Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Tingkat Kepatuhan
Pasien dalam Terapi Pengobatan Tuberkulosis (TB) Paru di
Puskesmas Guntung Payung
*Riskawati Datu Lembang, Dita Ayulia Dwi Sandi, Karunita Ika Astuti Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Borneo Lestari Banjarbaru
Jl. Kelapa Sawit 8 Bumi Berkat Telp. (0511)4783717 Kel. Sei Besar Kec. Banjarbaru Selatan Kode Pos 70714
Riska.net96@gmail.com
ABSTRAK
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosis. TB merupakan salah satu masalah kesehatan yang utama di dunia (Nurhayati, 2011). Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya) (Notoatmodjo, 2010). Kepatuhan adalah tingkat perilaku pasien yang tertuju kepada intruksi atau petunjuk yang diberikan dalam bentuk terapi apapun yang ditentukan. Baik itu intruksi atau petunjuk untuk melakukan diet, latihan, pengobatan atau menepati janji pertemuan dengan dokter (Stanley, 2007).Tujuan penelitian ialah menggambarkan tingkat pengetahuan dan tingkat kepatuhan pasien dalam terapi pengobatan TB Paru di Puskesmas Guntung Payung. Jenis penelitian yang digunakan adalah non eksperimental dan rancangan yang digunakan adalah rancangan penelitian observasional yaitu penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh gambaran. Hasil penelitian menyatakan jumlah seluruh responden di PuskesmasGun tung Payung adalah sebanyak 46 responden. Tingkat Pengetahuan kategori baik ialah sebanyak 41% (19 responden) , cukup 24% (11 responden), dan kategori kurang 35% (16 responden).Tingkat Kepatuhan kategori patuh ialah sejumlah 54,3% (25 responden)dan kategori tidak patuh sebanyak 45,6% (21 responden). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan pasien TB dapat dinyatakan mayoritas patuh dan Tingkat kepatuhan di Puskesmas Guntung Payung dapat dinyatakan mayoritas patuh.
PENDAHULUAN
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Perkembangan kasus TB di Indonesia terus meningkat, pada tahun 2006 terdapat 231.645 kasus, dan meningkat pada tahun 2007 sebanyak 232.358 kasus dan pada tahun 2008 sebanyak 228.485 kasus (Depkes RI, 2009). Menurut data dari dinas kesehatan kota banjarbaru tahun 2015 terdapat kasus TB Paru mencapai 2593 jiwa. Laporan tahunan Dinas Kesehatan penderita TBC tahun 2015, kasus terbanyak terdapat di Puskesmas Guntung Payung dengan jumlah penderita penyakit TB Paru sebanyak 1001 jiwa, puskesmas Banjarbaru dengan jumlah penderita 150 jiwa, Puskesmas Sungai besar sebanyak 169 jiwa, Puskesmas Cempaka 395 jiwa, Puskesmas Landasan Ulin 633 jiwa, Puskesmas Banjarbaru Utara 157 jiwa, Liang Anggang 18 jiwa dan terakhir Puskesmas Sungai Ulin 70 jiwa.
atau petunjuk untuk melakukan diet, latihan, pengobatan atau menepati janji pertemuan dengan dokter (Stanley, 2007). Kepatuhan adalah kesesuaian antara perilaku pasien dengan ketentuan yang diberikan oleh petugas kesehatan untuk pengobatan sesuai jangka waktu yang ditentukan dan rutin kontrol ke Instansi Kesehatan (Mukhsin, 2009).
Berdasarkan latar belakang yang ada maka peneliti tertarik melakukan penulisan tugas akhir Karya Tulis Ilmia dengan judul “Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Tingkat Kepatuhan
Pasien dalam Terapi Pengobatan Tuberkulosis (TB) di Puskesmas Guntung Payung”.
METODELOGI PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah non eksperimental dan rancangan yang digunakan adalah analisis observasional yaitu penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh gambaran mengenai tingkat kepatuhan pasien dalam terapi pengobatan TB Paru dan tingkat pengetahuan pasien TB Paru.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien penderita TB Paru di Puskesmas Guntung Payung. Pengambilan sampel penelitian tingkat pengetahuan dan tingkat kepatuhan pasien TB Paru menggunakan tehknik purposive sampling.
