• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara kendali emosi ketika menari dan kompetensi menari pada siswa-siswi seni Tari Jawa di SMK Negeri 8 [SMKI] Surakarta - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Hubungan antara kendali emosi ketika menari dan kompetensi menari pada siswa-siswi seni Tari Jawa di SMK Negeri 8 [SMKI] Surakarta - USD Repository"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA KENDALI EMOSI KETIKA MENARI DAN KOMPETENSI MENARI PADA SISWA-SISWI SENI TARI JAWA

DI SMK NEGERI 8 (SMKI) SURAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh: Elli Adar Setitriana

NIM: 019114046

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2007

(2)
(3)
(4)

Beri aku hikmat

Untuk mengembangkan ilmuku

Beri aku taat

Untuk menyelesaikan tugasku

Beri aku rasa

Untuk kesabaran menghadapinya

Beri aku raga

Untuk kesehatan dalam melaluinya

Beri aku pikir untuk menuangkan dalam kata

Beri aku mata

Untuk membuka hati dan jiwa....

akan kritik dan pendapat yang ada

Terimakasih Bapa ...

Engkau membuat segala sesuatu indah pada waktunya

Bahkan Engkau memberikan kekekalan dalam hati kami.

Tapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah

dari awal sampai akhir

(Pengkotbah 3:11)

Hingga kami merasakan sendiri

Engkau membuat segala sesuatu indah pada waktunya

Seperti tarian sukma dalam senandung alunan gerak raga

Terimakasih Bapa....

(5)

Hasil karya dalam skripsi ini saya persembahkan kepada

Keluargaku tercinta

Kekasihku tersayang

Almamaterku Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

(6)

Pernyataan keaslian karya

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta,

Elli Adar Setitriana

(7)

ABSTRAK

Hubungan Antara Kendali Emosi Ketika Menari Dan Kompetensi Menari Pada Siswa-siswi Seni Tari Jawa di SMK N 8 Surakarta (SMKI)

Elli Adar Setitriana

Prodi Psikologi; Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta Penari adalah salah satu komponen pokok dalam penyajian seni tari, sehingga dalam prakteknya, terutama dalam seni tari Jawa, penari diharapkan dapat menampilkan kompetensi menari yang baik. Kompetensi menari yang baik akan didapat apabila seorang penari memiliki kendali emosi yang baik pula. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, apakah ada hubungan antara kendali emosi ketika menari dan kompetensi menari pada siswa-siswi seni tari Jawa di SMK N 8 Surakarta atau SMKI.

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas III SMK N 8 Surakarta atau SMKI, dan jumlah subjek penelitian seluruhnya adalah 51 siswa.

Alat ukur yang digunakan untuk mengungkap kendali emosi adalah skala kendali emosi, sedangkan kompetensi menari menggunakan data dokumentasi berupa daftar nilai praktek siswa ketika kelas II semester I dan II. Metode yang digunakan untuk menganalisis data yaitu korelasi Pearson Product Moment.

Berdasarkan pengolahan data penelitian, hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan antara kendali emosi ketika menari dan kompetensi menari pada siswa-siswi seni tari Jawa di SMK N 8 Surakarta dapat diterima. Koefisien korelasi (rxy) antara kendali emosi dan kompetensi menari adalah sebesar 0,494. Hal ini menunjukkan adanya hubungan positif dan signifikan antara kendali emosi ketika menari dan kompetensi menari tersebut.

Koefisien determinasi (r ) yang diperoleh adalah sebesar 0,244, menunjukkan bahwa kendali emosi ketika menari (variabel bebas) memberikan sumbangan efektif terhadap kompetensi menari (variabel tergantung) sebesar 24,4%.

2

(8)

ABSTRACT

Correlation between Emotional Control In Dancing And Competence of Javanese Dancing Art Students in SMK N 8 Surakarta (SMKI)

Elli Adar Setitriana

Departement of Psychology; Faculty of Psychology Sanata Dharma Universitiy, Yogyakarta

Dancers are one of the most important component in dancing art presentation. So, in practice, specially in Javanese dancing art, dancers are expected to perform a good dancing competence. Competence result will be found if dancers have a good emotional control too. This research is intended to analyze whether there’s positive and significant relationship between emotional controlIn Dancing and dancing competence of Javanese dancing art students in SMK N 8 Surakarta or SMKI.

The subject of this research is the students at third year of SMK N 8 Surakarta or SMKI, and total subject are 51 students.

Measuring instrument will be applied to express emotional control is scale consists, whereas, dancing competence score will be applied according to the data document in first and second semester at second year. The method which is used to analyze the data is pearson product moment correlation.

Based on the data processing research, found that there is a positive correlation between emotional control in dancing and dancing competence of Javanese dancing art students in SMK N 8 Surakarta or SMKI is accepted. Coefficient of correlation (rxy) between emotional control in dancing and dancing competence are 0,494. It means that between those variable had positive dan significant correlation.

Coefficient of determinant (r ) that is obtained by 0,244, indicating that emotional control in dancing (independent variable) giving effective contribution to dancing competence (dependent variable) equal to 24,4%.

2

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah Bapa atas segala limpahan berkat dan kasih karunia-Nya sehingga pada akhirnya penulisan skripsi ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Hal ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak yang terlibat. Semua bantuan yang telah diberikan sungguh sangat berarti bagi penulis. Kiranya hanya beribu kata terima kasih yang mampu penulis berikan dari lubuk hati yang terdalam kepada:

1. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma dan sekaligus selaku dosen penguji.

2. Ibu ML. Anantasari, S.Psi., M.Si., selaku dosen pembimbing yang dengan penuh kesabaran dan kasih sayang telah memberi pengarahan dan memberi dukungan kepada penulis. Terima kasih banyak ya Bu Ari...

3. Bapak Drs. H. Wahyudi, M.Si., selaku dosen penguji

4. Dosen Psikologi, Bapak dan Ibu dosen terima kasih atas ilmu yang diberikan dan bimbingan selama ini

5. Romo Gregorius, terimakasih ya Mo sudah mengajarkan meditasi dan sudah mengajak jalan-jalan dengan teman-teman untuk refresing

6. Ibu Ruli, selaku guru pembimbing penulis dalam mengambil data di SMK N 8 Surakarta atau SMKI yang telah menerima penulis dengan baik di sekolah dan memberi penjelasan materi yang dibutuhkan. Terima kasih ya Bu.. untuk reverensi bukunya juga, semoga nanti bisa bertemu lagi di proyek selanjutnya. 7. Bapak Drs. Sumandiyo Hadi (Didik Nini Towok) yang telah memberikan

penjelasan tentang wiraga, wirama dan wirasa, dan tentang sharingnya. Terimakasih sudah menyempatkan waktu menerima saya walaupun sibuk. 8. Teman-teman di SMK N 8 Surakarta atau SMKI yang rela pendapat

pribadinya di ambil oleh penulis, “ayo dik berjuang untuk kelulusan kalian, saya doakan semuanya lulus dan jangan lupa undangan pagelarannya nanti ya...”

(10)

9. Teman-teman sanggar Bagong Kusudiarjo, terimakasih atas hari-hari yang indah saat latihan disana dan atas komentar-komentar yang diberikan sehingga memberikan ide bagi saya

10.Mb’Nanik dan M’Gandung, yang senantiasa membantu dalam proses administrasi. M’Muji, yang selalu membantu dalam proses praktikum. M’Doni, yang membantu mencarikan reverensi buku. Pak Gik “selamat Pak Gik”

11.Staff Perpus Paingan yang terancam ramai karena kedatangan saya yang selalu meminta bantuan dalam peminjaman buku, ada Mb’ Kristin yang imut (karena kecil he...), Mas Sunu yang .... salam aja deh buat Dik Dinda dan istri, Mas Suwadi yang suka memberi informasi, Mas Rahmadi yang selalu nongkrong dengan walkmannya, Mas Jumar yang saya minta untuk cepat-cepat fotokopi “maap ya mas”..., Mb’Nina ma Mb’Ning yang selalu memberikan senyum termanis he..., Mb’ eni yang lagi ngajar bahasa inggris di Extencion Course “maap ya mba i ga jadi bantuin natalan karyawan he...” 12.Keluargaku (home sweet home boo...) buat Bapak Pdt. Suparman dan Istri

he... maap ye...Eyi telat lulusnya, buat Ma’e jangan berisik terus dong pucing nih...,buat M’Adi dan Mb’Ambar, serta M’Yanu dan Mb’Lia “terima kasih buat subsidi yang diberikan, walau kadang aku suka maksa kalian, btw no problemah... kan”, buat keponakanku yang Lucu-lucu A’ca dan A’tid ayo dik cepet gedhe biar bisa bantuin tante. Buat Bul’Beta dan Lek’Mo “adem ayem aja kan”, buat Nanta dan Wawa “jangan nakal ya nang, kasihan Bapak dan Ibu ok...”

13.Oma, Opa, Om, Tante dan adik-adikku yang di Jogja, gimana kabarnya keluarga besar bertambah ya dengan hadirnya si kembar

14.Yayang Cidol yang tersayang, makasih ya dah temenin aku kemana-mana buat cari reverensi, ketilang dimana-mana karena belum ada SIM he...tempat sampahku karena aku suka marah-marah dan ngambek, dan suka ngomel-ngomel ga jelas... thanks ya selalu mewarnai hari-hariku karena tingkahmu yang konyol, dan terima kasih karena sudah sabar mendampingiku sampai detik ini, pasti nanti kalau PLJJ aku kangen banget ama kamu say...

