MEMBANGUN PERSPEKTIF GENDER DALAM MATERI
MEMBANGUN PERSPEKTIF GENDER DALAM MATERI
MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Mudjiati
Kementerian Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak
Republik indonesia
Jakarta, 26 Juni 2012
Apa Peraturan Perundang-undangan
Peraturan Perundang-undangan adalah: peraturan tertulis,
yang memuat norma hukum,
yang mengikat secara umum, dan
dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat yang
berwenang
melalui prosedur yang ditetapkandalam Peraturan
Pasal 6 ayat (1) UU 12 Th. 2011, berbunyi:
“Materi Muatan Peraturan Perundang-Undangan mencerminkan asas:
a). Pengayoman b). Kemanusiaan
c). Kebangsaan,
d). Kekeluargaan
e). Kenusantaraan f). Bhinneka Tunggal Ika g). Keadilan
h)Kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan
i). Ketertiban dan kepastian hukum, dan/atau
j). Keseimbangan, keserasian, dan keselarasan
Penjelasan Pasal 6 ayat (1) huruf h UU No. 12 Tahun 2011
Yang dimaksud dengan ‘’asas kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan’’ adalah:
bahwa setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan;
tidak boleh memuat hal yang bersifat membedakan berdasarkan
latar belakang, antara lain:
Materi Muatan
Materi Muatan
Peraturan Perundang-undangan
Peraturan Perundang-undangan
Muatan Materi Peraturan
Perundang-undangan adalah:
-
Materi yang dimuat dlm Peraturan Puu-an
-
sesuai
jenis,
-
fungsi, dan
-
hierarkhi Peraturan Puu-an.
Jenis dan Hierarkhi Peraturan Puu-an
Jenis dan Hierarkhi Peraturan Puu-an
*
Pasal 7 ayat (1) UU No.12/2011
Jenis dan hierarki Peraturan Puu-an, terdiri atas:
c.
UUD RI Tahun 1945;
d.
Ketetapan MPR;
e.
UU/Perpu;
f.
Peraturan Pemerintah;
g.
Perpres;
Jenis Peraturan Puu-an selain yang
Jenis Peraturan Puu-an selain yang
ditentukan Pasal 7 ayat (1)
ditentukan Pasal 7 ayat (1)
Mencakup peraturan yangditetapkan:
MPR, DPR, DPD, MA, MK, BPK, KY, BI, Menteri.
Badan, lembaga, atau komisi yang setingkat yang dibentuk
dengan UU atau Pemerintah atas perintah UU, DPRD
Provinsi, Gubernur, DPRD Kab/Kota, Bupati/ Walikota,
Kepala Desa atau yang setingkat.
Peraturan Puu-an tsb diakui keberadaannya dan memp
kekuatan hukum mengikat. Sepanjang dibentuk oleh
peraturan Puu-an yang lebih tinggi atau dibentuk
berdasarkan kewenangan.
MATERI MUATAN YG HRS DG UU,
MATERI MUATAN YG HRS DG UU,
berisi:
berisi:
Pengaturan lebih lanjut dari ketentuan UUD 1945;
Perintah UU untuk diatur dg UU;
Pengesahan Perjanjian internasional tertentu;
Tindak lanjut atas Putusan Mahkamah Konstitusi;
dan/atau
Pemenuhan kebutuhan hukum dalam masyarakat.
Pasal 10 ayat (1)
Tindak lanjut atas Putusan Mk dilakukan oleh DPR atau
Pemerintah. (Pasal 10 ayat (2)
Materi Muatan Peraturan Puu-an yang
Materi Muatan Peraturan Puu-an yang
lain:
lain:
Perpu, sama dengan UU;
Peraturan Pemerintah, berisi materi untuk mejnalankan
UU sbgmn mestihya;
Perpres, berisi materi yang diperintahkan UU, untuk
melaksanakan PP, atau untuk menyelenggarakan
kekuasaan Pemerintahan
Perda, berisi materi muatan penyelenggaraan otonomi
daerah dan tugas pembantuan serta menampung kondisi
daerah.
