• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS KABUPATEN PESISIR BAR AT - DOCRPIJM b644fc828f BAB IIIBAB 3 Arahan Kebijakan dan Rencana Stretegis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 3 ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS KABUPATEN PESISIR BAR AT - DOCRPIJM b644fc828f BAB IIIBAB 3 Arahan Kebijakan dan Rencana Stretegis"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

3.1

Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang

3.1.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Penyelenggaraan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya salah satunya mengacu

pada Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan

Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,

Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota. Dengan mengacu

kepada peraturan perundangan tersebut, maka prioritas penanganan infrastruktur Bidang

Cipta Karya diarahkan pada kabupaten/kota yang berfungsi strategis secara nasional. Pada

pelaksanaannya, alokasi APBN Bidang Cipta Karya terdapat 5 (lima) klaster penanganan

Bidang Cipta Karya sebagai berikut:

a. Klaster A, merupakan kabupaten/kota prioritas strategis nasional yang termasuk dalam

Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat-Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) di dalam

KSN dan kabupaten/kota di dalam kawasan metropolitan, serta kawasan strategis lainnya

(KEK, MP3EI) yang telah memiliki Perda RTRW dan Perda Bangunan Gedung.

b. Klaster B, merupakan kabupaten/kota prioritas strategis nasional yang termasuk dalam

Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat-Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) di dalam

KSN dan kabupaten/kota di dalam kawasan metropolitan, serta kawasan strategis lainnya

(KEK, MP3EI) yang telah memiliki Perda RTRW.

c. Klaster C, terdiri dari kabupaten/kota yang menjadi prioritas pemenuhan Standar

Pelayanan Minimal (SPM), berdasarkan karakteristik antara lain daerah yang rawan

bencana alam, memiliki cakupan air minum/sanitasi rendah, permukiman kumuh, dan

daerah kritis atau miskin.

d. Klaster D ditujukan dalam rangka pengembangan kegiatan pemberdayaan masyarakat

Bidang Cipta Karya yang bertujuan penanggulangan kemiskinan di perkotaan dan

BAB 3

ARAHAN KEBIJAKAN

DAN RENCANA STRATEGIS

(2)

e. Klaster E ditujukan untuk kabupaten/kota yang memiliki program inovasi baru Bidang

Cipta Karya yang diusulkan secara kompetitif dan selektif.

3.1.2 Arahan Penataan Ruang

Rencana Tata Ruang Wilayah memuat arahan struktur ruang dan pola ruang. Struktur ruang

adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang

berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarkis

memiliki hubungan fungsional, sedangkan pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang

dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan

ruang untuk fungsi budidaya. Pembangunan bidang Cipta Karya harus memperhatikan

arahan struktur dan pola ruang yang tertuang dalam RTRW, selain untuk mewujudkan

permukiman yang layak huni dan berkelanjutan juga dapat mewujudkan tujuan dari

penyelenggaraan penataan ruang yaitu keharmonisan antara lingkungan alam dan

lingkungan buatan, keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya

buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia, serta pelindungan fungsi ruang dan

pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) disusun melalui Peraturan Pemerintah No.

26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) yang dijadikan

sebagai pedoman untuk:

a. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional,

b. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional,

c. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional,

d. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antarwilaya

provinsi, serta keserasian antarsektor,

e. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi,

f. Penataan ruang kawasan strategis nasional, dan

g. Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.

Arahan yang harus diperhatikan dari RTRWN untuk ditindaklanjuti ke dalam RPI2-JM

kabupaten/kota adalah sebagai berikut:

(3)

a. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan

ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional,

b. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri

dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi, dan/atau

c. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama

transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.

b. Penetapan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)Kriteria:

a. Kawasan Perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan

ekspor-impor yang mendukung PKN,

b. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri

dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten, dan/atau

c. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi

yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.

c. Penetapan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN)Kriteria:

a. Pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan

negara tetangga,

b. Pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang

menghubungkan dengan negara tetangga,

c. Pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang

menghubungkan wilayah sekitarnya, dan/atau

d. Pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat

mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya

d. Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN)

Penetapan kawasan strategis nasional dilakukan berdasarkan kepentingan:

 Pertahanan dan keamanan,

a. diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan keamanan dan pertahanan

negara berdasarkan geostrategi nasional,

b. diperuntukkan bagi basis militer, daerah latihan militer, daerah pembuangan

amunisi dan peralatan pertahanan lainnya, gudang amunisi, daerah uji coba

sistem persenjataan, dan/atau kawasan industri sistem pertahanan, atau

c. merupakan wilayah kedaulatan Negara termasuk pulau-pulau kecil terluar

yang berbatasan langsung dengan negara tetangga dan/atau laut lepas.

