• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa media massa merupakan window of event and experience,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa media massa merupakan window of event and experience,"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Kehidupan masyarakat saat ini tidak dapat dilepaskan dari arus informasi yang sangat cepat dalam berbagai aspek kehidupan. Kebutuhan akan informasi dipenuhi melalui berbagai media yang kini menawarkan kecepatan, akurasi dan kelengkapan informasi, salah satunya melalui media massa.

Media massa tentunya juga memiliki karakteristik yang berbeda-beda dengan keunggulannya masing-masing dalam menyampaikan informasi, namun nampaknya televisi masih menjadi primadona dengan kekuatan audio dan visualnya. Dalam perkembangannya saat ini di Indonesia, stasiun televisi berlomba-lomba merebut hati pemirsa dengan menciptakan program yang memenuhi kebutuhan penonton akan informasi, terutama lewat tayangan berita.

Salah satu yang menjadi pertanyaan cukup penting adalah informasi seperti apa yang didistribusikan oleh media massa kepada masyarakat. Pada kenyataannya tidak semua informasi yang disebarkan oleh media massa merupakan informasi yang dibutuhkan masyarakat. Media massa membanjiri masyarakat setiap harinya dengan berbagai informasi secara luas dengan alasan untuk memberikan pilihan pada masyarakat. Mc Quail (2010 : 28) menyatakan bahwa media massa merupakan window of event and experience, yaitu jendela yang memungkinkan khalayak melihat apa yang sedang terjadi

(2)

memilih dan menyeleksi berbagai hal yang diberikan perhatian. Masyarakat dipilihkan isu yang akan dikonsumsi. Media massa memiliki kekuasaan untuk menentukan informasi seperti apa yang akan didistribusikan kepada khalayak.

Undang-Undang No 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran menyebutkan bahwa lembaga penyiaran di Indonesia terdiri atas lembaga penyiaran publik, lembaga penyiaran swasta, lembaga penyiaran komunitas dan lembaga penyiaran berlangganan (UU No 32 Tahun 2012 Tentang Penyiaran). Menurut data Dewan Pers hingga tahun 2015 tercatat ada 523 stasiun televisi yang beroperasi di Indonesia (Data Pers Nasional 2015). Jumlah yang cukup banyak tersebut tentu berimplikasi pada timbulnya persaingan untuk mendapatkan penonton yang banyak.

Televisi Republik Indonesia (TVRI) menjadi satu-satunya televisi publik yang mengudara di tanah air. TVRI bersama dengan Radio Republik Indonesia (RRI) merupakan lembaga penyiaran publik yang merupakan lembaga berbentuk badan hukum yang didirikan oleh negara, bersifat independen, netral, tidak komersial, dan berfungsi memberikan layanan untuk kepentingan masyarakat

TVRI pun memiliki rangkaian siaran berita yang ditayangkan secara reguler, baik siaran nasional maupun siaran berjaringan yang dilakukan oleh stasiun-stasiun lokal TVRI di masing-masing propinsi. Program berita memiliki nama yang berbeda-beda pada setiap stasiun di setiap propinsi, misalnya saja TVRI Sumatera Utara memiliki “Sumut Dalam Berita”, Jambi memiliki “Jambi Dalam Berita”, dan Bali memiliki “Warta Bali”.

(3)

Hasil riset terbaru yang dilakukan oleh TVRI Sumatera Utara dan Departemen Ilmu Komunikasi Universitas Sumatera Utara tahun 2013 menyebutkan bahwa program Sumut Dalam Berita menjadi tayangan yang paling banyak diketahui dan disukai penonton dari seluruh program acara TVRI Sumatera Utara. TVRI Sumatera Utara sendiri bersama stasiun di tiap propinsi mengudara selama 4 jam dalam sehari, mulai pukul 15.00 sampai dengan 19.00. Sumut Dalam Berita ditayangkan selama 60 menit dengan mengangkat berita-berita lokal di Sumatera Utara. Namun bila dibandingkan dengan tayangan yang ditayangkan televisi lain pada jam yang sama, posisi TVRI Sumatera Utara masih sangat lemah. Penelitian pun menghasilkan saran adanya peningkatan kualitas dalam tayangan TVRI Sumatera Utara termasuk dalam segi konten, kualitas gambar, audio dan jangkauan siar (Riset Penonton dan Program TVRI Sumatera Utara, 2013).

