HUBUNGAN ANTARA KENDALI EMOSI KETIKA MENARI DAN KOMPETENSI MENARI PADA SISWA-SISWI SENI TARI JAWA
DI SMK NEGERI 8 (SMKI) SURAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh: Elli Adar Setitriana
NIM: 019114046
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2007
Beri aku hikmat
Untuk mengembangkan ilmuku
Beri aku taat
Untuk menyelesaikan tugasku
Beri aku rasa
Untuk kesabaran menghadapinya
Beri aku raga
Untuk kesehatan dalam melaluinya
Beri aku pikir untuk menuangkan dalam kata
Beri aku mata
Untuk membuka hati dan jiwa....
akan kritik dan pendapat yang ada
Terimakasih Bapa ...
Engkau membuat segala sesuatu indah pada waktunya
Bahkan Engkau memberikan kekekalan dalam hati kami.
Tapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah
dari awal sampai akhir
(Pengkotbah 3:11)
Hingga kami merasakan sendiri
Engkau membuat segala sesuatu indah pada waktunya
Seperti tarian sukma dalam senandung alunan gerak raga
Terimakasih Bapa....
Hasil karya dalam skripsi ini saya persembahkan kepada
Keluargaku tercinta
Kekasihku tersayang
Almamaterku Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Pernyataan keaslian karya
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta,
Elli Adar Setitriana
ABSTRAK
Hubungan Antara Kendali Emosi Ketika Menari Dan Kompetensi Menari Pada Siswa-siswi Seni Tari Jawa di SMK N 8 Surakarta (SMKI)
Elli Adar Setitriana
Prodi Psikologi; Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta Penari adalah salah satu komponen pokok dalam penyajian seni tari, sehingga dalam prakteknya, terutama dalam seni tari Jawa, penari diharapkan dapat menampilkan kompetensi menari yang baik. Kompetensi menari yang baik akan didapat apabila seorang penari memiliki kendali emosi yang baik pula. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, apakah ada hubungan antara kendali emosi ketika menari dan kompetensi menari pada siswa-siswi seni tari Jawa di SMK N 8 Surakarta atau SMKI.
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas III SMK N 8 Surakarta atau SMKI, dan jumlah subjek penelitian seluruhnya adalah 51 siswa.
Alat ukur yang digunakan untuk mengungkap kendali emosi adalah skala kendali emosi, sedangkan kompetensi menari menggunakan data dokumentasi berupa daftar nilai praktek siswa ketika kelas II semester I dan II. Metode yang digunakan untuk menganalisis data yaitu korelasi Pearson Product Moment.
Berdasarkan pengolahan data penelitian, hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan antara kendali emosi ketika menari dan kompetensi menari pada siswa-siswi seni tari Jawa di SMK N 8 Surakarta dapat diterima. Koefisien korelasi (rxy) antara kendali emosi dan kompetensi menari adalah sebesar 0,494. Hal ini menunjukkan adanya hubungan positif dan signifikan antara kendali emosi ketika menari dan kompetensi menari tersebut.
Koefisien determinasi (r ) yang diperoleh adalah sebesar 0,244, menunjukkan bahwa kendali emosi ketika menari (variabel bebas) memberikan sumbangan efektif terhadap kompetensi menari (variabel tergantung) sebesar 24,4%.
2
ABSTRACT
Correlation between Emotional Control In Dancing And Competence of Javanese Dancing Art Students in SMK N 8 Surakarta (SMKI)
Elli Adar Setitriana
Departement of Psychology; Faculty of Psychology Sanata Dharma Universitiy, Yogyakarta
Dancers are one of the most important component in dancing art presentation. So, in practice, specially in Javanese dancing art, dancers are expected to perform a good dancing competence. Competence result will be found if dancers have a good emotional control too. This research is intended to analyze whether there’s positive and significant relationship between emotional controlIn Dancing and dancing competence of Javanese dancing art students in SMK N 8 Surakarta or SMKI.
The subject of this research is the students at third year of SMK N 8 Surakarta or SMKI, and total subject are 51 students.
Measuring instrument will be applied to express emotional control is scale consists, whereas, dancing competence score will be applied according to the data document in first and second semester at second year. The method which is used to analyze the data is pearson product moment correlation.
Based on the data processing research, found that there is a positive correlation between emotional control in dancing and dancing competence of Javanese dancing art students in SMK N 8 Surakarta or SMKI is accepted. Coefficient of correlation (rxy) between emotional control in dancing and dancing competence are 0,494. It means that between those variable had positive dan significant correlation.
Coefficient of determinant (r ) that is obtained by 0,244, indicating that emotional control in dancing (independent variable) giving effective contribution to dancing competence (dependent variable) equal to 24,4%.
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah Bapa atas segala limpahan berkat dan kasih karunia-Nya sehingga pada akhirnya penulisan skripsi ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Hal ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak yang terlibat. Semua bantuan yang telah diberikan sungguh sangat berarti bagi penulis. Kiranya hanya beribu kata terima kasih yang mampu penulis berikan dari lubuk hati yang terdalam kepada:
1. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma dan sekaligus selaku dosen penguji.
2. Ibu ML. Anantasari, S.Psi., M.Si., selaku dosen pembimbing yang dengan penuh kesabaran dan kasih sayang telah memberi pengarahan dan memberi dukungan kepada penulis. Terima kasih banyak ya Bu Ari...
3. Bapak Drs. H. Wahyudi, M.Si., selaku dosen penguji
4. Dosen Psikologi, Bapak dan Ibu dosen terima kasih atas ilmu yang diberikan dan bimbingan selama ini
5. Romo Gregorius, terimakasih ya Mo sudah mengajarkan meditasi dan sudah mengajak jalan-jalan dengan teman-teman untuk refresing
6. Ibu Ruli, selaku guru pembimbing penulis dalam mengambil data di SMK N 8 Surakarta atau SMKI yang telah menerima penulis dengan baik di sekolah dan memberi penjelasan materi yang dibutuhkan. Terima kasih ya Bu.. untuk reverensi bukunya juga, semoga nanti bisa bertemu lagi di proyek selanjutnya. 7. Bapak Drs. Sumandiyo Hadi (Didik Nini Towok) yang telah memberikan
penjelasan tentang wiraga, wirama dan wirasa, dan tentang sharingnya. Terimakasih sudah menyempatkan waktu menerima saya walaupun sibuk. 8. Teman-teman di SMK N 8 Surakarta atau SMKI yang rela pendapat
pribadinya di ambil oleh penulis, “ayo dik berjuang untuk kelulusan kalian, saya doakan semuanya lulus dan jangan lupa undangan pagelarannya nanti ya...”
9. Teman-teman sanggar Bagong Kusudiarjo, terimakasih atas hari-hari yang indah saat latihan disana dan atas komentar-komentar yang diberikan sehingga memberikan ide bagi saya
10.Mb’Nanik dan M’Gandung, yang senantiasa membantu dalam proses administrasi. M’Muji, yang selalu membantu dalam proses praktikum. M’Doni, yang membantu mencarikan reverensi buku. Pak Gik “selamat Pak Gik”
11.Staff Perpus Paingan yang terancam ramai karena kedatangan saya yang selalu meminta bantuan dalam peminjaman buku, ada Mb’ Kristin yang imut (karena kecil he...), Mas Sunu yang .... salam aja deh buat Dik Dinda dan istri, Mas Suwadi yang suka memberi informasi, Mas Rahmadi yang selalu nongkrong dengan walkmannya, Mas Jumar yang saya minta untuk cepat-cepat fotokopi “maap ya mas”..., Mb’Nina ma Mb’Ning yang selalu memberikan senyum termanis he..., Mb’ eni yang lagi ngajar bahasa inggris di Extencion Course “maap ya mba i ga jadi bantuin natalan karyawan he...” 12.Keluargaku (home sweet home boo...) buat Bapak Pdt. Suparman dan Istri
he... maap ye...Eyi telat lulusnya, buat Ma’e jangan berisik terus dong pucing nih...,buat M’Adi dan Mb’Ambar, serta M’Yanu dan Mb’Lia “terima kasih buat subsidi yang diberikan, walau kadang aku suka maksa kalian, btw no problemah... kan”, buat keponakanku yang Lucu-lucu A’ca dan A’tid ayo dik cepet gedhe biar bisa bantuin tante. Buat Bul’Beta dan Lek’Mo “adem ayem aja kan”, buat Nanta dan Wawa “jangan nakal ya nang, kasihan Bapak dan Ibu ok...”
13.Oma, Opa, Om, Tante dan adik-adikku yang di Jogja, gimana kabarnya keluarga besar bertambah ya dengan hadirnya si kembar
14.Yayang Cidol yang tersayang, makasih ya dah temenin aku kemana-mana buat cari reverensi, ketilang dimana-mana karena belum ada SIM he...tempat sampahku karena aku suka marah-marah dan ngambek, dan suka ngomel-ngomel ga jelas... thanks ya selalu mewarnai hari-hariku karena tingkahmu yang konyol, dan terima kasih karena sudah sabar mendampingiku sampai detik ini, pasti nanti kalau PLJJ aku kangen banget ama kamu say...
