• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Peralihan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Namo Bintang Terhadap Kesejahteraan Sosial Rumah Tangga Pemulung di Desa Baru, Kecamatan Pancur Batu, Kabupatem Deli Serdang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Dampak Peralihan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Namo Bintang Terhadap Kesejahteraan Sosial Rumah Tangga Pemulung di Desa Baru, Kecamatan Pancur Batu, Kabupatem Deli Serdang"

Copied!
169
0
0

Teks penuh

(1)

Dampak Peralihan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Namo Bintang Terhadap Kesejahteraan Sosial Rumah Tangga Pemulung Di Desa Baru,

Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

Universitas Sumatera Utara

Oleh :

Josua Arian Hutabarat 100902038

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

ABSTRAK

Dampak Peralihan Tempat Pembuangan Akhir Namo Bintang Terhadap Kesejahteraan Sosial Rumah Tangga Pemulung di Desa Baru,

Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang

Nama : Josua Arian Hutabarat NIM : 100902038

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Kesejahteraan sosial merupakan hak semua orang untuk merasakannya. Realita yang terjadi saat ini kesejahteraan sosial belum dapat dirasakan pemulung di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Namo Bintang, Pancur Batu. TPA tersebut merupakan tempat sumber penghasilan yang begitu besar sehingga para pemulung sangat bergantung kepada TPA tersebut

Penelitian ini tergolong penelitian eksplanatif yang bertujuan untuk membuktikan hipotesis Dampak Peralihan Tempat Pembuangan Akhir Namo Bintang Terhadap Kesejahteraan Sosial Rumah Tangga Pemulung. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 163 orang pemulung. Untuk mewakili populasi yang ada, peneliti mengambil sampel 10 % dari populasi yang ada yaitu sebanyak 16 orang pemulung.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada dampak peralihan TPA Namo Bintang terhadap kesejahteraan sosial rumah tangga pemulung di Desa Baru, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang. Perubahan ini dapat dilihat dari penurunan pendapatan secara drastis. Penurunan pendapatan tersebut mengakibatkan pemenuhan kebutuhan lainnya tidak terpenuhi dengan baik.

(3)

ABSTRAC

Impact Of Namo Bintang Landfills Transition To The Social Welfare Of The Household Scangevers In The Desa Baru, Subdistric Pancur Batu,

Regency Deli Serdang

Name : Josua Arian Hutabarat NIM : 100902038

Faculty : Social Politic Science

Social welfare is a right of all people to get it. The reality of what happens when social welfare has not felt scavengers in Namo Bintang Landfills, Pancur Batu. The landfill is a source of income so large, so that the scavenger are very dependent on the landfill.

This study classified explanative research aimed to prove yhe hypothesis of the impact the transition Namo Bintang landfills of the social welfare household scavengers.

Population size in this study were 163 people scavengers. To represent the population researches took a sample of 10% of the population is 163 people scavengers.

The results of this study indicate that there is a transition effect Namo Bintang landfills in the Desa Baru, Subdistrict Pancur Batu, Deli Serdang. This change can be seen from the drastic drop in income. The revenue decline resulted in the fulfillment of other needs not met by either

(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Masa Esa,

karena atas berkat dan kasih setiaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Dampak Peralihan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Namo Bintang

Terhadap Kesejahteraan Sosial Rumah Tangga Pemulung di Desa Baru,

Kecamatan Pancur Batu, Kabupatem Deli Serdang”.

Skripsi ini diajukan sebagai syarat guna memperoleh gelar Sarjana pada

Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam

penyelesaian skripsi ini sehingga penulis harus tetap belajar untuk memperoleh

hasil yang lebih baik lagi. Hal ini semua terjadi karena berkat dan kemurahan

Tuhan yang memberikan penulis hikmat, kebijaksanaan dan karena doa serta

dukungan semua pihak dosen, keluarga dan teman-teman yang membantu penulis

untuk memperoleh pengetahuan dalam penyusunan skripsi.

Skripsi ini dipersembahkan kepada kedua orang tua yang penulis

banggakan Menhard Hutabarat dan Resmin Br. Girsang, yang telah berjuang

untuk penulis sejak kecil agar menjadi seorang anak yang sukses dan

membanggakan orang tua. Terima kasih untuk setiap didikan, doa dan perjuangan

kalian selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga ini

bisa menjadi bagian kebanggan bagi kalian.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang

(5)

semangat kepada penulis selama perkuliahan dan sampai penulis memperoleh

gelar Sarjana :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara,

2. Ibu Hairani Siregar, S.Sos, M.SP selaku Departemen Ilmu Kesejahteraan

Sosial.

3. Bapak Drs. Bengkel Ginting, M.Si, selaku dosen pembimbing penulis

yang telah bersedia membimbing dan memberi saran-saran serta illmu

kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

maksimal.

4. Kepada Seluruh Dosen Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Dosen

pengajar mata kuliah yang telah memberikan penulis ilmu pengetahuan

selama penulis menjalankan studi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Universitas Sumatera Utara

5. Kepada Kak Juraidah yang banyak membantu penulis menyelesaikan

segala adminstrasi kampus.

6. Kepada Yayasan Nurani Luhur Masyarakat yang telah memberikan

kesempatan bagi penulis untuk melaksanakan kegiatan pratikum, dimana

di yayasan ini penulis memperoleh banyak pengetahuan tentang pekerjaan

sosial.

7. Saudara-saudara penulis Ka Bela, Ka Juli, Iren dan Angga terima kasih

buat doa dan dukungannya selama ini. Kepada Iren semangat buat

studinya di Unsri semoga cepat selesai dan kepada Angga semoga nanti

(6)

8. Teman-teman seperjuangan Ilmu Kesejahteraan Sosial USU, mulai dari

Liberson Sitanggang, kawan pertama di Kessos, (cepat kerjakan skripsinya

le) kemudian MC+1 ( kawan kelompok kecil Yoyo, Pera, Fony,

Juwi,Sintong, Lince + Desi) semangat buat kita serta buat teman lain

Agus, Nopen, Haris, Desi, Riada, Halasson, Grace, Iin, Ester, Erwin,

Debora, Umi, Gongdrong, David, Primadola, Doni Dono, Denti, Intan,

Pram, Dapoth, Edward, dan seluruh teman-teman yang tak dapat

disebutkan satu persatu. Semangat buat kita semuanya kawan-kawan.

9. KTB Yesyurun Euaggelion ( Ka Elida Angelina Tobing S. Sos, Reina

Sirait S.Sos dan Chntya Maholtra Padang S. Sos), bersyukur ketika penulis

dapat bergabung dengan kelompok ini, banyak hal baru dan perubahan

yang penulis alami selama kelompok.

10. Bang Franky F. Banfatin selaku abang asuh dikos :D,, terima kasih

banyak bang atas bimbingan abang dari awal masuk sampai saat ini,

Sukses buat pendidikan S2 nya di Korea ya bang,,ditunggu kedatangannya

di JG 411 ya bang :D

11.Hands De Coit ( Handoko) selaku teman 1 kamar terima kasih buat

pinjaman motornya selama ini :D dan Ejer The Hulluk (George), jangan

badan aja dibesar-besarkan, ingat skripsi jer.

12.Kepada Ira Ria Purba, terima kasih buat doa dan dukungannya yang sangat

berarti bagi penulis selama penyusunan skripsi ini .

13.Kepada rekan-rekan IMADA (Ikatan Mahasiswa Dairi), rekan-rekan

(7)

14.Kepada teman-teman di KDAS (Kelompok Diskusi dan Aksi Sosial),

tempat penulis memperoleh segudang ilmu, penulis dapat berbagi ilmu

dengan orang-rang yang luar biasa. Semangat untuk perjuangan kalian.

Vor Veritas

15.Bapak Darmanta Mulana Ketaren selaku Kepala Desa Baru, terima kasih

Pak atas ijin dan arahannya selama penulis melakukan penelitian di Desa

Baru

16.Terima kasih buat Warga Desa Baru yang telah bersedia untuk membantu

penulis menyelesaikan kuesioner skripsi hingga selesai.

17.Terima kasih buat seluruh pihak yang namanya tidak tertulis, yang telah

membantu penulis di setiap proses penyusunan skripsi ini hingga selesai

Akhir kata, penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih penuh

dengan kekurangan dan jauh dari kesempurnaan yang disebabkan oleh

keterbatasan-keterbatasan penulis. Dengan kerendahan hati penulis selalu

mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangunn. Semoga skripsi ini

dapat bermanfaat bagi pembacanya.

