BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori 1. Permainan Sepakbola
Sepakbola adalah suatu permainan dengan bola yang dimainkan oleh dua regu yang masing-masing regunya terdiri dari sebelas orang termasuk seorang penjaga gawang. Permainan sepakbola dilakukan dengan seluruh bagian badan kecuali dengan kedua lengannya atau tangan. Hampir seluruh permainan dilakukan dengan keterampilan kaki kecuali penjaga gawang yang pada waktu memainkan bola bebas menggunakan anggota badannya, dengan kaki maupun tangannya.
Suatu kesebelasan sepakbola yang baik, kuat dan tangguh adalah suatu kesebelasan yang mampu menyelenggarakan permainan yang baik. Untuk mencapai kerjasama tim yang baik dan tangguh diperlukan pemain yang dapat menguasai bagian-bagian dari berbagai macam teknik dasar sehingga dapat memainkan bola dalam segala posisi dan situasi dengan cepat, tepat, dan cermat artinya tidak membuang-buang energi dan waktu sesuai dengan hasil yang dikehendaki. Untuk menjadi pemain sepakbola yang handal seorang pemain harus mengenal tentang karakteristik bola itu sendiri sebelum melakukan suatu permainan. Hal ini disebabkan permainan sepakbola menuntut penguasaan teknik yang komplek yang mana seorang pemain sepakbola harus terampil mengoperkan bola, lari dan menggiring bola dan mencetak gol dengan sasaran yang tepat sehingga sulit dijangkau oleh penjaga gawang. Menurut Devaney (1986:30) bahwa “Seorang pemain sepakbola yang hebat, harus dapat menggiring bola, menendang bola, menerima bola, dan menembak bola (shooting),
semuanya ini dikenal dengan penguasaan bola”. Dengan demikian seorang pemain sepakbola yang tidak menguasai teknik dasar bermain tidaklah mungkin akan menjadi pemain sepakbola yang baik.
Kualitas pemain sepakbola sangat menentukan tingkat permainan suatu tim sepakbola. Makin baik tingkat pemain dalam memainkan dan menguasai bola, makin cepat dan cermat kerjasama kolektif akan tercapai. Suatu kesebelasan akan lebih lama menguasai bola akan mendapatkan keuntungan fisik, moril, dan taktik. Pertama yang harus dikuasai adalah teknik dasar yang merupakan faktor utama dalam bermain sepakbola, yang dilakukan dengan latihan berulang-ulang sehingga menjadi suatu gerakan yang otomatis. Dikatakan pula oleh Coerver (1985:21) bahwa “Seperti halnya di sekolah yang harus dipelajari terlebih dahulu adalah membaca dan menulis sebelum dapat belajar lebih lanjut, dalam sepakbola yang harus di kuasai adalah teknik dasar bermain dengan baik atau berlatih secara terarah. Teknik-teknik dasar diperlukan sewaktu lari berliku-liku, berputar dan berbalik, begitu pula saat melindungi bola”.
Sepakbola yang menarik menuntut dimilikinya berbagai teknik, pandangan dalam permainan, dan kepribadian seorang pemain guna dapat mengatasi semua situasi yang dapat terjadi selama pertandingan. Peran seorang pelatih maupun pembina disini dalam mengajar teknik dasar bermain sepakbola yang tepat, diharapkan nanti akan tumbuh pemain yang berkepribadian, dan sportif. Seorang pemain yang mempunyai moral, kepercayaan diri dan keberanian dalam permainannya, maka ia telah menguasai teknik dasar menguasai bola. Seorang pemain yang tidak menguasai satu segi saja dari permainan sepakbola, tidak mungkin ia mempunyai kepercayaan pada permainannya sendiri.
Teknik merupakan dasar yang penting di dalam membentuk dasar untuk menguasai bola agar selalu dapat dikontrol dalam berbagai situasi pertandingan yang bagaimana pun sulitnya. Hal yang sama diungkapkan oleh Dietrich (1981:2) bahwa “Barang siapa hendak menjadi pemain sepakbola yang baik, pertama-tama harus mampu menendang dan menyundul bola (heading), juga harus dikuasai kemahiran dasar membawa bola (dribbling) dan menahan bola (controlling)”. Begitu juga pada awal pendidikan, dilatih duhulu secara mendalam berbagai dasar teknik dan taktik permainan. Misalnya lari tanpa bola untuk menempati posisi bebas, membayang-bayangi pemain lawan dan sebagainya, sebelum pemain sepakbola mendapat kesempatan untuk mulai bermain sepakbola. Keterampilan teknik yang baik disesuaikan ke dalam berbagai situasi tertentu yang memungkinkan seorang pemain untuk menguasai bola lebih banyak di dalam suatu pertandingan.
Menurut Sneyers (1998:10) bahwa “Mutu suatu kesebelasan ditentukan oleh penguasaan teknik dasar tentang sepakbola. Semakin terampil seorang pemain dengan bola, semakin mudah ia dapat menguasai meloloskan diri dari suatu situasi, semakin baik jalannya pertandingan bagi suatu kesebelasan”. Sepakbola pada dasarnya adalah suatu usaha untuk menguasai bola, atau merebutnya kembali bila sedang dikuasai oleh lawan. Apabila teknik dasar sudah dikuasai, maka bola akan lebih lama berada dalam penguasaan. Pemain akan lebih leluasa untuk menentukan jalannya pertandingan dan menjebolkan gawang lawan. Kesebelasan yang kurang menguasai teknik dasar, lebih sering kehilangan bola. Mempelajari dan memelihara teknik dasar itu harus selalu dilakukan. Tentang cara-cara memainkan bola, menumbuhkan naluri terhadap gerak bola, dan semuanya itu hanya dapat dikuasai dengan melakukan latihan yang berulang-ulang dan sistematis. Penguasaan teknik dasar yang baik, di samping meningkatkan kualitas permainan, maka bagi seorang pemain tersebut akan
mampu melakukan taktik permainan, mampu membaca permainan lawan, mampu mengikuti perkembangan teknik dengan baik.
Teknik dasar dalam olahraga merupakan keterampilan dan kecakapan manusia untuk bergerak secara cepat dan tepat sesuai dengan tujuan. Hal ini sebagai dasar untuk mencapai prestasi. Bila teknik dasar sudah dikuasai, maka bola lebih lama dikuasai oleh seorang pemain dan lebih leluasa bagi suatu kesebelasan untuk menentukan jalannya suatu pertandingan dan memenangkannya.
a. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Bermain Sepakbola
Permainan sepakbola adalah cabang olahraga permainan beregu atau permainan tim. Kesebelasan yang baik, kuat dan tangguh adalah kesebelasan yang mampu menampilkan permainan yang kompak. Dapat dikatakan bahwa kesebelasan yang baik bila terdapat kerjasama tim yang baik. Untuk mendapatkan kerjasama tim yang tangguh diperlukan pemain-pemain yang menguasai bagian-bagian dari bermacam-macam teknik dasar bermain sepakbola dan terampil melaksanakannya. Kualitas keterampilan teknik dasar bermain setiap pemain lepas dari faktor-faktor kondisi fisik dan taktik sangat menentukan tingkat permainan suatu kesebelasan sepakbola. Makin baik tingkat penguasaan keterampilan teknik dasar bermain setiap pemainnya di dalam memainkan dan menguasai bola, maka makin cepat dan cermat kerjasama kolektif akan tercapai. Dengan demikian kesebelasan akan lebih lama menguasai bola dan akan mendapatkan keuntungan secara fisik dan taktik.
Faktor-faktor tersebut yang perlu mendapat perhatian baik bagi pemain, pelatih dan semua pihak yang bersangkutan dengan pembinaan prestasi dalam permainan sepakbola. Selain faktor-faktor tersebut dalam setiap cabang olahraga selalu membutuhkan
unsur-unsur khusus agar dapat mencapai prestasi yang optimal. Unsur-unsur-unsur yang menentukan dalam pencapaian prestasi permainan sepakbola secara garis besar terdiri dari kondisi fisik, teknik, taktik dan mental. Keempat unsur kelengkapan pokok tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Kondisi Fisik
Dalam semua cabang olahraga termasuk sepakbola, faktor kondisi fisik merupakan faktor utama yang harus dibina, disamping penguasaan teknik dan taktis. Pada pertandingan sepakbola seringkali terjadi dengan tempo yang sangat tinggi, sehingga diperlukan kerja otot yang tinggi. Dalam hal ini jelas diperlukan kondisi fisik yang prima. Dari gambaran tersebut diketahui bahwa untuk menjadi pemain sepakbola yang berprestasi diperlukan kondisi fisik yang baik. Dalam usaha pencapaian prestasi tinggi dalam permainan sepakbola peningkatan kondisi fisik perlu dilakukan secara terus menerus.
Teknik dan taktis dalam permainan sepakbola, tidak mungkin dapat diterapkan secara sempurna apabila tidak ditunjang dengan kondisi fisik yang baik dari pemain. Meskipun unsur kondisi fisik yang diperlukan untuk masing-masing cabang olahraga berbeda, tetapi unsur kondisi fisik sangat diperlukan oleh semua cabang olahraga. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mochamad Sajoto (1995:8) bahwa “kondisi fisik adalah satu persyaratan yang sangat diperlukan dalam usaha peningkatan prestasi seorang atlet bahkan dapat dikatakan sebagai keperluan dasar yang tidak dapat ditunda atau ditawar-tawar lagi”.