Sebagai lembaga penyiaran publik, seluruh rancangan program TVRI Sumatera Utara haruslah berorientasi pada kepentingan khalayaknya untuk mendapatkan informasi (right to know) dan hak untuk menyatakan pendapat (right to express). Lembaga model ini mempunyai visi untuk memperbaiki kualitas kehidupan publik, kualitas kehidupan suatu bangsa dan juga kualitas hubungan antarbangsa pada umumnya, serta mempunyai misi untuk menjadi forum diskusi, artikulasi dan pelayanan kebutuhan publik. Lembaga penyiaran publik memberikan pengakuan secara signifikan kepada peran supervisi dan evaluasi oleh publik dalam posisinya sebagai khalayak dan partisipan yang aktif. Tanggung jawab lembaga penyiaran publik tentu lebih berat karena sifatnya yang independen dari kepentingan negara dan

(4)

kepentingan komersial, serta pembiayaan yang dibebankan kepada pengguna, dalam hal ini TVRI menggunakan anggaran dari APBN dan APBD.

Mantan Wakil Ketua Dewan Pers, Sabam Leo Batubara (2012) menyatakan bahwa keberpihakan negara kepada TVRI sebagai lembaga penyiaran publik sudah diamanatkan dalam Pasal 31 UU No 32 tahun 2002 tentang Penyiaran. Ayat (2) menyebut: “Lembaga penyiaran publik dapat menyelenggarakan siaran dengan sistem stasiun jaringan yang menjangkau seluruh wilayah negara Republik Indonesia.” Ayat (3): “Lembaga penyiaran swasta dapat menyelenggarakan siaran melalui sistem stasiun jaringan dengan jangkauan wilayah terbatas.” Artinya TVRI sudah memiliki keuntungan dari segi regulasi dan infrastruktur jaringan di seluruh wilayah Indonesia dibandingkan televisi swasta (UU 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran).

Ketika saat ini sejumlah program berita pada beberapa stasiun televisi swasta kerap mendapat tudingan tidak bebas nilai dan berpihak pada kepentingan ekonomi politik kelompok tertentu, lembaga penyiaran publik harus hadir sebagai penyedia informasi alternatif bagi khalayak. Dalam konteks berdemokrasi, bagi televisi yang bersiaran secara lokal, tentunya konten lokal menjadi komoditi utama untuk ditayangkan. Tayangan yang berbasis pada nilai-nilai kearifan lokal memberi manfaat besar bagi pendidikan, hiburan, menjadi media pengikat kedekatan dengan khalayak dan berperan dalam membangun perekonomian daerah.

Tanggungjawab akan visi tayangan lembaga penyiaran publik yang bersiaran secara lokal ini tentulah harus direncanakan dengan baik dan matang. Peneliti memiliki kesempatan mengamati langsung aktivitas redaksi

(5)

TVRI Sumatera Utara dalam kapasitas sebagai reporter dan presenter paruh waktu (freelance) sejak akhir tahun 2013. Setiap harinya dalam agenda liputan di redaksi Sumut Dalam Berita terdapat tim peliputan yang khusus meliput kegiatan harian Pemerintah Daerah, baik Pemerintah Kota Medan maupun Pemerintah Propinsi Sumatera Utara. Berita-berita ini disiarkan karena TVRI Sumatera Utara menjalin kerjasama dalam hal penyiaran dengan pemerintah lokal.

TVRI Sumatera Utara mengemas berita-berita seperti ini di Sumut Dalam Berita dalam segmen khusus yakni segmen „Klasifikasi Seremonial‟. Mayoritas isi segmen ini adalah aktivitas harian Kepala Daerah baik Gubernur maupun Walikota yang bersifat seremonial. Dalam satu tahun, TVRI Sumatera Utara harus menyediakan waktu untuk menyiarkan kegiatan harian Kepala Daerah dan jajaran SKPD sesuai dengan jumlah yang telah disepakati. TVRI pun mendapatkan kompensasi atas jasa penyiaran ini.

Nilai berita yang cukup utama dalam sebuah lembaga penyiaran publik tentu berkaitan dengan kepentingan publik, dalam konteks TVRI Sumatera Utara berarti masyarakat Sumatera Utara. Pesan-pesan yang disampaikan melalui tayangan Sumut Dalam Berita idealnya dirancang untuk menjadi sumber informasi utama bagi publik dan demi kebaikan publik. Pada prakteknya tidak semua aktivitas harian Kepala Daerah yang disiarkan TVRI memiliki bobot nilai beirta yang sama pentingnya bagi publik.