Medan, Juli 2014

Penulis,

(8)

DAFTAR ISI

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 14

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 14

1.3.2 Manfaat Penelitian... 14

1.4 Sistematika Penulisan... 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Dampak ... 17

2.2 Persampahan ... 18

2.2.1 Pengertian Sampah ... 18

2.2.2 Jenis-Jenis Sampah ... 18

2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sampah ... 21

2.2.4 Sumber-Sumber Sampah ... 21

2.2.5 Pengelolaan Sampah... 23

2.3 Tempat Pembuangan Akhir ... 24

2.3.1 Pengertian Tempat Pembuangan Akhir ... 24

2.3.2 Metode Pembuangan Sampah ... 25

2.3.3 Persyaratan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir ... 27

2.4 Masyarakat ... 28

2.4.1 Pengertian Masyarakat ... 28

2.4.2 Pengertian Keluarga ... 29

2.4.3 Rumah Tangga ... 31

2.4.4 Pemulung ... 32

(9)

2.5.1 Pengerian Kemiskinan ... 32

2.5.2 Aspek-Aspek Kemiskinan ... 35

2.5.3 Ciri-Ciri Kemiskinan ... 37

2.5.4 Faktor-Faktor Penyebab Kemiskinan ... 40

2.6 Kesejahteraan Sosial ... 41

2.6.1 Pengertian Kesejahteraan Sosial ... 41

2.6.2 Tujuan dan Fungsi Kesejahteraan Sosial ... 44

2.6.3 Pembangunan Kesejahteraan Sosial ... 46

2.7 Kerangka Pemikiran ... 50

2.8 Hipotesis ... 53

2.8.1 Defenisi Konsep ... 53

2.8.2 Defenisi Operasional ... 55

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 58

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Desa Baru ... 61

4.2 Data Penduduk ... 63

4.3 Keadaan Demografis Desa Baru ... 63

4.3.1 Gambaran Penduduk Berdasarkan Usia ... 63

4.3.2 Gambaran Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian... 65

4.3.3 Gambaran Penduduk Berdasarkan Pendidikan ... 66

4.4 Sarana Desa Baru ... 67

4.4.1 Sarana Pendidikan ... 67

(10)

4.4.3 Sarana Perdagangan ... 68

4.5 Sistem Pemerintahan Desa ... 68

4.5.1 Perangkat Desa Baru ... 68

4.5.2 Bagan Organisasi Pemerintahan Desa ... 69

BAB V ANALISIS DATA 5.1 Identitas Responden ... 70

5.1.1 Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 70

5.1.2 Identitas Responden Berdasarkan Usia ... 71

5.1.3 Identitas Responden Berdasarkan Kepercayaan ... 72

5.1.4 Identitas Responden Berdasarkan Suku ... 73

5.1.5 Identitas Responden Berdasarkan Jumlah Anak ... 73

5.1.6 Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan ... 74

5.1.7 Identitas Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 75

5.1.8 Identitas Responden Berdasarkan Status Kependudukan ... 76

5.2 Dampak Peralihan Tempat Pembuangan Akhir ... 77

5.2.1 Keuntungan Sebelum Peralihan TPA Namo Bintang ... 77

5.2.2 Dampak Sesudah Peralihan TPA Namo Bintang ... 77

5.2.3 Tindakan yang Dilakukan Setelah Peralihan TPA Namo Bintang ... 78

5.3 Pendapatan ... 79

5.3.1 Pekerjaan Utama Setelah Peralihan TPA Namo Bintang ... 79

5.3.2 Pekerjaan Sampingan Sebelum Peralihan TPA Namo Bintang 80 5.3.3 Pekerjaan Sampingan Pemulung ... 80

5.3.4 Jam Kerja Pemulung ... 81

5.3.5 Pencari Nafkah dalam Rumah Tangga Pemulung ... 82

5.3.6 Penghasilan Pemulung... 83

5.3.7 Pengeluaran Pemulung ... 84

5.3.8 Kepunyaan Tabungan Pemulung ... 86

5.4 Pendidikan ... 87

5.4.1 Jumlah Anak Bersekolah ... 87

(11)

5.5 Kesehatan ... 89

5.5.1 Kondisi Kesehatan Anggota Keluarga ... 89

5.5.2 Kondisi Biayauntuk Kesehatan ... 90

5.5.3 Kondisi Air Minum Utama ... 91

5.6 Perumahan ... 92

5.6.1 Status Kepemilikan Rumah ... 92

5.6.2 Kondisi Bangunan ... 93

5.6.3 Lantai Bangunan ... 94

5.6.4 Kondisi Kemampuan dalam Pemenuhan Kebutuhan Perumahan ... 95

5.7 Pangan ... 96

5.7.1 Pemenuhan Kebutuhan Pangan ... 96

5.7.2 Kecukupan Gizi Pangan ... 96

5.8 Analisis Dampak Peralihan TPA Namo Bintang Terhadap Kesejahteraan Rumah Tangga Pemulung ... 97

5.8.1 Dampak Positif ... 98

5.8.2 Dampak Negatif ... 99

5.9 Analisis Data Kuantitatif Perbandingan Kesejahteraan Sosial Rumah Tangga Pemulung Sebelum dan Sesudah Peralihan TPA Namo Bintang ... ...100

5.9.1 Uji t untuk Kondisi Pekerjaan ... 101

5.9.2 Uji t untuk Pekerjaan Sampingan ... 103

5.9.3 Uji t untuk Jam Kerja ... 105

5.9.4 Uji t untuk Penghasilan ... 107

5.9.6 Uji t untuk Pencari Nafkah ... 109

5.9.7 Uji t untuk Pemenuhan Kebutuhan Pendidikan Anak ... 111

5.9.8 Uji t untuk Kondisi Kesehatan Anggota Rumah Tangga ... 113

5.9.9 Uji t untuk Pemenuhan Kebutuhan Kesehatan ... 115

5.9.10 Uji t untuk Sumber Air Minum ... 117

5.9.11 Uji t untuk Kemampuan Pemenuhan Kebutuhan Rumah ... 119

(12)

BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan ... 124

(13)

DAFTAR BAGAN DAN TABEL

Bagan 2.1 Alur Pikir………... 52

Bagan 4.1 Bagan Organisasi Pemerintahan Desa ………. 69

Tabel 4.1 Data Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin………. 63

Tabel 4.2 Data Penduduk Berdasarkan Usia………. 64

Tabel 4.3 Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian……….. 65

Tabel 4.4 Gambaran Penduduk Berdasarkan Pendidikan……….. 66

Tabel 4.5 Sarana Pendidikan……… 67

Tabel 5.1 Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin………... 70

Tabel 5.2 Identitas Responden Berdasarkan Usia……….. 71

Tabel 5.3 Identitas Responden Berdasarkan Kepercayaan………. 72

Tabel 5.4 Identitas Responden Berdasarkan Suku……….. 73

Tabel 5.5 Identitas Responden Berdasarkan Jumlah Anak………. 73

Tabel 5.6 Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir….. 74

Tabel 5.7 Identitas Responden Berdasarkan Pekerjaan ……….. 75

Tabel 5.8 Identitas Responden Berdasarkan Status Kependudukan………….. 76

Tabel 5.9 Tindakan Setelah Peralihan TPA Namo Bintang………. 78

Tabel 5.10 Pekerjaan Utama Setelah Peralihan TPA Namo Bintang…………..79

Tabel 5.11 Pekerjaan Sampingan Pemulung………. 80

Tabel 5.12 Jam Kerja ……… 81

Tabel 5.13 Pencari Nafkah dalam Rumah Tangga……….. 81

Tabel 5.14 Penghasilan Pemulung……… 82

Tabel 5.15 Pengeluaran Pemulung……… 84

(14)

Tabel 5.17 Jumlah Anak Bersekolah ……….. 87

Tabel 5.18 Pemenuhan Kebutuhan Pendidikan Anak………. 89

Tabel 5.19 Kondisi Kesehatan Anggota Keluarga ……….. 89

Tabel 5.20 Kondisi Biaya untuk Kesehatan………. 90

Tabel 5.21 Sumber Air Minum Utama……….. 91

Tabel 5.22 Status Kepemilikan Rumah………. 92

Tabel 5.23 Kondisi Bangunan Rumah……….. 93

Tabel 5.24 Lantai Bangunan……….. 94

Tabel 5.25 Kondisi Kemampuan Pemenuhan Perumahan……… 95

(15)

ABSTRAK

Dampak Peralihan Tempat Pembuangan Akhir Namo Bintang Terhadap Kesejahteraan Sosial Rumah Tangga Pemulung di Desa Baru,

Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang

Nama : Josua Arian Hutabarat NIM : 100902038

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Kesejahteraan sosial merupakan hak semua orang untuk merasakannya. Realita yang terjadi saat ini kesejahteraan sosial belum dapat dirasakan pemulung di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Namo Bintang, Pancur Batu. TPA tersebut merupakan tempat sumber penghasilan yang begitu besar sehingga para pemulung sangat bergantung kepada TPA tersebut

Penelitian ini tergolong penelitian eksplanatif yang bertujuan untuk membuktikan hipotesis Dampak Peralihan Tempat Pembuangan Akhir Namo Bintang Terhadap Kesejahteraan Sosial Rumah Tangga Pemulung. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 163 orang pemulung. Untuk mewakili populasi yang ada, peneliti mengambil sampel 10 % dari populasi yang ada yaitu sebanyak 16 orang pemulung.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada dampak peralihan TPA Namo Bintang terhadap kesejahteraan sosial rumah tangga pemulung di Desa Baru, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang. Perubahan ini dapat dilihat dari penurunan pendapatan secara drastis. Penurunan pendapatan tersebut mengakibatkan pemenuhan kebutuhan lainnya tidak terpenuhi dengan baik.

(16)

ABSTRAC

Impact Of Namo Bintang Landfills Transition To The Social Welfare Of The Household Scangevers In The Desa Baru, Subdistric Pancur Batu,

Regency Deli Serdang

Name : Josua Arian Hutabarat NIM : 100902038

Faculty : Social Politic Science

Social welfare is a right of all people to get it. The reality of what happens when social welfare has not felt scavengers in Namo Bintang Landfills, Pancur Batu. The landfill is a source of income so large, so that the scavenger are very dependent on the landfill.

This study classified explanative research aimed to prove yhe hypothesis of the impact the transition Namo Bintang landfills of the social welfare household scavengers.

Population size in this study were 163 people scavengers. To represent the population researches took a sample of 10% of the population is 163 people scavengers.

