• Tidak ada hasil yang ditemukan

NASKAH PUBLIKASI BIG FIVE PERSONALITY DENGAN KECANDUAN INTERNET

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "NASKAH PUBLIKASI BIG FIVE PERSONALITY DENGAN KECANDUAN INTERNET"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

NASKAH PUBLIKASI

BIG FIVE PERSONALITY DENGAN KECANDUAN

INTERNET

Oleh :

RIZKY AVIANTY OHORELLA THOBAGUS M. NU’MAN

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2009

(2)

NASKAH PUBLIKASI

BIG FIVE PERSONALITY DENGAN KECANDUAN

INTERNET

Oleh :

RIZKY AVIANTY OHORELLA THOBAGUS M. NU’MAN

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2009

(3)

NASKAH PUBLIKASI

BIG FIVE PERSONALITY DENGAN KECANDUAN INTERNET

Telah Disetujui Pada Tanggal _________________________

Dosen Pembimbing Utama

(4)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL… … … .. HALAMAN PENGESAHAN… … … DAFTAR ISI… … … .. INTISARI… … … ... PENGANTAR… … … METODE PENELITIAN… … … ... HASIL PENELITIAN… … … PEMBAHASAN… … … KESIMPULAN DAN SARAN… … … . DAFTAR PUSTAKA… … … IDENTITAS PENULIS… … … i ii iii iv 1 5 6 13 17 18 19

(5)

Big Five Personality Dengan Kecanduan Internet

RIZKY AVIANTY OHORELLA THOBAGUS. M. NU’MAN

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengenai fenomena faktor big five personality

dengan kecanduan terhadap internet. Asumsi awal yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara neuroticism dan openness to experience dengan kecanduan internet dan ada hubungan negatif antara extraversion, agreeableness dan conscientiousness dengan kecanduan internet. Semakin tinggi big five personality maka semakin tinggi kecanduan internet. Sebaliknya, semakin rendah big five personality maka semakin rendah pula kecanduan internet.

Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa pengguna internet berusia 18 hingga 26 tahun yang berdomisili di Yogyakarta. Pemilihan responden dilakukan dengan menggunakan metode

purposive sampling.

Pengambilan data menggunakan metode skala. Adapun skala yang digunakan ada 2 yaitu (1) Skala kecanduan internet yang disusun berdasarkan teori dariBeard dan Wolf, Goldberg, Neumann, Soule dan Kleen, Stanton, dan Young (Sally, 2006, terdiri dari 38 aitem dengan koefisien korelasi aitem total bergerak antara 0,284 dan 0,8470, serta koefisien korelasi Alpha sebesar 0,951 dan (2) Skala Big Five Personality yang dibuat dengan mengacu pada teori Goldberg (2006), terdiri dari 43 aitem dengan koefisien korelasi aitem total bergerak antara 0,195 dan 0,6670 serta koefisien korelasi

Alpha sebesar 0.892.

Metode analisis yang digunakan adalah teknik analisis Regresi. Perhitungannya dilakukan dengan program SPSS 12 for Windows. Hasilnya menunjukkan ada hubungan positif antara factor

neuroticism, openness to experience dan agreeableness dengan kecanduan internet dan ada hubungan negatif antara faktor extraversion dan conscientiousness dengan kecanduan internet. Koefisien korelasi factor neuroticism dengan kecanduan internet adalah 0,339 dengan p=0,000 (p<0,05), faktor openness to experience dengan kecanduan internet adalah 0,166 dengan p= 0,44 (p<0,05), faktor agreeableness

dengan kecanduan internet adalah 0,196 dengan p= 0,22 (p<0,05). Jadi, hipotesis diterima. Kata kunci: Big five personality, Kecanduan internet

(6)

