• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh pemberian edukasi [Tahap II] tentang sindrom metabolik terhadap perilaku masyarakat di Dusun Krodan, maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengaruh pemberian edukasi [Tahap II] tentang sindrom metabolik terhadap perilaku masyarakat di Dusun Krodan, maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta - USD Repository"

Copied!
195
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI (TAHAP II)TENTANG SINDROM METABOLIK TERHADAP PERILAKU MASYARAKAT DI DUSUN

KRODAN, MAGUWOHARJO- SLEMAN, YOGYAKARTA (Kajian Kadar Gula Darah Puasa)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh : Ivonne Susanto NIM : 048114077

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

i

PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI (TAHAP II)TENTANG SINDROM METABOLIK TERHADAP PERILAKU MASYARAKAT DI DUSUN

KRODAN, MAGUWOHARJO- SLEMAN, YOGYAKARTA (Kajian Kadar Gula Darah Puasa)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh : Ivonne Susanto NIM : 048114077

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

Sebab

 

rancangan

Ku

 

bukanlah

 

rancanganmu,

 

dan

 

jalanmu

 

bukanlah

 

jalan

Ku,

 

demikianlah

 

firman

 

Tuhan.

 

Seperti

 

tingginya

 

langit

 

dari

 

bumi,

 

demikianlah

 

tingginya

 

jalan

Ku

 

dari

 

jalanmu

 

dan

 

rancangan

Ku

 

dari

 

rancanganmu.

 

(Yesaya

 

55:8

9)

 

Karya Kecil ini Kupersembahkan kepada: Allah Bapa di Surga, Tuhan Yesus Penyelamat dan Penopang Hidupku, Bunda Maria yang mendoakanku. Papa, Mama, Kakak-kakakku dan adikku. Sahabat dan teman-temanku, Almamaterku.

It will be done for you...

“Truly I tell you, if you say this mountain ,’Be taken up and thrown into the sea,’ and if you do not doubt in your heart, but believe that what you say will come to pass, it will be done for you. So I tell you, whatever you ask for in prayer, believe that you have received it, and it will be yours.”

(6)
(7)

v

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan anugerah yang diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelas Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini bukan suatu hal yang mudah, namun karena mendapat bantuan, bimbingan, dukungan dan doa dari berbagai pihak penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Tuhan Yesus atas segala kasih, bimbingan dan berkat-Nya serta Bunda Maria yang setia mendoakan, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. 2. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku dekan Fakultas Farmasi, dosen

pembimbing akademik, dan dosen pembimbing skripsi atas kesabaran dalam memberikan bimbingan, nasihat, dukungan dan semangat selama ini, serta kesediaaan waktunya untuk berkonsultasi.

3. Ibu dr. Fenty, M. Kes, Sp.PK atas kesediaan menguji serta memberikan saran dan masukan yang berharga bagi penulis.

4. Ibu Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt. atas kesediaan menguji serta memberikan saran dan masukan yang berharga bagi penulis.

(8)

vi

6. Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan UGM yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian ini terutama dr. Rustamaji, M.Kes yang telah bersedia membantu dalam penelitian ini.

7. Kedua orang tuaku tercinta, Papa dan Mama atas segala curahan cinta dan kasih sayang, doa, kepercayaan, serta dukungan yang sangat berarti dalam hidup bagiku.

8. Kak Chris dan keluarga, Ivan dan Vina, Erick “Tole” atas persaudaraan, kasih sayang, doa, tawa dan tangis yang menjadi bagian hidup dari kita sekeluarga. 9. Masyarakat dusun Krodan, Dosen dan Karyawan Kampus III Paingan atas

kesediaannya untuk menjadi responden dalam penelitian ini.

10.Laboratorium Prodia Yogyakarta yang telah bersedia untuk bekerjasama dalam pengambilan sampel darah terutama mas Yudi yang telah banyak membantu untuk mendapatkan informasi.

11.Keluarga Bapak Sis Margono selaku bapak kost, “mami” Siwi dan Mas Sanir yang telah menjaga dan memberikan perhatian.

12.Kelompok peneliti sebelumnya yang telah memberikan bantuan dan dukungan untuk melanjutkan penelitian ini.

13.Temen-temen seperjuangan dalam penyusunan skripsi: Sr. Amandine, Vika “pikachu”, Ina “nana” atas kerjasama, semangat, dan kebersamaan kita selama penelitian ini.

(9)

vii

dan dukungan. Terima kasih telah berjalan bersamaku di Fakultas Farmasi tercinta kita.

15.Ceria Community : adek Jola, Nolce, Mae, Depotz, Tere, Oktin, Helen, Micha, Lia, Esti, Cici, Tyas, Tiwi, Silvi dan anak-anak ceria di masa lalu atas kebersamaan, keceriaan, dan kehangatan yang terjalin selama kita tinggal bersama.

16.Mbak Dylfa yang telah menemani selama masa sulit dan menyedihkan.

17.Sahabat-sahabatku: Junet, Chen-chen, Merly, Delo, Agustini, Man Ling atas persahabatan dan semangat yang kalian berikan.

18.Teman-teman angkatan 2004 kelas B khususnya kelompok praktikum D dan FKK angkatan 2005 atas kerjasama dan kebersamaannya selama masa kuliah. 19.Anak-anak KKN Sedayu Gn.Polo Kelompok 18, khususnya mbak Rury atas

bantuannya kepada penulis.

20.Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Akhirnya, penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna dalam kehidupan ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran agar skripsi ini dapat menjadi lebih baik. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan.

Yogyakarta, 1 6 Juli 2009 Penulis

(10)
(11)

ix

INTISARI

Sindrom Metabolik atau yang sekarang lebih dikenal dengan sebutan Sindrom Kardiovaskuler adalah kondisi dimana seseorang memiliki obesitas sentral, tekanan darah tinggi, kadar gula darah tinggi, dan kadar lemak darah tidak normal. Diabetes mellitus adalah penyakit yang memiliki ciri utama tingginya kadar gula dalam darah atau hiperglikemia, dan merupakan salah satu komponen faktor risiko sindrom metabolik. Pemberian edukasi tahap II pada penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan kesadaran masyarakat terkait bahaya sindrom metabolik.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental kuasi dengan rancangan penelitian non-randomized pretest-postest control group design. Analisis yang digunakan adalah analisis statistik menggunakan uji Mann Whitney dengan taraf kepercayaan 90%. Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah kuisioner dan wawancara terstruktur. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat mengenai sindrom metabolik terkait gula darah puasa, pengaruh pemberian edukasi tentang sindrom metabolik terkait gula darah terhadap perilaku masyarakat di dusun Krodan, Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta.

Dari hasil penelitian ini secara statistik diperoleh hasil berbeda bermakna (p<0,1) antar kelompok edukasi dan nonedukasi untuk kriteria Indeks Massa Tubuh (IMT), rasio lingkar pinggang-lingkar pinggul untuk responden perempuan, pengukuran lingkar pinggang, dan pengukuran kadar gula darah puasa. Untuk kriteria rasio lingkar pinggang-lingkar pinggul untuk responden laki-laki, pengukuran tekanan darah dan kadar kolesterol, diperoleh hasil berbeda tidak bermakna (p>0,1) antar kelompok edukasi dan nonedukasi. Jika dilihat dari selisih rata-rata kadar gula darah puasa responden pada Observasi III-Observasi awal dan Observasi III-Observasi I untuk kelompok edukasi mengalami peningkatan rata-rata kadar gula darah puasa sebesar 8 mg/dl dan 12,9 mg/dl. Hasil penelitian untuk selisih nilai kuisioner diperoleh hasil berbeda tidak bermakna (p>0,1) antara kedua kelompok perlakuan dan untuk profil kadar gula darah puasa diperoleh hasil berbeda bermakna (p<0,1).

(12)

x

ABSTRACT

Metabolic syndrome or more popular as Cardiovascular syndrome is a state if having central obesity, high blood pressure, high blood glucose and cholesterol abnormalities. Diabetes mellitus is a disease which has main characteristic high blood glucose or hyperglycemia and is one of the contributor of metabolic syndrome. Second education given in this research is hoped to increase the people awareness on how dangerous this metabolic syndrome.

This is an quasi experiment which used non-randomized pretest-postest control group design experiment. The analysis being used is statistical analysis test from Mann Whitney with efficiency level 90%. The research used quisioner and structured interview as the instrument. The goal of the research is to find out the level of knowledge about metabolic syndrome related to fasting blood glucose from the people, the influence of the education given about metabolic syndrome related to blood glucose toward people behaviour in Krodan village, Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta.

From this experiment, statistically gained significant difference (p<0,1) between educated group and noneducated group for body mass index criteria, waist to hip ratio for female respondents, waist measurement, and fasting blood glucose measurement. For the male respondents, the waist to hip ratio, blood pressure measurement and cholesterol level, gained is not significant difference (p>0,1) between educated and noneducated groups. If it is seen from the difference of the average fasting blood glucose number from the respondents on third observation-begun observation and third observation-first observation, the average number of fasting blood glucose for educated group increased as 8 mg/dl and 12,9 mg/dl. The result of experiment for score deviation of the quisioner gained is not significant difference (p>0,1) between educated group and noneducated group, and for fasting blood glucose gained significant difference (p<0,1).

