrowisata.

3. Perbaikan lapangan kecamatan Selo, terintegrasi

dengan penataan terminal, penyediaan parkir dan penataan sektor informal

4. PKL di depan lapangan diberi lahan khusus untuk

berdagang dengan sarana penunjang yang didesain secara estetis

5. Pengadaan event budaya secara rutin di Joglo.

6. Pengadaan event wisata di lapangan kecamatan.

b. Menyediakan sarana dan prasarana penunjang

kegiatan pariwisata; 1.2. Penyediaan kantong parkir. Pengembangan homestay.

3. Penyediaan lahan untuk wisata kuliner.

c. Mengembangkan paket wisata yang sinergi dengan

kegiatan pariwisata di daerah sekitarnya. 1. Penambahan angkutan dan rute wisata (sebagai paket wisata)

2. Peningkatan kualitas jalan yang digunakan sebagai

jalur sirkulasi wisata.

3. Keterpaduan paket wisata dengan daerah sekitarnya.

d. Pemberdayaan masyarakat lokal 1. Pelatihan wisata bagi masyarakat lokal.

2. Memberikan kesempatan bagi masyarakat sekitar

untuk membangun homestay maupun sarana perdagangan jasa lain pendukung kegiatan wisata

2 Pengendalian dan pengembangan pertanian sebagai

daerah pendukung agropolitan

a. Mempertahakan produktivitas pertanian. 1. Pembatasan alih fungsi lahan produktif.

2. Bantuan bibit unggul.

3. Subsidi pupuk dan alat pertanian.

4. Pembangunan jaringan irigasi, penampungan air

hujan, pembuatan embung

b. Pembangunan sarana prasarana pendukung

agropolitan 1. Penataan Pasar Selo yang terpadu dengan penyediaan tempat untuk pemasaran hasil produksi

pertanian (meminimalisir tengkulak).

2. Peningkatan kualitas jalan untuk pengangkutan

komoditas pertanian.

c. Pemberdayaan kelompok tani Pelatihan pada petani mengenai teknologi pengolahan

hasil produksi pertanian.

(22)

No Strategi Rencana Program

kawasan sebagai resapan air, serta

mempertimbangkan daya dukung lingkungan.

2. Mengembangkan ruang terbuka hijau

4 Penataan tata bangunan dan lingkungan 1. Penerapan aturan bangunan.

2. Pembuatan landmark.

3. Penataan street furniture.

4. Pengaturan sirkulasi

5. Penyediaan jaringan infrastruktur sesuai kebutuhan.

Sumber : Dokumen RTBL Kawasan Resapan Air Lereng Gunung Merapi dan Merbabu Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali, 2014

C. Rencana Blok Pengembangan

Kawasan wisata Selo dibagi menjadi 7 blok. Rencana blok pengembangan kawasan untuk masing-masing blok sebagai berikut.

TABEL V. 2

ARAH PENGEMBANGAN BLOK KAWASAN WISATA SELO

No Segmen Kawasan Arahan Pengembangan

1 Koridor I (Pusat

Kawasan) Koridor Jl Ki Haryo Saloka Perdagangan dan jasa, wisata, RTH, sarana pelayanan umum, perkantoran, sarana pendukung wisata

2 Koridor II Koridor Jl Ki Haryo Saloka

bagian barat Wisata, sarana pendukung wisata, perdagangan dan jasa, permukiman, sarana pelayanan umum

3. Koridor III Koridor Jl Ki Haryo Saloka

bagian timur Sarana pendukung wisata, perdagangan dan jasa, sarana pelayanan umum, permukiman

4. IV Desa Samiran bagian utara Wisata, sarana pendukung wisata, permukiman, pertanian

5. V Desa Samiran bagian utara Perkantoran, sarana pendukung wisata, permukiman,

pertanian

6. VI Desa Samiran bagian selatan Sarana pendukung wisata, permukiman, pertanian

7. VII Desa Samiran bagian selatan Wisata, sarana pendukung wisata, permukiman, pertanian

Sumber : Dokumen RTBL Kawasan Resapan Air Lereng Gunung Merapi dan Merbabu Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali, 2014

D. Rencana Investasi

Strategi perencanaan investasi dalam dokumen RTBL Kawasan Resapan Air Lereng Gunung Merapi dan Merbabu Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali, disusun dengan skenario sebagai berikut:

Langkah I : Penetapan paket kegiatan pada tiap jangka waktu pentahapan dan penyiapan rincian

sumber pembiayaan.

