• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA PEMERIKSAAN KOLONOSKOPI PADA PASIEN KELUHAN BERAK DARAH DENGAN KEJADIAN TUMOR KOLOREKTAL DI RSUP DR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA PEMERIKSAAN KOLONOSKOPI PADA PASIEN KELUHAN BERAK DARAH DENGAN KEJADIAN TUMOR KOLOREKTAL DI RSUP DR."

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA PEMERIKSAAN KOLONOSKOPI

PADA PASIEN KELUHAN BERAK DARAH DENGAN

KEJADIAN TUMOR KOLOREKTAL DI RSUP DR. KARIADI

SEMARANG

JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1 pendidikan dokter

NOURMA WAHYU ANDRIANI 22010110110015

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

(2)
(3)

HUBUNGAN ANTARA PEMERIKSAAN KOLONOSKOPI PADA PASIEN

KELUHAN BERAK DARAH DENGAN KEJADIAN TUMOR

KOLOREKTAL DI RSUP DR KARIADI SEMARANG

Nourma Wahyu A*, Ani Margawati**, Abdul Mughni***

ABSTRAK

Latar belakang: Tumor kolorektal merupakan neoplasma pada usus besar yang dapat bersifat jinak atau ganas. Polip adenomatosa yang berukuran <1 cm dapat berkembang menjadi kanker kolorektal yang invasif dalam kurun waktu 10 tahun. Kanker kolorektal merupakan malignansi dengan prevalensi dan mortalitas yang menempati urutan tertinggi kedua di Amerika Serikat dan keganasan gastrointestinal yang paling sering terjadi. Deteksi dini dan peningkatan kesadaran akan gejala yang timbul akan membantu mengurangi morbiditas dan mortalitas akibat penyakit ini. Gejala yang sering didapatkan pada tumor kolorektal adalah berak darah.

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pemeriksaan kolonoskopi pada pasien keluhan berak darah dengan kejadian tumor kolorektal di RSUP dr. Kariadi Semarang.

Metode: Penelitian ini merupakan penelitian dengan desain studi cross sectional retrospektif. Data diambil dari catatan medis pasien yang telah dilakukan pemeriksaan kolonoskopi di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Uji Chi-Square digunakan untuk analisis bivariat dengan batas kemaknaan adalah p<0,05.

Hasil: Didapatkan 157 sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Sampel terdiri dari 82 pasien tumor kolorektal dan 75 pasien non-tumor kolorektal. Hasil Uji Chi-Square didapatkan nilai p=0,609.

Kesimpulan: Tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara berak darah dengan tumor kolorektal. Adanya keluhan berak darah tidak menentukan adanya kejadian tumor kolorektal pada pasien.

Kata kunci: Tumor kolorektal, berak darah, kolonoskopi.

*

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

**

Staf Pengajar Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

***

Staf Pengajar Bagian Ilmu Bedah Digestif Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

(4)

CORRELATIONS BETWEEN COLONOSCOPY IN PATIENTS WITH RECTAL BLEEDING AND COLORECTAL TUMOR AT RSUP DR KARIADI SEMARANG

Nourma Wahyu A*, Ani Margawati**, Abdul Mughni***

ABSTRACT

Background : Colorectal tumor is a neoplasm of the colon that can be benign or malignant. A <1 cm adenomatous polyps takes 10 years to transform into invasive colorectal cancer. Colorectal cancer is the most common malignancy of the gastrointestinal tract. This malignancy is the second prevalence and mortality in the United State. Early detection and improved awareness of the manifestation will help reduced morbidity and mortality from this malignancy. Rectal bleeding is the most common manifestation found in colorectal tumors. This study aimed to find out the correlation between colonoscopy in patient with rectal bleeding and colorectal tumor at Dr. Kariadi Hospital Semarang.

Method : This study used cross sectional retrospective method. Samples were taken from colonoscopy patients’ medical records in Dr. Kariadi Hospital Semarang. Chi-Square was used to analyze data bivariat with significance limit is p<0,05.

Result : There were 157 patients who meet the inclusion and exclusion criteria. There were 82 patients with colorectal tumor and 75 patients with non-tumor colorectal. Chi-Square test showed that the significance limit is p=0,609

Conclusion : There is an insignificant correlation between rectal bleeding and colorectal tumor. Rectal bleeding do not specify any incidence of colorectal tumor.

Keywords : Colorectal tumor, rectal bleeding, colonoscopy.

