• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

KEMENTERIAN

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA

(2)

MODUL 4

SISTEM KESEJAHTERAAN SOSIAL ANAK DAN KELUARGA

(3)

185

BAB I

PENDAHULUAN

A. Deskripsi Singkat

Sistem kesejahteraan sosial anak dan keluarga merupakan salah satu elemen dari Sistem Perlindungan Anak, yang seharusnya menyediakan layanan dalam mencegah resiko dan merespon kekerasan, eksploitasi, perlakukan salah, dan penelantaran terhadap anak, termasuk mencegah terulangnya kembali pelanggaran tersebut.

Untuk itu, Sistem Kesejahteraan Sosial Anak dan Keluarga yang efektif harus komprehensif, ditandai dengan adanya ketersediaan layanan yang bersifat pro-aktif dan reaktif. Layanan pro-aktif merupakan layanan yang mampu mendeteksi kerentanan anak dan keluarga dan mencegah terjadinya kekerasan, eksploitasi, perlakukan salah, dan penelantaran terhadap anak. Sedangkan layanan reaktif adalah layanan yang mampu merespon ketika terjadi kekerasan, eksploitasi, perlakukan salah, dan penelantaran terhadap anak.

Seperti yang ditegaskan pada Module 1 tentang Pengantar Sistem Perlindungan Anak keluarga mempunyai peranan yang sangat penting dalam perlindungan anak. Hal ini sejalan dengan tujuan Sistem Kesejahteraan Sosial Anak dan Keluarga yang menekankan peran penting keluarga dalam memberikan pengasuhan dan perlindungan bagi anak.

Setiap anak dalam proses tumbuh-kembang membutuhkan pengasuhan yang memadai dari keluarganya dan dari lingkungan dimana ia berada. Untuk itu diperlukan keluarga yang mampu melaksanakan tanggung jawab dalam memberikan pengasuhan, perawatan, membimbing dan melindungi agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal.

Konvensi Hak Anak juga menegaskan pentingnya peranan keluarga dalam upaya pemenuhan hak anak. Dalam situasi dan kondisi dimana anak tidak dimungkinkan diasuh oleh keluarga intinya, maka Konvensi Hak Anak mengamanatkan anak tetap di asuh dalam lingkungan keluarga. Hal ini dimaksudkan agar anak medapatkan rasa aman dan nyaman secara emosional dan psikososial yang diperlukan untuk membentuk kepribadian (attachment) dan ketahanan (resilience) bagi anak.

Jika pengasuhan oleh keluarga inti dan keluarga pengganti tidak memungkinkan maka Negara berkewajiban untuk memperkuat kemampuan keluarga tersebut melalui berbagai intervensi yang bersifat memberdayakan keluarga tersebut. Jika anak tidak dimungkinkan untuk tinggal dalam keluarganya karena kekerasan, eksploitasi, perlakuan salah dan penelantaran yang mengancam keselamatan anak maka Negara berkewajiban untuk melakukan langkah-langkah penyelamatan melalui pengasuhan alternatif.

Pengasuhan yang diberikan melalui lembaga pelayanan sosial atau bukan berbasis keluarga, merupakan alternatif terakhir dan sementara sampai mendapatkan pengasuhan yang berbasis keluarga.

(4)

B. Tujuan Pembelajaran

1. Kompetensi Dasar

Setelah mempelajari Modul 4, diharapkan peserta mampu menjelaskan Sistem Kesejahteraan Sosial Anak dan Keluarga.

2. Indikator Keberhasilan

Setelah mengalami proses pembelajaran, semua peserta Diklat diharapkan dapat:

1) menjelaskan sistem kesejahteraan sosial anak dan keluarga

2) menganalisa kesenjangan komponen dan menentukan intervensi sistem kesejahteraan sosial anak dan keluarga

3) mengidentifikasi dan menilai ketersediaan layanan untuk memperkuat pengasuhan anak.

4) menyusun rencana kegiatan tindak lanjut penguatan sistem kesejahteraan sosial bagi anak dan keluarga termasuk pengasuhan anak

C. Materi Pokok dan atau Sub Materi Pokok

Materi pokok dan sub materi pokok Modul 4 adalah:

1. Pendahuluan

1.1 Deskripsi singkat 1.2 Tujuan Pembelajaran

1.2.1 Kompetensi Dasar 1.2.2 Indikator Keberhasilan 1.3 Materi Pokok & sub Materi Pokok 1.4 Bahan/Media Belajar

1.5 Metode & Proses Pembelajaran

1.6 Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran 2. Sistem kesejahteraan sosial anak dan keluarga

2.1 Konsep kesejahteraan sosial anak dan keluarga

2.2 Komponen Sistem Kesejahteraan Sosial bagi anak dan keluarga 3. Kesenjangan komponen Sistem kesejahteraan sosial anak dan keluarga 4. Pentingnya pengasuhan anak

4.1 Situasi layanan pengasuhan anak yang tersedia 4.2 Kesenjangan dalam pengasuhan anak

5. Kegiatan tindak lanjut penguatan sistem kesejahteraan sosial bagi anak dan keluarga termasuk pengasuhan anak

(5)

187

D. Bahan/Media Belajar

Bahan atau media belajar yang dipergunakan adalah:

• Bahan Presentasi (Slide Modul 2).

• LCD projector, Laptop, Kertas flipchart, white board, sound system,spidol, kertas metaplan (MP), selotip.

• Lembar Kerja Modul 4.1

• Lembar Kerja Modul 4.2

• Lembar Kerja Modul 4.3

• Lembar Kerja Modul 4.4

• Acuan Analisis LK 4.1

E. Metode dan Proses Pembelajaran

Metode dalam proses pembelajaran adalah bersifat interaktif disertai contoh kasus dan diskusi kelompok. Modul disampaikan dalam 6 jam pelatihan yang meliputi: pemaparan materi oleh fasilitator dan tanya jawab, diskusi kelompok terkait analisis kesenjangan, dan diskusi kelompok penyusunan intervensi tindak lanjut dan rencana aksi dalam upaya penguatan sistem kesejahteraan anak dan keluarga, situasi layanan pengasuhan anak yang tersedia dan Kesenjangan serta kegiatan tindak lanjut untuk memperkuat pengasuhan anak.

F. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

Penjelasan Sesi (5’)

Presentasi II (35’)

Diskusi Kelompok Tahap III

(30’)

Presentasi I (35’)

Pleno II (15’)

Pleno Tahap III (15’)

Diskusi Kelompok Tahap I

(35’)

Diskusi Kelompok Tahap II

(40’)

Pleno I (15’)

Diskusi & Pleno Tahap IV

(30’)

Refleksi dan Rangkuman

(15’)

1. Penjelasan sesi

• Fasilitator menjelaskan tujuan sesi (lihat Slide Modul 4.2) serta proses yang akan dilakukan dalam modul ini, yaitu presentasi, diskusi kelompok, pleno hasil serta refleksi dan rangkuman. Fasilitator menekankan bahwa sesi ini berisi pembahasan materi tentang Sistem Kesejahteraan Anak dan Keluarga serta pengasuhan anak.