15.Belu, “trims ya Bel buat masukan yang diberikan untuk skripsi saya, met jadi mba’ sarjana juga deh”, buat Evi dan teman bimbingan Bu’Ari yang lain, ‘Ca...Yo!!!!’ semua”. Buat Mas Linggar, trims ya buat waktunya dan sudah mau direcokin....
16.Siska, Nining, “gimana kabar kalian, kalian mau kerja dimana, makasih ya untuk masukan kalian buat skripsiku dan buat canda-tawanya
17.Teman kos lamaku, ada Tari, Bia, Diana, Eni, Deasi, Emi, Cece, Lia, Cuprit, Yeni, Bora, Sisil dan lain-lainnya gimana masih aman-aman saja kan di kos he...terkhusus buat tari “ayo Ta cepet selesai cepet nikah biar aku punya ponakan baru he...”
18.Teman kos baru dan sampai saat ini, ada Mb’Ium yang selalu menjadi temen curhatku “ayo mba jalan-jalan, dan jangan suka mikir terlalu berat ya kalau ada masalah”, buat Indah “ Ndah salam buat Hendrik dan Pe Ak ya he...”, buat Yuli “peace girl”, buat Mb’Nita “kapan dedenya di ajak main”, buat Pii “aloha gimana kabarnya kakak”, buat Agnes “ Dea tambah centil kayak mamanya ga?”
19.Rita teman kosku terlama di Mrican, trims ya girls buat tumpangan tidurnya dulu, ayo lulus-lulus pulang Nganjuk sudah ada yang melamar tuh
20.Ambo, yang telah meminjamkan komputer dan memberikan kasurnya “Dimana kamu sekarang, dah pulang ke kampung halaman ya, makasih ya buat semua”
21.Teman-teman Nav, thanks untuk hari-hari yang penuh damai dan sukacita 22.Teman-teman kosnya M’Wid, ada Hendrik, PeAk, Amang, Andre, Primus dll
“ayo cepet lulus biar kosnya ga tambah rusuh he...” 23.Teman-teman satu angkatan 2001, “Ca Yo..!!!!.”
24.Semua pihak yang ikut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dan belum sempat penulis sebutkan, “Terima kasih semua, dan God Bless All”
Yogyakarta, ... Penulis
Elli Adar Setitriana
DAFTAR ISI A. Kompetensi Menari Pada Siswa-Siswi Seni Tari Jawa 1. Pengertian Kompetensi Menari Pada Penari Tari Jawa ... 9
2. Aspek-aspek Kompetensi Menari Tari Jawa ... 12
3. Elemen-elemen Tari Jawa ... 14
4. Kriteria Kendali Emosi Seseorang Diterima Secara Sosial ... 24
5. Tujuan Kendali Emosi ... 25
C. Hubungan Kendali Emosi Ketika Menari dan Kompetensi Menari Pada Siswa-siswi Seni Tari Jawa ... 26
D. Hipotesis ... 30
BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 32
B. Identifikasi Variabel Penelitian ... 32
C. Definisi Variabel penelitian ... 32
D. Subjek Penelitian ... 34
E. Metode dan Alat Pengumpulan Data ... 34
F. Persiapan Alat Ukur ... 39
G. Teknik Analisis Data ... 41
BAB IV. PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi Kancah Penelitian ... 42
B. Persiapan Penelitian 1. Perijinan ... 43
2. Hasil Pelaksanaan Uji Coba a. Validitas ... 44
b. Reliabilitas ... 45
C. Pelaksanaan Penelitian ... 46
DAFTAR SKEMA
1. Skema Hubungan Antara Kendali Emosi Ketika Menari Pada Kompetensi Menari Pada Siswa-siswi Seni Tari Jawa di SMK N 8 (SMKI) Surakarta ... 31
DAFTAR TABEL
1. Norma Penskalaan ... 34
2. Blue Print Aitem Kendali Emosi Sebelum Uji Coba ... 36
3. Standar Penilaian Kompetensi Menari ... 37
4. Blue Print Aitem Skala Kendali Setelah Uji Coba ... 45
5. Norma Kategorisasi Skala Penelitian ... 47
6. Norma Kategorisasi Skala Kendali Emosi dan Kompetensi Menari ... 48
7. Rangkuman Data Kategorisasi Kendali Emosi dan Kompetensi Menari... 49
DAFTAR LAMPIRAN
A. Uji Coba
1. Skala Kendali Emosi Uji Coba ... 66
2. Data Hasil Uji Coba ... 74
3. Reliabilitas dan Normalitas ... 79
B. Penelitian 1. Skala Kendali Emosi Penelitian ... 84
2. Data Hasil Penelitian ... 89
3. Data Akumulatif Tiap Aspek Kendali Emosi dan Data Akumulatif Kompetensi Menari ... 95
4. Statistik Deskriptif dan Tabel Frekuensi ... 97
5. Uji Normalitas dan Linearitas ... 102
6. Diagram Linearitas ... 104
7. Uji Korelasi ... 105
8. Uji Korelasi Tiap Aspek ... 106
C. Nilai Kompetensi Menari ... 107
D. Surat Penelitian dari Fakultas ... 109
E. Surat Keterangan Penelitian dari SMK N 8 Surakarta (SMKI) ... 110
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Seni tidak bisa dipisahkan dari hidup, karena seni merupakan
esensi hidup itu sendiri. Masalah yang paling pokok dalam semua seni adalah
nilai emosional. Dalam seni yang paling tepat untuk mengekspresikan dengan
gerakan adalah tari, sehingga untuk menciptakan tari orang harus belajar,
menghasilkan, dan mengetahui tentang gerakan (H’Doubler, 1985).
H’Doubler (dalam Kumorohadi, 1985) menjelaskan bila fungsi tari
sebagai pengalaman penting dalam kehidupan masyarakat kita, maka ini akan
menjadi tanggung jawab para pendidik. Hal ini berarti tari dalam program
pendidikan umum memberikan kesempatan pada setiap siswa untuk
merasakan bahwa tari dapat mempengaruhi perkembangan pribadinya dan
pertumbuhan jiwanya. Berdasarkan hal tersebut kita harus membuat suatu
teori struktur tubuh dan hukum tentang gerakan tubuh. Selain itu
mengapresiasi dan mengerti hubungan antara perasaan dan tindakan kita harus
tahu psikologi emosi dan bagian-bagian yang diekspresikan dalam gerakan.
Kehadiran bentuk sajian tari sendiri, tidak dapat lepas dari peran
penari sebagai penyaji tari, karena lewat penarilah bentuk sajian tari itu
ditampilkan, baik dalam bentuk fisik maupun bentuk ungkapnya, dalam hal ini
tubuh penari merupakan sarana ungkap atau instrument untuk mengungkapkan
karya tari.
2
Murgiyanto (1986) menjelaskan bahwa seorang penari di tuntut
beberapa persyaratan agar memiliki kondisi ukuran tubuh yang memadai,
yakni ukuran tubuhnya yang tidak gemuk, tidak pendek, atau idealnya
berukuran tubuh yang atletis. Ukuran tubuh yang ideal ini, pertama akan
memudahkan dan menyeimbangkan fungsi setiap organ tubuh dalam
mengungkapkan berbagai gerakan, dan kedua sudah dapat diterka oleh
siapapun bahwa setiap tarian akan lebih menarik jika dibawakan oleh
penarinya yang semampai. Para calon penari selain itu, harus memiliki dasar
kemampuan daya serap atau daya tangkap yang cepat dan tepat.
Gerak ekspresif dan ekspresi gerak seorang penari juga
menyangkut faktor psikologis, mekanisme tubuh dan mentalitas. Seorang
penari dalam hal ini, berarti akan menghasilkan gerak yang ekspresif apabila
memiliki ketajaman rasa dalam mengalirkan, mengendalikan, dan mengontrol
energinya pada otot setiap organ. Visualisasi bermacam-macam gerak
berkualitas selanjutnya akan tercapai jika penari memiliki ketajaman rasa
dalam memadukan atau menyelaraskan pengendalian dan pengontrolan energi
dengan pola irama dan pola ruangnya. Ekspresi gerak penari dengan
sendirinya akan tersampaikan dengan baik ke hadapan penonton, apabila
penari melakukan gerak yang ekspresif tersebut (Murgiyanto, 1986).
Penari yang memiliki dasar mentalitas positif menjadi persyaratan
penting bagi penari, terutama sikap-sikap mendasar yang berkaitan dengan
ketegaran, keuletan dan tidak cepat frustasi dalam menekuni dan menghadapi
3
Murgiyanto (1986) menjelaskan mentalitas positif adalah ketika
seorang penari jiwanya stabil dan tidak emosional jika mendapat masalah,
sehingga penari akan terhindar dari demam panggung, serta hal mendasar
yang lainnya, dalam hal ini seorang penari benar-benar dituntut untuk dapat
mengendalikan emosi yang ada pada dirinya.