Penelitian karya tulis ilmiah ini menggunakan instrumen kuesioner tertutup untuk mengukur tingkat pengetahuan dan tingkat kepatuhan pasien. Kuisioner tertutup adalah kuisioner yang disusun dengan menyediakan pilihan jawaban lengkap sehingga pengisi hanya tinggal memberi tanda pada jawaban yang dipilih (Risal, 2011).
Data jawaban kuesioner tigkat pengetahuan dari pasien tuberkulosis (TB) yang telah dikumpulkan selanjutnya dikelolah dengan cara semua jawaban pasien dijumlahkan dan dibuat dalam bentuk persen.
Data kuisener dinilai dengan menggunakan rumus :
P=
Keterangan :
P : hasil persentase
f : hasil pencapaian/ jumlah jawaban benar
n : hasil pencapaian maksimal/ jumlah total pernyataan 100% : bilangan konstanta tetap
Arikunto (2006) menyebutkan bahwa setelah presentasi diketahui dengan menggunakan rumus diatas, maka hasilnya akan dipresentasikan menurut tingkat pengetahuan sebagai berikut :
1) Baik = 76-100% 2) Cukup = 56 -75% 3) Kurang = <56%
Data tingkat kepatuhan pasien dari kuesioner tingkat kepatuhan dikategorikan kedalam kategori pasien “PATUH” dan “TIDAK PATUH”. Kategori dilihat dari nilai total skor yang
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengambilan data penelitian ini dilakukan dalam kurun waktu 1 bulan, yaitu pada bulan juli 2017 bertempat di Puskesmas Guntung Payung. Penelitian ini dilakukan berdasarkan rumusan masalah yaitu untuk menggambarkan tingkat pengetahuan dan tingkat kepatuhan pasien dalam terapi pengobatan tuberkulosis (TB) Paru di Puskesmas Guntung Payung. HASIL
1. Hasil Uji Validitas dan ReliabilitasKuesioner Tingkat Pengetahuan
Uji validitas dan reliabilitas dilakukan menggunakan aplikasi spss 16.0 for windows. Mengukur uji validitas kuesioner dilakukan dengan membandingkan antara nilai r tabel dan r hitung. Jika rhitung > rtabel maka dinyatakan valid, dan jika rhitung < rtabel maka instrumen dinyatakan tidak valid (Notoatmodjo, 2002). Kuesioner yang digunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan berisi 15 item pernyataan yang diujikan kepada 30 responden di Puskesmas Guntung Payung dengan karakteristik yang sama dengan responden penelitian.
Tabel 4.1 Hasil Validasi 15 Item Pernyataan Kuesioner Tingkat Pengetahuan
Berdasarkan tabel 1 uji validitas pada 30 responden dengan taraf signifikan yang digunakan sebesar 5% nilai r tabel sebesar 0,361 dari 15 item pernyataan menyatakan bahwa ada 3 item pernyataan yang tidak valid karena nilai r hitungnya lebih kecil dari nilai r tabel, yaitu pernyataan nomor 3,5 dan 11. Item pernyataan yang dinyatakan tidak valid kemudian dibuang, dari 15 item pernyataan menjadi 12 item pernyataan dan diujikan kembali kepada responden di Puskesmas Guntung Payung.
Tabel 4.2 Hasil Validasi 12 Item Pernyataan Kuesioner Tingkat Pengetahuan
Pernyataan r tabel r hitung Keterangan 1 rhitung > rtabel. Menguji reliabilitas dari kuesioner dilakukan dengan mengacu kepada nilai
Cronbach Alpha, jika nilai Cronbach Alpha lebih besar dari 0,600 maka pertanyaan kuesioner dapat dikatakan reliabel (Notoatmodjo, 2002). Dari hasil uji reliabilitas kuesioner tingkat pengetahuan menunjukkan bahwa nilai alpha cronbach ialah 0,811. Hal ini menunjukkan bahwa nilai alpha cronbach >0,6 sehinggan instrumen kuosioner dinyatakan reliabel.
