• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pcngamalan terhadap kcccpatan pertumbuhan diameter koioni i ouetotrichu/n

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pcngamalan terhadap kcccpatan pertumbuhan diameter koioni i ouetotrichu/n"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

TV. H A S I L DAN P E M B A H A S A N

4.1. Diameter Koioni jamur CoUetotrichum capsici pada Medium P D . \ dalam Cawan Petri (mm)

Pcngamalan terhadap kcccpatan pertumbuhan diameter koioni i oUetotrichu/n capsici pada media PDA dengan perlakuan bcbcrapa konsentrasi ekstrak daun mimba setelah dianalisis ragam (Lampiran 5b) menunjukkan pcngaruh yang nyata dan hasil uji lanjut D N M R T pada taraf 5% dapat dilihat pada Tabcl 1.

Tabel 1. Diameter Koioni Jamur C capsici Pada Media I ' D A den^^an perlakuan konsentrasi ekstrak daun mimba

Konsentrasi Ekstrak daun mimba

Diameter Koioni Jamur C. Capsici (m n i) 0 % 55.40 a 1 % 5L65 b 5 % 50.70 be 10% 48.60 cd 1 5 % 47.00 d 20 % 44.25 e

Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama adalah berbeda nyata inenurut hasil D N M R T pada tarar5%. K K = 3,97%

Berdasarkan Tabel 1 diatas terlihat bahwa pada perlakuan konsentrasi ekstrak daun mimba 20%, diameter koioni jamur C. capsici adalah yang paling kecil yailu 44,25 mm dan berbeda nyata dengan pemberian perlakuan konsentrasi ekstrak daun mimba lainnya. Pada perlakuan lanpa pemberian ekslrak daun mimba (0%), memberikan hasil diameter koioni yang tertinggi yailu .sebesar 55,40 mm.

Diameter koioni jamur C. capsici yang paling rendah adalah pada konsentrasi ekslrak daun mimba 20% yakni 44,25 mm. Konsentrasi ekstrak daun mimba 20% adalah konsentrasi yang paling linggi diberikan dibandingkan dengan konsentrasi ekstrak daun mimba yang lainnya sehingga komponen senyawa raci^n dari ekslrak daun mimbanya lebih banyak yatig berpengaruh dalam nienghamba! pertumbuhan koioni jamur C. capsici. ['ertumbuhan koioni jamur C. capsici pada media PDA

(2)

20

dalam cawan petri yang telah diberikan beberapa konsentrasi ekstrak daun mimba setelah 9 hari setelah inokulasi dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Koioni jamur CoUetotrichum capsici pada cawan petri 9 hari setelah inokulasi (HSI)

Ml, Keterangan:

Mo = Konsentrasi ekstrak daun mimba 0% Ml = Konsentrasi ekstrak daun mimba 1% M2 = Konsentrasi ekstrak daun mimba 5% M3 = Konsentrasi ekstrak daun mimba 10% M 4 = Konsentrasi ekstrak daun mimba 15% M5 = Konsentrasi ekstrak daun mimba 20%

M 2

Dari gambar 7 dapat dilihat bahwa pada perlakuan MO jamur tumbuh dan berkembang memenuhi cawan petri sedangkan pada perlakuan M4 dan M5 terlihat koioni jamur mengkerut. Sedangkan pada perlakuan 1%, 5%, dan 10% pertumbuhan koioni jamur relatif kurang terhambat. Hal ini dapat disebabkan karena efek racun yang dihasilkan ekstrak daun mimba kurang maksimal dibandingkan dengan pemberian konsentrasi 15% dan 20%. Hal ini sesuai dngan pendapat Ruskin (1993) dalam Syamsudin (2003) yang menyatakan bahwa senyawa nimbin dan nimbidin yang terkandung dalam ekstrak daun mimba mempunyai efek fungisidal yang menyebabkan pertumbuhan miselium patogen akan terhambat pada konsentrasi minimal 10%.