Demikian halnya dengan cabang olahraga sepakbola, unsur fisik yang memadai merupakan hal pokok yang harus dimiliki oleh semua pemainnya. Adapun unsur-unsur
fisik yang harus dimiliki oleh pemain menurut Mochamad Sajoto (1995:8) adalah mencakup: 1. Kekuatan 2. Daya tahan 3. Daya ledak 4. Kecepatan 5. Daya lentur 6. Kelincahan 7. Koordinasi 8. Keseimbangan 9. Ketepatan 10. Reaksi
Unsur-unsur tersebut harus diperhatikan oleh pelatih maupun pemain sepakbola. Untuk dapat memiliki kondisi fisik yang prima, pemain sepakbola dituntut untuk melakukan latihan fisik yang sistematis, terprogram dan kontinyu. Apabila seorang pemain memiliki kemampuan fisik yang prima, maka pemain tersebut dapat memungkinkan bermain dengan cepat serta mengikuti pola taktis dan strategi dalam permainan sepakbola yang telah diintruksikan oleh pelatih.
2) Unsur Teknik
Penguasaan teknik merupakan unsur utama dalam olahraga. Latihan teknik yang bertujuan untuk mengembangkan penguasaan gerak dalam cabang olahraga tersebut. Penguasaan teknik merupakan suatu landasan dalam usaha mencapai prestasi yang optimal. Demikian juga dalam permainan sepakbola, untuk mencapai prestasi dalam permainan sepakbola faktor utama yang harus dikembangkan adalah unsur keterampilan teknik dasar bermain sepakbola.
Menurut Suharno HP (1986:42) bahwa “teknik adalah suatu proses gerakan dan pembuktian dalam praktik sebaik mungkin untuk menyelesaikan tugas yang pasti dalam cabang olahraga”. Penguasaan teknik dasar permainan sepakbola merupakan
salah satu unsur yang menentukan menang dan kalahnya satu regu dalam pertandingan, disamping unsur kondisi fisik, taktik dan mental. Sehingga apabila ingin meningkatkan mutu prestasi pemain sepakbola, maka teknik dasar ini harus benar-benar dikuasai oleh pemain terlebih dahulu. Untuk dapat menguasai keterampilan teknik dasar bermain sepakbola, harus melakukan latihan secara sistematis, teratur dan kontinyu dan berulang-ulang dengan mengikuti prinsip pola gerak yang benar.
3) Taktik dan Strategi
Dalam cabang olahraga khususnya permainan, apabila kemampuan teknik dan fisik telah memadai, maka tahap selanjutnya dalam meningkatkan prestasi atau kemampuan permainan tim adalah memberikan pengetahuan dan keterampilan tentang strategi dan taktik dalam bermain.
Menurut Suharno HP (1986:42) yang dimaksud dengan “taktis ialah siasat atau akal yang digunakan pada saat pertandingan untuk mencari kemenangan secara sportif”. Dalam permainan sepakbola, kemampuan dalam strategi dan taktik juga mutlak diperlukan untuk memperoleh kemenangan dalam suatu pertandingan. Tanpa memiliki kemampuan dalam taktik dan strategi dalam permainan, maka pemain tidak akan dapat mengembangkan pertandingan, sehingga sangat mustahil untuk dapat meraih prestasi yang tinggi dalam permainan sepakbola.
4) Mental
Mental yang tinggi merupakan salah satu modal utama untuk menuju jenjang kematangan juara, setelah menguasai teknik, taktik maupun fisik. Tanpa memiliki mental yang baik, sulit kiranya untuk dapat mencapai prestasi yang optimal, meskipun memiliki kemampuan teknik, fisik dan taktik yang baik. Hal ini sesuai dengan
pendapat Harsono (1988:101) bahwa “Betapa sempurnanya perkembangan fisik, teknik dan taktis atlet, apabila mentalnya tidak turut berkembang prestasi tinggi tidak mungkin akan dapat dicapai”.
Pembinaan mental dan kematangan juara dalam sepakbola sama pentingnya dengan pembinaan teknik, fisik dan taktik. Pembinaan mental pemain harus ditujukan pada penanaman unsur-unsur psikologis yang mendukung terhadap pencapaian prestasi dalam olahraga. Pembinaan mental dan kematangan juara, dapat dilakukan melalui pemberian pengertian kepada atlet serta melalui berbagai pertandingan uji coba di dalam tim sendiri maupun uji coba dengan tim yang lain.
b. Teknik Dasar Bermain Sepakbola
Teknik merupakan dasar yang harus dimiliki oleh setiap pemain agar tercapai prestasi yang semaksimal mungkin. Menurut Hamidsyah Noer (1996:271) “Teknik adalah suatu proses gerakan dan pembuktian dalam praktik dengan sebaik mungkin untuk menyelesaikan tugas yang pasti dalam suatu cabang olahraga.” Sedangkan menurut Suharno HP (1986:47) bahwa: “Teknik dasar adalah suatu teknik dimana proses gerakannya merupakan dasar, dan gerakan itu dalam kondisi sederhana dan mudah”. Pembinaan teknik dasar bermain sepakbola disamping pembinaan kondisi fisik, pembinaan taktik, dan pembinaan kematangan juara. Jelaslah dari kelima macam pembinaan tersebut yang fundamental dan yang harus lebih diutamakan adalah pembinaan teknik dasar bermain di samping pembinaan lainnya. Kemampuan teknik menguasai bola merupakan syarat utama bagi setiap pemain sepakbola yang erat hubungannya dengan prestasi, oleh karena itu setiap pemain perlu mempelajari unsur-unsur teknik secara seksama. Yang dimaksud dengan teknik dasar bermain sepakbola
adalah menendang bola, menggiring bola (dribbling), mengontrol bola (controlling), menyundul bola (heading), melempar bola (throw-in), dan menembak bola (shooting) yang di uraikan pada penjelasan berikut ini:
a. Menendang Bola
Menendang bola merupakan teknik dasar bermain sepakbola yang sering digunakan dalam permainan sepakbola. Suatu kesebelasan yang tangguh adalah suatu kesebelasan yang semua pemainnya yang menguasai teknik dasar menendang bola yang baik. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menendang bola adalah sebagai berikut :
1) Pada waktu akan menendang bola, pandangan mata mengikuti arah posisi bola yang akan diarahkan.
2) Posisi kaki tumpu tepat disamping bola karena hal ini dapat menentukan arah lintasan dan tinggi rendahnya lambungan bola.
3) Pergelangan kaki yang akan menendang bola dikuatkan, tungkai kaki yang menendang bola diangkat ke belakang kemudian diayunkan ke belakang bola.
Macam-macam teknik dasar menendang bola:
1) Teknik dasar menendang bola dengan kaki bagian dalam
Dalam mengajarkan teknik dasar menendang bola dengan kaki bagian dalam harus dilakukan bersama-sama dengan latihan menghentikan bola. Adapun teknik menendang bola dengan kaki bagian dalam adalah sebagai berikut: (a) Pemain berdiri 3 sampai 4 langkah dibelakang bola dan arah sasaran bola merupakan satu garis lurus; (b) Pemain lari ke arah bola, menendang bola
dengan kaki bagian dalam ke arah kawan kemudian kawan yang menerima bola tadi menendang bola kembali ke arah pemain yang menendang pertama.
2) Teknik dasar menendang bola dengan punggung kaki
Teknik menendang bola dengan punggung kaki ini sering digunakan dalam permainan untuk menembakkan ke gawang. Adapun teknik dasar menendang bola dengan punggung kaki adalah: (a) Pemain berdiri 3 sampai 4 langkah di belakang bola dan arah sasaran bola merupakan satu garis lurus; (b) Pemain berlari dan menendang bola dengan punggung kaki ke arah sasaran, (d) kemudian pemain yang menerima bola menendang kembali ke arah pemain yang menendang pertama kali.
3) Teknik dasar menendang bola dengan punggung kaki bagian dalam dan bagian luar.
Adapun teknik dasar menendang bola dengan punggung kaki bagian dalam dan luar adalah: (a) Letakkan kaki tumpu di samping bola dengan jarak kurang lebih 25 cm, dan posisi kaki agak ke belakang, arah kaki tumpu sejajar dengan arah sasaran; (b) Kaki yang akan menendang diangkat ke belakang kemudian diayunkan ke arah belakang bola; (c) Sikap badan agak condong ke depan, kedua lengan terbuka di samping badan untuk menjaga keseimbangan; (d) Bola yang ditendang hendaknya mengenai tengah-tengah bola maka bola akan melambung rendah atau sedang.
b. Mengontrol Bola (Controlling)
Dalam permainan sepakbola, mengontrol bola sangat penting baik itu bola datar maupun bola di udara yang datang kepada seorang pemain sepakbola dari berbagai
ketinggian dengan segala macam kecepatan dan sudut. Untuk menghentikan bola datar dan yang berada di udara seorang pemain harus bisa menguasai dan siap mengoperkan kepada pemain yang lain dalam suatu permainan. Mengontrol bola bisa dilakukan dengan menggunakan seluruh bagian tubuh kecuali tangan. Menurut Scheunemann (2008:56) “apa pun bagian tubuh yang dipakai, cara mengontrol bola pada dasarnya sama. Sesaat sebelum bola sampai, pastikan bagian tubuh yang digunakan sedikit mengalah ke belakang. Hal ini akan mencegah bola untuk memantul dengan keras ke depan”. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengontrol bola:
1) Seorang pemain, lari menjemput arah datangnya bola dan pandangan ke arah berhentinya bola.
