BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pemulung
1. Pengertian Pemulung
Pemulung adalah orang-orang yang rela bergelut dengan sampah untuk mencari sesuatu yang masih bernilai untuk dijual kepada pembeli barang bekas (pengusaha daur ulang), antara lain besi tua, botol bekas, gelas air mineral, kardus, kertas, plastik bekas (Parmonangan, 2013 dalam Wiyatna, 2015 ).
Menurut Jhones (dalam Silva:2014) pemulung adalah orang yang pekerjaannya memungut dan mengumpulkan barang-barang bekas dari tempat sampah kota. Barang-barang yang dikumpulkan berupa plastik, kertas, kardus, kaleng, pecahan kaca, besi tua, dan barang bekas lainnya. Pemulung merupakan masyarakat berstatus rendah yang cenderung miskin dan hidup sebagai migrant (Medina, 2001 dalam Wiyatna, 2015). Pemulung menurut Shalih (2003: 29 dalam Suhendri 2015) adalah orang yang memungut, mengambil, mengumpulkan, dan mencari sampah, baik perorangan atau kelompok.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan pengertian pemulung adalah orang atau sekelompok masyarakat yang hidup sebagai migrant atau tinggal di sekitar tempat pembuangan akhir yang pekerjaannya mengumpulkan barang bekas seperti botol, kardus dan sampah-sampah bekas lainya yang dianggap berguna yang berada di tempat sampah ataupun di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) untuk dijual.
2. Ciri-Ciri Pemulung
Menurut Noor Effendi (1995: 91 dalam Setiawan, 2015) pemulung dicirikan sebagai berikut :
a. Kegiatan usaha tidak terorganisasi secara baik karena timbulnya unit usaha tidak mempergunakan fasilitas atau kelembagaan yang tersedia di sektor formal.
b. Pada umumnya unit usaha tidak mempunyai izin usaha.
c. Pola kegiatan usaha tidak teratur baik dalam arti lokasi maupun jam kerja. d. Pada umumnya kebijaksanaan pemerintah untuk membantu golongan
ekonomi lemah belum sampai ke sektor ini.
e. Unit usaha sudah keluar masuk dari satu sub sektor ke sub sektor lain. f. Teknologi yang digunakan masih primitive.
h. Pendidikan yang diperlukan untuk menjalankam usaha tidak memerlukan pendidikan formal karena pendidikan yang diperlukan diperoleh dari pengalaman sambil bekerja.
i. Pada umumnya unit kerja termasuk golongan “One Man Enterprise” dan kalau mengerjakan buruh berasal dari keluarga.
j. Sumber dana modal pada umumnya berasal dari tabungan sendiri atau dari lembaga keuangan yang tidak resmi.
k. Hasil produksi atau jasa terutama dikonsumsikan oleh golongan masyarakat kota/desa berpenghasilan menengah.
3. Jenis-jenis Pemulung
Pemulung dengan keterbatasan modal dan kurangnya lapangan pekerjaan menjadikan seseorang menjadi pemulung untuk memenuhi kebutuhan hidup. Berdasarkan tempat tinggalnya berbagai jenis pemulung yang ada dan dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu:
a. Pemulung jalanan ialah pemulung yang hidup di jalanan, oleh pemerintah di deskripsikan sebagai gelandangan.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat menjadi pemulung
Menurut Mudiyono (2005 : 148 dalam Siwi, 2009) faktor–faktor yang mendasari masyarakat menjadi pemulung yaitu:
a. Faktor internal, yaitu kondisi kesehatan jasmani yang kuat, didesak dengan kebutuhan hidup yang semakin kompleks, sulit mencari pekerjaan lain, melakukan pekerjaan dengan senang, jaringan kerjasama pemulung kuat. b. Faktor eksternal, yaitu jumlah pemulung yang selalu bertambah, banyaknya
penduduk akan selalu menghasilkan sampah yang jumlahnya akan semakin banyak.
