• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Penerapan Kombinasi Model Pembelajaran Learning Cycle 5E dan Student Teams-Achievement Division (STAD) terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Kelas XI SMAN 1 Klaten Tahun Ajaran 2016/2017 pada Pokok Bahasan Asam Basa.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Penerapan Kombinasi Model Pembelajaran Learning Cycle 5E dan Student Teams-Achievement Division (STAD) terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Kelas XI SMAN 1 Klaten Tahun Ajaran 2016/2017 pada Pokok Bahasan Asam Basa."

Copied!
286
0
0

Teks penuh

(1)

i

Pengaruh Penerapan Kombinasi Model Pembelajaran Learning Cycle 5E dan Student Teams-Achievement Division (STAD) terhadap Hasil Belajar

Peserta Didik Kelas XI SMAN 1 Klaten Tahun Ajaran 2016/2017 pada Pokok Bahasan Asam Basa

TUGAS AKHIR SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian

Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

Shinta Pramudyasiwi 13303241029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)

ii

Pengaruh Penerapan Kombinasi Model Pembelajaran Learning Cycle 5E dan Student Teams-Achievement Division (STAD) terhadap Hasil Belajar

Peserta Didik Kelas XI SMAN 1 Klaten Tahun Ajaran 2016/2017 pada Pokok Bahasan Asam Basa

Oleh:

Shinta Pramudyasiwi NIM 13303241029

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan pada hasil belajar antara kelas yang mengikuti pembelajaran menggunakan kombinasi model pembelajaran Learning Cycle 5E dan Student Teams-Achievement Division (STAD) dengan kelas yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E. Hasil belajar yang diukur mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.

Desain penelitian ini adalah quasi experimental dengan tipe the matching-only posttest-matching-only control group design. Populasi penelitian ini adalah peserta didik kelas XI IPA SMAN 1 Klaten Tahun Ajaran 2016/2017. Sampel penelitian ditentukan dengan teknik purpossive sampling, sehingga diperoleh dua kelas sebagai sampel yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil belajar ranah kognitif diperoleh dari tes prestasi belajar peserta didik. Hasil belajar ranah afektif dan psikomotorik diperoleh dari observasi yang dilakukan oleh observer menggunakan lembar observasi berupa rubrik. Data hasil belajar peserta didik kemudian dianalisis dengan analisis kovarian (anakova) dan independent t-test

menggunakan aplikasi SPSS versi 21.

Analisis kovarian (anakova) memberikan nilai significance sebesar 0,381; hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan pada hasil belajar ranah kognitif antara peserta didik yang mengikuti pembelajaran menggunakan kombinasi model pembelajaran Learning Cycle 5E dan STAD dengan peserta didik yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E. Hasil independent t-test memberikan nilai significance sebesar 0,004 untuk ranah afektif dan 0,006 untuk ranah psikomotorik, hal ini menunjukkan ada perbedaan yang signifikan pada hasil belajar ranah afektif dan psikomotorik antara peserta didik yang mengikuti pembelajaran menggunakan kombinasi model pembelajaran Learning Cycle 5E dan STAD dengan peserta didik yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E.

(3)

iii

The Effect of Combined Learning Model Learning Cycle 5E and Student Teams Achievement Division (STAD) on the Learning Outcomes of the

Students Grade XI SMAN 1 Klaten Academic Year 2016/2017 in Acid Base Topic

By:

Shinta Pramudyasiwi NIM 13303241029

ABSTRACT

The study aims to determine whether there is a significant difference in the learning outcomes between the class using Learning Cycle 5E combined with STAD and the class using Learning Cycle 5E. The learning outcomes measured include cognitive domain, affective domain and psychomotoric domain.

The matching only posttest only control group design of the quasi experimental was applied in this study. The population of this study is XI grade students of SMAN 1 Klaten academic year 2016/2017. The sample of the study is determined by purposive sampling, so it was obtained two classes that are experimental class and control class. Learning outcome of cognitive domain was obtained from post-test. Then, learning outcomes of affective and psychomotoric domain were gained from the observation using an observation paper called rubric. Then the data were analyzed using the analysis of covarian (anacova) and

independent t-test using SPSS 21 version.

The analysis of covarian gave significance value 0,381, it shows that there is no significant difference in the cognitive learning outcomes between the student who were taught with Learning Cycle 5E combined with STAD and the student who were taught with Learning Cycle 5E. Meanwhile, independent t-test gave significance value 0,004 for affective domain and 0,006 for psychomotoric domain, it shows that there are significant differences of affective and psychomotor learning outcomes between the student who were taught with Learning Cycle 5E combined with STAD and the student who were taught with Learning Cycle 5E.

(4)
(5)
(6)
(7)

vii MOTTO

“Jangan menyerah pada setiap batu sandungan, karena yang bersungguh-sungguh pasti berhasil”

“Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat;

ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima, dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang

mengetok, baginya pintu dibukakan.”

(8)

viii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Puji syukur senantiasa kupanjatkan kepada Tuhan atas penyertaan dan kasih-Nya yang tak berkesudahan sehingga tugas akhir ini dapat selesai dengan baik.

Karya ini kupersembahkan untuk…

 Bapak dan Ibu, yang tak henti-hentinya mendoakan, memberi dukungan, dan menguatkan sehingga semuanya dapat terlewati dengan baik. Adikku tersayang di surga, Cicilia Lintang Kusumastuti yang selalu menjadi inspirasi dan semangat untuk selalu memberi yang terbaik. Kakakku, Wisnu Kurnia Perdana yang turut memberikan support dan doa. Terimakasih atas cinta kasih kalian dan semoga keberhasilan ini mampu memberikan kebahagiaan untuk kalian.

 Sahabat-sahabatku terkasih, Antonius Dian Pratama , Fitya Maulina, Marietta Dhea Karina, Anggi, Shintya Deni Putri, Retnani Arum Pertiwi, Asti Dian Arini, Fitri Handayani, Maria Brigita, Ferdinand, dan Christina Widhi yang telah membantu dan menyemangati dalam jatuh bangun usahaku. Terimakasih.

 Rekan seperjuangan skripsi, Miftah Nurrokhimah

 Teman-teman Pendidikan Kimia Internasional 2013, aku bersyukur atas kesempatan untuk dapat menimba ilmu bersama kalian. Tuhan membenamkan kebaikan di antara kalian semua. Terimakasih.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur bagi Tuhan YME atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi yang berjudul “Pengaruh Penerapan Kombinasi Model Pembelajaran Learning Cycle 5E dan Student Teams-Achievement Division (STAD) terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Kelas XI SMAN 1 Klaten Tahun Ajaran 2016/2017 pada Pokok Bahasan Asam Basa” dengan baik.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak dapat diselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Berkenaan dengan hal tersebut maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Hartono selaku Dekan FMIPA UNY yang telah mendukung kelancaran penulisan skripsi ini.

2. Bapak Jaslin Ikhsan,Ph.D selaku Ketua Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY yang telah mendukung kelancaran penulisan skripsi ini.

3. Bapak Sukisman Purtadi, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia yang telah mendukung kelancaran penulisan skripsi ini.

4. Bapak Dr. Suyanta selaku dosen pembimbing Tugas Akhir Skripsi yang telah dengan sabar memberikan bimbingan, arahan, masukkan, dukungan, dan saran selama pelaksanaan penelitian hingga terselesaikannya skripsi ini. 5. Ibu Dr. Das Salirawati, M.Si selaku dosen penguji utama yang telah

memberikan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

(10)

x

7. Ibu Susila Kristianingrum, M.Si selaku Penasehat Akademik yang telah memberikan arahan dan membantu saya dalam menempuh masa perkuliahan. 8. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Universitas Negeri

Yogyakarta yang telah membimbing dan membagikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis.

9. Bapak Kawit Sudiyono, M.Pd selaku Kepala Sekolah SMAN 1 Klaten yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian ini.

10. Ibu Widi Astuti, M.Pd selaku guru kimia SMAN 1 Klaten yang telah memberikan bantuan dan arahan selama melakukan penelitian di SMAN 1 Klaten.

11. Peserta didik SMAN 1 Klaten yang telah bekerjasama dan berpartisipasi dalam pelaksanaan penelitian.

12. Semua pihak terkait yang telah membantu pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, oleh karena itu penulis menyampaikan permohonan maaf kepada semua pihak atas segala kekurangan yang ada dan mengharapkan kritik serta saran yang membangun dari pembaca. Besar harapan penulis agar karya ini dapat bermanfaat bagi kebutuhan pembaca.