*Undergraduate student of Faculty of Medicine Diponegoro University **Department of Public Health of Medicine Diponegoro University

(5)

PENDAHULUAN

Tumor kolorektal merupakan neoplasma pada usus besar yang dapat bersifat jinak atau ganas. Insidensi polip kolorektal berkisar antara 9% - 60%. Polip adenomatosa yang berukuran <1 cm dapat berkembang menjadi tumor ganas kolorektal yang invasif dalam kurun waktu 10 tahun.1 Tumor ganas kolorektal merupakan malignansi dengan prevalensi dan mortalitas yang menempati urutan tertinggi kedua di Amerika Serikat dan keganasan gastrointestinal yang paling sering terjadi. Tiap tahun didapatkan 150.000 kasus baru dari tumor ganas kolorektal di Amerika Serikat dengan angka kematian lebih dari 52.000 per tahun.2 Insidens di Indonesia sendiri cukup tinggi, demikian juga dengan angka kematiannya. Insidens pada pria sebanding dengan wanita dan lebih banyak pada orang muda.3 Dari data pasien RSUP dr. Kariadi Semarang pada tahun 2009 dan 2010 diperoleh persentase tumor ganas kolorektal dengan usia ≤40 tahun sebesar 22 % dan 17 %.4

Indonesia memiliki kesenjangan fasilitas dan tersosialisasinya skrining di berbagai daerah baik kalangan medik ataupun masyarakat umum. Penderita sering datang ke rumah sakit pada stadium lanjut karena tidak menganggap penting gejala dini. Hal ini menyebabkan angka survival rendah. Deteksi dini dan peningkatan kesadaran akan gejala yang timbul akan membantu mengurangi morbiditas dan mortalitas akibat penyakit ini. Berak darah adalah gejala tersering pada tumor kolorektal yang menyebabkan pasien mencari pertolongan medis. Namun berak darah memiliki nilai diagnostik yang rendah pada layanan kesehatan primer. Insidensi tumor ganas kolorektal pada pasien dengan keluhan berak darah pada umumnya <1 per 1000 orang dan bertambah menjadi 20-110 per 1000 pasien di tingkat pelayanan primer dan menjadi 360 per 1000 pasien di pelayanan sekunder dengan pemeriksaan standar (kolonoskopi).5,6

Salah satu penelitian yang menghubungkan kejadian berak darah dan tumor kolorektal membuktikan bahwa pasien dengan gejala tunggal berupa berak darah tak memiliki nilai diagnostik yang cukup.7 Penelitian lain menyatakan

(6)

bahwa pada kejadian berak darah; hemoroid (54,2%), fisura anus (14,2%), dan kolitis ulseratif (14,2%) merupakan lesi yang paling sering ditemukan, kemudian adenokarsinoma (6,5%) dan polip adenomatosus (7,5%).8 Sedangkan penelitian yang bertujuan untuk mencari nilai diagnostik dari berak darah pada diagnosis tumor ganas kolorektal mengungkapkan bahwa risiko tumor ganas kolorektal meningkat pada pasien berusia diatas 60 tahun yang mengalami berak darah.9

Berak darah sering dianggap sebagai kondisi yang jinak walaupun merupakan gejala yang sering didapat pada tumor kolorektal. Belum banyak penelitian yang mencari tahu apakah pasien dengan berak darah membutuhkan evaluasi yang lebih lanjut. Maka dari itu peneliti ingin mengetahui adanya hubungan antara pemeriksaan kolonoskopi pada berak darah dengan kejadian tumor kolorektal. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi para dokter untuk menentukan diagnosis dini pada tumor kolorektal dan bisa menjadi dasar penelitian lebih lanjut mengenai tumor kolorektal.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian dengan desain studi cross sectional retrospektif dan dilakukan di ruang rekam medik RSUP dr. Kariadi Semarang. Sampel pada penelitian ini menggunakan 157 pasien dengan keluhan berak darah yang telah dilakukan pemeriksaan kolonoskopi. Sampel dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu pasien tumor kolorektal dan pasien non-tumor kolorektal. Pasien tumor kolorektal terdiri dari pasien yang memiliki massa jaringan abnormal pada usus besar yang dapat bersifat jinak maupun ganas. Pasien non-tumor kolorektal merupakan pasien divertikulosis, hemoroid, proktitis, fistula, infeksi, kolitis ulserativa. Sampel penelitian ini masing-masing terdiri dari 82 pasien tumor kolorektal dan 75 pasien non-tumor kolorektal.

