• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

6

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Manajemen

Robbins dan Coulter (2010 : 23) mengatakan bahwa manajemen adalah pengkoordinasian dan pengawasan dari aktivitas pekerjaan orang lain sehingga pekerjaan mereka tersebut terselesaikan secara efisien dan efektif. Sedangkan menurut Hasibuan (2004 : 12) manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

2.2 Manajemen Operasi

Heizer dan Render (2009 : 4) manajemen operasi adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah input menjadi output. Kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa, berlangsung di semua organisasi. Dalam perusahaan manufaktur, dapat terlihat dengan jelas aktivitas produksi yang menghasilkan barang, namun dalam organisasi yang tidak menghasilkan produk secara fisik, fungsi produksi mungkin tidak terlihat dengan jelas. Sedangkan menurut Chase (2004 : 6) manajemen operasi didefinisikan sebagai gambaran, proses operasi dan peningkatan dari sistem yang menghasilkan produk dan jasa utama perusahaan.

(2)

2.3 Manajemen Tata Letak Gudang

Manajemen pergudangan dirancang bertujuan untuk mengontrol kegiatan pergudangan. yang diharapkan dari pengontrolan ini adalah terjadinya pengurangan biaya-biaya yang ada di dalam gudang, pengambilan dan pemasukan barang ke gudang yang efektif dan efisien, serta kemudahan dan keakuratan informasi stok barang di gudang. sistem informasi mengenai manajemen pergudangan ini sering disebut dengan warehouse management system (WMS).

2.4 Pengertian Tata Letak

Heizer dan Render (2009 : 532) mengatakan bahwa tata letak merupakan satu keputusan penting yang menentukan efisiensi sebuah operasi dalam jangka panjang. tata letak memiliki banyak dampak strategis karena tata letak menentukan daya saing perusahaan dalam segi kapasitas, proses, fleksibilitas, dan biaya, serta kualitas lingkungan kerja, kontak pelanggan, dan citra perusahaan. Tata letak yang efektif dapat membantu organisasi mencapai suatu strategi yang menunjang diferensiasi, biaya rendah, atau respon cepat. tujuan strategi tata letak adalah untuk membangun tata letak yang ekonomis yang memenuhi kebutuhan persaingan perusahaan.

Heizer dan Render (2009 : 532) mengatakan dalam semua kasus, desain tata letak harus mempertimbangkan bagaimana untuk dapat mencapai :

• Utilitas ruang, peralatan, dan orang yang lebih tinggi. • Aliran informasi, barang, atau orang yang lebih baik.

• Moral karyawan yang lebih baik, juga kondisi lingkungan kerja yang lebih aman.

(3)

• Fleksibilitas (bagaimanapun kondisi tata letak yang ada sekarang, tata letak tersebut akan perlu diubah).

Dari pengertian tata letak di atas dapat disimpulkan bahwa tata letak merupakan suatu sistem yang saling berintegrasi di antara seluruh fasilitas-fasilitas yang mendukung seluruh kegiatan produksi dari bahan baku atau masukan (input) hingga (output) hingga selama dalam proses tersebut dapat mencapai suatu nilai tambah berupa efisiensi dan efektifitas operasi perusahaan sehingga proses produksi dapat berjalan dengan lancar.

2.4.1 Tipe-Tipe Tata Letak

Heizer dan Render (2009 : 533) keputusan mengenai tata letak meliputi penempatan mesin pada tempat yang terbaik (dalam pengaturan produksi) , kantor dan meja-meja (pada pengaturan kantor) atau pusat pelayanan (dalam pengaturan rumah sakit atau department store) . sebuah tata letak yang efektif memfasilitasi adanya aliran bahan, orang dan informasi di dalam dan antar wilayah. untuk mencapai tujuan ini, seragam pendekatan telah dikembangkan. di antara pendekatan tesebut, akan dibahas enam pendekatan tata letak :

• Tata letak dengan posisi tetap : memenuhi persyaratan tata letak untuk proyek yang besar dan memakan tempat, seperti proses pembuatan kapal laut dan gedung.

• Tata letak yang berorientasi pada proses : berhubungan dengan produksi dengan volume rendah dan bervariasi tinggi (juga disebut sebagai “job shop”, atau produksi terputus).

(4)

• Tata letak kantor : menempatkan para pekerja, peralatan mereka dan ruangan/kantor yang melancarkan aliran informasi.

• Tata letak ritel : menempatkan rak-rak dan memberikan tanggapan atas perilaku pelanggan.

• Tata letak gudang : merupakan paduan antara ruang dan penanganan bahan baku.

• Tata letak yang berorientasi pada produk : mengusahakan pemanfaatan maksimal atas karyawan dan mesin-mesin pada produksi yang berulang atau berkelanjutan.

• Tata letak sel kerja : menata mesin – mesin dan peralatan lain untuk fokus pada produksi sebuah produk atau sekelompok yang berkaitan.

2.4.2 Tata Letak Gudang

Heizer dan Render (2009 : 540) tata letak gudang adalah sebuah desain yang mencoba meminimalkan biaya total dengan mencari panduan yang terbaik antara luas ruang dan penanganan bahan.

Tujuan tata letak gudang (warehouse layout) adalah untuk menemukan titik optimal diantara biaya penanganan bahan dan biaya-biaya yang berkaitan dengan luas ruang dalam gudang. sebagai konsekuensinya, tugas manajemen adalah memaksimalkan penggunaan setiap kotak dalam gudang yaitu memanfaatkan volume penuhnya sambil mempertahankan biaya penanganan bahan yang rendah. biaya penanganan bahan adalah biaya-biaya yang berkaitan dengan transportasi barang masuk, penyimpanan, dan transportasi bahan yang keluar untuk dimasukkan dalam gudang. Biaya ini meliputi peralatan, orang, bahan, pengawasan, asuransi, dan

(5)

penyusutan. Tata letak gudang yang efektif juga meminimalkan kerusakan bahan dalam gudang.

2.5 Pengertian Gudang

Warman (2004 : 5) gudang (kata benda) adalah bangunan yang dipergunakan untuk menyimpan barang dagangan. pergudangan (kata kerja) ialah kegiatan menyimpan dalam gudang. Jadi gudang adalah suatu tempat yang digunakan untuk menyimpan barang baik yang berupa raw material, barang work in process atau finished goods. Pengertian gudang yang ada didalam pergudangan yang berarti merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan gudang. Yunarto dan Santika (2005) kegiatan tersebut dapat meliputi kegiatan movement (perpindahan), storage (penyimpanan) dan information transfer (transfer informasi).

2.5.1 Fungsi Gudang

Arwani (2009 : 23) peranan gudang dapat dikategorikan dalam tiga fungsi : • Fungsi penyimpanan (storage and movement)

Fungsi paling mendasar dari gudang adalah tempat penyimpanan barang, baik bahan mentah, setengah jadi, maupun barang jadi. Tujuan dari manajemen adalah bagaimana menggunakan ruang (space) seoptimal mungkin untuk menyimpan produk dengan biaya tertentu.

Fungsi melayani permintaan pelanggan (orderfull filment)

Aktivitas menerima barang dari manufaktur atau supplier dan memenuhi permintaan dari cabang atau pelanggan menjadikan gudang sebagai fokus aktivitas logistik. Gudang berperan menyediakan pelayanan dengan menjamin ketersediaan produk dan siklus order yang reasonable. Sistem ini akan menurunkan biaya, karena pengiriman dari manufaktur bisa

(6)

dibuat secara berkala, cukup dengan kuantitas truk atau mobil box. Dengan menyimpan stok dalam jumlah tertentu, akan membantu manufaktur dari permintaan yang fluktuatif.