(13)

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... viii

INTISARI ... ix

ABSTRACT ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENGANTAR ... 1

A. Latar Belakang ... 1

1. Perumusan Masalah ... 3

2. Keaslian Penelitian ... 4

3. Manfaat Penelitian ... 5

B. Tujuan Penelitian ... 6

1. Tujuan Umum ... 6

(14)

xii

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA... 7

A. Sindrom Metabolik ... 7

1. Definisi ... 7

2. Kriteria Diagnosis... 8

3. Penatalaksanaan Terapi ... 10

B. Diabetes Mellitus ... 11

1. Definisi ... 11

2. Hubungan Diabetes Mellitus dengan Sindrom Metabolik ... 11

3. Klasifikasi ... 14

4. Diagnosis ... 17

C. Edukasi ... 17

D. Perilaku ... 18

1. Pengetahuan ... 19

2. Sikap ... 19

3. Tindakan atau Praktek ... 20

F. Landasan Teori ... 20

G. Hipotesis ... 21

BAB III METODE PENELITIAN ... 22

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 22

B. Variabel Penelitian ... 22

1. Variabel bebas ... 22

(15)

xiii

C. Definisi Operasional ... 23

D. Subyek Penelitian ... 24

E. Ruang Lingkup ... 26

F. Teknik Sampling ... 26

G. Tempat dan Waktu Penelitian ... 27

H. Instrumen Penelitian ... 27

I. Tata Cara Penelitian ... 28

1. Analisis Situasi ... 28

2. Pembuatan Kuisioner ... 28

a. Pembuatan Kuisioner ... 28

b. Uji Coba Kuisioner ... 30

c. Uji Validitas ... 30

d. Uji Reliabilitas ... 31

3. Pembuatan Leaflet ... 31

4. Penyebaran Kuisioner ... 32

5. Pemberian Edukasi ... 32

6. Pengukuran kadar Gula Darah Puasa ... 32

7. Wawancara Terstruktur ... 33

8. Pengolahan Data ... 34

9. Analisis Data Penelitian ... 34

J. Kesulitan Penelitian ... 35

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 36

(16)

xiv

B. Pengaruh Edukasi Tentang Sindrom Metabolik Terhadap

Perilaku (Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan) ... 40

C. Profil Kadar Gula Darah Puasa Pada Saat Sebelum Edukasi (Observasi Awal) dan Sesudah Edukasi (Observasi I&III) Tentang Sindrom Metabolik ... 50

D. Rangkuman Pembahasan ... 57

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 59

A. Kesimpulan ... 59

B. Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 61

LAMPIRAN ... 63

(17)

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Penderita Sindrom Metabolik... 7 Gambar 2. Diagram Hubungan Diabetes Mellitus dengan

Sindrom Metabolik... ... 13 Gambar 3. Skema Rancangan Penelitian Non-RandomizedPretest-Posttest

Control GroupDesign Tahap II ... 22 Gambar 4. Nilai Rata-rata Kuisioner Observasi awal, Observasi I, dan

Observasi III Responden Edukasi dan Nonedukasi ... 41 Gambar 5. Selisih Nilai Kuisioner Observasi III-Observasi awal vs Nomor

Soal Terkait Diabetes Mellitus ... 43 Gambar 6. Selisih Nilai Kuisioner Observasi III-Observasi I vs Nomor

Soal Terkait Diabetes Mellitus ... 44 Gambar 7. Nomor Soal Tentang Pengetahuan vs Selisih Nilai Kuisioner

Observasi III-Observasi awal ... 45 Gambar 8. Nomor Soal Tentang Pengetahuan vs Selisih Nilai Kuisioner

Observasi III-Observasi I... 46 Gambar 9. Nomor Soal Tentang Sikap vs Selisih Nilai Kuisioner

Observasi III-Observasi awal ... 47 Gambar 10. Nomor Soal Tentang Sikap vs Selisih Nilai Kuisioner

Observasi III-Observasi I... 47 Gambar 11. Nomor Soal Tentang Tindakan vs Selisih Nilai Kuisioner

Observasi III-Observasi awal ... 49 Gambar 12. Nomor Soal Tentang Tindakan vs Selisih Nilai Kuisioner

(18)

xvi

Gambar 13. Rata-rata Kadar Gula Darah Puasa pada Observasi awal,

Observasi I, dan Observasi III ... 52 Gambar 14. Selisih Rata-rata Kadar Gula Darah Puasa

Observasi III-Observasi awal dan Observasi III-Observasi I

(19)

xvii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel I. Kriteria Diagnosis Menurut NCEP ATP III Tahun 2001 ... 8 Tabel II. Kriteria Sindrom Metabolik Menurut WHO Tahun 1998 ... 9 Tabel III. Distribusi Pertanyaan Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan

yang Terdapat Dalam Kuisioner ... 29 Tabel IV. Profil Observasi awal Responden Berdasarkan IMT,

Rasio Lingkar Pinggang-Pinggul, Lingkar Pinggang,

Tekanan Darah, Kadar Gula Darah dan Kolesterol Total ... . 36 Tabel V. Profil Observasi I Responden Berdasarkan IMT,

Rasio Lingkar Pinggang-Pinggul, Lingkar Pinggang,

Tekanan Darah, Kadar Gula Darah dan Kolesterol Total ... 37 Tabel VI. Profil Observasi III Responden Berdasarkan IMT,

Rasio Lingkar Pinggang-Pinggul, Lingkar Pinggang,

Tekanan Darah, Kadar Gula Darah dan Kolesterol Total ... 37 Tabel VII. Jumlah Faktor Risiko Observasi awal Responden Edukasi

dan Nonedukasi Berdasarkan Tes Laboratorium dan Non

Laboratorium ... . 39 Tabel VIII. Jumlah Faktor Risiko Observasi I Responden Edukasi dan

Nonedukasi Berdasarkan Tes Laboratorium dan

Nonlaboratorium ... 39 Tabel IX. Jumlah Faktor Risiko Observasi III Responden Edukasi dan

(20)

xviii

Nonlaboratorium ... …39 Tabel X. Nilai Rata-rata Kuisioner Terkait Pengetahuan, Sikap,

dan Tindakan Responden Saat Observasi awal, Observasi I,

dan Observasi III ... . 42 Tabel XI. Profil Kadar Gula Darah Puasa Observasi awal,Observasi I,

dan Observasi III ... . 51 Tabel XII. Data Kadar Gula Darah Puasa Responden Yang Mengalami

Peningkatan ... . 55 Tabel XIII. Data Kadar Gula Darah Puasa Responden Yang Tetap

(21)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian Komisi Etik Kedokteran ... 63 Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian Bappeda Sleman ... 64 Lampiran 3. Kuisioner Penelitian ... 65 Lampiran 4. Uji Normalitas dan Hipotesis Profil Tekanan Sistolik

Observasi awal ... 69 Lampiran 5. Uji Normalitas dan Hipotesis Profil Tekanan Sistolik

Observasi I ... 71 Lampiran 6. Uji Normalitas dan Hipotesis Profil Tekanan Sistolik

Observasi II ... 73 Lampiran 7. Uji Normalitas dan Hipotesis Profil Tekanan Sistolik

Observasi III ... 75 Lampiran 8. Uji Normalitas dan Hipotesis Profil Tekanan Diastolik

Observasi awal ... 77 Lampiran 9. Uji Normalitas dan Hipotesis Profil Tekanan Diastolik

Observasi I ... 79 Lampiran 10. Uji Normalitas dan Hipotesis Profil Tekanan Diastolik

Observasi II ... 81 Lampiran 11. Uji Normalitas dan Hipotesis Profil Tekanan Diastolik

Observasi III ... 83 Lampiran 12. Uji Normalitas dan Hipotesis Profil Kadar Gula Darah

(22)

xx

Lampiran 13. Uji Normalitas dan Hipotesis Profil Kadar Gula Darah

Puasa Observasi I ... 87 Lampiran 14. Uji Normalitas dan Hipotesis Profil Kadar Gula Darah

Puasa Observasi III ... 89 Lampiran 15. Uji Normalitas dan Hipotesis Profil Kadar Kolesterol

Total Observasi awal ... 91 Lampiran 16. Uji Normalitas dan Hipotesis Profil Kadar Kolesterol

Total Observasi I ... 93 Lampiran 17. Uji Normalitas dan Hipotesis Profil Kadar Kolesterol

Total Observasi III ... 95 Lampiran 18. Uji Normalitas dan Hipotesis Selisih Data Kuisioner

Observasi III-Observasi awal ... 97 Lampiran 19. Uji Normalitas dan Hipotesis Selisih Data Kuisioner

Observasi III-Observasi I ... 99 Lampiran 20. Uji Normalitas dan Hipotesis Selisih Kadar Gula Darah

Puasa Observasi III-Observasi awal... 101 Lampiran 21. Uji Normalitas dan Hipotesis Selisih Kadar Gula Darah

Puasa Observasi III-Observasi I ... 103 Lampiran 22. Uji Normalitas dan Hipotesis Profil Lingkar Pinggang

dan Rasio Lingkar Pinggang-Lingkar Pinggul

Responden Perempuan Observasi awal ... 105 Lampiran 23. Uji Normalitas dan Hipotesis Profil Lingkar Pinggang

