• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Nilai Perusahaan - INDRI PRICILIA BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Nilai Perusahaan - INDRI PRICILIA BAB II"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan merupakan kondisi tertentu yang telah dicapai oleh suatu perusahaan sebagai gambaran dari kepercayaan masyarakat terhadap perussahaan setelah melalui suatu proses kegiatan selama beberapa tahun, yaitu sejak perusahaan tersebut didirikan sampai dengan saat ini. Menurut Bambang (2010) meningkatnya nilai perusahaan adalah sebuah prestasi, yang sesuai dengan keinginan para pemiliknya, karena dengan meningkatnya nilai perusahaan, maka kesejahteraan para pemilik juga akan meningkat, dan hal tersebut merupakan tugas dari manajer sebagai agen yang telah diberi kepercayaan oleh pemilik perusahaan untuk menjalankan perusahaannya.

Tujuan pokok yang ingin dicapai perusahaan adalah memaksimumkan nilai perusahaan. Menurut Husnan (2001) tujuan tersebut dipergunakan karena dengan memaksimumkan nilai perusahaan maka pemilik perusahaan akan menjadi lebih makmur atau menjadi semakin kaya. Semakin tinggi harga saham semakin tinggi pula nilai perusahaan tersebut. Kekayaan pemegang saham dan perusahaan dpresentasikan oleh harga pasar dari saham yang merupakan cerminan dari keputusan investasi, pendanaan (financing), dan manajemen aset.

(2)

berinvestasi pada perusahaan. Dengan peningkatan nilai perusahaan akan berpengaruh juga terhadap kesejahteraan karyawan, oleh sebab itu pihak yang ada diperusahaan dituntut untuk memanfaatkan kemampuan yang dimiliki semaksimal mungkin agar perusahaan unggul dalam bersaing dibanding perusahaan lain. (Hana, 2013).

2.2.2 Agency Theory

Hubungan keagenan (agency relationship) terjadi ketika satu atau lebih individu, yang disebut sebagai prinsipal menyewa individu atau organisasi lain yang disebut sebagai agen, untuk melakukan sejumlah jasa dan mendelegasikan kewenangan untuk membuat keputusan kepada agen tersebut (Noorlaila, 2011). Kepemilikan diwakili oleh investor mendelegasikan kewenangan kepada agen dalam hal ini manajer untuk mengelola kekayaan investor. Investor mempunyai harapan bahwa dengan mendelegasikan wewenang pengelolaan tersebut akan memperoleh keuntungan dengan bertambahnya kekayaan dan kemakmuran investor.

(3)

dari investasinya, sedangkan manajer mempunyai kebutuhan psikologis dan ekonomi yang luas, termasuk memaksimumkan kompensasinya.

Hubungan keagenan sebagai suatu kontrak antara manajer (agent) dan pemilik (principal) perusahaan. Satu atau lebih principal memberi wewenang dan otoritas kepada agent untuk melakukan kepentingan. Dalam suatu korporasi, yang disebut principal adalah pemegang saham dan yang dimaksud agen adalah manajemen yang mengelola perusahaan. (Jensen dan Meckling, 1976 dalam Isnanta, 2008).

(4)

manajemen akan dapat memenuhi tanggungjawabnya sehubungan dengan kepentingan pemilik.

2.2.3 Good Corporate Governance

Good Corporate Governance (Tata kelola perusahaan) adalah rangkaian proses, kebiasaan, kebijakan, aturan dan institusi yang mempengaruhi pengarahan, pengelolaan, serta pengontrolan suatu perusahaan atau korporasi. Tata kelola perusahaan juga mencakup hubungan antara para pemangku kepentingan (stakeholder) yang terlibat serta tujuan pengelolaan perusahaan. Pihak-pihak utama dalam tata kelola perusahaan adalah pemegang saham, manajemen dan dewan direksi. Tata kelola perusahaan adalah suatu subyek yang memiliki banyak aspek.

MenurutSyakhroza (2003) corporate governance merupakan sistem tata kelola yang diselenggarakan dengan mempertimbangkan semua faktor yang mempengaruhi proses institusional, termasuk faktor-faktor yang berkaitan dengan regulator corporate governance perusahaan dikatakan baik apabila perusahaan memenuhi prinsip-prinsipnya, yaitu fairness, transparency, accountability, dan responsibility.

(5)

perhatian dan akuntabilitas lebih terhadap pihak-pihak lain selain pemegang saham, misalnya karyawan atau lingkungan.

Inti dari kebijakan dari good corporate governance adalah agar pihak– pihak yang berperan dalam menjalankan perusahaan memahami dan menjalankan fungsi dan peran sesuai wewenang dan tanggung jawab. Pihak yang berperan meliputi pemegang saham, dewan komisaris, komite, direksi, pimpinan unit dan karyawan.

Tujuan penerapan konsep good corporate governance (Raffles, 2009) : 1. Melindungi hak dan kepentingan pemegang saham.