Yogyakarta, April 2017 Penulis

(11)

xi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN PERSETUJUAN ... v

HALAMAN PENGESAHAN …... vi

MOTTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI …... xi

DAFTAR TABEL ……... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Rumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 9

(12)

xii

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11

A. Kajian Teori …... 11

1. Kurikulum 2013 ... 11

2. Belajar dan Pembelajaran Kimia ... 12

3. Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik dan Model Pembelajaran ………. 14

4. Model Pembelajaran Student Teams Achievement-Division (STAD) ………... 14

5. Model Pembelajaran Learning Cycle 5E ... 16

6. Hasil Belajar ... 18

7. Materi Asam Basa …... 22

B. Penelitian yang Relevan ... 28

C. Kerangka Berpikir ... 30

D. Hipotesis Penelitian ... 32

BAB III METODE PENELITIAN ... 33

A. Desain Penelitian ... 33

B. Prosedur Penelitian …………... 33

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 34

D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 35

1. Populasi Penelitian ... 35

2. Sampel Penelitian ... 35

E. Teknik Pengambilan Sampel ... 36

(13)

xiii

1. Instrumen Penelitian ... 36

2. Analisis Instrumen Penelitian ... 39

G. Teknik Pengumpulan Data ... 42

1. Teknik Dokumentasi ... 42

2. Teknik Observasi …... 43

3. Teknik Ujian/Tes …………...…………... 43

H. Teknik Analisis Data ……... 43

1. Uji Prasyarat Hipotesis ... 44

2. Uji Hipotesis ………... 46

3. Analisis Deskriptif .…... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 52

A. Hasil Penelitian ... 52

1. Pengetahuan Awal Peserta Didik ... 52

2. Data Hasil Belajar Ranah Kognitif atau Prestasi Belajar ... 52

3. Data Hasil Belajar Ranah Afektif ... 53

4. Data Hasil Belajar Ranah Psikomotorik ... 53

5. Uji Prasyarat Hipotesis Penelitian ……... 54

6. Uji Hipotesis ... 56

7. Analisis Deskriptif ... 59

B. Pembahasan ... 60

(14)

xiv

Learning Cycle 5E .... 68

3. Perbedaan Hasil Belajar Ranah Kognitif (Prestasi Belajar) Peserta Didik ……... 72

4. Perbedaan Hasil Belajar Ranah Afektif Peserta Didik ... 76

5. Perbedaan Hasil Belajar Ranah Psikomotorik Peserta Didik ... 81

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 85

A. Kesimpulan ... 85

B. Saran ... 85

DAFTAR PUSTAKA ... 87

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Trayek Perubahan Warna Larutan Indikator …... 23

Tabel 2. Aspek dan Kriteria Pengamatan Ranah Afektif …... 38

Tabel 3. Kriteria Pengamatan Ranah Psikomotorik ... 38

Tabel 4. Distribusi Soal Prestasi Belajar Kimia Peserta Didik …... 41

Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Soal Prestasi Belajar ... 42

Tabel 6. Ringkasan Rumus Anakova ………... 47

Tabel 7. Pedoman Konversi Skor menjadi Nilai Skala Lima ………... 51

Tabel 8. Rangkuman Data Pengetahuan Awal Kimia Peserta Didik ... 52

Tabel 9. Rangkuman Data Prestasi Belajar Peserta Didik ……... 53

Tabel 10. Rangkuman Data Skor Total Afektif …………... 53

Tabel 11. Rangkuman Data Skor Total Psikomotorik …... 54

Tabel 12. Rangkuman Hasil Uji Normalitas ………... 55

Tabel 13. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas ……... 56

Tabel 14. Rangkuman Hasil Analisis Kovarian ………... 57

Tabel 15. Ringkasan Hasil Independent T-Test terhadap Hasil Belajar Ranah Afektif ………... 58

(16)

xvi

Psikomotorik ………... 60 Tabel 19. Syntax Kombinasi Model Pembelajaran Learning Cycle 5E

(17)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Strategi Pembelajaran Siklus ………...…... 18 Gambar 2. Bagan Prosedur Penelitian ………..…... 34 Gambar 3. Grafik Perbedaan Rata-rata Hasil Kuis Kelas Eksperimen dan

Kontrol ………... 73 Gambar 4. Grafik Skor Akhir Rata-rata Hasil Belajar Ranah Afektif ... 77 Gambar 5. Grafik Skor Rata-rata Aspek Keaktifan Peserta Didik ... 78 Gambar 6. Grafik Skor Rata-rata Aspek Tanggung Jawab Peserta Didik .. 79 Gambar 7. Grafik Skor Akhir Rata-rata Hasil Belajar Ranah

(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen ... 91

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol ... 119

Lampiran 3. Materi Pembelajaran ... 145

Lampiran 4. Lembar Kerja Peserta Didik Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 151

Lampiran 5. Soal Prestasi Belajar Sebelum Validasi ... 169

Lampiran 6. Kunci Jawaban Soal Prestasi Belajar Sebelum Validasi ... 184

Lampiran 7. Soal Prestasi Belajar Setelah Validasi ... 185

Lampiran 8. Kunci Jawaban Soal Prestasi Belajar Setelah Validasi ... 194

Lampiran 9. Lembar Observasi Sikap Peserta Didik ... 195

Lampiran 10. Lembar Observasi Keterampilan Peserta Didik ... 199

Lampiran 11. Data Pengetahuan Awal Kelas Eksperimen ... 205

Lampiran 12 Data Pengetahuan Awal Kelas Kontrol ... 206

Lampiran 13. Data Prestasi Belajar Kelas Eksperimen ... 207

Lampiran 14. Data Prestasi Belajar Kelas Kontrol ... 208

Lampiran 15. Data Observasi Sikap Peserta Didik Kelas Eksperimen ... 209

Lampiran 16. Data Observasi Sikap Peserta Didik Kelas Kontrol ... 210

(19)

xix

... 213

Lampiran 19. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Soal Prestasi Belajar .... 215

Lampiran 20. Hasil Uji Normalitas ... 218

Lampiran 21. Hasil Uji Homogenitas ... 219

Lampiran 22. Hasil Uji Anakova ... 220

Lampiran 23. Hasil Independent t-test ... 221

Lampiran 24. Perhitungan Analisis Deskriptif Sikap ... 222

Lampiran 25. Perhitungan Analisis Deskriptif Keterampilan ... 225

Lampiran 26. Soal Kuis ... 232

Lampiran 27. Kunci Jawaban Soal Kuis ... 234

Lampiran 28. Data Nilai Kuis Kelas Eksperimen ... 236

Lampiran 29. Data Nilai Kuis Kelas Kontrol ... 237

Lampiran 30. Kelompok Belajar Kelas Eksperimen ... 238

Lampiran 31. Kelompok Belajar Kelas Kontrol ... 239

Lampiran 32. Kartu Kelompok Kelas Eksperimen ... 240

Lampiran 33. Pedoman Poin Kemajuan, Predikat Tim dan Sertifikat Penghargaan ... 241

Lampiran 34. Hasil Validasi Logis ... 243

Lampiran 35. Surat Izin Penelitian ... 262

Lampiran 36. Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian ... 263

(20)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sumber daya manusia yang unggul sangat diperlukan di era globalisasi untuk kemajuan pembangunan negara. Terlebih Indonesia akan menghadapi MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) dimana persaingan di segala aspek kehidupan semakin meningkat. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah melalui bidang pendidikan. Menurut Siswoyo (2008), pendidikan merupakan segala situasi hidup yang akan mempengaruhi perkembangan individu sebagai pengalaman belajar yang berlangsung dalam lingkungan hidupnya. Pendidikan merupakan proses pengembangan kemampuan dan pembentukan kepribadian manusia yang terjadi di lingkungan pendidikan.