(23)

xxi

Responden Perempuan Observasi I ... 109 Lampiran 24. Uji Normalitas dan Hipotesis Profil Lingkar Pinggang

dan Rasio Lingkar Pinggang-Lingkar Pinggul

Responden Perempuan Observasi II ... 113 Lampiran 25. Uji Normalitas dan Hipotesis Profil Lingkar Pinggang

dan Rasio Lingkar Pinggang-Lingkar Pinggul

Responden Perempuan Observasi III ... 117 Lampiran 26. Uji Normalitas dan Hipotesis Profil Lingkar Pinggang

dan Rasio Lingkar Pinggang-Lingkar Pinggul

Responden Laki-laki Observasi awal ... 121 Lampiran 27. Uji Normalitas dan Hipotesis Profil Lingkar Pinggang

dan Rasio Lingkar Pinggang-Lingkar Pinggul

Responden Laki-laki Observasi I ... 125 Lampiran 28. Uji Normalitas dan Hipotesis Profil Lingkar Pinggang

dan Rasio Lingkar Pinggang-Lingkar Pinggul

Responden Laki-laki Observasi II ... 129 Lampiran 29. Uji Normalitas dan Hipotesis Profil Lingkar Pinggang

dan Rasio Lingkar Pinggang-Lingkar Pinggul

Responden Laki-laki Observasi III ... 133 Lampiran 30. Hasil Wawancara Responden ... 111 Lampiran 31. Hasil Skoring Kuisioner Observasi III

(24)

xxii

Lampiran 32. Hasil Skoring Kuisioner Observasi III

Responden Non Edukasi Laboratorium ... 159 Lampiran 33. Hasil Skoring Kuisioner Observasi III

Responden Edukasi Laboratorium ... 161 Lampiran 34. Hasil Skoring Kuisioner Observasi III

Responden Non Edukasi Non Laboratorium ... 163 Lampiran 35. Informed Consent Responden Edukasi Non Laboratorium ... 165 Lampiran 36. Informed Consent Responden Edukasi Laboratorium ... 166 Lampiran 37. Informed Consent Responden Non Edukasi

Non Laboratorium ... 167 Lampiran 38. Informed Consent Responden Non Edukasi Laboratorium ... 168

(25)

1 BAB I PENGANTAR

A. Latar Belakang

Obesitas dan sindrom metabolik kini cenderung meningkat di seluruh dunia. Kejadian tersebut bukan saja terjadi di negara maju, tetapi juga di negara yang sedang berkembang. Sindrom Metabolik atau yang sekarang lebih dikenal dengan sebutan Sindrom Kardiovaskuler merupakan sebutan untuk sekelompok faktor resiko yang berhubungan dengan obesitas yang kemungkinan dapat meningkatkan penyakit jantung dan masalah kesehatan lain seperti diabetes dan stroke (Anonim, 2008a).

(26)

kemungkinan dapat menyebabkan penyakit jantung. Rendahnya kadar HDL dapat meningkatkan kemungkinan penyakit jantung; (4) tingginya tekanan darah melebihi normal. (5) tingginya kadar glukosa darah melebihi normal. Adanya peningkatan kecil kadar gula darah menjadi tanda peringatan untuk terjadinya diabetes (Anonim, 2004).

Sindrom Metabolik juga sesuatu yang berhubungan dengan masalah kesehatan seseorang sebagai akibat pola makan yang berlebih dan kurangnya olahraga. Sindrom ini umumnya mulai terjadi pada usia dewasa pertengahan (sekitar 35 tahun sampai 40 tahun). Kecenderungan itu terdapat pada diri seseorang bilamana ada sejumlah faktor risiko (Anonim, 2008a).

(27)

Diabetes mellitus merupakan salah satu komponen faktor risiko dari sindrom metabolik, maka pada orang diabetes yang mengalami resistensi insulin diperlukan lebih banyak insulin untuk mengantarkan gula masuk ke dalam sel. Adanya peningkatan kadar insulin ini digunakan untuk mengimbangi adanya resistensi insulin (Kurnia, 2003).

Dusun Krodan merupakan bagian kecil dari wilayah Yogyakarta, dan pada periode Juli-Desember 2007 data puskesmas menunjukkan bahwa dari 63 orang yang berobat, terdapat 12 orang yang menderita penyakit generatif. Pemberian edukasi pada penelitian ini diharapkan lebih meningkatkan pengetahuan masyarakat dusun Krodan yang menjadi responden mengenai Sindrom Metabolik yang berhubungan dengan penyakit kardiovaskular. Oleh karena itu dilakukan penelitian lanjutan dengan waktu pemberian edukasi lebih lama (± 6bulan), dengan harapan dapat memberikan hasil yang lebih efektif bagi penderita sindrom metabolik. Mengingat bahwa pada umumnya penyakit-penyakit yang berkaitan dengan sindrom metabolik cenderung merupakan penyakit kronis atau menahun sehingga pendampingan atau pemberian edukasi terhadap penderita sindrom metabolik akan lebih efektif jika dilakukan dalam kurun waktu yang lebih panjang.

1. Perumusan Masalah

Perumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

(28)

- lingkar pinggul, Indeks Massa Tubuh (IMT), tekanan darah, kadar gula darah puasa, dan kadar kolesterol total responden yang terkait sindrom metabolik ? b. Apakah ada pengaruh pemberian edukasi tentang Sindrom Metabolik terhadap

perilaku masyarakat di Dusun Krodan, Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta yang menjadi responden dalam penelitian ini ?

c. Bagaimana profil kadar gula darah puasa masyarakat di Dusun Krodan, Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta setelah edukasi tentang sindrom metabolik tahap II ini ?

2. Keaslian Penelitian

Penelitian dengan tema sindrom metabolik pernah dilakukan yaitu: “Prevalensi Sindrom Metabolik Non DM di RSUD KOJA, Jakarta Periode Tahun 2000-2004” oleh Santoso, Susanna, Jeffry, dan Hartono (2004) dengan metode yang digunakan yaitu metode survei yang bersifat deskriptif potong lintang retrospektif, selain itu pada penelitian tersebut subyek uji yang digunakan adalah semua pasien penyakit dalam yang dirawat di RSUD KOJA lantai 6 periode 1 Januari 2000-30 November 2004 yang menderia penyakit sindroma metabolik non DM sesuai dengan kriteria ATP-III. Penelitian lain juga telah dilakukan oleh Cheal, Abbasi, Lamendola, McLaughlin, Reaven, Ford, et al. dengan judul “Relationship to Insulin Resistance of the Adult Treatment Panel III Diagnostic Criteria for Indentification of the Metabolic

(29)

Berbeda dengan penelitian di atas, karena fokus dari penelitian ini adalah pengaruh edukasi tentang sindrom metabolik terhadap perilaku masyarakat di dusun Krodan, Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta terkait kadar gula darah puasa. Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian tahap I yang telah dilakukan kelompok sebelumnya, menggunakan metode kuesioner yang diberikan sebelum dan sesudah pemberian edukasi (informasi) tentang Sindrom Metabolik berupa leaflet, selain itu dilakukan wawancara terstruktur dengan masyarakat.

3. Manfaat Penelitian a. Manfaat teoritis

Diharapkan dari penelitian ini dapat memberikan gambaran atau referensi,dan pengetahuan tentang Sindrom Metabolik khususnya yang menggambarkan parameter kadar gula puasa pada masyarakat di Dusun Krodan, Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta.

b. Manfaat praktis

(30)

B. Tujuan 1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian edukasi tentang Sindrom Metabolik terhadap perilaku masyarakat di Dusun Krodan, Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui profil responden di Dusun Krodan, Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta secara keseluruhan meliputi berat badan, rasio lingkar pinggang-lingkar pinggul, Indeks Massa Tubuh (IMT), tekanan darah, kadar gula darah puasa, dan kadar kolesterol total responden yang terkait sindrom metabolik. b. Mengetahui pengaruh pemberian edukasi tentang Sindrom Metabolik terhadap

perilaku masyarakat di Dusun Krodan, Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta yang menjadi responden dalam penelitian ini.

(31)

7 BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA A. Sindrom Metabolik

1. Definisi Sindrom Metabolik

Sindrom Metabolik merupakan kumpulan kondisi ukuran tubuh yang tidak sehat dan ketidaknormalan hasil laboratorium yang menyebabkan individu memiliki risiko yang tinggi terhadap penyakit kardiovaskular. Modifikasi gaya hidup yang aktif dan penggunaan obat-obatan untuk mengatasi kondisi yang menyebabkan Sindrom Metabolik akan mengurangi peluangnya berlanjut pada penyakit jantung dan stroke. Sindrom Metabolik juga dikenal dengan Sindrom X atau Sindrom Resistensi Insulin (Anonim, 2008c).

Gambar 1. Penderita Sindrom Metabolik

(32)

2. Kriteria Diagnosis Sindrom Metabolik

Ada beberapa organisasi yang telah merekomendasikan kriteria klinik untuk

mendiagnosis sindrom metabolik. Kriteria-kriteria tersebut serupa pada beberapa

aspek, tetapi juga menyatakan perbedaan yang pokok pada keadaan utama yang

menyebabkan sindrom (Anonim, 2008d).

a. AdultTreatment Panel III(ATP III)

Kriteria ATP III untuk sindrom metabolik dalam penggunaan telah

diperluas untuk praktik klinik dan studi epidemiologi (Anonim, 2008d). Kriteria

diagnosis NCEP ATP III menggunakan komponen kriteria dan parameter yang

lebih mudah untuk diperiksa dan diterapkan oleh para klinisi. Hal ini

dimaksudkan agar lebih mudah dipraktikkan secara klinis dengan tujuan

mempermudah penegakan diagnosis dan mempermudah tindakan pencegahan

(Anonim, 2006).