The results of this study indicate that there is a transition effect Namo Bintang landfills in the Desa Baru, Subdistrict Pancur Batu, Deli Serdang. This change can be seen from the drastic drop in income. The revenue decline resulted in the fulfillment of other needs not met by either

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemiskinan menjadi salah satu masalah di Indonesia sejak dulu hingga

sekarang. Kemiskinan di Indonesia semakin memburuk sejak terhempas dengan

krisis ekonomi dan moneter yang terjadi sejak tahun 1997. Kemiskinan seringkali

dipahami sebagai gejala rendahnya tingkat kesejahteraan semata padahal

kemiskinan itu mencakup gejala yang bersifat komplek dan multidimensi.

Rendahnya tingkat kehidupan sering dikaitkan sebagai alat ukur kemiskinan yang

pada hakekatnya nerupakan salah satu dari munculnya lingkaran kemiskinan.

Beban kemiskinan paling besar terletak pada kelompok-kelompok tertentu.

Kaum perempuan pada umumnya merupakan pihak yang dirugikan, mereka

sering menanggung beban hidup yang lebih berat daripada kaum pria. Demikian

pula dengan anak-anak yang menderita akibat kualitas hidup masa depan mereka

terancam oleh karena kekurangan gizi, rendahnya tingkat kesehatan dan

pendidikan serta keterbelakangan dalam banyak hal.

Keadaan perekonomian dunia dewasa ini sangat memprihatinkan bukan

hanya di Indonesia saja tetapi bahkan negara lain juga mengalami hal yang sama.

Perbedaan terletak pada proporsi atau besar kecilnya tingkat kesenjangan dan

angka kemiskinan yang terjadi, serta tingkat kesulitan mengatasinya. Semakin

besar angka kemiskinan yang terjadi, semakin tinggi pula tingkat kesulitan

mengatasinya. Khususnya di Indonesia kini terdapat berbagai permasalahan sosial

(18)

kemiskinan, masalah pengangguran, masalah lingkungan hidup dan masalah

lainnya yang menyangkut banyak jiwa penduduk di Indonesia. Permasalahan

tersebut akibat semakin meningkatnya keadaan ekonomi yang tidak disesuaikan

dengan kondisi masyarakat menengah kebawah. Kemiskinan merupakan masalah

besar dimana kemiskinan sesungguhnya telah menjadi masalah dunia sejak

berabad-abad tahun lalu. Realitasnya hingga kini kemiskinan masih menjadi

bagian dari persoalan terberat dan paling krusial didunia.

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari ribuan pulau.

Ribuan pulau itu telah dihuni oleh banyaknya penduduk. Hingga saat ini menurut

data yang telah diperoleh mengatakan bahwa penduduk Indonesia telah mencapai

237,6 juta jiwa lebih. Bukan jumlah yang sedikit, tetapi sangat banyak sehingga

menempatkan Indonesia berada di lingkaran 10 besar negara dengan penduduk

terbanyak. Banyaknya penduduk telah mengakibatkan kesulitan pemerintah dalam

menangani kebutuhan masyarakat dalam menjalankan pelayanan terhadap

masyarakat. Sehingga dapat menyebabkan angka kemiskinan semakin meningkat.

(http://www.kabarbisnis.com

Pada tahun 2000 sampai tahun 2005, jumlah penduduk miskin cenderung

menurun dari 38,70 juta orang pada tahun 2000, menjadi 35,10 juta juta orang

pada tahun 2005. Secara relative juga terjadi penururnan persentasi penduduk

miskin dari 19,14% pada tahun 2000, menjadi 15,97% pada tahun 2005. Pada

tahun 2006, terjadi kenaikan jumlah pendudukan miskin dari 35,10 juta orang

(15,97) pada bulan Ferbuari 2005, menjadi 39,30 juta orang (17,75) pada Maret

2006. Pada Maret 2008, jumlah penduduk miskin mencapai 34,96 juta orang

(19)

mencapai 37,17 juta orang (16,58%) berarti jumlah penduduk miskin turun

sebesar 2,21 juta orang (http://www.bps.go.id Diakses pada tanggal 30 Maret 2013 pukul 18:30 WIB.

Pada bulan Maret 2010 sampai bulan September 2012 angka kemiskinan

Indonesia mulai mengalami penurunan. Tahun 2010 jumlah penduduk miskin

mencapai 31,02 juta orang (13,33 persen), kemudian mengalami penurunan di

bulan Maret 2011 dengan jumlah penduduk miskin 30,02 juta orang (12,49

persen), dan berkurang 1 juta orang (0,84 persen). Di tahun yang sama tepatnya

bulan September 2012 angka kemiskinan mengalami penurunan lagi menjadi

29,89 juta orang (12,36 persen) dan berkurang 13 ribu orang (0,13 persen). Dan

pada Maret 2012 angka penduduk miskin mencapai 29,13 juta orang (11,96

persen), penduduk miskin berkurang 76 ribu orang (0,4 persen). Pada bulan

September 2012, jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 28,59 juta orang

(11,66 persen), berkurang sebesar 0,54 juta orang (0,30 persen) dibandingkan

dengan penduduk miskin pada Maret 2012 yang sebesar 29,13 juta orang (11,96

persen).

Selama periode Maret-September 2012, jumlah penduduk miskin di

daerah perkotaan berkurang 0,14 juta orang (dari 10,65 juta orang pada Maret

2012 menjadi 10,51 juta orang pada September 2012), sementara di daerah

pedesaan berkurang 0,40 juta orang (dari 18,48 juta orang pada Maret 2012

menjadi 18,08 juta orang pada September 2012. Selama periode Maret

2012-September 2012, persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada Maret

2012 sebesar 8,78 persen, turun menjadi 8,60 persen pada September 2012.

(20)

Maret 2012 menjadi 14,70 persen pada September 2012 (http://www.bps.go.id

diakses pada tanggal 30 Maret 2013 pukul 18.55 wib.)

Dari data yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa pemerintah dapat

mengurangi angka kemiskinan dalam beberapa kurun waktu. Kendati pun

demikian, pemerintah belum dapat berbangga hati karena program yang dilakukan

belum dapat dinilai secara menyeluruh karena hanya sebagian kecil saja yang

terealisasi, sementara kemiskinan masih tetap menjamur dimana-mana. Hal ini

didukung oleh Bank Dunia yang mengkritik Pemerintah Indonesia bahwa

pemerintah lambat dalam proses pengentasan kemiskinan. Menurut Bank Dunia,

untuk mencapai sasaran pengentasan kemiskinan pemerintah Indonesia harus

menyusut angka kemiskinan di tahun 2014 menjadi 8-10 persen, tetapi faktanya

pemerintah masih hanya mampu mengurangi angka kemiskinan diantara 11-12

persen. (http://www.kabarbisnis.com

Perekonomian Indonesia sangat memprihatinkan. Pertumbuhan ekonomi

yang pesat membuat penduduk harus menyesuaikan diri dengan mekanisme pasar.

Tidak semua penduduk dapat menyesuaikannya dikarenakan ketidakmampuan

memiliki ekonomi yang baik atau tidak mempunyai uang. Sehingga keadaan

tersebut mengakibatkan masyarakat yang tidak mendapat sentuhan pemerintah

semakin merosot dibawah garis kemiskinan. Pengangguran menjadi masalah besar

bagi Indonesia, karena ketidakseimbangan antara lapangan pekerjaan dan pencari

kerja. Hal ini membuat masyarakat terus mendesak pemerintah agar mampu untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat dengan program-programnya. Hal ini dilakukan

supaya masyarakat dapat melakukan fungsi socialnya menjadi yang lebih baik dan

dapat menyesuiakan diri dengan mekanisme pasar.

(21)

Tingginya angka kemiskinan Indonesia tidak hanya disebabkan oleh satu

atau beberapa provinsi saja, melainkan seluruh daerah Indonesia “menyumbang”

angka kemiskinan sehinggga mengalami pembengkakan angka. Provinsi Jawa

Timur merupakan provinsi pertama yang penduduk miskinnya terbanyak di

Indonesia sebanyak 5 juta lebih orang, diikuti oleh Provinsi Jawa Tengah dengan

jumlah 4,9 juta lebih orang kemudian Provinsi Jawa Barat dengan jumlah 4,4 juta

lebih orang. Provinsi Sumatera Utara kemudian menyusul dengan jumlah

penduduk miskin 1,4 juta orang lebih kemudian diikuti provinsi lainnya. Provinsi

yang penduduk miskinnya paling sedikit adalah Provinsi Bangka Belitung dengan

jumlah 71 ribu orang. Sangat berbanding jauh dengan jumlah penduduk miskin

yang dimiliki beberapa provinsi Jawa Timur. Menjadi tugas yang berat bagi

pemerintah untuk mengurangi angka kemiskinan itu

diakses pada tanggal 30 Maret 2013 pukul 19.20)

Pertumbuhan penduduk yang signifikan merupakan suatu permasalahan di

Indonesia. Banyaknya jumlah penduduk menyebabkan pemerintah mengalami

kesulitan dalam memberikan pelayanan bagi masyarakatnya, seperti pekerjaan.

Lapangan pekerjaan di Indonesia tak sebanding dengan jumlah pelamar kerja.

Beberapa upaya telah dilakukan pemerintah untuk mengurangi jumlah penduduk

lewat program-program seperti Keluarga Berencana (KB). Hal ini dimaksud agar

untuk setiap rumah tangga tidak terlalu sulit untuk menghidupi kerluarga. Kendati

demikian masih banyak dijumpai keluarga yang mempunyai anak banyak.

Dilakukannya program KB ini juga agar pemerintah mampu menata lapangan

pekerjaan bagi masyarakat, karena jika pertumbuhan penduduk tetap tinggi, maka

(22)

berkurang. Hal ini akan membuat tingginya masyarakat yang bekerja di sektor

informal.