2) Kaki tumpu menerirna seluruh berat badan, kedua lutut sedikit ditekuk.
3) Sebelum mengontrol bola seorang pemain harus segera memikirkan bola yang telah dikuasai untuk dioperkan kepada kawan, di giring atau ditembakkan ke arah gawang.
4) Posisi badan siap menerima bola yang datang dengan semua bagian tubuh kecuali tangan.
Macam-macam teknik dasar mengontrol bola:
1) Teknik dasar mengontrol bola dengan kaki bagian dalam
Penggunaan dalam permainan sepakbola adalah untuk menahan bola datar yang bergulir di atas tanah. Adapun teknik menahan bola dengan bagian kaki bagian dalam sebagai berikut: (a) Seorang pemain harus lari menyusul arah datangnya bola, pandangan tertuju ke arah bola dan setelah dekat bola segera
berhenti, (b) Posisi kaki digerakkan ke depan ke arah datangnya bola, tepat di tengah-tengah kaki bagian dalam menahan bola, (c) Kaki penerima bola digerakkan ke belakang mengikuti arah lintasan bola, (d) Kemudian letakkan kaki penerima dalam posisi tegak lurus dengan kaki tumpu, lurus pada ujung tumit kaki tumpu.
2) Teknik dasar mengontrol bola dengan punggung kaki
Teknik ini sering digunakan dalam permainan sepakbola untuk mengontrol operan bola dari teman baik bola datar maupun bola lambung. Adapun tekniknya sebagai berikut: (a) Lari menyongsong arah datangnya bola, pandangan tertuju ke arah datangnya bola, setelah dekat dengan bola segera berhenti, (b) Ujung jari (sepatu) kaki tumpu ke arah datangnya bola, letakkan kaki tumpu sedikit ditekuk, (c) Kaki penerima menerima bola tepat pada punggung kaki di tengah-tengah bola, selanjutnya kaki penerima digerakkan ke arah belakang mengikuti arah lintasan bola hingga kaki penerima dan bola berhenti.
3) Teknik dasar mengontrol bola dengan punggung kaki bagian luar
Adapun tekniknya sebagai berikut: (a) Lari menyongsong arah datangnya bola, setelah dekat dengan bola segera berhenti, (b) Ujung jari kaki tumpu menghadap arah datangnya bola, ke dua lutut kaki sedikit di tekuk, (c) Kaki penerima segera digerakkan ke depan ke arah datangnya bola dengan punggung kaki bagian luar pada tengah tengah depan bola, (d) Kemudian kaki penerima digerakkan ke arah belakang mengikuti arah lintasan bola.
Mengontrol bola dengan paha sering digunakan dalam permainan sepakbola, biasanya untuk mengontrol bola yang melambung. Adapun tekniknya sebagi berikut: (a) Seorang pemain berlari menjemput arah datangnya bola dan berhenti di tempat jatuhnya bola, (b) Kaki tumpu menghadap arah datangnya bola, kedua lutut kaki sedikit di tekuk, (c) Kaki penerima diangkat ke depan, paha diangkat ke atas menghadap arah jatuhnya bola kemudian menahan bola dengan paha.
5) Teknik dasar mengontrol bola dengan dada
Teknik mengontrol bola dengan dada biasanya digunakan untuk menerima bola di udara yang datang ke arah seorang pemain sepakbola. Adapun tekniknya adalah sebagai berikut: (a) Seorang pemain lari segera menjemput arah jatuhnya bola, (b) Kedua kaki berdiri kangkang ke muka belakang, kedua lutut sedikit ditekuk dan pandangan terarah pada jatuhnya bola, (c) Dada dibusungkan siap menerima jatuhnya bola. Apabila bola diterima dengan otot dada sebelah kanan atau kiri, setelah bola menyentuh dada posisi badan segera di tarik ke belakang. 6) Teknik dasar mengontrol bola dengan dahi
Teknik ini sering digunakan dalam permainan sepakbola untuk mengontrol bola lambung di udara. Adapun teknik menerima bola dengan dahi adalah sebagai berikut: (a) Daerah kepala di atas alis dibawah rambut, apabila bola melambung datar di udara setinggi dahi. Seorang pemain segera menjemput ke arah datangnya bola, setelah dekat dengan bola segera berhenti dengan posisi kaki kangkang muka-belakang, kedua lutut sedikit ditekuk, (b) Setelah bola
menyentuh dahi, badan segera ditarik ke belakang, (c) Setelah bola jatuh ke tanah kemudian di kontrol dan segera dikuasai.
c. Menggiring Bola (Dribbling)
Menurut Mielke (2003:1) “dribbling dalam permainan sepakbola didefinisikan sebagai penguasaan bola dengan kaki saat kamu bergerak di lapangan permainan”. Menggiring bola dapat di artikan sebagai suatu gerakan lari menggunakan bagian kaki mendorong bola agar bergulir terus-menerus di atas tanah. Menggiring bola dapat dilakukan pada saat-saat menguntungkan saja, yaitu bebas dari lawan. Kegunaan teknik menggiring bola antara lain untuk melewati lawan, berputar dan mengubah arah bola, mencari kesempatan memberikan umpan bola kepada kawan dengan tepat, menahan bola tetap dalam penguasaan, dan menyelamatkan bola, apabila tidak terdapat kemungkinan atau kesempatan untuk segera mengoperkan bola kepada kawan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggiring bola :
1) Bola yang berada dalam penguasaan pemain, harus selalu dekat dengan kaki, badan pemain terletak antara bola supaya tidak mudah direbut oleh lawan, bola selalu dikontrol.
2) Di depan pemain terdapat daerah kosong, bebas dari lawan.
3) Bola digiring dengan kaki kanan atau kiri, setiap langkah kaki kanan atau kiri mendorong bola ke depan, bukan di tendang. Irama sentuhan kaki pada bola tidak mengubah irama langkah kaki yang teratur.
4) Pada waktu menggiring bola pandangan mata tidak boleh selalu pada bola saja, akan tetapi harus memperhatikan atau mengamati situasi lapangan atau posisi lawan maupun kawan.
5) Posisi badan agak condong ke depan, gerakan tangan bebas seperti pada waktu posisi berlari.
Macam-macam teknik dasar menggiring bola:
1) Teknik dasar menggiring bola dengan kaki bagian dalam
Menurut Mielke (2003:2) “dribbling menggunakan sisi kaki bagian dalam memungkinkan seorang pemain untuk menggunakan sebagian besar permukaan kaki sehingga kontrol terhadap bola akan semakin besar”. Sering digunakan dalam permainan sepakbola untuk berputar dan mengubah arah bola. Teknik menggiring bola dengan punggung kaki bagian dalam adalah sebagai berikut: (a) Posisi kaki menggiring bola sama dengan posisi kaki dalam menendang bola dengan punggung kaki bagian dalam, (b) Kaki yang digunakan untuk menggiring bola tidak diayunkan seperti teknik menendang bola akan tetapi setiap langkah secara teratur mendorong bola di depan kaki sehingga tidak mudah direbut oleh lawan, (c) Pada saat menggiring bola kedua lutut sedikit ditekuk dan pada waktu kaki menyentuh bola, kemudian melihat situasi lapangan, posisi kawan atau lawan.
2) Teknik dasar menggiring bola dengan punggung kaki
Seorang pemain dapat membawa bola dengan cepat. Biasanya teknik ini sering digunakan apabila di depan pemain terdapat daerah bebas dari lawan yang cukup luas sehingga jarak untuk menggiring bola cukup jauh. Teknik menggiring bola dengan punggung kaki adalah sebagai berikut: (a) Posisi kaki sama dengan posisi kaki dalam menendang dengan menggunakan punggung kaki, (b) Setiap langkah secara teratur dengan punggung kaki kiri atau kanan
mendorong bola ke depan, dan bola harus selalu dekat dengan kaki, (c) Pada saat menggiring bola kedua lutut sedikit ditekuk, dan pandangan pada bola juga melihat situasi lapangan, posisi lawan dan kawan.