Data yang diperoleh kemudian dilakukan analisis univariat untuk melihat distribusi frekuensi yang akan disajikan dalam bentuk tabel atau grafik. Kemudian dilanjutkan dengan analisis bivariat menggunakan uji Chi-square, apabila telah

(7)

memenuhi syarat uji Chi-square. Jika syarat tidak terpenuhi, maka dipakai uji Fisher. Interpretasi hasil uji Chi-square :

1. p<0,05 maka terdapat hubungan antara variabel yang diuji. 2. p<0,05 maka tidak terdapat hubungan antara variabel yang diuji.

HASIL PENELITIAN

Dari seluruh sampel tersebut terbanyak berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 92 pasien. Diagnosis tumor kolorektal terbanyak didapatkan pada pasien yang berjenis kelamin laki-laki yaitu 55 (67,1%) pasien. Lihat gambar

55 37 27 38 0 10 20 30 40 50 60

Tumor kolorektal Non-tumor kolorektal

Laki-laki Perempuan

Gambar 1. Diagram distribusi jenis kelamin pada sampel

Kejadian tumor kolorektal maupun non-tumor kolorektal paling banyak ditemukan pada kelompok usia 41-55 tahun, yaitu 39 (47,6%) pasien tumor kolorektal dan 22 (29,3%) pasien non-tumor kolorektal. Lihat gambar

(8)

Gambar 2. Diagram distribusi umur pada sampel

Terdapat 93 (59,2%) pasien berak darah dan 64 (40,8%) pasien yang tidak berak darah dari 157 sampel yang diperoleh. Pasien berak darah sebagian mengalami tumor kolorektal yaitu sebanyak 47 (50,5%) pasien. Diagnosis tumor kolorektal terbanyak mengalami berak darah yaitu sebanyak 57,3 %. Lihat gambar

47 46 35 29 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

Tumor kolorektal Non-tumor kolorektal

Be ra k Da ra h Ya Tidak

Gambar 3. Diagram distribusi berak darah

Uji hipotesis menggunakan uji Square karena syarat dari uji Chi-Square telah terpenuhi yaitu tidak ada sel yang nilai expected kurang dari 5 dengan maksimal 20% dari jumlah sel. Nilai significancy-nya adalah 0,609. Hasil menunjukkan adanya kemaknaan apabila p<0,05. Dapat ditarik kesimpulan bahwa

1 10 39 23 9 7 18 22 20 8 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 <26 26-40 41-55 56-70 >70 Tu m or k ol or e kt al Umur Ya Tidak

(9)

tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara berak darah dengan tumor kolorektal. Nilai rasio prevalensi yang didapat adalah 0,92 (95%CI = 0,68-1,24).

Tabel 1. Analisis uji Chi-Square

Tumor Kolorektal p Ya Tidak n % N % Berak darah Ya 47 29,9 46 29,3 0,609 Tidak 35 22,3 29 18,5 Total 82 52,2 75 47,8 PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada bulan Juni 2014 di RSUP dr. Kariadi Semarang didapatkan sebanyak 157 sampel yang memenuhi kriteria inklusi dari 267 data yang diambil. Hal ini disebabkan karena terdapat diagnosis yang tidak relevan dengan penelitian ini dan banyaknya kriteria eksklusi.

Hasil deskriptif dari jenis kelamin menunjukkan bahwa diagnosis tumor kolorektal terbanyak didapatkan pada pasien yang berjenis kelamin laki-laki yaitu 55 (67,1%) pasien. Sedangkan pada pasien yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 27 (32,9%) pasien. Diagnosis non-tumor kolorektal pada pasien dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan hampir seimbang yakni 37 (49,3%) pasien laki-laki dan 38 (50,7%) pasien perempuan. Hal ini sesuai dengan penelitian oleh McCashland dkk yang membedakan jenis kelamin pada tumor dan polip kolorektal. Penelitian tersebut membuktikan bahwa laki-laki memiliki prevalensi yang lebih besar dibandingkan dengan perempuan.10 Hal ini kemungkinan disebabkan oleh merokok dan konsumsi alkohol yang berkaitan dengan peningkatan risiko tumor ganas kolorektal pada pasien berjenis kelamin laki-laki.11,12

(10)