Banyak program telah dilakukan pemerintah dalam rangka pengentasan

kemiskinan, tetapi tidak menunjukkan hasil yang siginifikan. Tingginya jumlah

penduduk menjadi penghalang bagi pemerintah. Ketika jumlah penduduk menjadi

penghalang bagi pemerintah, bagi masyarakat awam yang menjadi permasalahan

kemiskinan adalah kebijakan pemerintah yang tidak pro rakyat. Salah satu

kebijakan pemerintah yang dapat dilihat adalah dengan menjadikan perkotaan

sebagai sumber pertumbuhan ekonomi. Pembangunan pusat perekonomian seperti

mall, kantor-kantor dan lainnya terjadi dimana-mana. Ruang menjadi semakin

sempit sementara lahan tidak bisa bertambah. Hal ini dapat dilihat dari jumlah

padatnya suatu perkotaan.

Menjadikan perkotaan sebagi basis perekonomian adalah hal yang salah,

karena tingkat kemiskinan tertinggi sebenarnya berada di pedesaan. Pembangunan

yang terjadi diperkotaan merupakan suatu kesempatan bagi penduduk desa untuk

mengubah hidupnya. Masyarakat berbondong-bondong melakukan perpindahan

dari desa ke kota untuk mengadu nasib, sementara pekerjaan yang ada tidak

sebanding dengan jumlah pendatang dari desa. Desa yang ditinggalkan oleh

penduduk akan mengakibatkan tidak ada perkembangan, tetapi sebaliknya yaitu

penurunan pertumbuhan ekonomi.

Pekerjaan yang mempunyai penghasilan banyak biasanya akan membuat

kesejahteraan masyarakat semakin baik, tetapi pekerjaan yang hasilnya sedikit

akan mengurangi tingkat kesejahteraan masyarakat. Hal ini disebabkan karena

(23)

pendapatan. Masyarakat akan mencari pekerjaan yang sesuai dengan kebutuhan,

sehingga pandangan masyarakat yang mengatakan di perkotaan lebih baik tidak

mengatakan demikian, justru sebaliknya mereka hanya menjadi masyrakat miskin

perkotaan yang bekerja di sektor informal.

Pemulung adalah salah satu pekerjaan di sektor informal dan merupakan

suatu penyakit sosial yang sering dikenal sebagai penyandang masalah

kesejahteraan sosial (PMKS) .Pekerja di sektor informal di persampahan muncul

karena terbatasnya penyediaan lapangan pekerjaan terutama pekerjaan yang sesuai

dengan kemampuan mereka. Selama pertumbuhan ekonomi dibawah standar

maka sektor informal akan terus berkembang. Artinya hanya dengan

meningkatkan pertumbuhan ekonomi maka pekerjaan di sektor informal dapat

berkurang. Selain itu pemerataan pertumbuhan ekonomi baik di pedesaan maupun

perkotaan juga perlu diperhatikan. Selama pertumbuhan dan pemerataan tidak

sejalan, maka keberadaan sektor informal akan terus meningkat dan jumlah

migrasi penduduk dari desa ke kota untuk mencari lapangan pekerjaan akan

meningkat pula.

Pemulung sangat sering dijumpai khususnya dikota-kota besar dimana

sampah-sampah banyak dijumpai bahkan di tempat pembuangan akhir (TPA).

Para pemulung berlomba-lomba dengan sesamanya demi mendapatkan sampah

untuk dipilah-pilah dan dijual kembali kepada pengumpul untuk mendapatkan

uang. Ketiadaan pekerjaan yang tetap mengakibatkan banyak orang menjadi

pemulung.

Sampah menjadi sumber kehidupan para pemulung. Ketika sampah tidak

(24)

malam pekerjaan hanya mencari dan memilah sampah. Dengan adanya sampah

semakin membuat pemulung menggantungkan nasibnya kepada sampah. Dalam

satu keluarga tak jarang ditemui seluruh anggota keluarga pekerjaannya adalah

pemulung, sehingga mata rantai kemiskinan tidak akan terputus tetapi akan

semakin memanjang.

Banyak dari pemulung mencari barang bekas berbahan plastik seperti

bekas botol atau gelas air mineral. Barang bekas berbahan plastik paling banyak

mereka cari karena mungkin lebih mudah untuk menjualnya kembali. Jadi bisa

dikatakan bahwa pemulung adalah pengumpul barang bekas plastik dan sampah –

sampah terbuat dari plastik. Kalau dibakar maka akan menimbulkan polusi udara

dan kalau dibiarkan akan menimbulkan banjir. Buktinya di sepanjang kali yang

ada di daerah- daerah di Indonesia banyak sekali terdapat sampah-sampah plastik.

Mendaur ulang plastik adalah langkah yang sangat tepat untuk melestarikan tanah,

udara dan air . Pemulung adalah orang yang sangat berperan penting dalam

mengurangi tercemarnya tanah oleh plastik.

Pemulung sangat mudah untuk dijumpai. Pekerjaaan pemulung tentunya

ikut membersihkan lingkungan dari sekitar tempat tinggal maupun tempat

beraktifitas. Pemulung turut memainkan peranan penting dalam pengelolaan

sampah di Indonesia. Mereka mencari barang yang bernilai ekonomis dari

tumpukan sampah, TPS, dan TPA maupun dari rumah kerumah. Dari jam kerja

yang panjang dan tak tentu (dari pagi hingga malam), gangguaan kesehatan yang

menghantui para pemulung sampai masalah kondisi lingkungan TPA yang

(25)

menghalangi mereka untuk mengais sampah demi kelangsungan kehidupan

keluarganya ditengah desakan kebutuhan ekonomi yang semakin tinggi.

Di setiap kota besar pasti banyak terdapat sampah-sampah serta para

pemulung yang setia setiap hari mengambil sampah. Bagi sebagian orang, seperti

pemulung dan perajin barang bekas, sampah tersebut ternyata memberikan

keuntungan tersendiri. Hubungan antara keduanya sangat erat karena sampah dan

pemulung sama-sama saling membutuhkan. Sampah membutuhkan tangan-tangan

para pemulung untuk mengambil sampah agar tidak mengganggu kesehatan warga

dan membantu mengurangi sampah-sampah supaya tidak menumpuk di tempat

pembuangan akhir. Sebaliknya pemulung membutuhkan sampah demi memenuhi

kebutuhan ekonomi agar mereka dapat mempertahankan hidup. Para pemulung

juga rela atas hidupnya di tempat sampah, hanya demi sesuap nasi.Karena

hidupnya dekat dengan sampah sebagai sumber penyakit, dampak yang

ditimbulkan dari sampah bermacam-macam, seperti penyakit kulit, gangguan

pernapasan dan penyakit lainnya.

Kota Medan merupakan daerah yang cukup berkembang di Provinsi

Sumatera Utara. Perkembangan kota tersebut dapat dilihat dari jumlah

peningkatan penduduk dan pembangunan perumahan, perkantoran, pusat

perbelanjaan, kawasan bisnis yang membentuk kota Medan sendiri. Tumbuhnya

kegiatan jasa, industri dan fasilitas lainnya di wilayah pinggiran kota Medan

sampai perbatasan dengan kabupaten lainnya, seperti Kabupaten Deli Serdang.

Secara tidak langsung fenomena ini berdampak pada perubahan

pemanfaatan lahan dari lahan pertanian berubah menjadi lahan perumahan dan

(26)

peningkatan akan kebutuhan lahan untuk menyediakan segala fasilitas perkotaan

yang dibutuhkan oleh penduduk Kota Medan itu sendiri. Khususnya pada

penyediaan sebuah fasilitas berupa tempat pembuangan akhir (TPA) sampah.

Penetapan lokasi TPA sampah yang tepat serta penataan kawasan di sekitarnya

perlu dilakukan secara seksama agar tidak menimbulkan permasalahan di

kemudian hari, terutama yang terkait dengan masalah sosial dan lingkungan.

Namo Bintang adalah salah satu TPA sampah Kota Medan. Berada di

Desa Namo Bintang, bersebelahan dengan Desa Baru, Kecamatan Pancur Batu,

Kabupaten Deli Serdang. . TPA ini beroperasi sejak tahun 1985 Luasnya sekitar

16 hektare. Dari total luas itu 10 hektare sudah terisi oleh bukit sampah setinggi

10 hingga 15 meter. Udara dan pemandangannya memang tak sedap. Setiap hari

ada 120 truk sampah datang membawa sampah dengan volume 1-3 ton per truk.

TPA Namo Bintang menjadi harta karun bagi masyarakat sekitar.

Terkhusus bagi masyarakat yang menjadi pemulung. Sejak dibukanya TPA ini,

pemulung menggantungkan nasibnya kepada sampah. Sekitar 350 orang

pemulung berkecimpung sejak TPA dibuka dan mereka adalah penduduk sekitar

TPA yaitu mayoritas dari Desa Namo Bintang dan Desa Baru.

Menurut Rusmiadi, selaku Kepala Dusun 3 Desa Baru jumlah pemulung

saat ini lebih banyak dari Gang Dame Dusun 3 Desa Baru yang tak jauh dengan

TPA. Untuk mencari nafkah tak jarang dijumpai satu keluarga yang menjadi

pemulung. Para pemulung terdiri dari bapak-bapak, ibu-ibu, anak-anak yang

sekolah bahkan yang putus sekolah dan penggangguran yang tidak punya

(27)

Banyak anak usia sekolah lebih memilih menjadi pemulung. Hal ini

disebabkan karena mereka dengan mudah bisa mendapatkan uang sebanyak

Rp.35.000- Rp. 100.000 dalam sehari. Sementara seperti yang diketahui bahwa

anak-anak usia sekolah itu dilarang untuk bekerja, melainkan belajar dan bermain.

