• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOCRPIJM 376691a0a1 BAB IIIRPIJM BAB III BIMA FINAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DOCRPIJM 376691a0a1 BAB IIIRPIJM BAB III BIMA FINAL"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

Kebijakan pengembangan wilayah terhadap rencana pembangunan wilayah

Kabupaten Bima dimaksudkan sebagai kajian tentang rencana-rencana program

pengembangan yang sedikit banyak berkaitan dengan rencana adalah:

 Review Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2006-2020

 Perda Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bima Tahun 2006-2025

 RPJMD Kabupaten Bima Tahun 2006 - 2010.

3.1. KAWASAN PRIORITAS KONTEKS KABUPATEN BIMA 3.1.1 Rencana Pengelolaan Kawasan Prioritas

Kawasan prioritas perlu mendapatkan pengelolaan yang lebih intensif

karena mempunyai keunggulan komparatif dibandingkan daerah-daerah lainnya,

dan diharapkan dapat menjadi prime moverbagi kawasan sekitarnya. Tabel 3.1. Rencana Pengelolaan Kawasan Prioritas

NO. JENIS KAWASAN LOKASI PENGEMBANGAN PENGELOLAAN

1. Kawasan kaya sumberdaya alam

 Kawasan Sentra Produksi

(KSP): Sanggar, Tambora, Wawo, Sape, Parado, Wera, dan Donggo.

 KAPET Bima: Kabupaten

Bima, Kota Bima dan Kabupaten Dompu.

 Kawasan Pesisir dan Laut:

Tanjung Mas Langgudu, Rontu Monta, Bajo Pulau Sape, Sangiang Wera, dan Gilibanta.

 Kawasan Agroindustri: Bolo,

Sape, Sanggar, dan Tambora.

 Kawasan Industri Maritim :

Sape.

Pusat Kawasan Pariwisata:

 Kawasan Wisata Pantai :

Penetapan Kawasan Sentra Produksi di tetapkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten.

Pengelolaan KAPET dilakukan oleh BP. KAPET.

Pengelolaan dilakukan oleh Dinas terkait yaitu Bappeda dan Dinas Perikanan dan Kelautan.

Pengelolaan dilakukan oleh Dinas Perindag dan

(2)

NO. JENIS KAWASAN LOKASI PENGEMBANGAN PENGELOLAAN

Teluk Bima, Sape (Lamere, Toro Wamba, Mata Mboko, Gilibanta), Lambu (Papa), Wera (Pulau Ular dan Karombo Wera), Monta (Rontu), Parado (Wane).

 Kawasan Wisata Alam

Pegunungan : Tambora, Lambitu, Donggo.

 Kawasan Wisata Alam :

Madapangga, Parado, Wawo.

 Kawasan Wisata Budaya :

Soromandi, Donggo, Wawo.

Pengelolaan dilakukan oleh Dinas Pariwisata.

2. Kawasan cepat tumbuh

 Pusat kawasan bisnis/CBD di

ibukota kecamatan, pusat pengembangan perdesaan, desa-desa berkembang.

 Ibukota kabupaten/kota baru

hasil pemekaran wilayah.

 Kawasan strategis: Woha,

Sape, Sila.

 Kawasan simpul-simpul

transportasi darat dan laut : Waworada, Sape, Labuhan Kananga, Woha.

 Pusat perdagangan : Woha,

Bolo, Sape, Wera.

 Rumput Laut: Wera,

Langgudu, Sape, Tambora.

 Pelabuhan penyeberangan :

Sape, Waworada.

 Sepanjang jalur trans

Nusa Tenggara/jalan nasional.

(3)

NO. JENIS KAWASAN LOKASI PENGEMBANGAN PENGELOLAAN

 Daerah rawan bencana

(harus dikosongkan) meliputi daerah kaldera dan lembah-lembah sungai sejauh 6 km atau seluas 58,7 km2.

 Daerah waspada bagian utara

masuk Kabupaten Bima (Desa Kawinda To’i dan Labuan Kenanga) Kawasan Rawan Banjir:

 Kawasan sekitar sungai besar

Sape, Belo Soromandi, dan Wera.

Kawasan Rawan Kekeringan :

 Wera, Donggo, Woha, Monta,

Sape, Lambu

Kawasan Rawan Tsunami

 Daerah sepanjang pesisir

pantai selatan Sape, Parado, Monta, Langgudu.

Kementerian PDT, BMG, dan Bappeda.

Sumber : Hasil Rencana, 2006

3.1.2 Rencana Pemanfaatan Kawasan Prioritas

Secara umum, kawasan prioritas terbagi menjadi 2 (dua) yaitu kawasan

bermasalah dan kawasan potensial. Kawasan bermasalah merupakan kawasan

yang karena keterbatasan sumber daya yang dimiliki maupun keterbatasan fisik

alamiah menjadikannya rentan terhadap musibah maupun lambat berkembang.

Kawasan bermasalah meliputi kawasan rawan bencana dan kawasan perbatasan,

sedangkan kawasan potensial merupakan kawasan yang banyak memiliki sumber

(4)

Tabel 3.2. Rencana Pemanfaatan Kawasan Prioritas

NO. JENIS KAWASAN LOKASI PEMANFAATAN RENCANA

PEMANFAATAN

1. Kawasan kaya sumberdaya alam

 Kawasan Sentra Produksi

(KSP): Sanggar, Tambora, Wawo, Sape, Parado, Wera, dan Donggo.

 KAPET Bima: Kabupaten

Bima, Kota Bima dan Kabupaten Dompu.