HAL
PENTING
perlu
DIPERSIAPKAN
dalam
membentuk Peraturan Puu-an:
persyaratan yang berkaitan dengan
sistem
,
asas
, atau
cara penyiapan
, dan
pembahasan
, serta
teknik
penyusunan
maupun pemberlakuannya.
Untuk menunjang Peraturan Perundang-undangan
diperlukan peran tenaga perancang peraturan
perundang-undangan:
- Tenaga Profesional dan Berkualitas;
- dalam pelaksanaan tugas:
menyiapkan,
mengolah, dan merumuskan
rancangan Peraturan
Peraturan Perundang-Undangan
yang Adil-Setara Gender
P
eraturan perundang-undangan yang Responsif Gender, akan
mengandung ketentuan yang:
-
kedayagunaan dan kehasilgunaannya dapat dirasakan adil dan
setara gender,
-
baik oleh perempuan maupun laki-laki.
-
Hal ini dimaksudkan untuk adanya keadilan dan kesetaraan
secara riil baik untuk laki-laki maupun perempuan;
(Saat ini telah diterbitkan pedoman:
Parameter Kesetaraan
Gender Dalam Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan
)
Berbagai
Berbagai
Rekomendasi Konvensi CEDAW
Rekomendasi Konvensi CEDAW
Berbagai keprihatinan dan rekomendasi Konvensi CEDAW sebagaimana dimaksud dalam Komentar Akhir (Concluding Comments) pada Sidang Umum CEDAW 27 Juli 2007 di New York, telah merekomendasikan kepada negara Indonesia, antara lain sbb:
•Memastikan bahwa ketentuan, prinsip dan konsep Konvensi diberlakukan
dan digunakan dalam hukum nasional;
•Memasukkan definisi ‘Diskriminasi’ ke dalam Konstitusi atau peraturan
Lanjutan ….
Lanjutan ….
Memastikan adanya mekanisme dan bantuan hukum yang efektif
bagi perempuan yang HAMnya (yg ditentukan dalam Konvensi) telah dilanggar;
Memastikan bahwa Konvensi dan peraturan perundang-undangan
terkait dijadikan bagian integral dalam pendidikan, haukum dan pelatihan pejabat-pejabat peradilan, termasuk hakim, ahli hukum, pengacara dan jaksa, dan diketahui dengan baik oleh para pembuat undang-undang, supaya dengan tegas dibentuk budaya hukum yang mendukung kesetaraan perempuan dan non diskriminasi di Indonesia.
Mengidentifikasi dan memprakarsai revisi UU atau peraturan perundang-undangan yang diindikasi bias gender (Keprihatinan Komite, sampai saat ini belum dilakukan upaya revisi).
Apa itu CEDAW ?
Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination Against Women - CEDAW ) adalah:
Kesepakatan hak asasi internasional secara khusus
yang mengatur hak-hak perempuan dan anak
perempuan.
Konvensi CEDAW :
Mendefinisikan prinsip-prinsip tentang hak-hak asasi manusia
norma-norma dan standar kelakukan serta kewajiban negara-negara peserta (sepakat untuk memenuhinya).
Mewajibkan negara-negara peserta untuk memastikan adanya
pengakuan dan pemenuhan hak-hak perempuan, serta penikmatan hak-hak asasi oleh perempuan tanpa diskriminasi.
Mengharuskan negara-negara peserta agar lebih banyak melakukan
sesuatu bukan hanya sekedar memastikan tidak ada peraturan yang diskriminatif terhadap perempuan, tapi juga memastikan bahwa semua hal yang diperlukan perempuan bisa dinikmati hak-haknya secara penuh.
Mengapa CEDAW Penting?
satu-satunya instrumen hukum internasional yang secara khusus
dibentuk untuk mempromosikan dan melindungi perempuan secara menyeluruh dan sistematis.
Mendeskripsikan prinsip-prinsip kesetaraan substansi antara
laki-laki dan perempuan.
Secara legal mengikat semua negara yang menandatangani dan
meratifikasinya.
Mengakui persoalan kekerasan yang dialami perempuan dalam
rumah tangga dan menjawab ketimpangan gender dalam lingkungan keluarga.
Mengharuskan
semua
negara
peserta
untuk
memastikan agar organisasi swasta,
perusahaan-perusahaan dan individu-individu mewujudkan dan
melindungi hak-hak perempuan.