. Uji validitas kuesioner tingkat kepatuhan dilakukan kepada 30 responden di Puskesmas Guntung Payung dengan karakteristik yang sama dengan responden penelitian. Hasil validitas dan reliabilitas kuesioner untuk mengetahui tingkat kepatuhan pasien TB Paru di Puskesmas Guntung Payung sebagai berikut :
Tabel 4.3 Hasil Validasi 8 Item Pernyataan Kuesioner Tingkat Kepatuhan
Pernyataan r tabel r hitung Keterangan 1 Puskesmas Guntung Payung maka dapat dinyatakan bahwa 8 item pernyataan dalam kuosioner valid dan reliabel. Kuosioner dinyatakan valit karna semua nilai rhitung > rtabel. Kuosioner dinyatakan reliabel karna nilai Cronbach Alpha yaitu sebesar 0,759 melebihi ketentuan nilai Cronbach Alpha yaitu 0,600.
3. Karakteristik Responden
Perlu diketahui bahwa responden yang mengisi kuesioner pada tingkat pengetahuan sama dengan pasien yang mengisi kuesioner pada tingkat kepatuhan. Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi umur, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan.
Gambar 4.1 Diagram Karakteristik Umur
Selanjutnya dari karakteristik berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa ada 29 responden laki-laki dan 17 responden perempuan, dapat lebih jelas dilihat dalam diagram dibawah ini :
. Gambar 4.2 Diagram. Karakteristik Jenis Kelamin
Hasil penelitian menunjukkan bahwa presentase jumlah pasien laki-laki lebih banyak daripada perempuan, yaitu sebanyak 63,04% laki-laki dan 36,9% perempuan. Karakteristik berdasarkan tingkat pendidikan ialah sebagai berikut :
17,3%
21,7%
26% 34,7%
Karakteristik Umur
>20tahun
21-35tahun
35-50tahun
>50tahun
37%
63%
Karakteristik Jenis Kelamin
Perempuan
Gambar 4.3 Diagram Karakteristik Tingkat Pendidikan
Diagram diatas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden paling banyak pada tingkat pendidikan SMA/sederajat presentasenya sebanyak 60,8% sedangkan presentase tingkat pendidikan paling sedikit pada PT/Perguruan Tinggi sebanyak 4,3%.
4. Hasil Penelitian Tingkat Pengetahuan Pasien TB Paru
Tingkat pengetahuan diketahui dari hasil kuesioner yang diisi oleh responden. Kuesioner terdiri dari 12 pernyataan, jika responden menjawab benar maka akan diberi skor 1 dan jika responden menjawab pernyataan salah maka diberi skor 0. Hasil skor perolehan dari 12 pernyataan kemudian dijumlahkan dan dibuat dalam bentuk persen kemudian dikategorikan kedalam 3 kategori tingkat pengetahuan. Arikunto (2006) menyebutkan bahwa tingkat pengetahuan dikategorikan kedalam 3 bagian yaitu sebagai berikut :
1) Baik = 76-100% 2) Cukup = 56 -75% 3) Kurang = <56%
. Tingkat pengetahuan responden di Puskesmas Guntung Payung diatas ialah sebagai berikut :
Tabel 4.4 Tingkat Pengetahuan Pasien
11%
24% 61%
4%
Karakteristik Tingkat
Pendidikan
SD/sederajat
SMP/sederajat
SMA/sederajat
Tingkat Pengetahuan Jumlah Pasien Persentasi
Baik 19 41%
Cukup 11 24%
Kurang 16 35%
Total 46 100%
Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan paling tinggi dari 46 responden ialah tingkat pengetahuan dalam kategori “BAIK” dengan presentase 41%.