Fungsi distribusi dan konsolidasi (distribution and consolidation)

Fungsi distribusi ini menjadikan gudang sebagai kepanjangan tangan dari penjualan dan pemasaran dalam memastikan penyampaian produk dan informasi kepada pelanggan sebagai titik penjualan (point of sale). Fungsi ini tercipta sebagai akibat dari karakteristik biaya transportasi. Pengiriman dalam jumlah besar, secara ekonomis lebih murah biayanya dibanding pengiriman dengan skala lebih kecil. Dalam sistem tertentu, fungsi distribusi dan konsolidasi menjadi fungsi utama dari gudang distribusi.

2.5.2 Tujuan Fasilitas Pergudangan dan Fungsi Penyimpanan

Tujuan dari penyimpanan dan fungsi gudang yaitu untuk memaksimalkan utilitas sumber-sumber yang ada ketika memenuhi keinginan konsumen dan juga untuk memaksimalkan pelayanan terhadap konsumen dengan kendala-kendala sumber yang ada. Sumber-sumber penyimpanan dan pergudangan yaitu ruang, peralatan, dan tenaga kerja. Permintaan konsumen untuk penyimpanan dan fungsi pergudangan dapat dilakukan secepat mungkin dan dalam kondisi yang baik. Maka, dalam mendesain fungsi penyimpanan dan pergudangan sedapat mungkin harus memenuhi tujuan berikut yaitu :

• Maksimalisasi penggunaan ruang. • Maksimalisasi penggunaan peralatan. • Maksimalisasi penggunaan tenaga kerja.

(7)

• Maksimalisasi perlindungan untuk seluruh barang yang disimpan.

2.5.3 Tipe-Tipe Gudang

Sugiharto (2009 : 12) dalam bukunya menyebutkan beberapa macam tipe gudang, yaitu :

1. Gudang pabrik (Manufacturing plant warehouse)

Transaksi di dalam gudang ini meliputi penerimaan dan penyimpanan material, pengambilan material, penyimpanan barang jadi ke gudang, transaksi internal gudang, dan pengiriman barang jadi ke central warehouse, distribution warehouse, atau langung ke konsumen.

Warman (2005 : 6) manufacturing plant warehouse dapat dibagi-bagi lagi menjadi :

• Gudang operasional

Gudang operasional digunakan untuk menyimpan raw material dan sparepart yang nantinya akan diperlukan dalam proses produksi.

• Gudang perlengkapan

Gudang perlengkapan merupakan gudang yang digunakan untuk menyimpan perlengkapan yang akan digunakan untuk meperlancar proses produksi.

• Gudang pemberangkatan

Gudang pemberangkatan adalah tempat yang digunakan untuk menyimpan barang yang telah menjadi finished good.

• Gudang musiman

Gudang musiman adalah gudang yang bersifat insidentil dan hanya ada pada saat gudang-gudang operasional dan pemberangkatan penuh.

(8)

2. Gudang pokok (Central warehouse)

Transaksi didalam central warehouse meliputi penerimaan barang jadi (dari manufacturing warehouse, langsung dari pabrik, atau dari supplier) ,penyimpanan barang jadi ke gudang, dan pengiriman barang jadi ke distribution warehouse.

3. Gudang distribusi (Distribution warehouse)

Distribution warehouse adalah gudang distribusi. transaksi dalam gudang ini meliputi penerimaan barang jadi (dari central warehouse, pabrik, atau supplier), penyimpanan barang yang diterima dari gudang, pengambilan dan persiapan barang yang akan dikirim, dan pengiriman barang ke konsumen. Terkadang distribution warehouse juga berfungsi sebagai central warehouse.

4. Gudang distribusi (Retailer warehouse )

Dapat dikatakan gudang yang dimiliki toko yang menjual barang langsung ke konsumen.

2.6 Penyimpanan Barang

Dalam penyimpanan barang digudang terdapat 2 teknik yang terdiri dari tata letak barang dan racking system.

1. Tata letak barang dalam gudang atau biasanya disebut dengan layout barang merupakan suatu metode peletakan barang dalam gudang untuk mempermudah, mempercepat dan meningkatkan efisiensi dari gudang tersebut dalam menampung barang maupun mengalirkan permintaan barang kepada pihak yang melakukan permintaan. Pihak yang melakukan permintaan ini dapat dibagi menjadi internal customer dan external

(9)

customer. Internal customer adalah pelaku demand yang berada dalam perusahaan yaitu departemen lain dalam perusahaan. Sedangkan external customer adalah konsumen dalam pengertian secara umum yaitu pihak pelaku demand yang berasal luar perusahaan.

2. Racking system adalah suatu cara untuk meningkatkan kapasitas tanpa melakukan pelebaran gudang. Selain itu juga dapat digunakan untuk melakukan pengelompokan barang sehingga gudang terlihat lebih teratur tanpa membutuhkan tempat yang lebih luas.

2.6.1 Tata Letak Barang

Dalam melakukan pengaturan tata letak barang di gudang terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurut Warman (2005 : 69) hal yang harus diperhatikan dalam melakukan pengaturan tata letak gudang adalah sistem pengukuran kecepatan yang baik dan sistem pengendalian yang baik. Sistem pengukuran kecepatan akan melihat barang berdasarkan klasifikasi kecepatan arus aliran barang dimana barang akan dibagi menjadi 3 macam yaitu slow moving, medium moving, dan fast moving. Dengan melihat ketiga macam barang di atas maka akan dapat dilakukan pengendalian barang dengan baik.

Untuk barang-barang slow moving hendaknya diletakkan dibagian gudang yang paling sulit untuk dijangkau, dengan alasan karena barang ini sangat jarang mengalami perpindahan barang. Sedangkan untuk barang-barang fast moving biasanya diletakkan bagian yang cukup terbuka sehingga dapat memudahkan dalam melakukan pengambilan barang. Dengan melakukan peletakan barang seperti di atas maka pengendalian dalam melakukan pengambilan barang akan lebih mudah, sehingga efisiensi gudang akan menjadi tinggi.

(10)

2.6.2 Sistem Pengerakan (Racking System)

Tujuan dari sistem rak yang utama adalah untuk meningkatkan kapasitas gudang tanpa harus melakukan pelebaran gudang. Hal ini disebabkan karena dengan menggunakan sistem rak kita akan melakukan penyusunan barang dengan konsep bertingkat, dengan kata lain kita melakukan pemanfaatan ketinggian untuk memperbanyak kapasitas dari gudang.

Rak dalam konsep ini dapat terdiri dari dua macam rak yaitu : a. Rak permanen

Rak permanen yaitu rak yang memiliki konstruksi bangunan yang permanen, dengan kata lain rak permanen tidak akan dipindah-pindahkan jika diperlukan di bagian lain. Kalaupun rak ini dapat dipindahkan atau dibongkar akan membutuhkan biaya yang besar, karena rak ini sudah menjadi bagian tetap dari gudang.

b. Rak sementara

Rak sementara terdiri dari konstruksi rak yang dapat dipindah-pindah atau dibongkar jika sudah tidak diperlukan. Rak sementara biasanya digunakan jika layout suatu gudang belum pasti dan sering mengalami perubahan yang disebabkan oleh hal-hal yang menjadi keterbatasan perusahaan. Salah satu bentuk rak sementara ada pada gambar berikut :

(11)

Sumber : starconsulting.wordpress.com

Gambar 2.1 Rak Sementara

2.7 Masalah Tata Letak Gudang

Tata letak gudang merupakan pertimbangan penting bagi perencana fasilitas karena cenderung naiknya biaya untuk meminjam, menyewa atau membeli. Seperti tata letak mesin, tata letak gudang yang baik harus menggunakan ruang penyimpanan yang ada untuk meminimalisasi biaya penyimpanan dan pemindahan barang. Beberapa faktor yang menjadi pertimbangan dalam perencanaan tata letak gudang adalah bentuk dan ukuran aisle, tinggi gudang, lokasi dan orientasi area docking, tipe rak yang digunakan serta otomatisasi yang terlibat dalam penyimpanan atau pengambilan.