Mengharuskan
semua
negara
peserta
untuk
menghapuskan segala prasangka-prasangka negatif dan
tradisi serta semua kebiasaan-kebiasaan yang
menghambat
pemberdayaan
perempuan,
yang
kesemuanya berasal dari pemahaman yang keliru
tentang kelemahan dan kekuatan dari laki-laki dan
perempuan.
Prinsip-Prinsip CEDAW?
Perlindungan dan promosi hak-hak perempuan/Hak asasi
manusia yang berkesetaraan gender, di dalam
Konvensi CEDAW didasarkan atas 3 (tiga) prinsip,
yaitu:
1). Prinsip Kesetaraan Substantif
2). Prinsip Non Diskriminatif
3). Prinsip Kewajiban Negara
Aksi Affirmasi (Affirmative Action)
Ketiga Prinsip tersebut tidak hanya berguna untuk mengenali dan memahami diskriminasi gender, tetapi juga untuk mengembangkan tindakan dan strategi untuk melucuti prasangka-prasangka dan rintangan-rintangan yang sudah ada sejak lama yang menghalangi perempuan menikmati kebebasan dan melaksanakan hak-haknya sebagai manusia
Setiap Prinsip merupakan unsur tersendiri dan saling tergantung satu dengan yang lain
Apabila digabungkan bersama-sama, Prinsip-prinsip tersebut
memberikan kerangka menyeluruh untuk mewujudkan hak-hak perempuan
Prinsip Kesetaraan Substantif, memerlukan:
- Kesetaraan kesempatan
- Kesetaraan akses
- Kesetaraan hasil dan manfaat
Sasaran pendekatan Substantif adalah untuk memastikan bahwa hal-hal yang dihasilkan dari peraturan perundang-undangan, kebijakan dan program mempunyai sifat tanggap terhadap gender.
Analisis gender dengan pendekatan dari: akses, partisipasi, kontrol, dan manfaat yang adil.
KEBUTUHAN ANALISIS GENDER, untuk memahami:
- masalah perbedaan antara laki-laki dan perempuan;
- asumsi-asumsi yang mendasari perbedaan tersebut
- Hal-hal yang berkisar dari norma-norma budaya hingga
prasangka, kepercayaan yang keliru, dan struktur politik
- Pendekatan yang dilakukan melalui: akses, partisipasi, kontrol,
Analisis Gender juga untuk:
- Memahami bagaimana asumsi menimbulkan dan melipatgandakan hal-hal yang merugikan dan menghalangi perempuan menikmati hak-nya sejajar dengan laki-laki
- Memetakan strategi untuk mengkoreksi atau membetulkan
hal-hal tersebut
- Menciptakan pendukung yang memungkinkan perempuan untuk
2. Prinsip Non Diskriminasi
Pasal 1 CEDAW
Dalam Konvensi ini, istilah “diskriminasi terhadap perempuan” berarti setiap pembedaan, pengucilan/pengesampingan
atau pembatasan yang dilakukan berdasarkan jenis kelamin yang mempunyai dampak atau maksud yang merugikan atau
menihilkan pengakuan terhadap, kepemilikan dan penggunaan, atau pelaksanaan oleh perempuan dari hak-hak sebagai manusia dan kebebasan mendasar di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, sipil, atau bidang lainnya berlandaskan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan.
CEDAW
mengharuskan
pemerintah negara-negara
pesertanya untuk
memastikan
bahwa
kebijakan,
program
dan
kegiatan
mereka
tidak
mendiskriminasikan perempuan,
ini berarti bahwa
negara-negara harus memastikan bahwa
perempuan
tidak dirugikan karena ia perempuan
, kondisi-kondisi
fisik dan psikis karena ia perempuan
, atau karena
norma-norma budaya dan sosial
.
CEDAW mendefinisikan diskriminasi terhadap perempuan
sebagai
“
setiap
pembedaan,
pengecualian/pengesampingan
atau
pembatasan
berdasarkan jenis kelamin
atau
asumsi sosial budaya
bahwa perempuan lebih rendah derajatnya daripada laki-laki
dan tidak patut mendapatan peran, manfaat, atau hak-hak
tertentu.