Fenomena ini sering terjadi dikalangan orang miskin. Kesulitan ekonomi

mengharuskan anak-anak juga mencari nafkah untuk keluarga.

Bekerja sebagai pemulung di TPA bukanlah hal yang mudah. Pemulung

harus bertaruh nyawa di TPA. Sampah yang sudah menggunung sewaktu-waktu

dapat longsor dan mengancam nyawa. Aroma tak sedap bahkan beracun menjadi

hal yang biasa bagi mereka. Bahkan untuk kelangsungan hidup tidak dijaga.

Banyak pemulung hanya menggunakan alas kaki tipis, bahkan tidak menggunakan

alas kaki sementara kaca, paku dan benda tajam lainnya dapat melukai mereka.

Para pemulung tersebut bisa hidup karena sampah. Setiap hari mempunyai

penghasilan rata-rata Rp. 50.000 per hari. Mereka menyebut bukit sampah adalah

harta karun. Mereka tidak hanya mendapatkan uang dari sampah-sampah,

melainkan makanan dari sampah juga suatu keberuntungan bagi mereka. Setiap

sisa makanan yang ditemukan mereka memakannya bersama di bukit sampah itu,

dan ada juga yang membawa kerumahnya.

Tahun 2013 adalah masa suramnya kehidupan pemulung. Betapa tidak,

sampah yang menjadi sumber kehidupan mereka tidak lagi dibuang di TPA Namo

Bintang. TPA Namo Bintang ditutup dan dialihkan ke TPA Terjun Medan

Marelan. Pemulung semakin sulit. Pendapatan berkurang secara drastis.

(28)

M. Ginting Manik (66) atau biasa dipanggil Bulang, sudah puluhan tahun

menjadi pemulung di TPA Namo Bintang ini. Sekarang ia telah menjadi pembeli

hasil pemulung. Dulu, ia bersama istrinya mengumpulkan sampah di TPA ini

untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Dia tinggal di sebuah rumah kecil

berlantai tanah dan papan seadanya di dekat bukit sampah. Ketika ditanyai

mengenai kesehatan dan keselamatan nyawanya, ia mengatakan belum pernah

sakit parah begitu pula istrinya.

Bulang adalah ketua kelompok pemulung Namo Bintang. Ia terpilih sejak

tahun 1995 dan menjadi pengurus selama tiga tahun. Bulang terpilih karena ia

memiliki jiwa sosial yang tinggi terhadap sesama kaum miskin yang

termarginalkan, sehingga pemulung lainnya menyepakati dan mengangkat Bulang

menjadi ketua kelompok.

Sejak TPA ditutup, Bulang bersama ratusan pemulung lainnya melakukan

unjuk rasa di kantor walikota. Mereka menuntut agar TPA Namo Bintang dibuka

kembali, mengingat bahwa TPA merupakan sumber kehidupan bagi mereka. Hal

ini sudah terjadi beberapa kali dalam satu tahun 2013 agar TPA tetap beroperasi.

Tetapi pada Juli 2013 TPA tersebut benar-benar ditutup secara umum dan

pembuangan dialihkan ke TPA Terjun yang berada di Kecamatan Medan Merelan.

Sampai saat ini para pemulung tidak tahu apa alasan pasti ditutupnya TPA

Namo Bintang. Jawaban yang ada masih tergolong simpang siur. Menurut Bulang

selama berunjuk rasa ke kantor Walikota Medan, Pemerintah Kota Medan

menjawab bahwa seharusnya sampah Kota Medan harus dibuang di daerah

sendiri, bukan menjadi tanggung jawab daerah lain. Di lain waktu para pemulung

(29)

sekitar empat hektare dan dapat dipakai selama dua tahun. Tapi itulah jawaban

yang didapatkan oleh pemulung tersebut.

Beralihnya TPA sangat berdampak buruk bagi pemulung. Selama ini

mereka bisa hidup karena adanya TPA tersebut, namun kini TPA telah ditutup.

Perekonomian menjadi masalah utama bagi mereka. Hidup mereka pun terancam.

Keluarga makan apa, sekolah anak bagaimana, biaya sewa rumah bagaiamana,

membayar uang listrik dan air bagaimana. Itulah yang terngiang-ngiang dalam

benak pikir para pemulung.

Pemulung tak putus asa. Mereka tetap berusaha bertahan hidup. Namun

pekerjaan yang mereka lakoni tetap saja menjadi pemulung, hanya saja teknik

mereka yang berubah. Dulunya hanya bertahan dari TPA, kini mereka menyebar

di perkotaan Medan untuk memulung, ada yang pindah ke TPA Terjun, pergi

subuh pulang malam. Pendapatan tetap rata-rata Rp.50.000 per hari, tetapi

pengeluaran ketika bekerja banyak. Ongkos ke TPA Terjun dan biaya makan

menjadi tanggungan mereka. Bahkan ada juga sebagian pemulung yang pulang

kerumah sekali seminggu demi mengirit biaya ongkos. Ada lagi yang tidak pergi

berpencar memulung, mereka tetap memilah-milah sisa-sisa sampah, mencari

cacing untuk dijual dan membuat kompos di TPA yang lama.

Begitu berdampaknya TPA lama bagi pemulung, membuat pemulung

sangat tergantung terhadap sampah. Kehidupan pemulung menjadi berubah akibat

peralihan TPA. Dampak yang paling dirasakan para pemulung adalah masalah

ekonomi. Hal ini disebabkan karena dengan uang mereka bisa hidup, sehingga

masalah ekonomi menjadi masalah utama bagi mereka untuk bertahan hidup dan

(30)

menjadi dampak lainnya terhadap kesejahteraan para pemulung TPA Namo

Bintang.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, peneliti

tertarik untuk mengkaji lebih dalam lagi apakah ada “dampak peralihan TPA

Namo Bintang terhadap kesejahteraan rumah tangga pemulung di Gang Dame,

Desa Baru, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka

masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: “ apakah ada dampak

peralihan TPA Namo Bintang terhadap kesejahteraan rumah tangga pemulung di

Gang Dame, Desa Baru, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang?.”

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

“dampak peralihan tempat pembuangan Akhir (TPA) Namo Bintang terhadap

kesejahteraan rumah tangga pemulung di Gang Dame, Desa Baru, Kecamatan

Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang”

1.3.2 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan menjadi referensi dalam

(31)

1. Secara teoritis, penelitian ini dapat menambah wawasan, pengalaman dan

pemahaman peneliti mengenai kesejahteraan masyarakat yang menjadi

penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS)

2. Secara praktis, hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan masukan

bagi pemerintah dalam rangka meningkatkan taraf kesejahteraan

masyarakat pemulung.

3. Secara akademis, dapat memberikan kontribusi keilmuan dalam

menambah referensi dan bahan kajian bagi para peneliti atau mahasiswa

yang tertarik terhadap permasalahan yang berkaitan dengan masalah

sosial.

1.4 Sistematika Penulisan

Penulisan ini disajikan dalam enam bab dengan sistematika penulisan

sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang penilitian, perumusan

masalah, tujuan dan manfaat penilitian.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan uraian dan konsep yang berkaitan

dengan masalah dan objek yang diteliti, kerangka

pemikiran, defenisi konsep dan defenisi operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, subjek

penelitian, teknik pengumpulan data serta analisa data.

(32)

Bab ini berisikan sejarah singkat serta gambaran umum

mengenai lokasi/tempat peniliti melakukan penelitian.

BAB V : ANALISIS DATA

Bab ini berisikan uraian data yang diperoleh dari

penelitian, beserta dengan analisisnya.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dari hasil penelitian dan

(33)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Dampak

Dampak adalah suatu perubahan yang terjadi sebagai akibat suatu

aktivitas. Aktifitas tersebut dapat bersifat alamiah, baik social, ekonomi, fisik,

kimia maupun biologi. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI) dampak adalah benturan, pengaruh yang mendatangkan akibat baik positif

maupun negatif.

Pengaruh adalah daya yang ada dan timbul dari sesuatu (orang, benda)

yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang. Pengaruh

adalah suatu keadaan dimana ada hubungan timbal balik atau hubungan sebab

akibat antara apa yang mempengaruhi dengan apa yang dipengaruhi.

Dampak dapat bersifat positif dan negatif serta dampak langsung dan tidak

langsung. Sifat positif dan negatif identik dengan baik dan buruk. Baik dan buruk

tidaklah mutlak. Dunia fana ini suatu hal selalu mengandung sifat baik dan buruk.

Kadar baik dan buruk suatu hal tergantung pada sudut pandang, Sudut pandang itu

menentukan tolok ukut yang dipakai untuk menilai hal tersebut.

Banyak faktor memperngaruhi penentuan apakah dampai itu baik ( positif

) atau buruk ( negatif). Salah satu faktor penting dalam penentuan itu adalah

(34)

2.2 Persampahan 2.2.1 Pengertian Sampah

Sebagaimana biasanya, lingkungan padat atau litosfir inipun digunakan

orang untuk membuang sampah yang bersifat padat. Selain itu saat ini tanah juga

digunakan untuk membuang sampah berbahaya yang cair maupun padat. Sampah

yang dimaksud adalah segala sesuatu yang tidak lagi dikehendaki oleh yang punya

dan bersifat padat. Sampah ini ada yang mudah membusuk terutama dari zat-zat

organic seperti sisa sayuran, sisa daging, daun dan lain lain., sedangkan yang tidak

membusuk dapat berupa plastic, kertas, karet, logam atau pun abu, bahan

bangunan bekas dan lain-lain. Kotoran manusia, sekalipun padat tidak termasuk

kedalam defenisi sampah ini, demikian pula bangkai hewan yang cukup besar.

