• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Perusahaan didirikan dengan tujuan tertentu yang hendak dicapainya.Sebagian besar perusahaan bertujuan menghasilkan laba yang optimal sehingga kelangsungan hidup (going concern) perusahaan dapat tercapai.Kelangsungan hidup usaha selalu dihubungkan dengan kemampuan manajemen dalam mengelola perusahaan agar bertahan hidup.Hasil pertanggung jawaban dari pengelolaan perusahaan oleh manajemen dibuat dalam bentuk laporan keuangan.Laporan keuangan merupakan salah satu sarana penting untuk mengomunikasikan informasi keuangan kepada pihak-pihak di luar perusahaan.Tujuan utama dari laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan.Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakai.Agar dapat memberikan informasi yang berguna, maka laporan keuangan harus berkualitas. Kebenaran informasi dari laporan keuangan harus di audit oleh auditor independen untuk memberikan informasi yang akurat bagi penyedia modal dan pemegang kepentingan lainnya dalam membuat keputusan investasi, kredit, dan keputusan alokasi sumber daya lainnya yang akan meningkatkan efisiensi pasar secara keseluruhan.

Ketika kondisi ekonomi merupakan sesuatu yang tidak pasti, para investor mengharapkan auditor memberikan early warning akan kegagalan keuangan perusahaan. Opini audit atas laporan keuangan menjadi salah satu pertimbangan yang penting bagi investor dalam mengambil keputusan berinvestasi. Beberapa kasus manipulasi data keuangan yang merugikan investor dan pihak lainnya, seperti kasus yang terjadi pada perusahaan Enron, Worldcom, Xerox dan lain-lain yang pada akhirnya bangkrut.Hal ini menyebabkan profesi akuntan publik banyak mendapat kritikan.Auditor dianggap ikut andil dalam memberikan informasi yang salah, sehingga banyak pihak yang merasa dirugikan.Menurut Pernyataan Standar Auditing (PSA) 30 paragraf 02 (IAI, 2011: SA Seksi 341) menyatakan bahwaauditor bertanggung jawab untuk

(2)

mengevaluasi apakah terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan entitasdalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam periode waktu pantas, tidak lebih dari satu tahun sejaktanggal laporan keuangan yang sedang diaudit. Oleh karena itu, selain memperoleh informasi mengenai kewajaran laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen, laporan auditor independen juga memberikan informasi kepada para pengguna laporan keuangan tentang kemampuan perusahaan untuk melanjutkan usahanya (goingconcern). Laporan audit yang berhubungan dengan going concern dapat memberikan peringatan awal bagi pemegang saham dan pengguna laporan keuangan lainnya guna menghindari kesalahan dalam pembuatan keputusan.

Pengeluaran opini audit going concern adalah hal yang tidak diharapkan oleh perusahaan karena dapat berdampak cukup signifikan pada kemunduran harga saham, kesulitan dalam meningkatkan modal pinjaman, ketidakpercayaan investor, kreditor, pelanggan, dan karyawan terhadap manajemen perusahaan. Oleh karena itu, pihak manajemen perlu memperhatikan transparansi pengungkapan informasi dalam hal ini adalah pengungkapan laporan keuangan guna mempermudah tugas auditor dalam pemberian opini.Sulitnya memprediksi kelangsungan hidup sebuah perusahaan menyebabkan banyak auditor yang mengalami dilema moral dan etika dalam memberikan opini goingconcern (Januarti, 2008).Masalah timbul ketika banyak terjadi kesalahan opini dibuat oleh auditor menyangkut opini tersebut. Beberapa penyebabnya antara lain, self-fullfing propechy yang dikhawatirkan apabila auditor memberikan opini going concern akan mempercepat kebangkrutan perusahaan karena banyaknya investor yang membatalkan investasinya atau kreditor yang menarik dananya. Meskipun demikian, opini going concern harus diungkapkan dengan harapan dapat segera mempercepat usaha penyelamatan perusahaan yang bermasalah. Penyebab lain adalah tidak terdapatnya prosedur penetapan status going concern yang terstuktur.