CEDAW berupaya menghapus diskriminasi baik disengaja (langsung) maupun tidak disengaja (tidak langsung).
- Diskriminasi Langsung: tindakan-tindakan yang disengaja untuk
memberikan perlakuan berbeda kepada perempuan dan menempatkannya di bawah laki-laki
- Diskriminasi Tidak Langsung: terjadi ketika dilakukan tanpa
sengaja; dan dilakukan atau tidak dilakukannya perbuatan tersebut menghalangi perempuan untuk mendapatkan kesempatan yang sama dengan yang didapat laki-laki; atau dampak dari perbuatan tersebut berakibat perempuan tidak menikmati hak-haknya.
- Misal: program pemberian kredit yang mensyaratkan minimal
pendidikan penerima kredit lulus kelas 6 SD.
(Sementara: fakta masih menunjukkan banyak perempuan yang butuh kredit tersebut tidak lulus SD).
Konvensi CEDAW tidak membuat perbedaan antara pelaku swasta dan pelaku publik. Prinsip non diskriminasi tidak hanya dilakukan oleh pemerintah saja, tetapi juga serangkaian tindakan yang dilakukan oleh pelaku swasta, perorangan (individu) hingga keluarga, masyarakat, perusahaan bisnis dan lembaga-lembaga keagamaan di bidang politik, sosial, ekonomi, budaya dan bidang-bidang lainnya.
Pemerintah bertanggung jawab untuk memastikan bahwa keputusan-keputusan yang dibuat oleh penyusun kebijakan (pemerintah dan non pemerintah) tidak mendiskriminasikan perempuan.
3. PRINSIP KEWAJIBAN NEGARA
Semua negara peserta CEDAW (termasuk
Indonesia)
secara hukum terikat untuk
memenuhi kewajiban-kewajiban
yang dipersyaratkan dalam Konvensi.
Dengan meratifikasi CEDAW, Negara Wajib untuk:
- Mengakhiri diskriminasi terhadap perempuan dalam segala
bentuknya dan mengambil upaya-upaya yang tepat.
- Memasukkan prinsip kesetaraan dalam sistem hukum,
mencabut semua perundang-undangan yang bersifat diskriminatif; dan
- Menetapkan Peraturan Perundang-undangan yang tepat, yang
-
Membentuk pengadilan khusus
dan lembaga-lembaga
publik lainnya untuk memastikan perlindungan efektif
dan
memastikan penghapusan semua perbuatan
diskriminatif terhadap perempuan
oleh orang
perorangan, organisasi atau perusahaan
-
Memastikan bahwa organisasi-organisasi swasta
perusahaan-perusahaan
dan
individu-individu
mewujudkan dan melindungi hak-hak perempuan
AKSI AFIRMASI
(
AFFIRMATIVE ACTION
)
CEDAW menyebutkan bahwa negara peserta dapat
melakukan aksi afirmasi (
affirmative action
) atau langkah
tindak sementara (
temporary special measure
) untuk
mempererat kesetaraan partisipasi perempuan di
semua tingkat masyarakat.
Pada prinsipnya, CEDAW menentukan ada 2 (dua) sisi Kewajiban Negara:
De-Jure Apa yang terkandung dalam hukum/ peraturan perundang-undangan
- Memastikan terwujudnya de jure kesetaraan gender
- Negara harus mengeluarkan peraturan perundang-undangan dan
kebijakan baru supaya hak-hak perempuan dan laki-laki dijamin dalam kerangka hukum nasional, sesuai dengan kebutuhan substansifnya.
De-FactoUntuk mencapai kesetaraan substantif, negara harus memastikan terwujudnya kesetaraan gender dan mengambil langkah-langkah serta upaya yang tepat guna mencapai kesetaraan dalam kehidupan yang sesungguhnya, yakni kesetaraan bagi laki-laki dan perempuan.
Kesetaraan Substantif
yaitu; kesetaraan riil yang
didasarkan atas prinsip kesetaraan antara laki-laki
dan perempuan, menjamin tidak hanya kesetaraan
dalam kesempatan, namun kesetaraan
riil-kesetaraan yang secara nyata tercermin dalam
hasil.
