• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB4 ANALISIS SOSIAL, EKONOMI, DAN LINGKUNGAN KABUPATEN TEMANGGUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB4 ANALISIS SOSIAL, EKONOMI, DAN LINGKUNGAN KABUPATEN TEMANGGUNG"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

IV-1 RPIJM Kabupaten Temanggung | 03

BAB

4

ANALISIS SOSIAL, EKONOMI, DAN

LINGKUNGAN KABUPATEN

TEMANGGUNG

4.1. ANALISIS SOSIAL

4.2.1 Pengarusutamaan Gender

Peningkatan sosial Kabupaten Temanggung dilakukan dengan cara meningkatkan pemberdayaan masyarakat yang berafimatif gender melalui pemberdayaan masyarakat berbasis kewilayahan di seluruh Kecamatan. Pelaksanaan pengarusutamaan gender bermanfaat dalam terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan di tingkat Kabupaten Temanggung yang berprespektif gender, khususnya dalam bidang cipta karya. Urusan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak di Kabupaten Temanggung tahun 2015 yang diusulkan oleh pemerintah melalui SKPD Badan keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan adalah sebagai berikut:

1. Program keserasian kebijakan peningkatan kualitas anak dan perempuan dilaksanakan dengan beberapa kegiatan antara lain:

a. Fasilitasi anak lemah penglihatan (Low Vision) untuk 200 anak,

b. Fasilitasi dan advokasi pengembangan Kota Layak Anak (KLA) di tingkat Kelurahan dan keikutsertaan Kabupaten Temanggung dalam evaluasi KLA tingkat nasional. 2. Program penguatan kelembagaan Pengarusutamaan Gender dan anak dilaksanakan

dengan beberapa kegiatan antara lain: a. Fasilitasi kegiatan forum anak

b. Fasilitasi penanganan korban kekerasan berbasis gender dan anak

c. Peningkatan kapasitas kelembagaan Pendidikan Usia Dini (PUD) dan anak

d. Fasilitasi pemberdayaan perempuan di bidang ekonomi dengan target pencapaian tersedianya 10 Kelompok Usaha Bersama (KUBE) terpilih yang mendapat bantuan sosial.

3. Program peningkatan peran serta anak dan kesetaraan gender dalam pembangunan melalui:

(2)

IV-2 RPIJM Kabupaten Temanggung | 03

b. Pelatihan kepemimpinan perempuan dan pengarusutamaan gender dengan target 36 orang eksekutif dan legislatif

c. Fasilitasi penguatan pengarusutamaan gender (PUG) dan ARG 4. Program keluarga berencana yang dilakukan melaui:

a. Pelayanan Komunikasi,Informasi dan Edukasi (KIE) nasional kepada masyarakat b. Rapat koordinasi kelembagaan

c. Pendataan keluarga, pencataan/pelaporan Keluarga Berencana (KB) d. Pendampingan Dana Alokasi Khusus (DAK) sarana dan prasarana KB e. Kegiatan pertemuan medis teknis

f. Monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan KB dan Pemberdayaan Perempuan 5. Program pemberdayaan ekonomi keluarga memalui pelatihan kelompok kegiatan Bina

Ekonomi Produktif

6. Program pengembangan model operasional Bina Keluarga Balita (BKB) – Posyandu -PAUD

Indeks Pembangunan Manusia

Untuk mengukur capaian pembangunan manusia yang telah di lakukan oleh Kabupaten Temanggung yang berbasis sejumlah komponen kualitas hidup maka digunakan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM ini diukur melalui pendekatan 3 (tiga) dimensi dasar yaitu mencakup umur panjang dan sehat, pengetahuan dan kehidupan yang layak. Berikut ini IPM Kabupaten Temanggung selama kurun waktu 5 tahun.

Tabel IV. 1

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung tahun 2010- 2014 Tahun Angka

Harapan Hidup

Angka Melek Huruf

Rata-rata Lama Sekolah

Pengeluaran IPM Rank IPM

di Jawa Tengah

2010 75.17 10.24 5.99 7,438 63.08 28 2011 75.22 10.70 6.03 7,751 64.14 27 2012 75.26 11.05 6.08 7,952 64.91 26 2013 75.31 11.39 6.13 8,042 65.52 27 2014 75.34 11.69 6.18 8,062 65.97 27

(3)

IV-3 RPIJM Kabupaten Temanggung | 03

Sumber: BPS Kabupaten Temanggung,2016 (Diolah)

