• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Danu Biyan Redista BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Danu Biyan Redista BAB I"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar Belakang

Manusia merupakan makhluk yang utuh dan unik yang terdiri dari komponen bio, psiko, sosio, dan spiritual. Kebutuhan manusia juga harus dipenuhi secara keseluruhan atau holistik yang meliputi kebutuhan biologis, psikologis, sosial, dan spiritual baik dalam kontinum sehat maupun sakit. Menurut teori Nightingale, perawatan holistik digambarkan dengan penggunaan terapi komplementer yaitu terapi yang diberikan untuk melengkapi terapi medis konvensional. Salah satu jenis terapi komplementer yang menurut literatur banyak terbukti berpengaruh terhadap kesejahteraan bagi tubuh, yaitu Foot massage (Setyoadi & Kushariyadi, 2011).

(2)

Terapi pijat refleksi kaki merupakan stimulasi pada kulit dan jaringan di bawahnya dengan menggunakan berbagai tingkatan tekanan tangan untuk mengurangi nyeri, membuat rileks atau meningkatkan sirkulasi. Pijat refleksi kaki merupakan salah satu terapi komplementer yang menggabungkan berbagai teknik dalam keperawatan seperti sentuhan, teknik relaksasi dan teknik distraksi (Nilla, 2007).

Menurut Wicaksono (2011), dalam tubuh manusia terdapat jaringan-jaringan ke seluruh bagian tubuh yang satu dengan lainnya berhubungan. Jika salah satu titik simpul itu dipijat maka akan berhubungan dengan organ-organ tertentu. Titik saraf dalam tubuh yang memungkinkan akan menyebabkan ABI meningkat.

Mekanisme Foot massage yang dilakukan pada kaki bagian bawah selama 10 menit dimulai dari pemijatan pada kaki yang diakhiri pada telapak kaki diawali dengan memberikan gosokan pada permukaan punggung kaki, dimana gosokan yang berulang menimbulkan peningkatan suhu diarea gosokan yang mengaktifkan sensor syaraf kaki sehingga terjadi vasodilatasi pembuluh darah dan getah bening yang mempengaruhi aliran darah meningkat, sirkulasi darah menjadi lancar (Aditya, Sukarendra & Putu, 2013).

(3)

Impuls saraf yang dihasilkan saat melakukan Foot massage diteruskan menuju hipotalamus untuk menghasilkan Corticotropin Releasing Factor (CRF). CRF merangsang kelenjar pituitary untuk meningkatkan produksi Proopioidmelanocortin (POMC) sehingga medulla adrenal memproduksi endorfin. Endorfin yang disekresikan ke dalam peredaran darah dapat mempengaruhi suasana hati menjadi rileks (Ganong, 2008).

Gelombang alfa akan membantu stres seseorang, sehingga stress akan hilang dan menjadikan orang tersebut merasa rileks dan membantu kontraksi otot untuk mengeluarkan zat kimia otak (neurotransmitter) menstimulasi RAS (Reticular Activating System ) untuk melepaskan seperti hormone serotin, asetilkolin dan endorphine yang dapat memberikan rasa nyaman dan merelaksasi. Kemudian rasa rileks dan perasaan nyaman yang dirasakan dapat menurunkan produksi kortisol dalam darah sehingga memberikan keseimbangan emosi, ketegangan pikiran serta meningkatkan nilai ankle brachial indeks (Azis, 2014).

(4)

kelompok kontrol sebesar 0,8921. Menurut hasil uji stastistik perbedaan perubahan ABI antara kelompok control dan intervensi dengan Independent t-Test (p < 0,05) ditemukan p = 0,000 maka Ha diterima yang berarti ada perbedaan yang bermakna pada selisih ABI prepost kedua kelompok.