Atas defenisi tersebut, maka sampah dapat dibedakan atas dasar sifat biologis dan

kimianya, sehingga mempermudah pengelolaannya, sebagai berikut :

a. Sampah yang dapat membusuk, seperti sisa makanan, daun,

sampah kebun, pertanian dan lainnya,

b. Sampah yang tidak membusuk seperti kertas, plastic, karet, gelas,

logam dan lainnya,

c. Sampah yang berupa debu/abu dan

d. Sampah yang berbahaya terhadap kesehatan, seperti

sampah-sampah berasalkan industry yang mengandung zat-zat kimia

maupun zat fisisi berbahaya.

(35)

2.2.2 Jenis- Jenis Sampah

A. Sampah Yang Membusuk

Sampah ini dalam bahasa Inggris disebut garbage , yaitu yang mudah membusuk karena aktivitas mikroorganisme. Dengan demikian pengelolaannya

menghendaki kecepatan, baik dalam pengumpulan maupun dalam

pembuangannya. Pembusukan sampah ini akan menghasilkan gas yang bersifat

racun bagi tubuh. Selain beracun, juga akan berbau busuk sehingga secara estetis

tidak dapat diterima ; jadi, penumpukan sampah yang membusuk tidak dapat

dibenarkan. Di negara sedang berkembang seperti Indonesia sampah kebanyakan

terdiri atas sampah jenis ini. Tetapi, bagi lingkungan sampah ini relatif kurang

berbahaya karena dapat terurai dengan sempurna menjadi zat-zat anorganik yang

berguna bagi fotosintesa tumbuhan. Hanya saja orang harus mengangkut dan

membuangnya di tempat yang aman, dengan kecepatan yang lebih daripada

kecepatan membusuknya di dalam keadaan cuaca daerah tropis ini

B. Sampah Yang Tidak Membusuk

Sampah jenis ini dalam Bahasa Inggris disebut refuse. Biasa terdiri atas

kertas-kertas, plastic, logam, gelas, karet dan lainnya yang tidak dapat membusuk

dan sulit membusuk. Sampah ini apabila memungkinkan sebaiknya didaur ulang

sehingga dapat bermanfaat kembali baik melalui suatu proses ataupun secara

langsung. Apabila tidak dapat didaur ulang, maka diperlukan proses untuk

memusnahkannya, seperti pembakaran, tetapi hasil dari proses ini masih

memerlukan penanganan lebih lanjut.

(36)

Sampah jenis ini biasanya berupa debu atau abu hasil pembakaran, baik

pembakaran bahan bakar ataupun sampah. Sampah seperti ini tentunya tidak

membusuk, tetapi dapat dimanfaatkan untuk mendatarkan tanah atau penimbunan.

Selama tidak mengandung zat yangberacun, maka abu ini pun tidak terlalu

berbahaya terhadap lingkungan dan masyarakat.

D. Sampah Berbahaya

Sampah berbahaya adalah sampah yang karena jumlahnya, atau

konsentrasinya, atau karena sifat kimiawi, fisika dan mikrobiloginya dapat ( a )

meningkatkan mortalitas secara bermakna, atau menyebabkan penyakit yang

tidak reversible ataupun sakit berat yang pulih atau reversible atau ( b ) berpotensi

menimbulkan bahaya sekarang maupun di masa yang akan datang terhadap

kesejahteraan atau lingkungan apabila tidak diolah, ditransport, disimpan, dan

dibuang dengan baik.

Ke dalam sampah ini tergolong semua sampah yang berisikan bahan

beracun baik bagi masyarakat maupun bagi fauna dan flora. Sampah seperti ini

biasanya terdiri atas zat kimia organic maupun anorganik serta logam-logam

berat. Pada hakekatnya, kebanyakan merupakan buangan industri. Sampah jenis

ini sebaiknya dikelola oleh suatu badan yang berwenang dan dibuang sesuai

peraturan yang berlaku. Sampah sejenis ini tidak dapat dicampurkan dengan

(37)

2.2.3 Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Sampah

Sampah, baik kuantitas maupun kualitasnya sangat dipengaruhi oleh

berbagai kegiatan dan taraf hidup masyarakat. Beberapa faktor penting antara lain

adalah :

a. Jumlah penduduk. Dapat dipahami dengan mudah bahwa semakin banyak

penduduk, semakin banyak pula sampahnya. Pengelolaan sampah inipun

berpacu dengan laju pertambahan penduduk.

b. Keadaan social ekonomi. Semakin tinggi keadaan social ekonomi

masyarakat, semakin banyak jumlah perkapita sampah yang dibuang.

Kualitas sampahnya pun semakin banyak bersifat tidak dapat membusuk.

Perubahan kualitas sampah ini, tergantung pada bahan yang tersedia,

peraturan yang berlaku serta kesadaran masyarakat akan persoalan

persampahan. Kenaikan kesejahteraan inipun akan meningkat kegiatan

konstruksi dan pembaruan bangunan-bangunan, transportasi pun

bertambah dan produk pertanian, industri dan lain-lain akan bertambah

dengan konsekuensi bertambahnya volume dan jenis sampah

c. Kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi akan menambah jumlah maupun

kualitas sampah, karena pemakaian bahan baku yang semakin beragam,

cara pengepakan dan produk manufaktur yang semakin beragam pula.

2.2.4 Sumber- Sumber Sampah

A. Sampah yang berasal dari pemukiman

Sampah ini terdiri dari bahan-bahan sebagai hasil kegiatan rumah tangga

(38)

dimasak, atau yang belum, bekas pembungkus berupa kertas, plastik, daun dan

sebagainya, pakaian- pakaian bekas, bahan- bahan bacaan, perabot rumah tangga,

daun- daun dari kebun atau taman.

B. Sampah yang berasal dari tempat umum

Sampah ini berasal dari tempat umum, seperti pasar,

tempat-tempat hiburan, terminal bus, stasiun kereta api dan sebagainya. Sampah ini

berupa : kertas, plastik, botol, daun dan sebagainya.

C. Sampah yang berasal dari perkantoran

Sampah dari perkantoran baik perkantoran pendidikan, perdagangan,

departemen, perusahaan dan sebagainya. Sampah ini berupa kertas-kertas, plastik,

karbon, klip dan sebagainya. Umumnya sampah ini bersifat kering dan mudah

terbakar

D. Sampah yang berasal dari jalan raya

Sampah ini berasal dari pembersihan jalan yang umumnya terdiri dari :

kertas-kertas, kardus- kardus, debu, batu-batuan, daun-daunan dan sebagainya.

E. Sampah yang berasal dari industri

Sampah ini berasal dari kawasan industri, termasuk sampah yang berasal

dari pembangunan industri, dan segala sampah yang berasal dari proses produksi

misalnya : sampah-sampah pengepakan barang, logam, plastik, kayu, kaleng dan

sebagainya.

F. Sampah yang berasal dari pertanian/ perkebunan

Sampah ini sebagai hasil dari perkebunan atau pertanian misalnya : jerami,

sisa sayur mayur, batang padi, batang jagung, ranting kayu yang patah dan

(39)

G. Sampah yang berasal dari pertambangan

Sampah ini berasal dari daerah pertambangan dan jenisnya tergantung

dengan usaha-usaha pertambangan itu sendiri, misalnya batu-batuan, tanah/cadas,

pasir dan sebagainya.

H. Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan

Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan ini berupa : kotoran

ternak, sisa-sisa makanan, bangkai binatang dan sebagainya

2.2.5 Pengelolaan Sampah

Sampah erat kaitannya dengan kesehatan masyarakat, karena dari sampah

tersebut akan hidup berbagai mikroorganisme penyebab penyakit dan juga

binatang serangga sebagai pemindah/ penyebar penyakit. Oleh sebab itu sampah

harus dikelola dengan baik sampai sekecil mungkin tidak mengganggu atau

mengancam kesehatan masyarakat. Pengelolaan sampah yang baik, bukan untuk

kepentingan kesehatan saja, tetapi juga untuk keindahan lingkungan. Yang

dimaksud dengan pengelolaan sampah disini adalah meliputi pengumpulan,

pengankkutan, sampai dengan pemusnahan atau pengelolaan sampah sedemikian

rupa sehingga sampah tidak menjadi gangguan kesehatan masyarakat dan

lingkungan hidup. Cara-cara pengelolaan sampah antara lain :

a. Pengumpulan dan Pengangkutan Sampah

Pengumpulan sampah adalah menjadi tanggung jawab dari masing-masing

rumah tangga atau institusi yang menghasilkan sampah. Oleh sebab itu, mereka

ini harus membangun atau mengadakan tempat khusus untuk mengumpulkan

(40)

harus diangkut ke tempat penampungan sementara (TPS) sampah dan selanjutnya

ke tempat penampungan akhir (TPA).

Mekanisme, sistem, atau cara pengangkutannya untuk di daerah perkotaan

adalah tanggung jawab pemerintah daerah setempat yang didukung oleh

partisipasi masyarakat produksi sampah, khususnya dalam hal pendanaan.