Beberapa peneliti telah menganalisis faktor yang memengaruhi opini audit going concern di antaranya Santosa dan Wedary (2007), Solikah (2007), Januarti (2009), Rudayan dan Bandera (2009), Susanto (2009), Widyantari (2010), Putra (2010), Lubis (2011), Ningtias (2011), Januarti dan praptitorini (2011), Astusi (2012), Aiisiah (2012), Savitry (2013). Namun hasil dari penelitian-penelitian tersebut tidak konsisten.Berdasarkan hasil penelitian

(3)

terdahulu tersebut, maka dalam penelitian ini peneliti bertujuan untuk meneliti kembali pengaruh kualitas audit, debt default, dan audit lag terhadap opini audit going concern.

Kualitas audit yang baik akan menghasilkan informasi yang sangat berguna bagi para pemakai laporan keuangan dalam hal pengambilan keputusan. Auditor yang mempunyai kualitas audit yang baik lebih cenderung akan mengeluarkan opini audit going concern apabila klien mengalami masalah going concern (Santoso dan Wedari, 2007). Penelitian Mutchler et. al. (1997) dalam Aiisiah (2012) menemukan bukti univariat bahwa auditor big 6 lebih cenderung menerbitkan opini audit going concern pada perusahaan yang mengalami financial distress dibandingkan auditor non big 6. Auditor skala besar dapat menyediakan kualitas audit yang lebih baik dibandingkan auditor skala kecil, termasuk dalam mengungkapkan masalah going concern. Semakin besar skala auditor maka akan semakin besar kemungkinan auditor untuk menerbitkan opini audit going concern.

Kondisi keuangan perusahaan menggambarkan tingkat kesehatan perusahaan sesungguhnya. Kondisi kesulitan keuangan akan menyebabkan perusahaan mengalami arus kas negatif, rasio keuangan yang buruk dan gagal membayar hutang. Pada akhirnya, kesulitan keuangan ini akan mengarah kepada kebangkrutan sehingga going concern perusahaan diragukan.Mckeown et. al (1991) dalam Santosa dan Wedari (2007) menyatakan bahwa semakin kondisi perusahaan terganggu atau memburuk maka akan semakin besar kemungkinan perusahaan menerima opini audit going concern. Sebaliknya pada perusahaan yang tidak pernah mengalami kesulitan keuangan auditor tidak pernah mengeluarkan opini audit going concern. Hal ini konsisten dengan bukti empiris yang menyatakan bahwa semakin kondisi keuangan perusahaan terganggu atau memburuk, maka akan semakin besar probabilitas perusahaan menerima opini going concern. Dan sebaliknya pada perusahaan yang memiliki kondisi keuangan yang sehat, maka probabilitas untuk menerima opini audit going concern akan semakin kecil.

Audit lagdidefinisikan sebagai jumlah tanggal kalender antara tanggal berakhirnya laporan keuangan tahunan (31 Desember) dengan tanggal selesainya pekerjaan lapangan. McKeown et. al., (1991) dalam Astuti (2012) menyatakan bahwa opini audit going concern lebih banyak ditemui ketika pengeluaran opini

(4)

terlambat. Hal ini bisa dimungkinkan karena auditor terlalu banyak melakukan tes, manajer melakukan negosisasi yang panjang ketika terdapat ketidakpastian kelangsungan hidup atau auditor mengharapkan dapat memecahkan masalah yang dihadapi untuk menghindari dikeluarkannya opini audit going concern. Audit lag berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern, hal tersebut seperti yang diungkapakan dalam penelitian Astuti (2010) dan Putra (2010). Namun penelitian yang dilakukan oleh Januarti (2009) menemukan bahwa audit lag tidak berpengaruh signifikan pada penerimaan opini audit going concern.

Penelitianiniakanmenggunakanperusahaan manufaktur sebagaisampel.

Halinidiharapkan akanmemberikan perbedaankarena

penelitianiniinginmengetahuilebihlanjutapakah kualitas audit, financial distress, dan audit lag berpengaruh terhdap penerimaan opini audit going concern. Untukmendukungpenelitianini,digunakanperusahaan manufaktur yang terdaftardiBEIsebagaiobjekpenelitian.Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti termotivasi melakukan penelitian dengan judul “PENGARUH KUALITAS AUDIT, FINANCIAL DISTRESS, DAN AUDIT LAG TERHADAP PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2010 - 2013”.

1.2 Identifikasi Masalah

Opini audit going concern memiliki beragam definisi, namun pada dasarnya opini audit going concern merupakan pengungkapan oleh auditor mengenai kelangsungan hidup perusahaan untuk tahun kedepan. Auditor memberikan opini audit going concern dengan harapan dapat mempercepat usaha penyelamatan perusahaan dari masalah.