(6)

2. Presentasi

• Fasilitator menayangkan dan menjelaskan beberapa konsep penting tentang Sistem Kesejahteraan Anak dan Keluarga (Lihat Slide Modul 4.3-13);

• Selanjutnya asilitator menanyakan dan memberi kesempatan kepada peserta untuk menyampaikan pendapatnya tentang:

o Apa yang dipahami tentang Kesejahteraan Sosial Anak dan Keluarga

o Apa saja jenis layanan terkait kesejahteraan sosial yang tersedia bagi anak dan bagi keluarga di masyarakat.

3. Diskusi kelompok dan Pleno Tahap I

Fasilitator membagi peserta menjadi 4 kelompok. Setiap kelompok diminta untuk membahas isu yang sama dari materi sebelumnya menyangkut ABH, kekerasan seksual, perdagangan, kekerasan anak dalam institusi pengasuhan dan masalah- masalah terkait pengasuhan lainnya. Disarankan agar menggunakan kasus-kasus yang terjadi di daerah dimana pelatihan diadakan.

Setiap kelompok mengidentifikasi kesenjangan komponen Sistem Kesejahteraan Sosial Anak dan Keluarga, serta rekomendasi untuk memperkuat Sistem Kesos Anak dan Keluarga dengan menggunakan LK 4.1

Catatan: Khusus NORMA, perlu lihat hasil diskusi di sesi Modul 2 yang telah mengidentifikasi peraturan perundang-undangan.

Selanjutnya, identifikasi peraturan perundang-undangan yang terkait dengan Kesejahteraan Sosial Anak dan Keluarga. Jika ada yang belum teridentifikasi, dapat melengkapinya.

□ Hasil diskusi masing-masing kelompok dipresentasikan untuk mendapatkan tanggapan dari peserta atau kelompok lain.

□ Jika terdapat perbedaan pendangan maka fasilitator mengembalikan ke kelompok untuk mendapatkan kesepakatan.

4. Diskusi kelompok dan Pleno Tahap II

Masih dalam kelompok yang sama, selanjutnya Fasilitator meminta peserta untuk mendiskusikan Tingkatan Intervensi yang tersedia di masyarakat dengan menggunakan LK 4.2.

Setiap kelompok menyampaikan hasil diskusinya. Fasilitator diharapkan membuat rangkuman hasil kelompok.

5. Presentasi dan Tanya Jawab tahap II

Fasilitator menjelaskan tentang pengasuhan kaitannya dengan kelekatan dan

(7)

189

6. Diskusi Kelompok dan Pleno Tahap III

Dalam kelompok yang sama, fasilitator menugaskan peserta untuk membahas LK 4.3 tentang kesenjangan Layanan pengasuhan yang tersedia baik oleh pemerintah atau masyarakat.

Hasil diskusi masing-masing kelompok dipresentasikan untuk mendapatkan tanggapan dari peserta atau kelompok lain.

7. Diskusi Kelompok dan Pleno Tahap IV

Diskusi Kelompok Tahap IV tentang Rencana Kegiatan Tindak Lanjut harus mengacu pada hasil diskusi tahap 1 sampai dengan 3, dimana masing-masing kelompok telah mengidentifikasi rekomendasi untuk merespon kesenjangan dengan memperhatikan tingkat prioritas serta sumber-sumber yang tersedia. Sebagai acuan, tersedia usulan Bentuk-bentuk rencana aksi di Bab 5.

8. Refleksi dan Rangkuman

□ Fasilitator bersama-sama dengan peserta melakukan refleksi terhadap pokok bahasan.

□ Fasilitator bersama-sama dengan peserta merangkum hasil pembahasan diskusi kelompok.

□ Fasilitator merangkum dan memperkuat pemahaman peserta dengan menayangkan slide modul 4.28 – 4.31.

(8)
(9)

191

BAB II

SISTEM KESEJAHTERAAN SOSIAL ANAK DAN KELUARGA

A. Konsep kesejahteraan sosial anak dan keluarga

Sistem kesejahteraan sosial anak dan keluarga merupakan bagian integral dari sistem Perlindungan anak seperti yang tergambar dibawah ini:

Gambar 1. Sistem Kesejahteraan Sosial Anak dan Keluarga

SISTEM PERLINDUNGAN ANAK

Sistem Data dan Informasi Perlindungan Anak Sistem Hukum dan Kebijakan

Sistem kesejahteraan Sosial bagi anak

dan keluarga

Sistem Peradilan

Perubahan perilaku sosial

Dukungan parenting pengasuhan anak, konseling dll., pelayanan dasar lain, yaitu Kesehatan dan Pendidikan

Pengasuhan anak, Pengadilan Anak, Perawatan, Adopsi, saksi anak dan korban anak

Secara umum Kesejahtreraan sosial berkaitan dengan kesejahteraan manusia dimana masalah sosial dikelola. Kebutuhan manusia dipenuhi, kesempatan dimaksimalkan untuk menjawab kebutuhan. Hal ini tertuang pada Undang-undang 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial yang menyatakan bahwa “Kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga Negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.”

Sistem Kesejateraan Sosial bagi Anak dan Keluarga merupakan sub-sistem dari Sistem Kesejahteraan Sosial yang luas, untuk:

• mempromosikan kesejahteraan dan Perlindungan anak sekaligus meningkatkan kapasitas keluarga untuk memenuhi tanggung jawab mereka;

(10)

• mencegah terjadi dan terulangnya perlakuan salah, kekerasan, penelantaran dan eksploitasi anak.

Makna dari sistem kesejahteraan sosial anak dan keluarga adalah menjamin kesejahteraan dan perlindungan anak secara holistic, memanfaatkan sumber yang tersedia dengan baik dan memastikan bahwa pelayanan proaktif dan reaktif diberikan. Sehubungan dengan hal tersebut Sistem Kesejahteraan Sosial bagi Anak dan Keluarga harus berinteraksi dengan layanan dasar seperti: Pendidikan, Kesehatan dan Jaring Pengaman Sosial untuk menyediakan pengasuhan yang komprehensif dan berkelanjutan bagi anak.

Dalam rangka mempromosikan Kesejahteraan anak dan keluarga, kepentingan terbaik bagi anak merupakan prinsip utama dari sistem kesejahteraan sosial anak dan keluarga.

Walaupun demikian situasi anak dan hubungannya dengan keluarga dan masyarakat harus juga menjadi pertimbangan. Disamping itu, prinsip lain adalah memahami dan menganalisa kondisi sosial di balik masalah keluarga maupun terjadinya kekerasan, eksploitasi, perlakuan salah, dan penelantaran serta memberikan tindakan yang konsisten dan pasti dalam merespons kekerasan, eksploitasi, perlakuan salah, dan penelantaran.