3) Teknik dasar menggiring bola dengan punggung kaki bagian luar
Menurut Mielke (2003:4) “menggunakan sisi kaki bagian luar untuk melakukan dribbling adalah salah satu cara untuk mengontrol bola”. Sering digunakan dalam permainan sepakbola karena bagian kaki yang bersentuhan dengan bola cukup luas, pemain dapat dengan mudah bergerak ke depan atau mengubah arah sesuai dengan arah kaki pada waktu berlari. Teknik menggiring bola dengan punggung kaki bagian luar adalah sebagai berikut: (a) Posisi kaki sama dengan posisi kaki dalam menendang bola dengan punggung kaki bagian luar, (b) Setiap langkah secara teratur dengan punggung kaki bagian luar kaki kanan atau kiri mendorong bola ke depan, dan bola harus selalu dekat dengan kaki sesuai dengan irama lari, (c) Pada saat menggiring bola kedua lutut sedikit ditekuk, pada waktu kaki menyentuh bola pandangan selanjutnya melihat situasi lapangan, posisi lawan atau kawan.
d. Menyundul Bola (Heading)
Menyundul bola merupakan suatu keterampilan teknik dasar dalam permainan sepakbola dengan menggunakan bagian kepala. Para pemain bisa melakukan heading ketika sedang meloncat, melompat ke depan, menjatuhkan diri (diving), atau tetap diam dan mengarahkan bola dengan tajam ke gawang atau teman satu tim (Mielke, 2003:49). Kegunaan menyundul bola dalam permainan sepakbola antara lain adalah untuk mengoperkan bola kepada teman untuk memasukkan bola ke arah gawang
lawan dan untuk menyapu bola di daerah pertahanan sendiri serta mematahkan serangan lawan. Adapun teknik menyundul bola ada dua macam yaitu menyundul bola dengan sikap berdiri di tempat dan menyundul bola dengan sikap berlari yang akan diuraikan sebagai berikut:
1) Teknik dasar menyundul bola dengan sikap berdiri ditempat
Teknik menyundul bola dengan sikap ini sering digunakan oleh seorang pemain untuk mengoperkan bola kepada kawan. Adapun tekniknya akan diuraikan sebagai berikut: (a) Posisi badan menghadap ke arah datangnya bola, kedua kaki berdiri kangkang ke muka dengan kedua lutut sedikit ditekuk, (b) Badan ditarik ke belakang, sikap badan condong ke belakang, otot-otot leher dikuatkan hingga dagu merapat pada leher, dan pandangan ke arah datangnya bola, (c) Seluruh berat badan diikutsertakan ke depan, badan condong ke depan diteruskan hingga dahi tepat mengenai bola dan gerak lanjutan ke arah sasaran dengan mengangkat kaki belakang ke depan dilanjutkan lari ke rencana posisi. 2) Teknik dasar menyundul bola dengan sikap berlari
Menyundul bola dengan sikap berlari biasanya sering digunakan dalam permainan sepakbola untuk memasukkan bola ke gawang lawan atau tindakan penyelamatan. Adapun tekniknya diuraikan sebagai berikut: (a) Pemain lari menjemput arah datangnya bola, pandangan mata tertuju ke arah bola, (b) Otot-otot leher digerakkan, kemudian dagu ditarik merapat pada leher, (c) Badan ditarik ke belakang melengkung ke daerah pinggang, kemudian digerakkan ke seluruh tubuh sehingga dahi dapat mengenai bola, (d) Pada waktu menyundul bola hendaknya pandangan mata tetap terbuka dan selalu rnengikuti ke mana
bola diarahkan dan selanjutnya diikuti gerak lanjutan untuk segera lari mencari posisi.
e. Melempar Bola (Throw-in)
Melempar bola pada permainan sepakbola dilakukan bila terjadi bola seluruhnya melampaui garis samping, baik bola datar yang menggulir di atas tanah maupun yang melayang di udara, maka seorang pemain lawan dari pihak terakhir yang menyentuh bola, dapat melakukan lemparan ke dalam di belakang garis samping ditempat bola meninggalkan lapangan permainan. Melempar bola ke dalam harus dilakukan sesuai dengan peraturan permainan yang berlaku. Throw-in dapat menjadi senjata yang ampuh dalam rencana serangan sebuah tim (Mielke, 2003:39). Dalam melempar bola tidak dibenarkan langsung membuat gol, dan keuntungannya di dalam melempar bola ke dalam tidak ada hukuman bagi pemain yang berdiri di posisi offside.
Prinsip teknik dasar melempar bola adalah: (a) Sikap berdiri, kedua kaki rapat dengan lutut sedikit di tekuk, (b) Sikap memegang bola. Kedua tangan memegang bola dengan jari-jari (direnggangkan). Jari-jari yang di belakang bola adalah ibu jari tangan kanan bertemu dengan ibu jari tangan kiri, dan ujung jari telunjuk tangan kanan bertemu dengan ujung jari telunjuk tangan kanan, sedangkan jari-jari yang lain memegang bola dibagian samping bola. Jadi seolah-olah tangan membuat wadah untuk bola, (c) Cara melempar adalah kedua tangan dengan bola diangkat di atas belakang kepala, pandangan mata tertuju ke arah kawan yang akan diberi operan bola. Pada waktu melemparkan bola dengan kekuatan otot-otot perut, bahu dan tangan diayunkan ke depan, dibantu kedua lutut yang diluruskan dan badan
digerakkan seolah-olah dijatuhkan ke depan bersamaan dengan bola yang dilepaskan, (e) Gerak lanjutan setelah bola dilepaskan, yaitu tetap berdiri di atas kedua kaki dengan ujung-ujung kaki tetap di atas tanah dan diteruskan dengan gerakan lari untuk mencari posisi.
f. Menembak Bola (Shooting)
Permainan sepakbola seorang anak dinyatakan terampil dalam menembak bola (shooting) apabila dia dapat berhasil memasukan bola ke dalam gawang paling sedikit 80% dari tembakannya. Bagi pemain tenis mereka dinyatakan terampil dalam melakukan service apabila 60 sampai 70% service pertamanya masuk. Dengan contoh-contoh tersebut bahwa keterampilan dinilai oleh produktivitas penampilan yang dilakukan pemain.
Menurut Mielke (2003:67) “dari sudut pandang penyerangan, tujuan sepakbola adalah melakukan shooting ke gawang”. Seseorang pemain harus menguasai keterampilan dasar menendang bola dan selanjutnya mengembangkan sederetan shooting yang memungkinkannya untuk melakukan tendangan shooting dan mencetak gol dari berbagai posisi di lapangan. Permainan sepakbola adalah cabang olahraga permainan beregu atau permainan tim. Kesebelasan yang baik, kuat dan tangguh adalah kesebelasan yang mampu menampilkan permainan yang kompak. Dapat dikatakan bahwa kesebelasan yang baik bila terdapat kerjasama tim yang baik. Untuk mendapatkan kerjasama tim yang tangguh diperlukan pemain-pemain yang menguasai bagian-bagian dari bermacam-macam teknik dasar bermain sepakbola dan terampil melaksanakannya. Kualitas keterampilan teknik dasar bermain setiap pemain lepas dari faktor-faktor kondisi fisik dan taktik sangat menentukan tingkat
permainan suatu kesebelasan sepakbola. Makin baik tingkat penguasaan keterampilan teknik dasar bermain setiap pemainnya di dalam memainkan dan menguasai bola, maka makin cepat dan cermat kerjasama kolektif akan tercapai. Dengan demikian kesebelasan akan lebih lama menguasai bola dan akan mendapatkan keuntungan secara fisik dan taktik.
Untuk dapat mencapai penguasaan teknik-teknik dasar bermain sepakbola pemain harus melakukan dengan prinsip-prinsip gerakan teknik yang benar, cermat, sistematik yang dilakukan berulang-ulang terus menerus dan berkelanjutan, sehingga menghasilkan kerjasama yang baik antara sekumpulan syaraf otot untuk pembentukan gerakan yang harmonis, sehingga menghasilkan otomatisasi gerakan. Untuk dapat mencapai gerakan yang otomatis harus dimulai sejak usia muda.
Shooting sepakbola adalah gerakan yang dibutuhkan dalam permainan sepakbola, terlepas sama sekali dari permainannya. Maksudnya adalah pemain melakukan gerakan-gerakan dengan bola dan gerakan-gerakan tanpa bola. Dengan demikian setiap pemain dapat dengan mudah memerintah bola dan memerintah badan atau anggota badan sendiri dalam semua situasi bermain. Setiap pemain sepakbola dengan mudah dapat memerintah bola dengan kakinya, dengan tungkainya, dengan badannya, dengan kepalanya, kecuali dengan kedua belah tangannya yang dilakukan dengan cepat dan cermat. Dengan demikian setiap pemain telah memiliki gerakan yang otomatis atau ball feeling yang sempurna serta peka terhadap bola.
Penguasaan keterampilan yang baik dapat diperoleh melalui usaha pengkajian terhadap peserta didik, bentuk dan modal pembelajaran serta faktor-faktor yang
menunjang pada cabang olahraga yang bersangkutan. Pembentukan keterampilan olahraga pada umumnya banyak berhubungan dengan tindakan yang menyangkut gerakan-gerakan koordinasi otot. Koordinasi gerakan dipengaruhi oleh fungsi syaraf dan diperoleh dari hasil belajar. Oleh karena itu untuk memperoleh tingkat keterampilan gerak yang tinggi diperlukan belajar dalam jangka waktu yang lama agar fungsi sistem syaraf dapat terkoordinasi dengan sempurna yang menuju pada otomatisasi gerakan. Pyke (1991:61) menyatakan bahwa “tanpa belajar atau latihan suatu keterampilan tidak akan tercapai”.