Masalah besar juga kini dihadapi oleh lembaga penyiaran publik. Menciptakan program-program ataupun berita yang bermanfaat bagi masyarakat ternyata tak cukup, program-program tersebut haruslah ditonton.

(6)

Sebuah tayangan yang sangat bagus dan memiliki nilai edukasi tinggi namun bila hanya disaksikan oleh segelintir orang saja maka manfaatnya secara sosial tak akan tercapai. Sebelum tahun 1980-an akhir, TVRI berjaya memonopoli penyiaran tanah air, masyarakat tidak memiliki pilihan lain dalam tayangan televisi selain TVRI.

Namun saat ini kondisinya berbeda. Masyarakat punya banyak sekali pilihan dalam tayangan televisi, baik yang free to air maupun televisi berbayar. Direktur Eksekutif The Independent Television Commission (ITC) Richard Eyre mengatakan „Free school doesn‟t work when the kids go and buy Coca-Cola because it‟s available and they prefer it and they can afford it. So public service broadcasting will soon be dead‟ (Weeds, 2013). Artinya lembaga penyiaran publik menghadapi dua tantangan besar jika ingin mencapai tujuannya. Pertama, program siaran yang dirancang haruslah mendekati masyarakat sebagai khalayak, sehingga masyarakat akan memilih menyaksikan tayangan lembaga penyiaran publik daripada tayangan lain. Kedua, mengingat besarnya jumlah masyarakat yang beralih ke media baru (internet) untuk memperoleh informasi dan hiburan, lembaga penyiaran publik haruslah mengikuti tren tersebut jika tak ingin ditinggalkan.

Salah satu kesempatan emas yang bisa dimanfaatkan oleh TVRI adalah ketidakpuasan masyarakat atas kinerja pemberitaan televisi swasta akhir-akhir ini yang sarat akan tumpangan kepentingan. Salah satu contoh yang paling nyata adalah terbelahnya media massa saat pelaksanaan Pemilihan Presiden 2014. MetroTV yang dimiliki oleh politisi Partai Nasdem Surya Paloh dan TVOne yang dimiliki oleh politisi Partai Golkar Aburizal

(7)

Bakrie memberitakan masing-masing pasangan calon dengan porsi yang tidak berimbang.

Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) melayangkan surat teguran untuk kedua stasiun televisi tersebut. KPI menekankan adanya pelanggaran atas perlindungan kepentingan publik dan netralitas isi program siaran jurnalistik terkait dua pasang calon. Penilaian KPI didasarkan pada durasi, frekuensi dan tone kecenderungan pemberitaan yang mengarah kepada salah satu pihak saja. Layar MetroTV didominasi pemberitaan mengenai Jokowi dan TVOne didominasi pemberitaan Prabowo. Tindakan tersebut oleh KPI dinilai melanggar Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar Program Penyiaran (SPS) tahun 2012 (www.bbc.com).

Selain kasus dalam penyelenggaraan kampanye Pilpres 2014, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) juga mencatat sejumlah pelanggaran terhadap siaran berita sejumlah stasiun televisi dalam beberapa tahun terakhir, antara lain :

a) Program siaran jurnalistik Satu Meja Kompas TV dengan tema Prostititusi Terbuka di Dunia Maya dinilai KPI Pusat melanggar Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran. Melalui surat teguran tertulis pada 24 April 2015, KPI menyebutkan tayangan investigatif tersebut menampilkan dialog-dialog yang bisa menimbulkan ketidaknyamanan di masyarakat karena dianggap terlalu vulgar. Dialog yang dipandu host Ira Koesno itu menghadirkan narasumber dua orang pelaku prostitusi online. Sesuai aturan seharusnya tayangan tersebut disiarkan di atas pukul 11 malam. (www.kpi.go.id)

(8)

b) Program berita Metro Hari Ini pada stasiun Metro TV diberi sanksi oleh KPI saat memberitakan peristiwa jatuhnya pesawat Hercules C-130 milik TNI AU di Medan, Sumatera Utara pada Juli 2015. Metro TV memutar salah satu video amatir warga yang menunjukkan gambar korban Ahmad Fahri tergeletak di jalan sesaat setelah musibah terjadi secara close-up. KPI menilai tayangan ini melanggar prinsip-prinsip jurnalistik dalam peliputan bencana. (www.kpi.go.id)