Gambar 4. 1

Grafik Perkembangan IPM Kabupaten Temanggung 2010-2014

IPM (Indeks Pembangunan Manusia) di Kabupaten Temanggung dalam kurun waktu 2010-2014 menunjukkan angka yang berkisar diantara 60 < IPM < 70 yang artinya memiliki IPM yang sedang. Selama kurun waktu 5 tahun (tahun 2010-2014), IPM Kabupaten Temanggung mengalami kenaikan, hingga pada tahun 2014 mencapai angka 65.97 yang naik sebanyak 2.89 poin dari tahun 2010. Kenaikan IPM ini juga menunjukkan bahwa komponen IPM yaitu angka harapan hidup, angka melek huruf, rata-rata lama sekolah dan pengeluaran riil per kapita yang disesuaikan di Kabupaten Temanggung mengalami kenaikan. Hal ini menunjukkan bahwa pelayanan pendidikan dan kesehatan di Kabupaten Temanggung semakin meningkat juga menunjukkan bahwa perkembangan ekonomi Kabupaten Temanggung semakin membaik. Faktor-faktor penting tersebut merupakan kebutuhan dasar manusia yang perlu dimiliki agar mampu meningkatkan potensi antarindividu. Agar mampu terus mempercepat pembangunan manusia, maka Kabupaten Temanggung perlu melakukan dua hal yaitu distribusi pendapatan yang merata dan alokasi belanja publik yang memadai.

4.2.2 Kebutuhan Penanganan Sosial Pasca Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya

Aspek yang perlu diperhatikan dalam penanganan sosial adalah responsivitas kegiatan pembangunan bidang cipta karya terhadap gender dan kemiskinan. Kemiskinan merupakan aspek yang perlu dilakukan suatu penanganan sesuai dengan kebijakan internasional SDGs dan Agenda pasca 2015, serta arahan kebijakan pro rakyat sesuai direktif presiden. Saat ini terdapat kegiatan responsif gender oleh bidang cipta karya melalui Program Nasional Pemberdayaan

61.5 62 62.5 63 63.5 64 64.5 65 65.5 66 66.5

2010 2011 2012 2013 2014

(4)

IV-4 RPIJM Kabupaten Temanggung | 03

Masyarakat (PNPM), pengembangan infrastruktur sosial ekonomi wilayah (PISEW), penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat (PAMSIMAs), Program pembangunan infrastruktur perdesaan (PPIP),Sanitasi berbasis masyarakat (SANIMAS), Rencana tata bangunan dan lingkungan (RTBL), dan studi evalusi kinerja program pemberdayaan masyarakat bidang cipta karya.

Pelaksanaan pembangunan bidang cipta karya secara lokasi, besaran kegiatan dan durasi pelaksanaan kegiatan, memberikan dampak kepada masyarakat, seperti kegiatan pembebasan lahan untuk pembangunan infrastruktur publik. Untuk meminimalisir dampak tersbeut perlu adanya langkah-langkah antisipasi seperti konsultasi, pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk tanah dan bangunan, serta permukiman kembali. Output kegiatan pembangunan bidang cipta karya seharusnya memberikan manfaat bagi masyarakat. Manfaat tersebut diharapkan dapat terlihat secara fisik dan dapat terukur seperti kemudahan dalam mendapatkan pelayanan publik, waktu tempuh yang semakin singkat dengan biaya yang murah dalam pencapaian infrastruktur publik atau untuk mendapatkan akses pelayanan publik.

4.2. ANALISIS EKONOMI

4.2.1 Inflasi

Kondisi perekonomian makro suatu daerah dapat bergerak secara dinamis atau stagnan. Kondisi tersebut dapat terlihat secara umum dari besaran inflasinya. Hal ini sangat berpengaruh terhadap perekonomian makro. Jika terjadi inflasi tinggi akan berpengaruh terhadap daya beli konsumen, yakni turunnya tingkat daya beli masyarakat sebalikya jika tidak ada inflasi bahkan terjadi deflasi, hal ini juga tidak menguntungkan bagi para pelaku ekonomi dan bila terjadi deflasi terus menerus akan menyebabkan terjadinya stagnasi ekonomi dan bahkan bisa menimbulkan resesi ekonomi.