Hasil deskriptif dari usia pasien tumor kolorektal dengan usia dibawah 26 tahun sebanyak 1 (1,2%) pasien. Sedangkan pasien non-tumor kolorektal pada usia kurang dari 26 tahun sebanyak 7 (9,3%) pasien. Pada usia 26-40 tahun, terdapat 10 (12,2%) pasien tumor kolorektal dan 18 (24,0%) pasien non-tumor kolorektal. Kejadian tumor kolorektal maupun non-tumor kolorektal paling banyak pada kelompok usia 41-55 tahun, yaitu 39 (47,6%) untuk tumor kolorektal dan 22 (29,3%) untuk non-tumor kolorektal. Sedangkan pada kelompok usia 56-70 tahun terdapat 23 (28,0%) pasien tumor kolorektal dan 20 (26,7%) pasien non-tumor kolorektal. Terdapat 9 (11,0%) pasien non-tumor kolorektal dan 8 (10,7%) pasien non-tumor kolorektal pada usia diatas 70 tahun. Penelitian pada RSUP Hasan Sadikin Bandung oleh Sander membuktikan bahwa kejadian tumor ganas kolorektal terbanyak ditemukan pada usia antara 41-55 tahun yaitu sebanyak 50,9%.13 Terdapat perbedaan pada artikel oleh Cagir B dengan penelitian ini yaitu insidensi tumor ganas kolorektal yang meningkat tajam setelah usia 50 tahun dan puncaknya pada dekade ketujuh.14

Dari 157 sampel, dikelompokkan menjadi tumor kolorektal dan non-tumor kolorektal. Terdapat 82 (52,2%) pasien tumor kolorektal dan 75 (47,8%) pasien non-tumor kolorektal. Dari 82 pasien tumor kolorektal, 47 (57,3%) pasien mengalami berak darah dan 35 (42,7%) pasien yang tidak mengalami berak darah. Sedangkan pada 75 pasien non-tumor kolorektal terdapat 46 (61,3%) pasien yang mengalami berak darah dan 29 (38,7%) pasien yang tidak mengalami berak darah. Sesuai dengan artikel oleh Cagir B, berak darah merupakan gejala paling banyak pada tumor ganas kolorektal yang terjadi pada 60% pasien tumor ganas kolorektal.14

Hasil analisis untuk berak darah didapatkan p=0,609 dengan nilai rasio prevalensi yang didapat adalah 0,92 (95%CI = 0,68-1,24). Secara statistik tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara berak darah dengan tumor kolorektal (p=0,609). Nilai rasio prevalensi menunjukkan bahwa pasien yang mengalami berak darah mempunyai risiko 0,92 kali untuk tumor kolorektal. Adanya berak darah tidak menentukan adanya kejadian tumor kolorektal. Hal ini sesuai dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang mengatakan bahwa berak darah tidak

(11)

memiliki nilai diagnostik yang cukup.7 Namun hal ini bertentangan dengan penelitian oleh Huang C dkk yang membuktikan bahwa berak darah merupakan manifestasi yang bermakna dari tumor ganas kolorektal.15

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pemeriksaan kolonoskopi pada pasien keluhan berak darah dengan kejadian tumor kolorektal di RSUP dr. Kariadi Semarang (p=0.609, RP=0.92 (95%CI 0,68-1,24). Adanya berak darah tidak menentukan adanya kejadian tumor kolorektal.

Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan teknik pengambilan sampel yang berbeda agar terdapat hubungan yang lebih signifikan antara keluhan berak darah dengan kejadian tumor kolorektal. Penelitian lebih lanjut mengenai kejadian tumor kolorektal pada usia paruh baya (40-55 tahun) dapat berguna untuk skrining awal pada kejadian tumor kolorektal.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Abdul Mughni, M.Si.Med., Sp.B-KBD, Dra. Ani Margawati M.Kes., Ph.D, Dr. dr. Selamat Budijitno, M.Si.Med., Sp.B, Sp.B(K)Onk, dr. B. Parish Budiono, M.Si.Med., Sp.B-KBD yang telah memberi masukan dan saran dalam penulisan artikel ini. Peneliti juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.

(12)

DAFTAR PUSTAKA

1. American Society for Gastrointestinal Endoscopy. ASGE guideline: colorectal cancer screening and surveillance. 2006. Available from: http://www.asge.org/uploadedFiles/Publications_and_Products/Practice_G uidelines/2006_colorectal.pdf

2. Brunicardi F , Dana Andersen , Timothy Billiar , David Dunn, John Hunter , Jeffrey Matthews, et al. Schwartz’s principles of surgery, 9th Ed. USA : McGraw-Hill Professional; 2009. p. 1041.

3. Sjamsuhidayat R, W De Jong. Buku ajar ilmu bedah, Edisi 3. Jakarta : EGC; 2010. p. 773-7.

4. Ratnasari D. Perbedaan derajat diferensiasi adenokarsinoma kolorektal pada golongan usia muda, baya, dan tua di RSUP dr. Kariadi Semarang [Skripsi]. Semarang : Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro; 2012. 5. Aini LQ. Hubungan antara derajat anemia sebagai faktor prediktif letak

tumor pada keganasan kolorektal [Skripsi]. Semarang : Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro; 2010.