Tingkat pengetahuan pasien TB Paru di Puskesmas Guntung Payung pada bulan Juli dapat dilihat dengan jelas dalam gambaran bentuk diagram berikut :
Gambar 4.4 Diagram Tingkat Pengetahuan
5. Hasil Penelitian Tingkat Kepatuhan
Keteraturan minum obat yaitu diminum tidaknya obat-obat tersebut, hal ini sangat penting karena ketidakteraturan berobat menyebabkan timbulnya masalah resistensi (Taufan, 2008). Berikut hasil penelitian Tingkat Kepatuhan Pasien TB Paru yang telah dilakukan di Puskesmas Guntung Payung :
Tabel 4.5 Tingkat Kepatuhan Pasien
41%
24% 35%
Tingkat Pengetahuan
Baik
Cukup
Tingkat Pengetahuan Jumlah Pasien Persentasi
Patuh 25 54,3%
Tidak Patuh 21 45,6%
Total 46 100%
Berdasarkan tabel diatas maka data kuisener Tingkat Pengetahuan dikategorikan kedalam pasien “PATUH” dan “TIDAK PATUH”. Apabila pasien memperoleh skor 8 dari penilaiian kuosioner maka pasien tersebut dapat dinyatakan “PATUH” dan apabila pasien
mendapat skor penilaiian <8 maka pasien dinyatakan “TIDAK PATUH” (Norhayati, 2012).
Tingkat kepatuhan pasien TB Paru di Puskesmas Guntung Payung pada bulan Juli dapat dilihat dengan jelas dalam gambaran bentuk diagram berikut :
Gambar 4.5 Diagram Tingkat Kepatuhan
Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa dari 46 responden ada 25 responden atau 54,3% responden yang “PATUH” dan 21 atau sebanyak 45,6% responden yang “TIDAK PATUH”.
PEMBAHASAN
Rumusan masalah dalam karya tulis ilmiah ini terbagi atas dua bagian, yang pertama yaitu menggambarkan tingkat pengetahuan pasien dan yang kedua yaitu menggambarkan tingkat kepatuhan pasien dalam terapi pengobatan di Puskesmas Guntung Payung. Penelitian
54% 46%
Tingkat Kepatuhan
PATUH
ini menjawab rumusan masalah dengan menggambarkan tingkat pengetahuan dan tingkat kepatuhan dalam bentuk narasi, tabel dan diagram.
Perlu diketahui bahwa ke-46 responden yang mengisi kuesioner pada tingkat pengetahuan sama dengan responden yang mengisi kuesioner pada tingkat kepatuhan. Karakteristik responden dari segi usia menyatakan bahwa pasien yang sedang menjalani terapi pengobatan di Puskesmas Guntung Payung lebih banyak berusia >50tahun, hal ini dapat dikarenakan pada usia tersebut terjadi penurunan sistem kekebalan tubuh dan imunitas yang dapat menyebabkan kondisi lebih rentan terhadap kuman tuberkulosis. Selain itu proses penuaan sendiri atau komobiditas seperti diabetes militus, malnutrisi dan penyakit-penyakit kronis lainnya dapat menjadi faktor terjadinya infeksi tuberkulosis (Bahar, 2001).
Karakteristik jenis kelamin responden pada penelitian menunjukkan bahwa persentase jumlah pasien laki-laki lebih banyak daripada perempuan, yaitu sebanyak 63,04% laki-laki dan 36,9% perempuan. Alasan mengapa laki-laki lebih rentan terinfeksi tuberkulosis paru dikarenakan beban kerja mereka yang berat, istirahat yang kurang, serta gaya hidup yang tidak sehat di antaranya adalah merokok dan minum alkohol (Rusmani, 2005)
sehingga dengan pengetahuanyang cukup maka seseorang akan memiliki perilaku hidup yang sehat.
