• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakterisktik Elemen Satuan Pada Semiring Pseudo-Ternary Matriks Atas Bilangan Bulat Negatif

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Karakterisktik Elemen Satuan Pada Semiring Pseudo-Ternary Matriks Atas Bilangan Bulat Negatif"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Karakterisktik Elemen Satuan Pada Semiring

Pseudo-Ternary Matriks Atas Bilangan Bulat Negatif

Maxrizal1 dan Baiq Desy Aniska Prayanti2

1

Jurusan Sistem Informasi, STMIK Atma Luhur Pangkalpinang 2

Universitas Bangka Belitung

1

maxrizal@atmaluhur.ac.id dan 2 baiqdesyaniska@gmail.com

Abstrak

Struktur semiring pseudo-ternary merupakan genaralisasi dari struktur semiring ternary. Sifat-sifat yang terdapat di semiring ternary diselidiki dan diaplikasikan pada semiring pseudo-ternary. Dalam makalah ini dikaji karakteristik dari elemen satuan pada semiring pseudo-ternary matriks atas bilangan bulat negatif. Suatu elemen pada semiring pseudo-ternary dikatakan memiliki elemen satuan jika elemen tersebut merupakan elemen satuan kiri, tengah dan kanan. Jika elemen tersebut hanya merupakan elemen kiri dan kanan maka elemen tersebut dinamakan elemen satuan dua sisi. Hasil kajian menunjukkan bahwa karakteristik elemen satuan pada semiring pseudo ternary matriks atas bilangan bulat negatif bergantung pada ordo dari matriks. Selanjutnya, kelemahan-kelemahan pada ordo matriks dikaji dan dimodifikasi pada beberapa subsemiring pseudo-ternary di semiring pseudo-ternary matriks atas bilangan bulat negatif. Tujuannya agar diperoleh subsemiring pseudo-ternary di semiring pseudo-ternary matriks atas bilangan bulat negatif yang memiliki elemen satuan dua sisi atau elemen satuan.

Kata Kunci: semiring pseudo ternary matriks atas bilangan bulat negatif, elemen satuan, elemen satuan dua sisi, subsemiring pseudo-ternary matriks atas bilangan bulat negatif.

1. Pendahuluan

Konsep semiring ternary pada

2, 3, 4,5, 6, 7

yang diperkenalkan oleh T.K. Dutta dan S. Kar (2004) merupakan generalisasi dari ring ternary yang diperkenalkan oleh W.G. Lister pada tahun 1971. Pada

3, 5, 6

dijelaskan bahwa konsep semiring ternary dimotivasi oleh struktur pada himpunan bilangan bulat negatif

 

yang

dilengkapi operasi biner penjumlahan dan triner perkalian biasa. Selanjutnya pada

 

8 , konsep semiring ternary pada  diperluas pada matriks persegi atas  sehingga

 

n n

M  yang dilengkapi operasi biner penjumlahan dan triner perkalian biasa merupakan semiring ternary.

Faktanya, Mn n

 

 merupakan bentuk matriks khusus dari matriks persegi panjang dan struktur matriks Mm n

 

 dilengkapi operasi biner penjumlahan dan triner perkalian biasa bukan merupakan semiring ternary. Bahkan struktur

 

Mm n  , ,

tidak tertutup pada operasi triner perkalian biasa. Untuk itu pada

(2)

T

ABCAB C, dengan A B C, , Mm n

 

 dan BTadalah transpose dari matriks B. Selanjutnya, struktur

Mn n

 

 , ,

   disebut semiring pseudo-ternary

 

8 .

Berdasarkan

 

8 diperoleh bahwa konsep semiring pseudo-ternary bersifat lebih umum dari semiring ternary sehingga memberi peluang untuk menyelidiki sifat-sifat pada semiring ternary yang masih berlaku pada semiring pseudo-ternary. Salah satu sifat yang dikaji pada makalah ini adalah eksistensi elemen satuan pada semiring pseudo-ternary

Mn n

 

 , , 

. Secara umum, suatu elemen pada suatu semiring pseudo-ternary S disebut elemen satuan jika elemen itu merupakan elemen satuan kiri sekaligus elemen satuan tengah dan kanan.