 Pertumbuhan ekonomi,

(4)

b. memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi

nasional, memiliki potensi ekspor,

c. didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi,

d. memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi,

e. berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan nasional dalam

rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional,

f. berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam

rangka mewujudkan ketahanan energi nasional, atau

g. ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal.

 Sosial dan budaya

a. merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya

nasional,

b. merupakan prioritas peningkatan kualitas social dan budaya serta jati diri

bangsa,

c. merupakan aset nasional atau internasional yang harus dilindungi dan

dilestarikan,

d. merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya nasional,

e. memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya, atau

f. memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial skala nasional.

 Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi

a. adiperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu

b. pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam strategis

nasional, pengembangan antariksa, serta tenaga atom dan nuklir

c. memiliki sumber daya alam strategis nasional

d. berfungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan antariksa

e. berfungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir, atau

f. berfungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis.

 Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

a. merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati,

b. merupakan aset nasional berupa kawasan lindung yang

c. ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir

punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau

dilestarikan,

d. memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun

(5)

e. memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro

f. menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup

g. rawan bencana alam nasional

h. sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas

terhadap kelangsungan kehidupan.

Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Kabupaten Pesisir Barat tidak termasuk dalam

Pusat Kegiatan Nasional.

3.1.3 Arahan Wilayah Pengembangan Strategis

Strategi penataan ruang wilayah kabupaten merupakan penjabaran kebijakan penataan

ruang wilayah kabupaten ke dalam langkah‐langkah operasional untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan. Strategi penataan ruang wilayah kabupaten berfungsi:

1. Sebagai dasar untuk penyusunan rencana struktur ruang, rencana pola ruang, dan

penetapan kawasan strategis kabupaten;

2. Memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama dalam rtrw kabupaten;

dan

3. Sebagai dasar dalam penetapan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah

kabupaten.

Strategi penataan ruang wilayah kabupaten dirumuskan berdasarkan:

1. Peningkatan penyediaan sarana dan prasarana wilayah dalam mendukung

sektor‐sektor unggulan;

2. Peningkatan dan pengembangan kawasan agropolitan berdasarkan potensi

hortikultura;

3. Peningkatan dan pengembangan kawasan minapolitan berdasarkan potensi.perikanan

tangkap dan budidaya;

4. Pemanfaatan potensi pertambangan dengan tetap menjaga kelestarian dan kestabilan

kawasan dalam rangka mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan;

5. Pengembangan ekowisata bertumpu pada wisata bahari;

6. Pengurangan disparitas dan kesenjangan antar wilayah; dan

7. Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara.

Dengan Kebijakan Tersebut di atas, Untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan, maka

(6)

1. Strategi peningkatan penyediaan sarana dan prasarana wilayah dalam mendukung sektorsektor unggulan meliputi :

a) mengembangkan sistem transportasi yang terpadu;

b) mengembangkan sistem jaringan prasarana energi pada pusat‐pusat pertumbuhan

wilayah;

c) mengembangkan sistem jaringan prasarana sumber daya air untuk menunjang

kawasan pertanian, pariwisata dan mengurang esiko bencana;

d) mengembangkan sistem jaringan prasarana telekomunikasi berbasis terestrial dan

seluler yang menjangkau seluruh wilayah;

e) mengembangkan sistem jaringan prasarana lingkungan yang mendukung

kelestarian lingkungan hidup.

2. Strategi peningkatan dan pengembangan kawasan agropolitan berdasarkan potensi hortikultura meliputi :

a) meningkatkan produk pertanian hortikultura yang memiliki daya saing dipasar;

b) meningkatkan pengolahan produk hortikultura disertai dengan pengemasan untuk

peningkatan perluasan pasar;

c) menyediakan infrastruktur penunjang hortikultura;

d) mengembangkan pasar lokal dan regional sebagai satu kesatuan sistem

agropolitan; dan

e) meningkatkan kerjasama dengan lembaga keuangan untuk pembiayaan.