I. PENGANTAR

Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, setiap hari ada saja penemuan dan inovasi baru dari bidang ini. Salah satu hasil kemajuan teknologi ini adalah internet (Adi, 2003). Internet dikembangkan pertama kali pada tahun 1969 dalam suatu penelitian militer Amerika yang disebut ARPANet (Febrian, 2005). Hingga dalam perkembangannnya saat ini, internet sudah merambah ke seluruh aspek kehidupan manusia, baik sosial, ekonomi, hiburan bahkan keagamaan. Jadi, pengertian internet saat ini adalah kumpulan komputer pribadi (personal computer) yang terhubung satu sama lain dalam bentuk jaringan. Melalui internet seseorang dapat berhubungan dengan orang-orang yang terhubung dalam jaringan internet dari seluruh dunia, dimana seseorang dapat saling bertukar informasi dengan orang lain dalam sekejap (Adi, 2003).

Di Indonesia, khususnya di daerah Yogyakarta jumlah warnet pada Maret 2007 sudah mencapai 270 buah dan pada pertengahan 2008 diperkirakan sudah berada pada kisaran 500 buah. Dibanding kota besar lainnya, yaitu Jakarta, Botabek, Bandung, Surabaya, Semarang, Medan, Makassar dan Denpasar tingkat penggunaan internet di Yogyakarta tergolong paling tinggi, seperti terlihat pada data tahun 2002-2004. Pada tahun 2002 persentase pengguna internet sudah mencapai 24% dari jumlah penduduk, meski tahun 2003 menurun dua persen, tetapi pada 2004 kembali mencapai 24% (Darmanto, 2008).

(7)

Meski penggunaan internet di Yogyakarta tergolong tinggi. Namun, dari segi penggunaannya berbeda-beda pada setiap individu. Berdasarkan hasil penelitian Wahyono yang dilakukan pada tahun 2006, penggunaan internet untuk tujuan rekreatif atau mencari hiburan mencapai 85,2% , sebagai sarana komunikasi sebesar 65,8% dan sebagai sarana mencari informasi sebesar 21,9% (Darmanto, 2008).

Peningkatan curahan waktu dan penggunaan internet ini menimbulkan berbagai dampak bagi penggunanya, diantaranya adalah berkurangnya waktu tidur. Pola tidur yang tidak teratur karena penggunaan waktu online secara berlebihan mengakibatkan waktu istirahat menjadi berkurang. Berkurangnya waktu tidur dapat berdampak pada menurunnya kesehatan fisik. Individu berkurang perhatiannya terhadap kebutuhan-kebutuhan pribadi dan kesehatannya sehingga timbul penyakit-penyakit akibat penggunaan komputer yang berlebihan, seperti; mata menjadi kering, migren atau sakit kepala, sakit punggung dan gangguan pola makan (Babington dkk, 2002; Orzack, 1999 dalam Soetjipto, 2005).

Dampak lain dari penggunaan internet yang berlebihan adalah menurunnya prestasi akademik. Waktu yang seharusnya untuk belajar dan menyelesaikan tugas-tugas akademis banyak tersita untuk menggunakan internet sehingga banyak tugas-tugas yang terbengkalai (Hidayat dkk, 2004). Menurut Young (Hidayat dkk, 2004), 58 % siswa mengalami penurunan dalam kebiasaan belajar, penurunan ranking, membolos atau mendapatkan masa percobaan disebabkan karena penggunaan internet yang berlebihan. Hal tersebut disebabkan karena siswa mengakses aplikasi yang tidak relevan dengan pelajaran. Di sebuah kota di Jawa Barat pernah ditemukan kasus

(8)

banyaknya siswa yang ketagihan games online. Dimana para siswa menjadi lupa waktu, bahkan sampai memakai uang bayaran sekolah untuk membayar sewa games online (Sumaryadi, 2007).