 Langkah II : Perencanaan pembiayaan meliputi perhitungan prospek ekonomi, besaran investasi yang dibutuhkan, keuntungan setiap paket dan perhitungan investasi publik.

 Langkah III : Penyiapan pelibatan dan pemasaran paket pembangunan untuk masing-masing pelaku pembangunan.

 Langkah IV : Penyiapan detail investasi tahunan sebagai pengendalian selama pelaksanaan.

5.4.2. RTBL Kawasan Perkotaan Kecamatan Mojosongo

A. Visi dan Misi Pengembangan RTBL Kawasan Perkotaan Mojosongo

Visi RTBL Kawasan Perkotaan Kecamatan Mojosongo Kabupaten Boyolali yaitu terwujudnya

kawasan perkotaan yang berintegrasi. Kawasan perencanaan RTBL merupakan kawasan cepat

tumbuh yang akan menjadi kawasan utama di perkotaan Kecamatan Mojosongo yang

mengintegrasikan kawasan perkotaan Boyolali (koridor padat perdagangan dan jasa, kawasan permukiman padat pusat kota) dengan kawasan perdesaan Boyolali (kawasan peruntukan industri, kawasan permukiman perdesaan) di mana komplek perkantoran pemerintah kabupaten Boyolali sebagai kawasan inti cepat tumbuh. Sedangkan misinya meliputi :

1) Pengembangan ruang pusat perkotaan melalui pengembangan kawasan dengan ragam fungsi untuk memenuhi kebutuhan aktivitas pusat perkotaan.

2) Pengembangan ruang penunjang pusat perkotaan melalui pengendalian pertumbuhan kawasan permukiman untuk memenuhi kebutuhan RTH minimal perkotaan 30 %.

3) Pengembangan ruang transisi perkotaan-perdesaan melalui pengembangan kawasan

permukiman untuk mendukung aktivitas kawasan peruntukan industri.

(23)

5) Pengembangan ruang penunjang koridor penghubung perkotaan – perdesaan melalui pengendalian pertumbuhan kawasan perdagangan dan jasa untuk mengakomodasi kebutuhan

catchment area sungai di bawahnya.

B. Rencana Umum dan Panduan Rancangan

Untuk mewujudkan visi pembangunan kawasan yang telah dijabarkan dalam Bab sebelumnya, maka perlu disusun seperangkat rencana umum pengembangan yang berbasiskan potensi dan permasalahan kawasan serta peran kawasan berdasarkan kebijakan pengembangan yang terkait, baik untuk saat ini maupun masa yang akan datang.

Pengembangan kawasan direncanakan sesuai dengan tema masing-masing yang meliputi 10 segmen yaitu :

1) Segmen 1 (Kawasan Antara Pintu Masuk Barat dan Selatan Kantor Pemerintah Kabupaten Boyolali) memiliki tema alun-alun terpadu karena sebagai kawasan pusat pelayanan dan pemenuhan kebutuhan bagi masyarakat perkotaan.

2) Segmen 2 (Kawasan Antara SPBU – Simpang Empat Balai TNGM) memiliki tema business center karena pada kawasan ini akan banyak bangunan perdagangan dan jasa baik modern maupun tradisional. Kawasan ini dirancang untuk niaga dan bisnis yang akan menampung berbagai kegiatan bisnis, perniagaan, perdagangan, dan restoran. Konsep ini ditunjang perpaduan aspek ramah lingkungan dengan suasana hijau yang alami dalam sebuah kawasan.

3) Segmen 3 (Kawasan Antara Simpang Empat Balai TNGM – Permukiman Jl. Tape Baru Bagian Barat) memiliki tema pusat permukiman karena sebagai kawasan pusat permukiman penduduk setempat yang ditunjang dengan fungsi pelayanan dan pemenuhan kebutuhan.

4) Segmen 4 (Kawasan Antara Simpang Empat Balai TNGM – Permukiman Jl. Tape Baru Bagian Timur) memiliki tema permukiman terpadu karena sebagai kawasan pusat permukiman penduduk setempat yang ditunjang dengan fungsi pelayanan dan pemenuhan kebutuhan.