Pengertian tari Jawa dijelaskan Soeryodiningratan (2004) sebagai
gerak dari seluruh anggota badan yang selaras dengan banyak musik
(gamelan), serta diatur oleh irama yang sesuai dengan maksud dan tujuan
dalam menari. Uraian tentang larasing jawi, keselarasan lahiriah ini, diikuti
dengan uraian tentang kekuatan batiniah (larasing batin), yang
memungkinkan orang mampu mempengaruhi nasib, yaitu dengan jalan
mengendalikan pikiran dan perasaan walaupun tentang ini dipandang sukar
melaksanakannya.
Gerakan ritmis penari tari Jawa ketika menari terjadi karena adanya
unsur keselarasan dalam seni tari yang mendukung kompetensi menari, unsur
tersebut yaitu wiraga yang merupakan bentuk kendali gerak kaki sampai
kepala, wirama yaitu berupa ritme atau tempo atau seberapa lama rangkaian
gerak ditarikan serta ketepatan perpindahan gerak selaras dengan jatuhnya
irama, dan wirasa adalah berupa perasaan yang diekspresikan lewat raut muka
dan gerak, melalui pengendalian rasa atau emosinya dalam upaya menjiwai
tarian (H’Doubler dalam Kumorohadi, 1985).
Penyajian seni tari tersebut menjelaskan bahwa tari memiliki banyak
4
yaitu kendali emosi. H’Doubler (dalam Kumorohadi, 1985) berpendapat
bahwa, dalam seni tari, seperti juga dalam kenyataan, pengendaliannya adalah
sifa-sifat emosional. Kendali sifat-sifat emosional bila dipadukan dengan
intelektual kemudian dilaksanakan oleh fisik, maka semua kekuatan yang
dimiliki oleh seorang penari akan terlihat dan akan membentuk kepribadian
yang utuh.
Hurlock (1978) mengatakan bahwa kendali emosi berarti
mengarahkan energi emosi ke saluran ekspresi yang bermanfaat dan dapat
diterima secara sosial. Kendali emosi selain mempelajari bagaimana cara
menangani rangsangan yang membangkitkan emosi, juga harus mempelajari
bagaimana cara mengatasi reaksi yang biasanya menyertai emosi tersebut.
Setiap orang dalam hal ini pasti memiliki tingkat kendali emosi, karena
manusia memiliki sifat yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.
Kendali emosi yang optimal memungkinkan individu menampilkan
reaktivitas sosial yang baik. Reaktivitas sosial yang baik akan membuat
individu dapat memecahkan persoalan yang dihadapinya dengan cara yang
lebih baik. Kendali emosi ini meliputi pengendalian dari beberapa komponen
dasar emosi, antara lain kognitif, afektif dan perilaku (Eisenberg dan Fabes,
1994).
Hurlock (1973) mengemukakan bahwa kendali emosi terdiri dari
empat aspek, antara lain kendali pikiran, yaitu pengendalian yang melibatkan
pikiran dalam memberikan respon terhadap situasi yang menimbulkan emosi.
5
pengalaman emosi. Kendali motorik, yaitu pengendalian perilaku tampak
meliputi perilaku verbal dan perilaku non verbal, dan kendali fisiologis, yaitu
meliputi kemampuan melegakan diri dari tekanan energi emosi yang
berpengaruh terhadap pengendalian reaksi fisiologis yang menyertai suatu
pengalaman emosi.
Blooms (dalam Departemen Pendidikan Nasional, 2003) menyatakan
bahwa, bentuk relevansi emosi dengan tari banyak diacu dalam keseluruhan
projek kompetensi, psikomotorik, kognitif dan afektif. Psikomotorik (level
dasar) dalam relevansinya berkenaan dengan aspek wiraga (dan sebagian
wirama), kognitif pada aspek wirama (dan sebagian wirasa), afektif pada
wilayah wirasa (yang dengan sendirinya menyangkut wiraga dan wirama).
Dalam perkembangannya standar kemampuan seorang penari jawa di satukan
dalam suatu standar kompetensi nasional bidang tari yang meliputi ketiga
wilayah penilaian diatas.
Timbul Haryono dalam seminarnya mengungkapkan bahwa seni tari
dan emosi sangat berhubungan, karena sejumlah ekspresi wajah, pandangan
mata, kostum, serta gerak tubuh merupakan bentuk dari ekspresi emosi dalam
diri seorang penari. Pendapat ini merupakan bentuk ulasan dari kitab Natya
Sastra (Kompas, 2006).
Brakel dan Ngaliman (1991) mengungkapkan juga bahwa uraian
tentang larasing jawi, yang merupakan keselarasan lahiriah dalam tari Jawa,
sangat berpengaruh terhadap keselarasan batiniah (larasing batin), yaitu
6
pengendalian pikiran dan perasaan, walaupun tentang ini dipandang sukar
melaksanakannya.
Hadi atau yang biasa disebut Didik Nini Thowok (dalam wawancara,
20 Juni 2006) juga menegaskan bahwa kendali emosi dan kompetensi menari
sangat berhubungan, seorang penari yang kurang memiliki kesabaran (kendali
emosi) dalam seni tari Jawa dituntut untuk sabar agar dapat melakukan
gerakan dengan luwes.
Teori diatas menegaskan bahwa seni tari Jawa lebih menekankan
tentang arti penting kendali emosi, maka peneliti tertarik melakukan penelitian
dalam bidang seni tari Jawa, walaupun kendali emosi diperlukan di semua tari.
Dari uraian diatas, peneliti ingin melihat adanya hubungan antara
kendali emosi ketika menari dan kompetensi menari pada siswa-siswi seni tari
Jawa. Penelitian ini akan dilaksanakan di SMKI (Sekolah Menengah
karawitan Indonesia) atau sekarang di sebut dengan SMK 8 Surakarta.
Sekolah ini bertujuan untuk mempersiapkan siswanya menjadi tenaga kerja
tingkat menengah yang memiliki pengetahuan, ketrampilan dan sikap sebagai
seniman tingkat menengah dibidang Seni Karawitan, Seni tari, dan Seni
Pedalangan.
Jurusan seni tari di SMK ini lebih menekankan pelatihan untuk tari
Jawa, selain itu sekolah ini menerapkan sistem penilaian kompetensi menari
pada penari tari Jawa. Subjek penelitian adalah siswa dan siswi kelas III
dengan pertimbangan mereka lebih banyak memperoleh ilmu praktek dan
7
B. RUMUSAN MASALAH
Adakah hubungan positif dan signifikan antara kendali emosi ketika
menari dan kompetensi menari pada siswa-siswi seni tari Jawa?
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan
positif dan signifikan antara kendali emosi ketika menari dan kompetensi
menari pada siswa-siswi seni tari Jawa.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Apabila hipotesis ini terbukti, maka diharapkan penelitian ini dapat
memberikan informasi bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan tentang
kendali emosi pada bidang Psikologi, juga sebagai referensi bagi peneliti
lain yang tertarik dengan penelitian tentang kendali emosi
2. Secara praktis penelitian ini dapat memberikan informasi tentang
hubungan kendali emosi dan kompetensi menari tentang arti pentingnya
pengendalian emosi dalam diri seseorang
a. Pelaku seni terutama penari tari Jawa
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi dan
wawasan yang dapat ditindak lanjuti bagi para penari, yaitu dengan
8
meningkatkan kompetensi menari, terutama dalam kompetensi menari
pada penari tari Jawa
b. Guru atau pelatih seni tari, terutama seni tari Jawa
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengertian kepada guru atau pelatih seni tari, akan arti penting kendali
BAB II
LANDASAN TEORI
A. KOMPETENSI MENARI PADA SISWA-SISWI SENI TARI JAWA 1. Pengertian Kompetensi Menari Pada Siswa-Siswi Seni Tari Jawa
Pengertian kompetensi menari pada siswa-siswi seni tari Jawa, akan
dijelaskan berdasarkan beberapa pengertian dari masing-masing istilah di
bawah ini.
Kompetensi dalam pengertian kamus besar Bahasa Indonesia (1990)
merupakan suatu kewenangan atau kekuasaan untuk menentukan atau
memutuskan sesuatu. Kata ini berasal dari kata dasar kompeten yang berarti
kecakapan. Standar kompetensi menurut Departemen Pendidikan Nasional
(2003) merupakan standar pernyataan tentang ketrampilan, pengetahuan,
dan sikap kerja, yang harus dimiliki oleh seseorang untuk melakukan suatu
pekerjaan atau tugas sesuai dengan yang dipersyaratkan.
Kompetensi menurut Departemen Pendidikan Nasional (2003) adalah
mencari rumusan yang dapat disepakati bersama. Rumusannya itu sendiri
tak lain adalah rincian kemampuan seseorang dalam melakukan suatu
pekerjaan, berdasarkan pada pandangan masyarakat secara professional yang
dipahami atau disetujui baik oleh pelaku (actor) maupun pengguna (user).
Standar kompetensi bidang tari ini pun, punya tujuan yang serupa, yang
pada gilirannya akan dapat memberi acuan pada pelaku dan pengguna untuk
penentuan kualifikasi, sertifikasi, dan okupasinya agar keseimbangan atau
10
fairness bisa terciptakan (dalam Standar kompetensi menurut Departemen
Pendidikan Nasional, 2003).