Melihat fenomena tersebut, sadar atau tidak, internet telah sukses ‘menghipnotis’ para penggunanya. Internet bisa membuat para penggunanya lupa diri dan lupa waktu hingga pendidikan dan kegiatan sosial lainnya pun jadi terganggu (Ningrum, 2007). Bagi sebagian orang internet memang salah satu media untuk meningkatkan produktivitas dalam bekerja, meningkatkan kemampuan, sebagai sumber pustaka tanpa batas dan bahkan menjadikan internet sebagai lahan bisnis yang menggiurkan, namun sebagian yang lain justru membawa dampak negatif yang sering disebut kecanduan internet (Sumaryadi, 2007). Seorang pakar psikolog di Amerika David Greenfield, menemukan sekitar 6% dari pengguna internet mengalami kecanduan. Orang-orang tersebut mengalami gejala yang sama dengan kecanduan obat bius, yaitu lupa waktu dalam berinternet (Sumaryadi, 2007).

Davis (Soetjipto, 2005) memaknai kecanduan sebagai bentuk ketergantungan secara psikologis antara seseorang dengan suatu stimulus, yang biasanya tidak selalu berupa suatu benda atau zat. Kecanduan internet sendiri dapat diartikan sebagai keinginan yang kuat atau ketergantungan secara psikologis terhadap internet (Soetjipto, 2005).

Perilaku kecanduan internet dapat disebabkan oleh banyak hal diantaranya bisa ditinjau dari tipe kepribadian. Berdasarkan penelitian Ramdhani (2008) menyatakan bahwa tipe kepribadian berkorelasi positif dengan penggunaan teknologi komunikasi

(9)

berbasis internet. Kepribadian yang unik dan merupakan ciri-ciri psikologis yang membedakan seseorang dengan yang lainnya, dimana dimensi kepribadian memiliki kemampuan untuk meramalkan munculnya perilaku. Perilaku yang muncul dan uniknya tiap kepribadian dapat dilihat melalui tipe kepribadian big five yang dianggap dapat menerangkan sebagian besar kepribadian manusia yang menjadi dasar dan landasan perilaku (Paunonen, 2003).

Penelitian lainnya menemukan bahwa orang yang kecanduan internet adalah orang yang mengatur perasaannya dengan berinternet agar dapat keluar dari tekanan-tekanan, seperti perasaan cemas, frustasi, kesepian atau merasa sedih (Young, 1999). Penelitian ini berkaitan dengan salah satu dimensi kepribadian, yaitu neuroticism. Individu dengan tipe neuroticism merupakan individu yang memiliki masalah dengan emosi yang negatif seperti rasa khawatir dan rasa tidak aman. Secara emosional mereka labil. Individu yang memiliki nilai atau skor yang tinggi di neuroticism adalah kepribadian yang mudah mengalami kecemasan, rasa marah, depresi, dan memiliki kecenderungan emotionally reactive (www.rumahbelajar.com).

Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Ramdhani (2008) mengenai penggunaan e-mail dengan kepribadian openness to experience, dimana individu dengan tipe openness to experience sering dikaitkan dengan intelektualitas, ketertarikan pada hal-hal yang baru, inovatif, dan keterbukaan terhadap pengalaman baru. Bagi individu openness to experience, e-mail menantang mereka untuk dapat melakukan segala sesuatu yang selama ini belum dilakukan dalam rangka meningkatkan kemampuan dirinya.

(10)

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti mengenai hubungan big five personality dengan kecanduan internet. Pertanyaan yang diajukan adalah “Apakah ada hubungan antara faktor-faktor big five personality dengan kecanduan internet?.”

II. METODE PENELITIAN

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas yaitu big five personality dan variabel tergantung yaitu kecanduan internet. Kriteria subjek penelitian ini adalah mahasiswa/I aktif, berjenis kelamin baik pria maupun wanita dengan kisaran usia 18-26 tahun, berdomisili di Yogyakarta, mengerti dan merupakan pengguna internet.

Peneliti menggunakan dua buah skala untuk mengukur kedua variabel. Skala big five personality terdiri dari 59 aitem dan skala internet addiction disorder terdiri dari 42 aitem. Skala ini disusun dengan menggunakan skala Likert. Skala ini terdiri dari empat pilihan jawaban dan terbagi atas dua jenis pilihan jawaban, yaitu: Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS), dan Sangat Sering (SS), Sering (S), Jarang (Jr), dan Tidak Pernah (TP). Aitem-aitem yang terdapat skala ini terdiri dari aitem yang bersifat favourable seluruhnya.