5) Segmen 5 (Kawasan Antara Simpang Empat Balai TNGM – Tikungan Jalan Nangka Gumulan) memiliki tema business center karena pada kawasan ini akan banyak bangunan perdagangan dan jasa baik modern maupun tradisional. Kawasan ini dirancang untuk niaga dan bisnis yang akan menampung berbagai kegiatan bisnis, perniagaan, perdagangan, dan restoran. Konsep ini ditunjang perpaduan aspek ramah lingkungan dengan suasana hijau yang alami dalam sebuah kawasan.

6) Segmen 6 (Kawasan Antara Tikungan Jl. Nangka Gumulan – Perempatan Gang Jomboran RW. X) memiliki tema city walk karena akan menjadi kawasan wisata belanja dan kuliner yang dapat dinikmati melalui jalur pedestrian secara menerus. Orang bisa berjalan-jalan menikmati suasana perkotaan dengan memanfaatkan city walk sebagai jalur pedestrian, unsur keindahan perkotaan dan media interaksi sosial.

7) Segmen 7 (Kawasan Antara Tikungan Jl. Nangka Gumulan – Perempatan Gang Jomboran RW. XI) memiliki tema city walk karena akan menjadi kawasan wisata belanja dan kuliner yang dapat dinikmati melalui jalur pedestrian secara menerus. Orang bisa berjalan-jalan menikmati suasana perkotaan dengan memanfaatkan city walk sebagai jalur pedestrian, unsur keindahan perkotaan dan media interaksi sosial.

8) Segmen 8 (Kawasan Antara Perempatan Gang Jomboran RW. XI – Jalan Sebelah Barat SMP 4 Mojosongo) memiliki tema pusat permukiman pendukung kawasan perdesaan (kawasan peruntukan industri) untuk memenuhi kebutuhan bermukim para pekerja industri pada khususnya dan masyarakat perdesaan pada umumnya.

(24)

10) Segmen 10 (Kawasan Antara SMP 4 Mojosongo bagian selatan – Pertigaan Logerit) memiliki tema

business center karena pada kawasan ini akan banyak bangunan perdagangan dan jasa baik modern maupun tradisional. Kawasan ini dirancang untuk niaga dan bisnis yang akan menampung berbagai kegiatan bisnis, perniagaan, perdagangan, dan restoran. Konsep ini ditunjang perpaduan aspek ramah lingkungan dengan suasana hijau yang alami dalam sebuah kawasan.

C. Program Blok Pengembangan

Program penanganan setiap blok pengembangan yang termuat dalam dokumen RTBL Kawasan Perkotaan Kecamatan Mojosongo Kabupaten Boyolali sebagai berikut :

1) Segmen 1 - Kawasan Antara Pintu Masuk Bagian Barat Dan Selatan Kantor Pemerintahan Kabupaten Boyolali

Program :

a) Penataan Kawasan Permukiman

Penataan lansekap dengan memanfaatkan lahan yang tersedia

Menggunakan sistem vegetasi vertikal untuk permukiman yang memiliki lahan terbatas

b) Penataan Kawasan Pemerintahan

Menyediakan kavling-kavling yang memadai Menyediakan ruang parkir yang cukup

Menambah RTH

Menyediakan pedestrian yang cukup

c) Penataan Koridor Hijau

Penambahan vegetasi perindang Pembuatan kanopi tanaman rambat

d) Penataan Kawasan Pendidikan

Pengaturan signage  Penghijauan pagar  Penatana vertical garden  Penataan pedestrian

e) Penataan Kawasan RTH

Pembuatan taman

Pembuatan panggung pentas

f) Penataan Kawasan Perdagangan dan Jasa

Menyediakan kavling-kavling yang memadai Menata fasad bangunan dengan corak modern Menyediakan ruang parkir yang cukup

Menambah RTH

Menyediakan pedestrian yang cukup

g) Penataan Kawasan Fasilitas Publik

Menyediakan kavling-kavling yang memadai  Menyediakan ruang parkir yang cukup

Menambah RTH

2) Segmen 2 - Kawasan Antara SPBU – Simpang Empat Balai TNGM Program :

a) Penataan Kawasan Permukiman

Penataan lansekap dengan memanfaatkan lahan yang tersedia

Menggunakan sistem vegetasi vertikal untuk permukiman yang memiliki lahan terbatas.

b) Penataan Koridor Hijau

(25)

c) Penataan Kawasan Perdagangan dan Jasa

 Menyediakan kavling-kavling yang memadai.

Menata fasad bangunan dengan corak modern. Menyediakan ruang parkir yang cukup.

Menambah RTH.

Menyediakan pedestrian yang cukup.