Sirkulasi darah pada daerah kaki dapat diukur melalui pemeriksaan non invasive, salah satunya adalah dengan pemeriksaan Ankle Brachial Index. Ankle Brachial Index (ABI) merupakan pemeriksaan non invasive pada pembuluh darah yang berfungsi untuk mendeteksi tanda dan gejala klinis dari iskhemia, penurunan perfusi perifer yang dapat mengakibatkan angiopati dan neuropati diabetik. ABI adalah metode sederhana dengan mengukur tekanan darah pada daerah ankle (kaki) dan brachial (tangan) dengan menggunakan probe doppler. Hasil pengukuran ABI menunjukan keadaan sirkulasi darah pada tungkai bawah dengan rentang nilai 0,90-1,2 menunjukkan bahwa sirkulasi ke daerah tungkai normal. Nilai ini didapatkan dari hasil perbandingan tekanan sistolik pada daerah kaki dan tangan (Gitarja, 2015).

(5)

Perkeni (2007) adalah ABI ≥ 0, sedangkan keadaan yang tidak normal bila ABI < 0,9 dengan rincian: obstruksi ringan, bila ABI 0,71 - < 0,9; obstruksi sedang, bila ABI 0,41 - < 0,71; dan obstruksi berat, bila ABI < 0,41.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut di atas, penulis tertarik mengadakan penelitian tentang pengaruh Foot massage terhadap nilai ankle brachial index (ABI).

B. Rumusan Masalah

Manusia merupakan makhluk yang utuh dan unik yang terdiri dari komponen bio, psiko, sosio, dan spiritual. perawatan holistik digambarkan dengan penggunaan terapi komplementer yaitu terapi yang diberikan untuk melengkapi terapi medis konvensional. Salah satu jenis terapi komplementer yang menurut literatur banyak terbukti berpengaruh terhadap kesejahteraan bagi tubuh, yaitu Foot massage. Mekanisme Foot massage yang dilakukan pada kaki bagian bawah dapat mengenai Titik saraf dalam tubuh yang memungkinkan akan menyebabkan ABI meningkat. pemeriksaan Ankle Brachial Index dilakukan untuk mendeteksi adanya insufisiensi arteri yang menunjukkan kemungkinan adanya penyakit arteri perifer atau peripheral arterial disease.

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah, maka rumusan masalah yang dapat diambil adalah : “Apakah ada pengaruh dari terapi

(6)

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Foot massage terhadap nilai ankle brachial index.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui karakteristik responden seperti: Umur, Jenis kelamin, dan jenis pekerjaan.

b. Untuk mengetahui nilai ankle brachial index (ABI) sebelum dan sesudah Foot massage.

c. Mengetahui pengaruh Foot massage terhadap nilai ankle brachial index (ABI).

D. Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu : A.Institusi Fakultas Ilmu Kesehatan

Sebagai pengetahuan bagi mahasiswa keperawatan bahwasanya pijat refleksi mempunyai pengaruh terhadap ankle brachial index (ABI) sehingga dalam peran perawat sebagai edukator dapat mengajarkan untuk melakukan sosialisasi pijat refleksi.

B.Peneliti

(7)

C.Klien

Hasil penelitian digunakan sebagai informasi baik kepada klien maupun masyarakat luas tentang manfaat pijat refleksi dalam meningkatkan nilai ankle brachial index (ABI) dalam mencegah berbagai macam penyakit seperti peripheral arterial desease.

E. Penelitian Terkait

1. Inácio Teixeira da Cunha-Filho et al. Korelasi antara ankle brachial indeks sebelum dan sesudah tes berjalan. Metode penelitian ini adalah dua puluh satu pasien dengan indikasi POAD telah dinilai nilai ABI mereka sebelum dan sesudah tes berjalan berdasarkan protokol berjalan cepat yang dikendalikan secara progresif. Hasil penelitian ini adalah tidak ada korelasi substansial antara ABI sebelum dan sesudah berjalan dan variabel yang diperoleh dengan jarak, waktu dan kecepatan. Waktu, kecepatan dan jarak untuk indikasi POAD dan gejala gangguan berjalan selama protokol berjalan cepat progresif tidak tergantung pada pengukuran aliran darah inferensial yang diperoleh oleh ABI sebelum dan sesudah tes berjalan.

Persamaan dengan penelitian saya adalah sama-sama meneliti tentang ankle brachial indeks.

(8)

meneliti tentang pengaruh Foot massage terhadap ankle brachial indeks.