Pemberian skor pada skala ini, yaitu untuk jawaban Sangat Sesuai (SS) diberi skor 4, Sesuai (S) diberi skor 3, Tidak sesuai (TS) diberi skor 2, Sangat Tidak Sesuai (STS) diberi skor 1. Semakin tinggi total skor yang diperoleh subjek pada skala big five personality atau kecanduan internet, maka akan semakin tinggi big five

(11)

personality atau kecanduan internet yang dirasakan oleh subjek. Sebaliknya jika semakin rendah total skor yang diperoleh subjek pada skala big five personality atau kecanduan internet, maka semakin kurang pula rasa big five personality atau kecanduan internet yang dimiliki subjek.

Peneliti, dalam metode analisis data, menggunakan analisis regresi linier berganda. Teknik korelasi ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara big five personality dengan kecanduan internet. Untuk pengolahan data, peneliti menggunakan bantuan program komputer SPSS versi 12.

III. HASIL PENELITIAN

Penelitian ini mengambil 106 pengguna internet (internet user) sebagai subjek yang berstatus mahasiswa. Deskripsi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin dapat disajikan dalam tabel 1.

Tabel 1

Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah

Laki – laki Perempuan

72 34 106

Deskripsi statistik data penelitian pada kesepian dan kecanduan internet dapat disajikan dalam tabel 2 :

(12)

Tabel 2.1 :

Statistik Data Penelitian

Variabel Hipotetik Empirik Min Maks Rerata SD Min Maks Rerata SD Extro 5 20 12.5 2.5 12 20 15.86 1.859 IAD 38 152 95 19 62 114 84.42 12.601 Ket : Min = Skor Total Minimal

Max = Skor Total Maksimal

Tabel 2.2

Statistik Data Penelitian

Variabel Hipotetik Empirik Min Maks Rerata SD Min Maks Rerata SD Neuro 7 28 17.5 3.5 11 25 18.06 2.739 IAD 38 152 95 19 62 114 84.42 12.601 Ket : Min = Skor Total Minimal

Max = Skor Total Maksimal

Tabel 2.3

Statistik Data Penelitian

Variabel Hipotetik Empirik Min Maks Rerata SD Min Maks Rerata SD Openess 7 28 17.5 3.5 15 26 20.84 2.492 IAD 38 152 95 19 62 114 84.42 12.601 Ket : Min = Skor Total Minimal

(13)

Tabel 2.4

Statistik Data Penelitian

Variabel Hipotetik Empirik Min Maks Rerata SD Min Maks Rerata SD Agreea 6 24 15 3 12 23 17.27 2.045 IAD 38 152 95 19 62 114 84.42 12.601 Ket : Min = Skor Total Minimal

Max = Skor Total Maksimal

Tabel 2.5

Statistik Data Penelitian

Variabel Hipotetik Empirik Min Maks Rerata SD Min Maks Rerata SD Conscie 9 36 22.5 4.5 18 35 27.09 3.100 IAD 38 152 95 19 62 114 84.42 12.601 Ket : Min = Skor Total Minimal

Max = Skor Total Maksimal

Berdasarkan deskripsi data penelitian di atas dapat dilihat variabel big five personality dan kecanduan internet subjek tergolong tinggi, sedang atau rendah yaitu dengan cara membuat kategorisasi masing-masing variabel. Kategorisasi dibuat oleh peneliti guna untuk mengetahui data tentang keadaan kelompok subjek pada variabel yang diteliti dan digolongkan dalam lima kategorisasi sebagai berikut :

Sangat Tinggi = X > M + 1,8 SD

Tinggi = M - 1,8 SD = X < M - 0,6 SD Sedang = M - 0,6 SD = X < M + 0,6 SD

(14)