3) Segmen 3 - Kawasan Antara Simpang Empat Balai TNGM – Permukiman Jalan Tape Baru Bagian Barat (RT 03 RW 03)

Program :

a) Penataan Kawasan Permukiman

Penataan lansekap dengan memanfaatkan lahan yang tersedia.

Menggunakan sistem vegetasi vertikal untuk permukiman yang memiliki lahan terbatas.

b) Penataan Kawasan Perdagangan dan Jasa

Menyediakan kavling-kavling yang memadai. Menata fasad bangunan dengan corak modern. Menyediakan ruang parkir yang cukup.

Menambah RTH.

Menyediakan pedestrian yang cukup.

4) Segmen 4 - Kawasan Antara Simpang Empat Balai TNGM – Permukiman Jalan Tape Baru Bagian Timur (RT 03 RW 03)

Program :

a) Penataan Kawasan Permukiman

Penataan lansekap dengan memanfaatkan lahan yang tersedia.

Menggunakan sistem vegetasi vertikal untuk permukiman yang memiliki lahan terbatas.

b) Penataan Kawasan Perdagangan dan Jasa

 Menyediakan kavling-kavling yang memadai.

Menata fasad bangunan dengan corak modern. Menyediakan ruang parkir yang cukup.

Menambah RTH.

Menyediakan pedestrian yang cukup.

5) Segmen 5 - Kawasan Antara Simpang Empat Balai TNGM – Tikungan Jalan Nangka Gumulan Program :

a) Penataan Kawasan Permukiman

 Penataan lansekap dengan memanfaatkan lahan yang tersedia.

 Menggunakan sistem vegetasi vertikal untuk permukiman yang memiliki lahan terbatas. b) Penataan Kawasan Perdagangan dan Jasa

Menyediakan kavling-kavling yang memadai. Menata fasad bangunan dengan corak modern. Menyediakan ruang parkir yang cukup.

Menambah RTH.

Menyediakan pedestrian yang cukup.

6) Segmen 6 - Kawasan Antara Simpang Empat Balai TNGM – Gang Jomboran Bagian Selatan (Rw 10) Program :

a) Penataan Kawasan Permukiman

Penataan lansekap dengan memanfaatkan lahan yang tersedia.

Menggunakan sistem vegetasi vertikal untuk permukiman yang memiliki lahan terbatas.

b) Penataan Kawasan Perdagangan dan Jasa

(26)

Menambah RTH.

 Menyediakan pedestrian yang cukup.

7) Segmen 7 - Kawasan Antara Simpang Empat Balai TNGM – Gang Jomboran Bagian Utara (RW 11) Program :

a) Penataan Kawasan Permukiman

Penataan lansekap dengan memanfaatkan lahan yang tersedia.

Menggunakan sistem vegetasi vertikal untuk permukiman yang memiliki lahan terbatas.

b) Penataan Koridor Hijau

 Penambahan vegetasi perindang

 Pembuatan kanopi tanaman rambat c) Penataan Kawasan Perdagangan dan Jasa

Menyediakan kavling-kavling yang memadai. Menata fasad bangunan dengan corak modern. Menyediakan ruang parkir yang cukup.

Menambah RTH.

Menyediakan pedestrian yang cukup.

8) Segmen 8 - Kawasan Antara Gang Jomboran Bagian Utara (RW 11) – SMP 4 Mojosongo (Bagian Utara )

Program :

a) Penataan Kawasan Permukiman

Penataan lansekap dengan memanfaatkan lahan yang tersedia.

Menggunakan sistem vegetasi vertikal untuk permukiman yang memiliki lahan terbatas.

b) Penataan Koridor Hijau

Penambahan vegetasi perindang Pembuatan kanopi tanaman rambat

c) Penataan Kawasan RTH

Pembuatan taman

Pembuatan panggung pentas

d) Penataan Kawasan Perdagangan dan Jasa

Menyediakan kavling-kavling yang memadai. Menata fasad bangunan dengan corak modern. Menyediakan ruang parkir yang cukup.

Menambah RTH.

Menyediakan pedestrian yang cukup.

9) Segmen 9 - Kawasan Antara Gang Jomboran Bagian Utara (RW 10) – SMP 4 Mojosongo (Bagian Selatan )

Program :

a) Penataan Kawasan Permukiman

Penataan lansekap dengan memanfaatkan lahan yang tersedia.