Teknik dasar bermain sepakbola merupakan semua gerakan-gerakan yang diperlukan untuk bermain sepakbola. Kemudian untuk bermain ditingkatkan menjadi keterampilan teknik bermain sepakbola yaitu penerapan teknik dasar bermain ke dalam permainan. Teknik dasar bermain sepakbola meliputi teknik tanpa bola dan teknik dengan bola. Teknik tanpa bola merupakan semua gerakan-gerakan tanpa bola yang terdiri dari lari cepat mengubah arah, melompat dan meloncat, gerak tipu dengan badan dan gerakan-gerakan khusus penjaga gawang. Sedangkan teknik dengan bola meliputi mengenal bola, menendang bola, mengontrol bola, mengiring bola, heading, melempar bola, menembak bola. Beberapa teknik dasar yang perlu dipelajari menurut Sneyers (1998:11), yaitu:
“Mengendalikan bola dengan kaki, paha, dada dan kepala, meneruskan bola tanpa ditahan, dribbling, tendangan sambil salto, pass pendek dan panjang, melempar bola, tendangan langsung dan tidak langsung, tendangan sudut pendek dan yang panjang, menyundul bola, memberi efek pada bola dan sebagainya”.
Sedangkan menurut Fuchs, Dieter and Gunter (1981:48) adalah “keterampilan teknik bermain sepakbola terdiri dari menendang, trapping, dribling, volleying,
heading dan throw-in”. Selanjutnya disebutkan secara garis besarnya keterampilan teknik bermain sepakbola yang harus dikuasai oleh setiap pemain sepakbola meliputi: menendang (instep kick, inside foot kick, outside foot kick, heel kick), trapping atau menghentikan bola (sole of the foot trap, Foot trap, body trap). Tiap bagian dapat diajarkan secara terpisah-pisah sesuai dengan kebutuhan bahan atau materi pembelajaran.
Indikator penguasaan keterampilan bermain sepakbola, apabila masing-masing anak menguasai dan mampu melakukan berbagai teknik dasar bermain sepakbola tersebut. Dalam proses pembelajaran selanjutnya, pemain agar selalu mempelajari dan mempraktikkan berulang-ulang bagaimana mengolah dan mempermainkan bola agar dapat menumbuhkan naluri terhadap gerak bola.
Pembelajaran keterampilan gerak bermain sepakbola adalah hasil tes dan unsur-unsur dasar bermain sepakbola. Banyak sekali model tes keterampilan bermain sepakbola yang telah dibakukan dan hasilnya dapat dijadikan prediksi keterampilan masing-masing anak. Menurut Mor-Christian General Soccer Ability Skill Test Battery dalam Strand & Wilson (1993:122) meliputi: “passing, dribbling dan shooting”. Yeagley Soccer Battery Test dalam Strand & Wilson (1993:124) menyebutkan bahwa “item tes untuk keterampilan bermain sepakbola meliputi dribbling, wall volley dan juggling. Tes keterampilan bermain sepakbola dari Plooyer (1970:152-157) meliputi “menimang-nimang bola, keterampilan dalam lapangan bujur sangkar, menggiring dan menendang bola ke dalam sasaran, menembak ke sasaran dalam gawang, dan tes keterampilan lari sambil menendang bola ke dalam sasaran yang berada di sebelah kanan dan kiri”.
c. Dribble Shooting Sepakbola
Dribble shooting merupakan gabungan dua kata antara dribble dan shooting. Yang dimaksud dengan dribble adalah “keterampilan dasar dalam sepakbola karena semua pemain harus mampu menguasai bola saat sedang bergerak, berdiri, atau bersiap melakukan operan atau tembakan” (Mielke, 2003:1). Dribble dipengaruhi oleh koordinasi, ketajaman indera, kecepatan gerak, perasaan gerak serta teknik gerakan itu sendiri.
Seorang pemain mutlak harus bisa menembak dengan cara yang benar. Menurut A. Sarumpaet, Zulfar Djazet, Parno dan Imam Sadikun (1992:20) bahwa, “tembakan bola adalah suatu usaha untuk memindahkan bola dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kaki atau bagian kaki”. Kemampuan melakukan gerakan tembakan bola mutlak diperlukan untuk menjadi pemain sepakbola yang baik. Dengan menguasai teknik dasar tembakan bola dengan baik, maka akan dapat menembak dengan tepat yang akan menunjang untuk memenangkan suatu pertandingan.
Kemampuan teknik tembakan bola besar peranannya dalam permainan sepakbola, sebab sebagian besar permainan sepakbola dilakukan dengan tembakan bola. Kemampuan tembakan diperlukan untuk memasukkan bola ke gawang baik dalam jarak dekat atau jarak jauh. Teknik menembak bola dapat digunakan sesuai dengan tujuan yang dikehendaki. Untuk mendapatkan manfaat tembakan bola secara optimal, pemain harus menguasai teknik menembak bola dengan baik. Kesebelasan sepakbola yang baik yaitu suatu kesebelasan yang semua pemainnya menguasai teknik tembakan bola dengan baik, cermat, akurat dan tepat ke arah sasaran yang dituju.
Dribble shooting merupakan salah satu teknik dasar sepakbola yang mempunyai kontribusi besar untuk mencetak gol ke gawang lawan. Pendapat lain dikemukakan Eric (2003:1) bahwa, “Tujuan utama dari pada permainan sepakbola adalah mencetak gol sebanyak-banyaknya”. Ini berarti bahwa latihan dribble shooting mau tidak mau mesti menjadi satu latihan inti dalam program latihan sepakbola mana pun juga.
Pertama yang dilakukan oleh kebanyakan pemain adalah melakukan shooting secara langsung dari dribbling mereka sendiri (Mielke, 2003:70). Seorang pemain yang mendekati gawang harus mengalahkan pertahanan lawan dan kemudian melakukan shooting ke gawang. Para pemain harus mengembangkan kebiasaan shooting sesegera mungkin setelah mereka mendapatkan posisi tembakan langsung ke gawang. Terlalu banyak pemain yang menunggu untuk mendapatkan peluang sempurna yang membuat lawan bisa menyerobot bola atau mereka kehilangan kontrol terhadap dribblingnya sendiri. Keterampilan menggiring bola yang baik dan kemampuan untuk menggunakan beberapa gerakan mengecoh serta membalik sangat penting untuk menciptakan shooting dari suatu giringan.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat dikemukakan bahwa, dribble shooting adalah kemampuan seseorang untuk menggiring dan menembak bola ke arah gawang terhadap permainan sepakbola. Dribble shooting dipengaruhi oleh koordinasi, jarak dan besarnya target, ketajaman indera, kecepatan gerak, perasaan gerak serta teknik gerakan tembakan. 2. Pendekatan Pembelajaran
Menurut Richards and Rodgers (1986:9) “Pendekatan adalah suatu aksiomatik yang menggambarkan sifat dari mata pelajaran yang diajarkan. Pendekatan aksiomatik ini yang menjelaskan sifat materi pelajaran diajarkan”. Dapat juga dikatakan bahwa pendekatan
merupakan sudut pandang bagi pendidik atau pengembangan terhadap proses pembelajaran, seperti pendekatan yang berpusat pada guru (teacher-centred approaches) dan pendekatan yang berpusat pada siswa (student-centred approaches). Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan strategi pembelajaran langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori. Sedangkan, pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inkuisi serta strategi pembelajaran induktif.
Belajar dan pembelajaran adalah suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, dengan belajar manusia dapat mengembangkan potensinya yang dibawa sejak lahir, hal ini sesuai pendapat Max Darsono, A. Sugandi, Martensi K.Dj (2000:1) bahwa hasil suatu belajar adalah perubahan. Morris & Shermis (1992:1) mengatakan “belajar adalah perubahan yang menetap dalam kehidupan seseorang yang tidak diwariskan secara genetis”. Perubahan itu terjadi pada pemahaman perilaku, persepsi, motivasi atau campuran dari semuanya secara sistematis sebagai akibat pengalaman dari situasi tertentu. Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan nilai sikap (Winkel, 1999:36). Belajar dapat didefinisikan sebagai proses yang menimbulkan atau merubah perilaku melalui latihan dan pengalaman, perilaku fisik (pertumbuhan) dan perubahan karena kematangan tidak termasuk belajar. Memperhatikan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian belajar secara umum adalah perubahan pada diri orang yang belajar karena pengalaman.
Pendekatan belajar merupakan salah satu strategi dasar dalam belajar mengajar digunakan untuk mencapai tujuan yang telah digariskan. Menurut Djamarah Syaiful Bahri
(2002:6), ada empat strategi dasar dalam belajar mengajar: (1) Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan, (2) Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat, (3) Memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif, (4) Menetapkan norma dan batas minimal keberhasilan. Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembina maupun pelatih harus memilih cara pendekatan belajar mengajar paling tepat dan efektif untuk mencapai tujuan, artinya bagaimana cara pembina maupun pelatih memandang suatu persoalan, konsep, pengertian dan teori apa yang digunakan dalam memecahkan suatu kasus akan mempengaruhi hasilnya.
Pendekatan pembelajaran berbeda dengan metode pembelajaran. Metode pembelajaran menekankan pada penguasaan keterampilan gerak dalam suatu cabang olahraga dalam hal ini yang dibahas dalam penelitian ini adalah dribble shooting sepakbola. Dalam pendekatan pembelajaran menekankan pada strategi dasar dalam belajar mengajar yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.
Menurut Joyce, Weil, & Calhoun (2008:8-12) mengemukakan metode pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu cara atau pola yang digunakan untuk mengatur proses pembelajaran. Sedangkan menurut Dick & Carey (1990:1) metode pembelajaran adalah suatu pendekatan dalam mengelola secara sistematis atau mencapai tujuan seperti yang diharapkan.