Menari merupakan kata kerja dari tari, sedangkan tari sendiri dalam
Kamus besar Bahasa Indonesia (1990) berarti gerakan badan, mulai dari
tangan dansebagainya yang berirama dan biasanya diiringi bunyi-bunyian
antara lain sebagai contoh ialah musik, gamelan dan sebagainya.
Menari menurut Marti dan Tobie (dalam Suharto,1981) akan
memunculkan situasi kritis dan penuh arti, rasa dapat lebih baik dimengerti
dan dibawah kontrol, dan kontrol diri dapat diperluas kepada kontrol
keseimbangan diri naturalnya. Oleh karena itu menari itu sendiri berarti
melakukan tari, yaitu menggerakan badan dan sebagainya dengan berirama
dan seiring dengan bunyi-bunyian.
Siswa dan siswi dalam kamus besar Bahasa Indonesia (1990) berarti
murid-murid yang belajar di sekolah dari tingkat sekolah dasar sampai
tingkat lanjut.
Tari Jawa dijelaskan Soeryodiningratan (2004) merupakan gerak dari
seluruh anggota badan yang selaras dengan banyak musik (gamelan), diatur
oleh irama yang sesuai dengan maksud dan tujuan dalam menari. Seni tari
adalah gerak terangkai yang berirama sebagai ungkapan jiwa atau ekspresi
manusia yang di dalamnya terdapat unsur keindahan wiraga atau tubuh,
wirama atau irama, wirasa atau penghayatan, dan wirupa atau ujud. Kutipan
11
“tari inggih punika ebahing sedaya saranduning badan, kasarengan ungeling gangsa katata pikantuk wiramaning gendhing, jumbuhing paseman keliyan pikajenging joged”.
Tari Jawa merupakan keindahan gerak anggota-anggota badan manusia
yang bergerak, berirama dan berjiwa atau dapat juga diberi arti bahwa tari
adalah keindahan bentuk dari anggota badan manusia yang bergerak,
berirama dan berjiwa yang harmonis (Kusudiarjo, 1981). Bentuk, gerak,
irama dan jiwa yang dilahirkan oleh kekuatan jiwa manusia harus harmonis,
sebab harmoniasasi inilah yang melahirkan keindahan. Harmoni adalah
keselarasan, baik keselarasan gerak, suara, bentuk, warna garis dan lain
sebagainya. Untuk memuat harmoni harus dipergunakan perasaan dengan
didampingi pertimbangan-pertimbangan pikiran.
Tari Jawa menurut Soedarsono (1973) adalah ekspresi jiwa manusia
melalui gerakan-gerakan ritmis yang indah, gerak dan ritme sebagai
substansi dasar, tetapi gerak-gerak ritmis bukanlah tari apabila gerak itu
adalah gerak sehari-hari atau natural. Tatapi gerak-gerak ritmis itu harus
distilir (diatur) supaya indah. Perkataan indah disini bukan hanya berarti
bagus, tetapi indah berarti memberikan kepuasan pada orang lain. Gerakan
ritmis yang indah itu sebenarnya merupakan pancaran jiwa manusia, dan
jiwa itu berupa akal, kehendak dan emosi.
Berdasarkan uraian pengertian beberapa istilah di atas dapat
disimpulkan bahwa kompetensi menari pada siswa-siswi seni tari Jawa
diartikan sebagai kemampuan, ketrampilan dan pengetahuan yang dimiliki
12
menafsirkan dan mengekspresikan karya tari ke hadapan penonton , dalam
hal ini menari untuk melakukan suatu pekerjaan atau tugas sesuai dengan
yang dipersyaratkan dalam tari Jawa yaitu memiliki kemampuan aspek
wiraga, wirasa dan wirama.
2. Aspek-aspek Kompetensi Menari Pada Siswa-siswi Seni Tari Jawa Menurut Widodo (2005) beberapa aspek yang essensial yang harus
dikuasai atau dimiliki oleh seorang penari tari Jawa sebagai pola dasar yaitu:
a). Wiraga
Wiraga sering disebut kemampuan peragaan, merangkum di
dalamnya tentang kelenturan, penguasaan teknik gerak tari, dan
penguasaan ruang serta ungkapan gerak yang jelas dan bersih.
Murgiyanto (1983) menambahkan bahwa wiraga tertuju pada
ketrampilan memvisualisasikan setiap gerakan secara cermat dan tepat,
hal ini akan berkaitan dengan daya ingat (hafal), penguasaan
teknik-tekniknya dan dalam membentuk geraknya dalam ruang (posisi arah
hidup, arah gerak, jangkauan gerak, level-level dalam penampilan tubuh
dan lain-lain).
b). Wirama
Wirama adalah pengaturan tempo dan ritme yang penting yang
erat sekali hubungannya dengan irama. Irama yang timbul baik dari
iringannya ataupun irama yang langsung diatur oleh penari sendiri,
13
oleh seorang penari. Irama merupakan titik tolak atau landasan untuk
mengatur irama, terutama mengatur tempo dan ritmenya. Hal ini agar
tarian yang dibawakannya terlihat dan terasa dinamikanya, sehingga
nilai-nilai yang terkandung pada tarian itu tetap utuh. Selanjutnya
penari mampu menguasai irama dan ketukan, serta perilaku untuk tetap
menghayati dan ikut merasakan setiap gerakan yang dilakukannya.
Begitu pula sebaliknya penari yang tidak baik adalah penari yang
bergerak (menurut) di luar irama tari dan iringan.
Murgiyanto (1983) mencoba mengungkap wirama sebagai
ketepatan dalam mengatur dan mengendalikan waktu pada setiap
geraknya, baik ritme atau sekuen-sekuen terkecil dari setiap geraknya,
tempo atau cepat lambat penyelesaian tiap-tiap rangkaian gerak maupun
meter atau ketepatan ketika adanya perubahan ritme gerak. Selain itu
perilaku diatur perilaku antara ketepatan pengaturan waktu
menggerakannnya dengan ketepatan dan keselarasan dengan pola irama
dari masuk pengiringnya.
c). Wirasa
Wirasa merupakan aspek yang bersifat rohaniah (kejiwaan)
yang memberikan dan mampu mendukung secara keseluruhan pada
tarian yang dibawakan. Di dalam wirasa atau penguasaan jiwa ini bagi
penari yang baik, wajib memiliki kemampuan daya peka yang tinggi,
14
laku yang disertai adanya keseimbangan dan kesinambuangan yang
luluh dari berbagai unsur atau elemen tari.
Pendapat Murgiyanto (1998) menambahkan bahwa wirasa
berkaitan dengan kemampuan menginterpretasikan isi tarian yang
disalurkan melalui pengendalian rasa atau emosinya dalam upaya
menjiwai tarian yang dibawakannya.
3. Elemen-elemen Dalam Tari Jawa
Elemen-elemen dalam tari Jawa adalah beberapa bagian yang
secara umum dilihat dalam tari Jawa. Elemen utama dalam tari adalah
gerak, bergerak adalah mengekspresikan pembebasan dari sesuatu yang
tidak enak. Gerak dalam tari merupakan simbolisasi, displacement maupun
katarsis. Bahkan secara ritual, gerak merupakan suatu sarana
mengekspresikan dan mengalihkan kekuatan, kesedihan, kemarahan,
kenikmatan, permohonan maupun ampunan. Melalui kegiatan ini seseorang
berlatih mengembangkan imajinasi untuk membuat suatu harmoni antara
ritme dan gerak (Iriani, 1998).
Kumorohadi (1985) menjabarkan beberapa elemen yang membantu
dalam menari, yaitu:
a. Struktur Anatomikal yang menentukan batas-batas reaksi gerak. Tubuh
mampu melakukan gerakan dengan tehnik kekuatan, kelembutan,
kwalitas, koordinasi dan penguasaan tehnik gerak
15
b. Faktor-faktor psychological yang menentukan gerak merupakan
pertimbangan proses physico-chemikal dan system urat syaraf. Ini
adalah perlengkapan tingkah laku yang memiliki saluran-saluran reflek
serta kemungkinan aktivitas tak terbatas yang dapat dimodifikasi.
c. Perlengkapan mental meliputi tingkah laku psikis. Kesadaran seluruh
sensasi-sensasi dan juga kapasitas berpikir, merasakan, imaji dan
sebagainya, terletak dalam perlengkapan mental ini. Perlengkapan
mental merupakan peralatan bagi tafsir pengalaman serta
pengembangan perasaan akan nilai-nilai.struktur ini merupakan
substansi formatif dari yang mana memunculkan personalitas.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kompetensi Menari Tari Jawa Murgiyanto (1998) menjelaskan bahwa selain gerak ekspresif dan
ekspresi gerak, menari juga menyangkut faktor psikologis mekanisme tubuh.
Hal ini berarti bahwa, gerak yang ekspresif akan tercapai jika memiliki
ketajaman rasa dalam mengengalirkan, mengendalikan dan mengontrol
energinya dalam otot setiap organ tubuh.