2. Mc Dermott. Kombinasi Ankle Brachial Indeks dengan Skor Resiko Framingham terhadap Kejadian Kardiovaskular dan Kematian: Analisis Meta-analisis. Metode penelitian Analisis Meta-analisis, Studi termasuk jika (1) peserta berasal dari populasi umum (2) Indeks brakialis pergelangan kaki diukur pada awal dan (3) subjek ditindaklanjuti untuk mendeteksi total dan kematian kardiovaskular. Hasil penelitian Indeks brachial ankle rendah (≤0.90) dikaitkan dengan kira-kira dua kali lipat total kematian selama 10 tahun, mortalitas kardiovaskular dan tingkat kejadian koroner mayor dibandingkan dengan tingkat keseluruhan dalam setiap kategori Framingham. Pencantuman indeks brakialis pergelangan kaki pada kardiovaskular stratifikasi risiko menggunakan Skor Risiko Framingham akan menghasilkan reklasifikasi kategori risiko dan modifikasi rekomendasi pengobatan pada sekitar 19% pria dan 36% dari wanita.

Persamaan dengan penelitian saya adalah sama-sama meneliti tentang ankle brachial indeks.

(9)

3. Michael H. Criqui et al. Penurunan pergelangan kaki / indeks brakialis, seperti yang dihitung dengan rata-rata dorsalis pedis dan posterior tekanan arteri tibialis, dan hubungan dengan kaki berfungsi pada penyakit arteri perifer. Desain penelitiannya bersifat cross-sectional; bertempat di pusat medis akademis. Partisipan sejumlah 244 pria dan wanita, berusia 55 tahun ke atas, dengan dan tanpa penyakit arteri perifer, dari laboratorium vaskular non-invasif dan praktik pengobatan umum. Hasil penelitian ini adalah Prevalensi penyakit arteri perifer berkisar antara 47% ketika metode # 1 digunakan sampai 59% saat metode # 2 digunakan. Bila kaki kanan dan kiri dibandingkan, kaki dengan ABI yang lebih rendah, seperti yang diidentifikasi melalui penggunaan metode # 3, paling banyak dikaitkan dengan fungsi kaki. Di dalam kaki dengan ABI yang lebih rendah, metode # 3 lebih dekat terkait dengan jarak tempuh 6 menit (koefisien regresi = 811,5 kaki per 1 unit ABI; P <.001) dan kecepatan berjalan 4 m (koefisien regresi = 0,353 m / s per 1 unit ABI; P <.001) daripada metode # 1 atau metode # 2.

Persamaan dengan penelitian saya adalah sama-sama meneliti tentang ankle brachialis indeks.

(10)

perifer, sedangkan penelitian saya meneliti tentang pengaruh pijat refleksi terhadap ankle brachial indeks.

4. Bianca LW Bendermacher. Model prediksi klinis untuk mengetahui adanya penyakit arteri perifer, manfaat skrining individu sebelum memulai pengukuran indeks pergelangan kaki-brachial: sebuah studi observasional. Studi observasional ini merupakan bagian dari studi PREVALENT yang lebih besar dan dilakukan dari Oktober 2002 sampai Februari 2005 di antara 955 praktik umum di Belanda. Individu berusia 55 tahun ke atas, menyajikan setidaknya satu faktor risiko vaskular (misalnya merokok, hipertensi, diabetes melitus, dan hiperkolesterolemia), dan tidak ada keluhan tentang klaudikasio intermiten, diminta untuk berpartisipasi. Hasil penelitian ini adalah Berdasarkan asumsi bahwa perlakuan pasien dengan riwayat kardiovaskular atau serebrovaskular tidak akan terpengaruh oleh temuan tersebut dari asimtomatik PAD, faktor risiko yang disebutkan sebelumnya tersebut tidak diperhitungkan dalam klinis akhir model prediksi Untuk menerjemahkan OR, OR 1 diambil sebagai 0 poin faktor risiko, meningkat dengan 1 poin faktor risiko per kenaikan OR sekitar 0,25.

Persamaan dengan penelitian saya adalah sama-sama meneliti tentang ankle brachialis indeks.

(11)

adanya penyakit arteri perifer, manfaat skrining individu sebelum memulai pengukuran indeks pergelangan kaki-brachial: sebuah studi observasional., sedangkan penelitian saya meneliti tentang pengaruh pijat refleksi terhadap ankle brachial indeks.