(11)

15.Belu, “trims ya Bel buat masukan yang diberikan untuk skripsi saya, met jadi mba’ sarjana juga deh”, buat Evi dan teman bimbingan Bu’Ari yang lain, ‘Ca...Yo!!!!’ semua”. Buat Mas Linggar, trims ya buat waktunya dan sudah mau direcokin....

16.Siska, Nining, “gimana kabar kalian, kalian mau kerja dimana, makasih ya untuk masukan kalian buat skripsiku dan buat canda-tawanya

17.Teman kos lamaku, ada Tari, Bia, Diana, Eni, Deasi, Emi, Cece, Lia, Cuprit, Yeni, Bora, Sisil dan lain-lainnya gimana masih aman-aman saja kan di kos he...terkhusus buat tari “ayo Ta cepet selesai cepet nikah biar aku punya ponakan baru he...”

18.Teman kos baru dan sampai saat ini, ada Mb’Ium yang selalu menjadi temen curhatku “ayo mba jalan-jalan, dan jangan suka mikir terlalu berat ya kalau ada masalah”, buat Indah “ Ndah salam buat Hendrik dan Pe Ak ya he...”, buat Yuli “peace girl”, buat Mb’Nita “kapan dedenya di ajak main”, buat Pii “aloha gimana kabarnya kakak”, buat Agnes “ Dea tambah centil kayak mamanya ga?”

19.Rita teman kosku terlama di Mrican, trims ya girls buat tumpangan tidurnya dulu, ayo lulus-lulus pulang Nganjuk sudah ada yang melamar tuh

20.Ambo, yang telah meminjamkan komputer dan memberikan kasurnya “Dimana kamu sekarang, dah pulang ke kampung halaman ya, makasih ya buat semua”

21.Teman-teman Nav, thanks untuk hari-hari yang penuh damai dan sukacita 22.Teman-teman kosnya M’Wid, ada Hendrik, PeAk, Amang, Andre, Primus dll

“ayo cepet lulus biar kosnya ga tambah rusuh he...” 23.Teman-teman satu angkatan 2001, “Ca Yo..!!!!.”

24.Semua pihak yang ikut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dan belum sempat penulis sebutkan, “Terima kasih semua, dan God Bless All”

Yogyakarta, ... Penulis

Elli Adar Setitriana

(12)

DAFTAR ISI A. Kompetensi Menari Pada Siswa-Siswi Seni Tari Jawa 1. Pengertian Kompetensi Menari Pada Penari Tari Jawa ... 9

2. Aspek-aspek Kompetensi Menari Tari Jawa ... 12

3. Elemen-elemen Tari Jawa ... 14

(13)

4. Kriteria Kendali Emosi Seseorang Diterima Secara Sosial ... 24

5. Tujuan Kendali Emosi ... 25

C. Hubungan Kendali Emosi Ketika Menari dan Kompetensi Menari Pada Siswa-siswi Seni Tari Jawa ... 26

D. Hipotesis ... 30

BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 32

B. Identifikasi Variabel Penelitian ... 32

C. Definisi Variabel penelitian ... 32

D. Subjek Penelitian ... 34

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data ... 34

F. Persiapan Alat Ukur ... 39

G. Teknik Analisis Data ... 41

BAB IV. PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi Kancah Penelitian ... 42

B. Persiapan Penelitian 1. Perijinan ... 43

2. Hasil Pelaksanaan Uji Coba a. Validitas ... 44

b. Reliabilitas ... 45

C. Pelaksanaan Penelitian ... 46

(14)

DAFTAR SKEMA

1. Skema Hubungan Antara Kendali Emosi Ketika Menari Pada Kompetensi Menari Pada Siswa-siswi Seni Tari Jawa di SMK N 8 (SMKI) Surakarta ... 31

(15)

DAFTAR TABEL

1. Norma Penskalaan ... 34

2. Blue Print Aitem Kendali Emosi Sebelum Uji Coba ... 36

3. Standar Penilaian Kompetensi Menari ... 37

4. Blue Print Aitem Skala Kendali Setelah Uji Coba ... 45

5. Norma Kategorisasi Skala Penelitian ... 47

6. Norma Kategorisasi Skala Kendali Emosi dan Kompetensi Menari ... 48

7. Rangkuman Data Kategorisasi Kendali Emosi dan Kompetensi Menari... 49

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

A. Uji Coba

1. Skala Kendali Emosi Uji Coba ... 66

2. Data Hasil Uji Coba ... 74

3. Reliabilitas dan Normalitas ... 79

B. Penelitian 1. Skala Kendali Emosi Penelitian ... 84

2. Data Hasil Penelitian ... 89

3. Data Akumulatif Tiap Aspek Kendali Emosi dan Data Akumulatif Kompetensi Menari ... 95

4. Statistik Deskriptif dan Tabel Frekuensi ... 97

5. Uji Normalitas dan Linearitas ... 102

6. Diagram Linearitas ... 104

7. Uji Korelasi ... 105

8. Uji Korelasi Tiap Aspek ... 106

C. Nilai Kompetensi Menari ... 107

D. Surat Penelitian dari Fakultas ... 109

E. Surat Keterangan Penelitian dari SMK N 8 Surakarta (SMKI) ... 110

(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Seni tidak bisa dipisahkan dari hidup, karena seni merupakan

esensi hidup itu sendiri. Masalah yang paling pokok dalam semua seni adalah

nilai emosional. Dalam seni yang paling tepat untuk mengekspresikan dengan

gerakan adalah tari, sehingga untuk menciptakan tari orang harus belajar,

menghasilkan, dan mengetahui tentang gerakan (H’Doubler, 1985).

H’Doubler (dalam Kumorohadi, 1985) menjelaskan bila fungsi tari

sebagai pengalaman penting dalam kehidupan masyarakat kita, maka ini akan

menjadi tanggung jawab para pendidik. Hal ini berarti tari dalam program

pendidikan umum memberikan kesempatan pada setiap siswa untuk

merasakan bahwa tari dapat mempengaruhi perkembangan pribadinya dan

pertumbuhan jiwanya. Berdasarkan hal tersebut kita harus membuat suatu

teori struktur tubuh dan hukum tentang gerakan tubuh. Selain itu

mengapresiasi dan mengerti hubungan antara perasaan dan tindakan kita harus

tahu psikologi emosi dan bagian-bagian yang diekspresikan dalam gerakan.

Kehadiran bentuk sajian tari sendiri, tidak dapat lepas dari peran

penari sebagai penyaji tari, karena lewat penarilah bentuk sajian tari itu

ditampilkan, baik dalam bentuk fisik maupun bentuk ungkapnya, dalam hal ini

tubuh penari merupakan sarana ungkap atau instrument untuk mengungkapkan

karya tari.

(18)

2

Murgiyanto (1986) menjelaskan bahwa seorang penari di tuntut

beberapa persyaratan agar memiliki kondisi ukuran tubuh yang memadai,

yakni ukuran tubuhnya yang tidak gemuk, tidak pendek, atau idealnya

berukuran tubuh yang atletis. Ukuran tubuh yang ideal ini, pertama akan

memudahkan dan menyeimbangkan fungsi setiap organ tubuh dalam

mengungkapkan berbagai gerakan, dan kedua sudah dapat diterka oleh

siapapun bahwa setiap tarian akan lebih menarik jika dibawakan oleh

penarinya yang semampai. Para calon penari selain itu, harus memiliki dasar

kemampuan daya serap atau daya tangkap yang cepat dan tepat.

Gerak ekspresif dan ekspresi gerak seorang penari juga

menyangkut faktor psikologis, mekanisme tubuh dan mentalitas. Seorang

penari dalam hal ini, berarti akan menghasilkan gerak yang ekspresif apabila

memiliki ketajaman rasa dalam mengalirkan, mengendalikan, dan mengontrol

energinya pada otot setiap organ. Visualisasi bermacam-macam gerak

berkualitas selanjutnya akan tercapai jika penari memiliki ketajaman rasa

dalam memadukan atau menyelaraskan pengendalian dan pengontrolan energi

dengan pola irama dan pola ruangnya. Ekspresi gerak penari dengan

sendirinya akan tersampaikan dengan baik ke hadapan penonton, apabila

penari melakukan gerak yang ekspresif tersebut (Murgiyanto, 1986).

Penari yang memiliki dasar mentalitas positif menjadi persyaratan

penting bagi penari, terutama sikap-sikap mendasar yang berkaitan dengan

ketegaran, keuletan dan tidak cepat frustasi dalam menekuni dan menghadapi

(19)

3

Murgiyanto (1986) menjelaskan mentalitas positif adalah ketika

seorang penari jiwanya stabil dan tidak emosional jika mendapat masalah,

sehingga penari akan terhindar dari demam panggung, serta hal mendasar

yang lainnya, dalam hal ini seorang penari benar-benar dituntut untuk dapat

mengendalikan emosi yang ada pada dirinya.

