• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAYA HASIL PENDAHULUAN GALUR KEDELAI TOLERAN KEKERINGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAYA HASIL PENDAHULUAN GALUR KEDELAI TOLERAN KEKERINGAN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

DAYA HASIL PENDAHULUAN

GALUR KEDELAI TOLERAN KEKERINGAN

Purwantoro, Suhartina, dan Abdullah Taufiq Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Malang Jl. Raya Kendalpayak Km 8 Kotak Pos 66 Malang 65101, Telp.(0341) 801468

E-mail: pur_bagus@yahoo.co.id ABSTRAK

Pertanaman kedelai di lahan sawah pada pertengahan musim kemarau sering mengalami kekeringan pada fase generatif sampai pengisian polong. Kehilangan hasil kedelai akibat ceka-man kekeringan berkisar antara 25−46%, bergantung pada varietas, lokasi, dan musim. Uji daya hasil pendahuluan galur kedelai toleran kekeringan fase reproduktif dilaksanakan di KP Kendalpayak pada Juli−Oktober 2009, dengan rancangan acak kelompok, dua lingkungan tumbuh, tiga ulangan. Lingkungan pertama adalah kondisi optimal (pengairan pada saat tanam sampai polong masak dengan interval 10−15 hari), sedangkan lingkungan kedua adalah kon-disi sub-optimal/kekeringan pada fase reproduktif (pengairan pada saat tanam sampai fase berbunga dengan interval 10−15 hari). Bahan terdiri dari 60 galur homosigot, berasal dari delapan kombinasi persilangan, yaitu Wilis/Tanggamus, Pangrango/Tanggamus, Tanggamus/ Pangrango, Tanggamus/MLG 2805, MLG 2805/Baluran, Tidar/Rinjani, Tidar/100 H, dan 100 H/Tidar, ditambah dengan tetua masing-masing dan dua varietas pembanding Tidar dan Wilis. Berdasarkan nilai indeks toleransi cekaman (ITC) kekeringan, teridentifikasi 10 galur dengan kategori toleran (T) yaitu (1) TGM/PNG-117; (2) TGM/PNG-124; (3) TGM/ PNG-125; (4) TGM/PNG-136; (5) TGM/PNG-118; (6) 2805/BLR-426; (7) 2805/BLR-369; (8) 2805/BLR-404. (9) Wil/TGM-29, dan (10) Wil/TGM-40. Potensi hasil 10 galur tersebut berkisar antara 1,65– 1,86 t/ha, sama dan lebih tinggi dari tetuanya Tanggamus (1,58 t/ha), Pangrango (1,07 t/ha), MLG 2805 (1,30 t/ha), Baluran (1,35 t/ha), dan Wilis (1,66 t/ha).

Kata kunci: kedelai, toleran kekeringan, hasil

ABSTRACT

Preliminary yield trial for soybean tolerant to drought stress. Soybean that is grown in dry season often encounter to drought stress during pod filling stage. Yield loss caused by drought stress ranged from 25−46%, depends on variety, location and season. Preliminary yield trial of soybean lines tolerant to drought stress during the reproductive phase was carried out at Kendalpayak Experimental Station in July to October 2009. A randomize complete block design with two environments and three replicates, was applied. The first environment was optimum water condition i.e. irrigation was conducted from planting date through to maturity with 10–15 days interval), while the second environment was dry condition during the repro-ductive phase (irrigation was conducted from planting time through to flowering date, after that the irrigation was ceased). The planting materials were 60 homozigous lines derived from eight crossing combinations and two check varieties (Tidar and Wilis). Based on stress tolerance index (ITC) values to drought, there were 10 lines with category tolerant (T), namely TGM/ PNG-117; TGM/PNG-124; TGM/PNG-125; TGM/PNG-136; TGM/ PNG-118; 2805/BLR-426; 2805/BLR-369; 2805/BLR-404; Wil/TGM-29, and Wil/TGM-40. The yield of 10 lines ranged from 1.65 to 1.86 t ha-1, the same as well as higher than those of Tanggamus (1.58 t ha-1),

Pangrango (1.07 t ha-1), MLG 2805 (1.30 t ha-1), Baluran (1.35 t ha-1), and Wilis (1.66 t ha-1).