Pendapat lain dikemukakan oleh Hamalik (2008) bahwa pendidikan merupakan proses untuk mempengaruhi peserta didik sehingga memiliki kemampuan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dengan demikian pendidikan menjadi tombak pembangunan kualitas sumber daya manusia melalui prosesnya di lingkungan pendidikan. Hal tersebut senada dengan tujuan pendidikan nasional yang tercantum pada Pasal 3 Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003

(21)

2

kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (h. 5)

Seiring dengan kebutuhan perkembangan jaman, bidang pendidikan mengalami pembenahan melalui kurikulum yang ditetapkan. Kurikulum yang berlaku sekarang adalah Kurikulum 2013 yang memiliki perbedaan terutama dalam hal pelaksanaan pembelajaran bila dibandingkan dengan Kurikulum 2006. Pembelajaran merupakan usaha sadar yang terarah dan terencana dimana seseorang mengalami proses belajar dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya (Siregar & Nara, 2010). Pembelajaran dapat dipandang sebagai proses. Proses yang terjadi yaitu interaksi antara peserta didik dan guru dimana peserta didik mengalami proses belajar dan guru melakukan proses mengajar.

Kurikulum 2013 memiliki karakteristik pelaksanaan pembelajaran yang perlu dipahami oleh guru sebagai pelaksana. Prinsip utama pembelajaran yang perlu diterapkan oleh guru adalah mendorong peserta didik untuk menjadi pembelajar yang aktif dimana dari prinsip peserta didik diberitahu menuju peserta didik mencari tahu. Pembelajaran didesain dimana materi pelajaran tidak disajikan dalam bentuk final melainkan guru membangkitkan rasa ingin tahu peserta didik terhadap suatu fenomena atau fakta, sehingga dalam hal ini guru menjadi ujung tombak keberhasilan kurikulum melalui pelaksanaan pembelajaran di lapangan.

(22)

3

dan sifat, perubahan, dinamika dan energetika zat yang melibatkan keterampilan dan penalaran. Karakteristik ilmu kimia tersebut harus diperhatikan dalam pelaksanaan pembelajaran kimia dan penilaian hasil belajar kimia. Pemahaman terhadap ilmu kimia menuntut keaktifan dan kreativitas dari peserta didik sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai fasilitator belajar. Pembelajaran kimia harus lebih menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung (learning by doing) dalam kegiatan peserta didik yang aktif (active learning). Namun, berdasarkan observasi pelaksanaan pembelajaran yang pernah dilakukan, pembelajaran kimia masih didominasi oleh guru artinya peserta didik kurang berperan aktif dalam memperoleh pengetahuan. Hal ini menjadikan guru seolah-olah menjadi sumber utama pengetahuan dan kurang memberdayakan peserta didik sebagai pembelajar. Hal ini tentu kurang sesuai dengan prinsip pelaksanaan Kurikulum 2013. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan menggunakan model pembelajaran yang dapat membuat peserta didik menjadi lebih aktif sehingga pembelajaran bukan berpusat pada guru (teacher centered) melainkan berpusat pada peserta didik (student centered).

(23)

4

pembelajaran menempatkan guru sebagai fasilitator yang mengelola berlangsungnya fase-fase tersebut. Model pembelajaran Learning Cycle termasuk dalam model pembelajaran dengan paradigma konstruktivisme yang berpusat pada peserta didik. Learning Cycle pada awalnya terdiri atas 3 tahap, yaitu eksplorasi (exploration), pengenalan konsep (concept introduction), dan penerapan konsep (concept application). Tiga siklus tersebut kemudian mengalami perkembangan menjadi 5 siklus yang terdiri atas pembangkitan minat

(engagement), eksplorasi (exploration), penjelasan (explanation), elaborasi

(elaborationn), dan evaluasi (evaluation) (Wena, 2008). Learning Cycle 5E memberikan kesempatan pada peserta didik untuk terlibat secara aktif mempelajari materi secara bermakna dengan bekerja dan berfikir baik secara individu maupun kelompok, sehingga peserta didik dapat mengkostruksi pengetahuan dan pengalaman mereka sendiri.

Penelitian yang dilakukan oleh Ajaja dan Eravwoke (2012) menyebutkan bahwa penerapan Learning Cycle 5E memberikan pengaruh yang signifikan pada peserta didik yaitu peningkatan prestasi peserta didik. Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Opara dan Waswa (2013) yang menyatakan bahwa penerapan

(24)

5

ditemukan, dan membantu peserta didik mengingat kembali materi yang telah dipelajari sebelumnya. Dalam Kurikulum 2013, pembelajaran tidak hanya dilihat dari hasil akhir melainkan dari aktivitas proses belajar. Proses belajar tersebut harus mengembangkan dan menilai sikap, pengetahuan dan keterampilan peserta didik. Pengembangan sikap dan keterampilan dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran kooperatif. Senada dengan pendapat Kurniasih dan Sani (2014) bahwa model pembelajaran kooperatif dapat dijadikan acuan dalam proses pembelajaran untuk Kurikulum 2013. Pembelajaran kooperatif menekankan aktivitas peserta didik dalam kelompok. Setiap anggota dari masing-masing kelompok memiliki kemampuan yang heterogen untuk menyelesaikan tugas-tugas akademik.

Menurut Suprijono (2009) ada lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan yaitu (1) positive interdependence (saling ketergantungan positif); (2) personal responsible (tanggung jawab perseorangan); (3) face to face promotive interaction (interaksi promotif); (4) interpersonal skill

(komunikasi antar anggota); dan (5) group processing (pemrosesan kelompok). Pengembangan sikap (afektif) dan keterampilan (psikomotorik) dalam pembelajaran kooperatif terjadi melalui interaksi peserta didik dalam kelompok atau antar kelompok. Pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan pada peserta didik untuk terlibat secara aktif dalam proses berpikir pada kegiatan belajar.

(25)

6

(STAD). Model pembelajaran ini memanfaatkan bantuan peserta didik lain untuk meningkatkan pemahaman dan penguasaan bahan pelajaran. Slavin (2005) mengembangkan model pembelajaran STAD dengan 5 tahap pembelajaran yang meliputi presentasi kelas, kerja kelompok, kuis, peningkatan skor individu dan penghargaan kelompok. Dalam model pembelajaran STAD peserta didik dibagi menjadi kelompok-kelompok yang masing-masing kelompok terdiri atas 4 atau 5 peserta didik. Anggota dalam setiap kelompok harus dapat mewakili keseimbangan kelas dalam kemampuan akademik, jenis kelamin dan ras atau etnis. Inti dari pembelajaran STAD adalah guru menyampaikan kompetensi dan indikator yang harus dicapai, kemudian para peserta didik bergabung dalam kelompok untuk membagi dan menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Slavin menegaskan bahwa STAD paling sesuai diterapkan dalam pembelajaran bidang studi yang sudah terdefinisikan dengan jelas, contohnya pada materi eksak dimana memiliki satu jawaban benar, seperti perhitungan dan penerapan. Dengan demikian STAD dapat diterapkan dalam pembelajaran kimia di sekolah terutama pada pokok bahasan asam-basa. Penelitian Tran (2013) membuktikan bahwa penerapan STAD dapat meningkatkan hasil belajar dan sikap peserta didik. Hal ini menguatkan bahwa model pembelajaran STAD merupakan model yang efektif dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik.

(26)

7

psikomotorik peserta didik selaras dengan tuntutan kurikulum yang berlaku. Proses belajar melatih peserta didik untuk bekerja dalam kelompok dan memiliki tanggung jawab untuk memahami materi pembelajaran melalui interaksi dalam kelompok. Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan, peneliti melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Penerapan Kombinasi Model Pembelajaran

Learning Cycle 5E dan Teams-Achievement Division (STAD) terhadap Hasil Belajar Peserta didik Kelas XI SMAN 1 Klaten Tahun Ajaran 2016/2017 pada Pokok Bahasan Asam Basa”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Perkembangan jaman menuntut peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui bidang pendidikan.

2. Bidang pendidikan terus melakukan pembenahan melalui perubahan kurikulum. Perubahan kurikulum menuntut perubahan pelaksanaan pembelajaran dari teacher centered menjadi student centered.

3. Pelaksanaan pembelajaran menekankan pengembangan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Demikian pula penilaian hasil belajar mencakup ketiga aspek tersebut.

(27)

8

5. Diperlukan model pembelajaran yang mengembangkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik peserta didik. Model pembelajaran harus memberi stimulus peserta didik untuk aktif dalam proses belajar.

