• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. dari luapan emosional. Karya sastra tidak menyuguhkan ilmu pengetahuan dalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. dari luapan emosional. Karya sastra tidak menyuguhkan ilmu pengetahuan dalam"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1Latar Belakang

Sastra adalah suatu kegiatan kreatif pada sebuah karya seni yang tertulis atau tercetak (Wellek 1990: 3). Sastra merupakan karya imajinatif yang tercipta dari luapan emosional. Karya sastra tidak menyuguhkan ilmu pengetahuan dalam bentuk jadi, seperti ilmu kimia, sejarah, dan sebagainya. Setiap karya sastra selalu menyajikan banyak hal yang apabila dihayati benar-benar akan menambah pengetahuan orang yang menghayatinya.

Karya satra tercipta karena adanya sebuah proses kreatif dan perenungan yang dilakukan oleh pengarang. Sebelum menciptakan karya sastra pengarang harus melalui proses yang panjang dan rumit. Pengarang terlebih dahulu melakukan perenungan yang mendalam untuk memahami segala aspek kehidupan manusia dan alam secara keseluruhan. Barulah pengarang dapat menciptakan karya sastra melalui proses kreatif dan imajinatif.

Pada hakikatnya pengarang adalah bagian dari masyarakat yang tidak terlepas dari status sosial tertentu. Melalui karya sastra pengarang mengungkapkan problema kehidupan masyarakat. Masalah-masalah yang dilukiskan dalam karya sastra merupakan masalah-masalah yang ada di lingkungan pengarang sebagai anggota masyarakat. Menurut Wahyuningtyas (2011: 23) karya sastra itu unik kerena merupakan perpaduan antara imajinasi

(2)

pengarang dengan kehidupan sosial yang komplek. Hal tersebut yang menjadikan karya sastra dapat dianggap sebagai cerminan kehidupan sosial masyarakatnya.

Keadaan sosial dan perubahan-perubahan yang berkembang dalam suatu masyarakat merupakan bagian dari karya sastra. Tidak jarang pula terdapat pantulan dari hubungan sosial individu dengan individu lainnya atau antar individu dengan masyarakat. Sastra dan kehidupan manusia merupakan satu kesatuan, segala problema kehidupannya tidak dapat dipisah-pisah. Sastra mengandung nilai-nilai kehidupan dengan segala aspek yang universal. Segala nilai yang terkandung dalam karya sastra mampu memberi teladan bagi setiap masyarakat yang menjadi penikmat sastra. Menurut Plato (dalam Faruk, 2012: 47) “dunia dalam karya sastra merupakan tiruan terhadap dunia kenyataan yang sebenarnya juga merupakan tiruan terhadap dunia ide”. Apabila dunia dalam karya sastra membentuk diri sebagai sebuah dunia sosial, maka dunia tersebut merupakan tiruan terhadap dunia sosial yang ada dalam kenyataan.

Sesuai dengan perkembangan ilmu sastra, sosiologi dapat digunakan sebagai pendekatan dalam analisis karya sastra. Pendekatan sosiologi sastra yaitu “pendekatan terhadap sastra yang mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan” (Wahyuningtyas 2011: 24). Setiap hasil karya sastra memiliki aspek-aspek sosial tertentu yang dapat dikaji dengan model-model pemahaman sosiologi.

Studi tentang sastra dan sosiologi dilakukan untuk mengetahui perkembangan dunia sastra dan kehidupan sosial masyarakat. Sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat, dan menyelidiki ikatan-ikatan antar manusia yang menguasai kehidupan. Sosiologi

(3)

mencakup hubungan antara seseorang dengan seseorang, hubungan antara seseorang dengan kelompok, dan hubungan antara kelompok dengan kelompok lain. Sosiologi juga berurusan dengan proses perubahan-perubahan sosial baik yang terjadi secara berangsur-angsur maupun secara revolusioner, dengan akibat-akibat yang ditimbulkan oleh perubahan tersebut.

Sosiologi dapat dikatakan sebagai ilmu yang berguna bagi masyarakat. “Telaah manusia sebagai individu pada umumnya ditempatkan pada nomor dua setelah kajian masyarakat, karena sosiologi yang mempunyai objek studi lebih banyak mencurahkan perhatian terhadap kolektivita sosiologis” (Abdulsyani, 2007: 26). Manusia adalah individu yang pada hakikatnya merupakan unsur inti terbentuknya masyarakat, kehadirannya tidak akan dapat dicegah dalam kerangka dinamika kehidupan sosial bermasyarakat.