(2)

PENDAHULUAN

Toleransi tanaman terhadap cekaman lingkungan selalu berhubungan dengan stabilitas hasil, serta kesesuaian dengan pola tanam dan lingkungan setempat. Kekeringan merupa-kan salah satu bentuk cekaman lingkungan abiotik yang berpengaruh langsung terhadap penurunan hasil dan mutu fisiologis benih.

Tanaman kedelai banyak dibudidayakan di lahan sawah setelah padi kedua (perte-ngahan musim kemarau). Pada kondisi ini, tanaman kedelai sering mengalami kekeringan pada fase generatif sampai pengisian polong (Sumarno 1999). Meskipun tanaman kedelai mempunyai kisaran toleransi yang cukup luas terhadap kekeringan, namun cekaman kekeringan dapat mengakibatkan kehilangan hasil yang cukup tinggi, bergantung pada varietas, lokasi, musim, periode, dan tingkat cekaman. Fase pembungaan, pembentukan polong, dan pengisian biji merupakan periode kritis tanaman kedelai terhadap cekaman kekeringan. Cekaman kekeringan yang terjadi selama fase pembungaan menyebabkan kerontokan bunga dan polong muda. Apabila kekeringan berlanjut ke fase pembentukan dan pengisian polong mengakibatkan penurunan hasil yang disebabkan oleh penurunan jumlah polong per tanaman (Whigham and Minor 1978). Cekaman yang terjadi pada kedua fase tersebut juga menyebabkan pengisian polong tidak sempurna, sehingga biji kedelai lebih kecil dan bobot kering biji menurun (Momen et al. 1979).

Cekaman kekeringan dapat menyebabkan kehilangan hasil (Saitoh et al. 1999). Cekaman kekeringan selama fase generatif menurunkan hasil kedelai 25−46% (Suhartina dan Arsyad 2005, Suhartina dan Suyamto 2005, Suhartina dan Nur 2005) dibanding dengan hasil tanaman yang mendapat pengairan optimal selama pertumbuhan. Di rumah kaca, cekaman 70% dan 40% lengas tanah selama fase generatif, menurunkan hasil biji masing-masing 21% dan 40% dibanding 100% lengas tanah (Suhartina 2001, Suhartina et al. 2002).

Penilaian toleransi tanaman terhadap kekeringan pada suatu varietas dapat didasarkan pada sifat-sifat tanaman, baik morfologis maupun fisiologis, seperti kedalaman perakaran, jumlah stomata, penyesuaian osmotis, dan peningkatan elastisitas dinding sel (Kramer 1977; Sammons et al. 1980). Namun perubahan karakter fisiologis dan morfologis akibat cekaman lingkungan fisik tidak diperoleh korelasi yang konsisten antara sifat-sifat tersebut dengan hasil. Oleh karenanya hasil dan stabilitas hasil masih menjadi dasar penilaian utama toleransi tanaman terhadap kekeringan. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa untuk seleksi toleransi terhadap kekeringan akan lebih efisien apabila dilakukan pada periode reproduksi (Hura et al. 2007). Menurut Nalampang et al. (1989), seleksi toleransi kedelai terhadap kekeringan dan berdaya hasil tinggi akan lebih baik apabila dilakukan berdasarkan karakter hasil biji dan dilakukan pada kondisi optimal dan tercekam keke-ringan selama periode pengisian polong/biji.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui daya hasil galur-galur kedelai toleran kekeringan pada fase reproduktif.