Kualitas audit merupakan kualitas atas jasa yang diberikan auditor kepada kliennya. Besarnya tingkat kualitas audit dapat dilihat dari skala KAP. KAP berskala besar cenderung memiliki kualitas audit yang lebih baik dibandingkan pada auditor skala kecil karena auditor skala besar juga lebih cenderung untuk mengungkapkan masalah – masalah yang ada karena mereka lebih kuat menghadapi resiko proses pengadilan. Oleh karena itu pertanyaan yang diajukan dalam penelitian ini adalah, apakah faktor kualitas audit berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern?

(5)

Perusahaan yang dalam kondisi baik akan memiliki profitabilitas yang besar cenderung memiliki laporan keuangan yang sewajarnya sehingga peluang menerima opini yang baik juga semakin besar dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki nilai profitabilitas rendah. Perusahaan yang mempunyai kondisikeuangan yang baik, maka auditor tidak akan menerbitkan opini audit goingconcern. Oleh karena itu pertanyaan yang diajukan dalam penelitian ini adalah, apakah faktor financial distress berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern?

Audit lag atau dalam beberapa penelitian disebut audit delay didefinisikan sebagai rentang waktu penyelesaian pelaksanaan audit laporan keuangan yang diukur berdasarkan lamanya hari yang dibutuhkn untuk memperoleh laporan auditor independen atas audit laporan keuangan perusahaan sejak tanggal tahun tutup buku 31 Desember sampai tanggal yang tertera di laporan auditor independen. Oleh karena itu pertanyaan yang diajukan dalam penelitian ini adalah, apakah faktor Audit Lag berpengaruh terhadap penerimaan opini audit goingconcern?

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latarbelakang penelitian, rumusan masalah dari penelitian ini adalah:

1. Bagaimana Kualitas Auditdi perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2010-2013?

2. Bagaimana Financial Distress yang terjadi di perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2010-2013?

3. Bagaimana Audit Lag yang terjadi di perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2010-2013?

4. Seberapa besar tingkat penerimaan Opini audit Going Concern pada perusahaan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2010-2013? 5. Apakah Kualitas Audit berpengaruh terhadap penerimaan Opini Audit Going Concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2010-2013?

6. Apakah Financial Distress berpengaruh terhadap penerimaan Opini Audit Going Concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2010-2013?

(6)

7. Apakah Audit Lag berpengaruh terhadap penerimaan Opini Audit Going Concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2010-2013?

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkuppenelitianiniterbataspadaperusahaanmanufaktur

yangterdaftar di BEI pada tahun

2010-2013.Penelitianinidifokuskanpadapenerimaan opini audit going concern didalamlaporankeuangan perusahaan. Dalampenelitianiniditeliti kualitas audit, financial distress, dan audit lagperusahaanmanufaktur yangterdaftardiBEI.Selainitu,penelitianinijugamelakukan

pengujianuntukmengetahui pengaruh atau hubungan kualitas audit, financial distress, dan audit lag terhadap penerimaan opini audit going concernpadaperusahaan manufakturyangterdaftardiBEIperiode2010-2013.

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.5.1 Tujuan penelitian

Tujuanyangdiharapkandapatdicapaimelaluipenelitianiniadalah untuk mengetahui:

1. Kualitas Audit pada perusahaan manufaktur

yangterdaftardiBEIperiode2010-2013.

2. Bagaimana Financial Distress yang terjadi pada perusahaan manufaktur yangterdaftardiBEIperiode2010-2013.

3. Bagaimana Audit Lag yang terjadi pada perusahaan manufaktur yangterdaftardiBEIperiode2010-2013.

4. Seberapa besar tingkat penerimaan Opini audit Going Concern pada perusahaan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2010-2013?

5. Pengaruh Kualitas Audit terhadap penerimaan Opini Audit Going Concern pada perusahaan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2010-2013?

6. Pengaruh Financial Distressterhadap penerimaan Opini Audit Going Concern pada perusahaan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2010-2013?

(7)

7. Pengaruh Audit Lagterhadap penerimaan Opini Audit Going Concern pada perusahaan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2010-2013?

1.5.2 Manfaat penelitian

Manfaatyangdiharapkandapatdicapaimelaluipenelitianiniadalah: 1. Manfaat Teoritis

Bagi pengembangan teori dan pengetahuan di bidang akuntansi, terutama berkaitan dengan auditing, khususnya dalam bidang keputusan opini audit going concern.