Gambar 2. Tingkatan Intervensi Kesejahteraan Sosial Anak dan Keluarga

PRIMER (UNIVERSAL)

Pendidikan, Informasi dan

Peningkatan Kepekaan (sensitisation)

Dukungan Intensif keluarga

Pengasuhan Alternatif Pelayanan Protektif Anak Dukungan

Keluarga Intervensi

Dini

SEKUNDER (BERSASARAN)

Tingkat Risiko

RANGKAIAN PENGASUHAN (Continuum of Care) TERSIER (PERSEORANGAN)

Dalam kesatuan Sistem Perlindungan Anak, Sistem Kesejahteraan Sosial bagi Anak dan Keluarga serta Sistem Peradilan Anak berinteraksi dalam Kerangka Hukum dan Kebijakan yang sama. Layanan-layanan dalam Sistem Kesejahteraan Sosial bagi anak dan Keluarga harus mampu mencegah terjadinya anak yang berhadapan dengan hukum serta mampu memberikan layanan rehabilitasi dan reintegrasi bagi anak-anak yang berhadapan dengan hukum. Sebaiknya, Sistem Peradilan memberikan kepastian menyangkut keputusan formal yang harus diambil demi kepentingan terbaik anak, diantaranya adopsi anak, hak untuk warisan. Sedangkan, Sistem Perubahan Perilaku penting untuk memastikan penyedia layanan mengikuti etika baik yang ditetapkan sesuai profesi maupun dalam stándar dan mekanisme layanan. Sistem Data dan Informasi mempunyai peran penting untuk melihat kesenjangan baik dari efektivitas, akses dan qualitas layanan-layanan

(11)

193

• Intervensi primer ditujukan kepada seluruh masyarakat, misalnya Pendidikan dan peningkatan kapasitas orangtua, Promosi identitias legal dan pencatatan kelahiran, Peningkatan gizi, Kelompok bermain, Telepon bantuan, dll.

• Intervensi sekunder ditujukan kepada anak dan keluarga yang rentan atau beresiko, seperti pendidikan pengasuhan (parenting education), layanan konseling, kunjungan keluarga (home visit), tempat pengasuhan anak sementara, memberikan dukungan finansial, mediasi keluarga dalam penanganan konflik, asesmen resiko dan kebutuhan anak, asesmen psikososial anak dan keluarga, bantuan perlindungan sosial, pencatatan kelahiran dll.

• Intervensi tersier ditujukan kepada anak yang telah mengalami kekerasan, eksploitasi, perlakuan salah, dan penelantaran, misalnya layanan pengobatan, rehabilitasi psikososial, penempatan anak dalam pengasuhan di luar keluarganya ketika keluarga dinilai tak lagi aman bagi anak, manajemen kasus, bantuan perlindungan sosial, pencatatan kelahiran, reunifikasi keluarga, dll.

B. Komponen Sistem Kesejahteraan Sosial Anak dan Keluarga

Dalam implementasinya, Sistem Kesejahteraan Sosial anak dan keluarga dapat dilihat dari 3 (tiga) komponen dominan yang dijadikan tolok ukur terlaksananya sistem kesejahteraan sosial anak dan keluarga, yaitu:

Gambar 3. Komponen Sistem kesejahteraan Sosial Anak dan Keluarga

MANDAT (APA)

STAND AR (BAGAIMANA)

Yang ber tanggung jawab 7 kapasitas

(siapa)

NORMA

PROSES STRUKTUR

Suatu sistem yang berfungsi dengan baik hendaknya memiliki:

Norma: mendefinisikan tentang mandat terkait dengan kesos anak dan keluarga. Mandat ini memberikan arahan tentang layanan apa yang seharusnya tersedia pada sistem kesos anak dan keluarga sehingga anak terhindar dari penelanataran, tindak kekerasan dan eksploitasi, serta keterpisahan anak dari lingkungan keluarga. Layanan tersebut harus bersifat komprehensif mulai dari pencegahan, penanganan maupun antisipasi terhadap resiko yang dihadapi oleh anak dan keluarga.

(12)

Struktur: menjelaskan secara spesifik tentang siapa yang diberi mandat dan bertanggungjawab untuk melaksanakan sistem kesos anak dan keluarga.

Proses: menegaskan kepada semua pihak tentang tolak ukur dan standar bagaimana layanan diberikan untuk menjamin bahwa sistem kesos anak dan keluarga dapat dilaksanakan secara tepat.

Dalam memberikan pelayanan yang komprehensif, Sistem Kesejahteraan Sosial Anak dan Keluarga harus berinteraksi dengan layanan dasar lainnya, seperti: Pendidikan, Kesehatan dan Jaring Pengaman Sosial, dll.

Sistem Kesejahteraan Sosial bagi Anak dan Keluarga memiliki prinsip:

· Mempromosikan kesejahteraan sosial anak dan keluarga

· Mengutamakan pengasuhan berbasis keluarga. Apabila ada situasi yang mengancam anak di lingkungan keluarganya maka kepentingan terbaik bagi anak harus diutamakan

· Memahami dan menganalisa kondisi sosial keluarga yang mengakibatkan anak beresiko dan mengalami kekerasan, eksploitasi, perlakuan salah dan penelantaran.

(13)

195

BAB III

MENILAI KESENJANGAN KOMPONEN DAN INTERVENSI UNTUK PENGUATAN SISTEM KESEJAHTERAAN SOSIAL ANAK DAN KELUARGA

A. Kesenjangan komponen sistem kesejahteraan sosial anak dan keluarga

Guna melihat sejauhmana sistem kesejahteraan sosial anak dan keluarga dapat berfungsi dalam memberikan layanan yang komprehensif, diperlukan suatu proses penilaian.

Penilaian dilakukan apakah sistem tersebut terlaksana atau tidak, atau tidak sesuai dengan mandat yang ada, bagaimana kapasitas dari penyedia layanan serta standar yang digunakan dalam penyelenggaraan layanan tersebut. Berikut beberapa pertanyaan mendasar untuk menilai terjadinya kesenjangan sistem kesejahteraan sosial anak dan keluarga:

Norma

• Apakah mandat dalam menjalankan Sistem Kesejahteraan Sosial Anak dan Keluarga sudah memadai?

• Apakah mandat tersebut sudah mencakup layanan yang komprehensif mulai dari pencegahan dan penganan anak yang berisiko dan atau anak yang menjadi korban?

• Apakah mandat tersebut sudah mengatur dengan jelas hubungan antara Sistem Kesejahteraan Sosial Anak dan Keluarga dengan Sistem Peradilan dan elemen sistem Perlindungan Anak lainnya?

• Apakah peran lembaga non-pemerintah dan masyarakat sudah diatur dalam perundang-undangan?

Struktur

• Apakah ada institusi/ lembaga di tingkat nasional dan daerah yang dimandatkan untuk bertanggung jawab atas pelayanan kesejahteraan sosial?

• Bagaimana kapasitas SDM, anggaran program serta sarana dari institusi ini dalam memberikan pelayanan tersebut? Apakah sumber daya manusia, anggaran, dan sarana dari lembaga/ institusi tersebut dimanfaatkan secara efisien dan efektif?

• Apakah intervensi primer, sekunder, dan tersier cukup memadai, efektif dan efisien?

• Apakah pelayanan kesejahteraan osial selama keadaan darurat memadai, efektif dan efisien?

(14)

Proses

• Adakah standard pedoman (misal dari Dinsos) dalam memberikan layanan:

 Kriteria penerima layanan

 Mekanisme untuk meng-identifikasi anak dan keluarga yang rentan – berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan? Adakah mekasnisme penjangkauan?

 Mekanisme Rujukan

 Mekanisme Manajemen kasus (antar institusi), mengatur siapa bertugas sebagai manajer kasus?

 Monitoring dilakukan terhadap layanan terutama yang berbasis instuitusi?