Metode pembelajaran bisa berbentuk penerapan cara-cara pembelajaran agar proses belajar bisa berlangsung dengan baik dan tujuannya bisa tercapai. Dalam penelitian ini, metode pembelajaran gerak menjadi fokus penelitian. Sebagai seorang pelatih atau pembina,
metode pembelajaran dalam mempelajari suatu keterampilan gerak sangatlah penting. Hal ini disebabkan karena pemain yang dilatih memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Dengan pemilihan metode pembelajaran yang tepat, maka tujuan penguasaan gerakan keterampilan akan tercapai.
Dalam mempelajari keterampilan gerak, pembina maupun pelatih bisa menyesuaikan dengan waktu, urutan dari materi pembelajaran, dan lingkungan belajar. Pelatih dapat memilih metode yang tepat yang sesuai dengan kehendak pelatih yang tentunya disesuaikan dengan kondisi-kondisi belajar itu sendiri. Dengan pemilihan metode pembelajaran yang tepat, selain diharapkan tujuan penguasaan gerak itu tercapai, pembelajaran itu sendiri akan menjadi menarik. Metode pembelajaran dengan tujuan menghasilkan gerakan keterampilan yang efisien, benar dan baik harus dilaksanakan dengan benar pada setiap pembelajaran. Untuk mendapatkan hasil keterampilan gerak yang baik, maka berbagai macam metode pembelajaran gerak bisa digunakan dan diterapkan oleh pelatih maupun pembina dalam tim. Menurut Rusli Lutan (2002:81) mengemukakan bahwa, metode belajar merupakan cara atau jalan yang ditempuh untuk menyajikan tugas-tugas ajar berupa kerja fisik dan keterampilan. Winarno Surakhmad (1994:96) mengemukakan bahwa metode adalah cara yang didalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Hal ini senada dikemukakan oleh Atwi Suparman (1994:149) bahwa metode sebagai suatu cara yang digunakan dalam menyajikan pelajaran kepada siswa untuk mencapai suatu tujuan.
Melihat uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah cara penyajian materi pelajaran yang dilakukan secara berencana dan sistematis, dimana pemberian beban latihan makin hari makin meningkat. Dengan berlatih secara sistematis dan melalui pengulangan-pengulangan yang konstan, maka neurophysiologis akan menjadi
bertambah baik. Gerakan gerakan yang semula sukar dilakukan lama-kelamaan menjadi gerakan otomatis, sehingga semakin kurang membutuhkan konsentrasi dari pada sebelum melakukan belajar, sehingga tenaga yang dikeluarkan akan dihemat.
a. Tujuan Pendekatan Pembelajaran
Dipilihnya beberapa pendekatan tertentu dalam suatu pembelajaran bertujuan untuk memberi strategi dasar bagi pelaksanaan dan kesuksesan operasional pembelajaran. Dalam hal ini pendekatan bertujuan untuk lebih memudahkan proses dan hasil pembelajaran sehingga strategi dasar dalam belajar mengajar yang digunakan bisa diraih sebaik dan semudah mungkin untuk mencapai tujuan yang telah digariskan. Tujuan pendekatan pembelajaran adalah memberikan suatu pemahaman tentang strategi pembelajaran yang dianggap efektif dan memberi panduan yang dapat diuji kecocokannya dengan kondisi nyata. Tujuan pendekatan seperti berikut: (1) Memberikan garis-garis rujukan untuk perancangan pembelajaran, (2) Menilai hasil-hasil pembelajaran yang telah dicapai, (3) Mendiaknosis masalah-masalah belajar yang timbul, dan (4) Menilai hasil penelitian dan pengembangan yang telah dilaksanakan. Keberhasilan pencapaian tujuan yang ditentukan oleh kemampuan pembina maupun pelatih dalam memberikan bimbingan dan pencermatan gerakan melalui tahapan persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan komplek, penyesuaian pola gerakan dan kreativitas (Winkel, 1999:44). Semakin tepat pendekatan yang digunakan dalam proses pembelajaran, maka semakin efektif dalam mencapai tujuan. Pembina maupun pelatih harus mampu memilih pendekatan mengajar yang tepat sehingga memberikan peluang terjadinya proses pembelajaran secara efektif dan efisien.
Menurut Nadisah (1992:96) bahwa pendekatan mengajar dan strategi yang digunakan akan dirasa cocok apabila mampu meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses.
Pendekatan mengajar merupakan suatu cara yang digunakan menyajikan pelajaran kepada pemain untuk mencapai tujuan. Pendekataan mengajar adalah suatu cara khusus yang digunakan untuk mengajar secara sistematis guna mencapai tujuan yang diinginkan. Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang mengatur faktor eksternal dalam kegiatan belajar yang mendukung dan mendorong serta menjaga tercapainya tujuan pengajaran. Dalam proses pembelajaran ada dua kegiatan yaitu kegiatan mengajar yang dilakukan oleh pembina maupun pelatih dan kegiatan belajar yang dilakukan oleh pemain. Konsep pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang sengaja dikelola untuk memungkinkan dia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu (Corey dalam Syaiful Sagala, 2003:61). Pendekatan pembelajaran adalah suatu cara penerapan materi dengan keadaan yang bervariasi secara terencana dan sistematis untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Melalui pendekatan pembelajaran akan dapat didefinisikan dengan jelas mengenai tahap-tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam pembelajaran. Selain itu, model pembelajaran dapat membantu menyelesaikan tugas pembina maupun pelatih melalui pemilihan bentuk instruksi dan penilaian sesuai dengan kondisi pembina maupun pelatih dan kemampuan mahasiswa. Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani jika pembina maupun pelatih memiliki suatu pendekatan pembelajaran yang tersusun secara rinci, akan memudahkan dalam mengelola kelas saat di lapangan. Pemanfaatan sumber belajar oleh pembina maupun pelatih akan membantu menciptakan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan
kemampuan mahasiswa. Untuk itu, para pembina maupun pelatih olahraga dapat mengembangkan atau menciptakan model-model dan pendekatan pembelajaran, dengan tujuan untuk memperlancar proses penguasaan satu keterampilan gerak yang diajarkan kepada mahasiswa. Tentunya pengembangan dan penciptaan model pembelajaran harus memiliki landasan dan dasar pemikiran yang kuat, agar tidak berdampak negatif pada mahasiswa. Oleh karena itu pengembangan dan penciptaan berbagai model oleh pembina maupun pelatih dalam pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga memiliki fungsi dan peranan yang penting. Fungsi utamanya adalah sebagai acuan yang digunakan untuk menyusun materi pembelajaran tertentu, untuk membantu mahasiswa dalam memahami dan menguasai keterampilan motorik yang diajarkan. Adapun bentuk model pembelajaran yang digunakan harus disesuaikan dengan situasi, kondisi, dan tujuan pembelajaran yang dirancang.
Dari pemaparan di atas dapat dilihat bahwa pada intinya pendekatan bertujuan mengantarkan sebuah pembelajaran ke arah tujuan yang telah digariskan dengan strategi dasar dalam belajar mengajar.
b. Prinsip-Prinsip Pendekatan Pembelajaran
Prinsip pembelajaran adalah karakteristik kunci dari suatu pembelajaran yang memisahkannya dari aspek-aspek lain. Prinsip pembelajaran bukan suatu model atau metode pembelajaran, tetapi aspek yang mendasari berbagai model dan metode. Prinsip pembelajaran David Maerrill yang diberi istilah first principle of instruction dan prinsip pembelajaran situasional. First principle of instruction mencakup lima prinsip atau dinyatakan dalam fase-fase yang disebut dengan fase-fase pembelajaran, yakni demonstrasi, aplikasi, prinsip berbasis pada tugas, aktivasi, dan integrasi (Maerrill,
2011:44-45). Kelima fase tersebut dijabarkan ke dalam prinsip-prinsip, seperti: (1) belajar difasilitasi bila peserta didik terlibat dalam strategi pembelajaran yang berpusat pada tugas, (2) belajar difasilitasi ketika pengetahuan diaktifkan sebagai dasar untuk mendapatkan pengetahuan baru, (3) belajar difasilitasi ketika pengetahuan baru didemonstrasikan pada peserta didik, (4) belajar difasilitasi ketika pengetahuan baru diterapkan oleh peserta didik, (5) belajar difasilitasi ketika pengetahuan baru terintegrasi ke dalam dunia peserta didik.
Selain dari prinsip Merrill, prinsip kedua adalah pembelajaran situasional (situational principles of instruction) yang dipandang sebagai prinsip pembelajaran yang tidak universal karena hanya diterapkan dalam situasi tertentu. Prinsip situasional terjadi pada suatu rangkaian kesatuan (continuum) dari situasi yang sangat umum kepada suatu situasi sangat lokal (situasi yang diterapkan amat sangat jarang). Situasi tersebut menjadi sangat penting ketika berupaya menciptakan ketelitian pada prinsip-prinsip pembelajaran yang dilakukan. Peningkatan ketelitian sangat penting dalam rangka membantu para praktisi pendidikan dalam merancang dan menentukan pembelajaran yang berkualitas, begitu pun bagi peneliti untuk merancang penelitian yang berguna untuk mengonstruksi dasar pengetahuan umum. Oleh karena itu, perlu memperhatikan tiga prinsip, yakni jenis- jenis, bagian-bagian, dan kriteria.