Berdasarkan definisi di atas, dalam makalah ini dikaji eksistensi dari elemen satuan kiri, tengah dan kanan pada semiring pseudo-ternary

Mn n

 

 , , 

.

2. Kajian Pustaka

Berikut ini beberapa definisi yang berkaitan dengan struktur semiring pseudo-ternary yang didefinisikan pada

 

8 .

Definisi 1. Diberikan himpunan S  yang dilengkapi dengan operasi biner :S S S

   dan operasi triner :S S S  S. Himpunan S disebut semiring pseudo-ternary jika memenuhi:

1.

S,

merupakan semigrup abelian.

2.

S,

merupakan semigrup pseudo-ternary yaitu untuk setiap , , , ,a b c d eS berlaku abcS dan

abc de

ab cde

.

3. Berlaku sifat distributif kanan, kiri dan tengah, yaitu untuk setiap , , ,a b c dS berlaku

  

 

 

i a b cd acd bcd ii a b c d abd acd

iii ab c d abc abd

  

  

  

Untuk memudahkan pemahaman pada bagian selanjutnya, struktur semiring pseudo-ternary disimbolkan menjadi semiring P-T.

Definisi 2. Suatu elemen disebut elemen nol dari semiring P-T

S, ,

dinotasikan dengan " 0" jika untuk setiap x y, S berlaku 0 x x dan 0xyx y0 xy00. Semiring P-T S yang mempunyai elemen nol disebut semiring P-T dengan elemen nol.

(3)

Selanjutnya, pada pembahasan di bawah ini S merupakan notasi untuk semiring P-T dengan elemen nol dan S* S

 

0 .

Definisi 3. Diberikan suatu semiring P-T

S, ,

. Elemen

e

di S disebut elemen satuan kiri (tengah, kanan) jika berlaku eexx exe

x xee, x

, untuk setiap xS . Elemen satuan kiri sekaligus kanan disebut elemen satuan dua sisi. Selanjutnya, elemen satuan kiri sekaligus elemen satuan tengah dan kanan disebut elemen satuan.

Selanjutnya, di bawah ini diberikan beberapa definisi yang berkaitan dengan subhimpunan yang ada pada semiring P-T.

Definisi 4. Diberikan semiring P-T

S, ,

. Himpunan TS disebut subsemiring P-T jika

T, ,

juga merupakan semiring P-T.

Perhatikan bahwa Definisi 4 dapat dinyatakan dalam Definisi di bawah ini. Definisi 5. Diberikan suatu semiring P-T

S, , 

dan subhimpunan TS. Himpunan T disebut subsemiring P-T jika untuk setiap

t t t

1

, ,

2 3

T

maka berlaku

1 2

t

 

t

T

dan

t t t

1 2 3

T

.

Selain mengkaji definisi-definisi yang berkaitan dengan semiring P-T, kajian pada makalah ini juga membutuhkan beberapa konsep dasar aljabar elementer. Berikut ini diberikan beberapa definisi dan sifat matriks pada aljabar elementer

 

1. Definisi 6. Suatu matriks persegi yang semua elemen di luar diagonal utamanya nol disebut matriks diagonal.

Definisi 7. Suatu matriks diagonal L berukuran n n yang semua elemen diagonal utamanya adalah k dinyatakan sebagai Ln n 

D k

 

n n .

Selanjutnya, diberikan beberapa proposisi yang berkaitan dengan matriks diagonal.

Proposisi 1. Jika L adalah matriks diagonal maka berlaku LLT , dengan LT adalah tranpose dari matriks L.

Proposisi 2. Jika n n

 

n n L  D k maka berlaku     T n n n n n r n n r n n n r n r n L L O L O       dan     T n n n n n n r n n n r r n n r n L L L O O                       , dengan O adalah matriks dengan semua elemennya adalah 0 dan r  .

(4)

3. Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan Definisi 2, struktur

Mm n

 

0 , ,

   merupakan semiring P-T

dengan elemen nol. Selanjutnya, berdasarkan permasalah pada bagian pendahuluan, berikut ini diberikan beberapa definisi, contoh dan proposisi yang berkaitan dengan eksistensi elemen satuan pada semiring P-T

Mm n

 

0 , , 

. Perlu diperhatikan bahwa perkalian triner untuk A B C, , Mm n

 

0 didefinisikan sebagai

T

ABCAB C. Perhatikan contoh di bawah ini.