Rendah = M + 0,6 SD = X < M + 1,8 SD Sangat Rendah = X < M - 1,8 SD

Keterangan :

X = Skor Total

SD = Deviasi Standar Hipotetik M = Mean Hipotetik

a. Big Five Personality

Variabel big five personality dapat dilihat sebaran hipotetiknya yang diuraikan untuk mengetahui keadaan kelompok subjek penelitian pada tabel 3 berikut ini :

Tabel 3.1

Kriteria Kategorisasi Extroversion

Skor Kategorisasi Frekuensi %

X < 54,4 54,4 = X < 74,8 74,8 = X < 95,2 95,2 = X < 115,6 X > 115,6 Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi 0 0 29 56 21 0 0 27% 52,83% 19,81%

Berdasarkan kategorisasi extraversion pada tabel 7.1 dapat dilihat bahwa sebanyak 52,83% subjek penelitian berada dalam kategorisasi tinggi.

Tabel 3.2

Kriteria Kategorisasi Neuroticism

Skor Kategorisasi Frekuensi %

X < 54,4 54,4 = X < 74,8 74,8 = X < 95,2 95,2 = X < 115,6 X > 115,6 Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi 3 15 54 32 2 2,83% 14,15% 50,94% 30,18% 1,8%

(15)

Berdasarkan kategorisasi neuroticism pada tabel 72 dapat dilihat bahwa sebanyak 50,94% subjek penelitian berada dalam kategorisasi sedang.

Tabel 3.3

Kriteria Kategorisasi Openness To Experience

Skor Kategorisasi Frekuensi %

X < 54,4 54,4 = X < 74,8 74,8 = X < 95,2 95,2 = X < 115,6 X > 115,6 Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi 0 3 27 58 18 0 2,83% 25,47% 54,71% 16,98%

Berdasarkan kategorisasi openness to experience pada tabel 7.3 dapat dilihat bahwa sebanyak 54,71% subjek penelitian berada dalam kategorisasi tinggi.

Tabel 3.4

Kriteria Kategorisasi Agreeableness

Skor Kategorisasi Fr ekuensi % X < 54,4 54,4 = X < 74,8 74,8 = X < 95,2 95,2 = X < 115,6 X > 115,6 Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi 0 3 30 65 8 0 2,83% 28,3% 61,32% 7,54%

Berdasarkan kategorisasi Agreeableness pada tabel 7.4 dapat dilihat bahwa sebanyak 61,32% subjek penelitian berada dalam kategorisasi tinggi.

(16)

Tabel 3.5

Kriteria Kategorisasi Conscientiousnness

Skor Kategorisasi Frekuensi %

X < 54,4 54,4 = X < 74,8 74,8 = X < 95,2 95,2 = X < 115,6 X > 115,6 Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi 0 1 33 55 17 0 0,94% 31,1% 51,8% 16,03%

Berdasarkan kategorisasi conscientiousness pada tabel 7.5 dapat dilihat bahwa sebanyak 51,8% subjek penelitian berada dalam kategorisasi tinggi.

b. Kecanduan Internet

Pada kecanduan internet dapat dilihat sebaran hipotetiknya yang diuraikan untuk mengetahui keadaan kelompok subjek penelitian pada tabel 4 berikut ini :

Tabel 4

Kriteria Kategorisasi Kecanduan Internet

Skor Kategorisasi Frekuensi %

X < 60,8 60,8 = X <83,6 83,6 = X < 106,4 106,4 = X < 129,2 X > 129,2 Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi 0 53 50 3 0 0 50% 47,16% 2,8% 0

Berdasarkan kategorisasi kecanduan internet pada tabel 6 dapat dilihat bahwa sebanyak 0% subjek penelitian berada pada kategorisasi rendah.