Berlawanan dengan sosiologi sastra, psikologi sastra kurang diminati dan kurang berkembang. Sebagai interdisiplin, sama dengan sosiologi sastra psikologi sastra merupakan salah satu cara, jalan kaluar untuk mengurangi stagnasi sebagaimana dilakukan dalam pembacaan mikroskopis oleh kelompok strukturalis (Ratna, 2011: 15). Teori-teori psikologi yang dapat dimanfaatkan dalam sastra terbatas, di sinilah diperlukan teori lain yang dapat menyempurnakan penelitian.

Pendekatan sosiopsikologi sastra merupakan perpaduan antara teori sosiologi dan psikologi yang digunakan untuk mengkaji karya sastra. Menurut Aminuddin (2010: 46) pendekatan sosiopsikologi adalah suatu pendekatan yang berusaha memahami latar belakang kehidupan sosial-budaya, kehidupan masyarakat, maupun tanggapan kejiwaan atau sikap pengarang. Sosiopsikologis

(4)

mengungkap bagaimana sikap pengarang terhadap lingkungannya serta bagaimana hubungan antara cipta sastra itu dengan zamannya.

Karya sastra dalam bentuk novel yang nantinya akan dijadikan sebagai objek penelitian. Novel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, novel Bilangan Fu karya Ayu Utami. Bilangan Fu adalah novel karya Ayu Utami yang mendapatkan penghargaan Khatulistiwa Literari Award pada tahun 2008. Tema yang diangkat oleh Ayu Utami dalam novelnya adalah sikap kritis mengenai hal spiritual.

Ayu Utami menyuguhkan sebuah konsep spiritual dalam novel yang ditulisnya selama empat tahun. Ayu Utami (2008: cover) menamai nafas novelnya sebagai “spiritualisme kritis” yaitu, wacana spiritual-keagamaan, kebatinan, maupun mistik ke dalam kerangka yang menghormatiya sekaligus bersikap kritis kepadanya. Ayu Utami juga mengangkat wacana keberimanan, tanpa terjebak dalam dakwah hitam dan putih. Novel ini adalah manifesto Ayu Utami tentang sebuah sikap yang dianggap perlu diutamakan di zaman ini, sikap religius ataupun spiritual yang kritis.

Melalui tokoh dalam novel, Ayu mengkritisi sikap manusia yang tidak mampu menunjukkan rasa hormatnya kepada lingkungan dan budaya yang tercipta di masyarakat. Ayu juga banyak sekali menyinggu mengenai sejarah Babad Tanah Jawi, dunia pewayangan, dan cerita-cerita dongeng. Ayu Utami mengolah kultur dan kehidupan masyarakat dalam sebuah karya sastra melalui proses kreatif yang sangat mendalam, sehingga mampu memberi gambaran dan pemahaman yang mendalam pula mengenai sebuah kehidupan.

(5)

Pemilihan novel Bilangan Fu didasarkan pada konsep pemikiran Ayu Utami yang berani mengkritisi hal-hal spiritual. Novel ini termasuk ke dalam novel yang padat dan berat, sehingga memerlukan banyak pemikiran untuk dapat mencernanya. Ayu menuliskan secara gamblang dan terus terang dalam menceritakan mengenai gender, seks, dan spiritualisme dalam novel Bilangan Fu. Novel Bilangan Fu juga mengangkat sikap tokoh yang mengkritisi hal-hal mistis dan takhayul melalui pola pikir modern dan pola pikir tradisional.

Penelitian “Analisis Perubahan Sosial Tokoh Utama dalam Novel Bilangan Fu karya Ayu Utami (Sebuah Pendekatan Sosiopsikologi Sastra)” berusaha mengungkap perubahan sosial yang terjadi pada tokoh utama yang diciptakan oleh pengarang. Perubahan sosial yang dimaksudkan yaitu perubahan yang terjadi pada pola pikir tokoh utama. Mengingat setiap tokoh yang diciptakan oleh pengarang ditujukan untuk membawa cerita dalam sebuah karangan, maka setiap pemikiran dan tingkah laku tokoh dapat mewakili isi cerita. Tokoh menunjuk pada orang sebagai pelaku cerita. Tokoh menempati posisi sebagai penyampai pesan, amanat, moral, atau sesuatu yang sengaja disampaikan pengarang kepada pembaca.

Berdasarkan uraian di atas peneliti akhirnya mengangkat permasalahan tentang “Analisis Perubahan Sosial Tokoh Utama dalam Novel Bilangan Fu karya Ayu Utami (Sebuah Pendekatan Sosiopsikologi Sastra)”. Novel Bilangan Fu memiliki cerita yang sangat menarik dengan berbagai konflik yang melatar belakangi isi ceritanya. Dalam novel Bilangan Fu tersebut terdapat fenomena

(6)

mengenai pemikiran-pemikiran tokoh utama yang sangat kritis dalam menanggapi kejadian-kejadian sosial yang terjadi dalam masyarakat di desa tersebut.