(3)

4.2. Persentase Penghambatan Ekstrak Daun Mimba Terhadap Jamur CoUetotrichum capsici l*ada C'awaa Petri ("/o)

Hasil pengamatan persentase penghambatan senyawa ekstrak daun mimba terhadap pertumbuhan koioni CoUetotrichum capsici secara in-vilro setelah dianalisis ragam menunjukkan pengaruh nyata (Lampiran 5c) dan hasil uji lanjut D N M R T pada tarar5% dapal dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Persentase Penghambatan Koioni Jamur C. capsici oleh 1 ekstrak Daun Mimba Pada Media PDA

Konsentrasi Persentase penghambatan ("/o) Ekstrak daun mimba g/l (^lo^= 55,4 mm)

0% " " 0 1% 6,76 a 5% 8,47 a 10% 12,27 ah 1 5 % 15,15 be 2 0 % 20,12 c

Angka-angka yang diikuti oleh hurup kecil yang tidak sama adalah berbeda nyata menurut uji lanjut D N M R T pada taraf 5%. K K = 14,33 %

Berdasarkan Tabel 2 diatas terlihat bahwa perlakuan konsentrasi ekstrak daun mimba 20% persentase penghambatan terhadap jamur C. capsici pada media PDA yang paling besar tetapi berbeda tidak nyata dengan pemberian perlakuan konsentrasi ekstrak daun mimba 15%, namun berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Perlakuan konsentrasi ekstrak daun mimba 1% berbeda tidak nyata dengan perlakuan 5% dan 10% tetapi berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.

Konsentrasi ekstrak daun mimba yang terbesar dalam menghambat pertumbuhan koioni jamur C. capsici oleh ekstrak daun mimba pada media PDA adalah konsentrasi ekstrak daun mimba 20% namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan konsentrasi ekstrak daun mimba 15%. Berbeda tidak nyatanya perlakuan konsentrasi ekstrak daun mimba 20% dan 15%, yang memberikan efek penghambatan yang lebih baik dalam menekan pertumbuhan jamur C. capsici dapat disebabkan karena kandungan senyawa yang terdapat pada kedua perlakuan relatif

(4)

22

sama sehingga memberikan efek yang berbeda tidak nyata. Sedangkan pada perlakuan konsentrasi ekstrak daun mimba yang lain ( 1 % , 5%, dan 10%) memberikan efek penghambatan yang lebih rendah karena kandungan seyawa racun yang lebih rendah. Menurut Martoredjo (1997), bahwa ekstrak daun mimba dapat menurunkan perkecambahan konidium CoUetotrichum gloeosporiodes sehingga dapat menghambat laju pertumbuhan jamur C. capsici. Selain itu, ekstrak daun mimba yang mengandung senyawa nimbin dan nimbidin menyebabkan efek fungisidal sehingga menghambat pertumbuhan dan perkembangan jamur (Ruskin, 1993 dalam Syamsudin, 2003).

4.3. Masa Inkubasi Jamur CoUetotrichum capsici Pada Buah Cabai (hari)

Hasil pengamatan terhadap masa inkubasi jamur CoUetotrichum capsici pada buah cabai (waktu muncul gejala awal infeksi CoUetotrichum capsici pada buah cabai) setelah dianalisis ragam (Lampiran 5a) menunjukkan pengaruh njata dan hasil uji lanjut D N M R T pada taraf 5% dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Masa Inkubasi Jamur C capsici Pada Buah Cabai

Konsentrasi . . • \ ^ • ru •\

, , . , „ Masa mkubasi (hari) bkstrak daun mimba g/l

0% 2 a 1% 3 b 5% • 3.4 b 10% 4.4 c !5% 5.4 d 20% 5.6 d

Angka-angka yang diikuti oleh hurup kecil yang tidak sama adalah berbeda nyata inenurut hasil uji D N M R T pada taraf 5%. K K = 6,06 % setelah ditransformasi dengan

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa hasil analisis statistik pada perlakuan konsentrasi ekstrak daun mimba 20% menunjukkan masa inkubasi ynng paling lama yakni 5,6 hari, yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan konsen rasi ekslrak daun mimba 15%, tetapi berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Pad;i perlakuan tanpa pemberian konsentrasi ekslrak daun mimba (0%) menunjukkan masa inkubasi paling cepat dibandingkan dengan perlakuan lainnya dan berbeda ny < dengan perlakuan lainnya.