(17)

a. Uji Asumsi Normalitas

Uji normalitas sebaran dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov Test. Hasil dari uji ini menunjukkan bahwa penyebaran skor pada kedua variabel mengikuti distribusi normal. Dengan nilai K-SZ pada variabel big five personality sebesar 1,293 dengan p= 0,071 (p>0,05). Untuk variabel kecanduan pada internet memiliki nilai K-SZ sebesar 0,656 dengan p= 0,783 (p>0,05).

b. Uji Asumsi Linieritas

Uji Linieritas dilakukan untuk mengetahui apakah varaibel big five personality dan kecanduan terhadap internet memliki hubungan yang linier. Hasil statistik menunjukkan nilai F=8,368 dengan p=0,005 (p<0,05). Sedangkan nilai deviation from linearity menunjukkan nilai F= 1,231dengan p= 0,234 (p>0,05). Hal ini berarti hubungan antara variabel linier.

c. Uji Hipotesis

Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara big five personality dan kecanduan terhadap internet maka digunakan uji korelasi anareg dengan menggunakan program komputer SPSS versi 12 for Windows.

Hasil analisis data menunjukkan korelasi antara extraversion dan kecanduan terhadap internet didapat nilai r= -0,031 dengan p= 0,377 (p>0,05). Hal ini berarti menujukan bahwa ada hubungan negatif antara faktor extraversion dengan kecanduan internet. Hasil analisis data menunjukkan korelasi antara neuroticism dengan kecanduan terhadap inernet didapat nilai r=0,339 dengan p=0,000 (p<0,05), dimana hasilnya menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara faktor neuroticism dengan

(18)

kecanduan internet. Openness to experience dan kecanduan terhadap internet menunjukkan korelasi dengan nilai r= 0,166 dengan p= 0,044 (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara faktor opennes to experience dengan kecanduan internet. Hasil analisis data menunjukkan korelasi antara agreeableness dengan kecanduan terhadap internet didapat nilai r= 0,196 dengan p= 0,022 (p<0,05), dimana hasilnya menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara faktor agreeableness dengan kecanduan terhadap internet. Sedangkan hasil analisis data menunjukkan korelasi antara conscientiousness dengan kecanduan terhadap internet didapat nilai r= 0,096 dengan p=0,164 (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan negatif antara faktor conscientiousness dengan kecanduan terhadap internet.

IV. PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis data penelitian, maka hipotesis yang diajukan, yaitu adanya hubungan positif faktor neuroticism, openness to experience dan agreeableness terhadap kecanduan internet pada mahasiswa dan adanya hubungan negatif faktor extraversion dan conscientiousness terhadap kecanduan internet pada mahasiswa.

Teknologi berbasis internet ini, sangat disukai oleh individu neurotic. Kepribadian neurotic ditandai dengan kecenderungan untuk merasa mudah kecewa, marah, depresi sehingga seringkali mengganggu keharmonisan hubungan individu dengan orang lain. Dengan adanya media internet, individu tidak perlu berhadapan

(19)

langsung (face to face) dengan orang lain saat berkomunikasi, mereka dapat menyembunyikan posisi sosial dan emosionalnya di hadapan orang lain. Individu cenderung menggunakan media internet untuk melarikan diri dari masalah yang dihadapi, individu neurotic menemukan kepuasan dalam hidupnya ketika mengakses internet. Penelitian yang dilakukan oleh Loytsker & Alello (Young & Rodgers, 1998b), didapatkan hasil bahwa individu yang mengalami kecemasan sosial, mudah bosan dan kesepian memiliki kecenderungan kecenderungan yang lebih besar untuk mengalami kecanduan pada internet.

Dimensi berikutnya yang terkait dengan kecanduan internet adalah openness to experience. Kepribadian openness to experience menilai usahanya secara proaktif dan penghargaan terhadap pengalaman demi kepentingannya sendiri. Kepribadian ini menilai bagaimana ia menggali sesuatu yang baru dan tidak biasa (Costa & McCrae 1985;1990;1992 dalam Pervin & John, 2001). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Ramdhani (2008) mengenai penggunaan e-mail dengan kepribadian openness to experience, dimana diperoleh hasil bahwa ada hubungan antara kepribadian openness to experience dengan penggunaan e-mail. Orang yang terbuka mempunyai rasa ingin tahu yang besar dan mempunyai sudut pandang konvensional sehingga bagi individu

openness to experience penggunaan e-mail menantang mereka untuk dapat

melakukan sesuatu yang selama ini belum dilakukan dalam rangka meningkatkan kemampuan dirinya.