Tingkat pengetahuan menurut Arikunto (2006) menyatakan bahwa tingkat pengetahuan dikategorikan kedalam 3 bagian yaitu kategori baik, cukup dan kurang. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Puskesmas Guntung Payung dapat dilihat bahwa kategori tingkat pengetahuan baik sebesar 41%(19 responden), cukup 24%(11 responden), dan kurabg 35%(16 responden). Tingkat pengetahuan paling tinggi berada pada kategori “BAIK” yaitu sebanyak 41% dari 46 pasien yang sedang menjalani pengobatan di Puskesmas Guntung Payung. Pengetahuan yang baik akan memunculkan sikap untuk bereaksi terhadap ojek dengan menerima, memberikan respon, menghargai dan membahasnya dengan orang lain dan mengajak untuk mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespon terhadap apa yang telah diyakininya (Notoatmodjo, 2007). Adanya pengetahuan yang baik akan mempengaruhi penderita TB paru untuk dapat melakukan sesuatu dengan teratur sehingga dapat mempengaruhi perilakunya. Semakin baik pengetahuan tentang cara minum obat secara teratur, maka penderita semakin meningkatkan keteraturan minum obat dan pada akhirnya akan cenderung berperilaku patuh berobat demi kesembuhan penyakitnya (Rifqatussa’adah,
2008).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut:
1. Tingkat pengetahuan pasien yang sedang menjalani terapi pengobatan tuberkulosis (TB) Paru di Puskesmas Guntung Payung, mayoritas dapat dinyatakan baik yaitu 19 pasien atau 41%. 2. Tingkat kepatuhan pasien yang sedang menjalani terapi pengobatan tuberkulosis (TB) Paru di
Puskesmas Guntung Payung, dapat dinyatakan mayoritas patuh yaitu sebanyak 25 pasien atau 54,3%
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka penulis memberikan saran sebagai berikut :
1. Tenaga kesehatan di Puskesmas Guntung Payung sebaiknya meningkatkan penyuluhan TB paru kepada masyarakat luas sehingga dapat meningkatkan pengetahuan tentang TB Paru dan derajat kesehatan masyarakat.
2. Petugas kesehatan TB Paru di Puskesmas Guntung Payung perlu secara terus menerus memberikan motivasi kepada pasien tuberkulosis untuk dapat tetap berobat sesuai dengan jadwal pemeriksaan demi kesembuhan penyakit yang diderita pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Ana S. Eavaluasi Kepatuhan Penggunaan Obat Pada Pasien Tuberkulosis Rawat Jalan di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2012.
Arikunto S. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Ed Revisi VI, Penerbit PT Rineka Cipta, Jakarta, 2006.
Bahar Asril. Tuberkulosis Paru. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. DepKes RI, Jakarta, 2001.
Kemenkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan Replubik Indonesia nomor : 2269/MENKES/PER/XI/2001-Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS). Jakarta : Kementerian Kesehatan RI, Jakarta 2011.
Kendarti F. S. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS) Pada Anak Kelas IV, V, VI di SDN 01 Pagi Johar Baru Jakarta Pusat. Laporan Penelitian. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Bogor, 2009.
Mukhsin. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keteraturan Minum Obat
Pada Penderita TBC Paru Yang Mengalami Konversi Di Kota Jambi, Jambi, 2009. Muhlisi. Pengaruh Gender Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita Tuberkulosis
Dengan Menggunakan Program DOTS di Kabupaten Purworejo, Tesis, Pascasarjana. IKM UGM, Jogja, 2011.
Niven. Pengantar Untuk Perawat Dan Profesional. Psikologi Kesehatan. EGC, Jakarta. 2008.
Norhayati W. Gambaran Karakteristik penderita TBC paru di Wilayah Kerja Puskesmas Pagimana, Kecamatan Pagimana, Kebupaten Banggai, Skripsi, Banggai, 2012. Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta, 2002.
Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan Ilmu Dan Seni. Rineka Cipta, Jakarta, 2007. Notoatmodjo S. Ilmu Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta, 2010.
Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta, 2012.
Pranoto. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Yogyakarta, 2007. Rasmani. Tuberkulosis klinis. Widya Medika, Jakarta, 2005.
Rizal. Pengolahan Data Penelitian Menggunakan SPSS 17.00. Cipta Pustaka, Jakarta, 2011. Rifqatuss’adah. Peran Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Penderita Tuberkulosis Paru di
Kabupaten Tangerang. Jurnal Ekologi Kesehatan, Tangerang, 2008.
Stanley M. Buku ajar keperawatan gerontik (Gerontological nursing : A healt promotion approach) Edisi 2. TIM, Jakarta, 2007.
Sugiono. Metode Penelitian Bisnis Edisi 1. Alfabet, Jakarta, 2003.
Suryono dan Setiawan A. Metodologi Penelitian kebidanan. Nuha Medika, Jakarta, 2010. Taufan. Penyakit Infeksi Tuberkulosis Paru. Rineka Cita, Jakarta, 2008.
Wawan A. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia. Nuha Medika, Yogyakarta ,2010.
WHO. (2011). Tuberkulosis Kedaruratan Global. www.tbcindonesia.or.id. Diakses tanggal 8 Januari 2017.