Pengertian tari Jawa dijelaskan Soeryodiningratan (2004) sebagai

gerak dari seluruh anggota badan yang selaras dengan banyak musik

(gamelan), serta diatur oleh irama yang sesuai dengan maksud dan tujuan

dalam menari. Uraian tentang larasing jawi, keselarasan lahiriah ini, diikuti

dengan uraian tentang kekuatan batiniah (larasing batin), yang

memungkinkan orang mampu mempengaruhi nasib, yaitu dengan jalan

mengendalikan pikiran dan perasaan walaupun tentang ini dipandang sukar

melaksanakannya.

Gerakan ritmis penari tari Jawa ketika menari terjadi karena adanya

unsur keselarasan dalam seni tari yang mendukung kompetensi menari, unsur

tersebut yaitu wiraga yang merupakan bentuk kendali gerak kaki sampai

kepala, wirama yaitu berupa ritme atau tempo atau seberapa lama rangkaian

gerak ditarikan serta ketepatan perpindahan gerak selaras dengan jatuhnya

irama, dan wirasa adalah berupa perasaan yang diekspresikan lewat raut muka

dan gerak, melalui pengendalian rasa atau emosinya dalam upaya menjiwai

tarian (H’Doubler dalam Kumorohadi, 1985).

Penyajian seni tari tersebut menjelaskan bahwa tari memiliki banyak

(20)

4

yaitu kendali emosi. H’Doubler (dalam Kumorohadi, 1985) berpendapat

bahwa, dalam seni tari, seperti juga dalam kenyataan, pengendaliannya adalah

sifa-sifat emosional. Kendali sifat-sifat emosional bila dipadukan dengan

intelektual kemudian dilaksanakan oleh fisik, maka semua kekuatan yang

dimiliki oleh seorang penari akan terlihat dan akan membentuk kepribadian

yang utuh.

Hurlock (1978) mengatakan bahwa kendali emosi berarti

mengarahkan energi emosi ke saluran ekspresi yang bermanfaat dan dapat

diterima secara sosial. Kendali emosi selain mempelajari bagaimana cara

menangani rangsangan yang membangkitkan emosi, juga harus mempelajari

bagaimana cara mengatasi reaksi yang biasanya menyertai emosi tersebut.

Setiap orang dalam hal ini pasti memiliki tingkat kendali emosi, karena

manusia memiliki sifat yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.

Kendali emosi yang optimal memungkinkan individu menampilkan

reaktivitas sosial yang baik. Reaktivitas sosial yang baik akan membuat

individu dapat memecahkan persoalan yang dihadapinya dengan cara yang

lebih baik. Kendali emosi ini meliputi pengendalian dari beberapa komponen

dasar emosi, antara lain kognitif, afektif dan perilaku (Eisenberg dan Fabes,

1994).

Hurlock (1973) mengemukakan bahwa kendali emosi terdiri dari

empat aspek, antara lain kendali pikiran, yaitu pengendalian yang melibatkan

pikiran dalam memberikan respon terhadap situasi yang menimbulkan emosi.

(21)

5

pengalaman emosi. Kendali motorik, yaitu pengendalian perilaku tampak

meliputi perilaku verbal dan perilaku non verbal, dan kendali fisiologis, yaitu

meliputi kemampuan melegakan diri dari tekanan energi emosi yang

berpengaruh terhadap pengendalian reaksi fisiologis yang menyertai suatu

pengalaman emosi.

Blooms (dalam Departemen Pendidikan Nasional, 2003) menyatakan

bahwa, bentuk relevansi emosi dengan tari banyak diacu dalam keseluruhan

projek kompetensi, psikomotorik, kognitif dan afektif. Psikomotorik (level

dasar) dalam relevansinya berkenaan dengan aspek wiraga (dan sebagian

wirama), kognitif pada aspek wirama (dan sebagian wirasa), afektif pada

wilayah wirasa (yang dengan sendirinya menyangkut wiraga dan wirama).

Dalam perkembangannya standar kemampuan seorang penari jawa di satukan

dalam suatu standar kompetensi nasional bidang tari yang meliputi ketiga

wilayah penilaian diatas.

Timbul Haryono dalam seminarnya mengungkapkan bahwa seni tari

dan emosi sangat berhubungan, karena sejumlah ekspresi wajah, pandangan

mata, kostum, serta gerak tubuh merupakan bentuk dari ekspresi emosi dalam

diri seorang penari. Pendapat ini merupakan bentuk ulasan dari kitab Natya

Sastra (Kompas, 2006).

Brakel dan Ngaliman (1991) mengungkapkan juga bahwa uraian

tentang larasing jawi, yang merupakan keselarasan lahiriah dalam tari Jawa,

sangat berpengaruh terhadap keselarasan batiniah (larasing batin), yaitu

(22)

6

pengendalian pikiran dan perasaan, walaupun tentang ini dipandang sukar

melaksanakannya.

Hadi atau yang biasa disebut Didik Nini Thowok (dalam wawancara,

20 Juni 2006) juga menegaskan bahwa kendali emosi dan kompetensi menari

sangat berhubungan, seorang penari yang kurang memiliki kesabaran (kendali

emosi) dalam seni tari Jawa dituntut untuk sabar agar dapat melakukan

gerakan dengan luwes.

Teori diatas menegaskan bahwa seni tari Jawa lebih menekankan

tentang arti penting kendali emosi, maka peneliti tertarik melakukan penelitian

dalam bidang seni tari Jawa, walaupun kendali emosi diperlukan di semua tari.

Dari uraian diatas, peneliti ingin melihat adanya hubungan antara

kendali emosi ketika menari dan kompetensi menari pada siswa-siswi seni tari

Jawa. Penelitian ini akan dilaksanakan di SMKI (Sekolah Menengah

karawitan Indonesia) atau sekarang di sebut dengan SMK 8 Surakarta.

Sekolah ini bertujuan untuk mempersiapkan siswanya menjadi tenaga kerja

tingkat menengah yang memiliki pengetahuan, ketrampilan dan sikap sebagai

seniman tingkat menengah dibidang Seni Karawitan, Seni tari, dan Seni

Pedalangan.

Jurusan seni tari di SMK ini lebih menekankan pelatihan untuk tari

Jawa, selain itu sekolah ini menerapkan sistem penilaian kompetensi menari

pada penari tari Jawa. Subjek penelitian adalah siswa dan siswi kelas III

dengan pertimbangan mereka lebih banyak memperoleh ilmu praktek dan

(23)

7

B. RUMUSAN MASALAH

Adakah hubungan positif dan signifikan antara kendali emosi ketika

menari dan kompetensi menari pada siswa-siswi seni tari Jawa?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan

positif dan signifikan antara kendali emosi ketika menari dan kompetensi

menari pada siswa-siswi seni tari Jawa.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Apabila hipotesis ini terbukti, maka diharapkan penelitian ini dapat

memberikan informasi bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan tentang

kendali emosi pada bidang Psikologi, juga sebagai referensi bagi peneliti

lain yang tertarik dengan penelitian tentang kendali emosi

2. Secara praktis penelitian ini dapat memberikan informasi tentang

hubungan kendali emosi dan kompetensi menari tentang arti pentingnya

pengendalian emosi dalam diri seseorang

a. Pelaku seni terutama penari tari Jawa

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi dan

wawasan yang dapat ditindak lanjuti bagi para penari, yaitu dengan

(24)

8

meningkatkan kompetensi menari, terutama dalam kompetensi menari

pada penari tari Jawa

b. Guru atau pelatih seni tari, terutama seni tari Jawa

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan

pengertian kepada guru atau pelatih seni tari, akan arti penting kendali

(25)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. KOMPETENSI MENARI PADA SISWA-SISWI SENI TARI JAWA 1. Pengertian Kompetensi Menari Pada Siswa-Siswi Seni Tari Jawa

Pengertian kompetensi menari pada siswa-siswi seni tari Jawa, akan

dijelaskan berdasarkan beberapa pengertian dari masing-masing istilah di

bawah ini.

Kompetensi dalam pengertian kamus besar Bahasa Indonesia (1990)

merupakan suatu kewenangan atau kekuasaan untuk menentukan atau

memutuskan sesuatu. Kata ini berasal dari kata dasar kompeten yang berarti

kecakapan. Standar kompetensi menurut Departemen Pendidikan Nasional

(2003) merupakan standar pernyataan tentang ketrampilan, pengetahuan,

dan sikap kerja, yang harus dimiliki oleh seseorang untuk melakukan suatu

pekerjaan atau tugas sesuai dengan yang dipersyaratkan.

Kompetensi menurut Departemen Pendidikan Nasional (2003) adalah

mencari rumusan yang dapat disepakati bersama. Rumusannya itu sendiri

tak lain adalah rincian kemampuan seseorang dalam melakukan suatu

pekerjaan, berdasarkan pada pandangan masyarakat secara professional yang

dipahami atau disetujui baik oleh pelaku (actor) maupun pengguna (user).

Standar kompetensi bidang tari ini pun, punya tujuan yang serupa, yang

pada gilirannya akan dapat memberi acuan pada pelaku dan pengguna untuk

penentuan kualifikasi, sertifikasi, dan okupasinya agar keseimbangan atau

(26)

10

fairness bisa terciptakan (dalam Standar kompetensi menurut Departemen

Pendidikan Nasional, 2003).

Menari merupakan kata kerja dari tari, sedangkan tari sendiri dalam

Kamus besar Bahasa Indonesia (1990) berarti gerakan badan, mulai dari

tangan dansebagainya yang berirama dan biasanya diiringi bunyi-bunyian

antara lain sebagai contoh ialah musik, gamelan dan sebagainya.