BAHAN DAN METODE

Percobaan uji daya hasil pendahuluan dilaksanakan di KP Kendalpayak, Malang, pada MK II (Juli−Oktober 2009). Rancangan percobaan yang digunakan adalah acak kelompok pada dua lingkungan tumbuh, diulang tiga kali. Lingkungan pertama adalah kondisi optimal (pengairan pada saat tanam sampai polong masak dengan interval 10-15 hari),

(3)

(pengairan pada saat tanam sampai fase 50% berbunga dengan interval 10-15 hari). Bahan yang digunakan terdiri dari 60 galur homosigot, berasal dari delapan kombinasi persilangan, yaitu Wilis/Tanggamus, Pangrango/Tanggamus, Tanggamus/ Pangrango, Tanggamus/MLG 2805, MLG 2805/Baluran, Tidar/Rinjani, Tidar/100 H, dan 100 H/Tidar, ditambah dengan tetua masing-masing, serta dua varietas pembanding Tidar dan Wilis.

Jarak tanam antar baris 40 cm dan jarak dalam baris 15 cm dengan dua tanaman/ rumpun. Setiap galur ditanam pada plot berukuran 0,8 m x 3,3 m. Tanaman dipupuk dengan 100 kg Urea + 75 kg SP36 + 75 kg KCl/ha yang diberikan secara sebar merata sebelum tanam. Pengendalian gulma, hama, dan penyakit dilakukan secara intensif. Pengamatan dilakukan terhadap umur berbunga dan masak, tipe tumbuh, ukuran biji, dan hasil biji. Tinggi tanaman, jumlah polong isi dan hampa, jumlah cabang, dan bobot biji per tanaman diamati dari lima tanaman sampel.

Toleransi tanaman terhadap kekeringan dinilai berdasarkan indeks toleransi cekaman (ITC). Semakin tinggi nilai ITC suatu genotipe semakin toleran terhadap cekaman kekeringan. Indeks toleransi cekaman digunakan untuk mengidentifikasi genotipe yang mampu berproduksi tinggi pada kedua lingkungan, yaitu lingkungan tercekam maupun tanpa cekaman.

Hp x Hc

ITC =

(Hp)2 (Fernandez 1993) Di mana :

ITC = Indeks toleransi cekaman Hp = hasil pada pengairan optimal

Hc = hasil pada lingkungan cekaman kekeringan

Hp

= rata-rata hasil pada pengairan optimal

Pengelompokkan ketahanan genotipe kedelai terhadap kekeringan dilakukan berda-sarkan metode yang dikembangkan oleh Doreste et al. (1979), dengan lima kriteria:

Sangat tahan (ST) (X >

X

+ 2sd)

Tahan (T) (

X

+ sd < X ≤

X

+ 2sd) Agak tahan (AT) (

X

− sd < X ≤

X

+ sd) Rentan (R) (

X

− 2sd < X ≤

X

− sd) Sangat rentan (SR) (X ≤

X

− 2sd),

Di mana

X

dan sd adalah rata-rata dan simpangan baku ITC. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil analisis ragam menunjukkan terdapat perbedaan yang sangat nyata di antara galur/varietas yang diuji pada tinggi tanaman, jumlah polong isi dan hampa, jumlah cabang, bobot 100 biji, bobot biji lima tanaman, dan hasil biji. Interaksi lingkungan x galur berpengaruh sangat nyata terhadap hasil dan bobot 100 biji (Tabel 1). Hal tersebut mengindikasikan adanya perbedaan respon antargalur terhadap cekaman kekeringan.

(4)

Tabel 1. Sidik ragam hasil dan komponen hasil galur-galur kedelai toleran kekeringan pada fase reproduktif. Kendalpayak, MK II 2009.

Parameter Lingkungan (L) Galur (G) L x G KK (%) Umur berbunga (hari) 52245 ** 39, 272 ** 1,320 2,99 Umur masak (hari) 36,480 * 29, 966 ** 1,331 1,51 Tinggi tanaman (cm) 3222,564 ** 348, 072 ** 40,040 9,72 Jumlah cabang 0,234 1, 794 ** 0,533 24,12

Jumlah polong isi 381,834 185, 080 ** 75,006 16,15 Jumlah polong hampa 125,186 6, 600 ** 2,286 39,74

Bobot biji/tanaman 165,177 ** 5, 027 ** 3,727 19,00 Bobot 100 biji (g) 149,532 ** 7, 336 ** 0,935 ** 8,46 Berat biji (kg/ha) 13700559,305 * 288415,78 ** 96095,13 ** 13,85 ** dan * berbeda nyata pada p = 0,01 dan p = 0,05.