Kesenjangan dalam pelaksanaannya?

• Apakah ada koordinasi yg memadai untuk Sistem Kesejahteraan Sosial Anak &

Keluarga dengan Sistem Peradilan?

Harus diperhatikan bahwa peranan lembaga swadaya masyarakat dan organisasi masyarakat termasuk keagamaan sangat penting dalam memberikan layanan perlindungn anak. Namun perlu diingat bahwa Negara/Pemerintah tetap mempunyai tanggungjawab utuma dalam pemenuhan hak-hak anak termasuk Perlindungan anak dan untuk itu akuntabilitas dalam pelaksanaan perlindungan anak tetap berada pada Negara/

Pemerintah melalui penerapan standar serta melakukan pengawasannya.

Riset dan analisis penting untuk melihat kesenjangan dalam sistem kesejahteraan sosial anak dan keluarga serta untuk menentukan target sasaran yang tepat.

Mengacu pada kasus-kasus sebelumnya, silahkan gunakan LK 4.1. dalam diskusi kelompok untuk menilai kesenjangan dan identifikasi rekomendasi untuk mengatasi kesenjangan.

LK 4.1 Identifikasi Kesenjangan Sistem Kesejahteran Sosial Anak dan Keluarga berdasarkan Komponen Sistem Perlindungan Anak:

NORMA STRUKTUR PROSES

Kesenjangan Rekomendasi Kesenjangan Rekomendasi Kesenjangan Rekomendasi

Penilaian juga perlu dilakukan untuk melihat fokus pada layanan-layanan yang tersedia baik yang dilakukan pemerintah maupun dari masyarakat, gunakan LK 4.2.

(15)

197

LK 4.2 Identifikasi tingkatan intervensi yang tersedia di masyarakat, kesenjangan dan rekomendasi untuk mengatasi kesejangan tersebut

Primer Sekunder Tersier

Layanan Kesenjangan Rekomendasi Layanan Kesenjangan Rekomendasi Layanan Kesenjangan Rekomendasi

(16)
(17)

199

BAB IV

LAYANAN UNTUK MEMPERKUAT PENGASUHAN ANAK

Setiap anak dalam proses tumbuh-kembang membutuhkan pengasuhan yang memadai dari keluarganya atau dari lingkungan dimana ia berada. Pengasuhan anak adalah memehuni kebutuhan fisik, emotional, sosial dan psikis agar anak bisa tumbuh dan berkembang secara optimal. Hal tersebut harus diberikan oleh orangtua, keluarga atau pengasuh primer lainnya.

Hal ini berarti memberikan perawatan dan pengawasan pada anak agar bisa tumbuh dan kembang secara optimal. Untuk itu diperlukan keluarga yang mampu melaksanakan tanggung jawab untuk mengasuh, membesarkan, membimbing dan melindungi anak.

Konvensi Hak Anak menegaskan pentingnya peranan keluarga dalam upaya pemenuhan hak anak. Dalam situasi dan kondisi dimana anak tidak dimungkinkan diasuh oleh keluarga intinya, Konvensi Hak Anak menegaskan pentingnya pengasuhan pengganti yang berbasis keluarga. Pengasuhan oleh keluarga atau keluarga pengganti penting agar anak mendapatkan keamanan dan kenyamanan secara emosional dan psikososial yang diperlukan untuk membentuk kepribadian serta kelekatan (attachment) dan ketahanan (resilience) bagi anak.

Kelekatan merupakan hubungan psikologis yang terus-menerus antar orang. Pada awal kehidupan, kelekatan sangat penting untuk bertahan hidup – tujuannya adalah untuk mendekatkan pengasuh, terutama jika anak rentan terhadap resiko. Kelekatan akan berhasil dengan pengasuh yang berkualitas:

• Mudah dijangkau – pengasuh selalu ada, baik secara fisik maupun emosional

• Cepat tanggap – pengasuh memenuhi kebutuhan anak dengan sensitif, akurat, dan langsung Di pihak lain, Ketahanan adalah kemampuan untuk bangkit kembali dalam keadaan tertentu.

Penting untuk dipahami bahwa resiliensi tidak konstan – dapat berubah seiring waktu dan menyesuaikan dengan keadaan. Tidak ada satu ‘hal’ yang bisa membuat ketahanan anak berkurang atau bertambah – ini adalah kombinasi dari berbagai faktor dan cara faktor-faktor tersebut berinteraksi Resiliensi bersifat personal dan unik untuk setiap anak.

Rangkaian pengasuhan (continuum of care) terutama harus di lakukan oleh keluarga dan jika keluarga tidak mampu melaksanakan tanggung jawabnya dalam mengasuh dan melindungi anak maka Negara berkewajiban untuk memperkuat kemampuan keluarga-keluarga tersebut melalui intervensi-intervensi yang bersifat memberdayakan keluarga. Jika anak tidak dimungkinkan untuk tinggal dalam keluarganya karena kekerasan, eksploitasi, perlakuan salah dan penelantaran yang mengancam keselamatan anak maka Negara berkewajiban untuk melakukan langkah-langkah penyelamatan melalui pengasuhan alternatif.

Jika berdasarkan hasil asesmen oleh instansi Sosial/Pekerja Sosial ditemukan bahwa pengasuhan di dalam keluarga tidak dimungkinkan atau tidak sesuai dengan kepentingan terbaik anak, maka pengasuhan anak dilakukan berbasis keluarga pengganti melalui orang tua asuh (fostering), perwalian, dan pengangkatan anak. Selanjutnya, jika pengasuhan

(18)

alternatif berbasis keluarga tidak dimungkinkan, maka pengasuhan anak dapat dilakukan melalui LKSA sebagai alternatif terakhir.

Perlu diingat bahwa semakin tinggi resiko yang dialami anak dalam pengasuhan keluarga maka intervensi yang dibutuhkan semakin membutuhkan pendekatan khusus dan individual. Pelayanan ini harus diberikan oleh petugas yang memiliki mandat khusus seperti Pekerja Sosial, atau Profesi lain. Negara berkewajiban melakukan langkah-langkah yang diperlukan untuk memperkuat kemampuan keluarga-keluarga yang membutuhkan agar dapat melaksanakan tanggung jawabnya melalui intervensi-intervensi yang bersifat memberdayakan keluarga tersebut.

Faktor risiko

Menurut Munr0 (2002), faktor risiko merupakan hal yang lebih sering ada dalam keluarga yang melakukan perlakuan salah dibanding pada populasi pada umumnya yang mencetuskan perilaku orang tua yang menelantarkan dan atau abusif.