Tabel I. Kriteria Diagnosis Menurut NCEP ATP III, Tahun 2001

Faktor risiko Batas nilai

1. Obesitas abdominal, dalam bentuk lingkar pinggang

Laki- laki Perempuan

>102 cm >88 cm

2. Trigliserida = 150 mg/dL

3. Kolesterol HDL

Laki- laki Perempuan

<40 mg/dL <50 mg/dL

4. Tekanan darah ≥130/≥85 mmHg

(33)

b. World Health Organization (WHO)

Pada tahun 1998, grup konsultasi World Health Organization (WHO)

mengklasifikasikan diabetes termasuk sebagai penyebab dari sindrom metabolik.

World Health Organization (WHO) juga mengenalkan Penyakit kardiovaskuler

sebagai outcome primer dari metabolik sindrom (Anonim, 2008d). Kriteria WHO

1998 menekankan pada adanya toleransi glukosa terganggu atau diabetes mellitus

dan atau resistensi insulin yang disertai sedikitnya dua faktor risiko lain yaitu:

hipertensi, dislipidemia, obesitas sentral, dan mikroalbuminuria (Anonim, 2006).

Tabel II. Kriteria Sindrom Metabolik menurut WHO Tahun 1998

Faktor risiko Batasan

Tekanan darah meningkat =160/90 mmHg

Trigliserida plasma meningkat

disertai atau tidak kolesterol high-density

lipoprotein rendah

Pria Wanita

=150 mg/dl

<35 mg/dl <39 mg/dl Mikroalbuminuria

Rerata ekskresi albumin urin Ratio albumin : kreatinin

>20 mg/menit =30 mg/gram Obesitas sentral

Pria (rasio lingkar pinggang-pinggul) Wanita (rasio lingkar pinggang-pinggul) Body Mass Index

>0,90 >0,85 =30 kg/m2

c. International Diabetes Federation (IDF)

Baru-baru ini International Diabetes Federation (IDF) telah

mengusulkan kriteria klinik yang sama dengan kriteria ATP III. Kriteria diagnosis

telah ditetapkan oleh IDF tahun 2005 yaitu, kondisi dimana lingkar pinggang (LP)

(34)

berikut ini: Trigliserid > 150 mg/dl ; ii) Kolesterol-HDL pria > 40 mg/dl dan

Kolesterol-HDL wanita > 50 mg/dl ; iii) Tekanan darah > 130/85 mmHg ; iv)

Glukosa darah puasa > 100 mg/dl (Daniel, 2006).

3. Penatalaksanaan Terapi Sindrom Metabolik

Modifikasi gaya hidup melalui penurunan berat badan, olah raga teratur,

berhenti merokok dan mengurangi makanan berlemak. Dengan mengurangi 10% dari

kelebihan berat badan secara otomatis dapat menurunkan tekanan darah dan

memperbaiki gangguan resistensi insulin. Sebagian orang mampu menurunkan

tekanan darah dan hiperglikemia hanya dengan merubah gaya hidup. Namun,

sebagian besar orang memerlukan bantuan obat-obatan untuk menurunkan tekanan

darah, menurunkan trigliserida dan meningkatkan HDL.

Karena semua permasalahan ini saling terkait, maka penanganan pada satu

unsur dari sindrom ini dapat memperbaiki unsur yang lain. Contohnya, melalui olah

raga yang teratur, akan membantu menurunkan berat badan, mengurangi gula darah

serta memperbaiki kondisi hiperglikemia dan resistensi insulin. Kombinasi antara

makanan yang sehat dengan olah raga yang teratur dapat mengobati kondisi sindrom

metabolik sehingga mencegah risiko penyakit jantung, sroke, diabetes dan masalah

(35)

B. Diabetes Mellitus 1. Definisi Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit dengan hiperglikemia sebagai ciri

khasnya. Hal ini dihubungkan dengan ketidaknormalan dalam metabolisme

karbohidrat, lemak dan protein yang diakibatkan dari kerusakan pada sekresi insulin,

aksi (sensitivitas) insulin atau keduanya. Hal ini dapat mengakibatkan komplikasi

kronik yang mencakup mikrovaskuler, makrovaskuler dan penyakit neuropati (Triplitt

et al, 2005).

2. Hubungan Diabetes Mellitus dengan Sindrom Metabolik

Diabetes Mellitus (DM) merupakan bagian dari gangguan metabolik dengan

ciri hiperglikemia; yang berhubungan dengan abnormalitas pada metabolisme

karbohidrat, lemak, dan protein; dan hasil pada komplikasi kronis termasuk

mikrovaskular, makrovaskular, dan gangguan neuropati (Triplitt et al, 2005).

Diabetes meningkatkan risiko aterosklerosis yang juga meningkatkan risiko penyakit

jantung koroner, penyakit ginjal, kerusakan saraf dan kebutaan (Anonim, 2008e).

Pasien dengan sindrom metabolik sering berkembang ke arah penyakit

jantung koroner. Ini merupakan akibat dari sejumlah faktor yang terlihat pada

sindrom, seperti peningkatan level insulin, gangguan profil kolesterol, kenaikan

tekanan darah, obesitas, dan diabetes. (Anonim, 2008e)

Sindrom Metabolik (sindrom resistensi insulin) merupakan suatu kondisi

dimana ciri utamanya adalah resistensi insulin dan kenaikan risiko penyakit jantung

(36)

gangguan hormonal. Dahulu, kondisi ini dikenal sebagai “sindrom X“ atau “sindrom

resistensi insulin“. Sindrom Metabolik semakin meningkat dengan gangguan bersama

dengan kemungkinan hingga 40% dari populasi orang dewasa di Amerika.

Resistensi insulin mengandung arti bahwa jaringan tubuh, seperti otot dan

lemak, menjadi semakin resisten dengan aksi insulin dari tubuh sendiri. Hal ini berarti

dalam prosesnya untuk mengatasi respon buruk pada jaringan untuk aksi seperti

kontrol gula, pankreas harus menghasilkan insulin ekstra untuk mencapai efek yang

diinginkan. Insulin memiliki sejumlah aksi dalam tubuh, salah satunya berperan

untuk mengatur kadar gula dalam darah. Ketika gula diabsorbsi dari usus masuk ke

dalam aliran darah, insulin berhenti pada level tertentu dan akan meningkat tinggi

disebabkan pergerakan gula keluar dari darah dan masuk ke dalam otot dan hati

dimana gula dapat digunakan sepenuhnya atau dapat disimpan. Dengan demikian

kegagalan pada aksi insulin dalam hal ini dapat menyebabkan kehilangan kontrol gula

darah dan menyebabkan diabetes mellitus. Tipe dari diabetes yang ada sebenarnya

selalu berhubungan dengan resistensi insulin. Bagaimanapun juga, resistensi insulin

dapat ditemukan pada orang yang tidak pernah menderita diabetes. (Anonim, 2008e)

Kombinasi dari resistensi insulin dengan cluster dari faktor risiko

kardiovaskuler termasuk hiperinsulinemia, hipertensi, obesitas abdominal,

dislipidemia, dan abnormalitas koagulasi telah dihubungkan dengan berbagai sebutan

termasuk “sindrom resistensi insulin“, “sindrom metabolik“, “sindrom dismetabolik“

(37)

resistensi insulin“ digambarkan oleh Reaven pada tahun 1988, jumlah faktor

kombinasi terus berkembang.

Paling sering digunakan secara luas untuk menegaskan sindrom ini yang

telah diterbitkan sebagai bagian dari The National Cholesterol Education Program

Adult Treatment Panel (NCEP-ATP) III Guidelines untuk treatment

hiperkolesterolemia. Petunjuk ATP menentukan diagnosis dari sindrom metabolik

ketika memiliki setidaknya 3 dari 5 kriteria yang ada. Standar untuk faktor risiko

individual bervariasi diantara NCEP-ATP dan “expert panels“ lainnya termasuk

World Health Organization dan The American College of Endocrinology (Triplitt et

al, 2005).

Gambar 2. Diagram Hubungan Diabetes Mellitus dengan Sindrom Metabolik

(38)

3. Klasifikasi Diabetes Mellitus

Berdasarkan klasifikasi American Diabetes Association/World Health

Organization (ADA/WHO), diabetes mellitus diklasifikasikan menjadi empat tipe

berdasarkan penyebab dan proses penyakitnya.

a. Diabetes Mellitus Tipe-1 (Insulin dependent diabetes mellitus)

Tipe diabetes ini, penderitanya berjumlah 5-10%, sebelumnya dikenal

dengan istilah meliputi diabetes tergantung insulin, diabetes tipe I, atau diabetes

pada anak, sebagai hasil dari kerusakan sel autoimun pada sel-sel β pankreas.