Hasil 68 galur/varietas pada kondisi lingkungan kering rata-rata 1,47 t/ha, pada kondisi optimal 1,83 t/ha, dan rata-rata dari dua lingkungan 1,65 t/ha (Tabel 2). Hasil biji dari 68 galur/varietas berkisar antara 0,87−1,87 t/ha pada lingkungan kering, pada kondisi opti-mal 1,18−2,31 t/ha, sedangkan rata-rata dari kedua lingkungan 1,1−2,0 t/ha (Tabel 3). Tinggi tanaman berkisar antara 43,3–88,0 cm (rata-rata 70,9 cm), jumlah cabang 1,0–4,0 cabang/tanaman (rata-rata 3,1 cabang/tanaman), jumlah polong isi 34,9–60,2 polong/ta-naman (rata-rata 49,4 polong/tapolong/ta-naman), dan bobot 100 biji 6,0–14,0 g (rata-rata 9,28 g/100 biji).

Tabel 2. Rata-rata, nilai minimal dan maksimal, hasil dan komponen hasil galur-galur kedelai toleran kekeringan pada fase reproduktif, Kendalpayak MK II 2009.

Rata-rata Minimal Maksimal Parameter

L0+L1 L0 L1 L0 L1 L0 L1

Umur berbunga (hari) 41,15 40,79 41,51 36,0 37,3 48,3 49,0 Umur masak (hari) 86,46 86,16 86,76 79,0 79,3 89,0 89,7 Tinggi tanaman (cm) 70,87 73,68 68,06 46,7 39,9 93,3 89,8 Jumlah cabang/tanaman 3,06 3,09 3,04 1,0 1,0 4,0 4,0 Jumlah polong isi/tanaman 49,40 48,43 50,36 28,6 33,7 64,1 62,7 Jumlah polong hampa/tnm 3,62 4,18 3,07 1,7 1,0 8,7 7,0 Berat biji/tanaman (g) 8,82 9,46 8,19 6,7 5,5 12,1 11,3 Bobot 100 biji (g) 9,28 9,88 8,67 6,0 6,0 15,33 12,67 Hasil biji (t/ha) 1,65 1,83 1,47 1,18 0,87 2,31 1,87 Keterangan: L0 = kondisi optimal, L1 = kondisi suboptimal/kekeringan fase reproduktif, L0+L1 = rata-rata

kedua kondisi (optimal + suboptimal).

Berdasarkan nilai indeks toleransi cekaman (ITC) kekeringan, didapatkan 13 (10 galur + 3 varietas) yang toleran (T), 46 galur/varietas agak toleran (AT), 6 galur/varietas rentan (R), 3 galur/varietas sangat rentan (SR), dan tidak ada galur/varietas yang sangat toleran (ST) (Tabel 4). Penampilan 13 galur/varietas yang toleran tersebut relatif lebih baik diban-dingkan dengan varietas pembanding atau galur lainnya. Selain itu, ada empat galur yang juga memiliki hasil yang cukup tinggi, namun berdasarkan kriteria indeks toleransi

(5)

ceka-lanjutan. Dari 68 galur yang diuji terpilih 20 galur berdasarkan hasil dan nilai ITC (Tabel 3).