Sedangkan untuk daerah pedesaan pada umumnya sampah dapat dikelola oleh

masing-masing keluarga tanpa memerlukan TPS maupun TPA. Sampah rumah

tangga daerah pedesaan umumnya di daur ulang menjadi pupuk.

b. Pemusnahan dan Pengelolaan Sampah

Pemusnahan atau pengelolaan sampah padat ini dapat dilakukan melalui

berbagai cara, antara lain :

• Ditanam, (Landfill) yaitu pemusnahan sampah dengan membuat lubang di

tanah kemudian sampah dimasukkan dan ditimbun dengan tanah

• Dibakar (Inceneration), yaitu memusnahkan sampah dengan jalan

membakar di dalam tungku pembakaran

• Dijadikan pupuk (composting), yaitu pengelolaan sampah menjadi

kompos, khususnya untuk sampah organic daun-daunan, sisa makanan,

dan sampah lain yang dapat membusuk.

2.3 Tempat Pembuangan Akhir

2.3.1 Pengertian Tempat Pembuangan Akhir

Tempat Pembuangan Akhir (TPA) merupakan tempat dimana sampah

mencapai tahap terakhir dalam pengelolaannya sejak mulai timbul di sumber,

(41)

merupakan tempat dimana sampah diisolasi secara aman agar tidak menimbulkan

gangguan terhadap lingkungan sekitarnya. Karenanya diperlukan penyediaan

fasilitas dan perlakuan yang benar agar keamanan tersebut dapat dicapai dengan

baik.

Selama ini masih banyak persepsi keliru tentang TPA yang lebih sering

dianggap hanya merupakan tempat pembuangan sampah. Hal ini menyebabkan

banyak Pemerintah Daerah masih merasa sayang untuk mengalokasikan

pendanaan bagi penyediaan fasilitas di TPA yang dirasakan kurang prioritas

disbanding dengan pembangunan sektor lainnya.

Di TPA, sampah masih mengalami proses penguraian secara alamiah

dengan jangka waktu panjang. Beberapa jenis sampah dapat terurai secara cepat,

sementara yang lain lebih lambat; bahkan ada beberapa jenis sampah yang tidak

berubah sampai puluhan tahun; misalnya plastik. Hal ini memberikan gambaran

bahwa setelah TPA selesai digunakanpun masih ada proses yang berlangsung dan

menghasilkan beberapa zat yang dapat mengganggu lingkungan. Karenanya masih

diperlukan pengawasan terhadap TPA yang telah ditutup.

2.3.2 Metoda Pembuangan Sampah

Pembuangan sampah mengenal beberapa metoda dalam pelaksanaannya

yaitu:

a. Open Dumping

Open dumping atau pembuangan terbuka merupakan cara pembuangan

sederhana dimana sampah hanya dihamparkan pada suatu lokasi; dibiarkan

(42)

ada Pemda yang menerapkan cara ini karena alasan keterbatasan sumber daya

(manusia, dana, dan lain-lain).

Cara ini tidak direkomendasikan lagi mengingat banyaknya potensi

pencemaran lingkungan yang dapat ditimbulkannya seperti:

• Perkembangan vektor penyakit seperti lalat, tikus, dan lain-lain

• Polusi udara oleh bau dan gas yang dihasilkan

• Polusi air akibat banyaknya lindi (cairan sampah) yang timbul

• Estetika lingkungan yang buruk karena pemandangan yang kotor

b. Control Landfill

Metoda ini merupakan peningkatan dari open dumping dimana secara

periodik sampah yang telah tertimbun ditutup dengan lapisan tanah untuk

mengurangi potensi gangguan lingkungan yang ditimbulkan. Dalam

operasionalnya juga dilakukan perataan dan pemadatan sampah untuk

meningkatkan efisiensi pemanfaatan lahan dan kestabilan permukaan TPA.

Di Indonesia, metode control landfill dianjurkan untuk diterapkan di kota

sedang dan kecil. Untuk dapat melaksanakan metoda ini diperlukan penyediaan

beberapa fasilitas diantaranya:

• Saluran drainase untuk mengendalikan aliran air hujan

• Saluran pengumpul lindi dan kolam penampungan

• Pos pengendalian operasional

• Fasilitas pengendalian gas metan

(43)

c. Sanitary Landfill

Metode ini merupakan metode standar yang dipakai secara internsional

dimana penutupan sampah dilakukan setiap hari sehingga potensi gangguan yang

timbul dapat diminimalkan. Namun demikian diperlukan penyediaan prasarana

dan sarana yang cukup mahal bagi penerapan metode ini sehingga sampai saat ini

baru dianjurkan untuk kota besar dan metropolitan.

2.3.3. Persyaratan Lokasi TPA

Mengingat besarnya potensi dalam menimbulkan gangguan terhadap

lingkungan maka pemilihan lokasi TPA harus dilakukan dengan seksama dan

hati-hati. Hal ini ditunjukkan dengan sangat rincinya persyaratan lokasi TPA

seperti tercantum dalam SNI tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi Tempat

Pembuangan Akhir Sampah; yang diantaranya dalam kriteria regional

dicantumkan:

• Bukan daerah rawan geologi (daerah patahan, daerah rawan longsor,

rawan gempa, dan lain-lain)

• Bukan daerah rawan hidrogeologis yaitu daerah dengan kondisi kedalaman

air tanah kurang dari 3 meter, jenis tanah mudah meresapkan air, dekat

dengan sumber air (dalam hal tidak terpenuhi harus dilakukan masukan

teknologi)

• Bukan daerah rawan topografis (kemiringan lahan lebih dari 20%)

• Bukan daerah rawan terhadap kegiatan penerbangan di Bandara (jarak

minimal 1,5 – 3 km)

• Bukan daerah/kawasan yang dilindungi (http:

(44)

2.4 Masyarakat

2.4.1 Pengertian Masyarakat

Istilah masyarakat (“society”) jarang dirumuskan dalam batasan yang

tegas oleh para sosiolog. Artinya, tidak diberikan cirri-ciri atau ruang lingkup

tertentu yang dapat dijadikan pegangan, untuk mengadakan suatu analisa secara

ilmiah. Kadang-kadang istilah masyarakat mencakup masyarakat sederhana yang

buta huruf, sampai ada pada masyarakat-masyarakat industrial modern yang

merupakan suatu negara. Tidak jarang pula, bahwa istilah masyarakat

dipergunakan untuk menggambarkan kelompok manusia yang besar, sampai pada

kelompok-kelompok kecil yang terorganisasikan

Istilah masyarakat kadang-kadang dipergunakan dalam artian

“Gesselschaft” atau sebagai asosiasi manusia yang ingin mencapai tujuan-tujuan

tertentu dengan terbatas sifatnya, sehingga direncanakan pembentukan

organisasi-organisasi tertentu. Dalam hal ini, maka masyarakat adalah kelompok manusia

yang sengaja dibentuk secara rasional, untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan

tertentu pula.

Suatu totalitas dari orang-orang yang saling tergantung dan yang

mengembangkan suatu kebudayaan tersendiri juga disebut masyarakat. Walaupun

penggunaan istilah masyarakat sangat samar-samar dan umum, akan tetapi hal itu

dapat dianggap sebagai indikasi dari hakekat manusia senantiasa ingin hidup

bersama dengan orang lain. Biasa bagaimana pun juga, penggunaan istilah

masyarakat tak akan mungkin dilepaskan dari nilai-nilai, norma-norma,

tradisi-tradisi kepentingan-kepentingan dan lain sebagainya. Oleh karena itu, maka

(45)

Kadang-kadang dipergunakan juga istilah sistem kemasyarakatan

(“societal system”) yang berasal dari A. G. Keller. Dalam hal ini, maka Keller

ingin memberikan tekanan pada cirri-ciri organisasi dari kehidupan sosial. Kecuali

dari itu, maka istilah tersebut biasanya dikaitkan dengan aspek-aspek

kelembagaan masyarakat modern, seperti umpamanya, pemerintah, hukum,

struktur kelas sosial dan seterusnya.

Sebenarnya suatu masyarakat, merupakan suatu bentuk kehidupan

bersama manusia yang mempunyau cirri-ciri pokok sebagai berikut :

1. Manusia yang hidup bersama secara teoritis, maka jumlah manusia yang

hidup bersama ada dua orang. Di dalam ilmu-ilmu sosial, khususnya

sosiologi, tidak ada suatu ukuran yang mutlak ataupun angka yang pasti

untuk menentukan berapa jumlah manusia yang harus ada.

2. Bergaul selama jangka waktu yang cukup lama

3. Adanya kesadaran, bahwa setiap manusia merupakan bagian dari kesatuan

4. Adanya nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi patokan bagi perilaku

yang dianggap pantas.

5. Menghasilkan kebudayaan dan mengembangkan kebudayaan tersebut.

2.4.2 Keluarga

Keluarga merupakan kelompok primer yang terpenting dalam masyarakat.

Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan organisasi terbatas, dan

mempunyai ukuran minimum, terutama pada pihak yang awalnya mengadakan

suatu ikatan. Dengan kata lain, keluarga tetap merupakan bagian dari masyarakat

(46)

melepaskan cirri-ciri tersebut karena tumbuhnya mereka kearah kedewasaan.

Keluarga sebagai organisasi, mempunyai perbedaan dari organisasi-organisasi

lainnya, yang terjadi hanya sebagai sebuah proses (Khairuddin, 1997:4)

Menurut UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, keluarga

adala unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri dan anaknya,

atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya atau keluarga sedarah dalam garis

lurus ke atas atau lurus kebawah sampai derajat ketiga.

Ciri-ciri keluarga menurut Iver dan Page ( dalam Khairuddin 1997:3)

meliputi :

1. Keluarga merupakan hubungan perkawinan

2. Berbentuk perkawinan atau sususan kelembagaan yang berkenaan dengan

hubungan perkawninan yang sengaja dibentuk dan dipelihara.