 Kawasan Pesisir dan Laut:

Tanjung Mas Langgudu, Rontu Monta, Bajo Pulau Sape, Sangiang Wera, dan Gilibanta.

 Kawasan Agroindustri: Bolo,

Sape, Sanggar, dan Tambora.

 Kawasan Industri Maritim :

Sape.

Pusat Kawasan Pariwisata:

 Kawasan Wisata Pantai : Teluk

Bima, Sape (Lamere, Toro Wamba, Mata Mboko, Gilibanta), Lambu (Papa), Wera (Pulau Ular dan Karombo Wera), Monta (Rontu), Parado (Wane).

 Kawasan Wisata Alam

Pegunungan : Tambora, Lambitu, Donggo.

 Kawasan Wisata Alam :

Madapangga, Parado, Wawo

 Kawasan Wisata Budaya :

Soromandi, Donggo, Wawo. - Sebagai Kawasan lokasi

investasi dengan

 Pusat kawasan bisnis/CBD di

Ibukota kecamatan, pusat pengembangan perdesaan, desa-desa berkembang.

 Ibukota kabupaten/kota baru

hasil pemekaran wilayah.

 Kawasan strategis: Woha,

Sape, Sila

 Kawasan simpul-simpul

transportasi darat dan laut :

 Sebagai Kawasan

perdagangan dan simpul-simpul transportasi

 Penataan Kawasan CBD  Penataan Kawasan

Simpul-simpul transportasi

 Rencana Peningkatan

(5)

NO. JENIS KAWASAN LOKASI PEMANFAATAN RENCANA PEMANFAATAN

 Pusat perdagangan : Woha,

Bolo, Sape, Wera

 Rumput Laut Wera, Langgudu,

Sape, Tambora.

 Pelabuhan penyeberangan :

Sape, Waworada.

 Sepanjang jalur trans Nusa

Tenggara/jalan nasional

3. Kawasan tertinggal Donggo, Soromandi, Parado, Tambora, Lambu, Lambitu.

Kawasan tertinggal adalah kawasan yang tingkat kehidupan penduduknya masih dibawah rata-rata dan prasarana wilayah yang tersedia masih minim sehingga perlu dilakukan perlakukan khusus untuk meningkatkan kualitasnya.

4. Kawasan Rawan Bencana

Kawasan Rawan Bencana Vulkanik :

1. Kawasan Gunung Tambora

Daerah rawan bencana (harus

dikosongkan) meliputi daerah kaldera dan lembah-lembah sungai sejauh 6 km atau seluas 58,7 km2.

Daerah waspada bagian utara

masuk Kabupaten Bima (Desa Kawinda To’i dan Labuan Kenanga).

2. Kawasan Rawan Banjir:

Kawasan sekitar sungai besar

Sape, Belo Soromandi, Wera. 3. Kawasan Rawan Kekeringan:

Wera, Donggo, Woha, Monta,

Sape, Lambu

4. Kawasan Rawan Tsunami

Daerah sepanjang pesisir

pantai selatan Sape, Parado, Monta, langgudu.

Kawasan rawan bencana merupakan kawasan yang tidak boleh digunakan sebagai kawasan permukiman. Untuk menghindari terjadinya bencana. Kawasan rawan bencana digunakan sebagai kawasan konsevasi.

Penetapan zona rawan bencana dengan pelarangan aktivitas permukiman.

(6)

3.1.3 Strategi Pengembangan Kawasan Andalan

Adapun strategi-strategi pengembangan kawasan andalan Kabupaten Bima

dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Memantapkan Woha sebagai pusat pelayanan Kabupaten Bima dengan

wilayah layanan mencakup 18 Kecamatan terdiri dari: Monta, Donggo,

Soromandi, Langgudu, Parado, Woha, Lambitu, Wera, Bolo, Sape, Ambalawi,

Belo, Madapangga, Sanggar, Lambu, Palibelo, Tambora dan Wawo. Dengan

mengembangkan 2 (dua) strategi pengembangan kawasan, yaitu:

a. Pengembangan sentra budidaya rumput laut di perairan pantai kabupaten

Bima.

b. Pengembangan penelitian produksi Mutiara di Karampi, Rupe, So Lato,

Sumi, Soro, Bajo Pulau, Nciri-Natu, Pisa, Pai, Tengge, Radu, Piong.

2. Pengembangan transportasi darat melalui pembangunan, perbaikan, dan

peningkatan kapasitas ruas jalan, dilakukan untuk menghubungkan

pusat-pusat kegiatan unggulan dengan pusat-pusat kegiatan pendukung. Bentuk dari

pengembangan dari strategi tersebut dapat dikemukakan dalam 4 (empat)

indikasi program, yaitu:

a. Studi peningkatan kapasitas ruas jalan dengan menggunakan standar

b. Studi pengembangan moda angkutan umum untuk wisatawan dan komoditi

hasil pertanian

c. Studi karakteristik longsoran dari berbagai jenis batuan disepanjang jalan

raya

(7)

3.2. KAJIAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT 2006-2020

Review RTRW Propinsi NTB (Draft) dimaksudkan sebagai pemutakhiran

instrumen tata ruang Propinsi NTB, berkaitan dengan perubahan-perubahan multi

faktor selama 10 tahun terakhir. Perubahan mencakup faktor eksternal dan

internal wilayah.

