• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENENTUAN KUALITAS AIR DI PERAIRAN TIGARAS KECAMATAN DOLOK PARDAMEAN KABUPATEN SIMALUNGUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENENTUAN KUALITAS AIR DI PERAIRAN TIGARAS KECAMATAN DOLOK PARDAMEAN KABUPATEN SIMALUNGUN"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENENTUAN KUALITAS AIR DI PERAIRAN TIGARAS

KECAMATAN DOLOK PARDAMEAN KABUPATEN SIMALUNGUN

(Determination of Water Quality in Waters Tigaras of District Dolok of

Pardamean, Simalungun)

Luly Nanda Arista(1), Budi Utomo(2), Zulham Apandy Harahap(3)

(1)

Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia, 20155, email : ndaandaristaa@gmail.com

(2)

Staf Pengajar Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia, 20155 (3)

Staf Pengajar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia, 20155

ABSTRACT

Tigaras waters is one of Lake Toba area which is used as a tourist area, ferry ports and floating net cage aquaculture activities which could effect water quality in Tigaras. The research to determine the value of the parameter of physic, chemistry, biology and water quality based on the quality standard PP RI No. 82/2001 on water quality management and water pollution control. This research was done on June to July 2016. The study used purposive random sampling method. There were four first station (port), the second station (cages), the third station (tourist), and fourth station (control). Value parameter of physics, chemistry and biology, among others temperature 26oC– 29oC, TSS 54-56 mg/l, TDS 25-27,5 mg/l, brightness 180-198 m, pH 7,2-7,65, DO 5,35-6,45 mg/l, BOD 0,9-2,85 mg/l, COD 2,812-8,90565 mg/l, nitrate 0,5 mg/l, phosphote 0,19-0,51 mg/l, total

coliform 65,9–2505 MPN/100ml. Water quality based on standard class one and class two is being polluted with respective value are -25 and -15, while based on standard class three is not polluted or meet quality standard value.

Keywords : water quality, Storet method, Tigaras waters

PENDAHULUAN

Danau sebagai salah satu habitat air tawar memiliki fungsi yang sangat penting sebagai pencegah kekeringan dan banjir, perikanan, pariwisata serta penyedia air bersih. Melihat pada fungsi dan peranan danau bagi manusia, maka danau juga tidak terlepas dari pencemaran akibat aktivitas manusia. Kegiatan masyarakat di sekitar danau, seperti budidaya (keramba jaring apung), dermaga pelabuhan penyeberangan (pelayaran), dan pariwisata dapat mempengaruhi kualitas air perairan.

Pengetahuan mengenai kondisi kualitas perairan danau yang dicerminkan

oleh nilai konsentrasi beberapa parameter kualitas air, baik secara fisika, kimia maupun secara biologis sangat diperlukan dalam merancang pengelolaan dan pengendalian pencemaran perairan. Penilaian ini pada dasarnya dilakukan dengan membandingkan nilai parameter kualitas air dari hasil pengukuran di lapangan dengan baku mutu perairan sesuai peruntukannya yang berlaku di Indonesia, yakni mengacu pada PP RI No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (Silalahi, 2009).

Tigaras terletak di Kecamatan Dolok Pardamean, Kabupaten

(2)

Simalungun, merupakan salah satu tujuan wisata di kawasan Danau Toba. Tidak hanya sebagai daerah wisata, perairan Danau Toba di Nagori Tigaras juga dijadikan sebagai tempat budidaya ikan yaitu dengan keramba jaring apung serta merupakan dermaga penyeberangan menuju pulau Samosir. Adanya aktivitas masyarakat seperti wisata, budidaya (keramba jaring apung) dan pelayaran yang dilakukan di perairan Tigaras dikhawatirkan akan berpengaruh terhadap kualitas perairan dan faktor fisika, kimia dan biologi yang ada pada perairan tersebut. Oleh sebab itu, perlu dilakukannya penelitian untuk mengetahui kondisi perairan di Tigaras, Kecamatan Dolok Pardamean, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara.

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Juli 2016 di Kecamatan Dolok Pardamean Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara.