2. Manfaat Praktis

a. Pemberi Pinjaman (Kreditur)

Informasi kebangkrutan bisa bermanfaat untuk mengambil keputusan mengenai siapayang akan diberi pinjaman dan bermanfaat untuk memonitori pinjaman yang ada.

b. Investor

Investasi saham dan obligasi yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan tentunya akan sangat berkepentingan melihat adanya kemungkinan bangkrut atau tidaknya perusahaan yang menjual surat berharga tersebut. Investor yang menganut strategi aktif akan mengembangkan model prediksi kebangkrutan untuk melihat tanda-tanda kebangkrutan seawal mungkin dan kemudian mengantisipasi kemungkinan tersebut.

c. Akuntan

Akuntan mempunyai kepentingan terhadap informasi kelangsungan satuanusaha karena akuntan akan melihat kemampuan kelangsungan usaha (going concern) suatu perusahaan.

d. Manajemen

Agar dapat mengantisipasi timbulnya biaya-biaya yang berkaitan dengan kebangkrutan.

e. Pemerintah

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan kebijakan-kebijakan ekonomi. 1.6 Sistematika Pembahasan

(8)

Untuk mempermudah penulisan dan pembahasan dalam skripsi ini, maka dicantumkan juga sistematika penulisan yang dibagikan dalam lima bab dengan susunan dan uraian sebagai berikut :

BAB 1 PENDAHULUAN

Bab ini mengemukakan mengenai latar belakang penelitian, identifikasi masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, ringkasan metedologi penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Bab ini memuat tinjauan pustaka yang merupakan teori dan konsep yang diperoleh dari buku-buku literatur yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan serta berisikan hasil penelitian sebelumnya. Bab ini juga memuat kerangka pemikiran dan perumusan hipotesis.

BAB 3 METODA PENELITIAN

Bab ini menjelaskan uraian mengenai rancangan penelitian, variabel dan skala pengukuran, definisi operasional variabel, teknik pengumpulan data, dan metode analisis data.

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

Bab ini berisikan analisis mengenai data penelitian yang bersangkutan dengan masalah penelitian dan pembahasan yang mencakup hasil penelitian yang dilakukan dengan teori yang telah dipilih.Analisis data penelitian ini merupakan usaha untuk mencapai tujuan dari penelitian.

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, keterbatasan dalam penelitian, dan saran untuk bagi pihak-pihak yang berhubungan dan bagi peneliti lainnya yang ingin meneliti lebih lanjut.

1.7 Tinjauan Pustaka

Penelitian ini merujuk pada penelitian sebelumnya yang sudah pernah dilakukan. Penelitian yang diuji secara empiris tersebut antara lain: Savitry (2013), Astusi (2012), Aiisiah (2012), Januarti dan praptitorini (2011), Lubis (2011), Ningtias (2011), Widyamtari (2010), Putra (2010), Rudayan dan Bandera (2009), Susanto (2009), Santosa dan wedary (2007) dan Solikah (2007). Hasil dari masing-masing penelitian menunjukkan adanya pengaruh terhadap

(9)

opini audit going concern. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk membuktikan kembali dari pengujian kualitas audit, financial distress dan audit lag mempengaruhi penerimaan opini audit going concern.

Savitry (2013) dengan judul “Pengaruh Disclosure Level dan Audit Lag Terhadap Opini Audit Going Concern”.Penelitian ini menguji besarnya pengaruh disclosure level dan audit lag terhadap opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2007-2011. Dengan menggunakan sampel 24 perusahaan manufaktur yang memenuhi kriteria sampel. Hasil pengujian hipotesis secara parsial menunjukkan bahwa disclosure level tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap opini audit going concern, sedangkan untuk audit lag mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap opini audit going concern. Sedangkan hasil pengujian hipotesis secara simultan menunjukkan bahwa Dislosure Level dan Audit Lag secara bersama-sama (secara simultan) berpengaruh signifikan terhadap opini audit Going Concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode tahun 2007-2011 atau minimal ada satu variabel independen yang berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern.