3.2.1. Cakupan dan Tujuan

Perubahan faktor eksternal, terkait dengan perubahan-perubahan peraturan

perundangan tentang pemerintahan dan perencanaan di daerah. Undang-undang

tentang Pemerintahan Daerah terbaru (UU.32 tahun 2004), mengisyaratkan

perubahan peran pemerintah propinsi dalam konteks otonomi daerah selama ini.

Pemerintah Propinsi sebagai perwakilan pemerintah Pusat di daerah diberi

kewenangan yang agak lebih besar dari pada kewenangan yang ada menurut UU.

No.24 tahun 1999. Faktor eksternal yang lain adalah tuntutan terhadap NTB untuk

peran yang lebih besar secara regional. Dalam hal ini adalah kebutuhan fasilitas

jembatan udara secara regional.

Faktor internal yang sangat berpengaruh terhadap perencanaan

pengembangan wilayah NTB adalah berkaitan dengan:

 Pergeseran peran/fungsi kota dan wilayah.

 Maraknya konversi lahan hutan lindung ke hutan produksi dan dari lahan pertanian sawah ke lahan non sawah (permukiman).

 Pemekaran wilayah kabupaten/kota yang ada.

 Pengembangan kawasan ekonomi unggulan yang belum terakomodasikan.

 Pengembangan infrastruktur wilayah belum mengakses pusat pertumbuhan ekonomi unggulan.

 Alokasi ruang bagi aktivitas strategis baru (bandar udara, PLTU, Mutiara, dan lain-lain).

 Rencana tata ruang pesisir dan laut yang belum terakomodasikan.

(8)

3.2.2. Kebijakan dan Strategi a. Kebijakan

Kebijakan pemanfaatan ruang secara umum meliputi pemantapan

kawasan lindung dan pengembangan kawasan budidaya. Pemantapan

kawasan lindung ditujukan untuk melindungi kawasan-kawasan lindung

yang memiliki fungsi ekologis, baik sebagai kawasan lindung bagi

bawahannya maupun kawasan lindung setempat, khususnya berkaitan

dengan perlindungan hidrologis wilayah.

Pengembangan kawasan budidaya ditujukan untuk memberikan

dampak ekonomi berupa kesejahteraan masyarakat yang

sebesar-besarnya.

b. Strategi

1). Pemantapan kawasan lindung meliputi:

 Peningkatan pengelolaan vegetasi pada kawasan lindung,

 Rehabilitasi kawasan-kawasan lindung yang mengalami atau ada indikasi kerusakan

 Perlindungan kawasan-kawasan lindung

 Penetapan batas kawasan lindung

 Pemantauan terhadap kerusakan lingkungan yang terjadi serta pemantauan potensi bencana alam yang ada.

2). Pengembangan kawasan budidaya, meliputi:

 Pengembangan zona penyangga pada zona perbatasan zona budidaya dan zona lindung.

 Ekstensifikasi kegiatan pertanian pada wilayah pinggiran, serta intensifikasi pada lahan sawah beririgasi.

 Pengembangan kegiatan budidaya sesuai kebutuhan dan daya dukung wilayah.

3). Kependudukan

(9)

 Pembangunan dan pengembangan infrastruktur yang dapat menenbus isolasi wilayah

 Peningkatan kemampuan SDM

4). Ekonomi Wilayah

 Pembangunan infrastruktur untuk mendorong pertumbuhan aktivitas ekonomi unggulan

 Pengembangan aktivitas industri berbasis pada komoditas unggulan

 Peningkatan kemampuan dan keahlian tenaga kerja

 Efisiensi sistem produksi

 Pengembangan komplementaritas antar-kawasan unggulan

c. Infrastruktur Wilayah

 Pembangunan jalan untuk membuka isolasi wilayah dan mendorong berkembangnya kawasan ekonomi unggulan

 Pengembangan jaringan transportasi alternatif untuk keseimbangan pengembangan wilayah

 Pengembangan transportasi udara untuk mendorong berkembangnya ekonomi wilayah

 Peningkatan dan pengembangan transportasi laut, baik untuk fungsi penyeberangan, ekspor-impor maupun pelabuhan pendaratan ikan.

 Peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana listrik, telekomunikasi dan air bersih.

 Peningkatan dan pembangunan prasarana pengairan.

d. Wilayah Pesisir dan Laut

 Pengembangan kawasan pesisir, guna mendorong berkembangnya komoditas unggulan, minimalisasi konflik antar-daerah dan

pengembangan zona-zona perikanan dan kelautan secara terpadu.

 Pelestarian ekosistem pesisir dan laut

(10)

 Peningkatan taraf hidup masayarakat desa pesisir

e. Kawasan Prioritas

 Kawasan bermasalah, berkaitan dengan potensi-potensi rawan bencana seperti bahaya vulkanis, banjir dan longsor, abrasi pantai,

rawan gempa dan bahaya tsunami.

 Kawasan potensial, berkaitan dengan:

- Peningkatan ketersediaan sarana prasarana wilayah

- Peningkatan ketyerkaitan antar-sektor dan antar kawasan

potensial

- Transformasi ekonomi dari agro-produksi ke agro-industri

- Peningkatan SDM guna mendorong daya saing produk ekonomi unggulan

f. Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang

 Menetapkan fungsi dan hierarki kota guna mempercepat perkembangan wilayah

 Perubahan hierarki kota harus diikuti dengan peningkatan kualitas-kuantitas sarana-prasarana wilayah.

 Meningkatkan pengelolaan pemanfaatan ruang kawasan lindung dan mengendalikan pemanfaatan kawasan budidaya.