Contoh 1. Diketahui semiring P-T

M2 3

 

0 , , 

. Untuk semua A M2 3

 

0    maka terdapat 1 0 0 2 3

 

0 0 1 0 E M          

yang merupakan elemen satuan kiri, karena berlaku EEAA. Perhatikan bahwa AEEA dan E A EA

sehingga E bukan merupakan elemen satuan kanan dan tengah. Selanjutnya, Contoh 1 di atas memotivasi proposisi berikut ini.

Proposisi 3. Jika mn m

n

maka semiring P-T

Mm n

 

0 , , 

hanya memiliki elemen satuan kiri (kanan).

Bukti:

Diketahui mn sehingga berlaku semiring P-T

M

m m k

 

0

, ,

 

, dengank

.

Kasus 1. (Akan diselidiki elemen satuan kiri)

Diambil sebarang AMmm k

 

0 . Jika Lm m 

D

 

1

m m maka berlaku LAA.

Perhatikan bahwa untuk setiap A Mmm k

 

0    terdapat m m

 

1

m m I D    , sehingga berlaku     T T m n m m m n m m m m m n m m m k m m k m m m k m k m m n A L A I I A I O I O A         Jika diambil   m m m k m m k

E

I

O

 

 

maka berlaku AEE ATEEA, untuk setiap AMmm k

 

0 . Jadi, E merupakan elemen satuan kiri.

Kasus 2. (Akan diselidiki elemen satuan kanan)

Diambil sebarang AMm n

 

0 . Jika Rn n 

D

 

1

n n maka berlaku ARA.

Perhatikan bahwa untuk setiap AMm n

 

0 terdapat n n

 

1

n n

I D

  , sehingga berlaku

(5)

    T T n n n n m n m n n n m n n n n n m n k n n n k k n n k n I I A A R A I I A O O                           Jika diambil   n n k n n k n I E O           

maka berlaku AEEAE ETA, untuk setiap

 

0 m n A M    . Perhatikan bahwa E Mm n

 

0

 , karena diketahui mn. Jadi, E bukan merupakan elemen satuan kanan.

Kasus 3. (Akan diselidiki elemen satuan tengah)

Diambil sebarang AMm n

 

0 . Andaikan terdapat E elemen satuan tengah. Menurut Definisi 3, untuk setiap AMm n

 

0 berlaku

T T

AEAEEA EA

Karena mn maka tidak mungkin berlaku A AT, untuk setiap

 

0 m n

AM  . Terjadi kontradiksi. Jadi, E bukan merupakan elemen satuan tengah.

Dari pembuktian Proposisi 3, kita dapat menemukan elemen satuan kiri yang lain dengan menukarkan kolom-kolom pada matriks Im m dan Om k . Salah satu hasil dekomposisi untuk elemen satuan kiri adalah

 

m k m m m m k

EO   I    . Berikut ini

diberikan proposisi yang menyatakan banyaknya elemen satuan kiri atau kanan dari semiring P-T

Mm n

 

0 , ,

   .

Proposisi 4. Jika mn m

n

maka elemen satuan kiri (kanan) pada semiring P-T

 

Mm n 0 , ,

   tidak tunggal dan banyaknya elemen satuan kiri (kanan) adalah

permutasi

m

baris (n kolom) dari

n

kolom (m baris).

Berikut ini diberikan contoh untuk memperjelas Proposisi 3 dan 4. Contoh 2. Diberikan semiring P-T

M

3 5

 

0

, ,

 

 

. Berdasarkan Proposisi 3, terdapat 3 3 3 2 3 5

 

0 3 5 E I O M  

   sebagai salah satu elemen satuan kiri, dengan 3 3

 

3 3

1

I

D

. Berdasarkan Proposisi 5, banyaknya elemen satuan kiri pada semiring P-T

M3 5

 

0 , , 

adalah

 

3

5 5 1 5 2 60

faktor

      .