Astuti (2012)dengan judul “Pengaruh Faktor Keuangan Dan Non Keuangan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern Hipotesis yang diajukan (1) Kondisi keuangan berpengaruh terhadap pemberian opini going concern oleh auditor, (2) Debt default berpengaruh terhadap pemberian opini going concern oleh auditor, (3) Disclosure berpengaruh terhadap pemberian opini going concern oleh auditor, (4) Reputasi Auditor berpengaruh terhadap pemberian opini going concern oleh auditor, (5) Opinion Shopping berpengaruh terhadap pemberian opini goingconcern oleh auditor, (6) Audit Lag berpengaruh terhadap penerimaan opini auditgoing concern. Penelitian ini menggunakan 85 sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2006-2010.Hasil penelitian menunjukkan debt default, reputasi auditor dan audit lag berpengaruh terhadap pemberian opini going concern oleh auditor.Sedangkan financial distress, disclosure dan opinion shopping tidak berpengaruh terhadap pemberian opini going concern oleh auditor.

Aiisiah (2012) dengan judul “Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kecenderungan Penerimaan

(10)

Opini Audit Going Concern”. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode tahun 2006 – 2010 yang telah diaudit dan dipublikasikan dengan jumlah sampel yang diperoleh sebesar 90.Metode yang digunakan untuk menganalisis hubungan antar variabel adalah metode regresi logistik. Setelah dilakukan analisis data berdasarkan keempat model kondisi keuangan, maka didapatkan hasil penelitian bahwa variabel kualitas audit, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini going concern baik menggunakan The Zmijeski Model, Altman Model, Revised Altman Model, maupun The Springate Model. Sedangkan ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit going concern pada setiap model. Kondisi keuangan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penerimaan opini going concern ketika menggunakan The Zmijeski Model, The Revised Altman Model.Sedangkan kondisi keuangan perusahaan tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern pada saat menggunakan Altman Model dan The Springate Model.

Januarti dan Praptiorini (2011) dengan judul “Analisis Pengaruh Kualitas Audit, Debt Defaul Dan Opinion Shopping Terhadap Penerimaan Opini Going Concern”.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh kualitas audit, debt default dan opinion shopping terhadap penerimaan opini going concern. Sampel penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia dari tahun 1997 – 2002.Regresi logistik digunakan untuk menguji hipotesis.Hasil penelitian menunjukkan debt default berpengaruh signifikan sedangkan variabel lainnya (kualitas audit dan opinion shopping) tidak berpengaruh signifikan dengan penerimaan opini going concern.

Lubis (2011) dengan judul “Analisis Faktor – Faktor Penerimaan Opini Audit Going Concern”. Menggunakan sampel sebesar 90 perusahaan manufaktur tahun 2006-2008 dimana 40perusahaan menerima opini going concern dan sisanya 50 perusahaanmenerima opini non going concern. Hasil penelitian dengan menggunakanregresi logistik menunjukkan bukti empiris bahwa variabel kondisi keuangan perusahaan dan opini audit tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini going concern.sedangkanpertumbuhan perusahaan dan debt default tidak berpengaruhsignifikan terhadap penerimaan opini going concern.

(11)

Widyantari (2011) dengan judul “Opini Audit Going Concern Dan Faktorfaktor Yang Memengaruhi: Studi Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia perioda 2000-2009.Berdasarkan hasi purposive samplingdiperoleh 30 perusahaan manufaktur yang memenuhi criteriasampel. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa leverage dan opini audittahun sebelumnya berpengaruh positif pada opini audit going concern. Variabelprofitabilitas, arus kas, dan ukuran perusahaan berpengaruh negatif pada opiniaudit going concern. Hasil pengujian hipotesis juga menunjukkan bahwa variablelikuiditas, pertumbuhan perusahaan, kualitas audit, audit lag, dan auditor clienttenure tidak berpengaruh pada opini audit going concern.

Putra (2010) dengan judul “pengaruh model prediksi kebangkrutan, reputasi auditor, opini audit tahun sebelumnya, dan audit lag pada opini audit going concern”. Sampel penelitian terdiri dari 154 perusahaan manufaktur yang mengalami financial distress di Bursa Efek Indonesia perioda 2002-2008. Alat analisis yang digunakan adalah regresi logistik. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa model prediksi kebangkrutan berpengaruh negatif pada opini audit going concern, reputasi auditor tidak berpengaruh pada opini audit going concern, opini audit tahun sebelumnya dan audit lag berpengaruh positif pada opini audit going concern.