Berikut contoh-contoh faktor risiko:

i) Faktor risiko individual atau psikologis

Fastor Anak Faktor Orangtua/Pengasuh

· Usia: karena balita

· Viktimisasi sebelumnya

· Perkembangan terlambat

· Ketidakmampuan belajar

· Penyakit kronis

· Perangai temperamental/ impulsif

· Masalah perilaku

· Ketidakmampuan atau penyakit fisik

· Menyakiti diri

· Pemakaian napza

· Kegiatan seksual tidak tepat usia

· Ketrampilan pengasuhan (Parenting) yang buruk

· Penyalahgunaan napza

· Harga diri yang rendah

· Pengendalian diri rendah

· Ketrampilan memecahkan masalah dan menyelesaikan konflik yang rendah

· Pemakaian alkohol

· Catatan kekerasan atau perlakuan salah sebelumnya

· Penyakit kejiwaan

· Usia atau ketidak-matangan (di bawah usia 21 tahun)

ii) Faktor risiko interaksional atau keluarga

· Masalah keluarga

· Masalah hubungan rumah tangga

· Anak yang tidak dikehendaki

· Sejarah kekerasan keluarga

· Pelekatan yang buruk atau rapuh

· Perilaku anak yang sulit

· Interaksi yang buruk antara anak dan pengasuhnya

· Kekerasan dalam rumah tangga

· Keluarga dengan asal usul kekerasan

(19)

201

iii) Faktor sosial dan strukural

· Kemiskinan

· lingkungan atau masyarakat yang berkekurangan

· Resesi ekonomi

· Pengangguran

· Instabilitas perumahan

· Jam kerja yang panjang

· Isolasi sosial

· Stres

· Norma sosial dan nilai-nilai yang menenggang kekerasan

· Kurangnya sumber daya dan dukungan bagi keluarga

· Kekerasan media

· Diskriminasi dan ketimpangan (jender, seksualitas, usia, status perkawinan, ras, kecacatan)

· Tingkat pendidikan yang rendah

· Kekerasan masyarakat / lingkungan

Pemicu stress dan Risiko

Faktor risiko sosial / struktural mengindikasikan bahwa situasi dan keadaan stres yang menumpuk dapat mempertinggi risiko kekerasan dan penelantaran .

Daya tahan (resiliensi)

merujuk pada “fenomena mengatasi stres atau keadaan yang menekan (adversitas) (Rutter 1999, p. 119). Daya tahan adalah kemampuan / kapasitas individu mengatasi stres dengan baik—lepas dari keadaan yang sulit, traumatis atau tidak menyenangkan yang dihadapinya.

Fokus pada daya tahan (resiliensi) mendorong praktisi untuk mengambil manfaat dan memperkuat sifat dan ketrampilan khusus pada seorang individu dan memfasilitasi peluang yang positif dan membuka peningkatan diri.

Daya tahan dan faktor protektif

Individu Keluarga Masyarakat/Komunitas

□ Kecerdasan di atas rata-rata

□ Usia anak –lebih dari lima tahun

□ Kesehatan yang baik

□ Disposisi dan temperamen yang positif

□ Ketrampilan sosial yang baik

□ Hubungan sebaya dan persahabatan yang positif

□ Hubungan yang positif dan hangat dengan pihak lain

□ Hubungan dan lingkungan keluarga yang positif dan hangat

□ Pelekatan yang aman

□ Hubungan orang tua yang stabil dan positif

□ Pemodelan perilaku pro masyarakat dan secara sosial kompeten

□ Struktur, kebiasaan dan batas- batas yang jelas dalam rumah tangga

□ Dukungan sosial dan masyarakat

□ Perumahan dan pendapatan yang memadai

□ Akses ke layanan

□ Lingkungan yang aman

(20)

Dukungan keluarga

Dukungan keluarga bertujuan meningkatkan fungsi keluarga untuk menjamin keamanan pengasuhan anak.

Landasan teori dukungan keluarga didasarkan pada:

• Pemahaman penyebab sosial perlakuan salah terhadap anak dan tekanan keluarga

• Pengetahuan mengenai perkembangan anak, trauma, ketahanan dan pelekatan;

• Gagasan tentang partisipasi, determinasi diri, dan kemandirian

• Teori sistem atau pendekatan ‘ ekologis’ terhadap bekerja dengan keluarga

Layanan yang diberikan dalam dukungan keluarga intensif mencakup:

• Penilaian dan perencanaan kasus

• Pendidikan orang tua dan pengembangan ketrampilan

• Konseling individual dan keluarga

• Manajemen kemarahan

• Pengasuhan darurat dan pengasuhan antara

• Dukungan praktis dan finansial

• Mediasi

• Layanan rujukan dan “mencarikan keluarga yang cocok (brokerage), dan

• Pelatihan dalam pemecahan masalah

Lima elemen dukungan keluarga yang efektif

1. Pendekatan manajemen kasus terhadap layanan bersifat purposif, terencana dan sesuai kebutuhan

2. Berbasis hubungan

3. Bentuk bantuan yang tangible (benda) dan non-tangible (tan-benda) 4. Dosis dan jangka waktu yang memadai

5. Keterlibatan dan partisipasi

(21)

203

A. Identifikasi layanan Pengasuhan yang tersedia dan kesenjangan

Berdasarkan kasus sebelumnya, peserta diminta untuk mengidentifikasi program – program pengasuhan anak yang tersedia baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat. Gunakan LK 4.3 tentang Identifikasi layanan pengasuhan anak yang tersedia di masyarakat serta kesenjangan.

LK 4.3 Identifikasi kegiatan dan kesenjangan untuk pengasuhan anak yang tersedia PEMBERI LAYANAN

(Pemerintah/masyarakat) LAYANAN KESENJANGAN*

Contoh: Kemensos Taman Anak Sejahtera Akses terbatas

Catatan: *Kesenjangan berkaitan dengan dampak negatif yang ditimbulkan pada tumbuh kembang & Perlindungan anak

(22)
(23)

205

BAB 5

KEGIATAN TINDAK LANJUT PENGUATAN SISTEM KESEJAHTERAAN SOSIAL ANAK

DAN KELUARGA

A. Rencana kegiatan tindak lanjut

Setelah mempelajari materi Sistem Kesejahteraan Sosial Anak dan Keluarga, peserta diharapkan menyusun rencana tindak lanjut kegiatan yang bisa dilakukan dengan memperhatikan kemampuan sumber daya yang ada, baik sumber daya manusia maupun pendanaan. Untuk menentukan kegiatan prioritas dapat mengacu pada hasil diskusi tahap 1 sampai dengan 3.

Gunakan LK 4.4 Rencana kegiatan tindak lanjut seperti dibawah ini:

NO. KEGIATAN OUTPUT

SUMBERDAYA YANG

DIBUTUHKAN WAKTU PENANGGUNG JAWAB

APA SUMBER

1.

2.

3.

4.

5.

B. Bentuk-bentuk Rencana Aksi

Dibawah ini merupakan contoh-contoh kegiatan untuk memperkuat Sistem Kesejahteraan Sosial Anak dan Keluarga, kegiatan berdasarkan tingkatan intervensi serta pengasuhan anak:

A. Komponen sistem

Norma — Penyusunan peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang mendefinisian kembali mandat dan struktur lembaga penyedia layanan

— Penyusunan kebijakan pengembangan/penguatan Program Perlindungan Anak Integratif (PPAI)

— Advokasi peng-integrasian PPAI ke dalam program penanggulangan kemiskinan

— Pengembangan kebijakan penerapan standard pengasuhan anak di lembaga/

panti

— Dll.