Analisis sampel air dilakukan di Laboratorium Kementerian Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Pengendalian Penyakit Kelas I Medan dan Laboratorium Pengujian Kualitas Lingkungan BINALAB Medan.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam pengambilan sampel lapangan pada penelitian ini adalah botol sampel air, ember 5 liter, meteran, termometer air raksa, Secchi disk, pH meter, GPS, cool box, pipet tetes, jarum suntik, gelas beaker, botol winkler, alat tulis dan kamera digital.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel air perairan Tigaras dan bahan kimia untuk titrasi

MnSO4, KOH-KI, H2SO4 dan Na2S2O3 dan amilum.

Deskripsi Area

a. Stasiun 1

Stasiun ini merupakan pelabuhan penyeberangan kapal. Stasiun I terletak pada koordinat 2º47´53.01´´ LU dan 98º47´20.91´´ BT.

b. Stasiun 2

Stasiun ini merupakan daerah budidaya system Karamba Jaring Apung milik warga. Stasiun II berada diantara pelabuhan penyeberangan kapal dan daerah wisata. Stasiun II terletak pada koordinat 2º47´53.38´´ LU dan 98º47´2.19´´ BT.

c. Stasiun 3

Stasiun ini merupakan daerah wisata dengan kegiatan seperti memancing, renang, duduk santai dan

banana boat. Stasiun III terletak pada koordinat 2º48´04.87´´ LU dan 98º46´48.35´´ BT.

d. Stasiun 4

Stasiun IV merupakan daerah kontrol, pada stasiun ini tidak terdapat aktivitas masyarakat dan dikelilingi oleh pepohonan dan bebatuan. Stasiun IV terletak pada koordinat 2º48´11.82´´ LU dan 98º46´41.18´´ BT.

Pengambilan Data Parameter Fisika Kimia dan Biologi

Pengambilan data parameter fisika dan kimia dilakukan dengan pengukuran di lapangan dan di laboratorium dengan mengambil sampel air. Sebelumnya ditentukan sebanyak empat stasiun pengamatan dengan masing-masing dua kali ulangan untuk setiap parameter yang diukur pada setiap stasiun. Parameter fisika, kimia dan biologi yang diamati dapat dilihat pada Tabel 1.

(3)

Tabel 1. Pengukuran parameter kualitas air

Parameter Satuan Alat Tempat Analisis Fisika

Suhu 0C Termometer In Situ

Kecerahan m Secchi disk In Situ

TDS mg/l - Ex Situ TSS mg/l - Ex Situ Kimia Nitrat mg/l - Ex Situ Fosfat mg/l - Ex Situ pH - pH meter In Situ DO mg/l metode Winkler In Situ BOD mg/l metode Inkubasi Ex Situ COD mg/l metode Refluks Ex Situ Biologi Total Coliform mg/l - Ex Situ Analisis Data

Parameter Kualitas Air

Nilai parameter fisika dan kimia perairan yang diperoleh dibandingkan dengan kriteria mutu air dalam Peraturan Pemerintah Nomor 82

Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air yang dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kriteria Mutu Air Bedasarkan PP No. 82/2001

Parameter Satuan Kelas

I II III Fisika Suhu oC Deviasi 3 Deviasi 3 Deviasi 3 TSS mg/l 50 50 400 Kecerahan meter - - - TDS mg/l 1000 1000 1000 Kimia DO mg/l 6 4 3 pH - 6-9 6-9 6-9 BOD mg/l 2 3 6 COD mg/l 10 25 50 Nitrat (NO3-N) mg/l 10 10 20 Fosfat (PO4-P) mg/l 0.2 0.2 1 Biologi Total Coliform Jml/100 ml 1000 5000 10000

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

1. Parameter Kualitas Air

Hasil pengukuran parameter kualitas air perairan Tigaras dapat

dilihat pada Tabel 3. Dari Tabel 3 dapat terlihat parameter-parameter pada setiap stasiun tidak jauh berbeda.

Tabel 3. Rata-Rata Hasil Pengukuran Parameter Kualitas Air Perairan Tigaras

Parameter Baku Mutu Satuan Stasiun I II III 1 Pelabuhan 2 KJA 3 Wisata 4 Kontrol Fisika Suhu Deviasi 3 Deviasi 3 Deviasi 3 °C 27 27 28.75 26.5 TSS 50 50 400 mg/l 56.5 56 56 54 TDS 1000 1000 1000 mg/l 26 25 26.5 27.5 Kecerahan - - meter 198.5 194 198 185 Kimia pH 6-9 6-9 6-9 - 7.65 7.2 7.25 7.25 DO 6 4 3 mg/l 5.35 5.6 5.75 6.45

(4)