2.7.1 Perencanaan Tata Ruang Penyimpanan

Tujuan dari perencanaan layout dari bagian penyimpanan atau gudang yaitu : • Untuk efektivitas dari penggunaan gudang

(12)

• Untuk meminimalkan biaya penyimpanan ketika memenuhi pelayanan pada level tertentu.

• Untuk memberikan fleksibilitas maksimum

• Untuk menyediakan pengaturan rumah tangga produksi yang baik

2.7.2 Perencanaan Tata Ruang Fasilitas

Pengembangan terhadap layout warehouse merupakan proyek yang kompleks karena layout tersebut mempunyai pembatas – pembatas seperti ukuran dan ruang untuk kolom, arah dan ukuran tempat penerimaan, tinggi plafon, bentuk bangunan serta kondisi geografik.

Pengembangan untuk peralatan layout fasilitas untuk bangunan yang sudah ada merupakan pekerjaan yang lebih rumit karena rak dan peralatan pemindah bahan harus sesuai dengan bangunan. Sebuah bangunan yang sudah ada mempunyai beberapa konstrain terhadap layout peralatan. Beberapa diantara konstrain tersebut adalah ukuran dan jarak antar kolom bangunan, arah bentangan, ringgi langit – langit, tinggi dan lokasi pintu, kondisi lantai, lokasi truck yard, area kantor dan pendukung lainnya, lokasi dari sumber listrik dan air serta penghalang yang ada (pipa, cerobong, dan pemanas atau pendingin ruangan.

Selama proses layout peralatan, kolom bangunan muat dengan ruang antara bagian rak. Untuk merancang pengaturan dari rak maka harus memperhatikan jarak antar kolom dan dapat menyediakan lintasan yang memadai untuk pemindahan bahan.

(13)

2.7.3 Prinsip Jalan Lintasan (aisle)

Prinsip ini diterapkan dalam area kunci fungsi warehouse. Area fungsi tersebut adalah fungsi penerimaan, transportasi, pembukaan, penyotiran, penghitungan, penyimpanan, order pick, pemilihan, pengepakan, dan pengiriman. Layout aisle warehouse yang layak adalah meningkatkan produktivitas transportasi operator warehouse, mengurangi resiko kerusakan barang dan peralatan, dan memudahkan perpindahan peralatan dan operator diantara fungsi tersebut. Dengan dimensi aisle tersebut, maka operasi warehouse memperoleh produktivitas yang memuaskan, pengurangan rusaknya barang dan peralatan, menjadi lebih untung, dan menyediakan pelayanan yang lebih baik kepada konsumen. Bentuk dan ukuran aisle tergantung oleh:

• `Tipe peralatan pemindah bahan yang digunakan. • `Tipe dari rak yang digunakan.

Bila yang digunakan adalah forklift, maka dapat dipilih aisle sempit. Sedangkan bila yang digunakan adalah traktor maka diperlukan aisle lebar. Apabila digunakan rak dua sisi maka setiap rak harus dipisahkan untuk memudahkan penyimpanan atau pengambilan. Pengaturan ini akan menambah ruang untuk aisle tapi mengurangi ruang penyimpanan.

2.8 Sistem Lokasi Stok (Stock Location System)

Menurut Sugiharto (2010 : 35) setelah perancangan area penyimpanan, sebuah sistem diperlukan untuk mempermudah pencarian lokasi barang yang diinginkan. Pada dasarnya, system ini menggunakan symbol atau angka yang secara akurat mengidentifikasi setiap titik pada gudang.

(14)

Dalam penerapan sistem ini pada perencanaan layout lantai pabrik, penomoran baris penyimpanan dilakukan dari kiri ke kanan dan dari bawah ke atas. Jika sejumlah bangunan mempunyai area penyimpanan, semua area tersebut sebaiknya mempunyai penomoran dan pengaturan yang sama, jadi orang yang telah beradaptasi dengan salah satu area penyimpanan, dapat menemukan lokasi bila berada di area penyimpanan yang lain.

2.9 Persediaan

Barang yang disimpan dalam gudang ini dapat pula disebut sebagai persediaan. Secara umum persediaan dapat diklasifikasikan berdasarkan dua hal yang umum, yaitu klasifikasi persediaan berdasarkan fungsi dari barang dalam gudang dan klasifikasi persediaan berdasarkan kecepatan arus aliran barang.

1. Menurut Arman (2003 : 103) Klasifikasi persediaan berdasarkan fungsi barang terbagi atas 4 bagian, yaitu :

Sebagai bahan baku (raw material)

Raw material merupakan barang yang akan diproses dan diberi nilai tambah untuk kemudian dapat dijual dan dipasarkan kepada konsumen dengan nilai yang lebih tinggi. raw material dapat berbeda-beda untuk setiap perusahaan tergantung jenis usaha dan tujuan usahanya.

Barang yang menjadi raw material di suatu perusahaan belum tentu menjadi raw material pula diperusahaan lain. Dapat saja raw material disuatu perusahaan menjadi finished good diperusahaan lain.

Sebagai barang setengah jadi (work in process)

Barang work in process dalam bahasa sehari-hari dikenal dengan nama barang setengah jadi. Barang work in process ini adalah raw

(15)

material yang dikenal proses untuk menjadi suatu produk hanya saja belum selesai, atau dapat dikatakan masih setengah jadi.

Sebagai barang jadi (finished good)

Finished good merupakan barang yang siap untuk disajikan atau siap untuk dipasarkan kepada konsumen. Finished good ini merupakan barang yang diperoleh dari bahan dasar berupa raw material yang telah diproses dari bahan dasar berupa raw material yang telah diproses dan diberi nilai tambah.

• Sebagai peralatan (tools)

Peralatan adalah barang yang tidak memberikan nilai tambah kepada suatu raw material untuk menjadi finished good, akan tetapi sparepart akan sangat berguna sekali untuk mendukung kelancaran proses pemberian nilai tambah kepada raw material untuk menghasilkan finished good.

2. Klasifikasi persediaan berdasarkan aliran arus barang yang terbagi atas 3 yaitu :

Barang cepat (fast moving)

Barang-barang yang disebut sebagai fast moving adalah barang dengan aliran yang sangat cepat, atau dengan kata lain barang fast moving ini akan berada digudang dalam waktu yang sangat singkat.

Barang sedang (medium moving)

Barang medium moving adalah barang-barang yang aliran barangnya sedang-sedang saja, tidak terlalu cepat atau terlalu lambat. Biasanya barang ini akan berada di gudang dalam waktu yang relatif lebih lama jika dibandingkan dengan barang-barang fast moving.

(16)

Barang lambat (slow moving)

Barang-barang slow moving merupakan barang dengan arus aliran barang yang sangat lambat, sehingga biasanya barang-barang yang slow moving ini akan tersedia digudang dalam jangka waktu yang cukup lama.