Sumber: PDRB Kabupaten Temanggung (Olah Data),2016

Gambar 4. 2

Laju Inflasi Kabupaten Temanggung

7.93

5.64

5.3

6.25

5.84

0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00

2010 2011 2012 2013 2014

(5)

IV-5 RPIJM Kabupaten Temanggung | 03

Berdasarkan hasil dari grafik Inflasi, kondisi PDRB selama kurun waktu lima tahun terakhir perekonomian Kabupaten Temanggung terus mengalami inflasi dengan pergerakan yang cukup berfluktuasi pada kisaran 5,3 persen sampai 7,93 persen. Pada tahun 2010 inflasi tahunan tercatat sebesar 7,93 persen. Kemudian turun menjadi 5,64 persen pada tahun 2011. Lalu, turun 5,3 pada tahun 2012. Namun pada tahun 2013 inflasi kembali naik menjadi sebesar 6,25 persen. Dan tahun terakhir di 2014 mengalami penurunan di angka 5,84 persen. Adanya inflasi yang berfluktuasi ini mengindikasikan bahwa pergerakan perekonomian Kabupaten Temanggung bergerak secara dinamis. Adanya inflasi yang besarannya masih satu digit selama kurun waktu tersebut menandakan perekonomian Kabupaten Temanggug bergerak secara dinamis dan memberikan ekspektasi yang menggembirakan bagi para pelaku ekonomi, dan juga tidak memberatkan konsumen.

4.2.2 Ketimpangan Pendapatan antar Sektor

Untuk mengetahui ketimpangan antar sektor di wilayah Kabupaten Temanggung dapat diketahui dengan cara melakukan analisis Williamson Indeks (WI). Indikator untuk melakukan analisis ini adalah melalui data PDRB selama lima tahun terakhir. Untuk lebih jelasnya terkait dengan analisis Williamson di wilayah Kabupaten Temanggung dapat dilihat pada keterangan tabel dibawah ini.

Sumber: PDRB Kabupaten Temanggung (Olah Data),2016

Gambar 4. 3

Ketimpangan Antar Sektor Kabupaten Temanggung

Setelah dilakukan perhitungan, diketahui bahwa ketimpangan rata-rata pendapatan per kapita sektor-sektor yang ada di Kabupaten Temanggung adalah 0,321. Hal ini mengindikasikan bahwa ketimpangan pendapatan antar sektor yang ada di Kabupaten Temanggung termasuk kategori sedang. Ketimpangan sebesar 0,3 tersbut menunjukkan bahwa pendapatan per kapita

0.343 0.340

0.322

0.307

0.297

0.27 0.28 0.29 0.30 0.31 0.32 0.33 0.34 0.35

2010 2011 2012 2013 2014

(6)

IV-6 RPIJM Kabupaten Temanggung | 03

setiap 1 sektor sangat berbeda jauh satu dari sektor lainnya. Apabila dilihat Nilai indeks Williamson Kabupaten Temanggung dari tahun 2010 sampai tahun 2014 mengalami penurunan.

Penurunan angka ketimpangan pada kurun waktu lima tahun terakhir mengindikasikan bahwa semua sektor yang ada di Kabupaten Temanggung telah mengalami kenaikan dalam memberikan pemasukan pada PDRB masing-masing kecamatan. Ini mengindikasikan bahwa waktu bangkit ekonomi di kabupaten Temanggung sekitar 3 tahun yaitu tahun 2012-2014, jika dilihat berdasarkan pergerakan ketimpangan yang terjadi antar sektornya.

4.2.3 Kemiskinan

Kemiskinanadalah keadaan terjadinya ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan serta fasilitas publik lainnya. Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Temanggung semakin lama lambat laun semakin berkurang. Pada tahun 2010 terdapat 95.288 jiwa dan terus menurun hingga 86.749 jiwa pada tahun 2014. Bila dilihat pertahun angka kemiskinan masih disekitaran angka 12%.

Tabel IV. 2

Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Temanggung

Tahun 2010 2011 2012 2013 2014

Penduduk Miskin (jiwa) 95288 94432 87800 86730 86749 Penduduk Kabupaten Temanggung (jiwa) 738915 731911 724810 717472 709979 Jumlah Penduduk Miskin (%) 12.90% 12.93% 12.11% 12.09% 12.22%

Sumber: Kabupaten Temanggung Dalam Angka (Olah data),2016

(7)

IV-7 RPIJM Kabupaten Temanggung | 03

4.2.4 Tipologi Klassen

Tipologi Klassen digunakan untuk mengetahui gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi masing-masing daerah. Tipologi Klassen pada dasarnya membagi daerah berdasarkan dua indikator utama, yaitu pertumbuhan ekonomi daerah dan pendapatan per kapita daerah. Dengan menentukan rata pertumbuhan ekonomi sebagai sumbu vertikal dan rata-rata pendapatan per kapita sebagai sumbu horizontal,daerah yang diamati dapat dibedakan menjadi empat klasifikasi,yaitu: daerah cepat-maju dan cepat-tumbuh (high growth and high income),daerah maju tapi tertekan (high income but low growth),daerah berkembang cepat ( high growth but low income), dan daerah relatif tertinggal (low growth and low income). Terkait dengan gambaran pola pertumbuhan ekonomi di wilayah Kabupaten Temanggung, maka dapat dilihat pada keterangan tabel dibawah ini.