C. Pembatasan Masalah

Agar masalah tidak terlalu luas, maka perlu pembatasan masalah sebagai berikut :

1. Materi pelajaran kimia yang digunakan dalam penelitian ini adalah materi asam basa untuk peserta didik kelas XI MIPA semester genap tahun ajaran 2016/2017 sesuai dengan Kurikulum 2013.

2. Hasil belajar yang diukur meliputi hasil belajar ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.

3. Hasil belajar ranah kognitif diukur dari tes prestasi belajar sebanyak 43 soal pilihan ganda.

4. Hasil belajar ranah afektif yang diamati meliputi aspek keaktifan dan tanggungjawab. Hasil belajar ranah afektif dilihat dari hasil observasi menggunakan lembar observasi.

5. Hasil belajar ranah psikomotorik dilihat dari hasil observasi menggunakan lembar observasi.

(28)

9 D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan batasan masalah, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Adakah perbedaan yang signifikan pada hasil belajar ranah kognitif antara peserta didik yang mengikuti pembelajaran menggunakan kombinasi model

Learning Cycle 5E dan STAD dengan peserta didik yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E?

2. Adakah perbedaan yang signifikan pada hasil belajar ranah afektif antara peserta didik yang mengikuti pembelajaran menggunakan kombinasi model

Learning Cycle 5E dan STAD dengan peserta didik yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E?

3. Adakah perbedaan yang signifikan pada hasil belajar ranah psikomotorik antara peserta didik yang mengikuti pembelajaran menggunakan kombinasi model Learning Cycle 5E dan STAD dengan peserta didik yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E?

E. Tujuan Penelitian

Bertolak pada rumusan masalah, maka penelitian ini memiliki tujuan mengetahui:

(29)

10

2. Ada tidaknya perbedaan yang signifikan pada hasil belajar ranah afektif antara peserta didik yang mengikuti pembelajaran menggunakan kombinasi model

Learning Cycle 5E dan STAD dengan peserta didik yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E.

3. Ada tidaknya perbedaan yang signifikan pada hasil belajar ranah psikomotorik antara peserta didik yang mengikuti pembelajaran menggunakan kombinasi model Learning Cycle 5E dan STAD dengan peserta didik yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis maupun manfaat praktis. Manfaat teoritis dari penelitian ini yaitu berupa sumbangan pengetahuan dalam bidang pendidikan. Sedangkan manfaat praktis yaitu berhubungan langsung dengan peneliti, guru, dan peserta didik.

1. Bagi peneliti, memberikan pengalaman langsung dalam mengajar menggunakan kombinasi model pembelajaran Learning Cycle 5E dengan STAD dan mengetahui pengaruhnya.

2. Bagi guru, memberikan wawasan dan alternatif model pembelajaran yang dapat memberikan hasil yang lebih baik pada hasil belajar ranah afektif dan psikomotorik untuk materi asam basa.

(30)

11 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori 1. Kurikulum 2013

Kurikulum dapat diartikan secara konseptual, pedagogis dan yuridis. Secara konseptual, kurikulum merupakan respon pendidikan terhadap kebutuhan masyarakat dalam membangun generasi bangsa. Secara pedagogis, kurikulum merupakan suatu rancangan pendidikan dimana peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kualitas yang diinginkan masyarakat dan bangsanya. Sedangkan secara yuridis, kurikulum diartikan sebagai kebijakan publik yang didasarkan pada dasar filosofis bangsa dan keputusan yuridis di bidang pendidikan (Daryanto, 2014).

(31)

12

dan penilaian antar teman. Sedangkan untuk kompetensi keterampilan (psikomotorik) dapat dilakukan dengan teknik tes praktik ataupun pengamatan kinerja peserta didik (Sani, 2016).

2. Belajar dan Proses Pembelajaran Kimia

Belajar dapat diartikan sebagai proses yang kompleks dan terjadi seumur hidup. Proses yang kompleks ini meliputi proses untuk memiliki kemampuan mengingat dan mereproduksi, jumlah pengetahuan bertambah, ada aplikasi pengetahuan, dapat menyimpulkan makna, dan ada perubahan sebagai pribadi. Belajar memberikan perubahan yang relatif konstan sebagai akibat dari aktivitas mental yang terjadi melalui interaksinya dengan lingkungan (Siregar & Nara, 2010). Proses belajar yang dilakukan seseorang ditandai dengan pembentukan maupun peneguhan perilaku. Perilaku manusia sebagai hasil belajar terdiri dari berbagai aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan sikap. Pembentukan perilaku ini dipengaruhi oleh persepsi, pengalaman dan konsepsi seseorang dalam proses belajar (Hamalik, 2008).

Proses belajar dilakukan seseorang dalam suatu lingkungan. Interaksi seseorang dengan lingkungannya dapat menciptakan suatu proses pembelajaran. Proses pembelajaran dijelaskan oleh Jihad dan Haris (2010) sebagai kombinasi dari aspek belajar dan mengajar. Aspek belajar tertuju pada proses belajar yang dilakukan oleh peserta didik, sedangkan aspek mengajar tertuju pada guru sebagai pemberi pelajaran. Ciri-ciri dari pembelajaran yang dipaparkan oleh Siregar dan Nara (2010) adalah:

(32)

13

b. Sebelum proses dilaksanakan, tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu. c. Baik isi, proses, waktu maupun hasilnya harus terkendali

d. Dilakukan secara sadar dan sengaja.

Ciri-ciri pembelajaran tersebut juga terdapat dalam proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Ilmu Pengetahuan Alam atau sains merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan kehidupan. Kimia merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang terintegrasi di dalam sains. Kimia mengembangkan standar kompetensi yang harapannya peserta didik dapat mempelajari, memahami konsep-konsep kimia melalui pengalaman belajar yang disusun secara sistematis (Suyanti, 2010).

(33)

14

sebagai rincian proses dan penciptaan situasi lingkungan (Sukmadinata & Syaodih, 2012).

3. Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, dan Model Pembelajaran

Menurut Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran (2012) pendekatan pembelajaran adalah aplikasi suatu cara pandang tertentu dalam memahami makna pembelajaran. Yaumi (2013) menambahkan pengertian strategi adalah suatu perencanaan untuk mencapai sesuatu dan metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi. Teknik bersifat implementatif yang terjadi dalam kelas. Dengan demikian, teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode.

Model pembelajaran merupakan suatu rencana yang dapat digunakan untuk merancang pembelajaran tatap mukadi dalam kelas atau dalam latar tutorial dan dalam membentuk materiil-materiil pembelajaran. Model pembelajaran memuat serangkaian tahapan konkret yang harus diperankan guru dan siswa. Tahapan inidisebut dengan syntax. Selain itu, model pembelajaran juga memuat sistem sosial yang diharapkan, prinsip-prinsip reaksi siswa dan guru, dan sistem penunjang yang disyaratkan.

4. Model Pembelajaran Student Teams-Achievement Division (STAD)

(34)

15

baru menerapkan pendekatan kooperatif. Terdapat 5 (lima) tahapan utama dalam pembelajaran model STAD yaitu presentasi kelas, kerja kelompok, kuis, peningkatan skor individu dan penghargaan kelompok. Penjelasan ke-lima tahapan tersebut sebagai berikut:

a. Presentasi kelas, pembelajaran dimulai dengan penyajian sedikit materi, atau garis besar dari materi yang akan dipelajari. Penyajian materi ini dilakukan oleh guru.

b. Kerja kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4-5 peserta didik yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin maupun ras. Kerja kelompok ini merupakan bagian terpenting dalam model pembelajaran STAD dimana setiap anggota kelompok dituntut untuk berperan aktif memperkuat kelompoknya.

c. Kuis, setelah satu atau dua periode praktik tim, maka guru akan memberikan kuis. Kuis ini bersifat individual dimana masing-masing peserta didik harus mampu menguasai materi dengan baik. Dalam satu kelompok, setiap anggota tidak boleh saling membantu namun setiap anggota bertanggung jawab secara individual dalam memahami materi.

d. Peningkatan skor individu, peningkatan skor individu ini diberikan untuk memberikan motivasi pada setiap peserta didik untuk memberikan kinerja yang lebih baik lagi.