c) Program Siaran Jurnalistik Breaking News pada stasiun TV One dianggap melakukan pelanggaran saat menayangkan tragedi kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501 pada Desember 2014. TV One menayangkan proses evakuasi dimana terlihat kondisi korban mengapung di laut tanpa mengenakan busana lengkap secara close up tanpa diedit atau diblur dengan durasi lebih kurang 10 menit. Tayangan tersebut dinilai tidak santun dan telah menimbulkan ketidaknyamanan pada masyarakat khususnya keluarga korban. (www.kpi.go.id)

d) Program Siaran Jurnalistik Reportase Sore pada stasiun Trans TV mendapat peringatan KPI atas tayangan 24, 28 dan 29 Oktober 2015 yang dianggap tidak memperhatikan perlindungan anak-anak dan remaja. Program tersebut menayangkan adegan seorang pria yang wajahnya dikerumuni oleh lebah, yang oleh KPI dianggap menampilkan muatan berbahaya. Program tersebut juga memberitakan kekerasan seksual dengan mewawancarai keluarga korban dengan wajah yang tidak disamarkan. Selain itu Reportasi Sore juga menayangkan secara eksplisit

(9)

aksi anarkis yang dilakukan oleh mahasiswa dengan memukuli dan melempari mobil dengan batu. (www.kpi.go.id)

Hasil survei indeks kualitas program siaran televisi yang dilakukan oleh KPI pada November-Desember 2015 untuk siaran berita tanah air, secara umum masih menunjukkan angka di bawah standar yang ditetapkan oleh KPI.

Gambar 1.1

Perbandingan Indeks Kualitas Program Berita Tahun 2015

Sumber : www.kpi.go.id

Grafik memperlihatkan indeks kualitas program berita meningkat mulai dari periode 1 sampai periode 4 tahun 2015, namun pada periode ke 5 sedikit menurun menjadi 3,70. Program siaran berita masih belum mencapai standar yang ditetapkan KPI yaitu 4. Beberapa indikator yang digunakan KPI untuk menyusun indeks kualitas program berita dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 1.1

Indeks Kualitas Program Berita Berdasarkan Indikator

INDIKATOR INDEKS

Memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa 3,56

(10)

Edukatif 3,83

Pengawasan 3,73

Menghormati nilai-nilai kesukuan, agama, ras dan antar golongan

3,63

Menghormati nilai dan norma kesopanan dan kesusilaan 3,65

Menghormati kehidupan pribadi 3,58

Melindungi kepentingan anak-anak dan/atau remaja 3,59 Melindungi orang atau kelompok masyarakat tertentu 3,59

Tidak bermuatan seksual 3,67

Tidak bermuatan kekerasan 3,59

Tidak bermuatan mistik, horor, supranatural 3,80 Tidak bermuatan rokok, napza dan minuman beralkohol 3,79

Tidak bermuatan praktek perjudian 3,83

Menyajikan berita yang akurat, berimbang, adil 3,66

Melindungi kepentingan publik 3,68

Menghormati narasumber 3,73

Faktual 3,85

Melakukan verifikasi, cek dan ricek 3,66

Independen 3,49

Indeks Kualitas Program Berita 3,70

Sumber : www.kpi.go.id

Lembaga penyiaran publik idealnya hadir dalam posisi yang berbeda dengan lembaga penyiaran swasta karena terdapat sejumlah perbedaan mendasar antara kedua jenis lembaga tersebut (lihat lampiran). Melihat tabel tersebut, maka terlihat jelas perbedaan antara lembaga penyiaran publik dan lembaga penyiaran komersil (swasta), sementara secara prinsip dasar terdapat sedikit kesamaan antara lembaga penyiaran publik dengan lembaga penyiaran komunitas. Terkait program pemberitaan, maka semestinya terdapat

(11)

perbedaan juga dalam konten dan kemasan berita milik lembaga penyiaran publik dan lembaga penyiaran swasta dikarenakan tidak ada beban kepentingan ekonomi maupun beban politik dari pihak manapun.

Merujuk pada regulasi dalam Undang-undang Penyiaran No 32 tahun 2002, seharusnya TVRI yang sudah memiliki infrastruktur di seluruh wilayah Indonesia memiliki kelebihan yang tidak bisa disaingi oleh lembaga penyiaran swasta. Konten pemberitaan TVRI di setiap daerah pastilah berbeda dengan konten televisi swasta yang disiarkan dari pusat ibukota Jakarta. Informasi yang dihadirkan TVRI sebagai lembaga penyiaran publik pastilah lebih melayani kepentingan publik di masing-masing daerah. Nilai berita (news value) pada masing-masing wilayah tentunya berbeda, apa yang menjadi penting bagi masyarakat Jakarta, belum tentu penting bagi masyarakat di Kalimantan Timur. Celah inilah yang seharusnya dimanfaatkan dengan sebaik mungkin oleh TVRI.