Menari menurut Marti dan Tobie (dalam Suharto,1981) akan

memunculkan situasi kritis dan penuh arti, rasa dapat lebih baik dimengerti

dan dibawah kontrol, dan kontrol diri dapat diperluas kepada kontrol

keseimbangan diri naturalnya. Oleh karena itu menari itu sendiri berarti

melakukan tari, yaitu menggerakan badan dan sebagainya dengan berirama

dan seiring dengan bunyi-bunyian.

Siswa dan siswi dalam kamus besar Bahasa Indonesia (1990) berarti

murid-murid yang belajar di sekolah dari tingkat sekolah dasar sampai

tingkat lanjut.

Tari Jawa dijelaskan Soeryodiningratan (2004) merupakan gerak dari

seluruh anggota badan yang selaras dengan banyak musik (gamelan), diatur

oleh irama yang sesuai dengan maksud dan tujuan dalam menari. Seni tari

adalah gerak terangkai yang berirama sebagai ungkapan jiwa atau ekspresi

manusia yang di dalamnya terdapat unsur keindahan wiraga atau tubuh,

wirama atau irama, wirasa atau penghayatan, dan wirupa atau ujud. Kutipan

(27)

11

“tari inggih punika ebahing sedaya saranduning badan, kasarengan ungeling gangsa katata pikantuk wiramaning gendhing, jumbuhing paseman keliyan pikajenging joged”.

Tari Jawa merupakan keindahan gerak anggota-anggota badan manusia

yang bergerak, berirama dan berjiwa atau dapat juga diberi arti bahwa tari

adalah keindahan bentuk dari anggota badan manusia yang bergerak,

berirama dan berjiwa yang harmonis (Kusudiarjo, 1981). Bentuk, gerak,

irama dan jiwa yang dilahirkan oleh kekuatan jiwa manusia harus harmonis,

sebab harmoniasasi inilah yang melahirkan keindahan. Harmoni adalah

keselarasan, baik keselarasan gerak, suara, bentuk, warna garis dan lain

sebagainya. Untuk memuat harmoni harus dipergunakan perasaan dengan

didampingi pertimbangan-pertimbangan pikiran.

Tari Jawa menurut Soedarsono (1973) adalah ekspresi jiwa manusia

melalui gerakan-gerakan ritmis yang indah, gerak dan ritme sebagai

substansi dasar, tetapi gerak-gerak ritmis bukanlah tari apabila gerak itu

adalah gerak sehari-hari atau natural. Tatapi gerak-gerak ritmis itu harus

distilir (diatur) supaya indah. Perkataan indah disini bukan hanya berarti

bagus, tetapi indah berarti memberikan kepuasan pada orang lain. Gerakan

ritmis yang indah itu sebenarnya merupakan pancaran jiwa manusia, dan

jiwa itu berupa akal, kehendak dan emosi.

Berdasarkan uraian pengertian beberapa istilah di atas dapat

disimpulkan bahwa kompetensi menari pada siswa-siswi seni tari Jawa

diartikan sebagai kemampuan, ketrampilan dan pengetahuan yang dimiliki

(28)

12

menafsirkan dan mengekspresikan karya tari ke hadapan penonton , dalam

hal ini menari untuk melakukan suatu pekerjaan atau tugas sesuai dengan

yang dipersyaratkan dalam tari Jawa yaitu memiliki kemampuan aspek

wiraga, wirasa dan wirama.

2. Aspek-aspek Kompetensi Menari Pada Siswa-siswi Seni Tari Jawa Menurut Widodo (2005) beberapa aspek yang essensial yang harus

dikuasai atau dimiliki oleh seorang penari tari Jawa sebagai pola dasar yaitu:

a). Wiraga

Wiraga sering disebut kemampuan peragaan, merangkum di

dalamnya tentang kelenturan, penguasaan teknik gerak tari, dan

penguasaan ruang serta ungkapan gerak yang jelas dan bersih.

Murgiyanto (1983) menambahkan bahwa wiraga tertuju pada

ketrampilan memvisualisasikan setiap gerakan secara cermat dan tepat,

hal ini akan berkaitan dengan daya ingat (hafal), penguasaan

teknik-tekniknya dan dalam membentuk geraknya dalam ruang (posisi arah

hidup, arah gerak, jangkauan gerak, level-level dalam penampilan tubuh

dan lain-lain).

b). Wirama

Wirama adalah pengaturan tempo dan ritme yang penting yang

erat sekali hubungannya dengan irama. Irama yang timbul baik dari

iringannya ataupun irama yang langsung diatur oleh penari sendiri,

(29)

13

oleh seorang penari. Irama merupakan titik tolak atau landasan untuk

mengatur irama, terutama mengatur tempo dan ritmenya. Hal ini agar

tarian yang dibawakannya terlihat dan terasa dinamikanya, sehingga

nilai-nilai yang terkandung pada tarian itu tetap utuh. Selanjutnya

penari mampu menguasai irama dan ketukan, serta perilaku untuk tetap

menghayati dan ikut merasakan setiap gerakan yang dilakukannya.

Begitu pula sebaliknya penari yang tidak baik adalah penari yang

bergerak (menurut) di luar irama tari dan iringan.

Murgiyanto (1983) mencoba mengungkap wirama sebagai

ketepatan dalam mengatur dan mengendalikan waktu pada setiap

geraknya, baik ritme atau sekuen-sekuen terkecil dari setiap geraknya,

tempo atau cepat lambat penyelesaian tiap-tiap rangkaian gerak maupun

meter atau ketepatan ketika adanya perubahan ritme gerak. Selain itu

perilaku diatur perilaku antara ketepatan pengaturan waktu

menggerakannnya dengan ketepatan dan keselarasan dengan pola irama

dari masuk pengiringnya.

c). Wirasa

Wirasa merupakan aspek yang bersifat rohaniah (kejiwaan)

yang memberikan dan mampu mendukung secara keseluruhan pada

tarian yang dibawakan. Di dalam wirasa atau penguasaan jiwa ini bagi

penari yang baik, wajib memiliki kemampuan daya peka yang tinggi,

(30)

14

laku yang disertai adanya keseimbangan dan kesinambuangan yang

luluh dari berbagai unsur atau elemen tari.

Pendapat Murgiyanto (1998) menambahkan bahwa wirasa

berkaitan dengan kemampuan menginterpretasikan isi tarian yang

disalurkan melalui pengendalian rasa atau emosinya dalam upaya

menjiwai tarian yang dibawakannya.

3. Elemen-elemen Dalam Tari Jawa

Elemen-elemen dalam tari Jawa adalah beberapa bagian yang

secara umum dilihat dalam tari Jawa. Elemen utama dalam tari adalah

gerak, bergerak adalah mengekspresikan pembebasan dari sesuatu yang

tidak enak. Gerak dalam tari merupakan simbolisasi, displacement maupun

katarsis. Bahkan secara ritual, gerak merupakan suatu sarana

mengekspresikan dan mengalihkan kekuatan, kesedihan, kemarahan,

kenikmatan, permohonan maupun ampunan. Melalui kegiatan ini seseorang

berlatih mengembangkan imajinasi untuk membuat suatu harmoni antara

ritme dan gerak (Iriani, 1998).

Kumorohadi (1985) menjabarkan beberapa elemen yang membantu

dalam menari, yaitu:

a. Struktur Anatomikal yang menentukan batas-batas reaksi gerak. Tubuh

mampu melakukan gerakan dengan tehnik kekuatan, kelembutan,

kwalitas, koordinasi dan penguasaan tehnik gerak

(31)

15

b. Faktor-faktor psychological yang menentukan gerak merupakan

pertimbangan proses physico-chemikal dan system urat syaraf. Ini

adalah perlengkapan tingkah laku yang memiliki saluran-saluran reflek

serta kemungkinan aktivitas tak terbatas yang dapat dimodifikasi.

c. Perlengkapan mental meliputi tingkah laku psikis. Kesadaran seluruh

sensasi-sensasi dan juga kapasitas berpikir, merasakan, imaji dan

sebagainya, terletak dalam perlengkapan mental ini. Perlengkapan

mental merupakan peralatan bagi tafsir pengalaman serta

pengembangan perasaan akan nilai-nilai.struktur ini merupakan

substansi formatif dari yang mana memunculkan personalitas.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kompetensi Menari Tari Jawa Murgiyanto (1998) menjelaskan bahwa selain gerak ekspresif dan

ekspresi gerak, menari juga menyangkut faktor psikologis mekanisme tubuh.

Hal ini berarti bahwa, gerak yang ekspresif akan tercapai jika memiliki

ketajaman rasa dalam mengengalirkan, mengendalikan dan mengontrol

energinya dalam otot setiap organ tubuh.