(5)

Pemberian konsentrasi ekstrak Haiin mimha ?.0% Han lebih baik

dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya. Hal ini disebabkan konsentrasi ekstrak daun mimba yang diaplikasikan terhadap buah cabai lebih tinggi dibandingkan dengan semua perlakuan yang ada. Pemberian konsentrasi ekstrak daun mimba yang tinggi akan menyebabkan jumlah senyawa yang dikandung ekstrak daun mimba semakin banyak, sehingga senyawa yang mcnempel pada kulit buah cabai dan masuk ke dalam jaringan buah cabai akan semakin banyak, akibatnya jamur C. capsici yang menginfeksi buah cabai akan terhambat tumbuh dan berkembangnya akibat adanya efek fungisidal yang lebih tinggi. Dengan terhambatnya masa inkubasi ini maka gejala awal penyakit antraknosa pada buah cabai akan tumbuh dengan lama. Hasil penelitian Martoredjo (1997), bahwa ekstrak daun mimba dapat mengliambat gejala penyakit antraknosa pada buah apel manalagi. Sedangkan pada konsentrasi ekstrak daun mimba yang lebih rendah terlihat bahwa masa inkubasi lebih cepat. Hal ini dapat disebabkan karena lebih rendahnya efek fungisidal yang diberikan ekstrak daun mimba terhadap buah cabai.

Pengendalian dengan menggunakan ekstrak daun mimba merupakan tindakan pengendalian yang bersifat preventif Senyawa racun seperti nimbin dan nimbidin yang terdapat pada ekstrak daun mimba dapat menghambat pembentukan spora dari jamur C. capsici sehingga jamur tidak mampu menginfeksi buah cabai. Akibatnya dapat menghambat timbulnya gejala awal dari penyakit antraknosa pada buah cabai.

4.4, Intensitas Serangan Jamur CoUetotrichum capsici Pada Buah cabai (%) Hasil pengamatan intensitas serangan CoUetotrichum capsici pada buah cabai setelah dianalisis ragam berpengaruh nyata (Lampiran 5d) dan hasil uji lanjut D N M R T pada taraf 5% dapat dilihat pada Tabel 4.

(6)

24

Tabel 4. Intensitas Serangan C. capsici Pada Buah cabai pada hari ke-8 Konsentrasi

Ekstrak daun mimba g/l

Rata-rata Intensitas Serangan (%) 0% 92.49 a 1% 63.75 b 5% 47.91 c 10% 39.58 d !5% 33.33 de 20% 27.4 e

Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama adalah l>erl)eda nyata menurut uji DNMRT pada taraf 5%. K K = 7,85% setelah ditransformasi dengan Arc sin ^jy

Pada Tabel 4 diatas terlihat bahwa perlakuan konsentrasi ekstrak daun mimba 20%, intensitas serangan jamur C. capsici pada buah cabai paling rendah yaitu 27,4% dan berbeda tidak nyata dengan pemberian perlakuan konsentrasi ekstrak daun mimba 15%, tetapi berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Pada perlakuan konsentrasi ekstrak daun mimba 0% menunjukkan intensitas serangan yang paling tinggi yaitu 92,49%. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Intensitas Serangan Penyakit Antraknosa Pada Buah Cabai 8 Hari Setelah Inokulasi (HSI)

(7)

Keterangan:

Mo= Konsentrasi ekstrak daun mimba 0% M | = Konsentrasi ekstrak daun mimba 1% M 2 = Konsentrasi ekstrak daun mimba 5% M3 - Konsentrasi ekstrak daun mimba 10% M 4 = Konsentrasi ekstrak daun mimba 15% Ms - Konsentrasi ekstrak daun mimba 20%

Pengurangan intensitas serangan jamur C. capsici dibandingkan dengan intensitas serangan jamur C. capsici pada buah cabai panpa pemnerian ekstrak daun mimba (0%) dibandingkan dengan buah yang diberikan konsentrasi ekstrak daun mimba dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Pengurangan intensitas serangan penyakit antraknosa Konsentrasi