Sistem penyiaran di Indonesia saat ini bersifat sentralistis. Stasiun-stasiun televisi swasta yang memiliki induk jaringan berada di Jakarta bersiaran dari Jakarta. Sentralisasi menghasilkan apa yang dikatakan Ade Armando dalam Televisi Jakarta di Atas Indonesia sebagai ketidakadilan ekonomi, politik dan budaya. Secara ekonomi, ratusan miliar bahkan triliunan rupiah belanja iklan televisi beredar di Jakarta. Rumah produksi dan industri iklan sebagian besar tumbuh subur di Jakarta. Hasilnya lapangan pekerjaan dalam industri televisi hanya tumbuh dengan sehat di Jakarta.

Pengaruhnya dari segi konten pun sangat terasa. Konten yang dihadirkan oleh mayoritas televisi swasta saat ini tidak mendukung sistem

(12)

demokrasi nasional. Misalnya saat hajatan pemilihan kepada daerah, banyak masyarakat di berbagai belahan Indonesia tidak mendapatkan peliputan yang memadai terkait pesta demokrasi di wilayahnya. Di sejumlah tempat, televisi tidak hadir bagi publik yang membutuhkan informasi dalam kontestasi demokrasi. Berita-berita politik, ekonomi dan budaya lokal dari luar daerah Jakarta yang dikirimkan oleh kontributor di daerah, harus bersaing dengan berbagai berita nasional dari Jakarta. Pada saat yang bersamaan, budaya metropolitan merembes masuk ke ruang publik masyarakat di berbagai daerah dan mendesak budaya lokal. Budaya masyarakat seakan-akan menjadi homogen karena bersumber dari budaya Jakarta, atau dalam istilah saat ini sudah dimodifikasi menjadi wilayah Jabodetabek. Ruang sosiokultural Jakarta kini telah melebar hingga Bekasi, Tangerang, Depok dan Bogor.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Remotivi bekerjasama dengan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran tahun 2012 menghitung daerah asal berita dalam siaran berita di televisi dengan mengelompokkan hasilnya dalam Jabodetabek dan non-Jabodetabek. Dengan pendekatan convenience sampling, 2.638 item berita dijadikan sampel dari 20 judul program berita yang tayang sore dan malam hari. Hasilnya Jabodetabek mendominasi daerah asal berita berdasarkan frekuensi dengan angka mencapai 40%, sementara daerah asal berita dari luar Jabodetabek memperoleh angka 45%, yang artinya persentase ini menggambarkan angka untuk 32 propinsi lain di Indonesia. Begitupun dari segi durasi, maka berita-berita Jabodetabek mendominasi layar nasional hingga 48%, berita-berita non Jabodetabek sebesar 38%, berita internasional 7% dan berita kompilasi

(13)

sebesar 7% (Heychael dan Wibowo, 2014). Walau tidak bisa menjadi satu-satunya tolok ukur relevansi sebuah berita bagi khalayaknya, namun hasil penelitian ini menggambarkan minimnya unsur „jarak‟ dalam nilai berita bagi khalayak di seluruh wilayah Indonesia.

Ruang redaksi sebagai „otak‟ dari segala aktivitas jurnalisme tentu memiliki kebijakan untuk mengatasi dan mengantisipasi segala keterbatasan TVRI dalam hal pemberitaan, terutama tarik-menarik berbagai kepentingan yang dapat mempengaruhi kerja jurnalistiknya. Meskipun sebuah karya jurnalistik merupakan karya tim peliputan yang terdiri dari reporter dan juru kamera, namun hasil akhir hingga berita disiarkan harus melalui proses pengolahan yang merupakan kerja kolektif keredaksian. Baik reporter, redaktur, hingga TVRI secara organisasi tentu memberi andil dalam membentuk setiap berita yang akhirnya disiarkan kepada masyarakat.

Sejumlah penelitian terdahulu mengenai TVRI sebagai lembaga penyiaran publik, banyak berfokus pada kajian yang melihat eksistensi TVRI sebagai sebuah institusi penyiaran publik, seperti penelitian yang dilakukan oleh Lisa Adhrianti (2005) dan Satya Rahariska (2011). Begitupun dengan sejumlah penelitian lain yang mengkaji mengenai bagaimana proses produksi sebuah program acara di TVRI seperti penelitian Sapta Sari (2014) dan Haulah Citra Kusuma Wardhani (2013).