Rudyawan dan Badera(2009) dengan judul penelitian "Opini Audit Going Concern:KajianBerdasarkanModel PrediksiKebangkrutan,Pertumbuhan Perusahaan, LeveragedanReputasiAuditor". Penelitian ini berusaha menguji pengaruh model prediksi kebangkrutan, pertumbuhan perusahaan, leverage, dan reputasi auditor terhadap penerimaan opini auditgoing concern,denganmenggunakan 185sampel sektormanufaktur (2003 -2007) dan menggunakan analisis regresi logistik, memberikan bukti bahwa model prediksi kebangkrutan berpengaruh terhadap penerimaan opini auditdenganbahasapenjelasangoingconcern, sementara pertumbuhan perusahaan, leverage, dan reputasi auditor tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit dengan bahasa penjelasan going concern. Dari hasil penelitian tersebut diketahui bahwa hipotesis model prediksi kebangkrutan diterima sedangkan untuk hipotesis pertumbuhan perusahaan, leverage, dan reputasiauditorditolak.

(12)

Penelitian Susanto (2009) dengan judul “Faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan opini audit going concern pada perusahaan public sektor manufaktur”. Penelitian ini melakukan analisis terhadap company’s financial condition, current ratio, quick ratio, cash flow from operations, return on assets, debt to equity, long term debt to tal assets, debt to total assets, audit quality, prior audit opinion, debt default, and opinion shopping. Hasil dari penelitiannya menunjukkan bahwa kondisi keuangan perusahaan yang buruk, return on assets yang rendah, debt to total assets tinggi, opini audit pada tahun sebelumnya mendukung auditor untuk opini going concern dan current ratio, quick ratio,cash flow from operations, debt to equity, long term debt to total assets, kualitas audit, debt default, opinion shopping tidak mempengaruhi auditor untuk opini going concern.

Penelitian Solikah (2007) dengan judul “PengaruhKondisi KeuanganPerusahaan, Pertumbuhan Perusahaan,danOpini AuditTahun Sebelumnya, TerhadapOpiniAuditGoing Concern”.Hasil dari penelitiannya menunjukkan bahwa kondisi keuangan, opini audit tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap opini going concern, pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap opini going concern.

Santosa dan Wedari (2007) dengan judul penelitian "Analisis Faktor-Faktor YangMempengaruhiKecenderunganOpiniAuditGoingConcern". Penelitian ini berusaha menguji pengaruh kualitas audit, kondisi keuangan perusahaan, opiniaudittahunsebelumnya, pertpmbuhanperusahaan, danukuran perusahaan terhadap kemungkinan penerimaan opini audit going concern, dengan menggunakan 3I0 sampel sektor manufaktur (2001-2005) dan menggunakananalisis regresi Iogistik,memberikanbukti bahwa kualitas audit, kondisikeuangan perusahaan, danpertumbuhan perusahaantidakmempengaruhi penerimaan opini audit dengan bahasa penjelasan going concern, sedangkan ukuran perusahaan dan opini audit tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern, dimana ukuran perusahaan berpengaruh negative terhadap penerimaan opini audit going concern.

(13)

13 Tabel 1.1

Penelitian Terdahulu

No. Peneliti Tahun Judul Variabel Hasil

1 Hevy Aprilia

Savitry

2013 Pengaruh Disclosure Level

Dan Audit Lag Terhadap Opini Audit Going Concern ( Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bei Tahun 2007 – 2011 )

Variabel Independen: Disclosure Level, Audit Lag

Variabel Dependen:

Opini Audit Going Concern.

disclosure level tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap opini audit going concern, sedangkan untuk audit lag

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap opini audit going concern.

2 Irtani Retno

Astusi

2012 Pengaruh Faktor Keuangan

Dan Non Keuangan

Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

Variabel Independen:

Kondisi keuangan, Debt default, Disclosure, Reputasi Auditor, Opinion Shopping, Audit Lag

Variabel Dependen: Opini going concern

debt default, reputasi auditor dan audit lag berpengaruh terhadap pemberian opini going concern oleh auditor. Sedangkan financial distress, disclosure dan opinion shopping tidak berpengaruh terhadap pemberian opini going concern oleh auditor.