Murgiyanto (1993) menambahkan bahwa faktor tari meliputi beberapa

hal, yaitu:

a. Bakat gerak

Bakat gerak adalah syarat yang paling penting bagi seorang penari,

akan tetapi bakat gerak harus didukung dengan pelatihan tehnik fiskal,

(32)

16

diperhatikan. Gerakan yang terkendali sangat menunjang penari tari

Jawa untuk membentuk gerakan yang luwes, faktor ini sangat

berhubungan dengan aspek kendali psikomotorik dalam kendali emosi

b. Kemampuan dramatik

Kemampuan akting atau kemampuan membawakan peran tertentu,

sangat penting terutama di dalam sebuah dramatari. Kemampuan

dramatik melibatkan konsentrasi pikiran dan penjiwaan terhadap pesan

dari isi tarian, dengan kendali pikiran dan rasa maka seorang penari

akan mampu membawakan dan menghayati peran dalam sebuah tarian.

c. Rasa pentas, atau rasa ruang

Rasa merupakan bakat yang membuat seorang penari secara

spontan memperoleh keseimbangan pentas dan mampu memahami apa

yang dirasakan oleh penonton. Sekaligus mampu pula melakukan

berbagai masalah kecil yang membuat pertunjukkan menjadi baik.

Dengan mengetahui tempat pentas dan ruang, penari akan mampu

melihat batas gerak ruang yang akan ditempati, hal ini terjadi ketika

penari dapat melakukan kendali psikomotorik, pikiran dan perasaan.

d. Rasa irama

Rasa irama atau bakat musikal sangat penting. Kemampuan

membedakan frase-frase yang menjadi bagian pokok dari musik

merupakan keharusan bagi seorang seniman tari. Seorang penari harus

bergerak seirama dengan ketukan musiknya ataupun di sela-sela

(33)

17

Tari Jawa dan tari tradisi misalnya, rasanya tak masuk akal jika ada

penari yang tak dapat mengenali bunyi kenong, kempul, dan gong

ataupun tak dapat mengenali irama pukulan gendang pengiringnya.

Rasa irama terjadi apabila penari mampu fokus dalam melakukan

sebuah gerakan, dan mampu menjiwai alunan pengiring tari, hal ini

merupakan bentuk perpaduan kendali pikiran, kendali psikomotorik dan

kendali rasa.

e. Daya ingat (aspek pikiran)

Daya ingat sangat penting pada diri seorang penari, sebab seorang

penari yang pelupa bisa mengakibatkan seluruh komposisi berantakan,

apalagi dalam tarian tunggal. Seorang penari yang memiliki kebiasaan

pelupa dapat menghilangkan konsentrasinya, yang berarti kehilangan

kontak seluruh komposisi dengan penonton. Daya ingat dapat dilatih

sejak awal pelatihan seni tari. Penari yang dapat melakukan konsentrasi,

dan tetap bisa fokus terhadap gerakan yang dilakukan adalah salah satu

bentuk kendali pikiran dalam kendali emosi

f. Komposisi kreatif

Komposisi kreatif dibutuhkan dalam menari, terutama ketika

penari menghadapi hal-hal diluar kendali diri, seperti kaset tiba-tiba

berhenti, properti terjatuh dan lain sebagainya. Kendali pikiran dan

kendali psikomotorik dan kendali rasa dalam hal ini sangat diperlukan,

karena penari dituntut untuk tetap focus dan memikirkan gerakan yang

(34)

18

Perlengkapan pembawaan alamiah diatas didukung dengan beberapa

teknik dalam tari,yaitu: kekuatan, kelembutan, kualitas, koordinasi dan

penguasaan tehnik gerak (ketrampilan-ketrampilan khusus).

Faktor-faktor lain yang juga mendukung adanya tehnik-tehnik tersebut

adalah:

a. Faktor Ritmik

1) Teratur

2) Selang-seling, meliputi lamanya menari, tekanan, dan kecepatan.

3) Irama

4) Kombinasi yang kompleks

5) Sinkopasi atau pengisian gerakan dalam jeda alunan pengiring dari

gerakan yang satu ke gerakan yang lain

b. Faktor Ruang

1) Arah, meliputi fokus, garis gerak, langsung, dan penyimpangan.

2) Jarak atau area

3) Bidang, meliputi bidang horisontal, vertikal, dan diagonal.

4) Posisi tubuh

5) Level adalah tingkat kesulitan menari ketika menghadapi pola

ruang dalam tari, meliputi level tinggi, rendah, dan medium.

6) Hadap tubuh, meliputi hadap depan, samping, dan belakang

c. Faktor Bentuk

1) Variasi

(35)

19

3) Berimbang

4) Klimaks

5) Rangkaian

6) Transisi

7) Repetisi

8) Harmoni

B. KENDALI EMOSI 1. Pengertian Emosi

Emosi dari bahasa Latin “movere” diartikan sebagai bergerak

pergi, emosi diartikan sebagai respon terhadap stimulus yang melibatkan

pergerakan kondisi psikologis, perasaan subjektif, interpretasi kognitif, dan

perilaku yang tampak (Pettijohn, 1992). Kata emosi juga dapat dijelaskan

dalam bahasa Inggris yang berarti to move out (keluar). Arti kata ini

menunjukkan pada suatu ekspresi keluar sesuatu dari dalam, dan merupakan

salah satu aspek dalam emosi.

Penelitian Goleman (1997) telah menghasilkan pengertian bahwa

emosi adalah suatu keadaan mental yang melibatkan aspek biologis,

psikologis maupun kecenderungan untuk bertindak. Goleman (1999) juga

menambahkan bahwa emosi adalah setiap kegiatan atau pergolakan pikiran,

perasaan, nafsu, setiap keadaan mental yang hebat atau meluap-luap. Albin

menyimpulkan emosi merupakan perasaan yang kita alami, yaitu merasa

(36)

20

Telaah teoritik tentang emosi ini pada dasarnya dapat disimpulkan

dalam tiga kategori (Rostiana, 1997):

a. James- Lange

Emosi adalah semata-mata reaksi fisik, kita merasakan sesuatu

karena adanya reaksi fisik seperti detak jantung atau kontraksi otot,

sebaliknya

b. Cannon- Band

Emosi adalah reaksi kognitif yang menimbulkan gejala-gejala fisik.

Karena kita takut maka jantung kita berdebar

Pendapat kontradiktif ini akhirnya disatukan dalam teori Sehachter-

Singer yang mengemukakan bahwa emosi meliputi aspek fisiologis

maupun aspek psikologis (Goleman, 1997).

Jadi, dapat disimpulkan bahwa emosi adalah reaksi yang timbul

sebagai bentuk respon dari diri seseorang, terhadap situasi yang

menimbulkan emosi. Emosi meliputi komponen kognitif, afektif, konatif

dan psikomotorik. Emosi sendiri memiliki lima dasar dari emosi yaitu rasa

senang, cinta, takut, sedih dan marah.

2. Pengertian Kendali Emosi

Kendali emosi adalah proses inisiatif, menjaga, mengarahkan atau

merubah kejadian sehari-hari, kebiasaan, atau durasi dalam hal perasaan dan

tujuan pribadi, hubungan emosi dalam proses psikologis, dan perilaku yang

(37)

21

usaha penuh dalam menemukan kemampuan untuk menghalangi respon

dominan menjadi respon subdominan (Pidada, 2004).

Hurlock (1973) mengungkapkan bahwa kendali emosi berarti

proses pengarahan energi emosi ke saluran ekspresi yang bermanfaat dan

dapat diterima secara sosial. Apabila seseorang mengendalikan ekspresi

emosi yang tampak, mereka juga berusaha mengarahkan energi yang

ditimbulkan oleh tubuh mereka menjadi persiapan untuk bertindak ke arah

pola perilaku yang bermanfaat dan dapat diterima secara sosial (Hurlock,

1978). Pencapaian kendali emosi dalam artian ilmiah berarti bahwa,

individu harus memberikan perhatian pada aspek mental dari emosi

sebanyak perhatian pada aspek fisik, karena pada dasarnya emosi yang

wajar merupakan keselarasan antara perasaan dan lingkungan .

Salovey (dalam Rostiana, 1997) mengungkapkan bahwa kendali

emosi merupakan kemampuan untuk mengelola dalam diri sendiri dan orang

lain dengan memanfaatkan emosi negatif menjadi perilaku yang bermanfaat,

dan memperbesar yang menyenangkan, tanpa menekan atau

melebih-lebihkan informasi yang menyertainya.

Sambel dan Sambel (dalam Prawitasari, 1998) menambahkan

bahwa seseorang dengan kendali emosi yang baik, cenderung akan memiliki

kendali pikiran dan fisik yang baik pula. Karena emosi datangnya dari

dalam, ia memiliki kekuatan yang luar biasa untuk mempengaruhi kondisi

(38)

22

Kendali emosi adalah kekuatan yang siap digali untuk

mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik.. Emosi yang terkendali secara

benar dapat menjadi kekuatan luar biasa yang mengubah hidup menjadi

lebih baik, dalam arti emosi negatif dapat diarahkan pada perilaku yang

bermanfaat. Emosi adalah suatu kekuatan, kalau kita mampu

mengendalikannya. Emosi bisa merusak, kalau menguasai diri kita

(Wijokongko, 1997).

Kesimpulan yang dapat ditarik dari pendapat beberapa ahli diatas

tentang kendali emosi adalah kemampuan seseorang untuk dapat mengatur

dan mengarahkan emosi yang ada, secara logis dalam bentuk perasaan,

pikiran dan perilaku tanpa harus menghilangkan atau menekan emosi yang

ada dalam diri pribadi tersebut. Kendali emosi ini dilakukan untuk

menghalangi respon dominan dan atau respon negatif menjadi respon

subdominan dalam bentuk respon positif, yang berarti bahwa bentuk-bentuk

emosi yang negatif, misalnya marah, memukul sesuatu, dapat diarahkan ke

kegiatan yang positif, misalnya olahraga, seni dan kegiatan positif lainnya .

3. Aspek Kendali Emosi

Hurlock (1973) mengemukakan bahwa kendali emosi terdiri dari

empat aspek, yaitu:

a. Kendali pikiran, yaitu kemampuan untuk mengatur dan mengarahkan

pikiran dalam memberikan respon terhadap situasi yang menimbulkan

(39)

23

b. Kendali rasa, yaitu kemampuan untuk mengatur dan mengarahkan

gejolak perasaan yang menyertai suatu pengalaman emosi

c. Kendali psikomotorik, yaitu kemampuan untuk mengatur dan

mengarahkan perilaku tampak, meliputi perilaku verbal dan perilaku non

verbal

d. Kendali fisiologis, yaitu meliputi kemampuan untuk mengatur dan

mengarahkan tekanan energi emosi yang berpengaruh terhadap

pengendalian reaksi fisiologis yang menyertai suatu pengalaman emosi

Kendali fisiologis dimasukkan dalam aspek kendali emosi, karena

dalam emosi menunjukkan kegoncangan organisme yang disertai oleh

gejala-gejala kesadaran, dan proses fisiologis (Rakhmat, 2001). Ricard dan

Lazarus (1991) selain itu menyatakan bahwa reaksi fisiologis merupakan

salah satu variabel yang relevan untuk diamati dalam emosi. Reaksi

fisiologis ini merupakan aktivitas yang terjadi dalam nervous system,

sebagai salah satu keadaan mekanisme tubuh yang sangat sensitif. Reaksi

fisiologis ini merupakan bentuk tindak lanjut adaptasi dari refleks tubuh,

yang mendorong efek dalam tubuh, aktivitas otak dan sekresi hormonal.

Kesimpulan tentang aspek kendali emosi terdiri dari 4 aspek yaitu:

a. Kendali pikiran

b. Kendali rasa

c. Kendali psikomotorik

(40)

24

4. Kriteria Kendali Emosi Seseorang Diterima Secara Sosial

Hurlock (1974) menjelaskan bahwa kendali emosi yang bukan

berarti menghilangkan atau menekan ekspresi dari emosi tersebut, berarti

belajar untuk mengekspresikan emosi dengan jalan menyalurkan emosi ke

tindakan yang lebih baik dan bermanfaat. Kendali Emosi secara bersamaan

juga dapat memberi kepuasan penuh pada diri individu tersebut dan

mengurangi emosi yang mengggangggu itu sendiri.

Kriteria kendali emosi seseorang diterima secara sosial, antara lain :

a. Belajar untuk memahami emosi, yaitu dengan memunculkan situasi

dengan logis, melalui pemikiran yang rasionalitas. Pendekatan secara

rasional ini adalah jalan untuk mengontrol timbulnya keadaan mental

yang akan menyiapkan fisik individu, untuk bereaksi secara cepat

tanpa berpikir terlebih dahulu dampak yang akan diterima dalam

merespon stimulus yang menimbulkan emosi.

b. Individu harus belajar untuk membuktikan pada masyarakat. Individu

diajarkan bukan hanya menarik kesimpulan dari beberapa bagian

dalam suatu permasalahan yang dihadapi, dengan pemikiran dan

perasaan subjektif, tetapi alangkah lebih baik jika individu

menanyakan secara langsung dengan orang lain yang dapat

menjelaskan dan pada sumber-sumber yang ada.

Goleman (2001) mengungkapkan pula bahwa orang yang dapat

mengendalikan emosinya sendiri secara tepat mampu:

(41)

25

b. Tetap teguh, bersikap positif, dan tidak goyah sekalipun dalam situasi

yang paling berat.

c. Berpikir dengan jernih dan tetap terfokus kendati dalam keadaan

tertekan.

5. Tujuan Kendali Emosi

Page Dubois (dalam Goleman, 1999) mengatakan bahwa kendali

emosi adalah bertujuan untuk keseimbangan emosi, bukan menekan emosi,

setiap perasaan mempuanyai nilai dan makna. Kendali emosi oleh diri

sendiri tidak hanya berarti meredam rasa tertekan atau menekan gejolak

emosi, akan tetapi juga bisa berarti dengan sengaja menghayati emosi,

termasuk yang tidak menyenangkan. Pandangan tentang kendali emosi diri

tidak berarti harus menyangkal atau menekan perasaan yang sejati. Kendali

emosi diri tidak sama dengan kendali berlebihan (over control),

penyangkalan semua perasaan dan spontanitas. Sebaliknya, kecakapan

emosi menyiratkan bahwa kita memiliki pilihan bagaimana kita

(42)

26

C. HUBUNGAN ANTARA KENDALI EMOSI KETIKA MENARI DAN KOMPETENSI MENARI PADA SISWA-SISWI SENI TARI JAWA

Kompetensi menari dalam tari Jawa berarti kemampuan, ketrampilan

dan pengetahuan yang harus dimiliki seorang penari. Kompetensi ini meliputi

tiga unsur dasar, yaitu wiraga, wirama dan wirasa. Ketiga unsur pokok adalah

bagian terpenting dalam penyajian sebuah karya seni tari terutama tari Jawa.

Keindahan dalam sebuah tarian terutama tari Jawa yang tidak dapat

lepas dari ketiga unsur dasar tersebut, membuat para penari diharuskan dapat

menguasainya secara baik dan benar. Hal ini dilakukan agar penari dapat

menyampaikan maksud dan tujuan tari yang disajikan. Murgiyanto (1986)

mengemukakan bahwa seorang penari di tuntut persyaratan agar memiliki

kondisi ukuran tubuh yang memadai, yakni ukuran tubuhnya yang tidak

gemuk, tidak pendek, atau idealnya berukuran tubuh yang atletis. Ukuran tubuh

yang ideal ini, pertama akan memudahkan dan menyeimbangkan fungsi setiap

organ tubuh dalam mengungkapkan berbagai gerakan, dan kedua yaitu setiap

tarian akan lebih menarik jika dibawakan oleh penarinya yang semampai.

Selain itu bagi para calon penari, harus memiliki dasar kemampuan daya serap

atau daya tangkap yang cepat dan tepat.

Bentuk relevansi emosi dengan tari menurut Blooms (dalam

Departemen Pendidikan Nasional, 2003) yang banyak diacu dalam keseluruhan

proyek kompetensi, psikomotorik, kognitif dan afektif menjelaskan bahwa

aspek psikomotorik (level dasar) berkenaan dengan aspek wiraga (dan

(43)

27

pada wilayah wirasa (yang dengan sendirinya menyangkut wiraga dan

wirama). Dalam perkembangannya standar kemampuan seorang penari jawa di

satukan dalam suatu standar kompetensi nasional bidang tari yang meliputi

ketiga wilayah penilaian diatas.

Hurlock (1978) mengatakan bahwa konsep ilmiah tentang kendali

emosi berarti mengarahkan energi emosi ke saluran ekspresi yang bermanfaat

dan dapat diterima secara sosial. Pengaruh emosi disamping harus belajar

bagaimana cara menangani rangsangan yang membangkitkan emosi, mereka

juga harus belajar bagaimana cara mengatasi reaksi yang biasanya menyertai

emosi tersebut. Setiap orang dalam hal ini pasti memiliki tingkat kendali

emosi, karena manusia memiliki sifat yang berbeda antara satu dengan yang

lainnya.

Kendali emosi yang optimal dalam sebuah penyajian tarian, akan

dapat membawa dan melatih para penari terutama penari tari Jawa, untuk

mendapatkan kompetensi menari yang optimal dan lebih baik. Karena dengan

kendali emosi yang menyangkut pengendalian pikir (kognitif), rasa (afektif),

psikomotorik dan secara tidak langsung fisiologis, akan berpengaruh terhadap

kompetensi menari pada penari tari Jawa.

Kendali pikiran seorang penari yang baik akan berpengaruh pada

aspek wiraga, wirama dan sekaligus wirasa, karena pikiran yang yang

dikendalikan oleh otak, memiliki sistem pengendali dalam thalamus. Bagian

otak yang berpengaruh terhadap gerakan, yaitu cerebellum tidak akan

(44)

28

otak akan bisa menjaga keseimbangan kontraksi otot. H’Doubler menjelaskan

bahwa, apabila hal ini dilatih secara terus-menerus maka gerakan berirama

mudah sekali menjadi kebiasaan dan otomatis, dan ini penting sekali dalam

pengembangan suatu teknik agar lebih sempurna (dalam Kumorohadi, 1985).

Kendali rasa dalam kompetensi menari penting, karena dalam istilah

tari wirasa merupakan aspek yang rohaniah (kejiwaan) yang memberikan dan

mampu mendukung secara keseluruhan pada tarian yang dibawakan. Wirasa

atau penguasaan jiwa seorang penari wajib memiliki kemampuan daya peka

yang tinggi, antara lain: pemahaman rasa, pembentukan mental atau laku yang

disertai adanya keseimbangan dan kesinambuangan yang luluh dari berbagai

unsur atau elemen tari. Pendapat Murgiyanto (1998) menambahkan bahwa

wirasa berkaitan dengan kemampuan menginterpretasikan isi tarian yang

disalurkan melalui pengendalian rasa atau emosinya dalam upaya menjiwai

tarian yang dibawakannya.