3. Strategi peningkatan dan pengembangan kawasan minapolitan berdasarkan potensi perikanan tangkap dan budidaya meliputi :

a) meningkatkan jumlah produk dan kualitas perikanan tangkap dan budidaya;

b) meningkatkan pengolahan produk perikanan sampai beberapa turunannya;

c) meningkatkan jaringan pemasaran tingkat lokal, regional dan nasional;

d) meningkatkan penyediaan infrastruktur pengembangan perikanan; dan

e) meningkatkan kerjasama dengan lembaga keuangan untuk pembiayaan

pengembangan pengolahan hasil perikanan.

4. Strategi pemanfaatan potensi pertambangan dengan tetap menjaga kelestarian dan kestabilan kawasan dalam rangka mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan meliputi :

(7)

b) mengelolah hasil pertambangan menjadi bahan jadi/setengah jadi dengan

memberdayakan masyarakat;

c) melakukan pengawasan dan pengontrolan eksploitasi pertambangan sesuai

dengan kemampuan lahan;

d) membatasi penambangan liar;

e) mengembalikan rona alam pada area bekas tambang untuk kegiatan produktif; dan

f) menjadikan kawasan pertambangan sebagai kawasan pariwisata dan pendidikan

berbasis lingkungan .

5. Strategi pengembangan ekowisata bertumpu pada wisata bahari meliputi :

a) mengembangkan objek wisata unggulan sebagai satu kesatuan sistem tujuan

wisata;

b) memelihara lingkungan pada kawasan wisata sebagai aset utama wisata alam dan

budaya;

c) melakukan perluasan kegiatan wisata diikuti lingkage antar objek dan atraksi

wisata;

d) mengembangkan paket wisata sesuai jalur dan potensi unggulan pariwisata; dan

e) mengembangkan industri wisata disertai promosi yang efisien.

6. Strategi pengurangan disparitas dan kesenjangan antar wilayah meliputi :

a) menjamin ketersediaan fasilitas umum, sosial, dan ekonomi di seluruh kecamatan;

b) menjamin kelancaran aksesibilitas antar kawasan serta pulau – pulau kecil;

c) terlayaninya seluruh kawasan dengan sumber daya energi;

d) membentuk simpul – simpul pertumbuhan baru, yang terlayani oleh akses yang

baik, dan fasilitas yang memadai; dan

e) mengoptimalkan pengembangan kawasan perkotaan sebagai pusat pertumbuhan

dan pelayanan kawasan yang berada di sekitarnya.

7. Strategi peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara meliputi :

a) mendukung penetapan kawasan strategis nasional dengan fungsi khusus

pertahanan dan keamanan;

b) mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif di dalam dan di sekitar

(8)

c) mengembangkan kawasan lindung dan atau kawasan budidaya tidak terbangun di

sekitar kawasan strategis nasional yang mempunyai khusus pertahanan dan

keamanan dengan kawasan budidaya terbangun; dan

d) turut serta menjaga dan memelihara aset‐aset pemerintah/TNI/POLRI

3.1.4 Arahan Rencana Pembangunan Daerah

MENTOK . . . . . . . .. . . . . . .

3.2

Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya

3.2.1 Rencana Kawasan Permukiman (RKP)

3.2.1.1

Visi dan Misi

Berdasarkan mandat dari perangkat peraturan dan undang‐undang terhadap tugas dan

fungsi Direktorat Jenderal Cipta Karya, maka visi Direktorat Jenderal Cipta Karya adalah

“Terwujudnya permukiman perkotaan dan perdesaan yang layak, produktif, berdaya saing dan berkelanjutan”.Adapun makna dari visi tersebut adalah:

Layak, yaitu: permukiman perkotaan dan perdesaan yang mempunyai persyaratan kecukupan prasarana dan sarana permukiman sesuai dengan Standar Pelayanan

Minimal sebagai tempat bermukim warga perkotaan dan perdesaan.

Produktif, yaitu: permukiman perkotaan dan perdesaan yang dapat menghidupkan kegiatan perekonomian di lingkungan permukiman.