Penelitian dengan menggunakan teori perubahan sosial telah banyak dilakukan sebelumya, seperti penelitian yang telah dilakukan oleh Sari (2012: xi) membahas mengenai perubahan sosial tokoh utama dari segi gaya hidup, kelas sosial, mata pencaharian, sikap hidup, dan nilai etika. Penelitian lain yang juga menggunakan perubahan sosial sebagai kajiannya adalah penelitian yang dilakukan oleh Siswatiningsih (2007: viii) membahas mengenai nilai-nilai kehidupan dan kemanusiaan yang berkaitan dengan novel Atap karya Fira Basuki meliputi unsur intrinsik dalam novel, wujud kemanusiaan, wujud subjek kolektif, dan pandangan dunia. Kedua penelitian tersebut memiliki kesamaan dalam penggunaan teori dan pendekatan sosiologi, namun perbedaan penelitian ini terletak pada fokus penelitiannya. Jika penelitian sebelumnya memfokuskan pada gaya hidup tokoh utama dan nilai-nilai kehidupan manusia, penelitian ini memfokuskan pada perubahan pola pikir yang terjadi pada tokoh utama.

Sementara itu penelitian yang membahas novel Bilangan Fu karya Ayu Utami pernah dilakukan oleh Jauharin (2009), yang lebih menekankan pada makna spiritualitas dalam teks novel Bilangan Fu karya Ayu Utami dalam perspektif hermeneutika. Penelitian ini memiliki kesamaan objek kajian dengan penelitian yang dilakukan oleh Jauharin yaitu menggunakan novel Bilangan Fu sebagai objek kajian penelitiannya. Jika penelitian yang dilakukan Jauharin memfokuskan pada makna spiritualitas dalam novel Bilangan Fu, penelitian ini memfokuskan pola pikir tokoh utama dalam novel Bilangan Fu.

(7)

1.2Fokus Penelitian

Untuk mendapatkan kajian yang lebih kompleks dan sesuai dengan tujuan penelian, maka penelitian ini memfokuskan penelitiannya pada sosiologi karya sastra yang mempermasalahkan karya sastra itu sendiri, yang menjadi pokok penelaahannya adalah apa yang tersirat dalam karya sastra dan apa yang menjadi tujuannya. Adapun fokus masalah dalam penelitian ini yaitu, menggunakan pola pikir tokoh utama, meliputi pemikiran modern dan pemikiran tradisional.

1.3Rumusan Masalah

Berdasarkan fokus Penelitian di atas penelitian ini dirumuskan sebagai berikut ini.

a. Bagaimana wujud pola pikir modern tokoh utama dalam novel Bilangan Fu karya Ayu Utami?

b. Bagaimana wujud pola pikir tradisional tokoh utama dalam novel Bilangan Fu karya Ayu Utami?

c. Bagaimana perubahan pola pikir tokoh utama dalam novel Bilangan Fu karya Ayu Utami?

1.4Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan penelitian ini dikemukakan sebagai berikut.

a. Mendeskripsikan wujud pola pikir modern tokoh utama dalam novel Bilangan Fu karya Ayu Utami.

(8)

b. Mendeskripsikan wujud pola pikir tradisional tokoh utama dalam novel Bilangan Fu karya Ayu Utami.

c. Mendeskripsikan perubahan pola pikir tokoh utama dalam novel Bilangan Fu karya Ayu Utami.

1.5Manfaat Penelitian

Penelitian analisis perubahan sosiologi tokoh utama dalam novel Bilangan Fu karya Ayu Utami (sebuah kajian sosiopsikologi satra) dapat dimanfaatkan secara teoretis dan secara praktis, diantaranya sebagai berikut. 1.5.1 Manfaat Teoretis

Dari paparan tujuan penelitian di atas, manfaat teoretis yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini antara lain sebagai berikut:

a. Penelitian ini dapat di jadikan sebagai referensi untuk mempelajari lebih mendalam mengenai teori sosiologi sastra.

b. Penelitian ini dapat memperluas wawasan dan pengetahuan mengenai pola pikir tokoh utama.

c. Penelitian ini dapat memperluas wawasan mengenai budaya pola pikir masyarakat modern dan pola pikir masyarakat tradisional.

1.5.2 Manfaat Praktis

a. Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan penelitian berikutnya.

b. Penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu bahan referensi untuk memberikan pendidikan karakter yang mandiri kepada peserta didik.