3.2.3. Arahan Rencana

Arahan rencana dalam hal ini disitir yang langsung berkaitan dengan

pengembangan di Kabupaten Bima.

a. Struktur Ruang

 Kota Mataram sebagai pusat pemerintahan, sosial, ekonomi, skala Nasional

 Kabupaten Bima :

- Pusat pengembangan pariwisata

- Pusat pengembangan perhubungan internasional

(11)

b. Distribusi penduduk

Distribusi jumlah, kepadatan dan struktur penduduk selain dipengaruhi

oleh pertumbuhan alami, juga dipengaruhi oleh penyerapan tenaga

kerja dari sektor utama setiap kabupaten atau kota.

 Kabupaten Bima : Sektor pertanian, pariwisata, perhubungan

c. Pemanfaatan kawasan lindung

 Kawasan lindung mutlak terdapat di kawasan Gunung Rinjani dan Tambora

 Sempadan pantai berada di sepanjang pantai P. Lombok dan Sumbawa

d. Pengembangan kawasan Budidaya Baru

 Pembangunan

 Konversi lahan Bandara Selaparang ke fungsi komersial

e. Wilayah Pesisir dan Laut

Optimalisasi pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut melalui

intensifikasi pembudidayaan perikanan, peningkatan kualitas SDM

masyarakat pesisir, pengembangan sarana prasarana perikanan dan

kelautan, konservasi dan pelestarian lingkungan, pengembangan dan

penerapan teknologi, perkuatan kelembagaan dan diversifikasi usaha

ekonomi.

f. Infrastruktur Wilayah

Membangun, meningkatkan kualitas dan merehabilitasi insfrastruktur

wilayah untuk mendorong berkembangnya ekonomi wilayah.

g. Kawasan Prioritas

Mengembangkan kawasan prioritas melalui peningkatan aksesibilitas

kawasan, ketersediaan sarana prasarana wilayah, dan komplementari

antar kawasan.

h. Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang

Rekayasa struktur dan pola pemanfaatan ruang untuk meningkatkan

(12)

Tenggara Barat sebagai penghubung pengembangan antara KBI

dengan KTI.

3.3. REVIEW KEBIJAKAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BIMA TAHUN 2006-2025

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bima pada tahun 2006

dilakukan review. Review dilakukan guna menyesuaikan instrumen tata ruang

yang ada dengan perkembangan-perkembangan yang terjadi. Perkembangan

dapat berupa perubahan-perubahan internal maupun eksternal. Perubah yang

sifatnya internal antara lain adalah adanya pemekaran wilayah kabupaten dan

kecamatan.

3.3.1. Struktur Pengembangan Wilayah Kabupaten Bima

Pengaturan penataan ruang merupakan upaya pembentukan landasan

hukum bagi pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam penataan

ruang. Untuk mencapai tujuan penataan ruang, perlu dilaksanakan pelaksanaan

penataan ruang melalui pelaksanaan perencanaan tata ruang, pemanfaatan

ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.

Perencanaan tata ruang merupakan proses untuk menentukan struktur

ruang dan pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang yang meliputi

penyusunan dan penetapan rencana tata ruang. Rencana Struktur Tata Ruang

merupakan kegiatan menyusun rencana yang produknya menitikberatkan pada

pengaturan hirarki pusat pemukiman dan pusat pelayanan barang dan jasa, serta

keterkaitan antara pusat tersebut melalui sistem prasarana.

Secara spesifik, perumusan struktur tata ruang di Kabupaten Bima

dimaksudkan untuk :

Mengarahkan sistem pusat-pusat permukiman (kota-desa) sesuai dengan

hirarki dan fungsinya, sehingga memacu pertumbuhan kota-kota kecamatan

(13)

Menciptakan fungsi-fungsi baru di kawasan yang potensial untuk

dikembangkan untuk mengalihkan pemusatan kegiatan dikota inti atau pusat

pengembangan.

Memantapkan kawasan yang berfungsi lindung dalam kaitannya dengan upaya

pengendalian keseimbangan tata kecil.

Mengembangkan sistem jaringan transportasi yang mendukung keterkaitan

spasial dan fungsional antara kota kabupaten, kota pengembangan dan

kota-kota kecil dan juga antar kota-kota kecil.

Kegiatan utama yang membentuk struktur ruang Kabupaten Bima secara

spasial dan fungsional berkaitan antara satu sama lain adalah:

Rencana Pusat Administrasi Pemerintahan Kabupaten Bima di SWP Selatan

(Kecamatan Woha).

Rencana Terminal Antar Kabupaten Antar Propinsi (AKAP) di Kabupaten Bima.

Rencana pusat pengembangan perdagangan di SWP Selatan (Kecamatan

Woha), SWP Barat (Kecamatan Bolo), dan pengembangan pendidikan di SWP

Selatan (Kecamatan Woha), SWP Timur (Kecamatan Sape).

Kawasan tambak di SWP Selatan (Kecamatan Belo) dan SWP Barat

(Kecamatan Bolo).

Kawasan Bendungan Pela Parado di SWP Selatan (Kecamatan Monta) dan

Bendungan Sumi di SWP Timur (Kecamatan Sape).

Kawasan pesisir dan perairan di SWP Timur (Kecamatan Sape, Kecamatan

Lambu), SWP Selatan (Kecamatan Langgudu), dan SWP Utara (Kecamatan

Wera).