Tabel 3. Galur terpilih berdasarkan kriteria (ITC) dan hasil galur-galur kedelai toleran kekeringan pada fase reproduktif. KP Kendalpayak, MK II 2009

Hasil biji (t/ha) Nilai Kriteria Galur L0 L1 ITC ketahanan TGM/PNG-117 1,91 1,85 1,05 T TGM/PNG-124 2,07 1,69 1,04 T TGM/PNG-125 2,08 1,81 1,12 T TGM/PNG-136 1,94 1,74 1,01 T 2805/BLR-26 2,09 1,65 1,03 T Wil/TGM-29 1,86 1,84 1,02 T Wil/TGM-40 2,07 1,87 1,16 T TGM/PNG-118 1,97 1,77 1,04 T 2805/BLR-369 2,17 1,73 1,12 T 2805/BLR-404 1,92 1,86 1,06 T Wil/TGM-30 1,91 1,63 0,92 AT Wil/TGM-62 1,69 1,52 0,76 AT PNG/TGM-64 2,08 1,51 0,93 AT PNG/TGM-84 1,67 1,52 0,75 AT PNG/TGM-88 2,15 1,54 0,98 AT 2805/BLR-224 2,08 1,61 1,00 AT 2805/BLR-349 1,79 1,24 0,66 AT PNG/TGM-71 2,14 1,55 0,99 AT 2805/BLR-394 1,70 1,56 0,79 AT PNG/TGM-82 1,54 1,49 0,97 AT Pembanding Tanggamus 2,31 1,58 1,09 T Wilis 2,07 1,66 1,02 T Pangrango 1,43 1,07 0,46 R MLG 2805 2.06 1.30 0.80 AT Baluran 2.07 1.35 0.83 AT Rinjani 2,13 1,63 1,03 T Tidar 1,74 1,44 0,74 AT

Keterangan: L0 = kondisi optimal, L1 = Kondisi suboptimal/kekeringan fase reproduktif.

Galur/varietas yang menunjukkan kategori tahan (T) tersebut sebanyak lima galur hasil persilangan Tanggamus dengan Pangrango, yaitu TGM/PNG-117; TGM/PNG-124; TGM/PNG-125; TGM/PNG-136; dan TGM/PNG-118. Galur-galur tersebut pada kondisi optimal menunjukkan hasil biji yang lebih rendah (1,91–2,08 t/ha) dibanding tetua Tanggamus (2,31 t/ha), namun pada kondisi tercekam kekeringan menunjukkan hasil yang lebih tinggi (1,74–1,85 t/ha) dibanding Tanggamus (1,58 t/ha), dengan nilai ITC yang hampir sama dengan tetua toleran kekeringan (Tanggamus) yaitu > 1; tiga galur hasil persilangan antara MLG 2805 dengan Baluran yaitu 2805/BLR-426; 2805/BLR-369; 2805/BLR-404. Hasil biji ketiga galur tersebut pada kondisi optimal (1,92–2,09 t/ha) maupun kekeringan (1,65–1,86 t/ha) menunjukkan hasil biji yang sama dan lebih tinggi

(6)

dibanding kedua tetuanya MLG 2805 (optimal 2,06 t/ha dan kekeringan 1,30 t/ha) dan Baluran (optimal 2,07 t/ha dan kekeringan 1,35 t/ha), dengan nilai ITC yang lebih tinggi dibanding kedua tetuanya, dua galur hasil persilangan antara Wilis dan Tanggamus yaitu Wil/TGM-29 (1,86 t/ha) dan Wil/TGM-40 (2,07 t/ha). Kedua galur ini pada kondisi optimal menunjukkan hasil yang sama dan lebih rendah dibanding tetuanya (Wilis 2,07 t/ha dan Tanggamus 2,31 t/ha), sedangkan pada kondisi kekeringan menunjukkan hasil yang hampir sama dengan kedua tetuanya, tiga varietas yaitu Tanggamus, Wilis, dan Rinjani yang menunjukkan toleran kekeringan.