Tabel IV. 3

PDRB Per kapita ADHB dan Pertumbuhan Ekonomi Per Kecamatan di Kabupaten Temanggung Tahun 2014

Kecamatan PDRB

Candiroto 7,716,631.90 4.95 Selopampang 8,907,657.02 4.62 Gemawang 7,926,032.86 4.73 Kranggan 9,171,900.00 6.91 Ngadirejo 9,062,730.21 4.06 Pringsurat 13,730,622.57 3.73 Parakan 12,863,724.48 6.20 Kaloran 9,422,845.96 6.38 Kledung 13,810,922.87 3.93 Kandangan 9,046,991.20 5.92

Bansari 7,856,181.36 4.96 Kedu 8,907,995.51 5.20

Bulu 9,331,287.62 4.63 Jumo 9,921,646.49 5.16

Temanggung 12,444,495.53 4.23 Bejen 9,938,848.24 4.13 Tlogomulyo 7,971,300.00 4.30 Tretep 8,669,224.76 4.37 Tembarak 10,459,401.11 4.39 Wonoboyo 9,417,467.15 4.27 Sumber: Statistik Daerah Per Kecamatan di Kabupaten Temanggung, 2015

(8)

IV-8 RPIJM Kabupaten Temanggung | 03

perkapita yang dibawah rata-rata, (4) Daerah relatif tertinggal, yaitu daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita yang berada di bawah rata-rata Kabupaten Temanggung.

Berdasarkan analisis Tipologi Klassesn, perkembangan PDRB perkapita dan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Temanggung pada tahun pengamatan yaitu tahun 2014 terlihat bahwa sebagian besar Kecamatan di Kabupaten Temanggung memiliki pertumbuhan ekonomi dan PDRB perkapita yang rendah yang termasuk kedalam daerah relatif tertinggal. Kecamatan yang termasuk kedalam daerah relatif tertinggal adalah Kecamatan Gemawang, Ngadirejo, Bulu, Tlogomulyo, Selopampang, Tretep, dan Wonoboyo. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata Kecamatan di Temanggung masih terdapat banyak warga yang memiliki pendapatan perkapita rendah dan pertumbuhan ekonomi wilayah yang lambat. Salah satu faktor yang menjadi penyebab adalah faktor endogen dari Kecamatan tersebut yang kurang kompetitif dan kualitas pemerintah, masyarakat, serta stakeholder terkait untuk mengelola Kecamatan itu sendiri seperti kurangnya usaha dalam mengelola sektor potensial yang kurang bisa berkembang dengan maksimal.

Sumber: Statistik Daerah Per Kecamatan di Kabupaten Temanggung,2015

Gambar 4. 4

Tipologi Klassen Kecamatan di KabupatenTemanggung tahun 2014

(9)

IV-9 RPIJM Kabupaten Temanggung | 03

Kecamatan harus mampu mempertahankan kepercayaan pasar untuk berinvestasi sehingga dapat meningkatkan perekonomian regional dengan pengadaan sarana dan prasarana serta kebijakan ekonomi yang mendukung. Untuk daerah cepat berkembang, pemerintah harus mampu mengalokasikan anggaan untuk belanja pemerintah yang proporsional sehingga mampu memberikan efek positif terhadap pertumbuhan ekonomi regional. Sementara untuk daerah relatif tertinggal, perlu adannya pengembangan kerjasama secara intensif dan berkelanjutan dengan daerah sekitar guna mencapai hasil pembangunan yang maksimal dengan mengoptimalkan kerjasama antar daerah.

4.3. ANALISIS LINGKUNGAN

Menurut UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Kajian Lingkungan Hidup Strategis, yang selanjutnya disingkat KLHS, adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program. KLHS perlu diterapkan di dalam RPIJM antara lain karena:

1) RPIJM membutuhkan kajian aspek lingkungan dalam perencanaan pembangunan infrastruktur.