Pada tipe diabetes ini, kecepatan kerusakan dari sel β sangat bervariasi,

dapat sangat cepat pada beberapa individu (sebagian besar bayi dan anak) dan

lambat pada lainnya (sebagian besar orang dewasa). Beberapa pasien, utamanya

anak dan remaja, dapat menderita diabetes tipe I dengan ketoasidosis sebagai

manifestasi utama dari penyakit ini. Lainnya memiliki mode hiperglikemia puasa

yang berubah cepat menjadi hiperglikemia parah dan/atau ketoasidosis yang

muncul pada infeksi lain. Walaupun demikian, khususnya orang dewasa, mungkin

cukup bertahan dengan fungsi sel β yang tersisa untuk mencegah ketoasidosis

dalam beberapa tahun; beberapa individu akhirnya menjadi tergantung pada

insulin untuk bertahan dari risiko ketoasidosis. Pada tahap selanjutnya dari

penyakit ini, terdapat sedikit sekresi insulin atau tidak sama sekali, dimanifestasi

(39)

tipe 1 biasanya terjadi pada masa kanak-kanak dan remaja, tapi dapat juga terjadi

pada usia manapun (Anonim, 2008f).

b. Diabetes Mellitus Tipe-2 (Non-insulin dependent diabetes mellitus)

Tipe diabetes ini, penderitanya berjumlah 90-95%, sebelumnya dikenal

sebagai diabetes tidak tergantung insulin, diabetes tipe II, diabetes pada orang

dewasa, meliputi individu yang memiliki resistensi insulin dan biasanya relatif

defisiensi insulin. Pada awalnya, dan seringnya sepanjang hidup mereka, individu

ini tidak membutuhkan terapi insulin untuk bertahan. Ada banyak kemungkinan

penyebab tipe diabetes ini. Sekalipun etiologi yang spesifik tidak diketahui,

kerusakan autoimun dari sel β tidak terjadi, dan pasien tidak memiliki penyebab

lain sebelumnya.

Kebanyakan pasien dengan tipe diabetes ini mengalami kegemukan, dan

kegemukan itu sendiri menyebabkan resistensi insulin. Pasien yang tidak

mengalami obesitas menurut kriteria berat pada umumnya mungkin memiliki

kenaikan jumlah distribusi lemak tubuh terutama pada daerah abdominal.

Ketoasidosis secara spontan jarang terjadi pada tipe diabetes ini; jika dilihat, hal

tersebut biasanya muncul berhubungan dengan stress dari penyakit lain contoh

infeksi. Tipe diabetes ini seringnya tidak terdiagnosa dalam beberapa tahun

karena hiperglikemia berkembang perlahan-lahan dan pada tahap awal seringnya

tidak cukup parah sehingga pasien tidak memperhatikan beberapa tanda klasik

dari diabetes. Namun, beberapa pasien memiliki risiko berkembang ke arah

(40)

dengan bentuk tipe diabetes ini mungkin memiliki kadar insulin terlihat normal

atau tinggi, kadar glukosa darah pada pasien diabetik dapat diduga hasilnya

meskipun nilai insulin tinggi menandakan fungsi normal dari sel β. Dengan

demikian, sekresi insulin tidak efektif pada pasien ini dan tidak cukup untuk

mengimbangi resistensi insulin. Resistensi insulin dapat dipengaruhi dengan

pengurangan berat dan/atau terapi farmakologis dari hiperglikemia tetapi

resistensi insulin jarang pulih kembali menjadi normal. Risiko dari perkembangan

tipe diabetes ini meningkat seiring dengan umur, kegemukan, dan kurangnya

aktivitas fisik. Tipe diabetes ini terjadi lebih sering pada wanita yang sebelumnya

menderita Diabetes Mellitus Gestasional dan pada individu dengan hipertensi atau

dislipidemia, dan sering bervariasi pada ras atau etnik yang berbeda. Diabetes tipe

2 sering berhubungan kuat dengan predisposisi genetik, dibanding bentuk

autoimun pada diabetes tipe I (Anonim, 2008f).

c. Diabetes Mellitus Saat Kehamilan (Diabetes Mellitus Gestasional)

Diabetes Mellitus Gestasional didefinisikan sebagai kadar intoleransi

glukosa dengan onset atau pertama ditemukan selama kehamilan. Komplikasi

Diabetes Mellitus Gestasional ditemukan sekitar 4% dari seluruh kehamilan di

Amerika, hasil dari sekitar 135,000 kasus tiap tahunnya. Prevalensinya dari

1-14% kehamilan, tergantung pada studi populasi (Anonim, 2008f). Beberapa

wanita akan kemabali normal setelah melahirkan, tetapi 30%-50% akan

(41)

dari toleransi glukosa terjadi secara normal selama kehamilan, utamanya pada

trimester 3 (Anonim, 2008f).

d. Diabetes Mellitus Spesifik

Diabetes Mellitus spesifik yaitu Maturity Onset Diabetes of the young

(MODY). Tipe diabetes ini merupakan suatu bentuk diabetes yang berkaitan

dengan kelainan salah satu gen pada fungsi sel β pankreas, kelainan juga dapat

terjadi pada pola autosomal dominan yang diturunkan (Triplitt et al, 2005).

4. Diagnosis

Diagnosis dari diabetes mellitus membutuhkan suatu identifikasi yang dapat

membedakan antara kondisi normal dengan diabetes. ADA (American Diabetes

Association) merekomendasikan penggunaan gula darah puasa sebagai cara utama

dalam mendiagnosis Diabetes Mellitus pada orang dewasa yang tidak hamil. Berikut

3 kriteria diagnosis diabetes mellitus yaitu (a) kadar glukosa darah puasa pada

diabetes yaitu > 126 mg/dl sedangkan untuk keadaan normal < 100 mg/dl; (b) kadar

glukosa darah setelah pemberian glukosa sebanyak 75 g (oral glucose tolerance test)

pada diabetes yaitu ≥ 200 mg/dl, sedangkan angka normalnya 140 mg/dl; (c) kadar

glukosa darah sewaktu dengan gejala diabetes yaitu ≥ 200 mg/dl, untuk normalnya

(42)

C. Edukasi

Upaya agar masyarakat berperilaku atau mengadopsi perilaku kesehatan

dengan cara persuasi, bujukan, himbauan, ajakan, memberikan informasi,

memberikan kesadaran, dan sebagainya melalui kegiatan yang disebut pendidikan

atau penyuluhan kesehatan (Notoatmodjo, 2003). Pendidikan kesehatan adalah suatu

bentuk intervensi atau upaya yang ditujukan kepada perilaku, agar perilaku tersebut

konduksif untuk kesehatan. Dengan perkataan lain pendidikan kesehatan

mengupayakan agar perilaku individu, kelompok, atau masyarakat mempunyai

pengaruh positif terhadap pemeliharaan dan peningkatan kesehatan (Notoatmodjo,

2003).

D. Perilaku

Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta

interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan,

sikap dan tindakan. Sesuai dengan batasan ini, perilaku kesehatan dapat dirumuskan

sebagai segala bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya,

khususnya menyangkut pengetahuan dan sikap tentang kesehatan serta tindakannya

yang berhubungan dengan kesehatan. Perilaku kesehatan ini dapat dibedakan menjadi

dua, yaitu perilaku sakit dan perilaku sehat. Perilaku sehat dapat diartikan sebagai

tindakan yang dilakukan individu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya.

(43)

individu jika terkena suatu penyakit, reaksi ini sangat ditentukan oleh sistem

sosialnya.

1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan

raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga

(Notoatmodjo, 2002).

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour). Pengetahuan yang dicakup

didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yakni :

(a) Tahu (know)

(b) Memahami (comprehension)

(c) Aplikasi (application)

(d) Analisis (Analysis)

(e) Evaluasi (Evaluation)

(Notoatmodjo, 2002)

2. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

(44)

kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari

merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum

merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan

suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi

terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi

terhadap obyek dilingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap obyek

(Notoatmodjo, 2002).

3. Tindakan atau Praktek

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behaviour).

Untuk mewujudkan sikap menjadi perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau

suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas, selain itu diperlukan

juga faktor dukungan dari pihak lain. Praktik mempunyai beberapa tingkatan yaitu :

(a) Persepsi (perception)

(b) Respon Terpimpin (guided response)

(c) Mekanisme (mechanism)

(d) Adopsi (adoption)

(Notoatmodjo, 2002)

E. Landasan Teori

Perilaku manusia merupakan hasil segala macam pengalaman serta interaksi

(45)

lain, perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang individu terhadap stimulus

yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya (Sarwono, 1997).

Pemberian edukasi akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan sikap

seseorang terhadap sesuatu yang baru bagi orang tersebut atau lebih memperjelas

sesuatu yang sudah diketahui. Dengan demikian pemberian edukasi tentang sindrom

metabolik dalam penelitian ini dapat memberikan informasi-informasi tentang pola

hidup sehat meliputi pola makan dan olahraga yang baik serta cara mencegah

penyakit menuju keparahan dengan cek kesehatan rutin, sehingga akan meningkatkan

pengetahuan responden dan memberikan pengaruh yang baik terhadap sikap dan

tindakan responden khususnya terkait dengan diabetes mellitus sebagai salah satu

faktor risiko dari sindrom metabolik.

Maka diharapkan responden memiliki kesadaran untuk mencegah sindrom

metabolik dan mengusahakan kualitas hidup yang lebih baik. Perubahan atas perilaku

responden tersebut dapat terlihat dari penurunan kadar gula darah puasa responden.

F. Hipotesis

Pemberian edukasi (informasi) tentang sindrom metabolik mempunyai

pengaruh terhadap perubahan perilaku (pengetahuan, sikap, dan tindakan). Dengan

pemberian edukasi yang lebih lama diharapkan dapat berpengaruh terhadap adanya

perubahan kadar gula darah puasa masyarakat di dusun Krodan,

(46)

22 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental semu (kuasi) dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah non-randomized pretest-postest control

group design. Dimana dalam rancangan ini pembagian subyek dalam kelompok tidak

dilakukan secara random, sehingga pengendalian terhadap variabel luar dan sumber-sumber invaliditas tidak begitu kuat (Pratiknya, 2007).