Hal ini dapat
dianalisis dengan pendekatan
perspektif gender
, yakni, menemukenali isu-isu
gender dengan pendekatan
akses, partisipasi,
manfaat dan kontrol terhadap sumber
daya
.
Pokok-pokok Substantif dalam CEDAW tercantum dalam Pasal 1 – Pasal 16
Pasal 1: Definisi Diskriminasi
Diskriminasi terhadap perempuan meliputi setiap pembedaan, pengucilan/pengesampingan atau pembatasan yang menyebabkan perempuan tidak dapat menikmati hak-hak politik, ekonomi, sosial, budaya, sipil atau lainnya yang sama dengan yang dinikmati laki-laki.
Pasal 2: Upaya-upaya Kebijakan
Cedaw mewajibkan negara-negara peserta untuk mengambil langkah-langkah kongkret guna menghapus diskriminasi terhadap perempuan di dalam parlemen, kebijakan dan program, dan didukung oleh mekanisme kelembagaan.
Pasal 3: Jaminan Hak-Hak Asasi Manusia dan Kebebasan Mendasar
Negara-negara peserta Konvensi berkewajiban mengambil semua upaya yang tepat untuk memastikan bahwa perempuan dapat menikmati hak-hak asasi manusia dan kebebasan mendasar sebagaimana kebebasan mendasar yang dinikmati oleh laki-laki
Pasal 4: Langkah Tindak Sementara
Negara-negara peserta berhak menetapkan langkah tindak sementara untuk mempercepat terwujudnya kesetaraan bagi perempuan. Mereka dapat memperkenalkan affirmative action sampai pada saat kesetaraan de-facto benar-benar terealisasi. Usaha-usaha, termasuk misalnya langkah tindak sementara yang ditujukan untuk memberikan perlindungan terhadap kehamilan dan persalinan tidak akan dianggap sebagai bentuk diskriminasi.
Pasal 5: Stereotype Peran Berdasarkan Jenis
Kelamin dan Prasangka
CEDAW mengakui pengaruh budaya dan tradisi
yang membatasi perempuan dalam menikmati
hak-haknya. Oleh karena itu, negara-negara peserta konvensi
harus mengambil upaya-upaya yang tepat untuk
menghapus penstereotipan peran berdasarkan jenis
kelamin dan prasangka yang berasal dari pemikiran
bahwa jenis kelamin yang satu lebih rendah atau lebih
tinggi derajatnya daripada jenis kelamin yang lainnya.
Pendidikan keluarga juga ditekankan untuk mengajarkan
bahwa laki-laki maupun perempuan sama-sama
bertanggung jawab dalam mengasuh dan membesarkan
anak
Pasal 6: Trafficking dan Prostitusi
Negara-negara peserta harus mengambil semua upaya, termasuk upaya-upaya legislatif untuk menghentikan semua bentuk trafiking dan eksploitasi perempuan untuk prostitusi.
Pasal 7: Kehidupan Politik dan Publik
CEDAW`mewajibkan negara-negara peserta untuk mempromosikan dan melindungi hak perempuan untuk memberikan suara dalam pemungutan suara, hak untuk dipilih, hak berpartisipasi dalam penyusunan dan implementasi kebijakan-kebijakan pemerintah, dan untuk bergabung dengan organisasi-organisasi non pemerintah dan asosiasi-asosiasi yang peduli pada persoalan-persoalan publik dan politik
Pasal 8: Partisipasi di Tingkat Internasional
Negara-negara peserta harus memastikan bahwa perempuan mempunyai hak yang sama dengan laki-laki untuk mewakili negara di tingkat internasional.
Pasal 9: Kewarganegaraan
Perempuan mempunyai hak-hak yang sama dengan laki-laki untuk mempertahankan dan mengganti kewarganegaraannya dan untuk memberikan kewarganegaraannya kepada anak-anaknya. Dalam pengertian ini, perempuan tidak boleh dipaksa untuk mengganti kewarganegaraannya ketika menikah dengan laki-laki yang bukan warga negara dari negara perempuan yang bersangkutan. Perempuan juga mempunyai hak untuk tetap mempertahankan kewarganegaraannya ketika suaminya berganti kewarganegaraan.