Murgiyanto (1993) menambahkan bahwa faktor tari meliputi beberapa
hal, yaitu:
a. Bakat gerak
Bakat gerak adalah syarat yang paling penting bagi seorang penari,
akan tetapi bakat gerak harus didukung dengan pelatihan tehnik fiskal,
16
diperhatikan. Gerakan yang terkendali sangat menunjang penari tari
Jawa untuk membentuk gerakan yang luwes, faktor ini sangat
berhubungan dengan aspek kendali psikomotorik dalam kendali emosi
b. Kemampuan dramatik
Kemampuan akting atau kemampuan membawakan peran tertentu,
sangat penting terutama di dalam sebuah dramatari. Kemampuan
dramatik melibatkan konsentrasi pikiran dan penjiwaan terhadap pesan
dari isi tarian, dengan kendali pikiran dan rasa maka seorang penari
akan mampu membawakan dan menghayati peran dalam sebuah tarian.
c. Rasa pentas, atau rasa ruang
Rasa merupakan bakat yang membuat seorang penari secara
spontan memperoleh keseimbangan pentas dan mampu memahami apa
yang dirasakan oleh penonton. Sekaligus mampu pula melakukan
berbagai masalah kecil yang membuat pertunjukkan menjadi baik.
Dengan mengetahui tempat pentas dan ruang, penari akan mampu
melihat batas gerak ruang yang akan ditempati, hal ini terjadi ketika
penari dapat melakukan kendali psikomotorik, pikiran dan perasaan.
d. Rasa irama
Rasa irama atau bakat musikal sangat penting. Kemampuan
membedakan frase-frase yang menjadi bagian pokok dari musik
merupakan keharusan bagi seorang seniman tari. Seorang penari harus
bergerak seirama dengan ketukan musiknya ataupun di sela-sela
17
Tari Jawa dan tari tradisi misalnya, rasanya tak masuk akal jika ada
penari yang tak dapat mengenali bunyi kenong, kempul, dan gong
ataupun tak dapat mengenali irama pukulan gendang pengiringnya.
Rasa irama terjadi apabila penari mampu fokus dalam melakukan
sebuah gerakan, dan mampu menjiwai alunan pengiring tari, hal ini
merupakan bentuk perpaduan kendali pikiran, kendali psikomotorik dan
kendali rasa.
e. Daya ingat (aspek pikiran)
Daya ingat sangat penting pada diri seorang penari, sebab seorang
penari yang pelupa bisa mengakibatkan seluruh komposisi berantakan,
apalagi dalam tarian tunggal. Seorang penari yang memiliki kebiasaan
pelupa dapat menghilangkan konsentrasinya, yang berarti kehilangan
kontak seluruh komposisi dengan penonton. Daya ingat dapat dilatih
sejak awal pelatihan seni tari. Penari yang dapat melakukan konsentrasi,
dan tetap bisa fokus terhadap gerakan yang dilakukan adalah salah satu
bentuk kendali pikiran dalam kendali emosi
f. Komposisi kreatif
Komposisi kreatif dibutuhkan dalam menari, terutama ketika
penari menghadapi hal-hal diluar kendali diri, seperti kaset tiba-tiba
berhenti, properti terjatuh dan lain sebagainya. Kendali pikiran dan
kendali psikomotorik dan kendali rasa dalam hal ini sangat diperlukan,
karena penari dituntut untuk tetap focus dan memikirkan gerakan yang
18
Perlengkapan pembawaan alamiah diatas didukung dengan beberapa
teknik dalam tari,yaitu: kekuatan, kelembutan, kualitas, koordinasi dan
penguasaan tehnik gerak (ketrampilan-ketrampilan khusus).
Faktor-faktor lain yang juga mendukung adanya tehnik-tehnik tersebut
adalah:
a. Faktor Ritmik
1) Teratur
2) Selang-seling, meliputi lamanya menari, tekanan, dan kecepatan.
3) Irama
4) Kombinasi yang kompleks
5) Sinkopasi atau pengisian gerakan dalam jeda alunan pengiring dari
gerakan yang satu ke gerakan yang lain
b. Faktor Ruang
1) Arah, meliputi fokus, garis gerak, langsung, dan penyimpangan.
2) Jarak atau area
3) Bidang, meliputi bidang horisontal, vertikal, dan diagonal.
4) Posisi tubuh
5) Level adalah tingkat kesulitan menari ketika menghadapi pola
ruang dalam tari, meliputi level tinggi, rendah, dan medium.
6) Hadap tubuh, meliputi hadap depan, samping, dan belakang
c. Faktor Bentuk
1) Variasi
19
3) Berimbang
4) Klimaks
5) Rangkaian
6) Transisi
7) Repetisi
8) Harmoni
B. KENDALI EMOSI 1. Pengertian Emosi
Emosi dari bahasa Latin “movere” diartikan sebagai bergerak
pergi, emosi diartikan sebagai respon terhadap stimulus yang melibatkan
pergerakan kondisi psikologis, perasaan subjektif, interpretasi kognitif, dan
perilaku yang tampak (Pettijohn, 1992). Kata emosi juga dapat dijelaskan
dalam bahasa Inggris yang berarti to move out (keluar). Arti kata ini
menunjukkan pada suatu ekspresi keluar sesuatu dari dalam, dan merupakan
salah satu aspek dalam emosi.
Penelitian Goleman (1997) telah menghasilkan pengertian bahwa
emosi adalah suatu keadaan mental yang melibatkan aspek biologis,
psikologis maupun kecenderungan untuk bertindak. Goleman (1999) juga
menambahkan bahwa emosi adalah setiap kegiatan atau pergolakan pikiran,
perasaan, nafsu, setiap keadaan mental yang hebat atau meluap-luap. Albin
menyimpulkan emosi merupakan perasaan yang kita alami, yaitu merasa
20
Telaah teoritik tentang emosi ini pada dasarnya dapat disimpulkan
dalam tiga kategori (Rostiana, 1997):
a. James- Lange
Emosi adalah semata-mata reaksi fisik, kita merasakan sesuatu
karena adanya reaksi fisik seperti detak jantung atau kontraksi otot,
sebaliknya
b. Cannon- Band
Emosi adalah reaksi kognitif yang menimbulkan gejala-gejala fisik.
Karena kita takut maka jantung kita berdebar
Pendapat kontradiktif ini akhirnya disatukan dalam teori Sehachter-
Singer yang mengemukakan bahwa emosi meliputi aspek fisiologis
maupun aspek psikologis (Goleman, 1997).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa emosi adalah reaksi yang timbul
sebagai bentuk respon dari diri seseorang, terhadap situasi yang
menimbulkan emosi. Emosi meliputi komponen kognitif, afektif, konatif
dan psikomotorik. Emosi sendiri memiliki lima dasar dari emosi yaitu rasa
senang, cinta, takut, sedih dan marah.
2. Pengertian Kendali Emosi
Kendali emosi adalah proses inisiatif, menjaga, mengarahkan atau
merubah kejadian sehari-hari, kebiasaan, atau durasi dalam hal perasaan dan
tujuan pribadi, hubungan emosi dalam proses psikologis, dan perilaku yang
21
usaha penuh dalam menemukan kemampuan untuk menghalangi respon
dominan menjadi respon subdominan (Pidada, 2004).
Hurlock (1973) mengungkapkan bahwa kendali emosi berarti
proses pengarahan energi emosi ke saluran ekspresi yang bermanfaat dan
dapat diterima secara sosial. Apabila seseorang mengendalikan ekspresi
emosi yang tampak, mereka juga berusaha mengarahkan energi yang
ditimbulkan oleh tubuh mereka menjadi persiapan untuk bertindak ke arah
pola perilaku yang bermanfaat dan dapat diterima secara sosial (Hurlock,
1978). Pencapaian kendali emosi dalam artian ilmiah berarti bahwa,
individu harus memberikan perhatian pada aspek mental dari emosi
sebanyak perhatian pada aspek fisik, karena pada dasarnya emosi yang
wajar merupakan keselarasan antara perasaan dan lingkungan .
Salovey (dalam Rostiana, 1997) mengungkapkan bahwa kendali
emosi merupakan kemampuan untuk mengelola dalam diri sendiri dan orang
lain dengan memanfaatkan emosi negatif menjadi perilaku yang bermanfaat,
dan memperbesar yang menyenangkan, tanpa menekan atau
melebih-lebihkan informasi yang menyertainya.
Sambel dan Sambel (dalam Prawitasari, 1998) menambahkan
bahwa seseorang dengan kendali emosi yang baik, cenderung akan memiliki
kendali pikiran dan fisik yang baik pula. Karena emosi datangnya dari
dalam, ia memiliki kekuatan yang luar biasa untuk mempengaruhi kondisi
22
Kendali emosi adalah kekuatan yang siap digali untuk
mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik.. Emosi yang terkendali secara
benar dapat menjadi kekuatan luar biasa yang mengubah hidup menjadi
lebih baik, dalam arti emosi negatif dapat diarahkan pada perilaku yang
bermanfaat. Emosi adalah suatu kekuatan, kalau kita mampu
mengendalikannya. Emosi bisa merusak, kalau menguasai diri kita
(Wijokongko, 1997).