Kita telah menyelidiki eksistensi elemen satuan pada semiring P-T

 

M

m n 0

, ,

 

untuk ukuran matriks mn . Selanjutnya, pada proposisi di

bawah ini akan dijelaskan eksistensi elemen satuan pada semiring P-T

 

M

m n 0

, ,

(6)

Proposisi 5:

Semiring P-T

M1 1

 

0 , , 

memiliki elemen satuan. Bukti:

Diberikan semiring P-T

M1 1

 

0 , , 

. Diambil sebarang

 

a M1 1

 

0 

 dan

berlaku

   

aaT. Jika diambil

 

1 maka

       

1 aa 1  a . Perhatikan bahwa untuk setiap

 

aM1 1

 

0 terdapat E 

 

1 , sehingga berlaku

         

         

1 1 1 1 1 1 T T T T A E E AE E a a a A E E A EE A a a a A                   dan

          

1 T 1 1 1 EAE  a    a   aA

Jadi, E elemen satuan di semiring P-T

M1 1

 

0 , , 

.

Selanjutnya, banyaknya elemen satuan pada semiring P-T

M1 1

 

0 , , 

dinyatakan pada proposisi di bawah ini.

Proposisi 6. Elemen satuan pada semiring P-T

M1 1

 

0 , , 

tunggal, yaitu

 

1 . Perhatikan bahwa Proposisi 5 merupakan kasus umum pada bilangan bulat

 

0

, karena setiap

0

bisa dinyatakan sebagai matriks berukuran 1 1 . Selanjutnya, pada proposisi di bawah ini akan dinyatakan kasus mn dan n1 , untuk semiring P-T

Mn n

 

0 , , 

.

Proposisi 7. Jika n1 maka semiring P-T

Mn n

 

0 , ,

   hanya memiliki elemen

satuan dua sisi. Bukti:

Diberikan semiring P-T

Mn n

 

0 , ,

   , dengan n1.

Kasus 1. (Akan diselidiki elemen satuan dua sisi)

Diambil sebarang AMn n

 

0 . Jika Ln n 

D

 

1

n n maka berlaku LAALA.

Perhatikan bahwa untuk setiap A Mn n

 

0   terdapat n n

 

1

n n I D    , sehingga berlaku T n n n n n n n n n n n n T n n n n n n n n n n n n A I I A L A I I A L A A                

Jika diambil

E

I

n n dan dibentuk

T T A E E AE E A E E A EE A A        

Jadi, E elemen satuan dua sisi.

(7)

Diambil sebarang AMn n

 

0 . Andaikan terdapat E elemen satuan tengah. Menurut Definisi 3, untuk setiap AMm n

 

0 berlaku

T T

AEAEEA EA Perhatikan bahwa tidak setiap A Mn n

 

0 berlaku

T

AA . Jadi, semiring P-T

 

M

n n 0

, ,

 

tidak memiliki elemen satuan tengah.

Selanjutnya, banyaknya elemen satuan dua sisi pada semiring P-T

 

Mn n 0 , ,

   dinyatakan pada proposisi di bawah ini.

Proposisi 8. Jika n1 maka elemen satuan dua sisi pada semiring P-T

 

M

n n 0

, ,

 

tidak tunggal dan banyaknya elemen satuan dua sisi adalah

permutasi

n

baris dari

n

kolom.

Berdasarkan Proposisi 7, penambahan syarat n1 pada semiring P-T

 

Mn n 0 , ,

   hanya menghasilkan elemen satuan dua sisi. Dari fakta ini,

memotivasi untuk menyelidiki elemen satuan tengah pada suatu subsemiring P-T di semiring P-T

Mn n

 

0 , , 

. Perhatikan contoh di bawah ini.

Contoh 3. Dibentuk himpunan K a c a b c, , 0 c b            . Perhatikan bahwa

 

2 2 0

KM  . Untuk setiap AK berlaku AAT. Diambil A B C, , Mn n

 

0

yaitu 1 3 3 2 A        , 3 1 1 2 B        dan 4 5 5 2 C         . Perhatikan bahwa 59 44 79 69 T ABCAB C  K    

Jadi, subhimpunan

K, , 

bukan merupakan subsemiring P-T di semiring P-T

 

M

2 2 0

, ,

 

.