Berdaya saing, yaitu: permukiman perkotaan dan perdesaan yang dapat menonjolkan kualitas lingkungan permukimannya dengan baik dan mampu bersaing

sebagai lingkungan permukiman yang menarik untuk warganya.

Berkelanjutan,yaitu: permukiman perkotaan dan perdesaan yang asri, nyaman dan aman sebagai tempat bermukim warganya untuk jangka panjang.

Untuk mencapai visi tersebut, maka Misi Direktorat Jenderal Cipta Karya tahun 2010 – 2014

adalah:

1. Meningkatkan pembangunan infrastruktur permukiman di perkotaan dan perdesaan

untuk mewujudkan permukiman yang layak, berkeadilan sosial, sejahtera, berbudaya,

produktif, berdaya saing dan berkelanjutan dalam rangka pengembangan wilayah.

2. Mewujudkan kemandirian daerah melalui peningkatan kapasitas pemerintah daerah,

masyarakat dan dunia usaha dalam penyelenggaraan pembangunan infrastruktur

(9)

3. Melaksanakan pembinaan dalam penataan kawasan serta pengelolaan bangunan

gedung dan rumah negara yang memenuhi standar keandalan bangunan gedung.

4. Menyediakan infrastruktur permukiman bagi kawasan kumuh/nelayan, daerah

perbatasan, kawasan terpencil, pulau‐pulau kecil terluar dan daerah tertinggal

termasuk penyediaan air minum dan sanitasi bagi masyarakat miskin.

5. Mewujudkan organisasi yang efisien, tata laksana yang efektif dan SDM yang

profesional dengan menerapkan prinsipgood governance.

3.2.1.2

Penetapan Kawasan Permukiman Prioritas

Dalam berbagai studi penentuan kawasan penanganan dan pengembangan permukiman

prioritas dalam suatu wilayah, pada umumnya mempertimbangkan kriteria aspek fisik, sosial,

ekonomi dan kebijakan. Kriteria ini sesungguhnya dapat dijabarkan dalam

indikator-indikator yang sesuai dengan fokus kegiatan. Dalam konteks kegiatan pembangunan

permukiman dan infrastruktur perkotaan maka berbagai indikator-indikator dalam kriteria

fisik, sosial, ekonomi dan kebijakan, harus dapat menjadi instrumen pembanding yang

mencerminkan kondisi antar perkotaan.

LANJUTKAN . . . .

3.2.2

Rencana Induk Penyediaan air Minum (RISPAM)

DATA TIDAK ADA FILE YANG ADA ISINYA SPAM LAMPUNG SELATAN 3.2.2.1

Rencana sistem pelayanan

3.2.2.2

Rencana Pengembangan SPAM

3.2.2.3

Rencana penurunan kebocoran air minum

3.2.3 Strategi Sanitasi Kota (SSK)

DATA TIDAK ADA FILE YANG ADA ISINYA SPAM LAMPUNG SELATAN 3.2.3.1 Kerangka kerja pembangunan sanitasi

(10)

3.2.4 Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)

3.2.4.1

Progam bangunan dan lingkungan

Fungsi bangunan gedung meliputi fungsi hunian, keagamaan, usaha, sosial dan budaya, serta

fungsi khusus. Bangunan gedung fungsi hunian meliputi bangunan untuk rumah tinggal

tunggal, rumah tinggal deret, rumah susun, dan rumah tinggal sementara. Bangunan gedung

fungsi keagamaan meliputi masjid, gereja, pura, wihara, dan kelenteng. Bangunan gedung

fungsi usaha meliputi bangunan gedung untuk perkantoran, perdagangan, perindustrian,

perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal, dan penyimpanan. Bangunan gedung fungsi sosial

dan budaya meliputi bangunan gedung untuk pendidikan, kebudayaan, pelayanan kesehatan,

laboratorium, dan pelayanan umum. Bangunan gedung fungsi khusus meliputi bangunan

gedung untuk reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan, dan bangunan sejenis yang

diputuskan oleh menteri. Satu bangunan gedung dapat memiliki lebih dari satu fungsi.