Kesimpulan yang dapat ditarik dari pendapat beberapa ahli diatas
tentang kendali emosi adalah kemampuan seseorang untuk dapat mengatur
dan mengarahkan emosi yang ada, secara logis dalam bentuk perasaan,
pikiran dan perilaku tanpa harus menghilangkan atau menekan emosi yang
ada dalam diri pribadi tersebut. Kendali emosi ini dilakukan untuk
menghalangi respon dominan dan atau respon negatif menjadi respon
subdominan dalam bentuk respon positif, yang berarti bahwa bentuk-bentuk
emosi yang negatif, misalnya marah, memukul sesuatu, dapat diarahkan ke
kegiatan yang positif, misalnya olahraga, seni dan kegiatan positif lainnya .
3. Aspek Kendali Emosi
Hurlock (1973) mengemukakan bahwa kendali emosi terdiri dari
empat aspek, yaitu:
a. Kendali pikiran, yaitu kemampuan untuk mengatur dan mengarahkan
pikiran dalam memberikan respon terhadap situasi yang menimbulkan
23
b. Kendali rasa, yaitu kemampuan untuk mengatur dan mengarahkan
gejolak perasaan yang menyertai suatu pengalaman emosi
c. Kendali psikomotorik, yaitu kemampuan untuk mengatur dan
mengarahkan perilaku tampak, meliputi perilaku verbal dan perilaku non
verbal
d. Kendali fisiologis, yaitu meliputi kemampuan untuk mengatur dan
mengarahkan tekanan energi emosi yang berpengaruh terhadap
pengendalian reaksi fisiologis yang menyertai suatu pengalaman emosi
Kendali fisiologis dimasukkan dalam aspek kendali emosi, karena
dalam emosi menunjukkan kegoncangan organisme yang disertai oleh
gejala-gejala kesadaran, dan proses fisiologis (Rakhmat, 2001). Ricard dan
Lazarus (1991) selain itu menyatakan bahwa reaksi fisiologis merupakan
salah satu variabel yang relevan untuk diamati dalam emosi. Reaksi
fisiologis ini merupakan aktivitas yang terjadi dalam nervous system,
sebagai salah satu keadaan mekanisme tubuh yang sangat sensitif. Reaksi
fisiologis ini merupakan bentuk tindak lanjut adaptasi dari refleks tubuh,
yang mendorong efek dalam tubuh, aktivitas otak dan sekresi hormonal.
Kesimpulan tentang aspek kendali emosi terdiri dari 4 aspek yaitu:
a. Kendali pikiran
b. Kendali rasa
c. Kendali psikomotorik
24
4. Kriteria Kendali Emosi Seseorang Diterima Secara Sosial
Hurlock (1974) menjelaskan bahwa kendali emosi yang bukan
berarti menghilangkan atau menekan ekspresi dari emosi tersebut, berarti
belajar untuk mengekspresikan emosi dengan jalan menyalurkan emosi ke
tindakan yang lebih baik dan bermanfaat. Kendali Emosi secara bersamaan
juga dapat memberi kepuasan penuh pada diri individu tersebut dan
mengurangi emosi yang mengggangggu itu sendiri.
Kriteria kendali emosi seseorang diterima secara sosial, antara lain :
a. Belajar untuk memahami emosi, yaitu dengan memunculkan situasi
dengan logis, melalui pemikiran yang rasionalitas. Pendekatan secara
rasional ini adalah jalan untuk mengontrol timbulnya keadaan mental
yang akan menyiapkan fisik individu, untuk bereaksi secara cepat
tanpa berpikir terlebih dahulu dampak yang akan diterima dalam
merespon stimulus yang menimbulkan emosi.
b. Individu harus belajar untuk membuktikan pada masyarakat. Individu
diajarkan bukan hanya menarik kesimpulan dari beberapa bagian
dalam suatu permasalahan yang dihadapi, dengan pemikiran dan
perasaan subjektif, tetapi alangkah lebih baik jika individu
menanyakan secara langsung dengan orang lain yang dapat
menjelaskan dan pada sumber-sumber yang ada.
Goleman (2001) mengungkapkan pula bahwa orang yang dapat
mengendalikan emosinya sendiri secara tepat mampu:
25
b. Tetap teguh, bersikap positif, dan tidak goyah sekalipun dalam situasi
yang paling berat.
c. Berpikir dengan jernih dan tetap terfokus kendati dalam keadaan
tertekan.
5. Tujuan Kendali Emosi
Page Dubois (dalam Goleman, 1999) mengatakan bahwa kendali
emosi adalah bertujuan untuk keseimbangan emosi, bukan menekan emosi,
setiap perasaan mempuanyai nilai dan makna. Kendali emosi oleh diri
sendiri tidak hanya berarti meredam rasa tertekan atau menekan gejolak
emosi, akan tetapi juga bisa berarti dengan sengaja menghayati emosi,
termasuk yang tidak menyenangkan. Pandangan tentang kendali emosi diri
tidak berarti harus menyangkal atau menekan perasaan yang sejati. Kendali
emosi diri tidak sama dengan kendali berlebihan (over control),
penyangkalan semua perasaan dan spontanitas. Sebaliknya, kecakapan
emosi menyiratkan bahwa kita memiliki pilihan bagaimana kita
26
C. HUBUNGAN ANTARA KENDALI EMOSI KETIKA MENARI DAN KOMPETENSI MENARI PADA SISWA-SISWI SENI TARI JAWA
Kompetensi menari dalam tari Jawa berarti kemampuan, ketrampilan
dan pengetahuan yang harus dimiliki seorang penari. Kompetensi ini meliputi
tiga unsur dasar, yaitu wiraga, wirama dan wirasa. Ketiga unsur pokok adalah
bagian terpenting dalam penyajian sebuah karya seni tari terutama tari Jawa.
Keindahan dalam sebuah tarian terutama tari Jawa yang tidak dapat
lepas dari ketiga unsur dasar tersebut, membuat para penari diharuskan dapat
menguasainya secara baik dan benar. Hal ini dilakukan agar penari dapat
menyampaikan maksud dan tujuan tari yang disajikan. Murgiyanto (1986)
mengemukakan bahwa seorang penari di tuntut persyaratan agar memiliki
kondisi ukuran tubuh yang memadai, yakni ukuran tubuhnya yang tidak
gemuk, tidak pendek, atau idealnya berukuran tubuh yang atletis. Ukuran tubuh
yang ideal ini, pertama akan memudahkan dan menyeimbangkan fungsi setiap
organ tubuh dalam mengungkapkan berbagai gerakan, dan kedua yaitu setiap
tarian akan lebih menarik jika dibawakan oleh penarinya yang semampai.
Selain itu bagi para calon penari, harus memiliki dasar kemampuan daya serap
atau daya tangkap yang cepat dan tepat.
Bentuk relevansi emosi dengan tari menurut Blooms (dalam
Departemen Pendidikan Nasional, 2003) yang banyak diacu dalam keseluruhan
proyek kompetensi, psikomotorik, kognitif dan afektif menjelaskan bahwa
aspek psikomotorik (level dasar) berkenaan dengan aspek wiraga (dan
27
pada wilayah wirasa (yang dengan sendirinya menyangkut wiraga dan
wirama). Dalam perkembangannya standar kemampuan seorang penari jawa di
satukan dalam suatu standar kompetensi nasional bidang tari yang meliputi
ketiga wilayah penilaian diatas.
Hurlock (1978) mengatakan bahwa konsep ilmiah tentang kendali
emosi berarti mengarahkan energi emosi ke saluran ekspresi yang bermanfaat
dan dapat diterima secara sosial. Pengaruh emosi disamping harus belajar
bagaimana cara menangani rangsangan yang membangkitkan emosi, mereka
juga harus belajar bagaimana cara mengatasi reaksi yang biasanya menyertai
emosi tersebut. Setiap orang dalam hal ini pasti memiliki tingkat kendali
emosi, karena manusia memiliki sifat yang berbeda antara satu dengan yang
lainnya.
Kendali emosi yang optimal dalam sebuah penyajian tarian, akan
dapat membawa dan melatih para penari terutama penari tari Jawa, untuk
mendapatkan kompetensi menari yang optimal dan lebih baik. Karena dengan
kendali emosi yang menyangkut pengendalian pikir (kognitif), rasa (afektif),
psikomotorik dan secara tidak langsung fisiologis, akan berpengaruh terhadap
kompetensi menari pada penari tari Jawa.
Kendali pikiran seorang penari yang baik akan berpengaruh pada
aspek wiraga, wirama dan sekaligus wirasa, karena pikiran yang yang
dikendalikan oleh otak, memiliki sistem pengendali dalam thalamus. Bagian
otak yang berpengaruh terhadap gerakan, yaitu cerebellum tidak akan
28
otak akan bisa menjaga keseimbangan kontraksi otot. H’Doubler menjelaskan
bahwa, apabila hal ini dilatih secara terus-menerus maka gerakan berirama
mudah sekali menjadi kebiasaan dan otomatis, dan ini penting sekali dalam
pengembangan suatu teknik agar lebih sempurna (dalam Kumorohadi, 1985).