Tabel 4. Hasil biji, indeks toleransi cekaman (ITC) dan kriteria ketahanan galur-galur kedelai toleran kekeringan fase reproduktif. KP Kendalpayak MK II 2009

Hasil biji (t/ha) Nilai Galur Rata-rata L0 L1 ITC Kriteria ketahanan 1 2 3 4 5 6 Wil/TGM-30 1,77 1,91 1,63 0,92 AT Wil/TGM-31 1,72 1,96 1,47 0,86 AT Wil/TGM-62 1,61 1,69 1,52 0,76 AT PNG/TGM-64 1,79 2,08 1,51 0,93 AT PNG/TGM-65 1,85 2,11 1,59 1,00 AT PNG/TGM-69 1,73 2,00 1,46 0,87 AT PNG/TGM-70 1,77 2,06 1,48 0,91 AT PNG/TGM-76 1,78 2,06 1,51 0,92 AT PNG/TGM-77 1,61 1,81 1,41 0,76 AT PNG/TGM-78 1,71 2,05 1,37 0,84 AT PNG/TGM-80 1,70 1,84 1,55 0,85 AT PNG/TGM-82 1,51 1,54 1,49 0,68 AT PNG/TGM-83 1,66 2,01 1,31 0,78 AT PNG/TGM-84 1,59 1,67 1,52 0,75 AT PNG/TGM-88 1,84 2,15 1,54 0,98 AT PNG/TGM-93 1,70 1,89 1,52 0,85 AT PNG/TGM-94 1,69 2,00 1,39 0,83 AT PNG/TGM-97 1,64 2,01 1,27 0,76 AT PNG/TGM-100 1,75 2,01 1,49 0,89 AT PNG/TGM-103 1,68 1,95 1,42 0,82 AT TGM/PNG-117 1,88 1,91 1,85 1,05 T TGM/PNG-124 1,88 2,07 1,69 1,04 T TGM/PNG-125 1,95 2,08 1,81 1,12 T TGM/PNG-395-136 1,84 1,94 1,74 1,01 T TGM/2805-171 1,73 1,88 1,58 0,88 AT 2805/BLR-192 1,77 1,88 1,66 0,93 AT Ijen 1,74 1,84 1,64 0,90 AT 2805/BLR-217 1,17 1,25 1,10 0,41 R 2805/BLR-224 1,84 2,08 1,61 1,00 AT 2805/BLR-227 1,19 1,28 1,10 0,42 R 2805/BLR-229 1,81 2,02 1,59 0,96 AT

(7)

1 2 3 4 5 6 2805/BLR-341 1,14 1,18 1,11 0,39 SR 2805/BLR-349 1,52 1,79 1,24 0,66 AT 2805/-426 1,87 2,09 1,65 1,03 T TDR/RJN-466 1,23 1,50 0,95 0,43 R Tidar 1,59 1,74 1,44 0,74 AT Tanggamus 1,95 2,31 1,58 1,09 T MLG 2805 1,68 2,06 1,30 0,80 AT Wilis 1,86 2,07 1,66 1,02 T Pangrango 1,25 1,43 1,07 0,46 R Baluran 1,71 2,07 1,35 0,83 AT 100H 1,21 1,54 0,87 0,40 SR Wil/TGM-8 1,75 2,01 1,49 0,89 AT Wil/TGM-13 1,61 1,73 1,48 0,76 AT Wil/TGM-29 1,85 1,86 1,84 1,02 T Wil/TGM-40 1,97 2,07 1,87 1,16 T PNG/TGM-71 1,85 2,14 1,55 0,99 AT PNG/TGM-85 1,69 1,94 1,45 0,84 AT PNG/TGM-96 1,81 2,14 1,48 0,94 AT PNG/TGM-99 1,32 1,39 1,25 0,52 R PNG/TGM-105 1,65 2,19 1,10 0,72 AT PNG/TGM-106 1,59 1,91 1,27 0,72 AT Wil-55 1,57 1,68 1,45 0,72 AT Rinj-56 1,88 2,13 1,63 1,03 T Baluran 1,65 1,78 1,53 0,81 AT TGM/PNG-118 1,87 1,97 1,77 1,04 T TGM/PNG-121 1,45 1,21 1,69 0,61 AT 2805/BLR-213 1,44 1,56 1,33 0,61 AT 2805/BLR-260 1,43 1,44 1,42 0,61 AT 2805/BLR-340 1,12 1,19 1,05 0,37 SR 2805/BLR-343 1,44 1,68 1,21 0,60 AT 2805/BLR-367 1,26 1,30 1,22 0,47 R 2805/BLR-369 1,95 2,17 1,73 1,12 T 2805/BLR-394 1,63 1,70 1,56 0,79 AT 2805/BLR-404 1,89 1,92 1,86 1,06 T Rinjani 1,69 1,68 1,71 0,85 AT