BOD 2 3 6 mg/l 2.85 1.25 1.05 0.9 COD 10 25 50 mg/l 8.90 3.90 3.28 2.81 Nitrat (NO3-N) 10 10 20 mg/l 0.50 0.50 0.50 0.50 Fosfat (PO4-P) 0.2 0.2 1 mg/l 0.375 0.51 0.295 0.19 Biologi Total Coliform 1000 5000 10000 MPN/100ml 1759 2505 1715 65.9 Parameter Fisika Suhu

Hasil pengukuran suhu air selama penelitian memperlihatkan bahwa suhu air pada masing-masing stasiun penelitian tidak menunjukan variasi yang tinggi, yaitu berkisar antara 26 oC – 29 oC. Rata-rata suhu air tertinggi terdapat pada stasiun III yaitu 28,75 oC dan rata-rata suhu air terendah terdapat pada stasiun IV yaitu 26,5 oC. Grafik suhu pada setiap pengambilan dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Grafik Suhu

TSS (Total Suspended Solid)

Hasil pengukuran TSS air selama penelitian pada masing-masing stasiun penelitian tidak menunjukan variasi yang tinggi yaitu berkisar antara 54-56,5 mg/l. Rata-rata TSS air tertinggi terdapat pada stasiun I (56,5 mg/l) dan rata-rata TSS terendah terdapat pada stasiun IV (54 mg/l). Grafik nilai TSS pada setiap pengambilan dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Grafik TSS

TDS (Total Dissolved Solid)

Nilai rata-rata TDS teringgi terdapat pada stasiun IV yaitu 27,5 mg/l dan rata-rata TDS terendah terdapat pada stasiun 2 yaitu 25 mg/l. Grafik TDS pada setiap pengambilan dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Grafik TDS

Kecerahan

Nilai rata-rata kecerahan teringgi terdapat pada stasiun I dan III yaitu 198,5 m dan 198 m dan rata-rata kecerahan terendah terdapat pada stasiun II dan IV yaitu 194 dan 185 m. Grafik kecerahan pada setiap

(5)

pengambilan dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Grafik Kecerahan

Parameter Kimia pH Air

Nilai rata-rata pH Rata-rata nilai pH tertinggi terdapat pada stasiun I sebesar 7,65 dan nilai rata-rata pH terendah terdapat pada stasiun II sebesar 7,2. Grafik p pH pada setiap pengambilan dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Grafik pH air

Kelarutan Oksigen (Dissolved

Oxygen)

Hasil pengukuran DO pada setiap lokasi penelitian memiliki nilai yang tidak jauh berbeda, berkisar antara 5,35 – 6,45 mg/l. . Rata-rata nilai DO tertinggi terdapat pada stasiun IV sebesar 6,45 mg/l dan rata-rata nilai DO terendah terdapat pada stasiun I sebesar 5,35 mg/l. Nilai DO sangat erat kaitannya dengan BOD dan COD karena semakin tinggi BOD dan COD akan menyebabkan berkurangnya DO

di perairan begitu juga sebaliknya. Grafik DO pada setiap pengambilan dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Grafik kelarutan oksigen

BOD5 (Biochemical Oxygen Demand) Hasil pengukuran BOD nilai berkisar antara 0,9 – 2,85 mg/l. Rata-rata nilai BOD tertinggi terdapat pada stasiun I sebesar 2,85 mg/l dan rata-rata nilai BOD terendah terdapat pada stasiun IV sebesar 0,9 mg/l. Grafik BOD pada setiap pengambilan dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Grafik BOD

COD (Chemical Oxygen Demand)

Hasil dari pengukuran rata-rata COD antar stasiun bekisaran 2,812 – 8,90565 mg/l. Rata-rata COD air tertinggi pada stasiun I sebesar 8,90565 dan rata-rata nilai COD terendah terdapat pada stasiun IV sebesar 2,812 mg/l. Grafik BOD pada setiap pengambilan dapat dilihat pada Gambar 8.