2.9.1 Fungsi Persediaan

Menurut Heizer dan Render, persediaan memiliki 6 fungsi penting yang menambah fleksibilitas dari suatu perusahaan, yaitu :

• Persediaan barang untuk memenuhi permintaan yang diantisipasi akan timbul dari konsumen

• Untuk memasangkan produksi dengan distribusi

• Untuk mengambil keuntungan dari potongan pembelian dalam jumlah besar yang dapat menurunkan biaya produk

Untuk melakukan hedging terhadap inflasi dan perubahan harga • Untuk menghindari kekurangan stok yang dapat terjadi karena

cuaca, kekurangan pasokan, masalah mutu, atau kesalahan pengiriman.

• Untuk menjaga agar operasi berlangsung dengan baik dengan menggunakan barang dalam proses sebagai persediaan.

2.9.2 Proses Alur Persediaan (Flow Process Inventory)

Flow Inventory adalah alur jalannya inventory tersebut dalam bisnis perusahaan. Jadi dapat dikatakan bahwa bentuk dari flow process tersebut ditentukan dari bagaimana bentuk dari bisnis perusahaan tersebut. Semakin kompleks bisnis

(17)

maka flow process dari inventory ini akan semakin panjang, sedangkan jika bisnis tidak kompleks maka flow process akan pendek. Flow process inventory dapat digambarkan secara umum menjadi :

Sumber : http//digilib.petra.ac.id/viewer.php?page=98qual

Gambar 2.2 Flow Process Inventory

Gambar 2.2 merupakan gambaran secara umum dari flow process inventory. Supplier merupakan mata rantai pertama dari flow process, dimana tugas utama dari supplier adalah mendatangkan raw material dan sparepart. Raw material yang telah didatangkan dan sparepart disimpan dalam gudang raw material karena diasumsikan

(18)

barang dari supplier akan langsung diproses sehingga nantinya akan menghasilkan work in process bahkan finished goods ini nantinya akan disimpan dalam gudang finished goods untuk memenuhi customer demand.

2.9.3 Kontrol Persediaan (Inventory Control)

Sebagaimana menurut Chase, Jacob, dan Aquilino (2006 : 589), Inventory adalah persediaan segala macam barang ataupun sumber daya yang digunakan di dalam organisasi, yang dapat menjadi aset dan nilai bagi perusahaan sehingga perlu diatur sedemikian rupa untuk menjaga kestabilan dan kelancaran proses produksi.

Menurut pendapat Assauri (2004 : 176) : pengawasan persediaan adalah merupakan salah satu kegiatan yang berurutan erat sama lain dalam seluruh operasi produksi perusahaan sesuai dengan apa yang telah direncanakan lebih dahulu.

Menurut Palimirma (2011), untuk melakukan perhitungan inventory perusahaan agar lebih akurat bisa melakukan hal seperti berikut :

Stok opname : perhitungan barang pada awal dan akhir periode yang dihitung, cara ini merupkan ketentuan yang harus dilakukan oleh manajemen untuk menentukan jumlah persediaan akhir, sebagai salah satu persyaratan memperoleh unqualified opinion.

• Menggunakan metode pencatatan perpetual. • Menggunakan metode agregatif.

Kelemahan-kelamahan dari masing-masing cara tersebut dapat kita lihat sebagai berikut:

(19)

Metode periode ( periodic method ):

o Persediaan merupakan komponen cost of goods sold maka perhitungan kuantitas persediaan yang dilakukan dengan stock opname tergantung dari kelengkapan data/catatan dan perhitungan barang. dengan cara ini perhitungan persediaan yang dibebankan pada cost of goods sold ada kemungkinan overstatement, karena hanya membandingkan dan menghitung jumlah barang yang dimiliki dikurangi dengan persediaan akhir. Sehingga kalau terjadi adanya barang yang hilang, rusak, menguap, turun kualitas dan sebagainya, maka hal ini ila tidak terungkap akan menyebabkan laporan laba-rugi tidak atau kurang informatif. Karena adanya kerugian-kerugian yang seharusnya diperlukan sebagai kerugian extraordinary item, kemudian dengan perhitungan stock opname secara berkala tidaklah cukup sebagai dasar pembuatan keputusan yang bersifat manajerial secara cepat.

• Metode perpetual

o Dalam metode perpetual ini terdapat kelemahan pada saat menentukan nilai dan jumlah barang, karena dengan metode pencatatan yang continue ini berarti saldo persediaan setiap saat dapat diketahui, namun perlu diperhatikan bahwa dengan hanya menghitung jumlah barang berdasarkan catatan akan mengakibatkan nilai persediaan overstatement, karena adanya persediaan rusak dan sebagainya. Oleh karena itu yang lebih tepat dalam menentukan jumlah persediaan adalah kalau menggunakan metode gabungan antara metode perpetual dengan stock opname.

(20)

• Metode agregatif

o Dalam metode ini kesulitannya sama dengan kesulitan yang dialami metode perpetual, kalau dalam hal pembahasannya adalah masalah penentuan harga persediaan. Dalam metode ini juga lebih tepat kalau penentuan jumlah dan nilai persediaan dan nilai persediaan dikombinasi dengan stock opname.

2.9.4 Tujuan Kontrol Persediaan

Suatu pengendalian persediaan yang dijalankan oleh suatu perusahaan sudah tentu mempunyai tujuan tertentu. Menurut pendapat Assauri (2004 : 117), tujuan pengendalian persediaan secara terperinci dapat dinyatakan sebagai usaha untuk :

• Menjaga jangan sampai perusahaan kehabisan persediaan sehingga dapat mengakibatkan terhentinya produksi.

• Menjaga agar pembentukan persediaan oleh perusahaan tidak terlalu besar atau berlebih-lebih, sehingga biaya-biaya yang ditimbulkan dari persediaan tidak terlalu besar.

• Menjaga agar pembelian kecil-kecilan dapat dihindari karena ini akan berakibat biaya pemasaran menjadi besar.

• Meminimalkan barang-barang yang tidak laku, kelebihan atau usang dengan melaporkan perubahan produk yang mempengaruhi bahan baku.

• Memastikan persediaan yang cukup untuk pengiriman segera ke pelanggan. • Menjaga agar jumlah modal yang diinvestasikan kedalam persediaan berada

di tingkat yang konstan dengan kebutuhan operasi dan perencanaan manajemen.

(21)

2.9.5 Sistem Kontrol Persediaan (Inventor Control System)

Dalam inventory control system, menurut Russel dan Taylor (2003 : 459), ada dua tipe dari inventory control system, yaitu :

Sistem inventory berkelanjutan (Continous inventory system)

o Jumlah konstan diperintahkan saat persediaan menurun ketingkat yang telah ditetapkan, disebut sebagai titik pemesanan ulang, suatu tatanan baru ditempatkan untuk mengisi stok persediaan. Urutan yang ditempatkan merupakan jumlah yang tetap untuk meminimalkan biaya total persediaan. Jumlah ini yang disebut kuantitas pesanan ekonomi. • Sistem persediaan berkala (periodic inventory system)

o Dalam sistem persediaan periodik, persediaan dihitung pada interval waktu tertentu, dalam sistem ini tingkat persediaan tidak diawasi sama sekali selama interval waktu antara pesanan, sehingga memiliki keunggulan yaitu pencatatan yang diperlukan sedikit atau tidak diperlukan. Kelemahannya adalah kurang kontrol langsung.

PT. Kadu Manis Utama pada saat ini tidak menerapkan kedua sistem tersebut, sehingga hal tesebut terkadang menyulitkan perusahaan untuk mengontrol jumlah persediaan di gudang. Sebaiknya perusahaan menerapkan sistem persediaan berkelanjutan (continuous inventory system), agar stok bahan baku yang ada di pabrik bisa terkontrol jumlahnya, tidak akan mengalami out of stock maupun overstock, tetapi kekurangannya adalah dibutuhkan pencatatan yang harus lebih teliti dan terus menerus.