(35)

16 5. Model Pembelajaran Learning Cycle 5E

Pembelajaran siklus merupakan salah satu model pembelajaran konstruktivisme (Wena, 2008). Menurut pandangan konstruktivistik, belajar merupakan pembentukan pengetahuan dimana peserta didik berperan aktif dalam melakukan kegiatan, berpikir, menyusun konsep, dan dalam hal pemberian makna tentang hal yang dipelajari (Siregar & Nara, 2010). Pembelajaran yang bersifat konstruktivistik tersebut tertuang dalam pembelajaran siklus yang pada awalnya terdiri atas 3 tahap, yaitu eksplorasi (exploration), pengenalan konsep (concept introduction), penerapan konsep (concept application). Tiga siklus tersebut kemudian mengalami perkembangan menjadi 5 siklus yang terdiri atas pembangkitan minat (engagement), eksplorasi (exploration), penjelasan

(explanation), elaborasi (elaborationn), dan evaluasi (evaluation). Adapun tahapan pembelajaran dari 5 siklus atau yang disebut Learning Cycle 5E sebagai berikut.

a. Pembangkitan minat

(36)

17

Kemudian guru memberikan hubungan antara pengalaman keseharian tersebut dengan topik yang akan dibahas.

b. Eksplorasi

Tahap kedua dari siklus belajar adalah eksplorasi. Kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 2 – 4 peserta didik dibentuk dan diberi kesempatan untuk bekerjasama. Dalam kelompok ini, guru mendorong peserta didik untuk menguji hipotesis atau membuat hipotesis, melakukan dan mencatat pengamatan serta ide dalam proses diskusi kelompok. Pada tahap ini guru berperan sebagai motivator dan fasilitator.

c. Penjelasan

Penjelasan merupakan tahap ketiga dari siklus belajar. Pada tahap ini, guru mendorong peserta didik untuk menjelaskan konsep yang disusun dengan kalimatnya sendiri dan disertai bukti, serta saling mendengarkan penjelasan antar peserta didik atau guru dengan kritis. Guru memberikan penjelasan konsep dengan berpijak pada penjelasan peserta didik.

d. Elaborasi

(37)

18 e. Evaluasi

Pada tahap terakhir ini, guru mengamati pemahaman peserta didik tentang konsep baru yang diterapkan. Melalui evaluasi diri, peserta didik dapat mengetahui kemajuan dan kekurangan proses pembelajaran yang dilakukan. Hal tersebut juga dapat dijadikan bahan evaluasi bagi guru mengenai penerapan proses, apakah berjalan baik, cukup baik ataukah masih kurang (Wena, 2008)

Pada pembelajaran Learning Cycle 5E yang merupakan bagian dari pendekatan konstruktivistik ini, guru tidak mentransferkan pengetahuan yang telah dimilikinya, melainkan peserta didik dibantu untuk membentuk pengetahuannya sendiri dan lebih memahami jalan pikiran peserta didik dalam belajar. Strategi pembelajaran siklus dapat dilihat pada Gambar 1(Wena, 2008).

Gambar 1. Strategi Pembelajaran Siklus 6. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan pencapaian peserta didik yang berupa perubahan perilaku dari proses belajar yang dilakukan dalam waktu tertentu. Perubahan perilaku ini cenderung menetap. Hasil belajar dapat diklasifikasikan menjadi 3

(38)

19

ranah, yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Keberhasilan peserta didik dalam belajar dapat diketahui dari keberhasilan peserta didik tersebut mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan guru. Hasil belajar dapat diperoleh melalui evaluasi atau penilaian yang merupakan tindak lanjut atau cara untuk mengukur tingkat penguasaan peserta didik (Jihad & Haris, 2010).

a. Ranah kognitif

Ranah kognitif menekankan pada aspek pengembangan kemampuan intelektual. Ranah ini mencakup 6 jenjang yang meliputi.

1) Pengetahuan

Jenjang paling rendah pada ranah kognitif adalah pengetahuan. Jenjang ini menekankan pengenalan kembali fakta dan prinsip. Jenjang pengetahuan mencakup pengetahuan khusus atau mengingat kembali informasi, pengetahuan tentang cara atau prosedur, dan pengetahuan universal dan abstraksi dalam suatu bidang (Soegeng & Maryadi, 2015). Kata kerja operasional yang dapat digunakan, yaitu: mendeskripsikan, mengidentifikasikan, mendefinisikan, menjodohkan, menyebutkan, menyatakan dan mereproduksi (Majid, 2014).

2) Pemahaman

(39)

20 3) Penerapan

Jenjang ini setingkat di atas pemahaman. Ide umum, metode, prinsip serta teori diterapkan dalam situasi baru yang konkret. Kata kerja operasional yang dapat digunakan yaitu: mengubah, mendemonstrasikan, memanipulasi, menemukan, menghubungkan, menunjukkan, memecahkan dan menggunakan (Majid, 2014).

4) Analisis

Jenjang keempat dalam ranah kognitif ini menuntut kemampuan peserta didik untuk memisah materi dari bagian-bagian penyusunnya dan mendeteksi hubungan antar bagian serta bagaimana materi tersebut diorganisir. Kata kerja operasional yang dapat digunakan yaitu : menghubungkan, memisahkan, memilih, memerinci, mengilustrasikan dan mengkategorikan (Jihad & Haris, 2010).

5) Sintesis

Jenjang kelima ini menuntut peserta didik untuk menggabungkan berbagai faktor untuk membentuk sesuatu yang baru. Kata kerja operasional yang dapat digunakan yaitu: menyusun, menyimpulkan, menghubungkan, mengkonstruksi dan merancang (Sudjana, 2009).

6) Evaluasi

(40)

21 b. Ranah afektif

Ranah afektif dapat diartikan sebagai internalisasi sikap batiniah apabila individu sadar akan nilai yang diterima kemudian mengambil sikap dalam rangka pembentukan nilai dan penentuan tingkah laku (Majid, 2014). Ranah ini mencakup kemampuan konatif dan emotif. Konatif meliputi minat, sikap, bakat, motivasi dan keinginan. Sedangkan, emotif meliputi perasaan, apresiasi, emosi dan penghayatan. Ranah afektif mencakup lima jenjang yaitu: menerima, menanggapi, menilai, organisasi, dan karakterisasi dengan suatu nilai (Soegeng & Maryadi, 2015). Kelima jenjang pada ranah afektif tersebut dijelaskan oleh Jihad (2010) sebagai berikut.

1) Menerima (receiving), diharapkan peserta didik mampu menerima dan memperhatikan fenomena atau rangsangan tertentu. Kata-kata operasional yang digunakan yaitu: memilih, mengikuti, memberikan, menanyakan dan mendeskripsikan.

2) Menjawab (responding), selain peka pada suatu fenomena, peserta didik diharapkan mampu memberikan reaksi yang berupa kemauan peserta didik untuk menjawab secara sukarela atau membaca tanpa ditugaskan. Kata-kata operasional yang digunakan yaitu: membaca, melakukan, membantu, mendiskusikan, dan menjawab.

(41)

22

4) Organisasi (organization), diharapkan peserta didik mampu menyatukan nilai-nilai yang berbeda, memecahkan masalah dan membentuk suatu sistem nilai-nilai. Kata-kata operasional yang digunakan yaitu: menggabungkan, mengatur, mengubah, menggeneralisasikan, membandingkan, dan memodifikasi.

5) Karakterisasi dengan suatu nilai, internalisasi nilai-nilai pada diri individu. Kata-kata yang dapat digunakan yaitu: bersifat obyektif, bijaksana, berkepribadian dan adil.

c. Ranah psikomotorik

Ranah psikomotorik merupakan kemampuan untuk bertindak atau melakukan sesuatu. Tindakan secara fisikal ini dapat berupa: pelaksanaan pekerjaan, penggunaan peralatan, berkomunikasi, dan berkarya atau berproduksi. Majid (2014) mengelompokkan kata-kata operasional psikomotorik menjadi: 1) Muscular or motor skil; menunjukkan hasil, melompat, menggerakkan, dan

menampilkan.

2) Manipulations of materials or objects; menyusun, mereparasi, membersihkan, memindahkan dan membentuk.

3) Neuromuscular coordination; menghubungkan, memasang, mengamati, menerapkan, menarik dan menggunakan.

7. Materi Asam Basa a. Indikator Asam Basa

(42)

23

kertas lakmus merah dan kertas lakmus biru. Kertas lakmus merah akan berubah warnanya menjadi biru dalam larutan basa, dan pada larutan asam warnanya tetap. Sedangkan kertas lakmus biru akan berubah warnanya menjadi merah dalam larutan asam, dan pada larutan basa warnanya tetap.