(6)

Gambar 8. Grafik COD

Nitrat

Nilai nitrat yang diperoleh dari pengukuran memiliki rata-rata 0,5 mg/l. Setiap stasiun memiliki kadar nitrat 0,5 mg/l. Grafik nitrat pada setiap pengambilan dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Grafik Nitrat

Fosfat

Nilai rata-rata fosfat teringgi terdapat pada stasiun II yaitu 0,51 mg/l dan rata-rata fosfat terendah terdapat pada stasiun IV yaitu 0,19 mg/l. Nilai fosfat yang terdapat pada perairan Tigaras berkisar antara 0,19 – 0,375 mg/l yang menunjukan bahwa kandungan fosfat tersebut berada di atas ambang batas baku mutu air. Grafik fosfat pada setiap pengambilan dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Grafik Fosfat

Parameter Biologi Total Coliform

Nilai total coliform tertinggi terdapat pada stasiun II yaitu 2505 MPN/100 ml. Nilai terendah terdapat pada stasiun IV yaitu 65,9 MPN/100 ml. Grafik total coliform pada setiap pengambilan dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11. Grafik total coliform

2. Status Mutu Air

Hasil pengukuran kualitas air dengan menggunakan metode storet di perairan Tigaras dapat dilihat pada tabel 4 yang menunjukan bahwa untuk baku mutu kelas I pada stasiun I, II dan III tercemar berat, stasiun IV tercemar ringan dan keseluruhan danau tercemar sedang. Untuk baku mutu kelas II pada stasiun I, II, III dan keseluruhan danau tercemar ringan, stasiun IV tercemar sedang. Dan untuk baku mutu kelas III semua stasiun tidak tercemar dan memenuhi baku mutu.

(7)

Tabel 5. Kualitas Air dengan Metode Storet Kelas Stasiun 1 2 3 4 Keseluruhan Perairan S KA S KA S KA S KA S KA I -45 TB -37 TB -35 TB -5 TR -25 TS II -17 TS -15 TS -15 TS -5 TR -15 TS III 0 TT 0 TT 0 TT 0 TT 0 TT

Keterangan : S = Skor, KA = Kualitas Air, TB = Tercemar Berat, TS = Tercemar Sedang TR = Tercemar Ringan TT= Tidak Tercemar

Pembahasan

1. Parameter Kualitas Air

Kondisi rata-rata nilai suhu air pada perairan Tigaras masih berada dalam kisaran yang dapat ditoleransi oleh organisme akuatik dan baik untuk kegiatan budidaya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tatangindatu dkk (2013), suhu mempunyai peranan penting dalam menentukan pertumbuhan ikan yang dibudidaya, kisaran suhu optimal bagi kehidupan ikan di perairan tropis adalah antara 28-32 oC. Hal ini menunjukan bahwa keadaan suhu air di perairan Tigaras masih layak dan memenuhi syarat untuk dilakukan kegiatan usaha budidaya ikan.

Nilai TSS pada setiap stasiun melewati baku mutu kelas I, II, dan III yang tidak dianjurkan untuk kegiatan perikanan khususnya ikan hias yang sensitif terhadap kenaikan nilai TSS.Tingginya nilai TSS pada setiap stasiun diakibatkan oleh pada saat pengambilan sampel pertama terjadi hujan yang menyebabkan upwelling

pada perairan sehingga padatan tersuspensi naik ke atas permukaan perairan. Nilai TSS yang tinggi dapat mengakibatkan pertumbuhan ikan budidaya terganggu, untuk itu diupayakan agar TSS tidak mengalami peningkatan. Hal ini seperti pada pernyataan Aisyah dan Luki (2012)

bahawa peningkatan padatan tersuspensi dapat membunuh ikan secara langsung.

Tingginya nilai TDS pada stasiun IV yang merupakan daerah kontrol yang hanya terdapat bebatuan dan tidak adanya aktivitas masyarakat disebabkan oleh terjadinya hujan pada saat pengambilan sampel pertama sehingga membawa padatan terlarut yang berasal dari erosi tanah dan dibawa oleh aliran air menuju danau. Chandra dkk. (2012) menyatakan bahwa dalam air alami, padatan terlarut yang terutama terdiri dari karbonat, bikarbonat, klorida, sulfat, fosfat, nitrat, kalsium, magnesium, natrium, kalium, besi dan mangan. Mereka berasal dari pembubaran atau pelapukan batuan dan tanah, termasuk pembubaran kapur, gipsum dan tanah mineral lainnya perlahan terlarut di dalam air.