Fungsi bangunan gedung harus sesuai dengan peruntukan lokasi yang diatur dalam

Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota. Fungsi bangunan

gedung ditetapkan oleh Pemerintah Daerah dan dicantumkan dalam izin mendirikan

bangunan. Perubahan fungsi bangunan gedung yang telah ditetapkan harus mendapatkan

persetujuan dan penetapan kembali oleh Pemerintah Daerah. Ketentuan mengenai tata cara

penetapan dan perubahan fungsi bangunan gedung diatur lebih lanjut dengan Peraturan

Pemerintah

Program bangunan dan lingkungan

Persyaratan tata bangunan meliputi persyaratan peruntukan dan intensitas bangunan

gedung, arsitektur bangunan gedung, dan persyaratan pengendalian dampak lingkungan.

Persyaratan tata bangunan ditetapkan lebih lanjut dalam rencana tata bangunan dan

lingkungan oleh Pemerintah Daerah.

Ketentuan mengenai tata cara penyusunan rencana tata bangunan dan lingkungan diatur

lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Persyaratan tata bangunan dan lingkungan bangunan gedung meliputi ketentuan-ketentuan

yang harus dipenuhi dalam pembangunan bangunan gedung dari segi tata bangunan dan

lingkungannya, meliputi persyaratan peruntukan dan intensitas bangunan gedung, arsitektur

bangunan gedung, dan persyaratan pengendalian dampak lingkungan sesuai dengan

ketentuan yang diatur dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan/atau Rencana Tata

Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kabupaten/Kota atau Peraturan Daerah tentang

(11)

a. Peruntukan lokasi

Setiap bangunan gedung negara harus diselenggarakan sesuai dengan peruntukan lokasi

yang diatur dalam RTRW Kabupaten/Kota dan/atau RTBL yang bebersangkutan.

b. Koefisien dasar bangunan (KDB)

Ketentuan besarnya koefisien dasar bangunan mengikuti ketentuan yang diatur dalam

peraturan daerah setempat tentang bangunan gedung untuk lokasi yang bersangkutan.

c. Koefisien dasar bangunan (KDB)

Ketentuan besarnya koefisien dasar bangunan mengikuti ketentuan yang diatur dalam

peraturan daerah setempat tentang bangunan gedung untuk lokasi yang bersangkutan.

d. Koefisien lantai bangunan (KLB)

Ketentuan besarnya koefisien lantai bangunan mengikuti ketentuan yang diatur dalam

peraturan daerah setempat tentang bangunan gedung untuk lokasi yang bersangkutan.

e. Ketinggian bangunan

Ketinggian bangunan gedung negara, sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan

daerah setempat tentang ketinggian maksimum bangunan pada lokasi, maksimum

adalah 8 lantai.

f. Ketinggian langit-langit

Ketinggian langit-langit bangunan gedung kantor minimum adalah 2,80 meter dihitung

dari permukaan lantai. Untuk bangunan gedung olah-raga, ruang pertemuan, dan

bangunan lainnya dengan fungsi yang memerlukan ketinggian langit-langit khusus, agar

mengikuti Standar Nasional Indonesia (SNI) yang dipersyaratkan.

g. Jarak antar blok/massa bangunan

Sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan daerah setempat tentang bangunan

gedung, maka jarak antar blok/massa bangunan harus mempertimbangkan hal-hal

seperti:

 Keselamatan terhadap bahaya kebakaran; Pedoman Teknis Pembangunan BGN

 Kesehatan termasuk sirkulasi udara dan pencahayaan;

 Kenyamanan;

(12)

Perbandingan antara luas area hijau dengan luas persil bangunan gedung negara,

sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan daerah setempat tentang bangunan

gedung, harus diperhitungkan dengan mempertimbangkan

 daerah resapan air;

 ruang terbuka hijau kabupaten/kota.

Untuk bangunan gedung yang mempunyai KDB kurang dari 40%, harus mempunyai KDH

minimum sebesar 15%.

i. Garis sempadan bangunan

Ketentuan besarnya garis sempadan, baik garis sempadan bangunan maupun garis

sempadan pagar harus mengikuti ketentuan yang diatur dalam RTBL, peraturan daerah

tentang bangunan gedung, atau peraturan daerah tentang garis sempadan bangunan

untuk lokasi yang bersangkutan.