Pertama, jenis mencakup klasifikasi konsep dan prosedur penggunaannya. Penjelasan terhadap klasifikasi dan prosedur pelaksanaan terhadap suatu aktivitas dipandang dapat meningkatkan ketelitian yang bermuara pada peningkatan kualitas pelaksanaannya. Jika pembelajaran di desain dengan mempertimbangkan jenis-jenis, maka pemahaman terhadap pembelajaran yang dimaksud dapat dipahami dengan
komprehensif. Prinsip situasional dalam hal ini tergantung dari jenis situasi di mana pembelajaran itu diimplementasikan.
Kedua, prinsip situasi berhubungan dengan bagian-bagian. Jika jenis situasi hanya menggunakan satu cara dalam mendesain pembelajaran, sedangkan bagian-bagian dapat menggunakan berbagai macam cara tergantung dari situasi di mana bagian tesebut sesuai dengan kondisi lingkungannya. Dengan demikian, semua bagian-bagian dibutuhkan untuk membentuk suatu sistem pembelajaran yang di desain, sedangkan setiap jenis mencakup keseluruhan cara yang digunakan.
Ketiga, prinsip situasi berhungan dengan kriteria yang menentukan standar atau indikator suatu model yang dikembangkan baru dikatakan memenuhi kriteria baik atau sebaliknya. Kriteria merupakan suatu standar dalam mengukur dan menilai suatu pembelajaran yang berhasil di desain secara baik dan benar. Oleh karena itu, perancang atau peneliti harus mempertimbangkan jenis, bagian, dan kriteria di dalam mengembangkan suatu model, pendekatan, metode, strategi, atau evaluasi pembelajaran dalam upaya untuk menciptakan kualitas pembelajaran sesuai yang diharapkan. Namun demikian, tidak ada suatu prinsip yang jauh lebih baik dari prinsip lain.
Terdapat suatu prinsip yang umum dalam memfungsikan pendekatan yaitu prinsip agar pembelajaran dapat dilaksanakan dalam suasana menyenangkan, mengembirakan penuh dorongan dan motivasi sehingga materi pembelajaran itu menjadi lebih mudah untuk diterima oleh peserta didik melalui strategi dasar dalam pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, peserta didik membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses pembelajaran. Secara garis besar prinsip-prinsip konstruktivisme yang diambil adalah: (1) pengetahuan dibangun oleh peserta didik
sendiri, baik secara personal maupun secara sosial, (2) pengetahuan tidak dipindahkan dari guru ke peserta didik, kecuali dengan kearifan peserta didik sendiri untuk bernalar, (3) peserta didik aktif mengkonstruksi secara terus menerus, sehingga terjadi perubahan konsep menuju konsep yang lebih rinci, lengkap serta sesuai dengan konsep ilmiah, (4) guru sekedar membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi peserta didik berjalan mulus.
Prinsip pendekatan pembelajaran berhubungan dengan kriteria yang menentukan standar atau indikator suatu model yang dikembangkan baru dikatakan memenuhi kriteria baik atau sebaliknya. Kriteria merupakan suatu standar dalam mengukur dan menilai suatu pembelajaran yang berhasil di desain secara baik dan benar. Oleh karena itu, peneliti harus mempertimbangkan jenis, bagian, dan kriteria di dalam mengembangkan suatu model, pendekatan, metode, strategi, atau evaluasi pembelajaran dalam upaya untuk menciptakan kualitas pembelajaran sesuai yang diharapkan. Namun demikian, tidak ada suatu prinsip yang jauh lebih baik dari prinsip lain.
3. Pendekatan Pembelajaran Drill dan Bermain a. Praktik Drill
Keterampilan gerak teknik shooting sepakbola dapat dikuasai oleh anak latih dengan baik bila disertai dengan umpan balik dan balikan informatif tentang gerakan yang dilakukan. Umpan balik (feedback) adalah respon yang dihasilkan dari informasi yang diterima selama atau sesudah satu gerak (Schmidt, 1988:424). Sedangkan balikan
informatif merupakan masukan sensori yang memungkinkan kemajuan dalam keahlian (Rahantoknam, 1988:64). Selain itu, diperlukan praktik latihan yang ajeg, maju, dan berkelanjutan. Umpan balik dibedakan menjadi dua, yaitu umpan balik intrinsik dan ekstrinsik.
Pada proses berlatih melatih teknik shooting sepakbola, umpan balik ekstrinsik yang diberikan. Pada umpan balik ekstrinsik pelatih menyampaikannya pada akhir dari serangkaian gerak yang telah dilakukan. Schmidt (1988:426) menyebutnya dengan terminal feedback (umpan balik terminal), dimana umpan balik diberikan setelah satu gerak selesai dilakukan anak latih. Jadi setelah selesai satu gerak dilakukan evaluasi oleh pelatih untuk selanjutaya diberikan koreksi-koreksi seperlunya bila terjadi kesalahan gerak. Akan tetapi bila tidak terjadi kesalahan dalam gerakan cukup diberikan informasi verbal dengan kata-kata, misalnya bagus atau yang sifatnya membenarkan gerak yang dilakukan anak latih.
Informasi verbal yang membenarkan gerak merupakan salah satu bentuk pematrian atau penguatan (reinforcement) yang dilakukan oleh pelatih. Selain itu melalui latihan yang intensif dan progresif juga merupakan bentuk pematrian keterampilan, dan tentunya disertai dengan umpan balik dan balikan informatif yang sesuai dan tepat. Dengan demikian umpan balik dan balikan informatif dalam belajar keterampilan gerak selalu diperlukan, agar mendukung penguasaan keterampilan gerak yang baik dan benar. Cara ini memberikan gambaran yang jelas kepada anak latih tentang gerak yang benar dan yang salah, serta selalu dalam keadaan yang terkontrol. Pada permainan sepakbola, bola selalu dalam keadaan bergerak dan sebagai objek yang ditendang dengan kaki. Untuk itu diperlukan kemampuan dan ketajaman melihat
serta mengkoordinasikannya dengan gerakan tungkai. Pada saat melihat bola, langsung terjadi proses di dalam otak untuk memperkirakan sasaran agar bola dapat ditendang secara baik. Proses ini berlangsung cepat dan tidak terlihat oleh mata. Agar diperoleh keefektifan gerak yang dilakukan, diperkokoh kemampuan antisipasi gerak yang baik. Menurut Bloom (1981:37) keefektifan dan kemampuan mengantisipasi gerak dapat ditingkatkan dengan cara melakukan latihan-latihan drill secara kontinyu. Pada teknik shooting sepakbola latihan drill dilakukan dengan cara memberikan feeding (umpan) bola sebanyak mungkin pada anak latih, untuk selanjutnya ditendang ke sasaran. Untuk itu, anak latih harus melakukan gerakan teknik shooting sepakbola secara terus menerus sampai batas waktu yang ditentukan. Oleh karena pengulangan tehadap setiap gerak yang dilakukan akan memperkuat koneksi antara stimulus dan respon, sehingga dapat meningkatkan kemampuan anak latih dalam merespon stimulus yang diterima (Rahantoknam, 1988:26).
Gerak yang terjadi dalam aktivitas olahraga, merupakan akibat adanya stimulus yang diproses di dalam otak dan selanjutnya direspon melalui kontraksi otot, setelah merima perintah dari sistem komando syaraf yaitu otak. Oleh karena itu keterampilan gerak selalu berhubungan dengan sistem motorik internal tubuh manusia yang hasilnya dapat diamati sebagai perubaban posisi sebagian badan atau anggota badan (Keogh & Sugden, 1985:33). Selanjutnya gerak yang dilakukan secara berulang-ulang akan tersimpan dalam memori pelaku yang sewaktu-waktu akan muncul bila ada stimulus yang sama. Untuk itu, keterampilan gerak dalam olahraga harus selalu dilatihkan secara berulang-ulang agar tidak mudah hilang dari memori, sehingga individu tetap terampil dalam setiap melakukan gerakan.
Ketepatan pemberian pengulangan (drill) pada setiap gerak teknik akan mempercepat anak latih dalam menguasai keterampilan gerak. Sebaliknya, koneksi anak latih akan menjadi lemah bila pengulangan (drill) dilakukan secara tidak terprogram (Rahantoknam, 1988:26). Selain itu latihan-latihan drill (pengulangan) sangat diperlukan guna mengembangkan teknik dasar dan meningkatkan kondisi fisik (Jones, 1988:144).
Teknik shooting sepakbola merupakan teknik dasar tendangan yang relatif sulit dilakukan, khususnya bagi pemula. Untuk dapat melakukan seluruh rangkaian gerak teknik shooting sepakbola dengan baik dan benar diperlukan latihan yang dilakukan secara efektif dan efisien. Latihan-latihan dengan praktik drill sangat bagus untuk membantu meningkatkan kemampuan penguasaan teknik dasar tendangan. Dengan menggunakan praktik drill, maka teknik shooting sepakbola dapat lebih cepat dikuasai (Applewhaite & Moss, 1987:15).