Kendali rasa dalam kompetensi menari penting, karena dalam istilah
tari wirasa merupakan aspek yang rohaniah (kejiwaan) yang memberikan dan
mampu mendukung secara keseluruhan pada tarian yang dibawakan. Wirasa
atau penguasaan jiwa seorang penari wajib memiliki kemampuan daya peka
yang tinggi, antara lain: pemahaman rasa, pembentukan mental atau laku yang
disertai adanya keseimbangan dan kesinambuangan yang luluh dari berbagai
unsur atau elemen tari. Pendapat Murgiyanto (1998) menambahkan bahwa
wirasa berkaitan dengan kemampuan menginterpretasikan isi tarian yang
disalurkan melalui pengendalian rasa atau emosinya dalam upaya menjiwai
tarian yang dibawakannya.
Kendali psikomotorik dalam kompetensi menari juga penting, karena
psikomotorik dalam tari disebut juga gerak dalam wiraga merupakan medium
dasar dalam penyajian suatu tari. Keindahan gerak dalam seni tari tercipta dari
keindahan anggota-anggota badan manusia yang bergerak, berirama dan
berjiwa atau dapat juga diberi arti bahwa tari adalah keindahan bentuk dari
anggota badan manusia yang bergerak, berirama dan berjiwa yang harmonis
(Kusudiarjo, 1981). Sehingga semakin baik kendali psikomotik, maka
diharapkan akan berpengaruh pula terhadap keindahan gerak dalam
29
Kendali fisiologis dalam kompetensi menari penting, akan tetapi
kendali fisiologis ini akan dapat terkendali dengan sendirinya apabila penari
memiliki kendali pikiran, kendali rasa dan kendali psikomotorik terlebih
dahulu. Reaksi fisiologis selain itu juga merupakan bentuk tindak lanjut
adaptasi dari refleks tubuh, yang mendorong efek dalam tubuh, aktivitas otak
dan sekresi hormonal (Ricard dan Lazarus, 1991).
H’Doubler menjabarkan bahwa gerakan sebagai perilaku yang bisa
dilihat merupakan penjelmaan dari sifat emosional (kendali emosi), fisikal
(aspek psikomotorik) dan intelektual (pikiran). Gerakan menunjukkan adanya
keinginan (emosi), gagasan (pikiran) yang membentuknya dan gerakan
(psikomotorik) yang nyata untuk mengungkapkan gagasan tersebut dalam
sebuah tarian (dalam Kumorohadi, 1985).
Pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kompetensi menari
memiliki tiga unsur yang berkaitan dengan unsur atau aspek dalam kendali
emosi. Penari yang memiliki kemampuan mengendalikan emosi, yaitu mampu
mengendalikan pikiran yang dimiliki ketika menari dengan konsentrasi penuh,
mampu mengendalikan perasaan dengan tidak mudah cemas dan tidak mudah
marah, mampu mengendalikan gerakan (psikomotorik) dengan melakukan
gerakan yang teratur, mampu mengendalikan kondisi fisiologis tubuh
sehingga jantungnya tidak mudah berdebar, tidak mudah berkeringat. Maka
penari akan mampu memiliki kompetensi menari yang baik, yaitu dapat
memiliki gerakan dengan luwes (wiraga), mampu menyesuaikan gerakan
30
dalam sebuah penyajian tari (wirasa) dengan menghayati peran yang dia
tarikan.
Penari yang tidak mampu mengendalikan emosi, yaitu kurang mampu
mengendalikan pikiran karena tidak fokus atau tidak konsentrasi, kurang
mampu mengendalikan perasaan sehingga mudah cemas dan marah-marah,
kurang mampu mengendalikan gerakan sehingga gerakan tidak teratur, dan
kurang mampu mengendalikan kondisi fisiologis sehingga jantung cepat
berdebar. Maka tidak akan dapat memiliki kompetensi menari dengan baik,
penari akan mudah cemas, gerakan menjadi kaku, gerakan tidak sesuai
gamelan, dan penari akan cepat berdebar-debar serta berkeringat dingin.
Berdasar uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara
kendali emosi ketika menari dan kompetensi menari pada siswa-siswi seni tari
Jawa, jika kendali emosi yang dimiliki siswa-siswi sebagai calon penari baik,
maka akan semakin baik pula kompetensi menari siswa-siswi sebagai calon
penari tari Jawa. Begitu pula sebaliknya apabila kendali emosi yang dimiliki
siswa-siswi sebagai calon penari kurang baik, maka akan berpengaruh kurang
baik pula terhadap kompetensi menari yang dimiliki.
D. HIPOTESIS
Ada hubungan positif dan signifikan antara kendali emosi dan kompetensi
Tidak mampu mengendalikan emosi
Mampu
mengendalikan emosi
Kurang mampu mengendalikan emosi dengan baik, yaitu:
1. Kurang mampu
1. Mampu mengendalikan pikiran Contoh. Konsentrasi
2. Mampu mengendalikan perasaan
Contoh. Tidak mudah cemas 3. Mampu mengendalikan
psikomotorik
Contoh. Gerakan teratur sesuai irama
Contoh. Gerakan sesuai dengan irama dan jatuh tempo
3. Wirasa baik
Contoh. Mampu menyampaikan maksud dari gerakan dalam tarian, misalnya bisa menjadi tokoh Srikandi dengan baik 1. Wiraga kurang baik
Contoh. Gerakan kaku, mudah lupa gerakan 2. Wirama kurang baik
Contoh. Gerakan tidak sesuai irama dan ketukan gendhing 3. Wirasa kurang baik
Contoh. Tidak dapat
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Penelitian ini merupakan jenis penelitian korelasional, karena
penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki sejauh mana variasi satu variabel
berkaitan dengan variasi pada satu variabel lain. Oleh karena itu penelitian ini
dimaksudkan untuk mencari ada atau tidaknya hubungan antara kendali emosi
dan kompetensi menari pada penari tari jawa.
B. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN
Variabel merupakan gejala yang menjadi fokus peneliti untuk
diamati. Variabel itu sebagai atribut dari sekelompok orang atau objek yang
mempunyai variasi antara satu dengan yang lainnya dalam kelompok itu
(Sugiyono, 2005).
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel bebas : Kendali emosi ketika menari
2. Variabel tergantung : Kompetensi menari pada penari tari Jawa
C. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN
1. Kendali emosi: yaitu kemampuan seseorang untuk dapat mengatur dan
mengarahkan emosi yang ada, secara logis dalam bentuk perasaan, pikiran
dan perilaku ketika menyajikan sebuah tarian. Kendali emosi terdiri dari
33
empat aspek, yaitu kendali pikiran, kendali rasa, kendali psikomotorik
(verbal dan nonverbal) dan kendali fisiologis.
Kendali emosi diungkap dengan menggunakan skala kendali
emosi, skala kendali emosi dibuat berdasarkan blue print dari rangkuman
aspek-aspek dalam teori kendali emosi (Halaman 37). Kendali emosi yang
menjadi objek penelitian adalah kendali emosi ketika siswa-siswi menari.
Kendali emosi menjadi variabel bebas karena dalam seni tari Jawa
kendali emosi sangat ditekankan untuk kompetensi menari bagi penari tari
Jawa. Penari yang mampu berkonsentrasi, tidak mudah cemas akan lebih
fokus dan mampu menghayati sebuah tarian. (Murgiyanto, 1986).
2. Kompetensi menari pada siswa-siswi seni tari Jawa: yaitu kemampuan,
ketrampilan dan pengetahuan, yang harus dimiliki oleh siswa-siswi yang
bertugas membawakan atau menyajikan tarian atau menafsirkan dan
mengekspresikan karya tari ke hadapan penonton , yang meliputi aspek
wiraga, wirasa dan wirama.
Kompetensi menari diungkap dengan menggunakan standar
penilaian kemampuan, ketrampilan dan pengetahuan yang dimiliki siswa
dalam nilai praktek, yang terdapat dalam rangkuman buku nilai siswa dari
siswa SMKI yang telah dinilai oleh guru pengajar. Penilaian meliputi
wiraga, wirama dan wirasa.
Kompetensi menari menjadi variabel tergantung, karena
kompetensi menari yang baik akan tercapai yaitu menjadi gerakan yang
34
indah (luwes) apabila seorang penari memiliki kendali emosi yang baik
(Soedarsono, 1973).
D. SUBJEK PENELITIAN
Metode pengambilan subjek yang digunakan adalah sampling
purposive. Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2005). Subjek yang akan diambil sebagai
sampel dalam penelitian ini adalah seorang penari tari Jawa.
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa dan siswi (laki-laki dan
perempuan) dari SMKI (Sekolah Menengah Karawitan Indonesia) atau
sekarang menjadi SMK Negeri 8 Surakarta, dengan jumlah 51 siswa dari kelas
III. Dengan pertimbangan siswa kelas III memiliki kemampuan dan
pengalaman menari (baik teoritis maupun praktis) lebih banyak daripada kelas
I dan kelas II.