Perhatikan bahwa membentuk subhimpunan yang dibentuk dari semua matriks simetri

A AT

di

 

0 n n

M

 tidak menghasilkan suatu subsemiring P-T di

semiring P-T

Mn n

 

0 , , 

. Dari kelemahan Contoh 4, diperoleh fakta yang dinyatakan pada contoh di bawah ini.

(8)

Contoh 4. Diberikan 0 , 0 0 a D a b b           

. Perhatikan bahwa DM2 2

 

0 dan untuk setiap AD berlaku AAT. Berdasarkan Definisi 5, subhimpunan

D, , 

merupakan subsemiring P-T di semiring P-T

M

n n

 

0

, ,

 

. Misalkan diambil sebarang AD maka terdapat

 

2 2 1 0 1 0 1 E D            sehingga T T

EAEEA EAA, untuk setiap AD. Dengan demikian, E adalah elemen satuan tengah. Berdasarkan Proposisi 7, E merupakan elemen satuan dua sisi. Jadi E adalah elemen satuan di

D, , 

.

Konsep yang diperoleh dari Contoh 4 di atas dinyatakan pada proposisi di bawah ini.

Proposisi 9. Jika D adalah himpunan semua matriks diagonal di Mn n

 

0 maka semiring P-T

D, , 

memiliki elemen satuan.

Bukti:

Diberikan D himpunan semua matriks diagonal di Mn n

 

0

 . Berdasarkan Definisi

1,

D, , 

merupakan semiring P-T. Perhatikan bahwa untuk setiap ADn n berlaku AAT. Diambil ADn n maka terdapat

 

1

n n

E D

  sehingga berlaku

T T

EAEEA EAA, untuk setiap ADn n . Dengan demikan, E adalah elemen satuan tengah. Berdasarkan Proposisi 7, E merupakan elemen satuan dua sisi di Mn n

 

0

 . Jadi E adalah elemen satuan di

D, , 

.

Proposisi 10. Jika D adalah himpunan semua matriks diagonal di Mn n

 

0 maka semiring P-T

D, , 

memiliki elemen satuan yang tunggal, yaitu

D

 

1

n n .

Berdasarkan Proposisi 9, elemen satuan dapat ditemukan di salah satu subsemiring P-T dari semiring P-T

Mn n

 

0 , , 

yaitu pada himpunan semua matriks diagonal di Mn n

 

0

 . Perhatikan kembali bahwa semiring P-T

 

Mm n 0 , ,

   hanya memuat elemen satuan kiri atau kanan, sehingga akan

diselidiki elemen satuan dua sisi pada subsemiring P-T

M

m n

 

0

, ,

 

. Berikut ini

diberikan contoh subsemiring P-T di semiring P-T

M

m n

 

0

, ,

 

yang memiliki

(9)

Contoh 5. Dibentuk subhimpunan 0 , , , 0 0 a b H a b c d c d            . Berdasarkan Definisi 5,

H, , 

merupakan subsemiring P-T di semiring P-T

M2 4

 

0 , , 

. Perhatikan bahwa untuk setiap AH terdapat 1 0 0

0 0 1 E      dan 0 0 1 1 0 0 E      

yang merupakan elemen satuan dua sisi.

Berdasarkan Contoh 5, subsemiring P-T

H, , 

memiliki elemen satuan dua sisi. Jika diperhatikan, untuk setiap AH memuat vektor kolom a

c       dan b d       yaitu vektor-vektor kolom dari matriks a b M2 2

 

0

c d         

. Selanjutnya, sifat ini dinyatakan pada proposisi di bawah ini.

Proposisi 11. Diberikan semiring P-T

Mn n

 

0 , ,

   . Diambil sebarang

 

0 n n AM  dan dibentuk

 

* *

0 , 1, 1 dan m k HA AM mnknmk .

Jika A* memuat semua vektor kolom (vektor baris) dari A dan memuat vektor nol untuk kolom (baris) yang lain maka semiring P-T

H, , 

memiliki elemen satuan dua sisi.

Perhatikan bahwa jika diambil D matriks diagonal di Mn n

 

0 maka diperoleh proposisi berikut.

Proposisi 12. Diberikan semiring P-T

Mn n

 

0 , , 

. Diambil sebarang matriks diagonal D di Mn n

 

0  dan dibentuk

 

* *

0 , 1, 1 dan m k G D D Mm n k n m k         .