Penelitian ini menggunakan sampel pemain sepakbola. Untuk itu penerapan metode yang tepat sangat diperlukan dalam mengajarkan keterampilan bermain sepakbola. Praktik drill merupakan salah satu metode yang tepat digunakan pada para pemula (Keogh & Sugden, 1985:73). Dengan demikian, praktik drill pada penelitian ini adalah bertambahnya kemampuan shooting sepakbola sebagai akibat dari latihan secara progresif yaitu diulang-ulang, ajeg, dan berkelanjutan.
Setiap awal pembelajaran gerak teknik, diupayakan agar lingkungan tidak mempengaruhi proses latihan. Dengan demikian proses latihan dilakukan secara tertutup (closed training), sehingga jenis keterampilan yang ditampilkan merupakan jenis keterampilan tertutup (closed skill). Jenis keterampilan tetutup adalah satu keterampilan
yang ditampilkan dalam satu kondisi lingkungan yang dapat diprediksi atau tetap sehingga memungkinkan individu untuk menyusun rencana gerak secara baik (Schmidt, 1988:115).
Pada pelaksanaan teknik shooting sepakbola, diperlukan serangkaian gerakan yang kompleks. Untuk itu, anak latih harus melakukan dengan cara menirukan dan mengulang-ulang secara terus menerus gerakan yang sama, sehingga akan menjadikan satu pola bentuk gerak, yaitu teknik shooting sepakbola. Oleh karena aktivitas motorik pada keterampilan tertutup tidak memerlukan penyesuaian (adjusments) ruang dan waktu dalam pola geraknya. Dengan demikian faktor-faktor lain di luar gerak tidak memberikan pengaruh yang besar selama dalam pelaksanaan gerak teknik.
Menurut Schornborn (1997:122) pengajaran teknik bagi pemain sepakbola pemula harus berorientasi pada tugas dan tujuan (task-and goal-oriented) bukan hanya pada gerakan (motion-oriented). Artinya, proses latihan pada keterampilan tertutup dilakukan dengan menggunakan pendekatan yang berorientasi pada tugas (task-orientated approach). Dengan demikian pembelajaran teknik shooting sepakbola pada pemula dibagi menjadi beberapa tahapan pelaksanaan serangkaian teknik shooting sepakbola. Adapun cara pembelajaran dilakukan dengan menggunakan hitungan untuk memerinci tahapan teknik shooting sepakbola.
Berdasarkan pelaksanaan proses latihan yang dilakukan, maka praktik drill lebih menekankan pada bentuk teknik. Pada teknik shooting sepakbola yang diajarkan dengan menggunakan praktik drill, anak latih hanya menirukan gerakan yang diperagakan oleh pelatih, dimana setiap tahap gerakan teknik shooting sepakbola harus dikuasai satu persatu. Selain itu, proses pembelajaran dilakukan secara rinci dan dibagi dalam tahapan
gerak, kondisi lingkungan yang mudah diprediksi, variabel latihan sedikit, serta tidak memerlukan penyesuaian ruang dan waktu yang rumit. Sebagai akibatnya, daya pikir dan kreativitas anak latih dalam belajar teknik shooting sepakbola tidak berkembang meskipun bentuk gerak teknik lebih baik. Sehingga metode latihan drill lebih sesuai diterapkan pada pemain sepakbola pemula yang memiliki kemampuan persepsi dan koordinasi gerak kurang baik.
Setiap metode yang diterapkan dalam proses pembelajaran maupun latihan tidak mungkin dapat diterapkan secara optimal. Artinya, setiap metode tentunya memiliki kelemahan dan kelebihan. Adapun kelemahan dan kelebihan praktik drill, sebagai berikut:
Tabel 1. Kelemahan dan Kelebihan Praktik Drill
Kelemahan Kelebihan
1. Kurang waktu recovery, sehingga anak latih cepat mengalami kelelahan. 2. Variasi latihan sedikit, sehingga anak
1. Tepat bagi anak latih yang memiliki kemampuan persepsi dan koordinasi gerak yang kurang baik.
latih mudah mengalami kebosanan. 3. Pengulangan gerak yang terus
menerus membuat daya pikir dan kreativitas anak latih dalam belajar tidak berkembang.
4. Bila sarana dan prasarana kurang memadai, proses latihan menjadi tidak efektif.
2. Tepat untuk penguatan memori anak latih terhadap setiap gerak teknik yang diajarkan sehingga untuk pembentukan gerak teknik dapat dilakukan dengan cepat.
3. Bermanfaat untuk mengadaptasi beban latihan yang relatif berat.
b. Praktik Bermain
Praktik bermain memanfaatkan kekuatan motivasi yang terkait dengan bermain dan permainan untuk memperlihatkan hal yang positif dan tujuan keterlibatan. Lingkungan yang menyenangkan merangsang minat pemain dan memungkinkan para peserta untuk mempertahankan partisipasi. Menggunakan strategi yang memperlihatkan motivasi intrinsik termasuk tantangan optimal, penguasaan tugas, bermain game dan permainan kompetensi, sebagai dasar positif untuk belajar, menciptakan pengaturan ini menyenangkan. Prinsip-prinsip ini mencerminkan pendekatan psikologis untuk motivasi yang didasarkan pada teori pengendalian internal dan aplikasi mereka dalam pengaturan permainan (Piltz, 2002:4).
Ketepatan dalam mengantisipasi gerak bola ditentukan oleh mata dan kemampuan koordinasi gerak. Artinya, mata sebagai penerima stimulus berupa bola yang bergerak. Kemampuan koordinasi yang didukung oleh ketajaman melihat suatu objek, ikut menentukan ketepatan dalam pengambilan jarak antara posisi berdiri dengan gawang.
Keadaan ini hanya akan diperoleh melalui suatu proses latihan yang ajeg, teratur, dan progresif. Pada waktu latihan selain meningkatkan keterampilan gerak, juga meningkatkan ketepatan antisipasi, koordinasi, dan pemahaman terhadap keterampilan gerak yang dilakukan (Sage, 1984:131). Dengan demikian, pada akhirnya akan diperoleh suatu otomatisasi gerak.
Pada dasarnya model pemrosesan informasi bersumber dari model input-proces-output. Pada teknik dribble shooting sepakbola input (masukan) berupa semua gerakan yang dilakukan oleh teman (pengumpan) sampai terjadi gerakan menembak. Setelah informasi atau masukannya diterima, maka terjadilah proses antara lain mengidentifikasi stimulus, memilih respons, dan memprogramkan respons. Adapun output (keluarannya) berupa gerak yang sesuai dengan perintah guru, pembina maupun pelatih (Schmidt, 1988:77).
Pada teknik dribble shooting sepakbola perintahnya adalah menembak bola ke arah gawang. Untuk itu, pemrosesan informasi dalam mempelajari suatu keterampilan perlu mendapatkan perhatian yang khusus. Oleh karena hasil belajar dribble shooting sepakbola merupakan perpaduan dari proses kemampuan psikis dan fisik. Galambas dan Morgan dalam Rahantoknam (1988:37) menyatakan bahwa belajar dapat lebih menguntungkan bila tidak dilihat sebagai suatu proses tunggal, seperti daya ingat (memory) yang terletak pada bagian tertentu dalam sistem syaraf. Akan tetapi lebih dari itu, sebagai suatu rangkaian peristiwa yang mencakup sejumlah proses pengolahan informasi yang terjadi dengan cara tertentu. Apabila hal ini benar, maka secara logis dapat diasumsikan bahwa proses belajar dapat dipermudah dengan menerapkan konsep-konsep proses informasi ke dalam mengajar ataupun melatih.
Pada permainan sepakbola, khususnya teknik dribble shooting sepakbola terdapat berbagai faktor di lingkungan permainan yang secara mendadak dapat berpengaruh terhadap kelancaran proses menembak bola. Dengan demikian, latihan harus disesuaikan dengan situasi permainan yang sebenarnya, karena situasi sesungguhnya sangat baik untuk perkembangan keterampilan gerak (Keogh & Sugden, 1985:74). Sepakbola merupakan permainan yang relatif lebih sulit dibandingkan dengan olahraga lainnya, khususnya bagi pemula. Dengan demikian bentuk latihan yang diberikan pada pemula harus menyenangkan, sehingga pemain tidak bosan dalam latihan dan bahkan berhenti bermain sepakbola. Oleh karena itu pembelajaran sepakbola untuk pemain harus dalam bentuk aktivitas yang menyenangkan, karena pemain akan cepat belajar menggunakan keterampilan sehingga akan mempermudah pencapaian prestasi puncak.
Proses pembelajaran dengan pendekatan bermain akan mempermudah pemain dalam proses pengembangan keterampilan. Pada proses pembelajaran tersebut pemain dapat langsung mengembangkan pola teknik yang diajarkan sesuai dengan lingkungan permainan sebenarnya. Penerapan metode yang mengarah pada kondisi pertandingan yang sebenarnya akan mempercepat penguasaan keterampilan yang diajarkan (Bloom, 1981:22).
Keberhasilan pemain sepakbola bukan hanya disebabkan karena kemampuan keterampilan gerak, melainkan bagaimana penafsiran pemakaian keterampilan gerak tersebut pada permainan. Artinya, latihan yang diterapkan oleh pelatih harus berorientasi pada situasi pertandingan yang sebenarnya, sehingga dapat membantu