Hasil pengukuran sampel nilai kecerahan terendah pada stasiun IV yang merupakan daerah kontrol disebabkan pepohonan disekitar stasiun pengamatan menghalangi masuknya cahaya kedalam perairan. Nilai kecerahan di stasiun II lebih rendah daripada stasiun I dan III disebabkan adanya kegiatan budidaya sistem KJA pada stasiun I dapat memberi pengaruh terhadap tingkat kecerahan perairan. Sulardiono (2009) menyatakan penurunan tingkat kecerahan akibat dari kegiatan keramba jaring apung disebabkan oleh sisa pakan yang tersuspensi.

(8)

Perairan Tigaras memiliki nilai rata-rata pH antar stasiun berada pada kisaran 7,2 – 7,65, secara umum nilai pH yang didapatkan masih dalam kisaran toleransi biota perairan. Hal ini sesuai dengan penelitian Barus (2004) di perairan Danau Toba bahwa pengukuran terhadap nilai pH air di lokasi pengamatan menunjukkan bahwa pH air berkisar antara 7,7 - 7,9. Secara umum nilai pH yang didapatkan masih dalam kisaran toleransi biota perairan.

Tingginya kandungan DO pada stasiun IV disebabkan karena pengukurannya dilakukan pada saat siang hari dengan kedalaman relatif dangkal. Dan rendahnya kandungan DO pada stasiun I disebabkan oleh pengukurannya dilakukan pada pagi hari yang biasanya organisme air seperti fitoplankton memanfaatkan O2 terlarut dalam air untuk proses respirasi. Hal ini didukung oleh penelitian Ayu (2009) di Situ Rawa Besar Depok, bahwa tingginya kandungan oksigen terlarut diduga berhubungan dengan kelimpahan fitoplankton yang tinggi. Selain itu, disebabkan karena pengukurannya yang dilakukan siang hari dengan kedalaman air di stasiun tersebut relatif dangkal. Kandungan oksigen terlarut yang rendah diduga karena pada stasiun terdapat hamparan tanaman air yang memanfaatkan O2 terlarut di perairan untuk respirasi dan pada saat itu pengukuran DO dilaksanakan pada pagi hari.

Kandungan DO yang tinggi pada stasiun IV juga diakibatkan karena stasiun ini merupakan daerah kontrol yang bebas dari aktivitas masyarakat sehingga kondisi perairan di daerah ini tidak terganggu dan masih baik.

Nilai BOD tertinggi pada stasiun I mengindikasikan bahwa banyaknya kandungan bahan organik di stasiun I yang merupakan pelabuhan penyeberangan kapal selain itu stasiun I

terletak berdekatan dengan stasiun II yang merupakan budidaya keramba jaring apung. Bahan organik ini diduga berasal dari aktivitas pelayaran dan perikanan yang menghasilkan limbah ke perairan, sedangkan pada stasiun IV memiliki nilai BOD terendah dikarenakan stasiun IV merupakan daerah kontrol yang belum terdapat aktivitas manusia yang menyebabkan kandungan bahan organik lebih sedikit dari stasiun lainnya. Hal ini didukung Agustiningsih dkk (2011) yang menyatakan bahwa limbah domestik mempunyai karakteristik antara lain apabila BOD dan COD tinggi disebabkan karena adanya aktivitas industri yang membuang limbah ke perairan.

Tingginya nilai COD pada stasiun I yang merupakan pelabuhan penyeberangan disebabkan oleh limbah domestik yang sukar terdegradasi secara biologi berupa tumpahan minyak dari aktivitas pelayaran, sedangkan nilai terendah COD terdapat pada stasiun IV yang merupakan daerah kontrol yang belum terdapat aktivitas manusia. Hal ini sesuai dengan Soraya dkk (2014) yang menyatakan nilai COD yang cenderung tinggi menunjukan bahwa bahan organik yang ada di perairan lebih banyak berada dalam bentuk yang sukar terdegradasi secara biologis.

Nilai nitrat yang didapat yaitu sebesar 0,5 mg/l dikarenakan aktivitas yang terjadi pada setiap stasiun tidak menyumbang pasokan limbah terlalu banyak ke peraian, hal ini juga didukung bahwa perairan Tigaras merupakan bagian dari wilayah Danau Toba yang termasuk ke dalam perairan oligotropik yang memiliki kadar nitrat sebesar 0-1 mg/l. Menurut Sinurat (2009), kadar nitrat yang rendah di peraian disebabkan oleh kurangnya pasokan limbah yang mengandung bahan organik dari luar yang meningkatkan kadar nitrat.

(9)

Didukung oleh pernyataan Effendi (2003), bahwa perairan oligotropik memiliki kadar nitrat sebesar 0-1 mg/l.