2. Melindungi hak dan kepentingan para anggota the steakholders non pemegang saham.

3. Meningkatkan nilai perusahaan dan para pemegang saham.

4. Meningkatkan efisisensi dan efektivitas kinerja dewan pengurus atau board of directors dan manajemen perusahaan.

5. Meningkatkan mutu hubungan board of directors dengan manajemen senior perusahaan.

2.1.4 Prinsip-prinsip Good Corporate Governance

(6)

1. Transparansi, yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan.

2. Kemandirian, yaitu suatu keadaan yang mana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh atau tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.

3. Akuntabilitas, yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggung jawaban organ sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif.

4. Pertanggung jawaban, yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan peusahaan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.

5. Kewajaran (fairness) yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak steakholder yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(7)

2.1.5 Corporate Governance

1. Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajerial adalah situasi dimana manajer memiliki saham perusahaan atau dengan kata lain manajer tersebut sekaligus sebagai pemegang saham perusahaan. Dalam laporan keuangan, keadaan ini ditunjukkan dengan bersarnya persentase kepemilikan saham perusahaan oleh manajer. Hal tersebut merupakan informasi yang penting bagi pengguna laporan keuangan maka informasi ini akan diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan (Christiawan, 2007)

Teori Keagenan memunculkan argumentasi terhadap adanya konflik antara pemilik yaitu pemegang saham dengan para manajer. Konsep tersebut muncul sebagai akibat perbedaan kepentingan di antara kedua belah pihak. Jika pemegang saham merangkap pengelola perusahaan akan mengurangi konflik keagenan. Menurut Jensen dan Meckling (1976) dalam Angraheni (2010) menyatakan bahwa kepemilikan saham yang besar dari segi nilai ekonomisnya memiliki insentif untuk memonitor. Permasalahan keagenan diasumsikan akan hilang apabila seorang manajer adalah sekaligus seorang pemilik juga. Secara teoritis ketika kepemilikan manajemen rendah, maka insentif terhadap kemungkinan terjadinya perilaku opportunistik manajer akan meningkat.

(8)

2. Kepemilikan Institusional

Menurut Adriani (2011), kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi dan kepemilikan institusi lain. Kepemilikan institusional memiliki arti penting dalam memonitor manajemen kareba dengan adanya kepemilikan institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal. Monitoring tersebut tentunya akan menjamin kemakmuran untuk pemegang saham, pengaruh kepemilikan institusional sebagai agen pengawas ditekan melalui investasi mereka yang cukup besar dalam pasar modal.

Kepemilikan insitusional merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengurangi agency conflict. Dengan kata lain semakin tinggi tingkat kepemilikan institusional, semakin kuat tingkat pengendalian yang dilakukan oleh pihak eksternal terhadap perusahaan, sehingga agency cost yang terjadi di dalam perusahaan semakin berkurang dan nilai perusahaan juga semakin meningkat.

3. Dewan Komisaris

Board independent atau dewan komisaris adalah jumlah dewan komisaris independen dalam perusahaan. Jumlah dewan komisaris independen yang semakin banyak menandakan bahwa dewan komisaris independen melakukan fungsi pengawasan dan koordinasi dalam perusahaan yang semakin baik.

(9)

berasal dari dalam perusahaan dan atau dari luar perusahaan. Komposisi keanggotaan dewan dalam hal ini semakin besar persentase anggota yang berasal dari luar perusahaan, akan menjadikan peranan dewan komisaris semakin efektif dalam melaksanakan fungsi pengawasan terhadap pengelolaan perusahaan, karena dianggap semakin independen. Di Indonesia anggota dewan yang berasal dari luar perusahaan digunakan terminologi komisaris ekstern atau independen.

Chtourou et al (2001) dalam Dewayanto (2010)berpendapat bahwa dengan jumlah dewan yang semakin besar maka mekanisme monitoring manajemen perusahaan akan semakin baik. Jumlah dewan yang besar menguntungkan perusahaan dari sudut pandang resources dependence.

4. Komisaris Independen

Menurut Ningrum dan Rahardjo (2012) komisaris independen merupakan pihak yang tidak mempunyai akses untuk melakukan suatu kecurangan namun mempunyai hak untuk memperoleh informasi keuangan perusahaan. Bagi para komisaris independen, kinerja perusahaan yang baik adalah tujuan yang diharapkan di masa mendatang sehingga pengawasan komisaris independen terhadap kinerja manajemen sangat dibutuhkan. Proporsi komisaris independen yang besar akan meningkatkan kinerja keuangan perusahaan di masa depan.