5. Andrew Vickers. Pijat jaringan ikat untuk Pasien Diabetes Tipe 2 dengan Penyakit Arteri Perifer. Metode penelitian yaitu Percobaan acak terkontrol plasebo dilakukan. Sembilan puluh delapan pasien diabetes tipe 2 dengan stadium I atau II-penyakit arteri perifer (PAD). Hasil ANOVA adalah signifikan (P <.05) untuk saturasi oksigen kanan dan kiri tapi tidak untuk detak jantung dan suhu. Pada 6 bulan dan 1 tahun, kelompok yang mengalami tekanan arteri segmental erotis di sepertiga bagian atas kaki kiri dan kanan.

Persamaan dengan penelitian saya adalah sama-sama meneliti tentang ankle brachialis indeks.

Perbedaan dengan penelitian saya adalah penelitian Andrew Vickers. Pijat jaringan ikat untuk Pasien Diabetes Tipe 2 dengan Penyakit Arteri Perifer, sedangkan penelitian saya meneliti tentang pengaruh pijat refleksi terhadap ankle brachial indeks.

(12)

pemijatan dan mobilisasi dibandingkan dengan plasebo untuk uji OLB (1,1 ± 1,7 detik versus 0,4 ± 1,2 detik, p <0,01) dan uji TUG (0,9 ± 2,6 detik versus 0,2 ± 1,2 detik, p <0,05) . Sebaliknya, pertunjukan dalam tes LR tidak membaik secara signifikan.

Persamaan dengan penelitian saya adalah sama-sama meneliti tentang pijat.

Perbedaan dengan penelitian saya adalah penelitian Jacques Vaillant. Pijat dan mobilisasi kaki dan angkel pada lansia : pengaruh pelaksanaan keseimbangan klinis, sedangkan penelitian saya meneliti tentang pengaruh pijat refleksi terhadap ankle brachial indeks.

(13)

preventif difokuskan pada stimulasi peredaran darah, misalnya dengan berjalan kaki tanpa alas kaki. Akibatnya, beberapa pelaku perilaku yang dianggap bermanfaat untuk kesehatan kaki berpotensi meningkatkan risiko ulserasi. Dalam beberapa kasus, seruan nasihat mengenai perawatan kaki pencegahan terhambat karena peserta merasa sulit untuk berkomunikasi dengan profesional kesehatan.

Persamaan dengan penelitian saya adalah sama-sama meneliti tentang pasien diabetes tipe 2.

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahap pertama ini kajian difokuskan pada kajian yang sifatnya linguistis antropologis untuk mengetahui : bentuk teks atau naskah yang memuat bentuk

Tabel item-total statistik menunjukan hasil perhitungan reabilitas untuk 10 pernyataan.Menentukan besarnya r tabel dengan ketentuan tingkat kepercayaan (degree of

Adapun manfaat dari penelitian yang dilakukan penulis, adalah agar skripsi ini menjadi bahan informasi positif bagi masyarakat, khususnya masyarakat Islam dan

kehidupan bangsa, mulai dari teknologi, sosial budaya, ekonomi, hukum dan berbagai keilmuan yang digunakan untuk memajukan negara ini, melalui daya saing bangsa yang kuat dengan

Atribut merupakan bagian penting yang harus diperhatikan oleh perusahaan karena jika kita mengelola atribut dengan baik hal tersebut dapat menarik perhatian dari konsumen yang

Posted at the Zurich Open Repository and Archive, University of Zurich. Horunā, anbēru, soshite sonogo jinruigakuteki shiten ni okeru Suisu jin no Nihon zō. Nihon to Suisu no kōryū

(PERSERO) Pelabuhan Indonesia Ill menyatakan bahwa tesis yang dimajukan untuk diuji tanggal 7 Mei 2006 adalah hasil karya saya. Tidak terdapat keseluruhan atau sebagian

Pada kegiatan keagamaan tersebut peran remaja masjid sangat di himbau oleh para takmir masjid dalam pelaksanaan kegiatan keagamaan yang berbasis pluralisme.