Kawasan Lindung di SWP Timur (Kecamatan Sape, Kecamatan Lambitu, dan

Kecamatan Wawo), SWP Utara (Kecamatan Wera dan Kecamatan Ambalawi),

SWP Barat (Kecamatan Tambora, Kecamatan Sanggar, Kecamatan Donggo,

Kecamatan Bolo dan Kecamatan Madapangga), SWP Selatan (Kecamatan

Monta, Kecamatan Parado, dan Kecamatan Langgudu).

Pertambangan Mangan dan Marmer di SWP Selatan (Kecamatan Monta dan

Kecamatan Parado), Pasir Besi di SWP Utara (Kecamatan Wera dan

(14)

Pariwisata dan Budaya di SWP Timur (Kecamatan Wawo dan Kecamatan

Lambitu), SWP Barat (Kecamatan Donggo dan Kecamatan Soromandi) dan

pariwisata alam di SWP Timur (Kecamatan Wawo, Kecamatan Lambitu dan

Kecamatan Sape), SWP Utara (Kecamatan Wera), dan SWP Barat

(Kecamatan Tambora).

Kawasan pengembangan dalam struktur tata ruang Kabupaten Bima

ditentukan berdasarkan kependudukan, kondisi fisik, dan efisiensi jangkauan

pelayanan, serta kawasan-kawasan strategis. Pusat–pusat pelayanan dari

permukiman mempunyai peranan yang cukup besar skala pelayanannya.

Kawasan pengembangan dan wilayah pengembangan mempunyai hubungan

timbal balik dengan pola memusat berupa orientasi pada kawasan-kawasan

terdekat yang mempunyai tingkat pelayanan (hirarki).

Dengan demikian kawasan permukiman akan berorientasi pada pusat

pelayanan dan pengembangan, serta pusat kawasan pengembangan akan

berorientasi pada pusat wilayah pengembangan sehingga membentuk suatu tata

ruang yang dinamis dan kompak. Untuk mempermudah menentukan skala

pelayanan pada masing-masing wilayah Kabupaten Bima dapat dilihat rencana

hirarki kota pada Gambar 1.1 dan Tabel I.1.

Tabel 3.3. Hirarki Fungsi dan Peran Kota Kabupaten Bima

Fungsi dan Peran Kota

Kota Orde I Kota Orde II Kota Orde III Kota Orde IV  Sila- Bolo Maria-Wawo

 Cenggu-Belo

 Sumi-Lambu

 Kuta-Lambitu

 Teke-Palibelo

 Kota Woha

 Kota Sape Tangga-Monta

 Kore-Sanggar

 O’o-Donggo

 Kananta-Soromandi

 Parado Rato-Parado

 Tawali-Wera Dena-Madapangga

 Karumbu-Langgudu

 Nipa-Ambalawi

 Labuan Kananga-Tambora

(15)

3.3.2. Strategi Pengembangan

Strategi pengembangan terbagi atas strategi pengembangan fisik dan

ekonomi.

a. Strategi Pengembangan Fisik

 Strategi pengembangan fisik sedapat mungkin menghindari pemanfaatan lahan persawahan yang produktif, termasuk

pengendalian terhadap kerusakan lingkungan alam, pencemaran

limbah industri, polusi udara dan sebagainya.

 Peningkatan pengelolaan lahan yang belum produktif dalam rangka peningkatan produksi dan produktifitas pertanian, serta usaha

peningkatan sarana dan prasarana pertanian.

 Rehabilitasi lahan kritis dengan program penghijauan tanaman keras pada lokasi dengan kelerengan 40 %.

 Pembenahan sempadan dan normalisasi sungai terutama di bagian hulu serta sempadan pantai.

 Penentuan prasarana dan sarana pariwisata termasuk penunjangnya serta realisasikan pengembangan air bersih dan listrik untuk

kebutuhan penduduk di daerah selatan

b. Strategi Pengembangan Ekonomi

 Pengembangan sektor pertanian dengan meningkatkan mutu dan produksi pertanian yang maju disamping upaya pendayagunaan

lahan dan mengusahakan sektor peternakan serta perikanan.

 Pembangunan dan peningkatan jalan menuju daerah terisolasi dengan peningkatan jalan di daerah selatan dan jaringan

telekomunikasi serta pos dan giro.

3.3.3. Kebijaksanaan Struktur Tata Ruang

Kebijaksanaan struktur tata ruang kabupaten Bima terdiri dari rencana

struktur tata ruang dan sistem transportasi. Hal ini berkaitan dengan rencana

keruangan yang merupakan program strategis dari pemerintah daerah untuk

(16)

Rencana Penataan Kawasan

Perencanaan pemanfaatan ruang di Kabupaten Bima menjadi acuan

pengembangan dan pola pertumbuhan kawasan di seluruh wilayah kabupaten.

Pendekatan zoning diterapkan mengingat perlunya memisahkan setiap sektor

yang memiliki perbedaan sifat dan pengaruhnya terhadap kehidupan penduduk

maupun terhadap alam itu sendiri. Pada simpul-simpul kegiatan maupun kota-kota

kecamatan ditekankan untuk memberikan layanan fasilitas bagi semua kegiatan

yang akan meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat. Terkait dengan

berbagai potensi dan kendala yang dihadapi, penerapan pembangunan

dirumuskan sebagai berikut:

1). Menjaga kelestarian lingkungan sekitarnya, sehingga dapat menjaga

keberlangsungan kegiatan yang berdampingan secara harmonis.

 Pengelolaan penggunaan air tanah, penataan bangunan yang sesuai dengan fungsi dan karakteristik lokal, pemeliharaan vegetasi dan aneka

hayati, dan sumberdaya alam lainnya

 Kesesuaian pemanfaatan ruang dengan kegiatan tertentu disekitarnya yang akan memberi manfaat bagi penduduk dan para pendatang.