B. Masyarakat
1. Pengertian Masyarakat
Salah satu definisi dari masyarakat pada awalnya adalah “a union of
Definisi Masyarakat adalah golongan besar atau kecil terdiri dari beberapa manusia yang dengan atau karena sendirinya bertalian secara golongan dan pengaruh-mempengaruhi satu sama lain. Masyarakat adalah suatu kesatuan yang selalu berubah yang hidup karena proses masyarakat yang menyebabkan perubahan itu. Dalam zaman biasa masyarakat mengenal kehidupan yang teratur dan aman, disebabkan oleh karena pengorbanan sebagian kemerdekaan dari anggota-anggotanya, baik dengan paksa maupun sukarela. Pengorbanan disini dimaksudkan menahan nafsu dan atau kehendak sewenang-wenang, untuk mengutmakan kepentingan dan keamanan bersama. Dengan paksa berati tunduk kepada hukum-hukum yang telah ditetapkan (negara, perkumpulan, dan sebagainya) dengan sukarela berati menurut adat dan berdasarkan keinsyafan akan persaudaraan dalam kehidupan bersama itu (desa berdasarkan adat dan sebagainya) (Shadily, 1993).
Istilah Masyarakat (Society) artinya tidak diberikan ciri-ciri atau ruang lingkup tertentu yang dapat dijadikan pegangan, untuk mengadakan suatu analisa secara ilmiah. Istilah masyarakat mencakup masyarakat sederhana yang buta huruf, sampai pada masyarakat-masyarakt industrial moderen yang merupakan suatu negara. Tidak jarang pula, bahwa istilah masyarakat dipergunakan untuk menggambarkan kelompok manusia yang besar, sampai pada kelompok-kolompok kecil yang terorganisasikan (Soekanto, 1983).
Istilah masyarakat kadang-kadang dipergunakan dalam artian
“gesellachaft” atau sebagai asosiasi manusia yang ingin mencapai tujuan-tujuan
organisasi-organisasi tertentu (Soekanto, 1983). Masyarakat adalah kelompok manusia yang sengaja dibentuk secara rasional untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tertentu. Suatu totalitas dari orang-orang yang saling tergantung dan yang mengembangkan suatu kebudayaan tersendiri juga disebut masyarakat. Walaupun penggunaan istilah-istilah masyarakat masih sangat samar-samar dan umum, akan tetapi hal itu dapat dinaggap sebagai indikasi dari hakikat manusia yang senantiasa ingin hidup bersama dengan orang-orang lain. Biasa bagaimanapun juga penggunaan istilah masyarakat tak akan mungkin dilepas dari nilai-nilai, norma-norma tradisi, kepentingan-kepentingan, dan lain sebagainya. Oleh karena itu pengertian masyarakat tak mungkin dipisahkan dari kebudayaan dan kepribadian (Soekanto, 1983).
Berdasarkan pengertian menurut pendapat diatas maka dapat disimpulkan masyarakat adalah hubungan suatu orang/ sekelompok orang-orang yang hidup secara mengelompok maupun individu dan berinteraksi satu sama lain saling pengaruh dan mempengaruhi menimbulkan perubahan sosial dalam kehidupan.
2. Pembagian Masyarakat
Cara terbentuknya masyarakat mendatangkan pembagian dalam:
b. Masyarakat merdeka yang terbagi dalam:
1) Masyarakat alam yaitu yang terjadi dengan sendirinya: sugu golongan atau suku yang bertalian karena darah atau keturunan umumnya yang masih sederhana sekali kebudayaannya dalam keadaan terpencil atau tak mudah berhubungan dengan dunia luar umumnya bersifat Gemeinschaft. 2) Masyarakat budidaya terdiri karena kepentingan keduniaan atau
kepercayaan (keagamaan) antara lain kongsi perekonomian, koperasi, gereja, dan sebagainya. Umumnya bersifat Gesellsechaft (Shadily, 1993).