(22)

2.9.6 Biaya Persediaan

Secara umum dapat dikatakan bahwa biaya sistem persediaan adalah semua pengeluaran dan kerugian yang timbul akibat adanya persediaan. Biaya sistem persediaan terdiri dari biaya pembelian, biaya pemesanan, biaya simpan dan biaya kekurangan persediaan. Menurut Arman (2003 : 105) berikut ini akan diuraikan secara singkat masing-masing komponen biaya, yaitu :

• Biaya pembelian

Adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli barang. Besar biaya pembelian ini tergantung pada jumlah barang yang dibeli dan harga satuan barang. Biaya pembelian menjadi faktor penting ketika harga barang yang dibeli tergantung pada ukuran pembelian. Situasi ini akan diistilahkan sebagai potongan jumlah dan price break dimana harga barang per unit akan turun bila jumlah barang yang dibeli meningkat.

• Biaya pengadaan

Biaya pengadaan dibedakan atas 2 jenis sesuai asal-usul barang, yaitu biaya pemesanan bila barang yang diperlukan diperoleh dari pihak luar dan biaya pembuatan bila barang diperoleh dengan memproduksi sendiri.

o Biaya pemesanan

Biaya pemesanan adalah semua pengeluaran yang timbul untuk mendatangkan barang dari luar. Biaya ini meliputi biaya untuk menentukan pemasok, pengetikan pesanan, pengiriman pesanan, biaya pengangkutan, biaya pemesanan dan seterusnya. Biaya ini diasumsikan konstan untuk setiap kali pesan.

(23)

Biaya pembuatan adalah semua pengeluaran yang timbul dalam mempersiapkan produksi suatu barang. biaya ini timbul di dalam pabrik yang meliputi biaya menyusun peralatan produksi, menyetel mesin, mempersiapkan gambar kerja.

Karena kedua biaya tersebut mempunyai peran yang sama, yaitu pengadaan barang, maka kedua biaya tersebut disebut sebagai biaya pengadaan.

• Biaya penyimpanan

Biaya simpan adalah semua pengeluaran yang timbul akibat menyimpan barang, yaitu meliputi :

o Biaya memiliki persediaan

Penumpukan barang di gudang berarti penumpukan modal, dimana modal perusahaan mempunyai ongkos yang dapat diukur dengan suku bunga bank. Oleh karena itu, biaya yang ditimbulkan karena memiliki persediaan harus diperhitungkan dalam biaya sistem persediaan. Biaya memiliki persediaan diukur sebagai persentase nilai persediaan untuk periode waktu tertentu.

o Biaya gudang

Barang yang disimpan memerlukan tempat penyimpanan sehingga timbul biaya gudang. Bila gudang dan peralatannya disewa maka biaya gudangnya merupakan biaya sewa sedangkan bila perusahaan mempunyai gudang sendiri maka biaya gudang merupakan biaya depresiasi.

(24)

o Biaya kerusakan dan penyusutan

Barang yang disimpan dapat mengalami kerusakan dan penyusutan karena beratnya berkurang ataupun jumlahnya berkurang karena hilang. Biaya kerusakan dan penyusutan diukur dari pengalaman sesuai dengan persentasenya.

o Biaya kadaluarsa

Barang yang disimpan dapat mengalami penurunan nilai karena perubahan teknologi dan model seperti barang-barang elektronik. Biaya kadaluarsa biasanya diukur dengan besarnya penurunan nilai jual dari barang tersebut.

o Biaya asuransi

Barang yang disimpan diasuransikan untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan seperti kebakaran. Biaya asuransi tergantung jenis barang yang diasuransikan dan perjanjian dengan perusahaan asuransi.

o Biaya administrasi dan pemindahan

Biaya ini dikeluarkan untuk mengadministrasikan persediaan barang yang ada, baik pada saat pemesanan, penerimaan barang maupun penyimpanan dan biaya untuk memindahkan barang dari, ke, dan didalam tempat penyimpanan, termasuk upah buruh dan biaya peralatan handling.

o Biaya kekurangan persediaan

Bila perusahaan kekurangan persediaan pada saat permintaan, maka akan terjadi kekurangan persediaan. Keadaan ini akan menimbulkan kerugian karena proses produksi akan terganggu dan kehilangan

(25)

kesempatan mendapatakan keuntungan atau kehilangan konsumen pelanggan karena kecewa sehingga beralih ketempat lain. Biaya kekurangan persediaan dapat diukur dari :

Kualitas yang dapat dipenuhi

Biasanya diukukr dari keuntungan yang hilang karena tidak dapat memenuhi permintaan atau dari kerugian akibat terhentinya proses produksi.

Waktu pemenuhan

Lamanya gudang kosong berarti lamanya proses produksi atau lamanya perusahaan tidak mendapatkan keuntungan, sehingga waktu menganggur.

Biaya pengadaan darurat

Supaya konsumen tidak kecewa maka dapat dilakukan pengadaan darurat yang biasanya menimbulkan biaya yang lebih besar dari pengadaan normal. Kelebihan biaya dibandingkan pengadaan normal ini dapat dijadikan untuk menentukan biaya kekurangan persediaan dengan satuan misalnya : Rp/ setiap kali kekurangan.

2.10 Economic Order Quantity (EOQ)

Menurut Zulfikariyah (2005 : 99), pada tahun 1915 FW. Harris mengembangkan rumus yang cukup terkenal yaitu Economic Order Quantity. Rumus ini banyak digunakan di perusahaan – perusahaan atas usaha yang dilakukan oleh seorang konsultan yang bernama Wilson. Oleh karena itu rumus ini sering disebut dengan EOQ Wilson, walaupun yang mengembangkan adalah FW. Harris. Walaupun

(26)

Economic Order Quantity merupakan teknik penentu persediaan tertua, namun Economic Order Quantity dengan variasinya banyak digunakan diperusahaan – perusahaan untuk permintaan dependent dalam manajemen persediaan karena relatif lebih mudah digunakan.

Economic Order Quantity dikembangkan oleh FW.Harris pada tahun 1915. Kemudian rumus ini bertambah luas penggunaanya didalam industri melaui seorang konsultan yang bernama wilson. Oleh sebab itu rumus ini lebih disebut dengan EOQ Wilson, walaupun dikembankgan oleh FW.Harris. Economic Order Quantity dan variasinya masih digunakan secara luas didalam industri bagi manajemen persediaan untuk permintaan bebas yang dikemukakan Schroeder (2000 : 326).

2.10.1 Model Dasar Economic Order Quantity

Berdasarkan pendapat Pardede (2005 : 422), menyatakan bahwa Economic Order Quantity menunjukkan sejumlah barang yang harus dipesan untuk tiap kali pemesanan agar biaya sediaan keseluruhan menjadi sekecil mungkin. Sedangkan menurut Rangkutti (2004 : 11), Economic Order Quantity adalah jumlah pembelian barang mentah pada setiap kali pesanan dengan biaya yang paling murah. Lalu Reksohadiprodjo (2000 : 200) berpendapat bahwa Economic Order Quantity merupakan volume atau jumlah pembelian yang paling ekonomis untuk dilaksanakan pada setiap kali pembelian. Kemudian Keown (2000 : 748), berpendapat Economic Order Quantity adalah menentukan jumlah pesanan yang ekonomis untuk jenis persediaan dengan penggunaan yang diperkirakan, biaya penyimpanan, dan pemesanan.