E. METODE DAN ALAT PENGUMPULAN DATA
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan
skala. Item-item dalam skala disusun oleh penulis berdasarkan aspek- aspek
hasil kesimpulan dari teori yang dipakai dan berdasarkan pertimbangan dari
aspek- aspek kendali emosi yang dikemukakan dan sudah diteliti oleh
Afriyanti (1999). Dalam penelitian ini skala yang digunakan termasuk tipe
pilihan, yaitu subjek penelitian diminta memilih salah satu diantara beberapa
alternatif yang sudah disiapkan.
35
Skala berupa pernyataan yang direspon dengan empat jawaban,
yaitu dengan metode skala Likert (Sugiyono, 2005) dengan pilihan jawaban
Tabel 1
Norma Penskalaan
Favorable Unfavorable
Jawaban Nilai Jawaban Nilai
SS (sangat setuju) 4 SS 1
S (setuju) 3 S 2
TS (tidak setuju) 2 TS 3
STS (sangat tidak setuju) 1 STS 4
Peneliti menggunakan metode skala ini untuk mengungkapkan
tingkat kendali emosi yang dimiliki subjek, dengan pertimbangan karena (1)
subjek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri, (2) apa yang
dinyatakan subjek adalah dapat dipercaya, serta (3) interpretasi subjek tentang
pertanyaan maupun pernyataan yang diajukan adalah sama-sama dengan yang
dimaksud peneliti (Hadi, 1984).
Skala penelitian ini secara garis besar terdiri dari tiga bagian yaitu:
1. Bagian pertama mengungkap data identitas subjek penelitian yang
meliputi: nama, kelas dan nomor urut.
2. Bagian kedua merupakan skala kendali emosi yang mengandung item-item
pernyataan sikap dan perilaku. Skala kendali emosi bertujuan untuk
mengetahui tingkat kendali emosi yang dimiliki subjek. Skala kendali
36
emosi dalam penelitian ini merupakan skala perilaku yang mengungkap
reaksi seseorang bila mengalami emosi- emosi.
Skala kendali emosi terdiri dari aspek-aspek yang merupakan
rangkuman dari teori-teori tentang emosi dan kendali emosi. Skala kendali
emosi terdiri dari empat aspek, yaitu:
1. Kendali pikiran, yaitu kemampuan untuk mengatur dan mengarahkan
pikiran dalam memberikan respon terhadap situasi yang menimbulkan
emosi secara logis.
2. Kendali rasa, yaitu kemampuan untuk mengatur dan mengarahkan
gejolak perasaan yang menyertai suatu pengalaman emosi
3. Kendali psikomotorik, yaitu kemampuan untuk mengatur dan
mengarahkan perilaku tampak, meliputi perilaku verbal dan perilaku
non verbal
4. Kendali fisiologis, yaitu meliputi kemampuan untuk mengatur dan
mengarahkan tekanan energi emosi yang berpengaruh terhadap
pengendalian reaksi fisiologis yang menyertai suatu pengalaman emosi
Item-item dari skala kendali emosi ini merupakan komponen dari
enam bentuk emosi dasar, yaitu rasa senang, cinta, takut, sedih dan marah.
Adapun blue print tentang skala kendali emosi dapat dilihat pada tabel 2
berikut ini:
37
Tabel 2
Blue Print Aitem Kendali Emosi Sebelum Uji Coba
Aspek Favorabel Unfavorabel Jumlah
1. Pikiran 1,11,21,31,
41,51,61,71
a. Ekspresi verbal 3,13,23,33,
43,53,63,73
4. Fisiologis 5,15,25,35, 45,55, 65,75
10,20,30,40,
50,60,70,80
16
Jumlah 40 40 80
3. Bagian ketiga adalah penilaian penari dengan kompetensi menari dalam
praktek di sekolah saat pertunjukkan, penilaian ini diambil dari nilai
kualitatif dan kuantitatif praktek penari di sekolah.
Adapun aspek-aspek yang akan diukur adalah:
a. Wiraga
Wiraga adalah raga atau tubuh, yaitu gerak kaki sampai kepala,
merupakan media pokok gerak tari. Gerak tari dirangkai dan
digayakan sesuai dengan bentuk tubuh yang tepat. Misalnya seberapa
jauh badan merendah, tenaga merentang
38
b. Wirama
Wirama adalah ritme atau tempo atau seberapa lamanya
rangkaian gerak ditarikan serta ketepatan perpindahan gerak selaras
dengan jatuhnya irama. Irama ini biasanya dari alat musik ritmis yang
mengiringin, seperti gong, gendang, tifa, rebana dll.
c. Wirasa
Wirasa adalah perasaan yang diekspresikan lewat raut muka dan
gerak keseluruhan gerak tersebut harus dapat menjelaskan jiwa dan
emosi tarian seperti sedih, gembira, tegas atau marah.
Tabel 3
Standar Penilaian Kompetensi Menari Jawa (Dalam standar kompetensi menari bidang tari)
Tarian atau kelompok tari Score Level
1 2 3 4 5 6 7 8 N3 III C
N2 II B C
N1 I A A A A B B B C
KUALITATIF KUANTITATIF Keterangan:
1. Kualitatif :
N1 : Wiraga I : Pemula
N2 : Wirama II : Muda
N3 : Wirasa III : Madya
2. Kuantitatif:
1,2,…s.d 8: jenis tari yang diberikan
39
Jadi walaupun A dapat menghafal 4 jenis tarian belum tentu A
mengusai semua tarian tersebut dengan kualitas sebaik C, dalam arti
walaupun C menguasai satu tarian bukan berarti C memiliki kemampuan
kualitatif (wiraga, wirama dan wirasa) dibawah A (Departemen
Pendidikan Nasional, 2003).
Nilai kompetensi menari di dapat dari nilai praktek semester I dan
II ketika subjek menginjak kelas II, dan nilai praktek ini terdapat pada
nilai laporan dari guru yang bersangkutan.
F. PERSIAPAN ALAT UKUR 1. Validitas
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh
mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi
ukurnya. Suatu tes atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai
validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya,
atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya
pengukuran tersebut (Azwar, 2004).
Validitas dalam penelitian ini menggunakan validitas isi, karena
validitas isi merupakam validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap
isi. Isi merupakan variabel yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes
dengan analisis rasional atau lewat professional, dalam hal ini pengujian
skala kendali emosi oleh Dosen dan penilaian kompetensi menari
menggunakan standar kurikulum bidang tari jawa oleh guru pengajar.
40
Pertanyaan yang dicari dalam validitas ini adalah “sejauh mana item-item
dalam tes mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur”
atau “sejauhmana isi tes mencerminkan ciri atribut yang hendak diukur”.
Validitas isi dibagi menjadi dua tipe, yaitu face validity (validitas
muka) dan logical validity (validitas logik)
a. Validitas muka
Validitas muka adalah tipe validitas yang paling rendah signifikannya
karena hanya didasarkan pada penilaian terhadap format penampilan
(appearance) tes. Apabila penampilan tes telah meyakinkan dan
memberikan kesan mampu mengungkap apa yang hendak diukur maka
dapat dikatakan bahwa validitas muka telah terpenuhi.
b. Validitas logik
Validitas logik disebut juga sebagai validitas sampling (sampling
validity). Validitas tipe ini menunjuk pada sejauhmana isi tes
merupakan representasi dari ciri-ciri atribut yang hendak diukur.
2. Reliabilitas
Reliabilitas merupakan penerjemahan dari kata reliability yang
mempunyai asal kata rely dan ability. Pengukuran yang memiliki
reliabilitas tinggi disebut sebagai pengukuran yang reliabel (reliable). Ide
pokok yang terkandung dalam konsep reliabilitas adalah sejauhmana hasil
suatu pengukuran dapat dipercaya (Azwar, 2004).
41
Pengujian reliabilitas dilakukan melalui pendekatan konsistensi
internal dengan menggunakan tehnik analisis koefisien reliabilitas alpha
dari Cronbach, yaitu dengan melihat konsistensi antar aitem dalam tes itu
sendiri. Bila koefisien korelasi positif dan signifikan maka instrumen
tersebut sudah dinyatakan reliabel. Pengujian cara ini sering juga disebut
stability.
Selanjutnya harga skor dari kedua uji coba dimasukkan ke dalam
tabel penolong, agar perhitungan koefisien korelasi dapat dilakukan
dengan mudah.
Penghitungan dilakukan dengan tehnik korelasi Product Moment,
setelah diperoleh harga r hitung, selanjutnya untuk dapat diputuskan
instrumen tersebut reliabel atau tidak, harga tersebut dikonsultasikan
dengan harga r tabel (Sugiyono, 2005).
G. TEKNIK ANALISIS DATA
Metode analisis data merupakan suatu metode yang digunakan
untuk mengolah data, menganalisis hasil penelitian untuk menguji
kebenarannya. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah berupa
angka-angka, maka metode yang digunakan adalah metode statistik. Penelitian ini
menggunakan uji asumsi yang terdiri dari uji homogenitas dan normalitas
sebaran dengan menggunakan Pearson Product Moment dalam program SPSS
versi 12 for Windows.