(14)

14

3 Nurul Aiisiah 2012 Pengaruh Kualitas Audit,

Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kecenderungan Penerimaan Opini Audit Going Concern

Variabel Independen:

Kualitas Audit, Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan, Ukuran Perusahaan

Variabel Dependen:

Opini Audit Going Concern.

variabel kualitas audit, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini going concern. Sedangkan ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit going concern pada setiap model. Kondisi keuangan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penerimaan opini going concern ketika menggunakan The Zmijeski Model, The Revised Altman Model. Sedangkan kondisi keuangan perusahaan tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern pada saat menggunakan Altman Model dan The Springate Model.

4 Mirna Dyah

Praptitorini & Indira Januarti

2011 Analisis Pengaruh Kualitas

Audit, Debt Default Dan Opinion Shopping Terhadap Penerimaan Opini Going Concern

Variabel Independen:

debt default, kualitas audit, opinion shopping

Variabel Dependen:

Hasil penelitian menunjukkan debt default berpengaruh signifikan sedangkan variabel lainnya (kualitas audit dan opinion shopping) tidak berpengaruh signifikan dengan

(15)

15 -Opini Audit Going Concern

5 Nuddin Lubis 2011 Analisis Faktor – Faktor

Penerimaan Opini Audit Going Concern

Variabel Independen:

Kondisi keuangan, Pertumbuhan Perusahaan, Debt default

Variabel Dependen:

-Opini Audit Going Concern

variabel kondisi keuangan perusahaan dan opini audit tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini going concern. Sedangkan pertumbuhan perusahaan dan debt default tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini going concern.

6 Suprobo

Ningtias N

2011 Analisis Faktor-Faktor

Yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur YangTerdaftar Di Bursa Efek Indonesia

Variabel independen: kondisi keuangan, ukuran perusahaan, opini audit sebelumnya, auditor client tenure, opinion shopping, kualitas audit

variable dependen: opini going concern

Hasil penelitian adalah ukuran perusahaan, auditor client tenure, opinion shopping dan kualitas audit tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern. Sedangkan kondisi keuangan perusahaan dan opini audit sebelumnya berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.

7 A.A.Ayu Putri

Widyantari

2011 Opini Audit Going Concern

Dan Faktor-faktor Yang

Variabel independen: likuiditas, leverage, profitabilitas, arus

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa leverage dan opini audit

(16)

16 Memengaruhi: Studi Pada

Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia

kas, ukuran perusahaan,

pertumbuhan perusahaan, kualitas audit, audit lag, opini audit tahun sebelumnya, auditor client tenure

variable dependen: opini audit going concern

tahun sebelumnya berpengaruh positif pada opini audit going concern. Variabel

profitabilitas, arus kas, dan ukuran perusahaan berpengaruh negatif pada opini audit going concern. Hasil pengujian hipotesis juga menunjukkan bahwa variable likuiditas, pertumbuhan perusahaan, kualitas audit, audit lag, dan auditor client tenure tidak berpengaruh pada opini audit going concern.

8 Sapta Ika

Relungningsih

2010 Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Real Estate Dan Property Yang Terdaftar Di Bei Tahun 2004-2008

Variabel independen: rasio-rasio keuangan (rasio

likuiditas, rasio profitabilitas, rasio leverage, rasio aktivitas, rasio pertumbuhan perusahaan dan rasio nilai pasar) dan rasio-rasio non keuangan (kualitas audit, ukuran perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, audit delay dan audit client tenure)

Hasil pengujian hipotesis menemukan bukti bahwa hanya ada satu rasio keuangan (rasio aktivitas) dan satu rasio non keuangan (opini audit tahun sebelumnya yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap opini audit going concern.

(17)

17 variable dependen: opini audit

going concern

9 I Gede Putra 2010 Pengaruh Model Prediksi

Kebangkrutan, Reputasi Auditor, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Dan Audit Lag Pada Opini Audit Going Concern

Variabel independen:

Model prediksi kebangkrutan, reputasi auditor, opini audit tahun sebelumnya, dan audit lag variable dependen: opini audit going concern

Model prediksi kebangkrutan berpengaruh negative, reputasi auditor tidak berpengaruh, opini audit tahun sebelumnya dan audit lag berpengaruh positif pada opini audit going concern

10 Indira januarti 2009 Analisis Pengaruh Faktor

Perusahaan, Kualitas Auditor, Kepemilikan Perusahaan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern (Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

Variabel independen:

default, ln sales (size), lamanya perikatan (audit client tenure), opini tahun sebelumnya (prior opinion), kualitas auditor

(specialization), financial distress, audit lag, opinion shopping, kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional.

variabel yang mempengaruhi pemberian opini audit going concern adalah variabel default, ln sales (size), lamanya perikatan (audit client tenure), opini tahun sebelumnya (prior opinion) dan kualitas auditor

(specialization), sedangkan variabel financial distress meskipun signifikan tetapi arah tandanya berkebalikan dengan yang dihipotesakan.Variabel yang tidak

(18)

18 variable dependen: opini audit

going concern

mempengaruhi pemberian opini GC adalah audit lag, opinion shopping, kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional.