(27)

Economic Order Quantity sendiri menurut Heizer dan Render (2001 : 320) merupakan salah satu teknik pengendalian tertua dan paling terkenal. Teknik ini relatif mudah digunakan, tetapi didasarkan pada beberapa asumsi ;

Tingkat permintaan diketahui dan bersifat konstan.

Lead Time, yaitu waktu antara pemesanan dan penerimaan pesanan diketahui, dan bersifat konstan.

• Persediaan diterima dengan segera. Dengan kata lain, persediaan yang dipesan tiba dalam bentuk kumpulan produk, pada satu waktu.

Tidak mungkin diberikan diskon.

• Biaya variabel yang muncul hanya biaya pemasangan atau pemesanan dan biaya penahanan atau biaya penyimpanan persediaan sepanjang waktu.

Keadaan kehabisan stock (kekurangan) dapat dihindari sama sekali bila pemesanan dilakukan pada saat yang tepat.

Berdasarkan buku Herjanto (2007 : 245) Economic Order Quantity merupakan salah satu model klasik, diperkenalkan oleh FW. Harris pada tahun 1914, tetapi paling banyak dalam teknik pengendalian persediaan dan paling banyak dipergunakan sampai saat ini karena mudah penggunaannya.

Adapun kelemahan dari metode analisis Economic Order Quantity (EOQ),

Diantaranya :

1. Penggunaan Economic Order Quantity diasumsikan bahwa permintaan setiap periode selalu sama atau konstan sehingga apabila terjadi maka akan menimbulkan kekurangan produk.

(28)

2. Metode Economic Order Quantity megamsusikan bahwa setiap barang yang akan dibeli selalu tersedia dipasar tapi pada kenyataan pasar tidak selalu tersedia bahan yang dibutuhkan.

3. Harga pada setiap barang selalu konstan/ tidak berubah. Pada kenyataannya kondisi perekonomian negara mungkin terjadi perubahan seperti kenakan BBM yang dapat menyebabkan perubahan harga pada barang.

4. Biaya atau unit diasumsikan menjadi konstan, tetapi dalam prakteknya seringkali ada potongan kuantitas untuk pembelian yang besar. Dalam kasus ini membutuhkan suatu modifikasi dari model Economic Order Quantity (EOQ) dasar.

5. Biaya pemesanan diasumsikan tetap meskipun pada kenyataanya biaya ini sering dapat dikurangi.

Dibawah ini adalah gambar grafik persediaan model Economic Order Quantity:

Q Tingkat Persediaan

Q/2 Rata-Rata Persediaan

0 Waktu

Sumber : Herjanto (2007 : 246)

(29)

Metode Analisis Economic Order Quantity (EOQ) Herjanto (2007 : 248 – 249), untuk menghitung EOQ dapat dilakukan dengan rumus :

EOQ =

Keterangan :

Q : Jumlah Optimal barang per pesanan

D : Permintaan tahunan barang persediaan dalam unit / tahun

S : Biaya Pemesanan untuk setiap pesanan

H : Biaya penyimpanan per unit / tahun

F : Frekuensi Pemesanan

T : Masa waktu setiap pemesanan

TC : biaya total persediaan

Untuk menghitung biaya total dapat dilakukan dengan rumus :

Total Biaya = Biaya pemesanan + Biaya Penyimpanan

= (D/Q x S) + (Q/2x H)

2.10.2 Titik Pemesanan Ulang (Reorder Point) dan Stok Aman (Safety Stock)

Berdasarkan pendapat Heizer dan Render (2001 : 324), titik pemesanan ulang adalah tingkat pesediaan dimana harus dilakukan pemesanan kembali. Berdasarkan buku Herjanto (2007 : 248-249) untuk menghitung Titik pemesanan ulang (reorder point) dengan rumus :

(30)

Titik pemesanan ulang = (d x L) + stok aman

Keterangan :

L = Lead Time

D = Average Usage (Pemakaian rata-rata per hari)

SS = Safety Stock

Menurut Assauri (2004 : 186), safety stock adalah persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi untuk menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan barang (stock out). Kemungkinan terjadinya stock out disebabkan karena penggunaan barang yang lebih besar dari perkiraan semula, atau keterlambatan dalam pengiriman barang yang dipesan. Akibat pengadaan persediaan penyelamat terhadap biaya perusahaan adalah mengurangi kerugian yang ditimbulkan karena terjadinya stock out, akan tetapi sebaliknya akan menambah besarnya carrying cost. Oleh karena itu, pengadaan persediaan penyelamat oleh perusahaan dimaksudkan untuk mengurangi kerugian yang ditimbulkan karena terjadinya stock out, tetapi pada saat itu diusahakan agar carrying cost adalah serendah mungkin.

Menurut pendapat Keown (2000 : 54), safety stock adalah persediaan yang dipegang untuk mengakomodasikan penggunaan yang luar biasa dan tidak bisa diharapkan selama waktu pengiriman.

Untuk menghitung besarnya safety stock, dapat dipakai cara yang relatif lebih teliti yaitu dengan Metode Perbedaaan Pemakaian Maksimum dan Rata-Rata.

(31)

Metode ini dilakukan dengan menghitung selisih tersebut dikalikan dengan Lead Time

Stok aman = (Pemakaian Maks - Pemakaian rata-rata) x waktu tunggu

2.11 Peramalan

Menurut Heizer dan Render (2009 : 162) mengatakan bahwa peramalan adalah seni atau ilmu untuk memperkirakan kejadian di masa depan. Hal ini dapat dilakukan dengan melibatkan pengambilan data historis dan memproyeksikannya ke masa mendatang dengan suatu bentuk model matematis. Hal ini juga bisa merupakan predisksi intuisi yang bersifat subjektif. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan kombinasi model matematis yang disesuaikan dengan pertimbangan yang baik bagi seorang manajer.

2.11.1 Meramalkan Horizon Waktu

Menurut Heizer dan Render (2009 : 163) mengatakan bahwa peramalan biasanya diklasifikasikan berdasarkan horizon waktu masa depan yang dilingkupinya. Horizon waktu terbagi menjadi beberapa kategori :

• Peramalan Jangka Pendek

Peramalan ini meliputi jangka waktu hingga satu tahun, tetapi umumnya kurang dari 3 bulan. Peramalan ini digunakan untuk merencanakan pembelian, penjadwalan kerja, jumlah tenaga kerja, penugasan kerja, dan tingkat produksi.

• Peramalan Jangka Menengah

Peramalan jangka menengah umumnya mencakup hitungan bulan hingga 3 tahun. Peramalan ini bermanfaat untuk merencanakan penjualan, perencanaan dan

(32)

anggaran produksi, anggaran kas, serta menganalisis bermacam-macam rencana operasi.

• Peramalan Jangka Panjang

Umumnya untuk merencanakan masa 3 tahun lebih. Peramalan jangka panjang digunakan untuk merencanakan produk baru, pembelanjaan modal, lokasi atau pengembangan fasilitas, serta penelitian dan pengembangan (litbang).

2.11.2 Jenis-Jenis Peramalan

Berdasarkan Heizer dan Render (2009 : 164) mengatakan bahwa berbagai organisasi merupakan tiga jenis peramalan yang utama dalam perencanaan operasi di masa depan :

• Peramalan Ekonomi

Peramalan ekonomi menjelaskan siklus bisnis dengan memprediksikan tingkat inflasi, ketersediaan uang, dana yang dibutuhkan untuk membangun perumahan, dan indikator perencanaan lainnya.