Keterangan: L0 = kondisi optimal, L1 = Kondisi suboptimal/kekeringan fase reproduktif.

KESIMPULAN

1. Berdasarkan nilai indeks toleransi cekaman (ITC) kekeringan, teridentifikasi 10 galur dengan kategori toleran (T), 44 galur/varietas agak toleran (AT), lima galur rentan (R), tiga galur sangat rentan (SR), dan tidak ada galur/varietas yang sangat toleran (ST). Sedangkan untuk tetuanya Tanggamus (T), Wilis (T), Rinjani (T), MLG 2805 (AT), dan Baluran (AT).

2. Sepuluh galur yang menunjukkan kategori toleran tersebut adalah (1) TGM/PNG-117; (2) TGM/PNG-124; (3) TGM/PNG-125; (4) TGM/PNG-136; (5) TGM/PNG-118; (6) 2805/BLR-426; (7) 2805/BLR-369; (8) 2805/BLR-404. (9) Wil/TGM-29, dan (10)

(8)

Wil/TGM-40. Potensi hasil 10 galur berkisar antara 1,65–1,86 t/ha, sama dan lebih tinggi dari tetuanya Tanggamus (1,58 t/ha), Pangrango (1,07 t/ha), MLG 2805 (1,30 t/ha), Baluran (1,35 t/ha), dan Wilis (1,66 t/ha).

DAFTAR PUSTAKA

Doreste, S.E., C. Arias, and A. Bellotti. 1979. Field evaluations of cassava cultivars for resistance to tetranychid mites. In. Brekelbaum T., Bellotti A. and Lazaro, J.C. Proceedings Cassava Protection Workshop. P.161−164.

Fernandez, G.C.J. 1993. Effective selection criteria for assessing plant stress tolerance. P. 257-270. In

Kuo, C.G. (Eds.). Adaptation of Food Crops to Temperature and Water Stress. Proc. of an Internat. Symp. Taiwan, 13−18 August 1992. AVRDC.

Hura, T., S. Grzesiak, K. Hura, E. Thiemt, K. Tokarz, and M. Wedzony. 2007. Physiologycal and biochemical tools useful in drought tolerance detection in genotypes of winter Triticale: Accumulation of ferulic acid correlates with drought tolerance. Annals of Botany 100(4):767-775.

Kramer, P.J. 1977. Plant and Soil Water Relationship. (Ed. TMH) Mc. Graw. Hill. Pub. Co. London. Momen, N.N., R.E. Carlson, R.H. Shaw, and O. Arjmand. 1979. Moisture-stress effects on yield

components of two soybean cultivar. Agron. J.71(1):86−90.

Nalampang, A., J. Mahisarakul, S. Keomeechai, and A. Chotiyanawongse. 1989. Selection of drought tolerant soybean lines. In A.J. Pascale (Eds.) World Soybean Res. Conf. IV, 5−9 Marc 1989. Buenos Aires Argentina. ACTAS Proc.

Saitoh, K., T. Mahmood, and T. Kuroda. 1999. Effect of moisture stress at different growth stages on flowering and pod set in determinate and indeterminate soybean cultivar. Jpn. Crop Sci. 68:537−544.

Sammons, D.J., D.B. Peters and T. Hymowitz. 1980. Screening soybeans for drought resistance. I. Growth chamber procedure. Crop.Sci. 18:1050−1055.