3. Suatu sistem tata-tata norma termasuk perhitungan garis keturunan

4. Ketentuan-ketentuan ekonomi yang dibentuk oleh anggota-anggota

kelompok yang mempunyai ketentuan khusus terhadap

kebutuhan-kebutuhan ekonomi yang berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai

keturunan dan membesarkan anak

5. Merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga yang walau

(47)

Fungsi keluarga menurut Horton dan Hunt ( dalam Kamanto Sunarto,

2004: 63)

1. Keluarga berfungsi mengatur penyaluran seks. Tidak ada masyarakat yang

memperbolehkan hubungan seks sebebas-bebasnya antara siapa saja dalam

masyarakat.

2. Reproduksi berupa pengembangan keturunan pun selalu dibatasi dengan

aturan yang menempatkan kegiatan ini dalam keluarga.

3. Mensosialisasikan anggota baru masyarakat sehingga dapat memerankan

apa yang diharapkan darinya.

4. Fungsi afeksi. Keluarga memberikan cinta kasih pada seorang anak.

5. Keluarga memberikan status pada seseorang bukan hanya status yang

diperoleh seperti status yang terkait dengan jenis kelamin, kelahiran,

hubungan kekerabatan tetapi termasuk juga didalamnya status yang

diperoleh orang tua yaitu status dalam suatu kelas tertentu.

6. Keluarga memberikan perlindungan kepada anggotanya, baik

perlindungan fisik maupun yang bersifat kejiawaan. Akhirnya keluarga

pun menjalankan berbagai fungsi ekonomi tertentu seperti produksi,

distribusi dan konsumsi.

2.4.3 Rumah Tangga

Istilah rumah tangga dan keluarga sering dicampur adukkan dalam

kehidupan sehari-hari. Pengertian rumah tangga lebih mengacu pada pada sisi

ekonominya, sedangkan keluarga lebih mengacu pada hubungan kekerabatannya,

(48)

Badan Pusat Statistika (BPS) membagi rumah tangga menjadi dua bagian

yaitu, rumah tangga biasa dan tumah tangga khusus. Rumah tangga biasa adalah

seseorang atau sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan

fisik ataupun sensus dan umumnya tinggal bersama serta makan dari satu dapur.

Yang dimaksud satu dapur adalah bahwa pembiayaan keperluan jika pengurusan

kebutuhan sehari-hari dikelola secara bersama-sama.

Rumah tangga khusus adalah sekelompok orang yang tinggal di asrama

atau tempat tinggal yang pengurusan sehari-harinya diatur oleh yayasan atau

badan, misalnya asrama mahasiswa, lembaha kemasyarakatan, orang-orang yang

berjumlah lebih dari sepuluh orang dengan makan, asrama ABRI dan lain

sebagainya.diakses pada 10 Maret 2013

pukul 03.00 WIB)

2.4.4 Pemulung

Menurut KBBI, kata pemulung berasal dari kata pe dan pulung.

Memulung merupakan aktifitas mengumpulkan barang-barang bekas atau sampah

untuk dimanfaatkan kembali.

Pemulung adalah orang yang pekerjaannya mencari barang barang bekas

yang sudah tidak terpakai lagi. Mereka adalah pencari barang bekas berbahan

(49)

2.5 Kemiskinan

2.5.1 Pengertian Kemiskinan

Berbicara tentang kemiskinan berarti berbicara tentang harkat dan

martabat manusia. Hal ini berarti kemiskinan merupakan topic yang sangat

penting dan krusial. Oleh karena itu tidaklah heran jika banyak yang sering

menjadikan kemiskinan sebagai topic kajian dalam berbagai kesempatan, seperti

diskusi, seminar, workshop dan media lainnya.

Kemiskinan identik dengan suatu penyakit. Oleh karena itu, langkah

pertama penanggulangan masalah kemiskinan adalah memahami kemiskinan

sebagai suatu masalah. Cara berpikir seperti ini mengikuti alur berpikir dalam

manajemen perencanaan strategic. Secara manajemen, memahami suatu masalah

berarti telah menapaki 50 persen jalan penyelesaian tersebut. Untuk memahami

masalah kemiskinan, kita perlu memandang kemiskinan itu dari dua aspek, yakni

kemiskinan suatu kondisi dan kemiskinan sebagai suatu proses.

Sebagai suatu kondisi, kemiskinan adalah suatu fakta dimana sesorang

atau sekelompok orang hidup dibawah atau lebih rendah dari kondisi hidup layak

sebagai manusia disebabkan ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan

hidupnya. Sementara sebagai suatu proses, kemiskinan merupakan proses

menurunnya daya dukung terhadap hidup sesorang atau sekelompok orang

sehingga pada gilirannya ia atau kelompok tersebut tidak mampu memnuhi

kebutuhan hidupnya dan tidak pula mampu mencapai taraf kehidupan yang

dianggap layak sesuai dengan haarkat dan martabat manusia.

Secara umum istilah kemiskinan dapat dengan mudah kita artikan sebagai

(50)

minim dilihat secara komparatif antara kondisi nyata kehidupan pribadi atau

sekelompok orang di satu pihak dengan kebutuhan pribadi atau sekelompok orang

di lain pihak. Pengertian minim disini bersifat relative, dapat berbeda dengan

rentang waktu yang berbeda. Dapat pula berbeda dengan lingkungan yang

berbeda.

Beberapa ahli mengemukakan kemiskinan :

• Mencher (dalam Siagian, 2012: 5) mnemukakakn, kemiskinan adalah

gejala penurunan kemampuan sesorang atau ssekelompok orang atau

wilayah sehingga mempengaruhi sekelompok orang tersebut, dimanna

pada suatu titik waktu nyata mereka tidak mampu mencapai kehidupan

yang layak.

• Pearce (dalam Siagian, 2012; 7) mengemukakan, kemiskinan merupakan

produk dari interaksi teknologi, sumber daya alam dan modal dengan

sumber daya manusia serta kelembagaan.

• Castells ( dalam Siagian, 2012: 10) mengemukakan kemiskinan adalah

suatu tingkat kehidupan yang berada dibawah standart kebutuhan hidup

minimum agar manusia dapat bertahan hidup.,.

Sementara sebagai suatu proses, kemiskinan merupakan proses

menurunnya daya dukung terhadap hidup seseorang atau sekelompok orang

sehingga pada gilirannya ia atau kelompok tersebut tidak mampu memenuhi

kebutuhan hidupnya dan tidak pula mampu mencapai taraf kehidupan yang

dianggap layak sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia. Kata

(51)

daya dukung dalam kaitannya dengan kehidupan manusia menunjukkan bahwa

kondisi kehidupan yang dihadapi dan sedang dijalani manusia merupakan produk

dari proses dimana dalam prose situ terlibat berbagai unsur.

Cara berpikir yang melakukan kajian kemiskinan sebagai suatu proses

yang sering dinamakan dengan cara berpikir sistemik, yang didasarkan pada suatu

kerangka berpikir, bahwa kehidupan manusia merupakan suatu sistem. Bagaimana

pun, keadaan yang dijalani manusia bukan hanya ditentukan oleh diri sendiri,

melainkan ditentukan juga oleh banyak faktor, baik internal maupun eksternal.

Dalam konteks ini, ada kalanya faktor internal, seperti pengetahuan,

keterampilan, atos kerja dan atau prinsip hidup seseorang atau sekelompok orang

yang memiliki daya dukung yang cukup untuk menjadikannya mampu memenuhi

kebutuhan hidupnya, sehingga tidak masuk kedalam perangkap kemiskinan.

Kondisi yang sebaliknya mungkin pula terjadi dimana faktor internal, seperti

pengetahuan, keterampilan dan etos kerja atau prinsip hidup seseorang atau

sekelompok orang tidak memiliki daya dukung yang cukup untuk menjadikannya

mampu memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga pada satu titik waktu masuk ke

dalam perangkap kemiskinan.

Demikian halnnya dengan faktor eksternal, seperti keadaan dan kualitas

alam, struktur sosial maupun kebijakan pemerintah ada kalanya memiliki daya

dukung yang cukup untuk menjadikan seseorang atau sekelompok orang itu

mampu memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga tidak masuk ke dalam

perangkap kemiskinan. Keadaan yang berbeda dapat pula terjadii, dimana faktor

eksternal, seperti keadaan dan kualitas alam, struktur sosial maupun kebijakan

Gambar

Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.5
+7

Referensi

Dokumen terkait

Comparing the result of the proposed method in Figure 4-(a) and post-classification comparison result with 4 different pairs of pre- and post-disaster images in Figure

atau tersangkut dalam suatu perkara ataupun ---- ---. sengketa sehubungan dengan kepemilikan saham

Bagi PNS yang sudah melakukan registrasi namun belum menyelesaikan pengisian data e-PUPNS, atau status data masih pada PNS yang bersangkutan, segera melakukan

(Inamdar et al., 2008) applied the method proposed in (Piti´e et al., 2007) to use with multidimensional data i.e., mul- tispectral satellite images. Particularly, the N-D

Berdasarkan uraian yang telah diungkapan dalam pelaksanaan Tata Kelola Terintegrasi Grup Victroria, terdiri dari:  Penilaian sendiri atas pelaksanaan tata kelola terintegrasi

Our contribution is the proposal of important spectral regions and indices (i.e. combinations of light colors) for the use of forensic light sources and hyperspectral imaging

Pembuatan website Alex Fitnes Center ini dengan menggunakan bahasa pemrograman PHP dan MySQL Dalam hal ini penulis menggunakan program macromedia dreamweaver mx untuk

(1) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, Penghubung Simpul Jaringan dibantu oleh Sekretariat Jaringan IGN yang secara fungsional dilakukan oleh salah satu