0>...(X1)...01>————— (X2)—————02 0>...( - )...01>————— ( - )—————02 Gambar 3. Skema Rancangan Penelitian Non-Randomized Pretest-Postest Control Group Design (Tahap II) Keterangan:

0 = Observasi awal ; (X1&2) = Perlakuan/edukasi ; 01 = Observasi I

... = Garis kegiatan kelompok sebelumnya ; ( - ) = non edukasi ; 02 = Observasi III

B. Variabel 1. Variabel bebas

(47)

2. Variabel tergantung

a. Perilaku masyarakat di Desa Paingan, Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta

yang meliputi : tindakan, sikap, dan pengetahuan terhadap parameter kadar

gula darah puasa.

C. Definisi Operasional

1. Masyarakat di Dusun Krodan adalah sekelompok orang atau penduduk yang

bertempat tinggal dan menetap atau yang bekerja di dusun Krodan,

Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta baik laki-laki maupun perempuan.

2. Responden adalah masyarakat di dusun Krodan, Maguwoharjo-Sleman,

Yogyakarta yang menjadi subyek uji penelitian.

3. Edukasi merupakan suatu upaya untuk memberikan informasi kepada masyarakat

melalui kunjungan dan pemberian leaflet tentang sindrom metabolik pada

responden.

4. Perilaku adalah semua aktivitas dari masyarakat yang merupakan respon adanya

stimulus dari luar yang akan berpengaruh terhadap pengetahuan, sikap, dan

tindakan dari setiap orang.

5. Profil kadar gula darah puasa sebelum dan sesudah edukasi merupakan selisih

antara kadar gula darah puasa pada saat Observasi awal, Observasi I, dan

Observasi III.

6. Sindrom metabolik merupakan sebutan untuk sekelompok faktor resiko yang

(48)

dapat meningkatkan penyakit jantung dan masalah kesehatan lain seperti diabetes

dan stroke.

8. Diabetes mellitus merupakan salah satu faktor risiko dari sindrom metabolik.

D. Subyek Penelitian

Subyek penelitian yang digunakan adalah masyarakat yang tinggal atau

bekerja di dusun Krodan, Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta yang berumur 35-45

tahun, memiliki BMI (Body Massa Index) ≥ 23 dan belum pernah diterapi terkait

penyakit Sindrom Metabolik, serta bersedia untuk diajak bekerjasama dalam

penelitian ini antara lain bersedia untuk dilakukan pengukuran berat badan, tinggi

badan, tekanan darah, lingkar pinggang dan lingkar pinggul, juga bersedia diambil

sample darahnya. Penelitian ini berlangsung selama ± 6 bulan, jika dalam jangka

waktu penelitian ada subyek penelitian yang mendapat terapi farmakologi terkait

dengan sindrom metabolik maka subyek tersebut akan dimasukkan dalam kriteria

eksklusi. Subyek penelitian untuk selanjutnya akan disebut sebagai responden

penelitian.

Pada awalnya rancangan untuk responden penelitian terdiri dari 80 orang,

yang akan dibagi kedalam 2 kelompok perlakuan antara lain kelompok edukasi dan

nonedukasi masing-masing berjumlah 40 orang. Jumlah responden perempuan

sebanyak 21 orang dan responden laki-laki sebanyak 19 orang Kemudian

masing-masing kelompok edukasi dan nonedukasi akan dibagi lagi menjadi kelompok

(49)

pemeriksaan fisik (berat badan, tinggi badan, lingkar pinggang, lingkar pinggul dan

tekanan darah) dengan jumlah responden perempuan sebanyak 12 orang dan

responden laki-laki sebanyak 8 orang dan tanpa tes laboratorium. Kelompok kedua

tanpa tes laboratorium sehingga hanya dilakukan pemeriksaaan fisik saja dengan

jumlah responden perempuan sebanyak 9 orang dan responden laki-laki sebanyak 11

orang. Perbandingan jumlah responden perempuan dan laki-laki dalam penelitian ini

dibagi seimbang atau hampir seimbang agar tidak memberikan perbedaan yang

signifikan.

Pada tahap Observasi III ini jumlah responden yang berhasil mengikuti

penelitian hingga akhir adalah 66 orang. Untuk kelompok edukasi 36 orang dan 30

orang untuk kelompok nonedukasi. Kelompok responden edukasi dengan tes

laboratorium jumlah responden yang tersisa sebanyak 18 orang, kelompok responden

edukasi tanpa tes laboratorium jumlah responden yang tersisa juga sama sebanyak 18

orang. Sedangkan kelompok responden nonedukasi dengan tes laboratorium

mengalami pengurangan jumlah responden yang signifikan karena hanya tersisa

sebanyak 14 orang, untuk kelompok responden nonedukasi tanpa tes laboratorium

jumlah responden yang hilang juga cukup banyak karena hanya tersisa 16 orang.

Pengurangan jumlah responden dapat terjadi dikarenakan beberapa hal antara lain :

ada responden yang sudah tidak tinggal di daerah Dusun Krodan pada tahap

penelitian ini, beberapa responden sudah tidak bersedia lagi menjadi responden

penelitian, dan sebagian lagi masuk dalam kriteria eksklusi karena mendapat terapi

(50)

E. Ruang Lingkup

Penelitian yang berjudul: “Pengaruh Pemberian Edukasi Tahap II Tentang

Sindrom Metabolik Terhadap Perilaku Masyarakat di Dusun Krodan, Maguwoharjo,

Sleman, Yogyakarta” merupakan penelitian yang dilakukan secara berkelompok yang

beranggotakan 4 orang, dimana setiap peneliti mempunyai kajian yang berbeda-beda

untuk diteliti. Adapun ruang lingkup dari penelitian ini meliputi: Indeks Massa Tubuh

(IMT), lingkar pinggang, rasio lingkar pinggang-lingkar pinggul, tekanan darah,

kadar gula darah puasa, dan kadar kolesterol total. Pada penelitian ini peneliti lebih

berfokus pada kajian kadar gula darah puasa.

F. Teknik Sampling

Penelitian ini dilaksanakan di dusun Krodan, Maguwoharjo-Sleman,

Yogyakarta. Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah

non-randomized sampling (pengambilan sampel secara non-acak) karena subyek yang

akan diteliti tidak mendapat kesempatan yang sama pada anggota populasi untuk

dijadikan sampel dan dengan jenis quota sampling karena sebelumnya peneliti telah

menentukan terlebih dahulu jumlah sampel yang diperlukan sesuai dengan jatah

(Notoadmodjo, 2002).

Metode yang dipakai yaitu metode desktriptif korelasional dengan

menggunakan minimal 30 subjek uji menurut Gay (cit., Sevilla, dkk, 1993), namun

(51)

sehingga dalam penelitian ini menggunakan 80 subyek uji. Kriteria subyek uji BMI ≥

23 dan berumur 35-45 tahun.

G. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di dusun Krodan, Kecamatan Maguwoharjo,

Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta tepatnya di daerah sekitar kampus III Paingan

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dusun Krodan ini terdiri dari 5 tempat yaitu:

Krodan, Timbulrejo, Paingan, Pomahan, dan Taman Cemara. Pembagian tersebut

berdasarkan atas banyaknya RW dan RT yang ada di dusun Krodan yaitu: daerah

Krodan merupakan RW 03 yang terdiri atas RT 01 dan RT 02, daerah Timbulrejo

merupakan RW 04 yang terdiri dari RT 03 dan RT 04, daerah Paingan merupakan

RW 05 yang terdiri dari RT 05 ,RT 06, dan RT 07, daerah Pomahan merupakan RW

06 yang terdiri atas RT 08 dan RT 09, dan daerah Taman Cemara yang terdiri atas RT

10, RT 11, RT 12, RT 13, dan RT 14.

H. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah alat ukur gula darah dan kadar

kolesterol Hitachi 902 dari laboratorium, timbangan berat badan Camry®, tensimeter

Nova®, pengukur tinggi badan, meteran, lembar kuesioner, leaflet mengenai Sindrom

(52)

Dalam hal ini leaflet sebagai media edukasi tentang sindrom metabolik dibuat

dengan bahasa yang sederhana agar mudah dipahami oleh responden yang merupakan

masyarakat di dusun Krodan, Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta. Demikian juga

dengan panduan wawancara terstruktur dan lembar kuisoner

I. Tata Cara Penelitian 1. Analisis Situasi

Tahap ini dilakukan dengan mengumpulkan informasi mengenai kemungkinan

bisa tidaknya diadakan penelitian. Pada tahap ini juga dilakukan persiapan penelitian

dengan permohonan izin pada Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan

Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada dan BAPPEDA Sleman Yogyakarta.

Proses perijinan mulai dilakukan dari awal hingga akhir bulan Mei 2008. Namun

proses pencarian responden tidak lagi dilakukan dalam penelitian ini, karena telah

dilakukan kelompok peneliti sebelumnya, yang dilakukan hanya pendekatan kembali

kepada responden untuk bersedia kembali menjadi responden dalam penelitian.

2. Pembuatan Kuisioner

a. Pembuatan Kuisioner

Pembuatan kuisioner berdasarkan tujuan penelitian, perumusan masalah, dan

definisi operasional. Dalam pembuatan kuisioner ada beberapa item yang disusun

berkelompok terkait dengan variabel penelitian yang ingin diketahui meliputi

(53)

oleh kelompok peneliti sebelumnya dengan melakukan konsultasi dengan dosen

pembimbing dan salah satu dosen Psikologi.