3. Ciri-ciri Masyarakat
Sebenarnya suatu masyarakat, merupakan suatu bentuk kehidupan bersama manusia, yang mempunyai ciri-ciri pokok sebagai berikut:
a. Manusia yang hidup bersama secara teoritis, maka jumlah manusia yang hidup bersama ada dua orang. Di dalam ilmu-ilmu sosial, khususnya sosiologi, tidak ada suatu ukuran yang mutlak ataupun angka yang pasti untuk menentukan seberapa jumlah manusia yang harus ada.
b. Bergaul selama jangka waktu yang cukup lama.
c. Adanya kesadaran bahwa setiap manusia merupakan bagian dari suatu kesatuan.
d. Adanya nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi patokkan bagi perilaku yang dianggap pantas.
4. Syarat Fungsional Masyarakat
Suatu masyarakat akan dapat dianalisa dari sudut syarat-syarat fungsionalnya, yaitu:
a. Fungsi mempertahankan pola (Pattern maintenance) fungsi ini berkaitan dengan hubungan antara masyarakat sebagai sistem sosial dengan sub-sistem kebudayaan. Hal itu berarti mempertahankan prinsip-prinsip tertinggi dari masyarakat. Oleh karena itu diorientasikan pada realita yang terakhir.
b. Fungsi integrasi Hal ini mencakup jaminan terhadap koordinasi yang diperlukan antara unit-unit dari suatu sistem sosial, khususnya yang berkaitan dengan kontribusiya pada organisasi dan berperannya keseluruhan sistem. c. Fungsi pencapaian tujuan (goal attainment). Hal ini menyangkut hubungan
anttara masyarakat sebagai sistem sosial dengan subsistem aksi kepribadian. Fungsi ini menyangkut penentuan tujuan-tujuan yang sangat penting bagi masyarakat, dan mobilisasi warga masyarakat untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut
C. Kesejahteraan
1. Pengertian Kesejahteraan
Kesejahteraan dalam arti sempit, makna kesejahteraan diartikan dalam pengertian yang bersifat sektoral, yaitu salah satu sektor dalam pembangunan (Adi 2008). Kesejahteraan yaitu aman, damai, dan sejahtera. Kesejahteraan sosial dalam artian yang sangat luas mencakup berbagai tindakan yang dilakukan manusia untuk mencapai taraf kehidupan yang lebih baik. Taraf kehidupan yang lebih baik ini tidak hanya diukur secara ekonomi dan fisik belaka, tetapi juga ikut memperhatikan aspek sosial, mental, dan segi kehidupan spiritual (Adi 2008).
2. Indikator kesejahteraan
Kesejahteraan masyarakat mempunyai aspek untuk menyajikan data yang mampu untuk mengukur semua aspek kesejahteraan. Indikator kesejahteraan menurut BKKBN 2013 tersebut adalah :
a. Pendapatan rumah tangga
Pendapatan rumah tangga digunakan sebagai porsi kesejahteraan karena di pandang lebih mencerminkan apa yang dinikmati oleh masyarakat wilayah. Pendapatan rumah tangga dapat diketahui dengan menjumlahkan pendapatan keluarga dari semua sumber pendapatan
b. Keadaan tempat tinggal
Penilaian terhadap kondisi rumah tangga berdasarkan pada jenis dinding, rumah, jenis lantai, jenis atap serta status kepemilikan.
c. Fasilitas tempat tinggal
Fasilitas tempat tinggal merupakan salah satu hal yang digunakan sebagain ukuran kesejahteraan masyarakat, hal ini dikarenakan fasilitas tempat tinggal sangat penting untuk kegiatan rumah tangga. Fasilitas tempat tinggal didasarkan pada atau tiaknya perlengkapan rumah, kakus, alat mandi, dll.
d. Kesehatan anggota rumah tangga
e. Pendidikan anak
Rendahnya tingkat pendidikan dapat menyebabkan terbatasnya akses kepada keluarga pada kegiatan produktif, dengan kata lain kepala keluarga mempunyai peluang yang sangat kecil untuk bekerja di sektor pekerjaan yang produktif. Oleh karena itu perlu adanya upaya dan kebijakan yang nyata dna sungguh-sungguh untuk memeratakan dan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Disamping itu diperlukan juga kebijakan pendidikan yang tidak saja di tunjukan untuk mengembangkan aspek intelektual, tetapi juga untuk mengembangkan karakter peserta didik. Dengan demikian pendidik menyiapkan siswa untuk memiliki kemampuan akademik, dapat beradaptasi dengan lingkungan yang cepat berubah, kreatif dalam mencari solusi masalah, dan memiliki watak yang baik.