Penelitian ini mengambil celah yang belum dikaji secara luas dalam penelitian-penelitian sebelumnya yakni mengenai konstruksi pemberitaan mengenai layanan publik di TVRI. Kajian mengenai pemberitaan pun tak bisa dilepaskan dengan aktivitas jurnalistik yang dilakukan TVRI untuk

(14)

memenuhi kebutuhan informasi masyarakat. Setidaknya penelitian ini dapat memperkaya ruang keilmuan mengenai televisi publik di Indonesia.

Peneliti tertarik memilih lokasi penelitian di TVRI Sumatera Utara karena sejumlah pertimbangan. Stasiun TVRI Sumatera Utara merupakan stasiun daerah TVRI pertama di Pulau Sumatera yang berdiri tahun 1970 dan merupakan stasiun TVRI daerah kedua di Indonesia setelah stasiun TVRI Yogjakarta. Selain itu TVRI Sumatera Utara memiliki jangkauan siaran seluas 50.950 km2 atau mencakup 71,08% wilayah Propinsi Sumatera Utara dengan jangkauan penduduk sebanyak 80,85%. Angka ini merupakan yang terbesar di Pulau Sumatera (www.docnetters.wordpress.com). Artinya tayangan TVRI Sumatera Utara berdampak pada masyarakat dalam jumlah besar dan wilayah yang luas. Stasiun TVRI Sumatera Utara juga masuk dalam stasiun kelas A yang merupakan tingkat tertinggi dalam bentuk organisasi TVRI.

Penelitian ini akan melihat bagaimana konstruksi berita layanan publik dalam program “Sumut Dalam Berita” TVRI Sumatera Utara secara khusus pada periode Januari-Maret 2016. Penelitian ini diharapkan dapat menjawab bagaimana proses di dalam redaksi Sumut Dalam Berita yang melibatkan berbagai unsur di dalam dan luar redaksi sehingga menghasilkan berita-berita mengenai layanan publik seperti yang disaksikan khalayak Sumatera Utara.

(15)

1.2 FOKUS MASALAH

Bagaimana konstruksi berita layanan publik dalam program “Sumut Dalam Berita” TVRI Sumatera Utara periode Januari – Maret 2016?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

(1) Untuk mengetahui gambaran berita layanan publik dalam program “Sumut Dalam Berita” TVRI Sumatera Utara periode Januari – Maret 2016.

(2) Untuk mengetahui konstruksi berita layanan publik dalam program “Sumut Dalam Berita” TVRI Sumatera Utara periode Januari – Maret 2016 dilihat dari 5 tingkatan pengaruh isi media.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

(1) Aspek teoritis (keilmuan) :

memperkaya kajian ilmu komunikasi terutama mengenai kajian jurnalistik pada Lembaga Penyiaran Publik

(2) Aspek praktis :

menjadi masukan bagi TVRI Sumatera Utara dalam menjalankan aktivitas jurnalistik dan keredaksiannya sebagai Lembaga Penyiaran Publik

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian kali ini, untuk faktor demografi hanya pada bagian jumlah uang saku yang memiliki beda dengan perilaku konsumtif mahasiswa. Semakin banyak uang yang

Pada saat akumulator dipakai, terjadi pelepasan energi dari akumulator menuju lampu. Dalam peristiwa ini, arus listrik mengalir dari kutub positif ke pelat kutub negatif.

Pada penelitian yang dilakukan Dona (2016), menyatakan bahwa produk olahan daging, sosis sapi di pasar Tamin melebihi SNI cemaran Escherichia coli, Salmonella sp, Hal ini selaras

Proyek Akhir ini bertujuan untuk membuat sistem tenaga listrik hybrid untuk suplay beban penerangan jalan umum type led sebagai energi alternatif yang terbaharukan

Era digital saat ini mendorong media online detikawanua.com pada PT Media Sahabat Rakyat menitik beratkan pelatihan dan pengembangan pada bidang pengembangan berupa

Komisaris dan Direksi PT Jamsostek (Persero) berdasarkan Pasal 58 huruf b UU BPJS ditugaskan untuk menyiapkan pengalihan aset dan liabilitas serta hak dan kewajibannya ke

Objective of this research are to understand effect of reducing sugar and total nitrogen variation to ethanol production and fermentation efficiency, cell

Hasil penelitian menunjukkan bahwa modul CorelDRAW pada pelajaran Dasar Desain Grafis kelas X di SMK Darul Ulum Layoa Bantaeng yang dikembangkan layak digunakan