Jika D* memuat semua vektor kolom (vektor baris) dari D dan memuat vektor nol untuk kolom (baris) yang lain maka semiring P-T

G, , 

memiliki elemen satuan.

4. Kesimpulan

Hasil kajian menunjukkan bahwa eksistensi elemen satuan pada semiring P-T

 

Mm n 0 , ,

   bergantung pada ordo dari matriks m n . Jika mn m

n

maka

(10)

untuk n1 maka semiring P-T

Mn n

 

0 , ,

   memiliki elemen satuan dua sisi.

Untuk kasus n1, semiring P-T

Mn n

 

0 , ,

   memiliki elemen satuan.

Selain itu, kita juga memperoleh fakta bahwa untuk n1, semiring P-T

D, , 

memiliki elemen satuan, dengan D adalah himpunan semua matriks diagonal di Mn n

 

0

 .

Daftar Pustaka

[1] Anton, H., dan Rorres, C., 2005, Aljabar Linear Elementer Versi Aplikasi, Edisi.8, diterjemahkan oleh Hermein, I., dan Gressando, J., Erlangga, Jakarta. [2] Dutta. T. K., Shum. K. P., dan Mandal. S., 2012, Singular Ideal of Ternary

Semirings, European Journal of Pure and Applied Mathematics, Vol. 5, No.2, pp. 116-128.

[3] Dutta. T. K., dan Kar. S., 2006, A Note On Regular Ternary Semiring, Kyungpook Mathematical Journal, Vol. 46, pp. 357-365.

[4] Kar. S., 2011, Ideal Theory In The Ternary Semiring 0 

, Bulletin of The Malaysian Mathematical Science Society, Vol. 34, No. 1, pp. 69-77.

[5] Madhusudana . D. R., Srinivasa. G. R., dan Siva, P, P., 2015, Concept on Ordered Ternary Semiring, International Journal of Innovative Science, Engineering & Technology, Vol. 2, No. 4, pp. 435-438.

[6] Madhusudana . D. R., dan Srinivasa. G. R., 2014, Special Element of A Ternary Semiring, International Journal of Enginering Research and Applications, Vol. 4, No. 11, pp. 123-130.

[7] Madhusudana . D. R., dan Srinivasa. G. R., 2014, A Study On Ternary Semiring, International Journal of Mathematical Archive, Vol. 5, No. 12, pp. 24-30.

[8] Maxrizal dan Suparwanto. A., 2014, Semiring Pseudo-Ternary, Jurnal Matematika & Sains, Vol. 19, No. 2, pp. 50-55.

Referensi

Dokumen terkait

Menurut buku SOP Rekam Medis di Rumah Sakit Muhammadiyah Babat & Pelaksana yang bertanggung jawab atas pengel!laan& peng!lahan data  data rekam medis dan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Pertama, Penerapan Sanksi Pidana terhadap pelaku Tindak Pidana Perusakan Saran Dan Prasrana Perlindungan Hutan dalam Putusan

Kesimpulan hasil penelitian yaitu tidak ada pengaruh pengetahuan dan sikap terhadap tingginya prevalensi penyakit malaria sedangkan ada pengaruh perilaku terhadap tingginya

Demografi Secara keseluruhan, selama periode 8 minggu di bulan januari 2018 sampai April 2018 jumlah kuesioner yang dapat dikumpulkan dari dua jenis sampel yang

Hasil kajian bagi aspek pengendalian bahan kimia menunjukkan responden mempunyai tahap kemahiran tinggi iaitu min purata yang ditunjukkan adalah 4.44, berbeza dengan dapatan

Berdasarkan beberapa pengertian konsentrasi belajar diatas dapat disimpulkan bahwa konsentrasi belajar adalah pemusatan fungsi jiwa dan pemikiran

Karena keikutsertaan subjek bersifat sukarela, tidak ada insentif berupa uang yang akan diberikan kepada responden. Responden hanya akan diberikan souvenir berupa

Gambar.5 distribusi frekuensi tingkat pengetahuan tentang menopause di Dusun Ngepoh Badran Kranggan Temanggunng Jawa Tengah didapatkan hasil tingkat pengetahuan