Bkstrak daun mimba g/l

pengurangan Intensitas Serangan Penyakit antraknosa pada bauh cabai (%)

0 % 0 1% 28.65 5% 44.4Q 10% 52.82 !5% 59.07 20% 65.04

Data tanpa dianalisa

Rendahnya intensitas serangan jamur C. capsici pada konsentrasi 20% dan 15% dapal disebabkan karena pada konsentrasi ini mempunyai daya hambat jamur yang lebih besar (Tabel 2) dan memperlambat munculnya gejala awal (Tabel 3) yang selanjutnya akan mengakibatkan rendahnya intensitas serangan jamur C. capsici pada buah cabai. Hal ini sesuai dengan laporan Tjahjani et al (1999) dalam Syamsudin (2003), yang melaporkan bahwa penggunaan ekslrak daun mimba pada tanaman cabai secara in-vitro dan in-vivo dapat mengendalikan patogen Gloeosporium piperalum yang merupakan penyebab penyakit antraknosa pada buah cabai yang muda yang terlihat nyata sampai hari ke sembilan setelah penyemprotan dengan konsentrasi minimal 10%.

Konsentrasi ekstrak daun mimba 20% dan 15% dapat mengendalikan serangan oleh jamur C. capsici pada buah cabai secara lebih baik dibandingkan dengan perlakuan konsentrasi yang lebih rendah. Hal ini dapat disebabkan karena

(8)

26

pada konsentrasi yang lebih tingi senyawa aktif yang berfungsi sebagai pengendali jamur akan lebih banyak dan dapat mengendalikan serangan jamur C. capsici. Seyawa racun seperti azadirachtin, nimbin dan nimbidin diketahui sebagai antimikroorganisme yang dapat menghambat tumbuh dan berkembangnya jamur serta dapat menghambat pembentukan tabung kecambah dari jamur C. capsici sehingga jamur tidak banyak yang mampu menginfeksi buah sehingga dapat menurunkan

intensitas serangan penyakit antraknosa pada buah cabai.

Secara keseluruhan pemberian ekstrak daun mimba berpengaruh nyata menurunkan intensitas serangan penyakit antraknosa pada buah cabai. Hal ini sesuai dengan pendapat Martoredjo (1997), yang menyatakan bahwa ekstrak daun mimba yang lebih pekat lebih mampu menghambat perkembangan gejala penyakit antraknosa pada buah apel Manalagi.

Gambar

Gambar 7. Koioni jamur CoUetotrichum capsici pada cawan petri 9 hari setelah  inokulasi (HSI)
Tabel 2. Persentase Penghambatan Koioni Jamur C. capsici oleh 1 ekstrak Daun  Mimba Pada Media PDA
Tabel 4. Intensitas Serangan C. capsici Pada Buah cabai pada hari ke-8  Konsentrasi

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan rumusan masalah, hasil penelitian, dan pembahasan dalam penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut. 1) Terjadi peningkatan kemampuan menulis kembali karangan

Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung ka- rena kerugian, kerusakan atau

Thermal unit ialah jumlah panas yang harus tersedia bagi tanaman untuk optimalisasi pertumbuhan dengan akumulasi suhu rata-rata harian diatas suhu baku (suhu

Adapun teknik analisis yang diigunakan berupa deskriptif untuk mengidentifikasi pelaksanaan program desa vokasi di Desa Kopeng, kemudian menganalisis potensi dan masalah

Nilai kehidupan dalam penggalan cerpen tersebut adalah nilai agama yang ditunjukkan dengan doa permohonan seorang ibu agar anaknya yang ke tiga tidak meninggal ketika disunat.

Sebanyak 2 gram cuplikan NaOH dilarutkan dalam 250 mL air kemudian 20 mL dari larutan ini dititrasi dengan larutan HCl 0,1 M, diperoleh data sebagai berikut:. Percobaan

menunjukkan bahwa nilai sig = 0,934 (P&gt;0,05) yang berarti tidak terdapat hubungan yang bermakna antara onset usia de- ngan kualitas hidup penderita skizofrenia