Menggunakan sistem vegetasi vertikal untuk permukiman yang memiliki lahan terbatas.

b) Penataan Koridor Hijau

 Penambahan vegetasi perindang

 Pembuatan kanopi tanaman rambat c) Penataan Kawasan Perdagangan dan Jasa

Menyediakan kavling-kavling yang memadai. Menata fasad bangunan dengan corak modern. Menyediakan ruang parkir yang cukup.

Menambah RTH.

(27)

10)Segmen 10 - Kawasan Antara SMP 4 Mojosongo Bagian Selatan – Pertigaan Logerit Program :

a) Penataan Kawasan Permukiman

Penataan lansekap dengan memanfaatkan lahan yang tersedia

Menggunakan sistem vegetasi vertikal untuk permukiman yang memiliki lahan terbatas.

b) Penataan Koridor Hijau

Penambahan vegetasi perindang Pembuatan kanopi tanaman rambat

c) Penataan Kawasan Perdagangan dan Jasa

Menyediakan kavling-kavling yang memadai. Menata fasad bangunan dengan corak modern. Menyediakan ruang parkir yang cukup.

Menambah RTH.

Menyediakan pedestrian yang cukup.

D. Rencana Investasi

Strategi perencanaan investasi dalam dokumen RTBL Kawasan Perkotaan Kecamatan Mojosongo Kabupaten Boyolali, disusun dengan skenario sebagai berikut:

 Langkah I : Penetapan paket kegiatan pada tiap jangka waktu pentahapan dan penyiapan rincian sumber pembiayaan.

 Langkah II : Perencanaan pembiayaan meliputi perhitungan prospek ekonomi, besaran investasi yang dibutuhkan, keuntungan setiap paket dan perhitungan investasi publik.

 Langkah III : Penyiapan pelibatan dan pemasaran paket pembangunan untuk masing-masing pelaku pembangunan.

 Langkah IV : Penyiapan detail investasi tahunan sebagai pengendalian selama pelaksanaan.

5.5. RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)

Garis besar muatan substansi Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM) Kabupaten Boyolali sebagai berikut :

5.5.1. Rencana Sistem Pelayanan

A. Sistem Pelayanan Perkotaan

Sistem pelayanan perkotaan di Kabupaten Boyolali ditetapkan meliputi wilayah teknis eksisting PDAM dan wilayah perkotaan yang ditentukan berdasarkan RTRW. Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) wilayah perkotaan menjadi tanggung jawab PDAM Kabupaten Boyolali. Pemenuhan kebutuhan air untuk wilayah pelayanan perkotaan di Kabupaten Boyolali saat ini dipenuhi dengan bukan jaringan perpipaan (BJP) dan jaringan perpipaan (JP).

Jaringan perpipaan yang ada saat ini meliputi jaringan perpipaan PDAM dan jaringan perpipaan non PDAM. Kedepan, seluruh wilayah pelayanan perkotaan dapat dipenuhi dengan jaringan perpipaan PDAM. Pada tahun 2029, seluruh wilayah pelayanan teknis eksisting dan wilayah perkotaan yang ditentukan berdasarkan RTRW dapat dilayani Jaringan Perpipaan PDAM. Sehingga, wilayah pelayanan PDAM Kabupaten Boyolali dapat melayani 19 kecamatan di wilayah perkotaan dan 3 kecamatan diluar wilayah Kabupaten Boyolali. Pengembangan SPAM Kabupaten Boyolali yang disusun dalam RI-SPAM ini, dibatasi dalam wilayah administratif Kabupaten Boyolali.

(28)

B. Sistem Pelayanan Perdesaan

Wilayah pelayanan perdesaan meliputi desa yang dalam RTRW ditetapkan sebagai wilayah perdesaan dan desa selain wilayah teknik eksisting PDAM. Pemenuhan air minum masyarakat perdesaan menggunakan jaringan perpipaan (JP) baru sebesar 17,68% sedangkan menggunakan bukan jaringan perpipaan (BJP) sebesar 52,07%. Ini menjadi tantangan bagi Pemerintah Kabupaten Boyolali untuk terus berupaya dalam memberikan fasilitas sarana air minum bagi masyarakatnya. Bantuan pemerintah pusat berupa program Pansimas dan program DAK sangat membantu pemerintah Kabupaten Boyolali dalam penyediaan air minum wilayah perdesaan.