j. Wujud arsitektur

Wujud arsitektur bangunan gedung negara harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

 mencerminkan fungsi sebagai bangunan gedung negara;

 seimbang, serasi, dan selaras dengan lingkungannya;

 indah namun tidak berlebihan;

 efisien dalam penggunaan sumber daya baik dalam pemanfaatan maupun dalam

pemeliharaannya;

 mempertimbangkan nilai sosial budaya setempat dalam menerapkan perkembangan

arsitektur dan rekayasa; dan

 mempertimbangkan kaidah pelestarian bangunan baik dari segi sejarah maupun

langgam arsitekturnya.

k. Kelengkapan Sarana dan Prasarana Bangunan

Bangunan gedung negara harus dilengkapi dengan prasarana dan sarana bangunan yang

memadai, dengan biaya pembangunannya diperhitungkan sebagai pekerjaan

non-standar. Prasarana dan sarana bangunan yang harus ada pada bangunan gedung negara,

seperti:

 Sarana parkir kendaraan;

(13)

 Sarana penyediaan air minum;

 Sarana drainase, limbah, dan sampah;

 Sarana ruang terbuka hijau;

 Sarana hidran kebakaran halaman;

 Sarana pencahayaan halaman;

 Sarana jalan masuk dan keluar;

 Penyediaan fasilitas ruang ibadah, ruang ganti, ruang bayi/ibu, toilet, dan fasilitas

komunikasi dan informasi.

l. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), serta Asuransi

 Setiap pembangunan bangunan gedung negara harus memenuhi persyaratan K3

sesuai yang ditetapkan dalam Surat Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan

Menteri Pekerjaan Umum Nomor: Kep.174/MEN/1986 dan 104/KPTS/ 1986

tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Tempat Satuan Kerja Konstruksi,

dan atau peraturan penggantinya;

Ketentuan asuransi pembangunan bangunan gedung negara sesuai dengan peraturan

perundang -undangan.

3.2.4.2

Rencana umum dan panduan rancangan

A. Visi dan Misi

Visi penataan kawasan perencanaan RTBL kawasan perencanaan adalah :

“ Kawasan yang aman, nyaman, manusiawi dan ramah lingkungan menuju terbentuknya kawasan wisata dan perdagangan/jasa yang maju ”.

Dari visi tersebut, dapat dirumuskan beberapa misi yang akan menjadi dasar bagi penataan

kawasan RTBL Kota Agung. Misi tersebut antara lain :

 Membentuk dan memperkuat citra kawasan sebagai kota pesisir dan kota yang

bersejarah.

 Menciptakan kawasan perdagangan dan jasa dalam kerangka kegiatan wisata dengan

skala pelayanan regional maupun nasional

 Menciptakan kawasan yang nyaman, manusiawi dan ramah lingkungan melalui penataan

(14)

Untuk mencapai kondisi tersebut maka diperlukan beberapa penanganan yang mencakup

faktor-faktor yang paling berpengaruh pada keberhasilan penanganan perancangan kota.

Perancangan kota merupakan upaya untuk membentuk ruang kota secara tiga dimensional

agar pemanfaatan ruang kota dapat terwujud sesuai dengan fungsi yang direncanakan.

Tujuannya adalah untuk membentuk wajah kota yang dapat mencerminkan keindahan,

kenyamanan lingkungan kota dalam lingkup ruang dan waktu, dengan demikian perancangan

kota merupakan rekayasa fisik elemen kota sebagai terjemahan rencana tata ruang kota.

Konsep dasar pengembangan ruang kawasan dijabarkan dari pertimbangan yang

mempengaruhi kawasan tersebut baik secara mikro internal maupun makro eksternal. Hal ini

meliputi kebijaksanaan dan arahan-arahan tata ruang yang sudah ada, potensi dan

permasalahan serta kecenderungan perkembangan kawasan perencanaan. Dalam

merumuskan konsep pengembangan ruang kawasan, didasarkan atas pertimbangan

pertimbangan sebagai berikut :

1. Kebijaksanaan pembangunan tata ruang kota dan sektoral, serta memperhatikan

sektor-sektor yang menjadi prioritas penanganan.

2. Strategi pengembangan tata ruang kota maupun sektoral berdasarkan studi maupun

program yang telah disusun sebelumnya

3. Potensi dan kendala yang ada di dalam kawasan perencanaan pada khususnya dan

kecamatan Kota Agung pada umumnya.

4. Kekuatan ekonomi yang ada, yaitu bertumpu pada sektor perdagangan dan jasa serta

aktivitas pendukungnya.