(24)

Struktur — Pembentukan dan pengembangan kapasitas institusi sosial di semua tingkatan (meliputi: kapasitas, sarana, anggaran dan sumber daya manusia);

— Penilaian kebutuhan, analisis kebutuhan biaya untuk pemberian layanan;

— Pengembangan kurikulum spesialisasi pekerja sosial

— Pelatihan dan bimbingan teknis bagi pekerja sosial atau tenaga sosial lainnya tentang perlindungan anak dan penguatan pengasuhan berbasis keluarga;

mendukung adanya staf dengan spesialisasi, (meningkatkan kualitas pelayanan dan kapasitas)

— Dll.

Proses — Pengembangan standard intervensi di tingkat primer, sekunder dan tersier

— Pengembangan mekanisme dan prosedur koordinasi antara layanan sosial dan layanan dasar

— Pengembangan mekanisme pelayanan sosial dalam keadaan darurat

— Pengembangan pedoman manajemen kasus kekerasan, perlakuan salah, ekploitasi dan penelantaran

— Pengembangan model layanan Program Perlindungan Anak integratif dengan jaring pengaman sosial yang memperkuat pengasuhan berbasis keluarga

— Pengembangan data dan informasi anak dan keluarga rentan termasuk melakukan revieu status dan kondisi anak dalam panti asuhan

— Dll.

B. Tingkat Intervensi Intervensi

Primer:

• Pendidikan masyarakat/peningkatan pemanahaman masyarakat

• Pendidikan dan peningkatan kapasitas orangtua

• Promosi identitias legal dan pencatatan kelahiran

• Peningkatan gizi

• Kelompok bermain

• Kelompok dukungan bagi keluarga baru

• Telepon bantuan (Helpline)

• Dll.

Intervensi Sekunder:

• Mediasi keluarga – penanganan konflik

• Dukungan praktis dan pengembangan ketrampilan manajemen rumah tangga

• Konseling keluarga

• Asesmen resiko dan kebutuhan anak

• Asesmen psikososial yang komprehensif (anak dan keluarga)

• Manajemen kasus bagi anak & keluarga berisiko

• Dukungan Perlindungan Sosial

• Dll.

Intervensi Tersier:

• manajemen kasus untuk kekerasan, perlakuan salah dan penelantaran anak termasuk penjangkuan

• informasi dan rujukan (kesehatan, pendidikan, kecacatan, hukum, dan layanan spesialis lainnya)

• pengembangan pengasuhan pengganti atau perawatanan darurat (termasuk perawatan sementara dan perawatan jangka panjang)

(25)

207

C. Bentuk-bentuk Rencana Aksi Penguatan Pengasuhan Anak Tingkat

Keluarga

· Penguatan kemampuan pengasuhan anak (parenting)

· Penyadaran pentingnya hak-hak anak terutama Perlindungan anak

· Integrase penguatan keluarga dalam program Perlindungan sosial, misalnya Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2k2) bagi penerima PKH; Temu Penguatan Anak dan Keluarga (TEPAK) untuk PKSA

· dll Tingkat

Masyarakat

· Penyadaran pentingnya hak-hak anak terutama Perlindungan anak

· Revitalisasi praktek-praktek budaya yang melindungi anak

· Penyediaan layanan penitipan anak sementara yang aman

· dll Tingkat

Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak

· Pengembangan kebijakan Penerapan Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor : 30/huk/2011 tentang Standar Nasional Pengasuhan Anak untuk Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak

· Sosialisasi Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor : 30/

huk/2011 tentang Standar Nasional Pengasuhan Anak untuk Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak

· Supervise dan monitoring LKSA

· dll

(26)
(27)

209

RANGKUMAN

a) Pengertian umum:

— Kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga Negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya (menurut Undang-undang 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial)

— Sistem Kesejahteraan Anak dan Keluarga, merupakan bagian dari sistem Kesejahteraan Sosial secara luas.

— Kesejahteraan Sosial bagi Anak dan Keluarga yang menekankan pada pencegahan resiko dan penanganan kekerasan, eksploitasi, perlakuan salah dan penelantaran terhadap anak.

b) Sistem Kesejahteraan Sosial bagi anak dan keluarga mempunyai tiga komponen yaitu:

1. NORMA merupakan kebijakan dan peraturan yang menggarisbawahi layanan yang harus dilakukan oleh penyedia layanan yang dimandatkan;

2. STRUKTUR merupakan lembaga yang di mandatkan untuk melakukan layanan-layanan yang komprehensif, termasuk kapasitas penyedia layanan dan fasilitas pendukung;

3. PROSES merupakan standard and mekanisme dalam melaksanakan layanan yang komprehensif.

c) Sistem kesejahteraan sosial bagi anak dan keluarga memiliki karakteristik yang komprehensif, pro-aktif dan responsif yang tercermin dalam ketersediaan dan aksesibilitas rangkaian layanan – yaitu:

· Mempromosikan Kesejahteraan anak dan keluarga

· Mengutamakan kepentingan terbaik bagi anak, kendatipun demikian: situasi anak dalam hubungannya dengan keluarga dan masyarakat harus juga menjadi pertimbangan

· Memahami dan menganalisa kondisi sosial di balik masalah keluarga, kekerasan, eksploitasi, perlakuan salah, dan penelantaran.

· Memberikan tindakan yang konsisten dan pasti dalam merespons perlakuan salah, penelantaran dan eksploitasi

d) Dalam memberikan pelayanan yang komprehensif tersebut di atas, Sistem Kesejahteraan sosial bagi anak dan keluarga harus berinteraksi dengan pelayanan lain, seperti:

Pendidikan, Kesehatan dan Jaring Pengaman Sosial.

e) Dalam kesatuan Sistem Perlindungan Anak, terdapat saling keterkaitan antara Sistem Kesejahteraan Sosial bagi Anak dan Keluarga dan Sistem Peradilan Anak serta sistem Kerangka Hukum dan Kebijakan.

Layanan-layanan dalam Sistem Kesejahteraan Sosial bagi anak dan Keluarga harus mampu mencegah terjadinya anak yang berhadapan dengan hukum maupun pada layanan rehabilitasi dan reintegrasi bagi anak-anak yang berhadapan dengan hukum.

Sejalan dengan itu maka Sistem Peradilan harus memberikan kepastian menyangkut

(28)

keputusan formal yang harus diambil demi kepentingan terbaik anak, diantaranya adopsi anak, hak untuk warisan.

Sedangkan, Sistem Perubahan Perilaku harus memastikan penyedia layanan mengikuti etika baik yang ditetapkan sesuai profesi maupun dalam stándar dan mekanisme layanan.