Jumlah pertanyaan yang terdapat didalam kuisioner sebanyak 38 item, jenis

pertanyaannya adalah pertanyaan yang bersifat obyektif dengan 4 peringkat jawaban

antara lain : sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju

(STS). Disusun demikian karena dalam penelitian ini menggunakan skala pengukuran

ordinal agar dapat mengetahui pemahaman perilaku responden secara lebih

mendalam terkait variabel pengetahuan, sikap, dan tindakan terhadap sindrom

metabolik. Untuk distribusi variabel pengetahuan,sikap dan tindakan dapat dilihat

lebih jelas pada tabel dibawah ini.

Tabel III. Distribusi Pertanyaan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan yang Terdapat Dalam Kuisioner

Pengetahuan F 3, 4, 7, 11, 12, 15, 21, 24, 25, 6, 30, 37 NF 20, 30

Sikap F 1, 2, 6, 8, 13, 32, 28, NF 5, 10, 16, 19, 27, 38

Tindakan F 9, 14, 17, 18, 22, 33, 34, 36 NF 23, 29, 31

Untuk satu pertanyaan hanya ada satu satu jawaban benar, per item skor yang

diberikan untuk jawaban sangat setuju adalah 4, setuju diberi skor 3, tidak setuju

diberi skor 2, dan sangat tidak setuju hanya mendapat skor 1. Hal tersebut berlaku

untuk jenis item yang favourable. Sedangkan untuk jenis item non favourable berlaku

hal yang sebaliknya yaitu skor 4 untuk jawaban sangat tidak setuju, skor 3 untuk

(54)

Dari 38 item pertanyaan, sebanyak 27 item termasuk jenis favourable dan 11 item

termasuk jenis non favourable.

b. Uji coba kuisioner

Sebelum dilakukan penyebaran kuisioner dilakukan uji coba terlebih dahulu,

supaya pertanyaan yang diajukan pada kuisioner dapat dipahami oleh responden.

Agar diperoleh distribusi nilai hasil pengukuran mendekati normal, maka sebaiknya

jumlah responden untuk uji coba paling sedikit 20 orang. Responden untuk uji coba

adalah yang memiliki karakteristik hampir sama dengan responden untuk penelitian

(Notoatmodjo, 2002). Uji coba kuisioner ini telah dilakukan oleh kelompok penelitian

sebelumnya pada masyarakat yang tidak menetap dan tidak bekerja di Dusun

Krodan,Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta.

c. Uji Validitas

Kuisioner yang telah disusun kemudian diuji validitasnya. Menurut Sugiyono

(2006), instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan

data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk

mengukur apa yang hendak diukur. Untuk memenuhi syarat ketepatukuran, dilakukan

uji validitas pada kuisioner. Uji validitas dalam penelitian ini juga telah dilakukan

oleh kelompok penelitian sebelumnya, dan diketahui uji validitas yang digunakan

adalah tipe validitas isi. Dalam tipe validitas isi dilakukan dengan professional

judgment melalui konsultasi dengan dosen pembimbing dan dosen dari Fakultas

Psikologi. Uji validitas dapat dilihat dari item pertanyaan kuisioner yang telah

(55)

d. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan dengan cara mengujikan kuisioner pada responden

yang sama saat uji coba kuisioner sebanyak 20 orang. Reliabilitas adalah sejauh mana

pengukuran dapat dipercaya, dan sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten bila

dilakukan pengukuran kembali terhadap responden yang sama (Azwar, 2000). Uji

reliabilitas dalam penelitian ini telah dilakukan oleh kelompok penelitian

sebelumnya. Pengujian reliabilitas akan dilakukan secara statistik agar dari hasil yang

didapatkan dapat diketahui item-item pertanyaan yang tidak sesuai bila digunakan.

3. Pembuatan Informasi Tertulis atau Leaflet

Leaflet berfungsi sebagai media pemberian edukasi tentang Sindrom

Metabolik pada masyarakat. Berisi tentang hal-hal yang terkait dengan Sindrom

Metabolik, mulai dari pengetahuan tentang sindrom metabolik, ciri dari sindrom

metabolik, risiko dan dampak dari sindrom metabolik, serta bagaimana cara

mencegah keparahan sindrom metabolik. Leaflet dibuat semenarik mungkin, jelas,

singkat dan lengkap dengan bahasa sederhana agar mudah dipahami oleh responden.

Pada penelitian ini leaflet dibuat dengan 4 seri edukasi, dengan urutan edukasi

sebagai berikut : edukasi tentang pola makan, edukasi tentang olahraga, edukasi

tentang cek kesehatan rutin (general medical check up), dan yang terakhir review dari

(56)

4. Penyebaran Kuesioner

Kuesioner ditujukan kepada responden yaitu masyarakat, dengan melakukan

pendekatan-pendekatan terlebih dahulu. Kuesioner diberikan kepada 66 responden

sesudah pemberian edukasi (tahap 2) oleh peneliti bersamaan dengan saat

pengambilan sampel darah dan pemeriksaan fisik terakhir dilakukan.

5. Pemberian Edukasi/Informasi

Dilakukan untuk memberikan pengetahuan tentang Sindrom Metabolik yang

berupa leaflet atau informasi tertulis. Diberikan secara berulang untuk mengingatkan

responden dan dilakukan dengan cara door to door, dengan materi edukasi yang

berbeda-beda tiap pertemuan. Ada 4 seri materi edukasi yang diberikan, pertama

tentang pola makan, kedua tentang olahraga, ketiga tentang cek kesehatan rutin

(general medical check up), dan yang terakhir merupakan review dari materi lainnya .

Pemberian edukasi dilakukan selama kurang lebih 6 bulan (rentang waktu

dilaksanakan edukasi tahap 2 dan Observasi III).

6. Pengukuran Kadar Gula Darah Puasa

Pengukuran kadar gula darah puasa dilakukan dengan mengambil spesimen

darah subyek sebanyak kurang lebih 2 ml yang dilakukan oleh petugas dari

laboratorium klinik, kemudian diuji di laboratorium klinik pada saat sesudah

pemberian edukasi, kepada 36 orang subyek uji. Untuk itu dalam penelitian kali ini

(57)

sebelumnya kelompok peneliti terdahulu juga bekerjasama dengan pihak

Laboratorium Prodia Yogyakarta dengan pertimbangan validasi alat ukur

Laboratorium Prodia telah memenuhi syarat yang telah ditetapkan dan juga

Laboratorium Prodia memiliki standar ISO 9001:2000.

7. Wawancara Terstruktur

Dilakukan dengan bantuan kerangka atau garis-garis besar yang dibutuhkan

dan berkaitan dengan permasalahan, melalui pembicaraan informal dan pembicaraan

yang dikaitkan dengan permasalahan. Wawancara dalam penelitian ini berfungsi

untuk mempertegas dari jawaban kuisioner yang telah diisi responden pada waktu

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan kadar gula darah puasa, selain itu wawancara

dilakukan untuk mendapatkan informasi yang lebih tepat (yang melatarbelakangi

jawaban kuisioner).

Pelaksanaan wawancara bersamaan dengan pembagian hasil pengukuran

kadar gula darah dan kadar kolesterol total. Wawancara dilakukan pada 10 responden

yang termasuk dalam kelompok perlakuan dengan jumlah item 20 pertanyaan dan

dibuat dalam bahasa yang sederhana dan mudah dipahami responden. Agar

memudahkan peneliti untuk mendengarkan kembali hasil wawancara dengan

responden, peneliti menggunakan tape recorder sama dengan kelompok peneliti

(58)

8. Pengolahan Data

Dilakukan dengan cara nilai dari setiap item pada kuisioner dijumlahkan dan

dikategorisasi variabel yang meliputi pengetahuan, sikap, dan tindakan. Data yang

diperoleh di uji dengan statistik yang tepat dan kemudian dapat ditampilkan dalam

bentuk tabel, gambar, dan persentase hasil.

9. Analisis Data Penelitian

Data yang diperoleh pada penelitian ini diolah dengan membandingkan hasil

data yang diperoleh pada pemberian perlakuan tahap 2 (Observasi III) dengan data

sebelum pemberian perlakukan (Observasi awal) dan data sesudah pemberian

perlakuan (Observasi I) kelompok peneliti sebelumnya. Analisis statistik

menggunakan uji statistik Mann Whitney dengan taraf kepercayaan 90%.

Sebelum di uji hipotesis,data yang diperoleh terlebih dahulu di uji normalitas

agar diketahui apakah distribusi sebaran data yang ada normal atau tidak. Dikatakan

distribusi data normal bila nilai Asymp. Sig .(2 tailed) menunjukkan nilai > 0.1,

dengan demikian dapat diketahui untuk uji hipotesis analisis statistik mana yang

sesuai. Pada penelitian Observasi III ini didapatkan hasil sebaran data tidak normal

maka digunakan uji hipotesis Mann Whitney, dari uji tesebut didapat nilai Asymp.

Sig. (2 tailed) < 0.1 yang berarti ada perbedaan nilai antara kelompok kedua

(59)

H. Kesulitan Penelitian

Beberapa hal menyulitkan yang ditemui oleh peneliti yaitu ada beberapa

responden yang terlihat malas jika diedukasi, responden terkadang sulit ditemui

karena kesibukan masing-masing responden, bulan penelitian yang bersamaan dengan

bulan puasa (bulan September) menyulitkan peneliti untuk melakukan pengukuran

fisik. Selain itu pada tahap pengambilan sampel darah, peneliti harus kehilangan

(60)

36 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Responden

Profil responden dalam penelitian ini meliputi Indeks Massa Tubuh (IMT), Lingkar Pinggang, Rasio Lingkar Pinggang-Lingkar Pinggul, Tekanan Darah, Kadar Gula Darah Puasa, dan Kadar Kolesterol Total. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dan terdapat 3 profil yang akan dilihat perbandingannya yaitu profil Observasi awal, profil Observasi I, profil Observasi III.