• Peramalan Teknologi

Peramalan teknologi memperhatikan tingkat kemajuan teknologi yang dapat meluncurkan produk baru yang menarik yang membutuhkan pabrik dan peralatan baru.

• Peramalan Permintaan

Peramalan permintaan adalah proyeksi permintaan untuk produk atau layanan suatu perusahaan. Peramalan ini disebut peramalan penjualan yang mengendalikan

(33)

produksi, kapasitas, serta sistem penjadwalan dan menjadi input bagi perencanaan keuangan, pemasaran, dan sumber daya manusia.

2.11.3 Berbagai Pendekatan dalam Peramalan

Heizer dan Render (2009 : 167) menyatakan bahwa terdapat dua pendekatan umum untuk peramalan sebagaimana ada dua cara mengatasi semua model keputusan seperti yang akan dibahas secara detail dibawah ini :

• Peramalan Kuantitatif

Menggunakan model matematis yang beragam dengan data masa lalu dan variabel sebab-akibat untuk meramalkan permintaan.

• Peramalan Subjektif

Menggabungkan faktor seperti intuisi, emosi, pengalaman pribadi dan sistem nilai pengambil keputusan untuk meramal.

2.11.3.1Metode Peramalan Kualitatif

Heizer dan Render (2009 : 167) metode peramalan kualitatif meliputi : • Dekomposisi

Rata – Rata Bergerak (Moving average)

Metode ini sangat bermanfaat apabila kita dapat membuat asumsi bahwa permintaan cenderung stabil sepanjang waktu. Rumus metode rata-rata bergerak adalah :

Rata-rata bergerak=∑ Permintaan pada periode n n

(34)

Dimana n adalah jumlah periode yang digunakan dalam metode rata-rata bergerak.

Penghalusan exponensial (Exponential Smoothing)

Penghalusan exponensial merupakan salah satu metode peramalan yang relatif mudah digunakan, karena tidak memerlukan input data yang sangat banyak. Adanya rumus metode penghalusan exponensial adalah sebagai berikut :

Dimana α adalah konstanta yang nilainya antara 0-1, sehingga peramalan tersebut bisa ditulis sebagai berikut :

Dimana :

Ft =peramalan yang baru Ft-1 =peramalan yang lalu

At-1 =aktual permintaan periode yang lalu α =konstanta 0-1

α dapat berubah, tergantung pada asumsi kita mengenai perubahan yang akan terjadi pada data tersebut. Semakin besar asumsi terhadap terjadinya peningkatan penjualan, nilain α akan semakin besar, dan begitu pula sebaliknya. Dengan demikian, pemulihan besarnya nilai α harus kita lakukan dengan hati-hati.

Untuk memperoleh peramalan yang lebih akurat, kita dapat membandingkan nilai peramalan dengan nilai aktual yang terjadi. Semakin kecil perbedaan antara nilai hasil peramalan dan nilai aktual, berarti tingkat kesalahannya semakin kecil dan

Peramalan periode yang akan datang = peramalan periode lalu + α (permintaan aktual-peramalan periode lalu)

(35)

meode peramalan yang digunakan relatif baik. Tingkat kesalahan peramalan dapat dihitung sebagai berikut :

Penghalusan eksponesial dengan tren (Eksponential smoothing dengan trend adjustment)

Proyeksi tren (Trend projection)

Regresi linear (Linier regression causal model)

Peramalan dengan regresi linier didasarkan pada asumsi bahwa pola pertumbuhan dari data historis bersifat linier. Rumus yang digunakan untuk menghitung peramalan dengan metode regresi linier adalah persamaan garis linier sebagai berikut :

Dimana :

Y =variabel terikat a =koefisien intercept

b =koefisien slope atau kemiringan garis regresi X =variabel bebas

Koefisien kemiringan slope b dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

Dimana :

b =slope atau kemiringan garis linier

Kesalahan permintaan=permintaan -peramalan

Y = a + bX

b = n∑XY – (∑X)(∑Y) n(∑X2) – (∑X) 2

(36)

∑ =tanda penjumlahan X =Nilai variabel independen Y =nilai variabel dependen X =rata-rata dari nilai X Y =rata-rata dari nilai Y n =jumlah sampel

Setelah mencari koefisien b kita peroleh, selanjutnya kita dapat menghitung koefisien a :

Ketepatan estimasi regresi ini sangat dipengaruhi oleh seberapa besar penyimpanan semua data variable independen (X) terhadap garis regresi. Apabila semua data variabel independen (X) tersebut berada disepanjang garis regresi, maka tingkat kesalahannya mendekati 0. Sebaliknya, jika data variabel tersebut makin menjauh dari garis regresi, tingkat kesalahannya semakin besar. Dan besarnya tingkat kesalahan dapat dihitung dengan rumus :

Dimana :

Se = Standart error estimasi

2.11.3.2Metode Peramalan Kuantitatif

a = Y – b X

Se = ∑ Y2 – a ∑ Y – b ∑ Y n - 2

(37)

Metode peramalan kuantitatif terdiri dari peramalan deret waktu (time series) dan peramalan sebab akibat. Kedua metode kuantitatif ini mendasarkan peramalannya adalah pada data lalu dengan menggunakan prediktor untuk masa mendatang. Dengan mengelola data yang lalu maka melalui metode time series atau kausal akan sampai pada suatu hasil peramalan.

Metode peramalan kuantitatif dibagi menjadi dua, yaitu : • Peramalan deret waktu (time series)

Peramalan ini dilakukan berdasarkan data dari suatu produk yang sudah ada sebelumnya, kemudian dianalisa pola datanya apakah berpola pada trend atau musiman maupun berbentuk siklus. Metode yang dapat dipergunakan dalam hal ini dapat berupa rata –rata bergerak, penghalusan eksponensial, model matematika.

Peramalan sebab – akibat (Causal)

Peramalan ini dilakukan berdasarkan data yang sudah ada sebelumnya, tetapi mempergunakan data dari variable yang lain yang menentukan atau mempengaruhinya pada masa depan, seperti penduduk, pendapatan, dan kegiatan ekonomi.

Dengan mengolah data yang sudah ada sebelumnya melalui deret waktu dan metode sebab akibat , maka akan diperoleh hasil peramalan, tetapi metode peramalan yang ditekankan dalam pembahasan ini terbatas pada peramalan dengan metode deret waktu. Metode – metode yang dapat dipergunakan dalam hal ini dapat berupa regresi, model ekonometri, model input – input dan model simulasi.

2.11.4 Menghitung Kesalahan Peramalan

Menurut Heizer dan Render ada beberapa perhitungan yang biasa dipergunakan untuk menghitung kesalahan peramalan (forecast error) total.

(38)

Perhitungan ini dapat dipergunakan untuk membandingkan model peramalan yang berbeda, juga untuk mengawasi peramalan, untuk memastikan peramalan berjalan dengan baik. Tiga hari perhitungan yang paling terkenal adalah deviasi rata – rata absolute (mean absolute deviation - MAD), kesalahan rata – rata kuadrat (mean squared error - MSE), dan kesalahan persen rata – rata absolute (Mean absolute percent error - MAPE).

Deviasi Rata – Rata Absolute (Mean Absolute Deviation = MAD)

MAD merupakan ukuran pertama kesalahan peramalan keseluruhan untuk sebuah model. Nilai ini dihitung dengan mengambil jumlah nilai absolut dari kesalahan peramalan dibagi dengan jumlah periode data (n ).