5. Penyediaan sarana dan prasarana pelayanan kota yang optimal bagi kepentingan

masyarakat, untuk skala pelayanan lingkungan (kawasan).

B. Strategi Pengembangan Kawasan

Prinsip perancangan kota yang mendasar adalah adanya keterpaduan antar berbagai elemen

perancangan. Kawasan perencanaan RTBL akan menjadi wajah Kota Agung, baik dengan

fungsi, aktivitas maupun kualitas visualnya. Karena itu strategi pengembangan yang

ditetapkan untuk penataan kawasan perencanaan ini adalah Perbaikan Kawasan, dengan sub

strategi yang harus dilakukan yaitu :

 Pembentukan aksesibilitas dan sistem keterkaitan

Aksesibilitas ini mencakup pencapaian baik secara fisik maupun visual. Lingkungan

kawasan yang baik akan tercipta dengan adanya sistem keterkaitan seperti jaringan

(15)

terintegrasi. Aksesibilitas akan menciptakan keterkaitan yang baik antar berbagai bagian

pada kawasan maupun dengan kawasan lain di sekitarnya.

 Penciptaan kenyamanan dan image kawasan

Kenyamanan kawasan akan meningkatkan kinerja dan kualitas kawasan. Kenyamanan

ini juga mencakup keselamatan dan keamanan bagi pengunjung kawasan, baik yang

berkendaraan maupun yang berjalan (pedestrian). Kenyamanan meliputi perlindungan

terhadap berbagai cuaca buruk (panas dan hujan) bagi pejalan maupun kemudahan

pencapaian. Sebagai kawasan pusat kota, maka image yang ada akan sangat menentukan

karakteristik kawasan khususnya maupun Kota Agung pada umumnya. Karena itu perlu

kerangka pengembangan kawasan yang mampu menciptakan image spesifik bagi

kawasan ini.

 Pembentukan fungsi dan aktivitas yang mendukung

Fungsi akan memberikan karakter bagi kawasan. Sebagai kawasan dengan dominasi

fungsi perdagangan dan jasa, maka karakter komersial akan mendominasi kawasan serta

akan mendorong munculnya berbagai aktivitas pendukung. Kesuksesan pergerakan

dalam kawasan juga ditentukan oleh penempatan fungsi-fungsi komersial yang mampu

menjadi magnet penggerak baik bagi pejalan maupun pengendara. Suasana komersial

yang rekreatif akan tercipta dengan penataan fungsi-fungsi dan aktivitas komersial dan

jasa yang mampu terakses dengan baik dan mudah dari pejalan. Karena itu, penataan

pedestrian untuk kawasan ini menjadi sangat penting dalam kaitannya menciptakan

aktivitas kawasan.

 Perwujudan dimensi sosial kawasan

Pengembangan kawasan juga selayaknya tetap memberi kesempatan bagi berbagai

golongan masyarakat untuk beraktivitas dan terlibat di dalamnya. Karena itu perlu

penataan kawasan yang lebih inklusif, terbuka dan memberikan ruang untuk berbagai

aktivitas bagi publik (public use on private property).

3.2.4.3

Rencana investasi

Program investasi ini ditujukan bagi seluruh stakeholder dan pihak yang mungkin terlibat

dalam pengikutsertaan modal bagi upaya mewujudkan Rencana Tata Bangunan dan

Lingkungan yang telah disusun.

(16)

1. Sosialisasi dan promosi terhadap potensi pengembangan kawasan perencanaan kepada

masyarakat luas, di dalam dan luar negeri.

2. Melaksanakan program pengembangan sesuai dengan rencana yang sudah ditetapkan.

3. Peningkatan pelayanan pemerintah terhadap program investasi dan mempermudah

proses investasi.

4. Meningkatkan sumberdaya manusia terutama dalam kawasan agar setiap investor dapat

menggunakan tenaga kerja lokal.

5. Menjaga keseimbangan sumber daya alam yang ada agar tidak rusak sehingga para

investor benar – benar yakin untuk berinvestasi.

Modal pembiayaan pembangunan kawasan bisa bersumber dari dana pemerintah (dalam

bentuk APBN dan APBD), Masyarakat (swadaya), Swasta (Investor/Pengembang) dan

Pinjaman / Bantuan Luar negeri. Sumber dana yang berasal dari pemerintah adalah hal yang

rutin, biasa dan terbatas. Oleh karenanya harus digali alternatfi-alternatif lain hingga

program Penataan dan Pengembangan Kawasan dapat direalisasikan dengan baik sesuai

dengan perencanaan yang telah dibuat.