6. Olde Bekkink M, McCowan C, Falk GA, Teljeur C, Van de Laar FA, Fahey T. Diagnostic accuracy systematic review of rectal bleeding in combination with other symptoms, signs and tests in relation to colorectal cancer. British Journal of Cancer [Internet]. 2010 [cited 2014 Jan 18]; 102(1): 48-58. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2813743/

7. Robertson R, Campbell C, Weller DP, Elton R, Mant D, Primrose J, et al. Predicting colorectal cancer risk in patients with rectal bleeding. British Journal of General Practice [Internet]. 2006 [cited 2014 Jan 18]; 56(531):

763-767. Available from:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1920716/

8. Nikpour S, Ali AA. Colonoscopic evaluation of minimal rectal bleeding in average-risk patients for colorectal cancer. World Journal of

(13)

Gastroenterology [Internet].2008 [cited 2014 Feb 14]; 14(42):6536-6540. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2773342/ 9. Wauters H, Viviane VC, Frank B. Rectal bleeding and colorectal cancer in

general practice: diagnostic study. BMJ [Internet]. 2000 [cited 2014 Jan 18]; 321:998. Available from : http://www.bmj.com/content/321/7267/998 10. McCashland MT, Brand R, Lyden E, de Garmo P. Gender differences in colorectal polyps and tumors. The American Journal of Gastroenterology [Internet]. 2001 [cited 2014 Jul 4]; 96:882-886. Available from : http://www.nature.com/ajg/journal/v96/n3/full/ajg2001196a.html

11.Dong-Hyun Kim, Myung-Hee Shin, Yoon-Ok Ahn. Incidence pattern of colorectal cancer in Korea by subsite of origin. J Korean Med Sci [Internet]. 2000 [cited 2014 Jul 4]; 15: 675-81.

12.Murphy G, Devesa SS, Cross AJ, Inskip PD, McGlynn KA, Cook MB. Sex disparities in colorectal incidence by anatomic subsite, race and age. Int J Cancer [Internet]. 2011 [cited 2014 Jul 10]; 128(7): 1668-1675. Available from:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3031675/#__ffn_sectitle 13.Sander MA. Profil penderita kanker kolon dan rektum di RSUP Hasan

Sadikin Bandung(Malang): Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang; 2008. Available from: http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/viewFile/1048/113 1_umm_scientific_journal.pdf

14.Cagir B, Harris JE. Rectal Cancer [Internet]. Medscape; [updated 2014 Mar 25; cited 2014 Jul 10]. Available from : http://emedicine.medscape.com/article/281237-overview

15.Huang C, Chin C, Hsieh M, Kuo W, Yeh C, Chen J, et al. The relationship between the presentation of hematochezia and colon cancer. J Soc Colon Rectal Surgeon. 2012 [cited 2014 Jul 10]. Available from: http://www.crs.org.tw/upload_newsletter/10111/172_04-101-13.pdf

Gambar

Gambar 1. Diagram distribusi jenis kelamin pada sampel
Gambar 2. Diagram distribusi umur pada sampel
Tabel  1. Analisis uji Chi-Square

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara olahraga rutin dengan kadar hemoglobin

Simpulan : Terdapat hubungan yang bermakna antara hasil pemeriksaan antigen NS1 terhadap jumlah trombosit, namun tidak ada hubungan antara hasil pemeriksaan NS1

Dari hasil analisis dan pembahasan yang didapatkan dari hasil penelitian yang diperoleh dapat ditarik simpulan yaitu tidak terdapat hubungan bermakna antara golongan darah

7 Pada penelitian ini tidak ditemukan hubungan bermakna antara disfungsi ventrikel kanan yang dinilai lewat pemeriksaan TAPSE dengan GGT pada pasien gagal jantung kronik

SP3T kota Semarang, dapat diambil simpulan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kadar gula darah puasa sebelum dan sesudah diterapi bekam basah (p &lt;

Namun, terdapat hubungan bermakna antara lama menderita dengan kualitas hidup pada domain psikologis pasien HIV/AIDS RSUP Dr. Penulis menyarankan untuk melakukan

dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara rentang usia muda dan baya - tua dengan kejadian anemia pada pasien kanker kolorektal..

didapatkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara antara gejala klinis (perdarahan, perut tegang, nyeri perut, dan penurunan kesadaran), hasil pemeriksaan darah