11 Rudayan Dan

Badera

2009 Opini Audit Going

Concern: Kajian Berdasarkan Model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan, Leverage, dan Reputasi Auditor

Variabel independen: Pertumbuhan perusahaan, leverage, reputasi auditor, model prcdiksi kebangkrutan

variable dependen: opini audit going concern

Pertumbuhan perusahaan, leverage, dan reputasi auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit dengan bahasa pcnjclasan going concern. sedangkan model prcdiksi kebangkrutan berpengaruh signifikan.

12 Yulius Kurnia

Susanto

2009 Faktor-faktor yang

mempengaruhi penerimaan opini audit going concern pada perusahaan public sektor manufaktur

Variabel independen:

Kondisi keuangan, current ratio, quick ratio, return on assets, debt to equity, long term debt to total assets, debt to total assets, kualitas audit, opini audit tahun

sebelumnya, debt default, opinion shopping

Hasil dari penelitiannya menunjukkan bahwa kondisi keuangan, return on assets yang rendah, debt to total assets, opini audit pada tahun sebelumnya mempengaruhi auditor untuk opini going concern, sedangkan current ratio, quick ratio, cash flow from operations, debt to equity, long term debt to total assets, kualitas audit, debt default, opinion shopping

(19)

19 variable dependen: opini audit

going concern

tidak mempengaruhi auditor untuk opini going concern.

13 Solikah 2007 Pengaruh Kondisi

Keuangan Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan, dan Opini Audit Tahun Sebelumnya, Terhadap Opini Audit Going Concern

Variabel independen:

Kondisi Keuangan Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan, dan Opini Audit Tahun Sebelumnya

Variabel dependen: Opini Audit Going Concern

Kondisi keuangan perusahaaan, dan

pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh signilikan terhadap pencrimaan opini audit dengan bahasa penjclasan going concern. sedangkan opini audit tahun sebelumnya berpengaruh signifikan 14 Santosa & Wedary 2007 Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecenderungan Opini Audit Going Concern

Variabel independen:

Kualitas audit, kondisi keuangan perusahaaan, pertumbuhan perusahaan, opini audit tahun sebelumnya dan ukuran perusahaan

Variabel dependen: penerimaan

Kualitas audit, kondisi keuangan perusahaaan, dan pertumbuhan perusahaan tidak

berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit dengcm bahasa penjelasan going concern, sedangkan opini audit tahun sebelumnya dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan.

(20)

20 opini audit dengcm bahasa

(21)

Referensi

Dokumen terkait

Sebelum investor memberikan nilai kepada perusahaan yang terkandung di dalam price earning ratio , seorang investor yang baik tentunya harus memperhitungkan

Kegiatan “Perekayasaan Perangkat Treatment Delivery System (TDS) Brachyterapi Medium Dose Rate (MDR) Tahun 2011” difokuskan pada desain rinci, yang tata kerja dan

Hasil penelitian menunjukan bahwa kemampuan penalaran siswa kelas VII B pada kelas tinggi memiliki kemampuan penalaran tinggi ditunjukan dengan kemampuan siswa dalam

Data yang digunakan pada penelitian ini merupakan data produksi susu segar menurut provinsi (ton) tahun 2012-2018 yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik

Menghindari aktivitas kehidupan yang penting dalam rangka untuk menghabiskan waktu melakukan permainan online. Permainan online merupakan prioritas dibandingkan

Makna hidup bila berhasil ditemukan dan dipenuhi akan menyebabkan kehidupan ini dirasakan demikian berarti dan berharga ( Bastaman, 1996).. Pengertian mengenai makna

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa hambatan-hambatan yang dihadapi kepala sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan pada SMP Negeri 2

Implementasi untuk sistem pengukuran demikian dapat dilakukan cukup dengan mempergunakan dua mikrokontroler, yaitu satu master I2C yang melakukan pengukuran dosis radiasi