(39)

Kesalahan Rata –Rata Kuadrat (Mean Squared Error = MSE)

MSE merupakan cara kedua untuk mengukur kesalahan peramalan keseluruhan. MSA merupakan rata – rata selisih kuadrat antara nilai yang diramalkan dan yang diamati. Kekurangan penggunaan MSA adalah bahwa ia cenderung menonjolkan deviasi yang besar karena adanya pengkuadratan.

Kesalahan Persen Rata – Rata Absolut (Mean absolute Percentage Error = MAPE)

Masalah yang terjadi dengan MAD dan MSE adalah bahwa nilai mereka tergantung pada besarnya unsur yang diramal. Jika unsur tersebut dihitung dalam satuan ribuan, maka nilai MAD dan MSE bisa menjadi sangat besar. Untuk menghindari masalah ini, kita dapat menggunakan MAPE. MAPE dihitung sebagai rata – rata diferensiasi absolut antara nilai yang diramalkan dan actual, dinyatakan sebagai persentase nilai aktual.

Berdasarkan Nachrohwi dan Usman (2004 : 239) menyatakan bahwa sebenarnya, membandingkan kesalahan peramalan adalah suatu cara sederhana, apakah suatu teknik peramalan tersebut patut dipilih untuk digunakan sebagai indicator apakah suatu teknik peramalan cocok digunakan atau tidak. Dan teknik yang mempunyai MSE terkecil merupakan ramalan yang terbaik.

MAPE = 100∑ |aktuali – ramalani |/aktuali I=1

n MSE =∑ (kesalahan peramalan)

n

MAD = ∑ |aktual - peramalan | n

(40)

Sedangkan Gaspers (2005 : 80) dalam bukunya menyebutkan akurasi peramalan akan semakin tinggi apabila nilai – nilai MAD, MSE, dan MAPE semakin kecil. Dan menurut Rangkuti (2005 : 70) dalam bukunya menyatakan keharusan untuk membandingkan perhitungan yang memiliki nilai MAD paling kecil, karena semakin kecil nilai MAD, berarti semakin kecil pula perbedaan antara hasil forecasting dan nilai aktual.

2.11.5 Karakteristik Peramalan

Menurut Nasution (2003 : 28) peramalan yang baik mempunyai beberapa kriteria yang penting, antara lain akurasi biaya, dan kemudahan. Penjelasan dari kriteria – kriteria tersebut adalah sebagai berikut :

• Akurasi

Akurasi dari suatu hasil peramalan diukur dengan kebiasaan dan kekonsistensian peramalan tersebut. Hasil peramalan dikatakan bisa bila peramalan tersebut terlalu tinggi atau terlalu rendah dibandingkan dengan kenyataan yang sebenarnya terjadi.

• Biaya

Biaya yang diperlukan dalam pembuatan suatu peramalan adalah tergantung dari jumlah item yang diramalkan, lamanya periode peramalan dan metode peramalan yang dipakai.

• Kemudahan

Penggunaan metode peramalan yang sederhana, mudah dibuat dan mudah diaplikasikan akan memberikan keuntungan bagi perusahaan.

(41)

2.11.6 Sifat Hasil Peramalan

Menurut Nasution (2003 : 29) dalam membuat peramalan atau menerapkan hasil suatu peramalan, maka ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan, yaitu :

• Peramalan pasti mengandung kesalahan, artinya peramalan hanya bisa mengurangi ketidakpastian yang akan terjadi, tetapi tidak dapat menghilangkan ketidakpastian tersebut.

• Peramalan seharusnya memberikan informasi tentang berapa ukuran kesalahan, artinya karena peramalan pasti mengandung kesalahan, maka adalah penting bagi peramalan untuk menginformasikan seberapa besar kesalahan yang mungkin terjadi.

• Peramalan jangka pendek lebih akurat dibandingkan peramalan jangka panjang. Hal ini disebabkan karena pada peramalan jangka pendek, faktor – faktor yang mempengaruhi permintaan relatif masih konstan, sedangkan semakin panjang periode peramalan, maka semakin besar pula kemungkinan terjadinya perubahan faktor – faktor yang mempengaruhi permintaan.

2.12 Kinerja

Kinerja merupakan hasil evaluasi terhadap pekerjaan yang telah dilakukan dibandingkan kriteria yang telah ditetapkan bersama. (Robbins, 2008 : 40).

Menurut Wirawan (2009 : 5) Kinerja adalah keluaran yang dihasilkan oleh fungsi-fungsi indikator-indikator suatu pekerjaan atau suatu profesi dalam waktu tertentu.

(42)

Kinerja atau performance merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasian sumber daya yang dimilikinya.

Kinerja adalah suatu tampilan keadaan secara utuh atas perusahaan selama periode waktu tertentu, merupakan hasil yang dipengaruhi oleh kegiatan operasional perusahaan dalam memanfaatkan sumber-sumber daya yang dimiliki (Helfert dalam Rivai dan Sagala, (2009 : 604).

2.12.1 Peningkatan Kinerja

Menurut Payaman (2005 : 19) menjelaskan bahwa pembinaan kinerja dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja setiap individu, kelompok atau unit kerja, serta meningkatkan kinerja perusahaan setinggi mungkin. Peningkatan kinerja dapat dilakukan antara lain dengan :

• Mendorong pekerja memahami uraian tugas dan uraian jabatannya, serta memahami tanggung jawabnya.

• Mendorong pekerja memahami sasaran yang harus dicapai

• Membantu pekerja mamahami bagaimana melakukan pekerjaan dengan menggunakan alat-alat kerja yang sesuai

• Memberdayakan pekerjaan melalui bimbingan, penyuluhan, pendidikan, dan pelatihan.

• Menumbuhkan motivasi dan etos kerja. • Menciptakan iklim kerja yang kondusif

(43)

2.13 Kerangka Pemikiran

Sumber : pengolahan data

Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran Evaluasi tata letak gudang

Perbaikan tata letak gudang Peningkatan kinerja bisnis Inventory Control Perhitungan peramalan Perhitungan persediaan

Gambar

Gambar 2.1 Rak Sementara
Gambar 2.2 Flow Process Inventory
Gambar 2.3 Grafik Persediaan Dalam Model EOQ
Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran Evaluasi tata letak gudang

Referensi

Dokumen terkait

Setelah dilakukan terapi aktivitas kelompok (TAK) penyaluran energi dengan membuat kerajinan tangan , diharapkan pasien dapat menjalin kerjasam dengan dengan membuat

menyerahkan persembahan kita dalam doa kepada Tuhan. Kiranya persembahan ini berkenan kepada-Mu sebagai tanda syukur dan setia kami bagi-Mu. Kiranya Engkau berkenan

Pasal 121 ayat (2) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah,

Dan program sistem jenis diet diabetes serta komposisi zat gizi yang terkandung dapat ditampilkan sesuai dengan yang diinginkan.. Kata kunci – diabetes mellitus, BMI,

1 Pengadaan Tiang listerik di RT.I,II dan RT IV Teratak 10 bh 10,000,000.00 APBD Kab Dinas Perumahan & Pemukiman. 2 Pengadaan Lampu

Reputasi KAP berpengaruh terhadap audit delay karena dalam proses audit reputasi KAP sangatlah penting untuk memberikan kinerjanya sebagai auditor independen, sebab KAP

Lampirkan bukti kemampuan Bahasa Inggris atau bahasa lain yang dipersyaratkan. Lampirkan surat keterangan berbadan sehat dari Dokter Rumah

Tanggal Cum Dividen di Pasar Reguler & Pasar Negosiasi 8 Juni 2017 Tanggal Ex Dividen di Pasar Regular & Pasar Negosiasi 9 Juni 20171. Tanggal Cum Dividen di Pasar Tunai