3. Tingkat kesejahteraan keluarga
Keluarga Sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak, bertakwa kepada TYME, memiliki hubungan serasi, selaras, dan seimbang antar anggota dan antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungan (Keluarga Sejahtera BKKBN 2012). Sedangkan Fungsi keluarga menurut BKKBN 2012 antara lain:
a. Fungsi keagamaan
Keluarga juga menanamkan dan menumbuhkan serta mengembangkan nilai-nilai agama, sehingga anak menjadi manusia yang berakhlak baik dan bertaqwa.
b. Fungsi sosial budaya
Manusia adalah makhluk sosial, ia bukan hanya membutuhkan orang lain tetapi juga ia membutuhkan interaksi dengan orang lain. Setiap keluarga tinggal disuatu daerah dengan memiliki kebudayaan sendiri. Keluarga sebagai bagian dari masyarakat diharapkan mampu mempertahankan dan mengembangkan sosial budaya setempat.
c. Fungsi cinta kasih sayang
Mendapatkan cinta kasih adalah hak anak dan kewajiban orangtua untuk memenuhinya. Dengan kasih sayang orangtuanya, anak belajar bukan hanya menyayangi tetapi juga belajar menghargai orang lain.
d. Fungsi perlindungan
Keluarga mempunyai fungsi sebagai tempat berlindung bagi anggota keluarga. Dalam hal ini dimaksudkan bahwa keluarga harus memberikan rasa aman, tenang dan tenteram bagi anggota keluarganya.
e. Fungsi reproduksi
Salah satu tujuan dari perkawinan adalah memperoleh keturunan sebagai pengembangan dari tuntunan fitrah manusia. Dalam hal ini keturunan diperoleh dengan bereproduksi oleh pasangan suami istri
f. Fungsi sosialisasi dan pendidikan
g. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi adalah serangkaian dari fungsi lain yang tidak dapat dipisahkan dari sebuah keluarga. Fungsi ini dilakukan dengan cara mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
h. Fungsi pembinaan lingkungan.
Upaya pengembangan fungsi lingkungan ini dimaksud sebagai wahana bagi keluarga agar dapat mengaktualisasikan diri dalam membangun dirinya menjadi keluarga sejahtera.
4. Tahapan Keluarga Sejahtera
Menurut BKKBN 2013 menjelaskan bahwa Keluarga Sejahtera diklasifikasikan keluarga dalam tahapan dengan indikator-indikator tertentu, yaitu:
a. Tahapan Pra Sejahtera
Adalah keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu kebutuhan dasar (basic need) sebagai indikator tahapan Keluarga Sejahtera I, seperti kebutuhan untuk pengajaran agama, sandang, pangan, papan, menabung, dan memperoleh informasi.
b. Tahapan Keluarga Sejahtera I
Adalah keluarga yang baru dapat memenuhi indikator-indikator berikut: 1) Pada umumnya anggota keluarga makan dua kali sehari atau lebih.
4) Bila ada anggota keluarga sakit dibawa ke sarana kesehatan.
5) Bila pasangan usia subur ingin ber KB pergi ke sarana pelayanan kontrasepsi. 6) Semua anak umur 7-15 tahun dalam keluarga bersekolah.
c. Tahapan Keluarga Sejahtera II
Adalah keluarga yang sudah dapat memenuhi indikator Tahapan Keluarga Sejahtera I (indikator 1 s/d 6) dan indikator berikut:
7) Pada umumnya anggota keluarga melaksanakan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing.