Tabel IV. Profil Observasi Awal Responden Berdasarkan IMT, Rasio Lingkar Pinggang- Lingkar Pinggul, Lingkar Pinggang, Tekanan Darah, Kadar Gula Darah Puasa, Kadar Kolesterol Total

Kriteria

Edukasi Non edukasi

P

n ±SD N ±SD

IMT 66 27 ± 3,4 66 26,03 ± 3,7 0,107

rasio lingkar pinggang- Pinggul

laki-laki 35 0,9 ± 0,03 35 0,9 ± 0,04 0,065 perempuan 31 0,9 ± 0,06 31 0,8 ± 0,05 0,645

Lingkar Pinggang

laki-laki 35 95,9 ± 7,2 35 88,9 ± 5,9 0,001 perempuan 31 96,3 ± 7,3 31 88,5 ± 10,8 0,104 Tekanan Darah

36 30

Sistolik 117,5 ± 11,4 116,4 ± 15,6 0,417

Diastolik 80,8 ± 12,04 81,7 ± 11,8 0,634

(61)

Tabel V. Profil Observasi I Responden Berdasarkan IMT, Rasio Lingkar Pinggang- Lingkar Pinggul, Lingkar Pinggang, Tekanan Darah, Kadar Gula Darah Puasa, Kadar Kolesterol Total

Kriteria Edukasi Non edukasi p

N ±SD N ±SD

IMT 66 27,2 ± 3,6 66 26,07 ± 4,16 0,065

rasio lingkar pinggang- Pinggul

laki-laki 35 0,9 ± 0,04 35 0,9 ± 0,05 0,062

perempuan 31 0,9 ± 0,2 31 0,9 ± 0,05 0,459

Lingkar Pinggang

laki-laki 35 94,9 ± 7,2 35 88,1 ± 7,7 0,007

perempuan 31 92,2 ± 6,9 31 89,8 ± 9,9 0,237

Tekanan Darah

36

30

Sistolik 114,3 ± 12,4 119,8 ± 20,2 0,230

Diastolik 79,8 ± 9,02 80,0 ± 12,12 0,946

Kadar Gula Darah Puasa 18 95,3 ± 26,7 14 85,7 ± 5,9 0.553

Kadar Kolesterol Total 18 198,8 ± 33,1 14 205,3 ± 27,2 0,398

Tabel VI. Profil Observasi III Responden Berdasarkan IMT, Rasio Lingkar Pinggang- Lingkar Pinggul, Lingkar Pinggang, Tekanan Darah, Kadar Gula Darah Puasa, Kadar Kolesterol Total

Kriteria Edukasi Non edukasi p

N ±SD n ±SD

IMT 66 26,7 ± 3,5 66 25,1 ± 4,1 0,017

Rasio lingkar pinggang-

Pinggul

Laki-laki 35 0,9 ± 0,03 35 0,87 ± 0,05 0,002

Perempuan 31 0.9 ± 0,06 31 0,87 ± 0,04 0,128

Lingkar Pinggang (cm)

Laki-laki 35 93,61 ± 7,10 35 85,8 ± 9,6 0,005

Perempuan 31 93,5 ± 9,3 31 87,4 ± 10,7 0,017

Tekanan Darah (mmHg)

36 30

Sistolik 122,6 ± 15,4 120,5 ± 18,5 0,406

Diastolik 80,4 ± 10,10 79,3 ± 9,002 0,602

Kadar Gula Darah Puasa 18 108,1 ± 54,1 14 78,6 ± 6,6 0,001

Kadar Kolesterol Total 18 203,7 ± 36,9 14 199,7 ± 32,8 0,879

Keterangan :

(62)

Bagian dalam tabel yang di cetak tebal merupakan permasalahan utama

dalam penelitian ini. Nilai signifikansi (p) yang diperoleh dari hasil uji statistik dapat

menunjukkan apakah ada perbedaan yang bermakna dari profil responden sebelum

dan sesudah edukasi dilakukan. Untuk tabel IV dan tabel V merupakan profil

observasi yang datanya diperoleh dari hasil penelitian kelompok sebelumnya,

sedangkan untuk tabel VI merupakan profil observasi yang datanya diperoleh dari

hasil penelitian saat ini. Dapat dilihat pada tabel-tabel diatas, khususnya tabel VI

yaitu data profil observasi III untuk kriteria Indeks Massa Tubuh (IMT), rasio lingkar

pinggang-lingkar pinggul untuk responden laki-laki, pengukuran lingkar pinggang,

dan pengukuran kadar gula darah puasa menunjukkan nilai signifikansi (p) < 0,1 yang

berarti terdapat perbedaaan yang bermakna antar kedua kelompok edukasi dan

nonedukasi, sedangkan untuk kriteria rasio lingkar pinggang-lingkar pinggul untuk

responden perempuan, pengukuran tekanan darah dan kadar kolesterol total

menunjukkan nilai signifikansi (p) > 0,1 yang berarti antara kelompok edukasi dan

nonedukasi memiliki hasil berbeda tidak bermakna.

Jika dibandingkan dengan profil data penelitian kelompok sebelumnya yaitu

profil observasi awal responden pada tabel IV dan profil observasi I responden pada

tabel V, dapat ditemukan perbedaan nilai signifikansi. Pada profil observasi awal dan

observasi I diketahui sebagian besar nilai signifikansi (p) untuk berbagai kriteria

diperoleh > 0,1 (antara kelompok edukasi dan nonedukasi berbeda tidak bermakna),

(63)

pinggang untuk responden laki-laki yang menunjukkan perbedaan yang bermakna

antar kelompok edukasi dan nonedukasi dengan nilai p < 0,1.

Tabel VII. Jumlah Faktor Risiko Observasi Awal Responden Edukasi dan Nonedukasi Berdasarkan Tes Laboratorium dan Nonlaboratorium

Faktor Risiko

Edukasi Non Edukasi

Laboratorium Non Laboratorium Laboratorium Non Laboratorium

< 2 faktor - 1 orang (5.6%) 2 orang (14.3%) 6 orang (37.5%)

≥ 2 faktor 18 orang (100%) 17 orang (94.4%) 12 orang (85,7%) 10 orang (62.5%)

Tabel VIII. Jumlah Faktor Risiko Observasi I Responden Edukasi dan Nonedukasi Berdasarkan Tes Laboratorium dan Nonlaboratorium

Faktor Risiko

Edukasi Nonedukasi

Laboratorium Non

Laboratorium Laboratorium

Non Laboratorium

< 2 faktor 1orang ( 5.6%) 2 orang (11.1%) 2 orang (14.3%) 6 orang (27.5%)

≥ 2 faktor 17 orang (94.4%) 16 orang (88.9%) 12orang (85.7%) 10 orang (62.5%)

Tabel IX. Jumlah Faktor Risiko Observasi III Responden Edukasi dan Nonedukasi Berdasarkan Tes Laboratorium dan Nonlaboratorium

Faktor Risiko

Edukasi Nonedukasi

Laboratorium Non Laboratorium Laboratorium Non Laboratorium

< 2 faktor - 2 orang (11,1%) 2 orang (14,3%) 7 orang (43,75%)

≥ 2 faktor 18 orang (100%) 16 orang (88,9%) 12 orang (85,7%) 9 orang (56,25%)

Faktor risiko merupakan petunjuk seberapa besar responden memiliki risiko

Gambar

Gambar 14. Selisih Rata-rata Kadar Gula Darah Puasa
Tabel I.        Kriteria Diagnosis Menurut NCEP ATP III Tahun 2001 ...................
Tabel X. Nilai Rata-rata Kuisioner Terkait Pengetahuan, Sikap,
Gambar 1.  Penderita Sindrom Metabolik
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini dilakukan mengingat penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan strategi tindak tutur direktif guru (selanjutnya disingkat STTDG) dalam pembelajaran dan respons

(2) Pencatatan pengangkatan anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilaporkan oleh penduduk kepada Instansi Pelaksana yang menerbitkan Kutipan Akta Kelahiran

a) Posisi kaki menggiring bola sama dengan posisi kaki dalam menendang bola dengan kura-kura kaki bagian dalam. b) Kaki yang digunakan untuk menggiring bola tidak

1) Diklat Teknis Sandi, bertuliskan Lembaga Sandi Negara secara diagonal berwarna coklat dengan ukuran 8 pt. 2) Diklat Sandiman Dasar, bertuliskan Lembaga Sandi Negara

(3) Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Gotong Royong dimaksud ayat (1) huruf a, oleh Kepala Daerah Tingkat I Jawa Tengah diangkat menjadi anggota Dewan

Penambahan mineral kalsium dalam media selama tahap aklimasi ke salinitas rendah merupakan nilai kebaruan dalam penelitian ini, sementara pemberian potasium dan pakan

Dimana, biaya awal adalah biaya perencanaan dan pelaksanaan bangunan, biaya penggunaan adalah biaya yang dikeluarkan selama bangunan beroperasi, dan biaya pembongkaran

Perihal : Daftar Rincian Lokasi dan Alokasi Dana Bantuan Langsung Masyarakat PNPM Mandiri Perkotaan TA 2013. DAFTAR LOKASI DAN ALOKASI PNPM MANDIRI PERKOTAAN T,A,2013 PROVINSI