Kepribadian agreeableness juga merupakan salah satu kepribadian yang terkait dengan kecanduan terhadap internet. Individu yang memiliki tingkat

(20)

agreeableness mempunyai sedikit permasalahan pada hubungan interpersonalnya, dimana ketika sedang menghadapi suatu konflik, self esteem mereka akan menurun . Selain itu, menghindar dari usaha langsung untuk memutuskan konflik dengan orang lain. Individu yang kecanduan internet memiliki permasalahan hubungan dengan individu lain, dimana mereka akan lebih memilih untuk melarikan diri dari permasalahan yang sedang mereka hadapi dibandingkan harus menyelesaikan masalah tersebut. Individu yang mempunyai sifat seperti ini menyukai komunikasi melalui internet karena meraka dapat menemukan ideologi yang radikal atau mendiskusikan hal-hal yang dianggap tabu (Young & Rodgers, 1998b). Penelitian yang dilakukan oleh Niemz et al (2005) menunjukkan hasil bahwa siswa yang mengalami gangguan penggunaan internet memiliki harga diri yang rendah dan secara sosial individu tidak merasa kurang ketika mereka sedang online.

Beralihnya individu pada aktivitas internet karena ia merasa mendapatkan teman yang menerima dan tidak menolak sifat atau karakteristik kepribadian yang ia miliki. Individu merasa bahwa aktivitas internet tersebut, dapat memberikan suatu informasi yang ia butuhkan. Dengan online individu menemukan perasaan yang menyenangkan, seperti bergairah, gembira, berdebar, bebas, atraktif, merasa didukung dan dibutuhkan. Perasaan ini merupakan penguat suatu individu mengalami kecanduan internet. Sebaliknya ketika offline individu mendapatkan perasaan yang tidak menyenangkan seperti cemas, dihalangi, frustasi dan sedih (Young, 1999).

Hasil kategorisasi pada nilai masing-masing skala menunjukkan bahwa kecanduan internet mahasiswa berada pada kategori rendah. Berbeda halnya dengan

(21)

hasil kategorisasi skala masing-masing dimensi kepribadian big five. Dimana dimensi neuroticism berada pada kategori sedang, dan dimensi extroversion, openness to experience, agreeableness dan conscientiousness yang berada pada kategori tinggi.

Rendahnya tingkat kecanduan internet di Indonesia, dapat disebabkan oleh penggunaan internet dan warnet yang masih kurang khususnya di daerah-daerah . Sejauh ini, hanya kalangan terpelajar dan masyarakat perkotaan yang mengenal internet. Sementara itu, bagi kebanyakan masyarakat Indonesia yang tersebar diberbagai daerah hingga ke pelosok desa, internet bisa jadi masih terlalu asing dimata mereka.

Tidak semua kasus kecanduan internet diakibatkan oleh big five personality, ada banyak faktor yang juga ikut memberikan sumbangan terhadap perilaku kecanduan internet, seperti faktor internal, yang terdiri dari gender maupun keterampilan komunikasi yang dilakukan oleh individu sehingga individu merasa nyaman ketika berinteraksi dengan individu lain. Selain faktor internal di atas, adanya faktor eksternal yang juga ikut berperan dalam pembentukan pola perilaku kecanduan internet ini antara lain faktor keluarga, yaitu bagaimana hubungan dan dukungan dari keluarganya, faktor-faktor sosial di lingkungan sekeliling yang berkaitan dengan penerimaan dan penolakan dari masyarakat serta faktor budaya dimana individu dituntut untuk mengikuti kemajuan teknologi yang terus berkembang sehingga mengakibatkan sesorang menjadi pecandu internet.