 Pemerataan persebaran fasilitas sosial dan komersial.

2). Meningkatkan nilai ekonomis keluarga melalui penyediaan lapangan kerja

yang saling terkait dan menumbuhkan kegiatan ikutan.

 Pelayanan perijinan pembangunan yang merata, mudah dan transparan

 Memacu kegiatan yang berbasis potensi setempat dengan pemanfaatan teknologi yang sesuai dengan masyarakat dan untuk jangka waktu lama

 Membuka alternatif terhadap keragaman aktivitas penduduk dengan pertimbangan meminimalisasi dampak serta mencegah terjadinya

perubahan yang tak terpulihkan

(17)

3.4. RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KABUPATEN BIMA 3.4.1. Pengertian

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

Kabupaten Bima Tahun 2006-2010 adalah suatu dokumen rencana

pembangunan daerah untuk jangka waktu 5 (lima) tahun yang memuat visi,

misi, arah pembangunan daerah, dan program kerja Bupati Bima Terpilih

2005-2010. Dalam penyusunan dokumen RPJMD ini mengacu kepada

RPJM Nasional 2004-2009, RPJPD Kabupaten Bima 2006-2025, dan

memperhatikan draft Rencana Strategis SKPD.

3.4.2. Dasar Hukum

Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional, Pemerintah Daerah berkewajiban

untuk menyusun perencanaan pembangunan daerah yang merupakan

bagian dari perencanaan pembangunan nasional sesuai dengan

kewenangannya dalam bentuk penyusunan dokumen RPJPD, RPJMD, dan

RKPD. Sesuai Pasal 9 UU 25/2004, penyusunan RPJM dilakukan dengan

urutan: penyiapan rancangan awal rencana pembangunan, penyiapan

rancangan rencana kerja, Musrenbang, dan penyusunan rancangan akhir

rencana pembangunan.

3.4.3. Maksud dan Tujuan

RPJMD ini disusun sebagai bagian dari tahapan perumusan hasil

Musrenbang Jangka Menengah dan merupakan penjabaran secara rinci dari

visi, misi, dan program pembangunan Bupati Bima 2006-2010. Dokumen

perencanaan jangka menengah Kabupaten Bima ini selanjutnya akan

menjadi masukan dalam penyusunan rancangan Rencana Kerja Pemerintah

Daerah.

Tujuan penyusunan RPJMD adalah untuk menentukan arah dan

(18)

3.4.4. Cakupan

RPJMD sebagai dokumen perencanaan pembangunan jangka

menengah mencakup permasalahan pokok daerah, sasaran, arah kebijakan

pembangunan, program-program pembangunan, kerangka ekonomi dan

pembiayaan pembangunan.

A. Visi, Misi, dan Agenda Pembangunan

Visi pembangunan Kabupaten Bima sebagai rumusan umum mengenai

keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan pembangunan 5

(lima) tahun pertama 2006-2010 dan merupakan bagian dari visi RPJPD

Kabupaten Bima Tahun 2006-2025 dirumuskan sebagai berikut:

“Terwujudnya masyarakat dan daerah Kabupaten Bima yang maju, mandiri, dan bermartabat berdasarkan nilai Maja Labo Dahu yang

religius“.

Misi pembangunan sebagai penjabaran dari upaya yang akan dilaksanakan

untuk mewujudkan visi pembangunan Kabupaten Bima dirumuskan sebagai

berikut:

1. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan peningkatan partisipasi

masyarakat dalam pembangunan secara proporsional sebagai pelaku dan

penikmat pembangunan;

2. Menerapkan perencanaan dan pelaksanaan program pembangunan daerah

sesuai tata ruang wilayah Kabupaten dengan mengoptimalkan potensi

strategis wilayah secara efisien, efektif, dan terintegrasi terhadap berbagai

sumberdaya yang dibutuhkan untuk percepatan pembangunan wilayah

kecamatan dengan tetap memperhatikan daya dukung dan dampak

lingkungan;

3. Pengelolaan Keuangan Daerah yang efisien, efektif, transparan dan

akuntabel serta peningkatan kemampuan ekonomi masyarakat dan daerah

dengan penciptaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) secara realistis melalui

(19)

Untuk mengimplementasikan tujuan umum pembangunan yang merupakan

penjabaran arah pembangunan dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Daerah (RPJPD) dan visi-misi pembangunan 5 tahunan Kabupaten Bima

Tahun 2006 - 2010, ditetapkan beberapa agenda pembangunan Kabupaten

Bima sebagai berikut:

1. Agenda Perwujudan Masyarakat Maju, Mandiri, dan Sejahtera

2. Agenda Kepemerintahan Yang Baik

3. Agenda Pembangunan Berwawasan Lingkungan

4. Agenda Pembangunan Pertanian Berkelanjutan

5. Agenda Peningkatan Pengelolaan Keuangan Daerah

6. Agenda Peningkatan Kesadaran, Pemahaman, dan Pengamalan Agama

B. Prioritas Pembangunan Daerah

Salah satu Prioritas pembangunan Kabupaten Bima dalam kurun waktu

2006-2010 adalah sebagai berikut:

1. Agenda Perwujudan Masyarakat Maju, Mandiri, dan Sejahtera

Masyarakat maju, mandiri, dan sejahtera mengandung makna

terpenuhinya kebutuhan dasar (material dan spiritual) dan kebutuhan

penunjang lainnya secara mandiri dan berkelanjutan untuk memenuhi

standar hidup yang lebih baik/layak.