Salah satu alternatif yang memiliki potensi besar untuk terlibat dalam pembiayaan kawasan

adalah sektor swasta, baik swasta dalam negeri maupun luar negeri. Pembiayaan

pembangunan dengan melibatkan swasta sebagai investor merupakan hal yang sangat

penting, mengingat cukup besar areal investasi dalam wilayah perencanaan. Strategi

pemerintah untuk melibatkan pihak swasta dan masyarakat dalam beragam sektor bisa

disambut positif. Dengan melibatkan swasta didalam penyediaan infrastruktur dan fasilitas

perkotaan, pada hakekatnya memberikan kesempatan sektor swasta mendukung pemerintah

dalam dana untuk membangun infrastruktur yang penuh resiko. Oleh karena itu, dengan

adanya rangsangan pada sektor swasta berupa kepemilikan hasil yang wajar atau memadai

dalam pemberian pengelolaan infrastruktur dan fasilitas kota untuk suatu wilayah dalam

waktu tertentu diharapkan akan meningkatkan kegiatan perekonomian di kawasan

perencanaan.

Namun, masih terdapat beberapa hambatan dalam pelaksanaan investasi di bidang

infrastruktur dan fasilitas perkotaan, diantaranya adalah proses pemilihan mitra swasta yang

tidak transparan, tidak dilibatkannya masyarakat pada proses perencanaan pembangunan

infrastruktur dan adanya perselisihan dengan pihak investor yang tidak terselesaikan

menurut asas keadilan. Oleh karena itu peran badan pengatur atau konsultan di bidang

(17)

Dari pengalaman menunjukkan bahwa kerjasama pemerintah dan swasta akan memberikan

keuntungan karena kerjasama tersebut akan memberikan:

 Percepatan penyediaan infrastruktur dan fasilitas kawasan dan wilayah.

 Percepatan implementasi dan menurunnya pembiayaan oleh pemerintah.  Pembagian resiko yang lebih baik.

 Peningkatan kwalitas pelayanan.

 Peningkatan pendapatan tambahan bagi pemerintah kabupaten.  Peningkatan manajemen publik.

Sesuai dengan rencana yang telah disusun, berikut ini adalah rencana implementasi dari

Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kabupaten Pesisir Barat yang ditampilkan dalam

Matriks Pentahapan berikut stakeholders terkait.

TABELRencana Investasi Prasarana Lingkungan Kawasan RTBL ...

3.2.5 Matriks Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya

Referensi

Dokumen terkait

Ruky (2001), manajemen kinerja berkaitan dengan usaha kegiatan atau program yang diprakarsai dan dilaksanakan oleh pimpinan organisasi dalam merencanakan, mengarahkan,

Dalam proses sistem pendukung keputusan kenaikan jabatan pada PT Texmaco Perkasa Engineering, metode yang digunakan adalah Metode Perbandingan Eksponensial, yang

Uraian spesifik mengenai judul diatas membawa pada suatu kejelasan mengenai judul skripsi yang akan diteliti, adapun maksud dari judul “Transformasi Metode Double

Perkembangan fisik pada masa anak – anak ditandai dengan berkembangnya keterampilan motorik, baik kasar maupun halus. Sekitar usia 3 tahun anak sudah dapat

Pemberian tikus dengan ekstrak belimbing wuluh 20 gr/kgBB sebanyak 1,5ml 1x sehari selama 10 hari Libido (Jumlah pendekatan dan penung- gangan) selama treatment Kadar

Tujuan penelitian ini adalah 1) untuk menguji seberapa signifikan pengaruh pemberian insentif terhadap kinerja karyawan pada PT. Macanan Jaya Cemerlang Klaten, 2)

RANCANG BANGUN SISTEM BACKUP POWER DAN MANOMETER DIGITAL KOMPRESOR UDARA PORTABLE BERBASIS.. MIKROKONTROLER

Saya yakin kamu mampu memikat perkutut tersebut,” kata Juragan Pensiun sambil menatap anak muda itu.. Suaranya terdengar sangat berwibawa dan terkesan