(22)

V. KESIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan positif antara faktor neuroticism, opennes to experience dan agreeablennes terhadap kecanduan internet, sedangkan untuk faktor extraversión dan conscientiousness menunjukkan adanya hubungan negatif dengan kecanduan internet. Hal ini berarti semakin tinggi big five personality maka semakin tinggi kecanduan internet. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah big five personality maka semakin rendah kecanduan internet.

VI. SARAN

Bagi penelitian selanjutnya yang tertarik untuk meneliti kecanduan terhadap internet dapat menggunakan metode kualitatif, dengan metode ini diharapkan peneliti selanjutnya dapat mengetahui lebih jauh mengenai individu yang mengalami kecanduan

(23)

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. 2001. Tes Prestasi. (Edisi Dua). Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Beard, K. W. 2005. Internet Addiction; A Review of Current Assessment

Techniques and Potential Assessment Question. Paper Published Cyber Psychology and Behavior.

Chaplin, J.P. 2005. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Darmanto. 2008. Mendesak, Pengaturan Warnet di Indonesia. Artikel.

http://222.124.164.132/web/detail.php?sid=171057&actmenu=39 De Raad, B. & Perugini, M (Ed). 2002. Big Five Assesment. Gottingen; Hogrefe

& Huber Pub.

Feist, J & Feist, G. J. 2008. Theories of Personality. Edisi Keenam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mei-Bai, Ya, et al. 2001. Internet Addiction Disorder Among Clients of A Virtual Mental Clinic. Article. http://www.psychpark.org/bai/IAD%20suevey.htm Ming Li, Shih & Teng-Ming Chung. 2004. Internet Function and Internet

Addictive Behavior. Journal of Computer in human Behavior, 22, 1067-1071. Pervin, Lawrence. A & Jhon, Oliver. P. 2001. Personality; Theory and Research.

New York; John Wiley & Sons, Inc.

Sally, L. P. M. 2006. Prediction of Internet Addiction of Undergraduate in Hongkong

Minithesis (Published). Hongkong. Information System Management

Option.

Young, K. S. 1996. Pathological Internet Use: The emergence Of A New Clinical Disorder. Presentation. University of Pittsburgh At Bradford.

Young. 1997. What Makes Internet Addictive: Potential Explanation for

Pathological Internet Use. Paper presented at the 105th Annual Meeting of the American Psychology Association, August 15, 1997. Chicago.

(24)

IDENTITAS PENULIS

Nama Mahasiswa :Rizky Avianty Ohorella

Alamat Rumah : Jl. Seturan Blok E.II no. 49 Yogyakarta Nomor Handphone : 081328326951

Referensi

Dokumen terkait

Aspek selanjutnya yang memberikan sumbangan terbesar kedua adalah extraversion (11,6%) dan agreeableness (11,6%), yang memberikan sumbangan terbesar ketiga adalah openness to

Beberapa hipotesis awal yang diajukan dalam penelitian ini, antara lain: ada hubungan antara kesepian dan the big five traits of personality dengan perilaku kecanduan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara trait openness to experience, conscientiousness neuroticism, dan gratitude dengan psychological

Adakah terdapat hubungan antara kecerdasan emosi dengan setiap dimensi personaliti “Big Five” (Openness to Experience, Conscientiousness, Extroversion, Agreeableness and

Berdasarkan hasil analisis data penelitian yang telah dilakukan, maka hipotesis yang telah diajukan, yaitu ada hubungan positif antara persepsi terhadap keharmonisan keluarga

H 8 = The Big Five Personality (extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, dan openness) berpengaruh terhadap kinerja akademik mahasiswa dengan intrinsic

Sebanyak 33,1% subjek penelitian memiliki skor dalam kategori sedang pada dimensi openness to new experience, akan tetapi hubungan antara openness to new

Based on previous research, this study has the following hypotheses: • There are roles of openness, conscientiousness, extraversion, agreeableness, and neuroticism that are