(9)

c. Penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan bahan ajar dalam proses pembelajaran satra, budaya dan sosiologi sastra.

d. Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan dan pandangan hidup masyarakat untuk memberikan pendidikan kepada generasinya.

1.6Penegasan Istilah a. Perubahan Sosial

Perubahan sosial merupakan perubahan yang mencakup sistem sosial. Perubahan terjadi karena adanya perbedaan antara keadaan sistem tertentu dalam jangka waktu yang berlainan (Abdulsyani, 2007: 162). Perubahan sosial yang dimaksud yaitu, terjadinya perubahan pemikiran mengenai fenomena sosial masyarakat. Terjadinya perubahan tersebut karena ada perbedaan pemikiran dalam diri tokoh, setelah mengalami interaksi dengan masyarakat setempat. Fenomena-fenomena alam juga dapat mempengaruhi terjadinya perubahan pemikiran tokoh. Perubahan pemikiran tersebut nantinya akan mengubah cara pandang dan tingkah laku tokoh mengenai kelompok masyarakat tertentu.

b. Sosiopsikologi

Sosiopsikologi adalah suatu pendekatan yang berusaha memahami latar belakang kehidupan sosial-budaya, kehidupan masyarakat, maupun tanggapan kejiwaan atau sikap pengarang (Aminuddin, 2010: 46). Sosiopsokologi merupakan perpaduan antara ilmu sosiologi dan ilmu psikologi. Sosiopsikologi digunakan sebagai pendekatan untuk menganalisis data dalam penelitian.

(10)

c. Pola Pikir

Pola pikir adalah pola-pola dominan yang menjadi acuan utama seseorang untuk bertindak. Pola pikir terbentuk karena adanya “imprint”. Imprint adalah peristiwa masa lalu yang sangat membekas. Imprint dapat bersifat positif maupun negatif. Secara normal, imprint dapat dibebaskan oleh satu perangsang atau situasi yang cepat-cepat ditembakkan atau diberikan, sehingga ada reaksi yang mengikuti subyek lain (Chaplin dalam Setiawan, 2010). Penelitian ini menggunakan pola pikir sebagai data penelitian. Pola pikir yang dimaksudkan yaitu pola pikir tokoh utama dalam novel Bilangan Fu.

d. Wujud Pola Pikir Modern

Pola pikir modern yaitu hasil kerangka berpikir manusia yang telah maju sesuai dengan keberadaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pemikiran modern relatif bebas dan tidak terikat dengan adat-istiadat lama. Wujud pola pikir modern yang dimaksud adalah paparan pemikiran tokoh yang mengarah pada kehidupan dalam peradaban masa kini.

e. Wujud Pola Pikir Tradisional

Pola pikir tradisional yaitu hasil kerangka berpikir manusia yang masih dikuasai oleh adat istiadat lama. Wujud pola pikir tradisional yang dimaksud adalah paparan pemikiran tokoh yang berpegang teguh pada norma dan adat kebiasaan yang ada secara turun temurun.

f. Tokoh Utama

Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel. Tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang

(11)

dikenai kejadian serta penentu perkembangan plot secara keseluruhan (Wahyuningtyas, 2011: 3). Mengingat tokoh utama yang paling berperan dalam cerita, maka segala pemikiran tokoh utama dapat dijadikan sebagai objek penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

Tugas Akhir dengan judul “SISTEM INFORMASI PENJUALAN BERBASIS WEB PADA USANTEX” ini telah disetujui untuk disampaikan dihadapan Dewan Penguji Tugas Akhir Fakultas

Penelitian ini membuat kemasan aktif antimikrob (AM) dengan menambahkan bahan aktif antimikrob ke dalam film matriks (tidak di dalam produk) dan kemudian

Hasil independent t-test memberikan nilai significance sebesar 0,004 untuk ranah afektif dan 0,006 untuk ranah psikomotorik, hal ini menunjukkan ada perbedaan yang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan metode role playing dapat PENINGKATAN keterampilan berbicara pada pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas V SD Negeri

The main objective of this study was to find out a quick assessment on the productivity, body condition score, and the implementation of semi-quantitative urinalysis

KRIPTOGRAFI DENGAN KOMPOSISI CAESAR CIPHER DAN AFFINE CIPHER UNTUK MENGUBAH PESAN RAHASIA. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Penelitian ini dilakukan pada salah satu unit rekam medis pada bagian tempat penyimpanan dokumen rekam medis ( filing ) di Rumah Sakit Islam Kendal..

Terapi okupasi adalah jenis terapi yang secara khusus digunakan untuk membantu anak untuk hidup mandiri dengan berbagai kondisi kesehatan yang telah ada dengan