8) Paling kurang sekali seminggu seluruh anggota keluarga makan daging/ikan/ telur.
9) Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu pasang pakaian baru dalam setahun.
10) Luas lantai rumah paling kurang 8 m2 untuk setiap penghuni rumah.
11) Tiga bulan terakhir keluarga dalam keadaan sehat, sehingga dapat melaksanakan tugas/fungsi masing-masing.
12) Ada seorang atau lebih anggota keluarga yang bekerja untuk memperoleh penghasilan.
13) Seluruh anggota keluarga umur 10 - 60 tahun bisa baca tulisan latin.
d. Tahapan Keluarga Sejahtera III
Adalah keluarga yang sudah memenuhi indikator Tahapan keluarga Sejahtera I dan Indikator Keluarga Sejahtera II (Indikator 1 s/d 14) dan indikator berikut:
15) Keluarga berupaya meningkatkan pengetahuan agama.
16) Sebagian penghasilan keluarga ditabung dalam bentuk uang atau barang. 17) Kebiasaan keluarga makan bersama paling kurang seminggu sekali
dimanfaatkan untuk berkomunikasi.
18) Keluarga ikut dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat tinggal. 19) Keluarga memperoleh informasi dari surat kabar/majalah/radio/tv.
e. Tahapan Keluarga Sejahtera III Plus
Adalah keluarga yang memenuhi indikator Tahapan keluarga Sejahtera I, Indikator Keluarga Sejahtera II dan Indikator Keluarga Sewjahtera III (Indikator 1 s/d 19) dan indikator berikut :
20) Keluarga secara teratur dengan suka rela memberikan sumbangan materiil untuk kegiatan social.
21) Ada anggota keluarga yang aktif sebagai pengurus perkumpulan sosial/ yayasan/ institusi masyarakat.
D. Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
RI, 1987 dalam Fajar, 2012). Undang-undang nomor 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, menyatakan bahwa Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah merupakan tempat dimana sampah mencapai tahap terakhir dalam pengelolaannya sejak mulai timbul di sumber, pengumpulan, pemindahan/ pengangkutan, pengolahan dan pembuangan. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) adalah tempat untuk memproses dan mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman bagi manusia dan lingkungan. TPA merupakan tempat dimana sampah diisolasi secara aman agar tidak menimbulkan gangguan terhadap lingkungan sekitarnya, sehingga penyediaan fasilitas dan perlakuan yang benar agar keamanan tersebut dapat dicapai dengan baik (Kementerian LH, 2005) dalam (Fajar, 2012).
E. Penelitian yang Relevan
Wiyatna, 2015 dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan antara Analisis Pengaruh Faktor Sosial Demografi dan Aktivitas Ekonomi terhadap
Kesejahteraan Keluarga Pemulung di Kota Denpasar”. Tujuan dari penelitian
Penelitian Dewi, 2015 dengan tujuan penelitiannya yaitu Mengetahui Kondisi Sosial Ekonomi dan Pendidikan anak pemulung di Desa Kedungrandung Kecamatan Patikraja Kabupaten Banyumas. Menganalisis tentang kondisi sosial dan ekonomi terhadap pendidikan anak pemulung di Desa Kedung randung Kecamatan Patikraja Kabupaten Banyumas. Penelitian menggunakan Metode survei, Teknik pengambilan sampel diambil menggunakan total sampling sebanyak 28 kepala keluarga. Penelitian Yusuf, 2015 dengan penelitiannya yang
berjudul “Pola Kerja Pemulung dan Relasinya Terhadap Kehidupan Sosial serta
Kesejahteraan Pemulung di TPA Bukit Pinang Samarinda”. Tujuan dari penelitian
tersebut adalah untuk mengetahui pola kerja pemulung dan relasinya terhadap kehidupan sosial serta kesejahteraan pemulung di TPA Bukit Pinang Samarinda. Menganalisis pola kerja para pemulung dan relasinya pada kehidupan sosial dan kesejahteraan pemulung di TPA Bukit Pinang Samarinda. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Berikut Tabel 2.1 perbandingan penelitian sebelumnya dengan peneliti penulis disajikan di bawah ini:
Tabel 2.1 Perbandingan Penelitian sebelumnya dengan penelitian penulis.