Suhartina. 2001. Evaluasi Sifat Tahan terhadap Kekeringan dan Daya Hasil Tinggi Beberapa Galur Kedelai Generasi F7. Tesis S2 Fakultas Pascasarjana UGM, Yogya-karta. Tidak dipublikasikan.

Suhartina, Sri Kuntjiyati H, dan Tohari. 2002. To1eransi beberapa galur F7 kedelai terhadap cekaman kekeringan pada fase generatif. Prosiding Seminar Nasional: Teknologi Inovatif Tanaman kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Puslitbang Tanaman pangan. Hal. 335−438. Suhartina dan Suyamto. 2005. Evaluasi galur kedelai untuk toleran kekeringan dan berbiji besar.

Laporan Akhir Tahun: Hasil Penelitian Komponen Teknologi Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Tahun 2004. Buku II. Balitkabi, Malang.

Suhartina dan Darman M. Arsyad. 2005. Toleransi galur dan varietas kedelai terhadap cekaman kekeringan. Lokakarya dan Seminar Nasional: Peningkatan Produksi Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Mendukung Kemandirian Pangan. Puslitbang Tanaman pangan.

Suhartina dan Amin Nur. 2005. Evaluasi galur-galur harapan kedelai hitam toleran terhadap kekeringan. Laporan Akhir Tahun: Hasil Penelitian Komponen Teknologi Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Tahun 2005.

Sumarno. 1999. Strategi Pengembangan Produksi Kedelai. Prosiding Lokakarya Pengembangan Produksi Kedelai Nasional. Bogor, 16 Maret 1999. Puslitbangtan Bogor. Hlm. 7−22.

Whigham, D.K. and Minor, H.C. 1978. Agronomic characteristics and environmental stress. P. 77−118. In. A.G. Norman (Eds.). Soybean, Physiology, Agronomy, and Utilization. Acad. Press. New York.

Gambar

Tabel 1.  Sidik ragam hasil dan komponen hasil galur-galur kedelai toleran kekeringan pada fase  reproduktif
Tabel 3. Galur terpilih berdasarkan kriteria (ITC) dan hasil galur-galur kedelai toleran kekeringan  pada fase reproduktif
Tabel 4.  Hasil biji, indeks toleransi cekaman (ITC) dan kriteria ketahanan galur-galur kedelai  toleran kekeringan fase reproduktif

Referensi

Dokumen terkait

a. Unsur subjektivitas pendidik dalam memilih media pembelajaran harus dihindarkan. Artinya, pendidik tidak boleh memilih suatu media pembelajaran atas dasar kesenangan

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendidikan dalam keluarga dan sekolah terhadap perilaku siswa di MTs Al Huda Bandung

Strong-form EMH berpendapat bahwa harga saham merefleksikan seluruh informasi baik yang bersifat public maupun private. Implikasinya, tidak ada investor yang mampu

Hasil uji LSD pada t setelah pemberian sediaan terlihat adanya perbedaan yang signifikansi antar kelompok kontrol negatif, kelompok pembanding, kelompok uji I, kelompok uji

$NWLYLWDV HQ]LP SHNWLQHVWHUDVH XPO GDQ MXPODK VHODNKLUVHOPO $NWLYLWDVHQ]LPSHNWLQHVWHUDVHPHUXSDNDQ SDUDPHWHU XWDPD GDODP VHOHNVL LVRODW XML NDUHQD HQ]LP \DQJ GLJXQDNDQ GDODP WDKDS

an Presiden rcepatan Pem vinsi Papua B mendukung aka pengem omosikan la strategi p potensi tenag 10.476 MW tas terpasan ga air y kan terlebih o 1 dengan o 2 dengan amberamo 1

Kondisi gastropoda yang rusak dapat dilihat dari cang- kang yang terpotong di bagian-bagian tertentu, bahkan ada yang apex nya sudah terpotong atau body whorl nya yang

Tahun 1991 masyarakat Rawang Jaya hidup sebagai Petani Jagung, Ubi Kayu, Cabe, dan juga menanam padi, membuat masyarakat mengalami kerugiaan bahkan ada yang gagal panen,