Pengembangan pemenuhan air minum wilayah perdesaan direncanakan dengan peningkatan cakupan pelayanan jaringan perpipaan dan mengurangi bukan jaringan perpipaan. Untuk wilayah yang masih belum memiliki sarana air minum diupayakan untuk membuat sistem bukan jaringan perpipaan. Terutama untuk wilayah rawan air diupayakan dengan pembuatan penampungan air hujan (PAH) atau sumur-sumur penyimpanan air hujan yang berupa buis beton kedap air yang ditanam di dalam tanah.

Peningkatan cakupan pelayanan di wilayah perdesaan dapat dilakukan dengan jaringan perpipaan maupun bukan jaringan perpipaan. Dalam hal ini, cakupan pelayanan bukan jaringan perpipaan diminimalkan sebesar 32% dari jumlah wilayah perdesaan, sehingga prioritas pemenuhan air minum tetap dengan jaringan perpipaan. Pembangunan sistem jaringan perpipaan perdesaan dilaksanakan secara bertahap berdasarkan prioritas desa dan kemampuan keuangan pemerintah dan masyarakat.

Jaringan perpipaan yang direncanakan untuk wilayah perdesaan adalah satu sistem untuk cakupan wilayah skala desa, sehingga debit dan kebutuhan sistem tidak terlalu besar. Sistem yang paling sesuai dengan jaringan perpipaan perdesaan adalah sistem gravitasi, karena lebih murah dan lebih mudah dalam operasional. Pengelolaan sistem jaringan perpipaan perdesaan dilakukan oleh BLUD atau masyarakat dengan istilah PAMDES.

C. Tingkat Pelayanan

Pengembangan SPAM Kabupaten Boyolali direncanakan sampai tahun 2029 (2014-2029) jadi selama 16 tahun. Pada 2025 jaringan perpipaan untuk wilayah perkotaan direncanakan dapat mencapai 100% sedangkan untuk wilayah perdesaan jaringan perpipaan ditingkatkan menjadi lebih dari 80% dan bukan jaringan perpipaan ditekan menjadi kurang dari 20%.

5.5.2. Rencana Pengembangan SPAM

A. Rencana Pengembangan SPAM Perkotaan

Rencana strategi pengembangan SPAM perkotaan Kabupaten Boyolali adalah sebagai berikut :

 Penurunan tingkat kebocoran secara bertahap menjadi 20 % sampai tahun 2019

 Optimalisasi kapasitas yang belum termanfaatkan

 Penambahan kapasitas sistem dengan penambahan air baku dari air permukaan dan mata air

Peningkatan jumlah sambungan baru

 Penghijauan di daerah tangkapan air dan mata air untuk pengendalian penurunan debit

 Penambahan kapasitas sistem dari mata air untuk memenuhi sambungan baru

 Peningkatan kualitas, kuantitas dan kontinuitas pelayanan

 Peningkatan efisiensi biaya operasional dan pemeliharaan

 Peningkatan sosialisasi pola hidup bersih

 Peningkatan sosialisasi hemat air

B. Rencana Pengembangan SPAM Perdesaan

Rencana strategi pengembangan SPAM perdesaan Kabupaten Boyolali adalah sebagai berikut :

 Penambahan jaringan perpipaan dengan penambahan air baku dari air permukaan dan air tanah

Gambar

TABEL V. 1
TABEL V. 2
TABEL V. 3
TABEL V. 4
+2

Referensi

Dokumen terkait

Saat ini di Indonesia telah ada sekitar 20 perusahaan Asuransi Umum yang memiliki unit syariah (takaful window) dan 2 perusahaan Asuransi Umum yang telah menjadi

Hasil usaha dari Badan Usaha Milik Desa merupakan pendapatan asli desa, yang selanjutnya digunakan untuk pembangunan dan kesejahteraan warga Desa Ponggok yang

Hipotesis 2 menyatakan bahwa terdapat pengaruh manipulasi aktivitas riil terhadap dividen perusahaan LQ 45, untuk pengujian hipotesis 2 apakah terdapat Pengaruh manipulasi

Secara ringkas dissertasi ini akan mengkaji perbandingan struktur organisasi pengurusan penyelenggaraan, reka bentuk dan pemilihan bahan serta faktor penyebab kepada

Pada hakikatnya penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek atau subyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrument

Dengan diketahuinya kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal materi bangun ruang sisi datar kubus dan balok maka dalam melaksanakan kegiatan belajar

Selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya yang telah banyak memberikan dukungan serta kebijakan pada akademik saya.. Hapsari,

faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku