PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI (TAHAP II)TENTANG SINDROM METABOLIK TERHADAP PERILAKU MASYARAKAT DI DUSUN
KRODAN, MAGUWOHARJO- SLEMAN, YOGYAKARTA (Kajian Kadar Gula Darah Puasa)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh : Ivonne Susanto NIM : 048114077
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
i
PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI (TAHAP II)TENTANG SINDROM METABOLIK TERHADAP PERILAKU MASYARAKAT DI DUSUN
KRODAN, MAGUWOHARJO- SLEMAN, YOGYAKARTA (Kajian Kadar Gula Darah Puasa)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh : Ivonne Susanto NIM : 048114077
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
Sebab
rancangan
‐
Ku
bukanlah
rancanganmu,
dan
jalanmu
bukanlah
jalan
‐
Ku,
demikianlah
firman
Tuhan.
Seperti
tingginya
langit
dari
bumi,
demikianlah
tingginya
jalan
‐
Ku
dari
jalanmu
dan
rancangan
‐
Ku
dari
rancanganmu.
(Yesaya
55:8
‐
9)
Karya Kecil ini Kupersembahkan kepada: Allah Bapa di Surga, Tuhan Yesus Penyelamat dan Penopang Hidupku, Bunda Maria yang mendoakanku. Papa, Mama, Kakak-kakakku dan adikku. Sahabat dan teman-temanku, Almamaterku.
It will be done for you...
“Truly I tell you, if you say this mountain ,’Be taken up and thrown into the sea,’ and if you do not doubt in your heart, but believe that what you say will come to pass, it will be done for you. So I tell you, whatever you ask for in prayer, believe that you have received it, and it will be yours.”
v
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan anugerah yang diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelas Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini bukan suatu hal yang mudah, namun karena mendapat bantuan, bimbingan, dukungan dan doa dari berbagai pihak penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Tuhan Yesus atas segala kasih, bimbingan dan berkat-Nya serta Bunda Maria yang setia mendoakan, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. 2. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku dekan Fakultas Farmasi, dosen
pembimbing akademik, dan dosen pembimbing skripsi atas kesabaran dalam memberikan bimbingan, nasihat, dukungan dan semangat selama ini, serta kesediaaan waktunya untuk berkonsultasi.
3. Ibu dr. Fenty, M. Kes, Sp.PK atas kesediaan menguji serta memberikan saran dan masukan yang berharga bagi penulis.
4. Ibu Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt. atas kesediaan menguji serta memberikan saran dan masukan yang berharga bagi penulis.
vi
6. Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan UGM yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian ini terutama dr. Rustamaji, M.Kes yang telah bersedia membantu dalam penelitian ini.
7. Kedua orang tuaku tercinta, Papa dan Mama atas segala curahan cinta dan kasih sayang, doa, kepercayaan, serta dukungan yang sangat berarti dalam hidup bagiku.
8. Kak Chris dan keluarga, Ivan dan Vina, Erick “Tole” atas persaudaraan, kasih sayang, doa, tawa dan tangis yang menjadi bagian hidup dari kita sekeluarga. 9. Masyarakat dusun Krodan, Dosen dan Karyawan Kampus III Paingan atas
kesediaannya untuk menjadi responden dalam penelitian ini.
10.Laboratorium Prodia Yogyakarta yang telah bersedia untuk bekerjasama dalam pengambilan sampel darah terutama mas Yudi yang telah banyak membantu untuk mendapatkan informasi.
11.Keluarga Bapak Sis Margono selaku bapak kost, “mami” Siwi dan Mas Sanir yang telah menjaga dan memberikan perhatian.
12.Kelompok peneliti sebelumnya yang telah memberikan bantuan dan dukungan untuk melanjutkan penelitian ini.
13.Temen-temen seperjuangan dalam penyusunan skripsi: Sr. Amandine, Vika “pikachu”, Ina “nana” atas kerjasama, semangat, dan kebersamaan kita selama penelitian ini.
vii
dan dukungan. Terima kasih telah berjalan bersamaku di Fakultas Farmasi tercinta kita.
15.Ceria Community : adek Jola, Nolce, Mae, Depotz, Tere, Oktin, Helen, Micha, Lia, Esti, Cici, Tyas, Tiwi, Silvi dan anak-anak ceria di masa lalu atas kebersamaan, keceriaan, dan kehangatan yang terjalin selama kita tinggal bersama.
16.Mbak Dylfa yang telah menemani selama masa sulit dan menyedihkan.
17.Sahabat-sahabatku: Junet, Chen-chen, Merly, Delo, Agustini, Man Ling atas persahabatan dan semangat yang kalian berikan.
18.Teman-teman angkatan 2004 kelas B khususnya kelompok praktikum D dan FKK angkatan 2005 atas kerjasama dan kebersamaannya selama masa kuliah. 19.Anak-anak KKN Sedayu Gn.Polo Kelompok 18, khususnya mbak Rury atas
bantuannya kepada penulis.
20.Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Akhirnya, penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna dalam kehidupan ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran agar skripsi ini dapat menjadi lebih baik. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan.
Yogyakarta, 1 6 Juli 2009 Penulis
ix
INTISARI
Sindrom Metabolik atau yang sekarang lebih dikenal dengan sebutan Sindrom Kardiovaskuler adalah kondisi dimana seseorang memiliki obesitas sentral, tekanan darah tinggi, kadar gula darah tinggi, dan kadar lemak darah tidak normal. Diabetes mellitus adalah penyakit yang memiliki ciri utama tingginya kadar gula dalam darah atau hiperglikemia, dan merupakan salah satu komponen faktor risiko sindrom metabolik. Pemberian edukasi tahap II pada penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan kesadaran masyarakat terkait bahaya sindrom metabolik.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental kuasi dengan rancangan penelitian non-randomized pretest-postest control group design. Analisis yang digunakan adalah analisis statistik menggunakan uji Mann Whitney dengan taraf kepercayaan 90%. Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah kuisioner dan wawancara terstruktur. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat mengenai sindrom metabolik terkait gula darah puasa, pengaruh pemberian edukasi tentang sindrom metabolik terkait gula darah terhadap perilaku masyarakat di dusun Krodan, Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta.
Dari hasil penelitian ini secara statistik diperoleh hasil berbeda bermakna (p<0,1) antar kelompok edukasi dan nonedukasi untuk kriteria Indeks Massa Tubuh (IMT), rasio lingkar pinggang-lingkar pinggul untuk responden perempuan, pengukuran lingkar pinggang, dan pengukuran kadar gula darah puasa. Untuk kriteria rasio lingkar pinggang-lingkar pinggul untuk responden laki-laki, pengukuran tekanan darah dan kadar kolesterol, diperoleh hasil berbeda tidak bermakna (p>0,1) antar kelompok edukasi dan nonedukasi. Jika dilihat dari selisih rata-rata kadar gula darah puasa responden pada Observasi III-Observasi awal dan Observasi III-Observasi I untuk kelompok edukasi mengalami peningkatan rata-rata kadar gula darah puasa sebesar 8 mg/dl dan 12,9 mg/dl. Hasil penelitian untuk selisih nilai kuisioner diperoleh hasil berbeda tidak bermakna (p>0,1) antara kedua kelompok perlakuan dan untuk profil kadar gula darah puasa diperoleh hasil berbeda bermakna (p<0,1).
x
ABSTRACT
Metabolic syndrome or more popular as Cardiovascular syndrome is a state if having central obesity, high blood pressure, high blood glucose and cholesterol abnormalities. Diabetes mellitus is a disease which has main characteristic high blood glucose or hyperglycemia and is one of the contributor of metabolic syndrome. Second education given in this research is hoped to increase the people awareness on how dangerous this metabolic syndrome.
This is an quasi experiment which used non-randomized pretest-postest control group design experiment. The analysis being used is statistical analysis test from Mann Whitney with efficiency level 90%. The research used quisioner and structured interview as the instrument. The goal of the research is to find out the level of knowledge about metabolic syndrome related to fasting blood glucose from the people, the influence of the education given about metabolic syndrome related to blood glucose toward people behaviour in Krodan village, Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta.
From this experiment, statistically gained significant difference (p<0,1) between educated group and noneducated group for body mass index criteria, waist to hip ratio for female respondents, waist measurement, and fasting blood glucose measurement. For the male respondents, the waist to hip ratio, blood pressure measurement and cholesterol level, gained is not significant difference (p>0,1) between educated and noneducated groups. If it is seen from the difference of the average fasting blood glucose number from the respondents on third observation-begun observation and third observation-first observation, the average number of fasting blood glucose for educated group increased as 8 mg/dl and 12,9 mg/dl. The result of experiment for score deviation of the quisioner gained is not significant difference (p>0,1) between educated group and noneducated group, and for fasting blood glucose gained significant difference (p<0,1).
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
KATA PENGANTAR ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... viii
INTISARI ... ix
ABSTRACT ... x
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xix
BAB I PENGANTAR ... 1
A. Latar Belakang ... 1
1. Perumusan Masalah ... 3
2. Keaslian Penelitian ... 4
3. Manfaat Penelitian ... 5
B. Tujuan Penelitian ... 6
1. Tujuan Umum ... 6
xii
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA... 7
A. Sindrom Metabolik ... 7
1. Definisi ... 7
2. Kriteria Diagnosis... 8
3. Penatalaksanaan Terapi ... 10
B. Diabetes Mellitus ... 11
1. Definisi ... 11
2. Hubungan Diabetes Mellitus dengan Sindrom Metabolik ... 11
3. Klasifikasi ... 14
4. Diagnosis ... 17
C. Edukasi ... 17
D. Perilaku ... 18
1. Pengetahuan ... 19
2. Sikap ... 19
3. Tindakan atau Praktek ... 20
F. Landasan Teori ... 20
G. Hipotesis ... 21
BAB III METODE PENELITIAN ... 22
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 22
B. Variabel Penelitian ... 22
1. Variabel bebas ... 22
xiii
C. Definisi Operasional ... 23
D. Subyek Penelitian ... 24
E. Ruang Lingkup ... 26
F. Teknik Sampling ... 26
G. Tempat dan Waktu Penelitian ... 27
H. Instrumen Penelitian ... 27
I. Tata Cara Penelitian ... 28
1. Analisis Situasi ... 28
2. Pembuatan Kuisioner ... 28
a. Pembuatan Kuisioner ... 28
b. Uji Coba Kuisioner ... 30
c. Uji Validitas ... 30
d. Uji Reliabilitas ... 31
3. Pembuatan Leaflet ... 31
4. Penyebaran Kuisioner ... 32
5. Pemberian Edukasi ... 32
6. Pengukuran kadar Gula Darah Puasa ... 32
7. Wawancara Terstruktur ... 33
8. Pengolahan Data ... 34
9. Analisis Data Penelitian ... 34
J. Kesulitan Penelitian ... 35
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 36
xiv
B. Pengaruh Edukasi Tentang Sindrom Metabolik Terhadap
Perilaku (Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan) ... 40
C. Profil Kadar Gula Darah Puasa Pada Saat Sebelum Edukasi (Observasi Awal) dan Sesudah Edukasi (Observasi I&III) Tentang Sindrom Metabolik ... 50
D. Rangkuman Pembahasan ... 57
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 59
A. Kesimpulan ... 59
B. Saran ... 60
DAFTAR PUSTAKA ... 61
LAMPIRAN ... 63
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1. Penderita Sindrom Metabolik... 7 Gambar 2. Diagram Hubungan Diabetes Mellitus dengan
Sindrom Metabolik... ... 13 Gambar 3. Skema Rancangan Penelitian Non-RandomizedPretest-Posttest
Control GroupDesign Tahap II ... 22 Gambar 4. Nilai Rata-rata Kuisioner Observasi awal, Observasi I, dan
Observasi III Responden Edukasi dan Nonedukasi ... 41 Gambar 5. Selisih Nilai Kuisioner Observasi III-Observasi awal vs Nomor
Soal Terkait Diabetes Mellitus ... 43 Gambar 6. Selisih Nilai Kuisioner Observasi III-Observasi I vs Nomor
Soal Terkait Diabetes Mellitus ... 44 Gambar 7. Nomor Soal Tentang Pengetahuan vs Selisih Nilai Kuisioner
Observasi III-Observasi awal ... 45 Gambar 8. Nomor Soal Tentang Pengetahuan vs Selisih Nilai Kuisioner
Observasi III-Observasi I... 46 Gambar 9. Nomor Soal Tentang Sikap vs Selisih Nilai Kuisioner
Observasi III-Observasi awal ... 47 Gambar 10. Nomor Soal Tentang Sikap vs Selisih Nilai Kuisioner
Observasi III-Observasi I... 47 Gambar 11. Nomor Soal Tentang Tindakan vs Selisih Nilai Kuisioner
Observasi III-Observasi awal ... 49 Gambar 12. Nomor Soal Tentang Tindakan vs Selisih Nilai Kuisioner
xvi
Gambar 13. Rata-rata Kadar Gula Darah Puasa pada Observasi awal,
Observasi I, dan Observasi III ... 52 Gambar 14. Selisih Rata-rata Kadar Gula Darah Puasa
Observasi III-Observasi awal dan Observasi III-Observasi I
xvii
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel I. Kriteria Diagnosis Menurut NCEP ATP III Tahun 2001 ... 8 Tabel II. Kriteria Sindrom Metabolik Menurut WHO Tahun 1998 ... 9 Tabel III. Distribusi Pertanyaan Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan
yang Terdapat Dalam Kuisioner ... 29 Tabel IV. Profil Observasi awal Responden Berdasarkan IMT,
Rasio Lingkar Pinggang-Pinggul, Lingkar Pinggang,
Tekanan Darah, Kadar Gula Darah dan Kolesterol Total ... . 36 Tabel V. Profil Observasi I Responden Berdasarkan IMT,
Rasio Lingkar Pinggang-Pinggul, Lingkar Pinggang,
Tekanan Darah, Kadar Gula Darah dan Kolesterol Total ... 37 Tabel VI. Profil Observasi III Responden Berdasarkan IMT,
Rasio Lingkar Pinggang-Pinggul, Lingkar Pinggang,
Tekanan Darah, Kadar Gula Darah dan Kolesterol Total ... 37 Tabel VII. Jumlah Faktor Risiko Observasi awal Responden Edukasi
dan Nonedukasi Berdasarkan Tes Laboratorium dan Non
Laboratorium ... . 39 Tabel VIII. Jumlah Faktor Risiko Observasi I Responden Edukasi dan
Nonedukasi Berdasarkan Tes Laboratorium dan
Nonlaboratorium ... 39 Tabel IX. Jumlah Faktor Risiko Observasi III Responden Edukasi dan
xviii
Nonlaboratorium ... …39 Tabel X. Nilai Rata-rata Kuisioner Terkait Pengetahuan, Sikap,
dan Tindakan Responden Saat Observasi awal, Observasi I,
dan Observasi III ... . 42 Tabel XI. Profil Kadar Gula Darah Puasa Observasi awal,Observasi I,
dan Observasi III ... . 51 Tabel XII. Data Kadar Gula Darah Puasa Responden Yang Mengalami
Peningkatan ... . 55 Tabel XIII. Data Kadar Gula Darah Puasa Responden Yang Tetap
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian Komisi Etik Kedokteran ... 63 Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian Bappeda Sleman ... 64 Lampiran 3. Kuisioner Penelitian ... 65 Lampiran 4. Uji Normalitas dan Hipotesis Profil Tekanan Sistolik
Observasi awal ... 69 Lampiran 5. Uji Normalitas dan Hipotesis Profil Tekanan Sistolik
Observasi I ... 71 Lampiran 6. Uji Normalitas dan Hipotesis Profil Tekanan Sistolik
Observasi II ... 73 Lampiran 7. Uji Normalitas dan Hipotesis Profil Tekanan Sistolik
Observasi III ... 75 Lampiran 8. Uji Normalitas dan Hipotesis Profil Tekanan Diastolik
Observasi awal ... 77 Lampiran 9. Uji Normalitas dan Hipotesis Profil Tekanan Diastolik
Observasi I ... 79 Lampiran 10. Uji Normalitas dan Hipotesis Profil Tekanan Diastolik
Observasi II ... 81 Lampiran 11. Uji Normalitas dan Hipotesis Profil Tekanan Diastolik
Observasi III ... 83 Lampiran 12. Uji Normalitas dan Hipotesis Profil Kadar Gula Darah
xx
Lampiran 13. Uji Normalitas dan Hipotesis Profil Kadar Gula Darah
Puasa Observasi I ... 87 Lampiran 14. Uji Normalitas dan Hipotesis Profil Kadar Gula Darah
Puasa Observasi III ... 89 Lampiran 15. Uji Normalitas dan Hipotesis Profil Kadar Kolesterol
Total Observasi awal ... 91 Lampiran 16. Uji Normalitas dan Hipotesis Profil Kadar Kolesterol
Total Observasi I ... 93 Lampiran 17. Uji Normalitas dan Hipotesis Profil Kadar Kolesterol
Total Observasi III ... 95 Lampiran 18. Uji Normalitas dan Hipotesis Selisih Data Kuisioner
Observasi III-Observasi awal ... 97 Lampiran 19. Uji Normalitas dan Hipotesis Selisih Data Kuisioner
Observasi III-Observasi I ... 99 Lampiran 20. Uji Normalitas dan Hipotesis Selisih Kadar Gula Darah
Puasa Observasi III-Observasi awal... 101 Lampiran 21. Uji Normalitas dan Hipotesis Selisih Kadar Gula Darah
Puasa Observasi III-Observasi I ... 103 Lampiran 22. Uji Normalitas dan Hipotesis Profil Lingkar Pinggang
dan Rasio Lingkar Pinggang-Lingkar Pinggul
Responden Perempuan Observasi awal ... 105 Lampiran 23. Uji Normalitas dan Hipotesis Profil Lingkar Pinggang
xxi
Responden Perempuan Observasi I ... 109 Lampiran 24. Uji Normalitas dan Hipotesis Profil Lingkar Pinggang
dan Rasio Lingkar Pinggang-Lingkar Pinggul
Responden Perempuan Observasi II ... 113 Lampiran 25. Uji Normalitas dan Hipotesis Profil Lingkar Pinggang
dan Rasio Lingkar Pinggang-Lingkar Pinggul
Responden Perempuan Observasi III ... 117 Lampiran 26. Uji Normalitas dan Hipotesis Profil Lingkar Pinggang
dan Rasio Lingkar Pinggang-Lingkar Pinggul
Responden Laki-laki Observasi awal ... 121 Lampiran 27. Uji Normalitas dan Hipotesis Profil Lingkar Pinggang
dan Rasio Lingkar Pinggang-Lingkar Pinggul
Responden Laki-laki Observasi I ... 125 Lampiran 28. Uji Normalitas dan Hipotesis Profil Lingkar Pinggang
dan Rasio Lingkar Pinggang-Lingkar Pinggul
Responden Laki-laki Observasi II ... 129 Lampiran 29. Uji Normalitas dan Hipotesis Profil Lingkar Pinggang
dan Rasio Lingkar Pinggang-Lingkar Pinggul
Responden Laki-laki Observasi III ... 133 Lampiran 30. Hasil Wawancara Responden ... 111 Lampiran 31. Hasil Skoring Kuisioner Observasi III
xxii
Lampiran 32. Hasil Skoring Kuisioner Observasi III
Responden Non Edukasi Laboratorium ... 159 Lampiran 33. Hasil Skoring Kuisioner Observasi III
Responden Edukasi Laboratorium ... 161 Lampiran 34. Hasil Skoring Kuisioner Observasi III
Responden Non Edukasi Non Laboratorium ... 163 Lampiran 35. Informed Consent Responden Edukasi Non Laboratorium ... 165 Lampiran 36. Informed Consent Responden Edukasi Laboratorium ... 166 Lampiran 37. Informed Consent Responden Non Edukasi
Non Laboratorium ... 167 Lampiran 38. Informed Consent Responden Non Edukasi Laboratorium ... 168
1 BAB I PENGANTAR
A. Latar Belakang
Obesitas dan sindrom metabolik kini cenderung meningkat di seluruh dunia. Kejadian tersebut bukan saja terjadi di negara maju, tetapi juga di negara yang sedang berkembang. Sindrom Metabolik atau yang sekarang lebih dikenal dengan sebutan Sindrom Kardiovaskuler merupakan sebutan untuk sekelompok faktor resiko yang berhubungan dengan obesitas yang kemungkinan dapat meningkatkan penyakit jantung dan masalah kesehatan lain seperti diabetes dan stroke (Anonim, 2008a).
kemungkinan dapat menyebabkan penyakit jantung. Rendahnya kadar HDL dapat meningkatkan kemungkinan penyakit jantung; (4) tingginya tekanan darah melebihi normal. (5) tingginya kadar glukosa darah melebihi normal. Adanya peningkatan kecil kadar gula darah menjadi tanda peringatan untuk terjadinya diabetes (Anonim, 2004).
Sindrom Metabolik juga sesuatu yang berhubungan dengan masalah kesehatan seseorang sebagai akibat pola makan yang berlebih dan kurangnya olahraga. Sindrom ini umumnya mulai terjadi pada usia dewasa pertengahan (sekitar 35 tahun sampai 40 tahun). Kecenderungan itu terdapat pada diri seseorang bilamana ada sejumlah faktor risiko (Anonim, 2008a).
Diabetes mellitus merupakan salah satu komponen faktor risiko dari sindrom metabolik, maka pada orang diabetes yang mengalami resistensi insulin diperlukan lebih banyak insulin untuk mengantarkan gula masuk ke dalam sel. Adanya peningkatan kadar insulin ini digunakan untuk mengimbangi adanya resistensi insulin (Kurnia, 2003).
Dusun Krodan merupakan bagian kecil dari wilayah Yogyakarta, dan pada periode Juli-Desember 2007 data puskesmas menunjukkan bahwa dari 63 orang yang berobat, terdapat 12 orang yang menderita penyakit generatif. Pemberian edukasi pada penelitian ini diharapkan lebih meningkatkan pengetahuan masyarakat dusun Krodan yang menjadi responden mengenai Sindrom Metabolik yang berhubungan dengan penyakit kardiovaskular. Oleh karena itu dilakukan penelitian lanjutan dengan waktu pemberian edukasi lebih lama (± 6bulan), dengan harapan dapat memberikan hasil yang lebih efektif bagi penderita sindrom metabolik. Mengingat bahwa pada umumnya penyakit-penyakit yang berkaitan dengan sindrom metabolik cenderung merupakan penyakit kronis atau menahun sehingga pendampingan atau pemberian edukasi terhadap penderita sindrom metabolik akan lebih efektif jika dilakukan dalam kurun waktu yang lebih panjang.
1. Perumusan Masalah
Perumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
- lingkar pinggul, Indeks Massa Tubuh (IMT), tekanan darah, kadar gula darah puasa, dan kadar kolesterol total responden yang terkait sindrom metabolik ? b. Apakah ada pengaruh pemberian edukasi tentang Sindrom Metabolik terhadap
perilaku masyarakat di Dusun Krodan, Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta yang menjadi responden dalam penelitian ini ?
c. Bagaimana profil kadar gula darah puasa masyarakat di Dusun Krodan, Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta setelah edukasi tentang sindrom metabolik tahap II ini ?
2. Keaslian Penelitian
Penelitian dengan tema sindrom metabolik pernah dilakukan yaitu: “Prevalensi Sindrom Metabolik Non DM di RSUD KOJA, Jakarta Periode Tahun 2000-2004” oleh Santoso, Susanna, Jeffry, dan Hartono (2004) dengan metode yang digunakan yaitu metode survei yang bersifat deskriptif potong lintang retrospektif, selain itu pada penelitian tersebut subyek uji yang digunakan adalah semua pasien penyakit dalam yang dirawat di RSUD KOJA lantai 6 periode 1 Januari 2000-30 November 2004 yang menderia penyakit sindroma metabolik non DM sesuai dengan kriteria ATP-III. Penelitian lain juga telah dilakukan oleh Cheal, Abbasi, Lamendola, McLaughlin, Reaven, Ford, et al. dengan judul “Relationship to Insulin Resistance of the Adult Treatment Panel III Diagnostic Criteria for Indentification of the Metabolic
Berbeda dengan penelitian di atas, karena fokus dari penelitian ini adalah pengaruh edukasi tentang sindrom metabolik terhadap perilaku masyarakat di dusun Krodan, Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta terkait kadar gula darah puasa. Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian tahap I yang telah dilakukan kelompok sebelumnya, menggunakan metode kuesioner yang diberikan sebelum dan sesudah pemberian edukasi (informasi) tentang Sindrom Metabolik berupa leaflet, selain itu dilakukan wawancara terstruktur dengan masyarakat.
3. Manfaat Penelitian a. Manfaat teoritis
Diharapkan dari penelitian ini dapat memberikan gambaran atau referensi,dan pengetahuan tentang Sindrom Metabolik khususnya yang menggambarkan parameter kadar gula puasa pada masyarakat di Dusun Krodan, Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta.
b. Manfaat praktis
B. Tujuan 1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian edukasi tentang Sindrom Metabolik terhadap perilaku masyarakat di Dusun Krodan, Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui profil responden di Dusun Krodan, Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta secara keseluruhan meliputi berat badan, rasio lingkar pinggang-lingkar pinggul, Indeks Massa Tubuh (IMT), tekanan darah, kadar gula darah puasa, dan kadar kolesterol total responden yang terkait sindrom metabolik. b. Mengetahui pengaruh pemberian edukasi tentang Sindrom Metabolik terhadap
perilaku masyarakat di Dusun Krodan, Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta yang menjadi responden dalam penelitian ini.
7 BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA A. Sindrom Metabolik
1. Definisi Sindrom Metabolik
Sindrom Metabolik merupakan kumpulan kondisi ukuran tubuh yang tidak sehat dan ketidaknormalan hasil laboratorium yang menyebabkan individu memiliki risiko yang tinggi terhadap penyakit kardiovaskular. Modifikasi gaya hidup yang aktif dan penggunaan obat-obatan untuk mengatasi kondisi yang menyebabkan Sindrom Metabolik akan mengurangi peluangnya berlanjut pada penyakit jantung dan stroke. Sindrom Metabolik juga dikenal dengan Sindrom X atau Sindrom Resistensi Insulin (Anonim, 2008c).
Gambar 1. Penderita Sindrom Metabolik
2. Kriteria Diagnosis Sindrom Metabolik
Ada beberapa organisasi yang telah merekomendasikan kriteria klinik untuk
mendiagnosis sindrom metabolik. Kriteria-kriteria tersebut serupa pada beberapa
aspek, tetapi juga menyatakan perbedaan yang pokok pada keadaan utama yang
menyebabkan sindrom (Anonim, 2008d).
a. AdultTreatment Panel III(ATP III)
Kriteria ATP III untuk sindrom metabolik dalam penggunaan telah
diperluas untuk praktik klinik dan studi epidemiologi (Anonim, 2008d). Kriteria
diagnosis NCEP ATP III menggunakan komponen kriteria dan parameter yang
lebih mudah untuk diperiksa dan diterapkan oleh para klinisi. Hal ini
dimaksudkan agar lebih mudah dipraktikkan secara klinis dengan tujuan
mempermudah penegakan diagnosis dan mempermudah tindakan pencegahan
(Anonim, 2006).
Tabel I. Kriteria Diagnosis Menurut NCEP ATP III, Tahun 2001
Faktor risiko Batas nilai
1. Obesitas abdominal, dalam bentuk lingkar pinggang
Laki- laki Perempuan
>102 cm >88 cm
2. Trigliserida = 150 mg/dL
3. Kolesterol HDL
Laki- laki Perempuan
<40 mg/dL <50 mg/dL
4. Tekanan darah ≥130/≥85 mmHg
b. World Health Organization (WHO)
Pada tahun 1998, grup konsultasi World Health Organization (WHO)
mengklasifikasikan diabetes termasuk sebagai penyebab dari sindrom metabolik.
World Health Organization (WHO) juga mengenalkan Penyakit kardiovaskuler
sebagai outcome primer dari metabolik sindrom (Anonim, 2008d). Kriteria WHO
1998 menekankan pada adanya toleransi glukosa terganggu atau diabetes mellitus
dan atau resistensi insulin yang disertai sedikitnya dua faktor risiko lain yaitu:
hipertensi, dislipidemia, obesitas sentral, dan mikroalbuminuria (Anonim, 2006).
Tabel II. Kriteria Sindrom Metabolik menurut WHO Tahun 1998
Faktor risiko Batasan
Tekanan darah meningkat =160/90 mmHg
Trigliserida plasma meningkat
disertai atau tidak kolesterol high-density
lipoprotein rendah
Pria Wanita
=150 mg/dl
<35 mg/dl <39 mg/dl Mikroalbuminuria
Rerata ekskresi albumin urin Ratio albumin : kreatinin
>20 mg/menit =30 mg/gram Obesitas sentral
Pria (rasio lingkar pinggang-pinggul) Wanita (rasio lingkar pinggang-pinggul) Body Mass Index
>0,90 >0,85 =30 kg/m2
c. International Diabetes Federation (IDF)
Baru-baru ini International Diabetes Federation (IDF) telah
mengusulkan kriteria klinik yang sama dengan kriteria ATP III. Kriteria diagnosis
telah ditetapkan oleh IDF tahun 2005 yaitu, kondisi dimana lingkar pinggang (LP)
berikut ini: Trigliserid > 150 mg/dl ; ii) Kolesterol-HDL pria > 40 mg/dl dan
Kolesterol-HDL wanita > 50 mg/dl ; iii) Tekanan darah > 130/85 mmHg ; iv)
Glukosa darah puasa > 100 mg/dl (Daniel, 2006).
3. Penatalaksanaan Terapi Sindrom Metabolik
Modifikasi gaya hidup melalui penurunan berat badan, olah raga teratur,
berhenti merokok dan mengurangi makanan berlemak. Dengan mengurangi 10% dari
kelebihan berat badan secara otomatis dapat menurunkan tekanan darah dan
memperbaiki gangguan resistensi insulin. Sebagian orang mampu menurunkan
tekanan darah dan hiperglikemia hanya dengan merubah gaya hidup. Namun,
sebagian besar orang memerlukan bantuan obat-obatan untuk menurunkan tekanan
darah, menurunkan trigliserida dan meningkatkan HDL.
Karena semua permasalahan ini saling terkait, maka penanganan pada satu
unsur dari sindrom ini dapat memperbaiki unsur yang lain. Contohnya, melalui olah
raga yang teratur, akan membantu menurunkan berat badan, mengurangi gula darah
serta memperbaiki kondisi hiperglikemia dan resistensi insulin. Kombinasi antara
makanan yang sehat dengan olah raga yang teratur dapat mengobati kondisi sindrom
metabolik sehingga mencegah risiko penyakit jantung, sroke, diabetes dan masalah
B. Diabetes Mellitus 1. Definisi Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit dengan hiperglikemia sebagai ciri
khasnya. Hal ini dihubungkan dengan ketidaknormalan dalam metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein yang diakibatkan dari kerusakan pada sekresi insulin,
aksi (sensitivitas) insulin atau keduanya. Hal ini dapat mengakibatkan komplikasi
kronik yang mencakup mikrovaskuler, makrovaskuler dan penyakit neuropati (Triplitt
et al, 2005).
2. Hubungan Diabetes Mellitus dengan Sindrom Metabolik
Diabetes Mellitus (DM) merupakan bagian dari gangguan metabolik dengan
ciri hiperglikemia; yang berhubungan dengan abnormalitas pada metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein; dan hasil pada komplikasi kronis termasuk
mikrovaskular, makrovaskular, dan gangguan neuropati (Triplitt et al, 2005).
Diabetes meningkatkan risiko aterosklerosis yang juga meningkatkan risiko penyakit
jantung koroner, penyakit ginjal, kerusakan saraf dan kebutaan (Anonim, 2008e).
Pasien dengan sindrom metabolik sering berkembang ke arah penyakit
jantung koroner. Ini merupakan akibat dari sejumlah faktor yang terlihat pada
sindrom, seperti peningkatan level insulin, gangguan profil kolesterol, kenaikan
tekanan darah, obesitas, dan diabetes. (Anonim, 2008e)
Sindrom Metabolik (sindrom resistensi insulin) merupakan suatu kondisi
dimana ciri utamanya adalah resistensi insulin dan kenaikan risiko penyakit jantung
gangguan hormonal. Dahulu, kondisi ini dikenal sebagai “sindrom X“ atau “sindrom
resistensi insulin“. Sindrom Metabolik semakin meningkat dengan gangguan bersama
dengan kemungkinan hingga 40% dari populasi orang dewasa di Amerika.
Resistensi insulin mengandung arti bahwa jaringan tubuh, seperti otot dan
lemak, menjadi semakin resisten dengan aksi insulin dari tubuh sendiri. Hal ini berarti
dalam prosesnya untuk mengatasi respon buruk pada jaringan untuk aksi seperti
kontrol gula, pankreas harus menghasilkan insulin ekstra untuk mencapai efek yang
diinginkan. Insulin memiliki sejumlah aksi dalam tubuh, salah satunya berperan
untuk mengatur kadar gula dalam darah. Ketika gula diabsorbsi dari usus masuk ke
dalam aliran darah, insulin berhenti pada level tertentu dan akan meningkat tinggi
disebabkan pergerakan gula keluar dari darah dan masuk ke dalam otot dan hati
dimana gula dapat digunakan sepenuhnya atau dapat disimpan. Dengan demikian
kegagalan pada aksi insulin dalam hal ini dapat menyebabkan kehilangan kontrol gula
darah dan menyebabkan diabetes mellitus. Tipe dari diabetes yang ada sebenarnya
selalu berhubungan dengan resistensi insulin. Bagaimanapun juga, resistensi insulin
dapat ditemukan pada orang yang tidak pernah menderita diabetes. (Anonim, 2008e)
Kombinasi dari resistensi insulin dengan cluster dari faktor risiko
kardiovaskuler termasuk hiperinsulinemia, hipertensi, obesitas abdominal,
dislipidemia, dan abnormalitas koagulasi telah dihubungkan dengan berbagai sebutan
termasuk “sindrom resistensi insulin“, “sindrom metabolik“, “sindrom dismetabolik“
resistensi insulin“ digambarkan oleh Reaven pada tahun 1988, jumlah faktor
kombinasi terus berkembang.
Paling sering digunakan secara luas untuk menegaskan sindrom ini yang
telah diterbitkan sebagai bagian dari The National Cholesterol Education Program
Adult Treatment Panel (NCEP-ATP) III Guidelines untuk treatment
hiperkolesterolemia. Petunjuk ATP menentukan diagnosis dari sindrom metabolik
ketika memiliki setidaknya 3 dari 5 kriteria yang ada. Standar untuk faktor risiko
individual bervariasi diantara NCEP-ATP dan “expert panels“ lainnya termasuk
World Health Organization dan The American College of Endocrinology (Triplitt et
al, 2005).
Gambar 2. Diagram Hubungan Diabetes Mellitus dengan Sindrom Metabolik
3. Klasifikasi Diabetes Mellitus
Berdasarkan klasifikasi American Diabetes Association/World Health
Organization (ADA/WHO), diabetes mellitus diklasifikasikan menjadi empat tipe
berdasarkan penyebab dan proses penyakitnya.
a. Diabetes Mellitus Tipe-1 (Insulin dependent diabetes mellitus)
Tipe diabetes ini, penderitanya berjumlah 5-10%, sebelumnya dikenal
dengan istilah meliputi diabetes tergantung insulin, diabetes tipe I, atau diabetes
pada anak, sebagai hasil dari kerusakan sel autoimun pada sel-sel β pankreas.
Pada tipe diabetes ini, kecepatan kerusakan dari sel β sangat bervariasi,
dapat sangat cepat pada beberapa individu (sebagian besar bayi dan anak) dan
lambat pada lainnya (sebagian besar orang dewasa). Beberapa pasien, utamanya
anak dan remaja, dapat menderita diabetes tipe I dengan ketoasidosis sebagai
manifestasi utama dari penyakit ini. Lainnya memiliki mode hiperglikemia puasa
yang berubah cepat menjadi hiperglikemia parah dan/atau ketoasidosis yang
muncul pada infeksi lain. Walaupun demikian, khususnya orang dewasa, mungkin
cukup bertahan dengan fungsi sel β yang tersisa untuk mencegah ketoasidosis
dalam beberapa tahun; beberapa individu akhirnya menjadi tergantung pada
insulin untuk bertahan dari risiko ketoasidosis. Pada tahap selanjutnya dari
penyakit ini, terdapat sedikit sekresi insulin atau tidak sama sekali, dimanifestasi
tipe 1 biasanya terjadi pada masa kanak-kanak dan remaja, tapi dapat juga terjadi
pada usia manapun (Anonim, 2008f).
b. Diabetes Mellitus Tipe-2 (Non-insulin dependent diabetes mellitus)
Tipe diabetes ini, penderitanya berjumlah 90-95%, sebelumnya dikenal
sebagai diabetes tidak tergantung insulin, diabetes tipe II, diabetes pada orang
dewasa, meliputi individu yang memiliki resistensi insulin dan biasanya relatif
defisiensi insulin. Pada awalnya, dan seringnya sepanjang hidup mereka, individu
ini tidak membutuhkan terapi insulin untuk bertahan. Ada banyak kemungkinan
penyebab tipe diabetes ini. Sekalipun etiologi yang spesifik tidak diketahui,
kerusakan autoimun dari sel β tidak terjadi, dan pasien tidak memiliki penyebab
lain sebelumnya.
Kebanyakan pasien dengan tipe diabetes ini mengalami kegemukan, dan
kegemukan itu sendiri menyebabkan resistensi insulin. Pasien yang tidak
mengalami obesitas menurut kriteria berat pada umumnya mungkin memiliki
kenaikan jumlah distribusi lemak tubuh terutama pada daerah abdominal.
Ketoasidosis secara spontan jarang terjadi pada tipe diabetes ini; jika dilihat, hal
tersebut biasanya muncul berhubungan dengan stress dari penyakit lain contoh
infeksi. Tipe diabetes ini seringnya tidak terdiagnosa dalam beberapa tahun
karena hiperglikemia berkembang perlahan-lahan dan pada tahap awal seringnya
tidak cukup parah sehingga pasien tidak memperhatikan beberapa tanda klasik
dari diabetes. Namun, beberapa pasien memiliki risiko berkembang ke arah
dengan bentuk tipe diabetes ini mungkin memiliki kadar insulin terlihat normal
atau tinggi, kadar glukosa darah pada pasien diabetik dapat diduga hasilnya
meskipun nilai insulin tinggi menandakan fungsi normal dari sel β. Dengan
demikian, sekresi insulin tidak efektif pada pasien ini dan tidak cukup untuk
mengimbangi resistensi insulin. Resistensi insulin dapat dipengaruhi dengan
pengurangan berat dan/atau terapi farmakologis dari hiperglikemia tetapi
resistensi insulin jarang pulih kembali menjadi normal. Risiko dari perkembangan
tipe diabetes ini meningkat seiring dengan umur, kegemukan, dan kurangnya
aktivitas fisik. Tipe diabetes ini terjadi lebih sering pada wanita yang sebelumnya
menderita Diabetes Mellitus Gestasional dan pada individu dengan hipertensi atau
dislipidemia, dan sering bervariasi pada ras atau etnik yang berbeda. Diabetes tipe
2 sering berhubungan kuat dengan predisposisi genetik, dibanding bentuk
autoimun pada diabetes tipe I (Anonim, 2008f).
c. Diabetes Mellitus Saat Kehamilan (Diabetes Mellitus Gestasional)
Diabetes Mellitus Gestasional didefinisikan sebagai kadar intoleransi
glukosa dengan onset atau pertama ditemukan selama kehamilan. Komplikasi
Diabetes Mellitus Gestasional ditemukan sekitar 4% dari seluruh kehamilan di
Amerika, hasil dari sekitar 135,000 kasus tiap tahunnya. Prevalensinya dari
1-14% kehamilan, tergantung pada studi populasi (Anonim, 2008f). Beberapa
wanita akan kemabali normal setelah melahirkan, tetapi 30%-50% akan
dari toleransi glukosa terjadi secara normal selama kehamilan, utamanya pada
trimester 3 (Anonim, 2008f).
d. Diabetes Mellitus Spesifik
Diabetes Mellitus spesifik yaitu Maturity Onset Diabetes of the young
(MODY). Tipe diabetes ini merupakan suatu bentuk diabetes yang berkaitan
dengan kelainan salah satu gen pada fungsi sel β pankreas, kelainan juga dapat
terjadi pada pola autosomal dominan yang diturunkan (Triplitt et al, 2005).
4. Diagnosis
Diagnosis dari diabetes mellitus membutuhkan suatu identifikasi yang dapat
membedakan antara kondisi normal dengan diabetes. ADA (American Diabetes
Association) merekomendasikan penggunaan gula darah puasa sebagai cara utama
dalam mendiagnosis Diabetes Mellitus pada orang dewasa yang tidak hamil. Berikut
3 kriteria diagnosis diabetes mellitus yaitu (a) kadar glukosa darah puasa pada
diabetes yaitu > 126 mg/dl sedangkan untuk keadaan normal < 100 mg/dl; (b) kadar
glukosa darah setelah pemberian glukosa sebanyak 75 g (oral glucose tolerance test)
pada diabetes yaitu ≥ 200 mg/dl, sedangkan angka normalnya 140 mg/dl; (c) kadar
glukosa darah sewaktu dengan gejala diabetes yaitu ≥ 200 mg/dl, untuk normalnya
C. Edukasi
Upaya agar masyarakat berperilaku atau mengadopsi perilaku kesehatan
dengan cara persuasi, bujukan, himbauan, ajakan, memberikan informasi,
memberikan kesadaran, dan sebagainya melalui kegiatan yang disebut pendidikan
atau penyuluhan kesehatan (Notoatmodjo, 2003). Pendidikan kesehatan adalah suatu
bentuk intervensi atau upaya yang ditujukan kepada perilaku, agar perilaku tersebut
konduksif untuk kesehatan. Dengan perkataan lain pendidikan kesehatan
mengupayakan agar perilaku individu, kelompok, atau masyarakat mempunyai
pengaruh positif terhadap pemeliharaan dan peningkatan kesehatan (Notoatmodjo,
2003).
D. Perilaku
Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta
interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan,
sikap dan tindakan. Sesuai dengan batasan ini, perilaku kesehatan dapat dirumuskan
sebagai segala bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya,
khususnya menyangkut pengetahuan dan sikap tentang kesehatan serta tindakannya
yang berhubungan dengan kesehatan. Perilaku kesehatan ini dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu perilaku sakit dan perilaku sehat. Perilaku sehat dapat diartikan sebagai
tindakan yang dilakukan individu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
individu jika terkena suatu penyakit, reaksi ini sangat ditentukan oleh sistem
sosialnya.
1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan
raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga
(Notoatmodjo, 2002).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour). Pengetahuan yang dicakup
didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yakni :
(a) Tahu (know)
(b) Memahami (comprehension)
(c) Aplikasi (application)
(d) Analisis (Analysis)
(e) Evaluasi (Evaluation)
(Notoatmodjo, 2002)
2. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari
merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum
merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan
suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi
terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi
terhadap obyek dilingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap obyek
(Notoatmodjo, 2002).
3. Tindakan atau Praktek
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behaviour).
Untuk mewujudkan sikap menjadi perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau
suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas, selain itu diperlukan
juga faktor dukungan dari pihak lain. Praktik mempunyai beberapa tingkatan yaitu :
(a) Persepsi (perception)
(b) Respon Terpimpin (guided response)
(c) Mekanisme (mechanism)
(d) Adopsi (adoption)
(Notoatmodjo, 2002)
E. Landasan Teori
Perilaku manusia merupakan hasil segala macam pengalaman serta interaksi
lain, perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang individu terhadap stimulus
yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya (Sarwono, 1997).
Pemberian edukasi akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan sikap
seseorang terhadap sesuatu yang baru bagi orang tersebut atau lebih memperjelas
sesuatu yang sudah diketahui. Dengan demikian pemberian edukasi tentang sindrom
metabolik dalam penelitian ini dapat memberikan informasi-informasi tentang pola
hidup sehat meliputi pola makan dan olahraga yang baik serta cara mencegah
penyakit menuju keparahan dengan cek kesehatan rutin, sehingga akan meningkatkan
pengetahuan responden dan memberikan pengaruh yang baik terhadap sikap dan
tindakan responden khususnya terkait dengan diabetes mellitus sebagai salah satu
faktor risiko dari sindrom metabolik.
Maka diharapkan responden memiliki kesadaran untuk mencegah sindrom
metabolik dan mengusahakan kualitas hidup yang lebih baik. Perubahan atas perilaku
responden tersebut dapat terlihat dari penurunan kadar gula darah puasa responden.
F. Hipotesis
Pemberian edukasi (informasi) tentang sindrom metabolik mempunyai
pengaruh terhadap perubahan perilaku (pengetahuan, sikap, dan tindakan). Dengan
pemberian edukasi yang lebih lama diharapkan dapat berpengaruh terhadap adanya
perubahan kadar gula darah puasa masyarakat di dusun Krodan,
22 BAB III
METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental semu (kuasi) dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah non-randomized pretest-postest control
group design. Dimana dalam rancangan ini pembagian subyek dalam kelompok tidak
dilakukan secara random, sehingga pengendalian terhadap variabel luar dan sumber-sumber invaliditas tidak begitu kuat (Pratiknya, 2007).
0>...(X1)...01>————— (X2)—————02 0>...( - )...01>————— ( - )—————02 Gambar 3. Skema Rancangan Penelitian Non-Randomized Pretest-Postest Control Group Design (Tahap II) Keterangan:
0 = Observasi awal ; (X1&2) = Perlakuan/edukasi ; 01 = Observasi I
... = Garis kegiatan kelompok sebelumnya ; ( - ) = non edukasi ; 02 = Observasi III
B. Variabel 1. Variabel bebas
2. Variabel tergantung
a. Perilaku masyarakat di Desa Paingan, Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta
yang meliputi : tindakan, sikap, dan pengetahuan terhadap parameter kadar
gula darah puasa.
C. Definisi Operasional
1. Masyarakat di Dusun Krodan adalah sekelompok orang atau penduduk yang
bertempat tinggal dan menetap atau yang bekerja di dusun Krodan,
Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta baik laki-laki maupun perempuan.
2. Responden adalah masyarakat di dusun Krodan, Maguwoharjo-Sleman,
Yogyakarta yang menjadi subyek uji penelitian.
3. Edukasi merupakan suatu upaya untuk memberikan informasi kepada masyarakat
melalui kunjungan dan pemberian leaflet tentang sindrom metabolik pada
responden.
4. Perilaku adalah semua aktivitas dari masyarakat yang merupakan respon adanya
stimulus dari luar yang akan berpengaruh terhadap pengetahuan, sikap, dan
tindakan dari setiap orang.
5. Profil kadar gula darah puasa sebelum dan sesudah edukasi merupakan selisih
antara kadar gula darah puasa pada saat Observasi awal, Observasi I, dan
Observasi III.
6. Sindrom metabolik merupakan sebutan untuk sekelompok faktor resiko yang
dapat meningkatkan penyakit jantung dan masalah kesehatan lain seperti diabetes
dan stroke.
8. Diabetes mellitus merupakan salah satu faktor risiko dari sindrom metabolik.
D. Subyek Penelitian
Subyek penelitian yang digunakan adalah masyarakat yang tinggal atau
bekerja di dusun Krodan, Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta yang berumur 35-45
tahun, memiliki BMI (Body Massa Index) ≥ 23 dan belum pernah diterapi terkait
penyakit Sindrom Metabolik, serta bersedia untuk diajak bekerjasama dalam
penelitian ini antara lain bersedia untuk dilakukan pengukuran berat badan, tinggi
badan, tekanan darah, lingkar pinggang dan lingkar pinggul, juga bersedia diambil
sample darahnya. Penelitian ini berlangsung selama ± 6 bulan, jika dalam jangka
waktu penelitian ada subyek penelitian yang mendapat terapi farmakologi terkait
dengan sindrom metabolik maka subyek tersebut akan dimasukkan dalam kriteria
eksklusi. Subyek penelitian untuk selanjutnya akan disebut sebagai responden
penelitian.
Pada awalnya rancangan untuk responden penelitian terdiri dari 80 orang,
yang akan dibagi kedalam 2 kelompok perlakuan antara lain kelompok edukasi dan
nonedukasi masing-masing berjumlah 40 orang. Jumlah responden perempuan
sebanyak 21 orang dan responden laki-laki sebanyak 19 orang Kemudian
masing-masing kelompok edukasi dan nonedukasi akan dibagi lagi menjadi kelompok
pemeriksaan fisik (berat badan, tinggi badan, lingkar pinggang, lingkar pinggul dan
tekanan darah) dengan jumlah responden perempuan sebanyak 12 orang dan
responden laki-laki sebanyak 8 orang dan tanpa tes laboratorium. Kelompok kedua
tanpa tes laboratorium sehingga hanya dilakukan pemeriksaaan fisik saja dengan
jumlah responden perempuan sebanyak 9 orang dan responden laki-laki sebanyak 11
orang. Perbandingan jumlah responden perempuan dan laki-laki dalam penelitian ini
dibagi seimbang atau hampir seimbang agar tidak memberikan perbedaan yang
signifikan.
Pada tahap Observasi III ini jumlah responden yang berhasil mengikuti
penelitian hingga akhir adalah 66 orang. Untuk kelompok edukasi 36 orang dan 30
orang untuk kelompok nonedukasi. Kelompok responden edukasi dengan tes
laboratorium jumlah responden yang tersisa sebanyak 18 orang, kelompok responden
edukasi tanpa tes laboratorium jumlah responden yang tersisa juga sama sebanyak 18
orang. Sedangkan kelompok responden nonedukasi dengan tes laboratorium
mengalami pengurangan jumlah responden yang signifikan karena hanya tersisa
sebanyak 14 orang, untuk kelompok responden nonedukasi tanpa tes laboratorium
jumlah responden yang hilang juga cukup banyak karena hanya tersisa 16 orang.
Pengurangan jumlah responden dapat terjadi dikarenakan beberapa hal antara lain :
ada responden yang sudah tidak tinggal di daerah Dusun Krodan pada tahap
penelitian ini, beberapa responden sudah tidak bersedia lagi menjadi responden
penelitian, dan sebagian lagi masuk dalam kriteria eksklusi karena mendapat terapi
E. Ruang Lingkup
Penelitian yang berjudul: “Pengaruh Pemberian Edukasi Tahap II Tentang
Sindrom Metabolik Terhadap Perilaku Masyarakat di Dusun Krodan, Maguwoharjo,
Sleman, Yogyakarta” merupakan penelitian yang dilakukan secara berkelompok yang
beranggotakan 4 orang, dimana setiap peneliti mempunyai kajian yang berbeda-beda
untuk diteliti. Adapun ruang lingkup dari penelitian ini meliputi: Indeks Massa Tubuh
(IMT), lingkar pinggang, rasio lingkar pinggang-lingkar pinggul, tekanan darah,
kadar gula darah puasa, dan kadar kolesterol total. Pada penelitian ini peneliti lebih
berfokus pada kajian kadar gula darah puasa.
F. Teknik Sampling
Penelitian ini dilaksanakan di dusun Krodan, Maguwoharjo-Sleman,
Yogyakarta. Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah
non-randomized sampling (pengambilan sampel secara non-acak) karena subyek yang
akan diteliti tidak mendapat kesempatan yang sama pada anggota populasi untuk
dijadikan sampel dan dengan jenis quota sampling karena sebelumnya peneliti telah
menentukan terlebih dahulu jumlah sampel yang diperlukan sesuai dengan jatah
(Notoadmodjo, 2002).
Metode yang dipakai yaitu metode desktriptif korelasional dengan
menggunakan minimal 30 subjek uji menurut Gay (cit., Sevilla, dkk, 1993), namun
sehingga dalam penelitian ini menggunakan 80 subyek uji. Kriteria subyek uji BMI ≥
23 dan berumur 35-45 tahun.
G. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di dusun Krodan, Kecamatan Maguwoharjo,
Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta tepatnya di daerah sekitar kampus III Paingan
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dusun Krodan ini terdiri dari 5 tempat yaitu:
Krodan, Timbulrejo, Paingan, Pomahan, dan Taman Cemara. Pembagian tersebut
berdasarkan atas banyaknya RW dan RT yang ada di dusun Krodan yaitu: daerah
Krodan merupakan RW 03 yang terdiri atas RT 01 dan RT 02, daerah Timbulrejo
merupakan RW 04 yang terdiri dari RT 03 dan RT 04, daerah Paingan merupakan
RW 05 yang terdiri dari RT 05 ,RT 06, dan RT 07, daerah Pomahan merupakan RW
06 yang terdiri atas RT 08 dan RT 09, dan daerah Taman Cemara yang terdiri atas RT
10, RT 11, RT 12, RT 13, dan RT 14.
H. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah alat ukur gula darah dan kadar
kolesterol Hitachi 902 dari laboratorium, timbangan berat badan Camry®, tensimeter
Nova®, pengukur tinggi badan, meteran, lembar kuesioner, leaflet mengenai Sindrom
Dalam hal ini leaflet sebagai media edukasi tentang sindrom metabolik dibuat
dengan bahasa yang sederhana agar mudah dipahami oleh responden yang merupakan
masyarakat di dusun Krodan, Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta. Demikian juga
dengan panduan wawancara terstruktur dan lembar kuisoner
I. Tata Cara Penelitian 1. Analisis Situasi
Tahap ini dilakukan dengan mengumpulkan informasi mengenai kemungkinan
bisa tidaknya diadakan penelitian. Pada tahap ini juga dilakukan persiapan penelitian
dengan permohonan izin pada Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada dan BAPPEDA Sleman Yogyakarta.
Proses perijinan mulai dilakukan dari awal hingga akhir bulan Mei 2008. Namun
proses pencarian responden tidak lagi dilakukan dalam penelitian ini, karena telah
dilakukan kelompok peneliti sebelumnya, yang dilakukan hanya pendekatan kembali
kepada responden untuk bersedia kembali menjadi responden dalam penelitian.
2. Pembuatan Kuisioner
a. Pembuatan Kuisioner
Pembuatan kuisioner berdasarkan tujuan penelitian, perumusan masalah, dan
definisi operasional. Dalam pembuatan kuisioner ada beberapa item yang disusun
berkelompok terkait dengan variabel penelitian yang ingin diketahui meliputi
oleh kelompok peneliti sebelumnya dengan melakukan konsultasi dengan dosen
pembimbing dan salah satu dosen Psikologi.
Jumlah pertanyaan yang terdapat didalam kuisioner sebanyak 38 item, jenis
pertanyaannya adalah pertanyaan yang bersifat obyektif dengan 4 peringkat jawaban
antara lain : sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju
(STS). Disusun demikian karena dalam penelitian ini menggunakan skala pengukuran
ordinal agar dapat mengetahui pemahaman perilaku responden secara lebih
mendalam terkait variabel pengetahuan, sikap, dan tindakan terhadap sindrom
metabolik. Untuk distribusi variabel pengetahuan,sikap dan tindakan dapat dilihat
lebih jelas pada tabel dibawah ini.
Tabel III. Distribusi Pertanyaan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan yang Terdapat Dalam Kuisioner
Pengetahuan F 3, 4, 7, 11, 12, 15, 21, 24, 25, 6, 30, 37 NF 20, 30
Sikap F 1, 2, 6, 8, 13, 32, 28, NF 5, 10, 16, 19, 27, 38
Tindakan F 9, 14, 17, 18, 22, 33, 34, 36 NF 23, 29, 31
Untuk satu pertanyaan hanya ada satu satu jawaban benar, per item skor yang
diberikan untuk jawaban sangat setuju adalah 4, setuju diberi skor 3, tidak setuju
diberi skor 2, dan sangat tidak setuju hanya mendapat skor 1. Hal tersebut berlaku
untuk jenis item yang favourable. Sedangkan untuk jenis item non favourable berlaku
hal yang sebaliknya yaitu skor 4 untuk jawaban sangat tidak setuju, skor 3 untuk
Dari 38 item pertanyaan, sebanyak 27 item termasuk jenis favourable dan 11 item
termasuk jenis non favourable.
b. Uji coba kuisioner
Sebelum dilakukan penyebaran kuisioner dilakukan uji coba terlebih dahulu,
supaya pertanyaan yang diajukan pada kuisioner dapat dipahami oleh responden.
Agar diperoleh distribusi nilai hasil pengukuran mendekati normal, maka sebaiknya
jumlah responden untuk uji coba paling sedikit 20 orang. Responden untuk uji coba
adalah yang memiliki karakteristik hampir sama dengan responden untuk penelitian
(Notoatmodjo, 2002). Uji coba kuisioner ini telah dilakukan oleh kelompok penelitian
sebelumnya pada masyarakat yang tidak menetap dan tidak bekerja di Dusun
Krodan,Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta.
c. Uji Validitas
Kuisioner yang telah disusun kemudian diuji validitasnya. Menurut Sugiyono
(2006), instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan
data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk
mengukur apa yang hendak diukur. Untuk memenuhi syarat ketepatukuran, dilakukan
uji validitas pada kuisioner. Uji validitas dalam penelitian ini juga telah dilakukan
oleh kelompok penelitian sebelumnya, dan diketahui uji validitas yang digunakan
adalah tipe validitas isi. Dalam tipe validitas isi dilakukan dengan professional
judgment melalui konsultasi dengan dosen pembimbing dan dosen dari Fakultas
Psikologi. Uji validitas dapat dilihat dari item pertanyaan kuisioner yang telah
d. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan dengan cara mengujikan kuisioner pada responden
yang sama saat uji coba kuisioner sebanyak 20 orang. Reliabilitas adalah sejauh mana
pengukuran dapat dipercaya, dan sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten bila
dilakukan pengukuran kembali terhadap responden yang sama (Azwar, 2000). Uji
reliabilitas dalam penelitian ini telah dilakukan oleh kelompok penelitian
sebelumnya. Pengujian reliabilitas akan dilakukan secara statistik agar dari hasil yang
didapatkan dapat diketahui item-item pertanyaan yang tidak sesuai bila digunakan.
3. Pembuatan Informasi Tertulis atau Leaflet
Leaflet berfungsi sebagai media pemberian edukasi tentang Sindrom
Metabolik pada masyarakat. Berisi tentang hal-hal yang terkait dengan Sindrom
Metabolik, mulai dari pengetahuan tentang sindrom metabolik, ciri dari sindrom
metabolik, risiko dan dampak dari sindrom metabolik, serta bagaimana cara
mencegah keparahan sindrom metabolik. Leaflet dibuat semenarik mungkin, jelas,
singkat dan lengkap dengan bahasa sederhana agar mudah dipahami oleh responden.
Pada penelitian ini leaflet dibuat dengan 4 seri edukasi, dengan urutan edukasi
sebagai berikut : edukasi tentang pola makan, edukasi tentang olahraga, edukasi
tentang cek kesehatan rutin (general medical check up), dan yang terakhir review dari
4. Penyebaran Kuesioner
Kuesioner ditujukan kepada responden yaitu masyarakat, dengan melakukan
pendekatan-pendekatan terlebih dahulu. Kuesioner diberikan kepada 66 responden
sesudah pemberian edukasi (tahap 2) oleh peneliti bersamaan dengan saat
pengambilan sampel darah dan pemeriksaan fisik terakhir dilakukan.
5. Pemberian Edukasi/Informasi
Dilakukan untuk memberikan pengetahuan tentang Sindrom Metabolik yang
berupa leaflet atau informasi tertulis. Diberikan secara berulang untuk mengingatkan
responden dan dilakukan dengan cara door to door, dengan materi edukasi yang
berbeda-beda tiap pertemuan. Ada 4 seri materi edukasi yang diberikan, pertama
tentang pola makan, kedua tentang olahraga, ketiga tentang cek kesehatan rutin
(general medical check up), dan yang terakhir merupakan review dari materi lainnya .
Pemberian edukasi dilakukan selama kurang lebih 6 bulan (rentang waktu
dilaksanakan edukasi tahap 2 dan Observasi III).
6. Pengukuran Kadar Gula Darah Puasa
Pengukuran kadar gula darah puasa dilakukan dengan mengambil spesimen
darah subyek sebanyak kurang lebih 2 ml yang dilakukan oleh petugas dari
laboratorium klinik, kemudian diuji di laboratorium klinik pada saat sesudah
pemberian edukasi, kepada 36 orang subyek uji. Untuk itu dalam penelitian kali ini
sebelumnya kelompok peneliti terdahulu juga bekerjasama dengan pihak
Laboratorium Prodia Yogyakarta dengan pertimbangan validasi alat ukur
Laboratorium Prodia telah memenuhi syarat yang telah ditetapkan dan juga
Laboratorium Prodia memiliki standar ISO 9001:2000.
7. Wawancara Terstruktur
Dilakukan dengan bantuan kerangka atau garis-garis besar yang dibutuhkan
dan berkaitan dengan permasalahan, melalui pembicaraan informal dan pembicaraan
yang dikaitkan dengan permasalahan. Wawancara dalam penelitian ini berfungsi
untuk mempertegas dari jawaban kuisioner yang telah diisi responden pada waktu
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan kadar gula darah puasa, selain itu wawancara
dilakukan untuk mendapatkan informasi yang lebih tepat (yang melatarbelakangi
jawaban kuisioner).
Pelaksanaan wawancara bersamaan dengan pembagian hasil pengukuran
kadar gula darah dan kadar kolesterol total. Wawancara dilakukan pada 10 responden
yang termasuk dalam kelompok perlakuan dengan jumlah item 20 pertanyaan dan
dibuat dalam bahasa yang sederhana dan mudah dipahami responden. Agar
memudahkan peneliti untuk mendengarkan kembali hasil wawancara dengan
responden, peneliti menggunakan tape recorder sama dengan kelompok peneliti
8. Pengolahan Data
Dilakukan dengan cara nilai dari setiap item pada kuisioner dijumlahkan dan
dikategorisasi variabel yang meliputi pengetahuan, sikap, dan tindakan. Data yang
diperoleh di uji dengan statistik yang tepat dan kemudian dapat ditampilkan dalam
bentuk tabel, gambar, dan persentase hasil.
9. Analisis Data Penelitian
Data yang diperoleh pada penelitian ini diolah dengan membandingkan hasil
data yang diperoleh pada pemberian perlakuan tahap 2 (Observasi III) dengan data
sebelum pemberian perlakukan (Observasi awal) dan data sesudah pemberian
perlakuan (Observasi I) kelompok peneliti sebelumnya. Analisis statistik
menggunakan uji statistik Mann Whitney dengan taraf kepercayaan 90%.
Sebelum di uji hipotesis,data yang diperoleh terlebih dahulu di uji normalitas
agar diketahui apakah distribusi sebaran data yang ada normal atau tidak. Dikatakan
distribusi data normal bila nilai Asymp. Sig .(2 tailed) menunjukkan nilai > 0.1,
dengan demikian dapat diketahui untuk uji hipotesis analisis statistik mana yang
sesuai. Pada penelitian Observasi III ini didapatkan hasil sebaran data tidak normal
maka digunakan uji hipotesis Mann Whitney, dari uji tesebut didapat nilai Asymp.
Sig. (2 tailed) < 0.1 yang berarti ada perbedaan nilai antara kelompok kedua
H. Kesulitan Penelitian
Beberapa hal menyulitkan yang ditemui oleh peneliti yaitu ada beberapa
responden yang terlihat malas jika diedukasi, responden terkadang sulit ditemui
karena kesibukan masing-masing responden, bulan penelitian yang bersamaan dengan
bulan puasa (bulan September) menyulitkan peneliti untuk melakukan pengukuran
fisik. Selain itu pada tahap pengambilan sampel darah, peneliti harus kehilangan
36 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Responden
Profil responden dalam penelitian ini meliputi Indeks Massa Tubuh (IMT), Lingkar Pinggang, Rasio Lingkar Pinggang-Lingkar Pinggul, Tekanan Darah, Kadar Gula Darah Puasa, dan Kadar Kolesterol Total. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dan terdapat 3 profil yang akan dilihat perbandingannya yaitu profil Observasi awal, profil Observasi I, profil Observasi III.
Tabel IV. Profil Observasi Awal Responden Berdasarkan IMT, Rasio Lingkar Pinggang- Lingkar Pinggul, Lingkar Pinggang, Tekanan Darah, Kadar Gula Darah Puasa, Kadar Kolesterol Total
Kriteria
Edukasi Non edukasi
P
n ±SD N ±SD
IMT 66 27 ± 3,4 66 26,03 ± 3,7 0,107
rasio lingkar pinggang- Pinggul
laki-laki 35 0,9 ± 0,03 35 0,9 ± 0,04 0,065 perempuan 31 0,9 ± 0,06 31 0,8 ± 0,05 0,645
Lingkar Pinggang
laki-laki 35 95,9 ± 7,2 35 88,9 ± 5,9 0,001 perempuan 31 96,3 ± 7,3 31 88,5 ± 10,8 0,104 Tekanan Darah
36 30
Sistolik 117,5 ± 11,4 116,4 ± 15,6 0,417
Diastolik 80,8 ± 12,04 81,7 ± 11,8 0,634
Tabel V. Profil Observasi I Responden Berdasarkan IMT, Rasio Lingkar Pinggang- Lingkar Pinggul, Lingkar Pinggang, Tekanan Darah, Kadar Gula Darah Puasa, Kadar Kolesterol Total
Kriteria Edukasi Non edukasi p
N ±SD N ±SD
IMT 66 27,2 ± 3,6 66 26,07 ± 4,16 0,065
rasio lingkar pinggang- Pinggul
laki-laki 35 0,9 ± 0,04 35 0,9 ± 0,05 0,062
perempuan 31 0,9 ± 0,2 31 0,9 ± 0,05 0,459
Lingkar Pinggang
laki-laki 35 94,9 ± 7,2 35 88,1 ± 7,7 0,007
perempuan 31 92,2 ± 6,9 31 89,8 ± 9,9 0,237
Tekanan Darah
36
30
Sistolik 114,3 ± 12,4 119,8 ± 20,2 0,230
Diastolik 79,8 ± 9,02 80,0 ± 12,12 0,946
Kadar Gula Darah Puasa 18 95,3 ± 26,7 14 85,7 ± 5,9 0.553
Kadar Kolesterol Total 18 198,8 ± 33,1 14 205,3 ± 27,2 0,398
Tabel VI. Profil Observasi III Responden Berdasarkan IMT, Rasio Lingkar Pinggang- Lingkar Pinggul, Lingkar Pinggang, Tekanan Darah, Kadar Gula Darah Puasa, Kadar Kolesterol Total
Kriteria Edukasi Non edukasi p
N ±SD n ±SD
IMT 66 26,7 ± 3,5 66 25,1 ± 4,1 0,017
Rasio lingkar pinggang-
Pinggul
Laki-laki 35 0,9 ± 0,03 35 0,87 ± 0,05 0,002
Perempuan 31 0.9 ± 0,06 31 0,87 ± 0,04 0,128
Lingkar Pinggang (cm)
Laki-laki 35 93,61 ± 7,10 35 85,8 ± 9,6 0,005
Perempuan 31 93,5 ± 9,3 31 87,4 ± 10,7 0,017
Tekanan Darah (mmHg)
36 30
Sistolik 122,6 ± 15,4 120,5 ± 18,5 0,406
Diastolik 80,4 ± 10,10 79,3 ± 9,002 0,602
Kadar Gula Darah Puasa 18 108,1 ± 54,1 14 78,6 ± 6,6 0,001
Kadar Kolesterol Total 18 203,7 ± 36,9 14 199,7 ± 32,8 0,879
Keterangan :
Bagian dalam tabel yang di cetak tebal merupakan permasalahan utama
dalam penelitian ini. Nilai signifikansi (p) yang diperoleh dari hasil uji statistik dapat
menunjukkan apakah ada perbedaan yang bermakna dari profil responden sebelum
dan sesudah edukasi dilakukan. Untuk tabel IV dan tabel V merupakan profil
observasi yang datanya diperoleh dari hasil penelitian kelompok sebelumnya,
sedangkan untuk tabel VI merupakan profil observasi yang datanya diperoleh dari
hasil penelitian saat ini. Dapat dilihat pada tabel-tabel diatas, khususnya tabel VI
yaitu data profil observasi III untuk kriteria Indeks Massa Tubuh (IMT), rasio lingkar
pinggang-lingkar pinggul untuk responden laki-laki, pengukuran lingkar pinggang,
dan pengukuran kadar gula darah puasa menunjukkan nilai signifikansi (p) < 0,1 yang
berarti terdapat perbedaaan yang bermakna antar kedua kelompok edukasi dan
nonedukasi, sedangkan untuk kriteria rasio lingkar pinggang-lingkar pinggul untuk
responden perempuan, pengukuran tekanan darah dan kadar kolesterol total
menunjukkan nilai signifikansi (p) > 0,1 yang berarti antara kelompok edukasi dan
nonedukasi memiliki hasil berbeda tidak bermakna.
Jika dibandingkan dengan profil data penelitian kelompok sebelumnya yaitu
profil observasi awal responden pada tabel IV dan profil observasi I responden pada
tabel V, dapat ditemukan perbedaan nilai signifikansi. Pada profil observasi awal dan
observasi I diketahui sebagian besar nilai signifikansi (p) untuk berbagai kriteria
diperoleh > 0,1 (antara kelompok edukasi dan nonedukasi berbeda tidak bermakna),
pinggang untuk responden laki-laki yang menunjukkan perbedaan yang bermakna
antar kelompok edukasi dan nonedukasi dengan nilai p < 0,1.
Tabel VII. Jumlah Faktor Risiko Observasi Awal Responden Edukasi dan Nonedukasi Berdasarkan Tes Laboratorium dan Nonlaboratorium
Faktor Risiko
Edukasi Non Edukasi
Laboratorium Non Laboratorium Laboratorium Non Laboratorium
< 2 faktor - 1 orang (5.6%) 2 orang (14.3%) 6 orang (37.5%)
≥ 2 faktor 18 orang (100%) 17 orang (94.4%) 12 orang (85,7%) 10 orang (62.5%)
Tabel VIII. Jumlah Faktor Risiko Observasi I Responden Edukasi dan Nonedukasi Berdasarkan Tes Laboratorium dan Nonlaboratorium
Faktor Risiko
Edukasi Nonedukasi
Laboratorium Non
Laboratorium Laboratorium
Non Laboratorium
< 2 faktor 1orang ( 5.6%) 2 orang (11.1%) 2 orang (14.3%) 6 orang (27.5%)
≥ 2 faktor 17 orang (94.4%) 16 orang (88.9%) 12orang (85.7%) 10 orang (62.5%)
Tabel IX. Jumlah Faktor Risiko Observasi III Responden Edukasi dan Nonedukasi Berdasarkan Tes Laboratorium dan Nonlaboratorium
Faktor Risiko
Edukasi Nonedukasi
Laboratorium Non Laboratorium Laboratorium Non Laboratorium
< 2 faktor - 2 orang (11,1%) 2 orang (14,3%) 7 orang (43,75%)
≥ 2 faktor 18 orang (100%) 16 orang (88,9%) 12 orang (85,7%) 9 orang (56,25%)
Faktor risiko merupakan petunjuk seberapa besar responden memiliki risiko