Kesetimbangan asam basa indikator dirumuskan sebagai berikut:

H2O + HIn In- + H3O+

Warna asam warna basa

Seperti terlihat pada persamaan tersebut, asam dan basa pasangannya mempunyai warna yang berbeda. itulah sebabnya warna larutan berubah dengan berubahnya harga pH larutan. pH larutan dapat ditentukan menggunakan pH-meter. pH-meter merupakan alat elektronik yang memungkinkan diukurnya pH suatu larutan dengan ketelitian tinggi. Beberapa larutan indikator adalah metil jingga, metil merah, fenolftalein, metil kuning dan bromotimol merah (Rivai, 2006). Burdge dan Overby (2015) memaparkan tentang trayek perubahan warna beberapa larutan indikator. Larutan indikator ini akan memberikan perubahan warna sesuai dengan pH larutan. Trayek perubahan warna beberapa larutan indikator ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Trayek Perubahan Warna Larutan Indikator

Indikator Dalam Larutan Asam Dalam Larutan Basa Rentang pH Bromfenol biru Kuning Ungu kebiruan 3,0 – 4,6

Metil jingga Jingga Kuning 3,1 – 4,4

Metil merah Merah Kuning 4,2 – 6,3

Bromtimol biru Kuning Biru 6,0 – 7,6

(43)

24

Beberapa indikator adalah pigmen tanaman. Salah satu contoh pigmen tanaman yang dapat digunakan sebagai indikator asam basa adalah kubis merah/kubis ungu. Ekstrak pigmen dari kubis merah dapat memberikan warna berbeda pada variasi pH (Chang & Goldsby, 2013).

b. Perkembangan Konsep Asam Basa 1) Teori Arrhenius

Arrhenius mengajukan teori bahwa elektrolit yang dilarutkan di dalam air akan terurai menjadi ion-ion. Arrhenius menyatakan bahwa asam adalah suatu jenis zat yang jika terurai menghasilkan ion hidrogen (H+), misalnya HCl.

HCl(aq) H+(aq) + Cl-(aq)

Sedangkan basa adalah suatu jenis zat yang jika terurai menghasilkan ion hidroksida (OH-).

NaOH(aq) Na+(aq) + OH-(aq)

Asam yang memiliki daya konduksi yang paling baik yaitu asam kuat merupakan katalis paling efektif. Semakin tinggi konsentrasi H+ di dalam larutannya maka asam semakin kuat (Petrucci, 1985).

2) Teori Bronsted-Lowry

(44)

Bronsted-25

Lowry, suatu asam adalah donor proton dan suatu basa adalah akseptor proton, seperti ditunjukkan dalam reaksi:

NH3 + H2O NH4+ + OH

Dalam reaksi tersebut, H2O bertindak sebagai asam karena memberikan satu proton yang diambil oleh NH3. Dengan demikian, NH3 bersifat basa karena menerima proton. Dalam reaksi balik, NH4+ adalah asam dan OH- adalah basa. Asam dan basa yang saling mengait sebagai pasangan NH3/NH4+ atau pasangan H2O/OH- disebut pasangan konjugat. Jika, molekul NH3 dilihat sebagai basa, ion NH4+ merupakan asam konjugat dari NH3. Demikian juga, H2O merupakan asam dan OH- merupakan basa konjugat dari H2O (Petrucci, 1985).

3) Teori Lewis

Pada tahun 1923, G. N Lewis mengajukan teori asam basa yang erat kaitannya dengan ikatan dan struktur. Teori ini tidak terbatas pada reaksi yang melibatkan H+ dan OH-, namun memperluas konsep asam basa ke reaksi dalam gas dan padatan. Teori ini digunakan untuk menjelaskan reaksi molekul organik.

(45)

26 c. Kesetimbangan Air

Air murni merupakan elektrolit sangat lemah dan mengalami reaksi autonisasi air sebagai berikut:

H2O(l) + H2O(l) H3O+(aq) + OH-(aq)

Reaksi autonisasi adalah reaksi kesetimbangan sehingga dapat di tulis persamaan:

K = [H3O ][OH

-]

[H2O][H2O] ……….. pers (1) K.[H2O]2 = Kw ..………. pers (2)

Jika pers (2) disubstitusikan ke pers (1), maka persamaan kesetimbangannya akan menjadi: Kw = [H3O+] [OH-]

Kw merupakan konstanta hasil kali ion dari air atau konstanta ionisasi dari air. Pada 25OC dalam air murni harga [H3O+] = [OH-] = 1 x 10-7 M, sehingga harga Kw = (1 x 10-7)(1 x 10-7) = 1 x 10-14. Apabila [H3O+] = [OH-] larutan berair dikatakan netral. Dalam larutan asam [H3O+] > [OH-] dan dalam larutan basa [H3O+] < [OH-] (Chang, 2005).

d. Pengaruh Asam Kuat dan Basa Kuat terhadap Kesetimbangan Air

Asam kuat dan basa kuat terionisasi sempurna dalam air dan autoionisasi air yang terjadi hanya sedikit sekali. Perhitungan [H+] dalam larutan berair suatu asam kuat, maka asam kuat tersebutlah yang menjadi satu-satunya sumber ion H+. HCl dalam larutan berair akan terionisasi dengan persamaan reaksi :

HCl H+ + Cl

(46)

27

e. Pengaruh Asam Lemah dan Basa Lemah terhadap Kesetimbangan Air Dalam larutan asam lemah, terdapat kesetimbangan:

HA H+ + A

-H2O H+ + OH

-H+ dari HA menggeser kesetimbangan air ke kiri sehingga H+ dari air makin kecil dan dapat diabaikan. Maka diperoleh:

Ka = [ ][ ]

[ ] , [H

+

] = [A-]

Ka [HA] = [H+]2, Sehingga [H+] = √ [ ]

Dalam larutan basa lemah, terdapat kesetimbangan: B + H2O BH+ + OH -H2O H+ + OH

-OH+ dari B menggeser kesetimbangan air ke kiri sehingga OH- dari air makin kecil dan dapat diabaikan. Maka diperoleh:

Kb = [ ][ ]

[ ] , [BH

+

] = [OH-]

Kb [B] = [OH-]2, Sehingga [OH-] = √ [ ]

f. Hubungan Ka dan Kb dengan Derajat Ionisasi (α)

Kemampuan asam dan basa terionisasi dalam air tidak sama, ada yang besar, sedang dan kecil sekali. Kemampuan itu dinyatakan dengan derajat ionisasi (α). Rumus α yaitu: α = ,

α = √

(47)

28 g. Konsep pH

Pada tahun 1909, Soren Sorensen seorang biokimiawan Denmark mengajukan istilah pH untuk mengacu ke “potensial ion hidrogen”. pH

didefinisikan sebagai negatif dari [H+]. pH = -log [H+]

Kuantitas pOH dapat didefinisikan: pOH = -log[OH-]

Persamaan Kw dapat diambil logaritma negatif menjadi : pKw = pH + pOH = 14,00 (Goldberg, 2008).

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Ajaja dan Eravwoke (2012) dengan judul “Effects of 5E Learning Cycle on

Students’achievement in Biology and Chemistry”. Dalam penelitian ini diperoleh

hasil yaitu ada pengaruh yang signifikan dengan menerapkan siklus 5E dalam pembelajaran ditinjau dari prestasi peserta didik yang diukur dengan pre test dan post tes. Relevansi dari penelitian tersebut adalah model pembelajaran yang digunakan yaitu Learning Cycle5E. Namun, dalam penelitian yang dilakukan, model pembelajaran Learning Cycle5E ini dikombinasikan dengan STAD.

Penelitian yang relevan selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Supasorn dan Promarak (2015) yang berjudul “Implementation of 5E Inquiry Incorporated With Analogy Learning Approach to Enhance Conceptual

(48)

29

yang diangkat pada penelitian ini adalah rendahnya pemahaman peserta didik mengenai laju reaksi. Berdasarkan penelitian diperoleh hasil bahwa penerapan 5E

Learning Cycle dapat meningkatkan pemahaman konseptual peserta didik yang dilihat dari hasil belajarnya. Adapun relevansi dari penelitian tersebut terletak pada model pembelajaran yang digunakan yaitu Learning Cycle5E. Namun, penerapan model pembelajaran Learning Cycle5E dalam penelitian ini dikombinasikan dengan STAD.