Peneliti Tujuan Metode Hasil
Made Yustisa Putri Wiyatna , 2015 Mengetahui hubungan antara Analisis pengaruh faktor sosial demografi Dan aktivitas ekonomi terhadap Kesejahteraan keluarga pemulung
Di kota
denpasar
Metode survai. Data dianalisis secara
deskriptif dan
keruangan.
Pengambilan sampel menggunakan metode nonprobability samping
Dengan teknik
accidental sampling. Teknik analisis data penelitian ini adalah analisis
Menunjukkan bahwa pekerjaan
pemulung sebagian besar dilakukan oleh kaum laki-laki dengan usia 30-49 tahun. Hampir seluruh responden
berstatus menikah dengan
kecenderungan lama menikah 21-30 tahun dan umumnya memiliki 2 anak. Selain itu hampir seluruh responden adalah kaum migran pendapatan sebesar kurang dari Rp.
1.000.000,- pemulung memiliki
persepsi bahwa pendapatan tersebut
cukup untuk mensejahterakan
Peneliti Tujuan Metode Hasil
PLS. demografi dan aktivitas ekonomi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesejahteraan berperan memediasi faktor sosial demografi terhadap kesejahteraan keluarga pemulung di Kota Denpasar
Laely Kurnia Dewi, 2015
Mengetahui Kondisi Sosial Ekonomi dan Pendidikan anak
pemulung di Desa Kedungrandu Kecamatan Patikraja Kabupaten Banyumas
Metode surve sampel diambil
menggunakan total sampling sebanyak 28 kepala keluarga. Teknik pengumpulan
data menggunakan
metode wawancara,
yang dikumpulkan
dengan kuisioner
meliputi data sosial
ekonomi dan
pendidikan.
Pengolahan data
dilakukan dengan
menggunakan tabulasi frekuensi dan skoring. Data
yang diperoleh
dianalisis secara deskriptif kualitatif
Hasil menunjukan bahwa kondisi sosial ekonomi dalam krikteria sedang yakni 25 kepala keluarga (89,28%), yang termasuk dalam krikteria tinggi sebanyak 2 kepala keluarga (7,15%) dan yang termasuk dalam kategori rendah 1 Kepala keluarga (3,47%). Pendidikan anak pemulung dari hasil penelitian yang mempunyai anak usia SD sebanyak 51 Kepala Keluarga (53,57%), SMP
sebanyak 10 Kepala Keluarga
(35,72%) dan SMA Sebanyak 3 Kepala Keluarga (10,71%)
Yusuf sosiatri, 2015
Mengetahui
Pola Kerja
Pemulung dan Relasinya Terhadap Kehidupan Sosial serta Kesejahteraan Pemulung di
TPA Bukit
Pinang Samarinda
Metode penelitian
yang digunakan
adalah deskriptif kualitatif, Teknik
pengumpulan data
yaitu dengan
penelitian lapangan
dengan melakukan
observasi, wawancara
mendalam, dan studi pustaka. Penelitian
ini melibatkan
pemulung, pengepul, aparatur kelurahan
Pemulung disekitar lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kelurahan Bukit Pinang Kecamatan Samarinda Ulu, memiliki pola kerja sebagai berikut : ada pembagian kerja/Sistem pembagian kerja, Jenis Barang yang dipulung dan di kumpulkan, aktivitas
memulung dilakukan secara
berkelompok dengan anggota
kelompok yang berbeda, Jam kerja pemulung tidak ditentukan, Jam kerja/ pemulung bebas datang kapan saja, Pola distribusi barang sampai ke tingkat pengepul. Pemulung dapat
Peneliti Tujuan Metode Hasil sejahtera. Silvi Irwana Monica sari, 2016 Mengetahui Tingkat Kesejahteraan masyarakat pemulung di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kaliori, Desa Kaliori, Kecamatan Kalibagor, Kabupaten Banyumas
Metode survai.