Kendali psikomotorik dalam kompetensi menari juga penting, karena

psikomotorik dalam tari disebut juga gerak dalam wiraga merupakan medium

dasar dalam penyajian suatu tari. Keindahan gerak dalam seni tari tercipta dari

keindahan anggota-anggota badan manusia yang bergerak, berirama dan

berjiwa atau dapat juga diberi arti bahwa tari adalah keindahan bentuk dari

anggota badan manusia yang bergerak, berirama dan berjiwa yang harmonis

(Kusudiarjo, 1981). Sehingga semakin baik kendali psikomotik, maka

diharapkan akan berpengaruh pula terhadap keindahan gerak dalam

(45)

29

Kendali fisiologis dalam kompetensi menari penting, akan tetapi

kendali fisiologis ini akan dapat terkendali dengan sendirinya apabila penari

memiliki kendali pikiran, kendali rasa dan kendali psikomotorik terlebih

dahulu. Reaksi fisiologis selain itu juga merupakan bentuk tindak lanjut

adaptasi dari refleks tubuh, yang mendorong efek dalam tubuh, aktivitas otak

dan sekresi hormonal (Ricard dan Lazarus, 1991).

H’Doubler menjabarkan bahwa gerakan sebagai perilaku yang bisa

dilihat merupakan penjelmaan dari sifat emosional (kendali emosi), fisikal

(aspek psikomotorik) dan intelektual (pikiran). Gerakan menunjukkan adanya

keinginan (emosi), gagasan (pikiran) yang membentuknya dan gerakan

(psikomotorik) yang nyata untuk mengungkapkan gagasan tersebut dalam

sebuah tarian (dalam Kumorohadi, 1985).

Pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kompetensi menari

memiliki tiga unsur yang berkaitan dengan unsur atau aspek dalam kendali

emosi. Penari yang memiliki kemampuan mengendalikan emosi, yaitu mampu

mengendalikan pikiran yang dimiliki ketika menari dengan konsentrasi penuh,

mampu mengendalikan perasaan dengan tidak mudah cemas dan tidak mudah

marah, mampu mengendalikan gerakan (psikomotorik) dengan melakukan

gerakan yang teratur, mampu mengendalikan kondisi fisiologis tubuh

sehingga jantungnya tidak mudah berdebar, tidak mudah berkeringat. Maka

penari akan mampu memiliki kompetensi menari yang baik, yaitu dapat

memiliki gerakan dengan luwes (wiraga), mampu menyesuaikan gerakan

(46)

30

dalam sebuah penyajian tari (wirasa) dengan menghayati peran yang dia

tarikan.

Penari yang tidak mampu mengendalikan emosi, yaitu kurang mampu

mengendalikan pikiran karena tidak fokus atau tidak konsentrasi, kurang

mampu mengendalikan perasaan sehingga mudah cemas dan marah-marah,

kurang mampu mengendalikan gerakan sehingga gerakan tidak teratur, dan

kurang mampu mengendalikan kondisi fisiologis sehingga jantung cepat

berdebar. Maka tidak akan dapat memiliki kompetensi menari dengan baik,

penari akan mudah cemas, gerakan menjadi kaku, gerakan tidak sesuai

gamelan, dan penari akan cepat berdebar-debar serta berkeringat dingin.

Berdasar uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara

kendali emosi ketika menari dan kompetensi menari pada siswa-siswi seni tari

Jawa, jika kendali emosi yang dimiliki siswa-siswi sebagai calon penari baik,

maka akan semakin baik pula kompetensi menari siswa-siswi sebagai calon

penari tari Jawa. Begitu pula sebaliknya apabila kendali emosi yang dimiliki

siswa-siswi sebagai calon penari kurang baik, maka akan berpengaruh kurang

baik pula terhadap kompetensi menari yang dimiliki.

D. HIPOTESIS

Ada hubungan positif dan signifikan antara kendali emosi dan kompetensi

(47)

Tidak mampu mengendalikan emosi

Mampu

mengendalikan emosi

Kurang mampu mengendalikan emosi dengan baik, yaitu:

1. Kurang mampu

1. Mampu mengendalikan pikiran Contoh. Konsentrasi

2. Mampu mengendalikan perasaan

Contoh. Tidak mudah cemas 3. Mampu mengendalikan

psikomotorik

Contoh. Gerakan teratur sesuai irama

Contoh. Gerakan sesuai dengan irama dan jatuh tempo

3. Wirasa baik

Contoh. Mampu menyampaikan maksud dari gerakan dalam tarian, misalnya bisa menjadi tokoh Srikandi dengan baik 1. Wiraga kurang baik

Contoh. Gerakan kaku, mudah lupa gerakan 2. Wirama kurang baik

Contoh. Gerakan tidak sesuai irama dan ketukan gendhing 3. Wirasa kurang baik

Contoh. Tidak dapat

(48)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Penelitian ini merupakan jenis penelitian korelasional, karena

penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki sejauh mana variasi satu variabel

berkaitan dengan variasi pada satu variabel lain. Oleh karena itu penelitian ini

dimaksudkan untuk mencari ada atau tidaknya hubungan antara kendali emosi

dan kompetensi menari pada penari tari jawa.

B. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN

Variabel merupakan gejala yang menjadi fokus peneliti untuk

diamati. Variabel itu sebagai atribut dari sekelompok orang atau objek yang

mempunyai variasi antara satu dengan yang lainnya dalam kelompok itu

(Sugiyono, 2005).

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel bebas : Kendali emosi ketika menari

2. Variabel tergantung : Kompetensi menari pada penari tari Jawa

C. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN

1. Kendali emosi: yaitu kemampuan seseorang untuk dapat mengatur dan

mengarahkan emosi yang ada, secara logis dalam bentuk perasaan, pikiran

dan perilaku ketika menyajikan sebuah tarian. Kendali emosi terdiri dari

(49)

33

empat aspek, yaitu kendali pikiran, kendali rasa, kendali psikomotorik

(verbal dan nonverbal) dan kendali fisiologis.

Kendali emosi diungkap dengan menggunakan skala kendali

emosi, skala kendali emosi dibuat berdasarkan blue print dari rangkuman

aspek-aspek dalam teori kendali emosi (Halaman 37). Kendali emosi yang

menjadi objek penelitian adalah kendali emosi ketika siswa-siswi menari.

Kendali emosi menjadi variabel bebas karena dalam seni tari Jawa

kendali emosi sangat ditekankan untuk kompetensi menari bagi penari tari

Jawa. Penari yang mampu berkonsentrasi, tidak mudah cemas akan lebih

fokus dan mampu menghayati sebuah tarian. (Murgiyanto, 1986).

2. Kompetensi menari pada siswa-siswi seni tari Jawa: yaitu kemampuan,

ketrampilan dan pengetahuan, yang harus dimiliki oleh siswa-siswi yang

bertugas membawakan atau menyajikan tarian atau menafsirkan dan

mengekspresikan karya tari ke hadapan penonton , yang meliputi aspek

wiraga, wirasa dan wirama.

Kompetensi menari diungkap dengan menggunakan standar

penilaian kemampuan, ketrampilan dan pengetahuan yang dimiliki siswa

dalam nilai praktek, yang terdapat dalam rangkuman buku nilai siswa dari

siswa SMKI yang telah dinilai oleh guru pengajar. Penilaian meliputi

wiraga, wirama dan wirasa.

Kompetensi menari menjadi variabel tergantung, karena

kompetensi menari yang baik akan tercapai yaitu menjadi gerakan yang

(50)

34

indah (luwes) apabila seorang penari memiliki kendali emosi yang baik

(Soedarsono, 1973).

D. SUBJEK PENELITIAN

Metode pengambilan subjek yang digunakan adalah sampling

purposive. Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan

pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2005). Subjek yang akan diambil sebagai

sampel dalam penelitian ini adalah seorang penari tari Jawa.

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa dan siswi (laki-laki dan

perempuan) dari SMKI (Sekolah Menengah Karawitan Indonesia) atau

sekarang menjadi SMK Negeri 8 Surakarta, dengan jumlah 51 siswa dari kelas

III. Dengan pertimbangan siswa kelas III memiliki kemampuan dan

pengalaman menari (baik teoritis maupun praktis) lebih banyak daripada kelas

I dan kelas II.

E. METODE DAN ALAT PENGUMPULAN DATA

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan

skala. Item-item dalam skala disusun oleh penulis berdasarkan aspek- aspek

hasil kesimpulan dari teori yang dipakai dan berdasarkan pertimbangan dari

aspek- aspek kendali emosi yang dikemukakan dan sudah diteliti oleh

Afriyanti (1999). Dalam penelitian ini skala yang digunakan termasuk tipe

pilihan, yaitu subjek penelitian diminta memilih salah satu diantara beberapa

alternatif yang sudah disiapkan.

(51)

35

Skala berupa pernyataan yang direspon dengan empat jawaban,

yaitu dengan metode skala Likert (Sugiyono, 2005) dengan pilihan jawaban

Tabel 1

Norma Penskalaan

Favorable Unfavorable

Jawaban Nilai Jawaban Nilai

SS (sangat setuju) 4 SS 1

S (setuju) 3 S 2

TS (tidak setuju) 2 TS 3

STS (sangat tidak setuju) 1 STS 4

Peneliti menggunakan metode skala ini untuk mengungkapkan

tingkat kendali emosi yang dimiliki subjek, dengan pertimbangan karena (1)

subjek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri, (2) apa yang

dinyatakan subjek adalah dapat dipercaya, serta (3) interpretasi subjek tentang

pertanyaan maupun pernyataan yang diajukan adalah sama-sama dengan yang

dimaksud peneliti (Hadi, 1984).