Pasal 10: Pendidikan
Perempuan dan anak perempuan hendaknya mendapat bimbingan karir dan kejuruan di semua tingkatan, kurikulum-kurikulum, ujian-ujian, staf pengajar, gedung/bangunan dan perlengkapan sekolah, dan kesempatan untuk memperoleh beasiswa dan hibah atas dasar yang sama dengan laki-laki dan anak laki-laki. Pendidikan bersama secara aktif didorong terutama melalui revisi buku-buku pelajaran dan program sekolah serta penyesuaian metode-metode pengajaran. Selanjutnya, perempuan dan anak perempuan mempunyai hak untuk berpartisipasi secara aktif dalam olahraga dan pendidikan jasmani; untuk memperoleh informasi pendidikan yang berifat spesifik tentang kesehatan dan kesejahteraan keluarga; dan untuk melanjutkan pendidikan tanpa putus sekolah.
Pasal 11: Lapangan Kerja
CEDAW mengakui hak perempuan untuk bekerja berdasarkan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Perempuan harus mendapatkan kesempatan yang sama dalam pekerjaan, pengupahan, kenaikan jabatan, pelatihan, jaminan sosial, serta kondisi kerja yang sehat dan memenuhi unsur-unsur keselamatan. Terutama, hendaknya tidak dilakukan diskriminasi terhadap perempuan karena perkawinan, kehamilan, persalinan dan perawatan anak.
Pasal 12: Perawatan Kesehatan dan Keluarga Berencana
Perempuan mempunyai hak untuk mendapatkan perawatan kesehatan dan pelayanan-pelayanan lainnya yang berkaitan dengan keluarga berencana, selama dan sesudah kehamilan
Pasal 13 Tunjangan Ekonomi dan Sosial
Konvensi mengakui hak perempuan untuk mendapatkan tunjangan keluarga, pinjaman bank, hipotek, dan bentuk-bentuk kredit keuangan lainnya. Konvensi juga memastikan bahwa perempuan dapat berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan rekreasi, olahraga dan kehidupan budaya.
Pasal 14Perempuan Pedesaan
Negara-negara peserta hendaknya mengambil upaya-upaya untuk menghapus diskriminasi terhadap para perempuan di daerah-daerah pedesaan supaya mereka dapat berpartisipasi dalam dan memperoleh manfaat yang sama dengan yang diperoleh laki-laki dari pembangunan desa, termasuk perencanaan pembangunan, pendidikan, pelatihan, perawatan kesehatan, kredit keuangan, akses pasar dan
program-- Pasal 15 Kesetaraan di Hadapan Hukum
Perempuan harus diperlakukan setara dengan laki-laki di hadapan hukum dan dalam kemampuan hukum, khususnya yang menyangkut penandatanganan kontrak, pembelian dan penjualan harta benda, dan pemilihan tempat untuk tinggal.
- Pasal 16 Perkawinan dan Kehidupan Berkeluarga
CEDAW`mengakui bahwa perempuan mempunyai hak yang sama dengan suaminya dalam perkawinan, mengasuh anak dan segi-segi lain kehidupan berkeluarga.
Catatan:
Terhadap penerapan ketentuan Pasal 16 ini, perlu kehati-hatian dan kecermatan dengan tetap memperhatikan dan menghormati ketentuan hukum agama dan hukum adat yang dianut oleh Bangsa Indonesia.
Kesimpulan
Beberapa ketentuan substantif dan prinsip-prinsip yang terkandung dalam CEDAW pernting untuk diintegrasikan ke dalam setiap penyusunan Peraturan Perundang-undangan, didahului dengan melakukan analisis gender, guna menemukan, mewujudkan,
dan/atau menguatkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang
Responsif Gender.
Negara peserta CEDAW (Indonesia) tidak saja harus memastikan ketentuan keadilan dan kesetaraan gender dalam setiap pembentukan (termasuk revisi) Peraturan Perundang-undangannya, tetapi juga diwajibkan untuk menjamin penikmatan hasil yang bermanfaat atas pemenuhan hak-hak secara substantif.
Misalnya, memastikan untuk adanya penyediaan sarana dan prasarana kesehatan (tempat/ruang beserta perangkat alat kesehatan persalinan) dalam rangka pemenuhan hak asasi perempuan.