Pendekatan
penelitian Kualitatif.
Pengolahan data
menggunakan skoring sederhana. Metode Analisis data menggunakan
Metode Matching
Pengambilan sample menggunakan Total Sampling.
Hasil penelitian menujukan bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat
pemulung di Tempat Tempat
Pembuagan Akhir (TPA) Kaliori Desa Kaliori Kecamatan Kalibagor
Kabupaten Banyumas termasuk
dalam tingkat Prasejahtera sebesar 24 keluarga pemulung (63,1%) dan
termasuk dalam tingkat
kesejahteraan Sejahtera I sebesar 14 keluarga pemulung (36,8%). Dapat disimpulkan bahwa dari 38 kepala
keluarga di Tempat Tempat
Pembuagan Akhir (TPA) Kaliori Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas termasuk dalam tingkat Prasejahtera dengan hasil sebesar 24 keluarga pemulung (63,1%).
F. Landasan Teori
Berdasarkan Tinjauan Pustaka di atas, maka dapat disusun landasan teori sebagai berikut:
1. Pemulung adalah orang atau sekelompok masyarakat yang hidup sebagai migrant
atau tinggal di sekitar tempat pembuangan akhir yang pekerjaannya mengumpulkan
barang bekas seperti botol, kardus dan sampah-sampah bekas lainya yang dianggap
berguna yang berada di tempat sampah ataupun di Tempat Pembuangan Akhir
(TPA) untuk dijual.
2. Definisi Masyarakat merupakan golongan besar atau kecil terdiri dari beberapa
manusia yang dengan atau karena sendirinya bertalian secara golongan dan
pengaruh-mempengaruhi satu sama lain (Shadily, 1993). Masyarakat adalah
maupun individu dan berinteraksi satu sama lain saling pengaruh dan mempengaruhi
menimbulkan perubahan sosial dalam kehidupan.
3. Kesejahteraan dalam arti sempit, makna kesejahteraan diartikan dalam pengertian
yang bersifat sektoral, yaitu salah satu sektor dalam pembangunan (Adi 2008).
Kesejahteraan yaitu aman, damai, dan sejahtera. Kesejahteraan sosial dalam artian
yang sangat luas mencakup berbagai tindakan yang dilakukan manusia untuk
mencapai taraf kehidupan yang lebih baik. Taraf kehidupan yang lebih baik ini tidak
hanya diukur secara ekonomi dan fisik belaka, tetapi juga ikut memperhatikan aspek
sosial, mental, dan segi kehidupan spiritual (Adi 2008). Fungsi keluarga menurut
BKKBN 2012 meliputi Fungsi keagamaan Fungsi sosial budaya Fungsi cinta kasih,
Fungsi melindungi, Fungsi reproduksi, Fungsi sosialisasi dan pendidikan, Fungsi
ekonomi, Fungsi pembinaan lingkungan. Indikator Keluarga Sejahtera menurut
BKKBN (2013) dibagi menjadi 5 indikator kesejahteraan, yaitu Prasejahtera,
Sejahtera I, Sejahtera II, Sejahtera III, dan Sejahtera III plus.
4. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) menurut Undang-undang nomor 18 tahun 2008
tentang pengelolaan sampah, menyatakan bahwa Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
sampah merupakan tempat dimana sampah mencapai tahap terakhir dalam
pengelolaannya sejak mulai timbul di sumber, pengumpulan, pemindahan/
G. Kerangka Pikir
Berdasarkan Landasan teori diatas penulis dapat menyusun kerangka pikir sebagai berikut:
Gambar 2.1 Diagram Alir Kerangka Pikir
H. Hipotesis
Kesejahteraan masyarakat pemulung di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kaliori Desa Kaliori Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas lebih dari 10% tergolong dalam keluarga prasejahtera.
Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
Peluang menjadi Pemulung
Pendapatan