Sasaran

Agenda untuk mewujudkan masyarakat Bima yang maju, mandiri, dan

sejahtera mengarah pada pencapaian enam (6) sasaran pokok sebagai

berikut :

Sasaran Pertama, Menurunnya jumlah penduduk miskin dari 40,64% pada

tahun 2005 menjadi 37,09% pada tahun 2010 serta terciptanya lapangan

kerja yang mampu mengurangi pengangguran yang didukung oleh stabilitas

ekonomi yang tetap terjaga. Kemiskinan dan pengangguran diatasi dengan

(20)

berkualitas berdimensi pemerataan melalui penciptaan lingkungan ekonomi

yang sehat;

Sasaran Kedua, Berkurangnya kesenjangan pembangunan antar wilayah

yang tercermin dari meningkatnya peran perdesaan sebagai basis

pertumbuhan ekonomi yang bertumpu pada pembangunan daerah tertinggal

dan pengembangan kawasan sentra produksi;

Sasaran Ketiga, Meningkatnya kualitas hidup manusia secara menyeluruh;

Sasaran Keempat, Tersedianya infrastruktur yang memadai secara kualitas

dan kuantitas sebagai sarana penunjang dalam mendukung terwujudnya

masyarakat yang maju, mandiri, dan sejahtera dalam rangka perwujudan

Kabupaten Bima sehat 2010;

Arah Kebijakan Pembangunan

Untuk mencapai sasaran tersebut, disusun prioritas dan arah kebijakan

pembangunan sebagai berikut:

1. Kebijakan penanggulangan kemiskinan yang diarahkan untuk mengurangi

jumlah penduduk miskin dengan penyediaan kebutuhan dasar yang

meliputi hak atas pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan,

air bersih, tanah, lingkungan hidup, dan sumber daya alam, rasa aman

serta hak untuk berpartisipasi dalam perumusan kebijakan publik;

2. Dalam rangka mensukseskan kebijakan penanggulangan kemiskinan

berdasarkan Analisis Kemiskinan Partisipatoris maka pada tingkat

program dilaksanakan oleh masing-masing bidang/sektor pembangunan

secara inheren dan berkesinambungan;

3. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang diarahkan pada

penguatan kapasitas masyarakat dalam mengelola sumberdaya alam dan

peningkatan nilai tambah potensi SDA;

4. Peningkatan iklim investasi dengan menghapus ekonomi biaya tinggi

(21)

kepastian hukum yang menjamin kepastian usaha, menyempurnakan

kelembagaan investasi yang berdaya saing, efesien, dan transparan;

5. Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) untuk

mengembangkan UKM yang mendukung pertumbuhan ekonomi,

penciptaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan pada

masyarakat berpenghasilan rendah;

6. Pembangunan perdesaan, dengan mengembangkan diversifikasi kegiatan

ekonomi perdesaan, perluasan akses masyarakat pedesaan ke sumber

daya produktif dan pemasaran, dan pelayanan publik;

7. Percepatan pembangunan infrastruktur diarahkan untuk meningkatkan

mobilitas dan distribusi potensi ekonomi daerah dan pembukaan

keterisolasian wilayah;

8. Pengurangan ketimpangan pembangunan wilayah dengan mendorong

percepatan pembangunan dan pertumbuhan wilayah – wilayah strategis;

9. Peningkatan kesejahteraan sosial masyarakat dengan mengembangkan

sistim perlindungan sosial masyarakat, meningkatkan kualitas pelayanan

dan bantuan dasar kesejahteraan sosial bagi penyandang masalah sosial

dan pemberdayaan fakir miskin, penyandang cacat dan kelompok rentan

sosial lainnya;

10. Peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang

berkualitas melalui peningkatan jaringan dan kualitas kesehatan

masyarakat, tenaga medis dan paramedis serta subsidi pelayanan

kesehatan bagi masyarakat miskin;

11. Peningkatan akses masyarakat terhadap pendidikan yang berkualitas

dalam rangka menurunkan jumlah penduduk yang buta aksara, perluasan

dan pemerataan pendidikan dasar dan menengah serta perluasan

pendidikan anak usia dini;

12. Peningkatan stabilitas, keamanan dan ketertiban masyarakat melalui

peningkatan kualitas kerjasama antar aparat keamanan di daerah serta

mengoptimalkan peran serta masyarakat dalam memelihara keamanan

(22)

Program – Program Pembangunan

1. Program Peningkatan Ekonomi Masyarakat Miskin

Program ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat guna

meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan melalui pemanfaatan sumber

daya yang ada secara optimal, dan mengurangi beban pengeluaran

masyarakat miskin dalam mengakses kebutuhan dasar dan infrastruktur

sosial ekonomi.

Kegiatan - kegiatan pokok yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan

program ini antara lain:

a. Peningkatan permodalan usaha ekonomi non formal;

b. Peningkatan iklim yang baik bagi tumbuh dan berkembangnya usaha

kecil dan menengah;

c. Pengembangan struktur ekonomi menuju keseimbangan struktur

pertanian dan non pertanian;

d. Pembangunan dan rehabilitasi prasarana dan sarana sesuai kebutuhan

masyarakat dan standar pelayanan minimum;

e. Penyempurnaan dan peningkatan infrastruktur untuk mendukung proses

transformasi sosial ekonomi antar pelaku pembangunan;

f. Peningkatan akses masyarakat miskin terhadap pelayanan publik dan

ekonomi produktif.