Tingginya nilai fosfat pada stasiun II yang merupakan daerah budidaya keramba jaring apung disebabkan oleh hasil dekomposisi sisa pakan maupun sisa metabolisme ikan pada KJA yang terbuang ke danau. Apabila jumlah pakan yang diberikan pada KJA semakin tinggi maka semakin tinggi juga limbah yang akan terbuang ke badan air baik sebagai limbah pakan maupun limbah sisa metabolisme ikan. Hal ini didukung hasil penelitian Tobing (2014) yaitu, nilai konsentrasi fosfat yang tinggi bersumber dari hasil dekomposisi sisa pakan maupun sisa metabolisme ikan pada KJA yang terbuang ke danau.

Berdasarkan hasil yang didapat diketahui bahwa nilai rata-rata total

coliform stasiun I, II, dan III lebih tinggi dibandingkan dengan stasiun IV, hal ini disebabkan karena pada stasiun I, II, dan III terdapat aktivitas seperti pelayaran, budidaya keramba jaring apung dan daerah wisata yang menghasilkan limbah yang mengalir ke perairan sehingga mengandung bahan organik yang cukup tinggi sebagai sumber kehidupan mikroorganisme. Sedangkan, pada stasiun IV yang merupakan daerah kontrol tidak terdapat aktivitas yang menghasilkan limbah ke perairan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Suriawiria (2003), kehadiran mikroba patogen di dalam air akan meningkat jika jumlah kandungan bahan organik di dalam air cukup tinggi, yang berfungsi sebagai tempat dan sumber kehidupan mikroorganisme.

2. Status Mutu Air

Kualitas air yang ditentukan dari nilai parameter fisika, kimia dan biologi perairan dilakukan dengan menggunakan metode Storet untuk

memperoleh total skor yang menunjukan status mutu air. Skor parameter kualitas air untuk baku mutu kelas I setiap stasiun diperoleh secara berurut -45, -37, -35, dan -5. Dan untuk keseluruhan perairan diperoleh nilai -25 yang artinya perairan dalam keadaan tercemar berat. Berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001 dapat dikatakan perairan tersebut tidak cocok digunakan sebagai bahan baku air minum.

Skor parameter kualitas air untuk baku mutu kelas II setiap stasiun diperoleh secara berurut -17, -15, -15, dan -5. Dan untuk keseluruhan perairan diperoleh nilai -15 yang artinya perairan dalam keadaan tercemar sedang. Berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001 dapat dikatakan perairan tersebut tidak cocok digunakan sebagai prasarana/sarana rekreasi, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan dan pertanaman. Skor parameter kualitas air untuk baku mutu kelas III untuk seluruh stasiun diperoleh nilai 0 yang artinya perairan dalam keadaan tidak tercemar atau kondisi nya memenuhi nilai baku mutu. Berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001 dapat dikatakan perairan tersebut dapat digunakan sebagai pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, dan pertanaman.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Nilai parameter fisika pada perairan Tigaras yaitu : suhu berkisar antara 26oC–29oC, TSS berkisar antara 54-56 mg/l, TDS berkisar antara 25-27,5 mg/l, dan kecerahan 180-198 m. Nilai parameter kimia pada perairan Tigaras yaitu : pH air berkisar antara 7,2-7,65, DO beriksar antara 5,35-6,45 mg/l, BOD berkisar antara 0,9-2,85 mg/l, COD berkisar antara 2,812-8,90565 mg/l, nitrat sebesar 0,5 mg/l dan fosfat berkisar antara

(10)

0,19-0,51 mg/l. Nilai parameter biologi yaitu total coliform berkisar antara 65,9–2505 MPN/100ml. 2. Status kualitas air perairan Tigaras

berdasarkan baku mutu kelas I dan kelas II dengan nilai masing-masing yaitu -25 dan -15 dihitung menggunakan Metode storet termasuk dalam kategori tercemar sedang, sedangkan berdasarkan baku mutu kelas III adalah tidak tercemar atau memenuhi nilai baku mutu dengan nilai nol menggunakan metode storet.

Saran

Perairan Tigaras dapat dijadikan sebagai lokasi kegiatan perikanan dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Perlu dilakukan penelitian tentang daya dukung keramba untuk memastikan berapa keramba yang dapat dibuat dan penelitian tentang daya dukung ekowisata memastikan kegiatan wisata tidak menggangu kondisi alami dari danau secara keseluruhan.