Selain itu, penelitian ini juga serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Ling, Gazali dan Raman (2016) dengan judul “The effectiveness of student

teams-achievement division (STAD) cooperative learning on mathematics teams-achievement

among school students in Sarikei District, Sarawak” dalam hal metode penelitian. Berdasarkan penelitian ini penerapan model pembelajaran STAD memberikan perbedaan signifikan pada hasil belajar yang diukur melalui post test. Kelas eksperimen memiliki rata-rata nilai yang lebih tinggi dari kelas kontrol.

Penelitian ini juga serupa dengan penelitian Siddiqui (2016) yang berjudul “Effectiveness of 5E Learning Cycle Model of Constructivist Approach on

Ninth-Grade Students’ Understanding of Suspensions” dalam hal metode penelitian.

Berdasarkan penelitian tersebut penerapan model pembelajaran 5E Learning Cycle memberikan perbedaan yang signifikan pada hasil belajar peserta didik kelas 9 yang diukur menggunakan post test.

(49)

30

Students towards Mathematics”. Berdasarkan penelitian ini diperoleh bahwa sikap

dan prestasi belajar peserta didik dengan STAD memiliki rerata yang lebih tinggi dibandingkan dengan peserta didik yang tidak melakukan pembelajaran dengan STAD. Relevansi dari penelitian ini adalah model pembelajaran yang digunakan yaitu STAD. Namun dalam penelitian yang dilakukan peneliti, model pembelajaran STAD ini dikombinasikan dengan Learning Cycle 5E.

C. Kerangka Berpikir

Era globalisasi menuntut sumber daya manusia yang berkualitas untuk kemajuan pembangunan negara. Sumber daya manusia yang berkualitas dapat dibentuk melalui bidang pendidikan. Bidang pendidikan pun terus mengalami perubahan dalam hal kurikulum yang berlaku. Kurikulum yang berlaku sekarang adalah kurikulum 2013. Perubahan kurikulum membawa perubahan pada pelaksanaan dan penilaian pembelajaran. Kurikulum 2013 memiliki karakteristik pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Peserta didik didorong untuk menjadi pembelajar yang aktif dimana dari prinsip peserta didik diberi tahu menuju peserta didik mencari tahu. Penilaian pembelajaran pada kurikulum 2013 tidak hanya menekankan hasil melainkan juga proses pembelajaran.

(50)

31

ini tentu kurang sesuai dengan prinsip pelaksanaan kurikulum 2013. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan menggunakan model pembelajaran yang dapat membuat peserta didik menjadi lebih aktif yaitu model siklus belajar 5E (Learning Cycle 5E). Langkah pembelajaran Learning Cycle 5E meliputi pembangkitan minat (engagement),

eksplorasi (exploration), penjelasan (explanation), elaborasi (elaboration), dan evaluasi (evaluation). Learning Cycle 5E menekankan pada pengembangan kognitif dimana peserta didik diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengkonstruksi pengetahuan.

Selaras dengan kurikulum 2013, tidak hanya berfokus pada pengembangan kognitif, maka proses pembelajaran dan penilaian perlu memperhatikan aspek sikap (afektif) dan keterampilan (psikomotorik). Pengembangan sikap dan keterampilan dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran kooperatif yaitu

Student Teams Achievement Division (STAD). Terdapat 5 tahapan utama dalam pembelajaran model STAD yaitu presentasi kelas, kerja kelompok, kuis, peningkatan skor individu dan penghargaan kelompok. Pembelajaran kooperatif model STAD memberikan kesempatan pada peserta didik untuk terlibat secara aktif dalam proses berpikir pada kegiatan belajar dengan berkelompok.

(51)

32 D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dari penelitian ini adalah:

1. Ada perbedaan yang signifikan pada hasil belajar ranah kognitif antara peserta didik yang mengikuti pembelajaran menggunakan kombinasi model Learning Cycle 5E dan STAD dengan peserta didik yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E.

2. Ada perbedaan yang signifikan pada hasil belajar ranah afektif antara peserta didik yang mengikuti pembelajaran menggunakan kombinasi model Learning Cycle 5E dan STAD dengan peserta didik yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E.

3. Ada perbedaan yang signifikan pada hasil belajar ranah psikomotorik antara peserta didik yang mengikuti pembelajaran menggunakan kombinasi model

(52)

33 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian yang dilakukan menggunakan desain penelitian quasi experimental yaitu the matching-only posttest-only control group design. Dalam desain tersebut, grup eksperimen dan kontrol ditetapkan, kemudian grup eksperimen menerima perlakuan eksperimen sedangkan grup kontrol tidak menerima perlakuan eksperimen atau menerima perlakuan yang berbeda dengan perlakuan pada grup eksperimen. Selanjutnya, grup eksperimen dan kontrol diberikan post test untuk mengukur variabel terikat (Fraenkel & Wallen, 2007).

Dalam penelitian ini, grup eksperimen dan kontrol selanjutnya disebut dengan kelas eksperimen dan kontrol. Perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen adalah pembelajaran dengan kombinasi model pembelajaran Learning Cycle 5E dan STAD, sedangkan untuk kelas kontrol diberikan perlakuan berupa pembelajaran dengan model pembelajaran Learning Cycle 5E. Hasil post test pada kedua kelas tersebut kemudian dibandingkan untuk mengetahui perbedaannya. Kovariabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengetahuan awal kimia peserta didik yang berupa nilai UAS murni semester satu kelas XI yang kemudian dikendalikan secara statistik.

B. Prosedur Penelitian

(53)

34

Gambar 2. Bagan Prosedur Penelitian

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran dengan menggunakan kombinasi model pembelajaran Learning Cycle 5E dan STAD yang

Kelas XI MIPA SMAN 1 Klaten

Purposive sampling

Kelas eksperimen (XI MIPA 5)

Pembelajaran dengan kombinasi model pembelajaran Learning

Cycle 5E dan STAD

Pembelajaran dengan model pembelajaran Learning Cycle

5E

Post test Observasi afektif dan psikomotorik

Data kognitif peserta didik Skor afektif dan psikomotorik

Analisis Data

Data kognitif peserta didik : normalitas, homogenitas, anakova

(54)

35

diterapkan pada kelas eksperimen dan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E yang diterapkan pada kelas kontrol.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar peserta didik pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar ranah kognitif diperoleh dari nilai post test pada pengerjaan soal pilihan ganda materi asam basa. Sedangkan hasil belajar ranah afektif dan psikomotorik diperoleh dari hasil observasi saat pembelajaran berlangsung.

3. Variabel kontrol

Variabel yang dikontrol dalam penelitian ini adalah pengetahuan awal kimia peserta didik. Pengetahuan awal peserta didik berupa nilai UAS murni semester gasal kelas XI.

D. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah peserta didik kelas XI MIPA SMAN 1 Klaten Tahun Ajaran 2016/2017. Jumlah populasi secara keseluruhan adalah 285 peserta didik yang terbagi dalam 9 kelas.

2. Sampel Penelitian

(55)

36

sebagai sampel adalah 59 karena terdapat 5 orang peserta didik tidak hadir. Tiga orang pada kelas eksperimen dan dua orang pada kelas kontrol. Sehingga, jumlah sampel untuk kelas eksperimen sebanyak 29 peserta didik dan kelas kontrol sebanyak 30 peserta didik.

E. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purpossive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang memiliki suatu tujuan tertentu. Dalam populasi penelitan, terdapat kelas yang dikhususkan untuk OSN. Berdasarkan kondisi tersebut, maka digunakan teknik pengambilan sampel secara purpossive untuk memilih kelas yang dianggap setara yaitu kelas regular. Selain itu, pengambilan sampel juga mempertimbangkan pengetahuan awal peserta didik. Peneliti menggunakan kelas yang memiliki kemampuan awal yang hampir sama dan diampu oleh guru yang sama pula.