Skala penelitian ini secara garis besar terdiri dari tiga bagian yaitu:

1. Bagian pertama mengungkap data identitas subjek penelitian yang

meliputi: nama, kelas dan nomor urut.

2. Bagian kedua merupakan skala kendali emosi yang mengandung item-item

pernyataan sikap dan perilaku. Skala kendali emosi bertujuan untuk

mengetahui tingkat kendali emosi yang dimiliki subjek. Skala kendali

(52)

36

emosi dalam penelitian ini merupakan skala perilaku yang mengungkap

reaksi seseorang bila mengalami emosi- emosi.

Skala kendali emosi terdiri dari aspek-aspek yang merupakan

rangkuman dari teori-teori tentang emosi dan kendali emosi. Skala kendali

emosi terdiri dari empat aspek, yaitu:

1. Kendali pikiran, yaitu kemampuan untuk mengatur dan mengarahkan

pikiran dalam memberikan respon terhadap situasi yang menimbulkan

emosi secara logis.

2. Kendali rasa, yaitu kemampuan untuk mengatur dan mengarahkan

gejolak perasaan yang menyertai suatu pengalaman emosi

3. Kendali psikomotorik, yaitu kemampuan untuk mengatur dan

mengarahkan perilaku tampak, meliputi perilaku verbal dan perilaku

non verbal

4. Kendali fisiologis, yaitu meliputi kemampuan untuk mengatur dan

mengarahkan tekanan energi emosi yang berpengaruh terhadap

pengendalian reaksi fisiologis yang menyertai suatu pengalaman emosi

Item-item dari skala kendali emosi ini merupakan komponen dari

enam bentuk emosi dasar, yaitu rasa senang, cinta, takut, sedih dan marah.

Adapun blue print tentang skala kendali emosi dapat dilihat pada tabel 2

berikut ini:

(53)

37

Tabel 2

Blue Print Aitem Kendali Emosi Sebelum Uji Coba

Aspek Favorabel Unfavorabel Jumlah

1. Pikiran 1,11,21,31,

41,51,61,71

a. Ekspresi verbal 3,13,23,33,

43,53,63,73

4. Fisiologis 5,15,25,35, 45,55, 65,75

10,20,30,40,

50,60,70,80

16

Jumlah 40 40 80

3. Bagian ketiga adalah penilaian penari dengan kompetensi menari dalam

praktek di sekolah saat pertunjukkan, penilaian ini diambil dari nilai

kualitatif dan kuantitatif praktek penari di sekolah.

Adapun aspek-aspek yang akan diukur adalah:

a. Wiraga

Wiraga adalah raga atau tubuh, yaitu gerak kaki sampai kepala,

merupakan media pokok gerak tari. Gerak tari dirangkai dan

digayakan sesuai dengan bentuk tubuh yang tepat. Misalnya seberapa

jauh badan merendah, tenaga merentang

(54)

38

b. Wirama

Wirama adalah ritme atau tempo atau seberapa lamanya

rangkaian gerak ditarikan serta ketepatan perpindahan gerak selaras

dengan jatuhnya irama. Irama ini biasanya dari alat musik ritmis yang

mengiringin, seperti gong, gendang, tifa, rebana dll.

c. Wirasa

Wirasa adalah perasaan yang diekspresikan lewat raut muka dan

gerak keseluruhan gerak tersebut harus dapat menjelaskan jiwa dan

emosi tarian seperti sedih, gembira, tegas atau marah.

Tabel 3

Standar Penilaian Kompetensi Menari Jawa (Dalam standar kompetensi menari bidang tari)

Tarian atau kelompok tari Score Level

1 2 3 4 5 6 7 8 N3 III C

N2 II B C

N1 I A A A A B B B C

KUALITATIF KUANTITATIF Keterangan:

1. Kualitatif :

N1 : Wiraga I : Pemula

N2 : Wirama II : Muda

N3 : Wirasa III : Madya

2. Kuantitatif:

1,2,…s.d 8: jenis tari yang diberikan

(55)

39

Jadi walaupun A dapat menghafal 4 jenis tarian belum tentu A

mengusai semua tarian tersebut dengan kualitas sebaik C, dalam arti

walaupun C menguasai satu tarian bukan berarti C memiliki kemampuan

kualitatif (wiraga, wirama dan wirasa) dibawah A (Departemen

Pendidikan Nasional, 2003).

Nilai kompetensi menari di dapat dari nilai praktek semester I dan

II ketika subjek menginjak kelas II, dan nilai praktek ini terdapat pada

nilai laporan dari guru yang bersangkutan.

F. PERSIAPAN ALAT UKUR 1. Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh

mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi

ukurnya. Suatu tes atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai

validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya,

atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya

pengukuran tersebut (Azwar, 2004).

Validitas dalam penelitian ini menggunakan validitas isi, karena

validitas isi merupakam validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap

isi. Isi merupakan variabel yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes

dengan analisis rasional atau lewat professional, dalam hal ini pengujian

skala kendali emosi oleh Dosen dan penilaian kompetensi menari

menggunakan standar kurikulum bidang tari jawa oleh guru pengajar.

(56)

40

Pertanyaan yang dicari dalam validitas ini adalah “sejauh mana item-item

dalam tes mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur”

atau “sejauhmana isi tes mencerminkan ciri atribut yang hendak diukur”.

Validitas isi dibagi menjadi dua tipe, yaitu face validity (validitas

muka) dan logical validity (validitas logik)

a. Validitas muka

Validitas muka adalah tipe validitas yang paling rendah signifikannya

karena hanya didasarkan pada penilaian terhadap format penampilan

(appearance) tes. Apabila penampilan tes telah meyakinkan dan

memberikan kesan mampu mengungkap apa yang hendak diukur maka

dapat dikatakan bahwa validitas muka telah terpenuhi.

b. Validitas logik

Validitas logik disebut juga sebagai validitas sampling (sampling

validity). Validitas tipe ini menunjuk pada sejauhmana isi tes

merupakan representasi dari ciri-ciri atribut yang hendak diukur.

2. Reliabilitas

Reliabilitas merupakan penerjemahan dari kata reliability yang

mempunyai asal kata rely dan ability. Pengukuran yang memiliki

reliabilitas tinggi disebut sebagai pengukuran yang reliabel (reliable). Ide

pokok yang terkandung dalam konsep reliabilitas adalah sejauhmana hasil

suatu pengukuran dapat dipercaya (Azwar, 2004).

(57)

41

Pengujian reliabilitas dilakukan melalui pendekatan konsistensi

internal dengan menggunakan tehnik analisis koefisien reliabilitas alpha

dari Cronbach, yaitu dengan melihat konsistensi antar aitem dalam tes itu

sendiri. Bila koefisien korelasi positif dan signifikan maka instrumen

tersebut sudah dinyatakan reliabel. Pengujian cara ini sering juga disebut

stability.

Selanjutnya harga skor dari kedua uji coba dimasukkan ke dalam

tabel penolong, agar perhitungan koefisien korelasi dapat dilakukan

dengan mudah.

Penghitungan dilakukan dengan tehnik korelasi Product Moment,

setelah diperoleh harga r hitung, selanjutnya untuk dapat diputuskan

instrumen tersebut reliabel atau tidak, harga tersebut dikonsultasikan

dengan harga r tabel (Sugiyono, 2005).

G. TEKNIK ANALISIS DATA

Metode analisis data merupakan suatu metode yang digunakan

untuk mengolah data, menganalisis hasil penelitian untuk menguji

kebenarannya. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah berupa

angka-angka, maka metode yang digunakan adalah metode statistik. Penelitian ini

menggunakan uji asumsi yang terdiri dari uji homogenitas dan normalitas

sebaran dengan menggunakan Pearson Product Moment dalam program SPSS

versi 12 for Windows.

Gambar

 Tabel 1   Norma Penskalaan
Tabel 2
Tabel 3
Tabel Skala Kendali Emosi setelah Uji Coba
+4

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Contoh: Menyerahkan salinan informasi yang diminta Pemohon, atau mengembalikan kelebihan biaya perolehan informasi yang sudah dibayar oleh Pemohon (apabila keberatan berkaitan

[r]

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa penulisan APLIKASI BIRO TRAVELING BERBASIS WEB (Studi Kasus di Harmony Biro Travel Jepara) ini berdasarkan hasil penelitian, pemikiran

Pasal 144 ayat 1 "Ordonnantie herstel rechtsverkeer" diubah, sehingga berbunyi : Terhadap segala putusan dari "Directie van het rechtsherstel"

Kepala Desa yang dilakukan tanpa penggantian, bentuk luar (kenvorm) Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa, atau Keputusan Kepala Desa tersebut mempunyai kesamaan

The member function consists of the operations necessary for the genetic algorithm processing, namely creating an initial population, calculating non attacking

PENGARUH SUHU ADSORPSI TERHADAP MUTU MINYAK GORENG BEKAS OLEH ARANG AKTIF TEMPURUNG KEMIRI6. (Aleurites Moluccana) YANG DIAKTIVASI DENGAN H 2 SO 4