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, S dan L Subehi. 2012. Pengukuran dan Evaluasi Kualitas Air Dalam Rangka Mendukung Pengelolaan Perikanan di Danau Limboto. Pusat Penelitian Limnologi. Prosiding Seminar Limnologi VI.

Agustiningsih, D., S. B. Sasongko dan Sudarno. 2011. Analisis Kualitas Air dan Strategi Pengendalian Pencemaran Air Sungai Belukar Kabupaten Kendal. Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan. 9 (1).

Ayu, W.F. 2009. Keterkaitan Makrozoobenthos Dengan Kualitas Air dan Substrat di

Situ Rawa Besar, Depok. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Barus, T.A. 2004. Faktor-Faktor Lingkungan Abiotik dan Keanekaragaman Plankton Sebagai Indikator Kualitas Perairan Danau Toba. Jurnal Manusia dan Lingkungan. 11 (2): 64 – 72

Chandra, S., A. Singh dan P. K. Tomar. 2012. Assessment of Water Quality Values in Porur Lake Chennai Hussain Sagar Hyderabad and Vihar Lake Mumbai India. Chemical Science Transactions. 1 (3). Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air

Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Kanasius. Yogyakarta.

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup. 2003. [Keputusan Menteri Lingkungan Hidup] Nomor 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air. Jakarta.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. 2001. [Peraturan Pemerintah Republik Indonesia] Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Kementrian Lingkungan Hidup. Jakarta. Soraya, Z. Hanafiah dan Y. Windusari.

2014. Analisis Fisika Kimia Perairan untuk Mendeteksi Kualitas Perairan Sungai Rambang Kabupaten Ogan Ilir Sumatera Selatan. 7 (2): 43-46.

(11)

Sulardiono, B. 2009. Analisis Dampak Budidaya Ikan Sistem KJA terhadap Tingkat Saprobitas

Perairan di Waduk

Wadaslintang Kabupaten Wonosobo. PENA Akuatika. 1 (1): 55-56.

Suriawiria, U. 2003. Mikrobiologi Air dan Dasar-Dasar Pengolahan Buangan Secara Biologis. Alumni.

Tatangindatu, F., K. Ockstan dan R. Rompas. 2013. Studi Parameter Fisika Kimia Air pada Areal Budidaya Ikan di Danau Tondano Desa Paleloan Kabupaten Minahasa. Jurnal Budidaya Perairan. 1 (2): 8-19. Tobing, S.L. 2014. Analisis Kualitas Air

Akibat Keramba Jaring Apung di Danau Toba Dusun Sualan Desa Sibaganding Kabupaten Simalungun Sumatera Utara. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Gambar

Tabel 3. Rata-Rata Hasil Pengukuran Parameter Kualitas Air Perairan Tigaras  Parameter  Baku Mutu  Satuan  Stasiun  I  II  III  1  Pelabuhan  2  KJA 3  Wisata 4  Kontrol Fisika  Suhu  Deviasi  3  Deviasi 3  Deviasi 3  °C  27  27  28.75  26.5  TSS  50  50
Gambar 1. Grafik Suhu
Gambar 4. Grafik Kecerahan
Gambar 8. Grafik COD
+2

Referensi

Dokumen terkait

Paket pengadaan ini terbuka untuk penyedia barang/jasa yang memenuhi persyaratan yaitu Memiliki Sertifikat Badan Usaha (SBU) dengan kualifikasi Kecil (Gred 2,3,4) pada

dekat dengan sumber air Tanam vegetasi pembatas dan jangan menyemprot dekat sumber air. Versi:

2 Perawat mampu berkomunikasi dengan baik kepada saya 3 Perawat memberikan penjelasan sebelum melakukan. tindakan perawatan

Pengertian lain tentang motion graphic adalah grafis yang menggunakan video dan atau animasi untuk menciptakan ilusi dari gerak ataupun transformasi.. Graphic design

[r]

Hubungan Jenis Kelamin dengan Kelelahan Kerja pada Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun Tahun 2017 ... Hubungan Status Perkawinan

The experiment proce- dure was done by investigating the sanitation networks as a function of type of pipes, concrete used, and waste concen- tration (as sulfates and hydrogen

Untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen dilakukan uji statistik menggunakan Chi-Square dengan fasilitas Exact- fisher.. Hasil penelitian