F. Instrumen dan Analisis Instrumen Penelitian 1. Instrumen Penelitian

(56)

37 a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) digunakan sebagai petunjuk untuk melaksanakan perlakuan pada kelas, baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol. RPP pada kelas eksperimen merupakan RPP dengan menggunakan kombinasi model pembelajaran Learning Cycle 5E dan STAD, sedangkan RPP pada kelas kontrol merupakan RPP dengan menggunakan model pembelajaran

Learning Cycle 5E. RPP yang digunakan sebelumnya telah melalui proses validasi logis oleh guru.

b. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) digunakan untuk mempermudah peserta didik dalam mempelajari dan memahami materi yang disampaikan disetiap pertemuan. LKS yang digunakan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol telah melalui proses validasi logis oleh guru.

c. Post Test atau Soal Prestasi Belajar Kimia Peserta didik

Soal prestasi belajar digunakan untuk mengukur hasil belajar ranah kognitif peserta didik di akhir perlakuan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sebelum digunakan, soal prestasi belajar telah divalidasi secara logis dan empiris. d. Lembar Observasi Afektif

(57)

38

Jumlah observer untuk setiap pertemuan adalah 2-4 observer. Adapun aspek dan kriteria pengamatan ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Aspek dan Kriteria Pengamatan Ranah Afektif

No. Aspek Kriteria

1. Keaktifan Aktif dalam diskusi kelompok

Aktif bertanya setiap ada kesempatan

2. Tanggung jawab Bertanggung jawab dalam menyelesaikan Lembar Kerja Peserta didik (LKPD)

Bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas sesuai perintah

e. Lembar Observasi Psikomotorik

Lembar observasi psikomotorik digunakan untuk mengamati keterampilan peserta didik selama proses pembelajaran. Lembar observasi ini dikembangkan dalam bentuk rubrik dan telah divalidasi secara logis oleh dosen. Observasi dilakukan oleh observer dari pihak yang memiliki kompetensi dalam bidang pembelajaran kimia. Jumlah observer untuk setiap pertemuan adalah 2-4 orang. Adapun kriteria pengamatan ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Kriteria Pengamatan Ranah Psikomotorik

No. Kriteria

1. Menempatkan zat ke dalam pelat tetes (A1) 2. Menjawab pertanyaan dalam LKPD (B1) 3. Membersihkan alat dan bahan praktikum (C1) 4. Menyampaikan hasil diskusi (D1)

5. Keterampilan bertanya (E1)

(58)

39 2. Analisis Instrumen Penelitian

Analisis instrumen penelitian yang dilakukan meliputi analisis validitas dan reliabilitas soal prestasi belajar kimia.

a. Validitas Butir Soal

Soal prestasi belajar terdiri dari 60 soal pilihan ganda dengan lima alternatif jawaban. Validitas soal tersebut diukur melalui uji validasi empiris yang dilakukan di kelas XI MIPA 7, 8 dan 9 dengan total peserta didik sebanyak 90 orang.

Setelah diujikan, hasil tes dianalisis validitasnya. Validitas butir soal dapat dihitung menggunakan rumus di bawah ini (Arikunto, 2009).

( ) √

Keterangan:

= koefsien korelasi biseral

Mp = rerata skor dari subyek yang menjawab betul bagi item yang dicari validitasnya.

Mt = rerata skor total

= standar deviasi skor total

p = proporsi peserta didik yang menjawab benar

q = proporsi peserta didik yang menjawab salah (q = 1-p)

(59)

40 1) Siapkan data yang akan diuji validitasnya

2) Masukkan nama data ke dalam menu Variable View.

Baris pertama butir soal 1, baris kedua butir soal 2, dan seterusnya sampai butir soal ke-60.

Kemudian memilih Nominal pada kolom Measure

3) Masukkan data ke dalam menu Data View

4) Klik analyze-correlate-bivariate

5) Masukkan seluruh data ke dalam kotak variables

6) Beri tanda pada Pearson dan two-tailed, kemudian pilih OK.

Dalam hasil perhitungan SPSS, suatu soal dinyatakan valid apabila nilai rhitung lebih besar dari rtabel. Nilai rtabel 90 responden adalah 0,207. Sehingga soal dikatakan valid jika nilai rhitung lebih besar dari 0,207. Selain itu, kriteria valid dalam pengujian menggunakan SPSS dapat diketahui dari tanda bintang satu atau dua (* atau **) pada setiap butir soal. Setiap butir soal yang memiliki tanda bintang satu atau dua (* atau **) menunjukkan bahwa butir soal tersebut valid.

(60)

41

Tabel 4. Distribusi Soal Prestasi Belajar Kimia Peserta Didik

No Materi Jenjang Kognitif

C1 C2 C3 C4,5,6

Keterangan: * soal tidak valid

b. Reliabilitas Soal

Dalam penelitian ini, reliabilitas soal prestasi belajar yang sudah valid ditentukan dengan menggunakan rumus KR-20, yaitu (Arikunto, 2009):

{ ∑ }

Keterangan:

r11 = koefisien reliabilitas yang dicari k = jumlah item

(61)

42

q = proporsi peserta didik yang menjawab item dengan salah ∑pq = jumlah hasil perkalian p dan q

S2 = standar deviasi skor total

Hasil dari uji reliabilitas butir soal prestasi belajar ditunjukkan pada Tabel 5. Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Soal Prestasi Belajar Jumlah Peserta Didik Jumlah Soal Koefisien Reliabilitas

90 60 0.863

Tes prestasi belajar dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi, jika perhitungan menghasilkan nilai koefisien reliabilitas lebih besar atau sama dengan dari 0,7 (Sudjiono, 2015). Hasil perhitungan memberikan nilai koefisien reliabilitas sebesar 0,863 untuk 43 soal yang valid. Nilai koefisien reliabilitas tersebut lebih besar dari 0,7; hal ini menunjukkan bahwa soal prestasi belajar dinyatakan memiliki reliabilitas yang tinggi. Hasil reliabilitas butir soal selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 19.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini ada 3 cara yaitu teknik dokumentasi, teknik observasi dan teknik ujian/tes.

1. Teknik Dokumentasi

(62)

43

UAS semester 1 kelas XI yang dimiliki oleh guru. Selain itu, dilakukan juga dokumentasi berupa gambar sebagai bukti penelitian.

2. Teknik Observasi

Teknik observasi merupakan teknik pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif, dan rasional menggunakan pedoman observasi. Tujuan dari observasi adalah mengumpulkan data suatu fenomena berupa tindakan dalam situasi yang sesungguhnya dan mengukur perilaku serta interaksi peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Pada penelitian ini, teknik observasi digunakan untuk mengamati sikap (afektif) dan keterampilan (psikomotorik) peserta didik saat mengikuti pembelajaran. Dalam melakukan observasi, digunakan lembar observasi berupa rubrik.

3. Teknik Ujian/Tes

Teknik tes dilakukan untuk memperoleh data hasil belajar peserta didik pada ranah kognitif. Teknik tes dilakukan dengan menggunakan instrumen berupa soal pilihan ganda yang telah divalidasi. Teknik tes dilakukan di akhir proses pembelajaran. Hasil tes tersebut kemudian dibandingkan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

H. Teknik Analisis Data

(63)

44

menganalisis data sikap dan keterampilan peserta didik. Selain dianalisis menggunakan independent t-test, data sikap dan keterampilan peserta didik juga dianalisis secara deskriptif. Sebelum dilakukan analisis data, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat hipotesis. Uji prasyarat hipotesis terdiri atas uji normalitas dan homogenitas.

1. Uji Prasyarat Hipotesis a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data dari masing-masing variabel berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan terhadap data pengetahuan awal peserta didik, data prestasi belajar peserta didik, data skor afektif dan psikomotorik peserta didik. Pengujian normalitas dapat dilakukan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Rumus uji Kolmogorov-smirnov adalah:

Dhitung = maksimum|FO(X) – SN(X)| Keterangan, FO(X) = distribusi frekuensi kumulatif teoritis

SN(X) = distribusi frekuensi kumulatif skor observasi

Data dinyatakan berdistribusi normal apabila Dhitung < Dtabel (Purwanto, 2011). Pada penelitian ini, uji normalitas dilakukan menggunakan SPSS 21 dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Menyiapkan data yang akan diuji normalitasnya

2) Memasukkan nama data ke dalam menu Variabel View dan memilih Scale

pada kolom Measure

3) Memasukkan data ke dalam menu Data View

Gambar

Gambar 1. Strategi Pembelajaran Siklus
Tabel 1. Trayek Perubahan Warna Larutan Indikator
Gambar 2. Bagan Prosedur Penelitian
Tabel 3. Kriteria Pengamatan Ranah Psikomotorik
+7

Referensi

Dokumen terkait