Pengertian komisaris independen menurut peraturan No. IX.I.5 tahun 2004 mengenai pembentukan dan pedoman pelaksanaan kerja komite audit adalah anggota komisaris yang :

(10)

2. Tidak mempunyai saham baik langsung maupun tidak langsung pada emiten.

3. Tidak mempunyai hubungan afilian dengan emiten, komisaris, direksi atau pemegang saham utama emiten.

4. Tidak memiliki hubungan usaha baik langsung maupun tidak langsung yang berkaitan dengan kegiatan usaha emiten.

5. Dewan Direksi

Dewan direksi dalam suatu perusahaan akan menentukan kebijakan yang akan diambil atau strategi perusahaan tersebut secara jangka pendek maupun jangka panjang. Direksi harus memastikan, bahwa perusahaan telah sepenuhnya menjalankan seluruh ketentuan yang diatur dalam Anggaran Dasar dan perundang-undangan yang berlaku. Ketentuan jumlah minimal yang disyaratkan dalam peraturan UU No.1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas (PT) yang harus dilaksanakan yaitu minimal untuk dewan direksi adalah 2 orang.

Struktur corporate governance di Indonesia sesuai dengan UU No.1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, dimana Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) adalah badan tertinggi yang terdiri atas pemegang saham yang memiliki hak memilih anggota dewan komisaris dan dewan direksi (Frysa Praditha, 2011).

2.2 Kerangka Pemikiran

(11)

yang meningkat akan meningkatkan nilai perusahaan juga. (Sujoko dan Soebiantoro, 2007).

Kepemilikan institusional merupakan salah satu alat yang dapat diguakan untuk mengurangi agency conflict. Dengan kata lain, semakin tinggi tingkat kepemilikan institusional, semakin kuat tingkat pengendalian yang dilakukan oleh pihak eksternal terhadap perusahaan, sehingga agency cost yang terjadi di dalam perusahaaan semakin berkurang dan nilai perusahaan juga semakin meningkat. (Angraheni, 2010).

Anggota dewan komisaris yang mempunyai keahlian dalam bidang tertentu dapat memberikan nasehat yang bernilai dalam penyusunan strategi dan penyelenggaraan perusahaan. Diambil dari teori agensi bahwa fungsi kontrol dewan komisaris mewakili mekanisme internal utama untuk mengontrol perilaku oportunistik manajemen sehingga dapat membantu menyelaraskan kepentingan pemegang saham dan manajemen. (Noorlaila, 2011).

Adanya komisaris indpenden diharapkan mampu meningkatkan para dewan komisaris sehingga tercipta good corporate governance didalam perusahaan. Jika investor membayar lebih mahal, maka nilai pasar perusahaan yang menerapkan good corporate governance juga akan lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang tidak menerapkan struktur good corporate governance(Rahmawati dan Triatmoko, 2007).

(12)

pengelolaan perusahaan oleh dewan direksi semakin baik, sehingga kinerja perusahaan akan meningkat dan nilai perusahaan akan ikut meningkat (Susanti, 2010).

Berdasarkan landasan teori dan hasil penelitian sebelumnya serta permasalahan yang telah dikemukakan, maka sebagai dasar untuk merumuskan hipotesis, berikut adalah kerangka pemikiran yang disajikan dalam model penelitian :

Gambar 2.1

2.3 Hipotesis

H1 : Kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. H2 : Kepemilikan institusional berpengaruh positifterhadapnilaiperusahaan.

Kepemilikan Institusional (X2)

Ukuran Dewan Direksi (X5)

Ukuran Komisaris

Independen (X4)

Ukuran Dewan Komisaris (X3)

Nilai Perusahaan (PBV)

Y Kepemilikan Manajerial

(X1) H1

H2

H3 H4 H5

(13)

H4 : Ukuran komisaris independen berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

H5 : Ukuran dewan direksi berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. H6 : Kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dewan komisaris,

Gambar

Gambar 2.1

Referensi

Dokumen terkait

Regulasi • Belum adanya national policy yang terintegrasi di sektor logistik, regulasi dan kebijakan masih bersifat parsial dan sektoral dan law enforcement lemah.. Kelembagaan

Dan kegiatan ini biasanya merupakan tanggung jawab dari seorang Public Relations dalam suatu perusahaan berkaitan dengan tugasnya dalam membina hubungan yang baik

Dari blogstats saya lihat banyak teman-teman yang mencari tahu tipe kabel untuk instalasi rumah. Kami menerima pekerjaan jasa instalasi listrik perumahan, perkantoran, apartement,

Berdasarkan ketentuan Pasal 12 ayat (1) Anggaran Dasar Perseroan dan Pasal 27 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 32/POJK.04/2014 tentang Rencana dan

Tema yang dipilih dalam penelitian ini ialah Tugas sarjana dengan judul “Perancangan Sistem Kerja Yang Ergonomi Berdasarkan Metode Therbligh Untuk Meningkatkan

M engingat populasi burung kakatua di Pulau Komodo banyak ditemukan di lembah-lembah maka penting untuk melakukan penelitian seleksi habitat burung kakatua dengan variasi

Hasil studi kasus ini menunjukkan bahwa pengelolaan asuhan keperawatan pada pasien kanker ovarium dalam pemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman dengan tindakan non

Bahwa Pemohon mendalilkan, konsekuensi dari berlakunya Pasal 176 ayat (1), (2) dan (3) UU 10/2016 yang mengatur mekanisme pengisian jabatan apabila Gubernur, Bupati, dan