Sistem Data dan Informasi mempunyai peran penting untuk melihat kesenjangan baik dari efektivitas, akses dan kualitas layanan-layanan

Sistem Kesejahteraan Sosial bagi Anak dan Keluarga. Hal tersebut penting sebagai acuan baik dalam penyusunan kebijakan, intervensi program-program dan menentukan sasaran.

f) Pengasuhan anak merupakan satu kontinum dari pengasuhan keluarga sampai dengan pengasuhan yang dilakukan oleh pihak lain di luar keluarga atau disebut dengan pengasuhan alternatif.

g) Keluarga bertanggungjawab untuk mengasuh, membesarkan, membimbing dan melindungi anak. Setiap anak berhak untuk mengetahui dan diasuh oleh orang tuanya sendiri, kecuali jika ada alasan dan/atau aturan hukum yang sah menunjukkan bahwa pemisahan itu adalah demi kepentingan terbaik bagi anak dan merupakan pilihan terakhir.

h) Prinsip utama pengasuhan adalah anak berada dalam lingkungan keluarga. Oleh karena itu, prioritas layanan adalah untuk memperkuat peran keluarga dalam mengasuh dan melindungi anak.

i) Jika berdasarkan hasil asesmen oleh instansi Sosial/Pekerja Sosial ditemukan bahwa pengasuhan di dalam keluarga tidak dimungkinkan atau tidak sesuai dengan kepentingan terbaik anak, maka pengasuhan anak dilakukan berbasis keluarga pengganti melalui orang tua asuh (fostering), perwalian, dan pengangkatan anak. Selanjutnya, jika pengasuhan alternatif berbasis keluarga tidak dimungkinkan, maka pengasuhan anak dapat dilakukan melalui LKSA sebagai alternatif terakhir.

j) Perlu diingat bahwa semakin tinggi resiko yang dialami anak dalam pengasuhan keluarga maka intervensi yang dibutuhkan semakin membutuhkan pendekatan khusus dan individual. Pelayanan ini harus diberikan oleh petugas yang memiliki mandat khusus seperti Pekerja Sosial, atau Profesi lain.

k) Negara berkewajiban melakukan langkah-langkah yang diperlukan untuk memperkuat kemampuan keluarga-keluarga yang membutuhkan agar dapat melaksanakan tanggung jawabnya melalui intervensi-intervensi yang bersifat memberdayakan keluarga tersebut.

(29)

211

LEMBAR KERJA

Berikut adalah berbagai Lembar Kerja terkait Modul 4:

LK 4.1 Identifikasi Kesenjangan Sistem Kesejahteran Sosial Anak dan Keluarga berdasarkan Komponen Sistem Perlindungan Anak:

NORMA STRUKTUR PROSES

Kesenjangan Rekomendasi Kesenjangan Rekomendasi Kesenjangan Rekomendasi

Penilaian juga perlu dilakukan untuk melihat fokus pada layanan-layanan yang tersedia baik yang dilakukan pemerintah maupun dari masyarakat, gunakan LK 4.2.

LK 4.2 Identifikasi tingkatan intervensi yang tersedia di masyarakat, kesenjangan dan rekomendasi untuk mengatasi kesejangan tersebut

Primer Sekunder Tersier

Layanan Kesenjangan Rekomendasi Layanan Kesenjangan Rekomendasi Layanan Kesenjangan Rekomendasi

LK 4.3 Identifikasi kegiatan dan kesenjangan untuk pengasuhan anak yang tersedia PEMBERI LAYANAN

(Pemerintah/masyarakat) LAYANAN KESENJANGAN*

Contoh: Kemensos Taman Anak Sejahtera Akses terbatas

Catatan: *Kesenjangan berkaitan dengan dampak negatif yang ditimbulkan pada tumbuh kembang & Perlindungan anak.

(30)

LK 4.4 Rencana kegiatan tindak lanjut KEGIATANOUTPUTSUMBERDAYA YANG DIBUTUHKAN WAKTUPENANGGUNG JAWAB APA SUMBER Acuan Analisis LK 4.1 KOMPONEN SISTEM KESEJAHTERAAN SOSIAL ANAK DAN KELUARGA STRUKTURPROSES · Identifikasi Institusi/ lembaga di tingkat daerah yang bertanggung jawab atas pelayanan kesos bagi anak dan keluarga. Institusi apa yang (seharusnya) dimandatkan untuk melakukan standardisasi dan akreditasi layanan? · identifikasi lembaga yang memberi layanan kesos bagi anak dan keluarga : layanan primer, layanan sekunder, dan layanan tersier . Bagaimana kapasitas lembaga tersebut : cakupan, jenis layanan, jumlah tenaga profesional, sumber pendanaan, jaringan kerjasama dll.

Adakah standard pedoman (misal dari Dinsos) dalam memberikan layanan: kriteria penerima layanan Mekanisme untuk meng-identifikasi anak dan keluarga yang rentan – berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan? Adakah mekasnisme penjangkauan

(31)

213

· Apakah mandat sudah memadai? · Apakah mencakup pelayanan pencegahan dan penanggulangan bagi anak yang berisiko dan anak yang menjadi korban? · Apakah peran lembaga non pemerintah dan masyarakat sudah diatur dalam kebijakan? Apakah standardisasi dan pemantauan layanan sudah diatur?

· Bagaimana kapasitas SDM (peksos/tenaga sosial) dari institusi ini dalam memberikan pelayanan tersebut? - Program peningkatan kapasitas? - Supervisi? - Cakupan (peksos/Tenaga Sosial) (Catatan : untuk Kapasitas ada pemisahan analisa antara yang di rekruit oleh pusat/prov/ kab/kota) · Dari alokasi anggaran yang ada – bagaimana anggaran untuk pelayanan untuk kesos anak dan keluarga? % alokasi dari anggaran keseluruhan? Tantangan dalam penganggaran? · Apakah sarana dari lembaga/ institusi tersebut dimanfaatkan secara efisien dan efektif? · Identifikasi semua intervensi (tindakan) primer, sekunder, dan tersier? Bagaimana pelaksanaan intervensi tsb (efisien? Memadai?) · Adakah kesinambungan layanan di masyarakat? Adakah keterkaitan antar layanan masyarakat ? Bagaimana hubungan sistem kesos dengan sektor pendidikan dan sektor kesehatan serta layanan dasar lainnya? · Apakah layanan sosial saat keadaan darurat cukup memadai ? Apa saja kesenjangan dalam layanan tersebut?

Mekanisme Rujukan Mekanisme Manajemen kasus (antar institusi), bertugas sebagai manajer kasus? Monitoring dilakukan terhadap layanan terutama yang berbasis instuitusi? Kesenjangan dalam pelaksanaannya? bagaimana pelaksanaan pedoman tersebut ? (Catatan: disarankan membuat ilustrasi bagaimana sesorang pekerja sosial melakukan tugas – proses kerja) Bagaimana bentuk koordinasi antara sistem peradilan dan sistem kesos bagi anak dan keluarga? Dimanakah kesenjangannya?

(32)
(33)

215

BAHAN BACAAN

Bryson, Jhon M. 1995. Strategic Planing for Public & Nonprofit Organization: A Guide To Strengthening & Suistaining Organizational Achievement (Rev.ed). San Fransisco, CA:

Jossey Bass Publishers.

Kementerian Sosial Republik Indonesia dan UNICEF (2011). Pedoman Pelatihan Untuk Pekerja Kesejahteraan Anak.

Kementerian Sosial, Griffith University dan UNICEF (2014). Desain Uji-coba Model Program Perlindungan Anak Integratif (PPAI).

Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor: 30/Huk/2011 tentang Standar Nasional Pengasuhan Anak untuk Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak .

Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak.

Undang-undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial.

Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014tentang Perubahan Undang-undang 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

UNCEF EAPRO (2009).Toolkit on Developing a Systems Apporach to Child Welfare. http://www.

unicef.org/eapro/Protection_Toolkit_all_Parts.pdf

UNCEF EAPRO (2014). National Child Protetcion Systems in the East Asia and Pacific Region.

http://www.unicef.org/eapro/Child_Protection_Systems_Mapping.pdf

(34)

RANCANG BANGUN MATA DIKLAT (RBPMD) DIKLAT SISTEM PERLINDUNGAN ANAK : Diklat Sistem Perlindungan Anak : Sistem Kesejahteraan Sosial Anak dan Keluarga : 6 JP : Mata Diklat ini membahas Sistem kesejahteraan sosial anak dan keluarga; Kesenjangan komponen untuk penguatan sistem kesejahteraan sosial anak dan keluarga; dan Layanan untuk memperkuat pengasuhan anak : Dasar : Peserta mampu menjelaskan sistem kesejahteraan sosial anak dan keluarga eberhasilan: Setelah mengalami proses pembelajaran, peserta Diklat diharapkan dapat: n sistem kesejahteraan sosial anak dan keluarga esenjangan komponen dan menentukan intervensi sistem kesejahteraan sosial anak dan keluarga fikasi dan menilai ketersediaan layanan untuk memperkuat pengasuhan anak. encana kegiatan tindak lanjut penguatan sistem kesejahteraan sosial bagi anak dan keluarga termasuk pengasuhan anak. Materi PokokSub Materi PokokMetodeAlat Bantu/Media Estimasi W

aktu

Sistem kesejahteraan sosial anak dan keluar

ga

1.1 Konsep kesejahteraan sosial anak dan keluarga 1.2 Komponen Sistem Kesejahteraan Sosial bagi anak dan k

eluarga

Penjelasan Sesi · Presentasi dan Tanya jawab

Bahan Presentasi (Slide Modul 2). LCD projector, Laptop, white board, sound system,

30’

Kesenjangan komponen untuk penguatan sistem kesejahteraan sosial anak dan keluar

ga

2.3 K

esenjangan komponen sistem k

esejahteraan sosial bagi anak dan keluarga 2.4

Identifikasi tingkatan la

yanan Kesejanteraan Sosial Anak dan Keluarga

Diskusi Kelompok tahap I Studi kasus Pleno hasil Diskusi kelompok tahapII Pleno

Lembar Kerja Modul 4.1 Lembar Kerja Modul 4.2 LCD projector, Laptop, Kertas flipchart, white board, sound system,spidol, kertas metaplan (MP), selotip.

35’ 15’ 35’ 15’

(35)

217

3.

Menjelaskan pengasuhan anak

Pengasuhan Anak 3.5 Pentingnya pengasuhan anak yang tepat 3.6 Menilai ketersediaan layanan untuk memperkuat pengasuhan anak

· Paparan dan Tanya Jawab · Diskusi Kelompok III · Studi kasus · Pleno hasil Diskusi kelompok III

· LCD projector, Laptop, Kertas flipchart, white board, sound system,spidol, kertas metaplan (MP), selotip. · Lembar Kerja Modul 4.3

40’ 30’ 15’ 4.

Menyusun rencana k

egiatan

tindak lanjut penguatan sistem kesejahteraan sosial anak dan keluar

ga termasuk pengasuhan anak

Rencana kegiatan

tindak lanjut penguatan sistem kesejahteraan sosial anak dan keluar

ga termasuk pengasuhan anak

4.7 Identifikasi rencana tindak

lanjut untuk memperkuat Sistem K

esejahteraan Sosial Anak dan Keluarga

· Diskusi Kelompok IV · Pleno hasil Diskusi kelompok IV

· Lembar Kerja Modul 4.4 · LCD projector, Laptop, Kertas flipchart, white board, sound system,spidol, kertas metaplan (MP), selotip.

30’ 5.

Melakukan refleksi dengan menjelaskan rangkuman sesi

Rangkuman· Presentasi· LCD15 menit

(36)

Modul 4.

Sistem Kesejahteraan Anak dan Keluarga

©UNICEF Indonesia

1

© KPP&PA

Module 2

Tujuan

P d khi i t dih k

Pada akhir sesi, peserta diharapkan :

1. Memahami komponen dan karakteristik Sistem kesejahteraan Sosial bagi anak dan keluarga;

2. Menilai kesenjangan dan menentukan intervensi

i it d l i t k j ht i l b i

prioritas dalam sistem kesejahteraan sosial bagi anak dan keluarga;

3. Memahami pentingnya pengasuhan anak yang tepat untuk tumbuh kembang dan Perlindungan anak

anak.

4. Mengidentifikasi dan menilai ketersediaan layanan untuk memperkuat pengasuhan anak berbasis keluarga untuk mencegah dan merespon

(37)

219 Sistem Hukum dan Kebijakan

Sistem kesejateraan

Sosial bagi anak dan Sistem

keluarga Peradilan

Dukungan Parenting, pengasuhan anak, konseling dll.,pelayanan dasar lain, yaitu

Pengasuhan Anak, Pengadilan Anak, Perawatan, Adopsi, saksi anak dan korban

Perubahan Perilaku Sosial

Kesehatan dan Pendidikan anak

Sistem

Sistem Data Data dandan InformasiInformasi PerlindunganPerlindungan AnakAnak

Diadaptasi dari CP SBA Training yang dikembangkan oleh UNICEF EAPRO – Child Frontiers – The Children’s Legal CentreModule 2 3

Kesejahteraan sosial

…. secara umum berkaitan dengan kesejahteraan manusia: “masalah sosial dikelola, Kebutuhan manusia dipenuhi, kesempatan dimaksimalkan.”

Undang-undang Nomor 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial menyatakan bahwa Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga Negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri sehingga dapat mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.

Module 2 4

Gambar

Gambar 1. Sistem Kesejahteraan Sosial Anak dan Keluarga
Gambar 2. Tingkatan Intervensi Kesejahteraan Sosial Anak dan Keluarga
Gambar 3. Komponen Sistem kesejahteraan Sosial Anak dan Keluarga

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2014 tentang Kebijakan Sekolah Ramah

Sistem Hukum dan Kebijakan merupakan salah satu elemen dalam Sistem Perlindungan Anak yang memberi kerangka hukum untuk pelaksanaan perlindungan anak. Sistem ini membentuk,

Akibat Hukum dengan adanya Peraturan Bupati Tuban Nomor 64 Tahun 2015 Tentang Hasil Pengelolaan Tanah Bengkok bahwa Peraturan Bupati tersebut yang bertentangan dengan

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam 1 waktu siklus terdapat beberapa fase, yaitu bagian dari suatu siklus sinyal dengan lampu hijau yang dialokasikan pada

Dalam penelitian ini, fokus penelitian adalah pada dokumen berupa Putusan Pengadilan Negeri Jember No.. Sementara Undang-Undang dan Aturan Hukum yang digunakan untuk

1) Fungsi publik public uses. Area fungsi publik dibutuhkan untuk memberikan pelayanan bagi lingkungan kerja dan pemukiman didalam TOD dan kawasan

Aparat penegak hukum yang terlibat dalam penanganan ABH agar tidak hanya mengacu pada Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Sistem Peradilan Pidana Anak atau

Sistem Perlindungan Anak (SPA) yang telah disampaikan pada modul-modul sebelumnya, selanjutnya diharapkan untuk diterapkan dalam penyusunan dokumen perencanaan dan penganggaran.