2. Program Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat

Program ini bertujuan untuk memajukan kondisi kehidupan

masyarakat yang lebih baik melalui penataan ekonomi kerakyatan dan

penciptaan iklim usaha yang kondusif.

Kegiatan - kegiatan pokok yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan

program ini adalah :

a. Pengembangan ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada mekanisme

pasar dan menjamin kesempatan bekerja dan berusaha serta

(23)

b. Pemberdayaan usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi agar lebih

efisien, produktif, dan berdaya saing tinggi;

c. Penciptaan iklim berusaha yang kondusif dan memberikan peluang

usaha yang seluas-luasnya kepada pengusaha lokal;

d. Penguatan struktur ekonomi daerah dengan pengembangan kemitraan

antara koperasi, swasta, dan BUMD, serta antara pengusaha besar,

menengah, dan kecil;

e. Penyehatan badan usaha milik daerah;

f. Pengolahan hasil produksi pertanian menjadi barang setengah jadi dan

barang jadi;

g. Pembangunan prasarana dan sarana dasar sosial dan ekonomi

masyarakat.

3.5. PENETAPAN KAWASAN PRIORITAS RPIJM BID PU. CIPTA KARYA KABUPATEN BIMA

Dalam penataan Kawasan Prioritas RPIJM Bid PU/Cipta Karya Kabupaten

Bima pendekatan sistem perwilayahan yang dipergunakan merupakan kombinasi

dari pendekatan geografis (fisik kawasan), fungsional dan administratif.

Berdasarkan kombinasi tersebut maka fokus penanganannya berada pada :

1). Satuan Wilayah Pengembangan (SWP) Bagian Selatan Berpusat di

Kecamatan Woha meliputi : Kecamatan Woha (meliputi: Desa Talabiu,

Rabakodo, Tente, Donggobolo, Dadibou, Samili, Kalampa, Kalampa),

Kecamatan Monta (meliputi: Desa Tangga, Monta, Simpasai, Sakuru, Baralau),

Kecamatan Parado (meliputi: Desa Kuta, Lere, Kanca, Parado Rato dan

Parado Wane), Kecamatan Lambitu (meliputi: Desa Teta, Kuta, Sambori,

Kaowa dan Kaboro), Kecamatan Belo (meliputi: Desa Runggu, Cenggu, Lido,

Ncera dan Ngali), Kecamatan Palibelo (meliputi: Desa Belo, Tonggorisa, Teke,

Ntonggu dan Nata). SWP bagian selatan dengan fungsi pengembangan

adalah perdagangan dan jasa, permukiman perkotaan dan pusat

(24)

2). Satuan Wilayah Pengembangan (SWP) Bagian Timur Berpusat di Kecamatan

Sape meliputi : Kecamatan Sape (meliputi: Desa Naru, Naru Barat Rasabou,

Bugis, dan Na’e), Kecamatan Lambu (meliputi: Desa Sumi, Soro, Lambu,

Melayu dan Hidirasa), Kecamatan Wawo meliputi: Desa Maria, Maria Utara,

Raba, Kombo dan Ntori) SWP bagian Timur dengan fungsi pengembangsn

adalah Perikanan, Wisata, Pertanian bawang, Perkebunan dan permukiman

perkotaan.

3). Satuan Wilayah Pengembangan (SWP) Bagian Barat Berpusat di Kecamatan

Bolo meliputi : Kecamatan Bolo (meliputi: Desa Rato, Rasabou, Timu, Tambe

dan Kananga), Kecamatan Madapangga (meliputi: Desa Rade, Dena, Bolo,

Monggo dan Ndano ), Kecamatan Donggo meliputi: Desa O’o, Palama, Bumi

Pajo, Rora dan Doridungga) SWP bagian Barat dengan fungsi pengembangan

adalah permukiman, industri, wisata, perkebunan, pertanian, dan pusat

Gambar

Tabel 3.2. Rencana Pemanfaatan Kawasan Prioritas
Tabel 3.3. Hirarki Fungsi dan Peran Kota Kabupaten Bima

Referensi

Dokumen terkait

Konsep amr-ma’ruf (menyuruh untuk berbuat baik) telah membuktikan bahwa Islam memberikan tempat bagi perkembangan nilai-nilai yang hidup di tengah masyarakat serta

Fase 4 peneliti membimbing kelompok yang mengalami kesulitan saat mengerjakan tugas, masih ada beberapa siswa tidak mengerti dengan maksud dari langkah-langkah

Tujuan spesifik dari penambahan fibre metallic pada beton adalah untuk menaikkan daktilitas dengan mempertahankan ketahanan tarik setelah terjadi retak.. Ada beberapa hal

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dari jumlah responden sebanyak 96 orang yang telah diwawancarai ada sebanyak 49 orang (51,0%) jumlah responden yang

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis secara mendalam terhadap pengelolaan zakat produktif pada bidang usaha mikro sebagai upaya pengentasan

15 Saya akan memperhatikan saran dari rekan kerja lain 16 Keberhasilan saya karena keberhasilan tim 17 Saya tidak peduli dengan teman yang memiliki masalah 18

Selain belajar menata rias, kelas tata rias (beauty class) menjual produk disertai dengan harga khusus dan hadiah dalam jumlah pembelian

membuat remaja mengenali dirinya lebih dalam sesuai dengan 4 tipe kepribadian yang menjadi landasan inti dari board game sehingga ke depannya mereka tidak akan bingung