2) KLHS dijadikan sebagai alat kajian lingkungan dalam RPIJM adalah karena RPIJM bidang Cipta Karya berada pada tataran Kebijakan/Rencana/Program. Dalam hal ini, KLHS menerapkan prinsip-prinsip kehati-hatian, dimana kebijakan, rencana dan/atau program menjadi garda depan dalam menyaring kegiatan pembangunan yang berpotensi mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup.

Tahap ke-2 setelah penapisan terdapat dua kegiatan. Jika melalui proses penapisan di atas tidak teridentifikasi bahwa rencana/program dalam RPIJM tidak berpengaruh terhadap kriteria penapisan di atas maka berdasarkan Permen Lingkungan Hidup No. 9/2011 tentang Pedoman Umum KLHS, Tim Satgas RPIJM Kabupaten/Kota dapat menyertakan Surat Pernyataan bahwa KLHS tidak perlu dilaksanakan, dengan ditandatangani oleh Ketua Satgas RPIJM dengan persetujuan BLHD, dan dijadikan lampiran dalam dokumen RPIJM.

Namun, jika teridentifikasi bahwa rencana/program dalam RPIJM berpengaruh terhadap kriteria penapisan di atas maka Satgas RPIJM didukung dinas lingkungan hidup (BLHD) dapat menyusun KLHS dengan tahapan sebagai berikut:

(10)

IV-10 RPIJM Kabupaten Temanggung | 03

a) Identifikasi masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya yang bertujuan untuk: 1) Menentukan secara tepat pihak-pihak yang akan dilibatkan dalam pelaksanaan

KLHS;

2) Menjamin diterapkannya azas partisipasi yang diamanatkan oleh UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;

3) Menjamin bahwa hasil perencanaan dan evaluasi kebijakan, rencana dan/atau program memperoleh legitimasi atau penerimaan oleh publik;

4) Memberikan akses kepada masyarakat dan pemangku kepentingan untuk menyampaikan informasi, saran, pendapat, dan pertimbangan tentang pembangunan berkelanjutan melalui proses penyelenggaraan KLHS.

b) Identifikasi isu pembangunan berkelanjutan yang bertujuan untuk:

1) Menetapkan isu-isu pembangunan berkelanjutan yang meliputi aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup atau keterkaitan antar ketiga aspek tersebut; 2) Membahas isu-isu yang signifikan secara terarah; dan

3) Membantu penentuan capaian tujuan pembangunan berkelanjutan.

c) Identifikasi muatan kebijakan, rencana dan/atau program yang berpotensi menimbulkan pengaruh terhadap isu-isu pembangunan berkelanjutan yang relevan dan signifikan di wilayah perencanaan yaitu Kabupaten Temanggung.

d) Telaah pengaruh kebijakan, rencana, dan/atau program terhadap kondisi lingkungan hidup di suatu wilayah..

Tabel IV. 4

Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Bidang Cipta Karya Kabupaten Temanggung

Pengelompokan Isu-Isu Pembangunan

Berkelanjutan Bidang Cipta Karya Penjelasan Singkat Lingkungan Hidup Permukiman

Isu 1: Kecukupan air baku untuk air minum. Contoh: Kekeringan, menurunnya kualitas air

Air baku di Kabupaten Temanggung diambil secara berlebihan oleh pihak industri maupun perorangan sehingga mengakibatkan adanya kekeringan dan penurunan kualitas air.

Isu 2: Pencemaran lingkungan oleh infrastruktur yang tidak berfungsi maksimal. Contoh: pencemaran tanah oleh septic tank yang bocor, pencemaran badan air oleh air limbah permukiman

(11)

IV-11 RPIJM Kabupaten Temanggung | 03

Pengelompokan Isu-Isu Pembangunan

Berkelanjutan Bidang Cipta Karya Penjelasan Singkat

Isu 3: Dampak kawasan kumuh terhadap kualitas lingkungan. Contoh: kawasan kumuh menyebabkan penurunan kualitas lingkungan

Terjadinya penurunan kualitas lingkungan

permukiman menjadi kumuh disebabkan oleh kurang memadainya infrastruktur dan keterlibatan masyarakat untuk menjaga lingkungan permukimannya.

Ekonomi

Isu 4: Kemiskinan berkorelasi dengan kerusakan lingkungan Contoh: permukiman kumuh merupakan cerminan rendahnya ekonomi dan kesejahteraan masyarakat perkotaan

Kekumuhan permukiman merupakan kombinasi yang terjadi pada permukiman perkotaan dan perdesaan, disamping itu kekumuhan yang terjadi diakibatkan dengan pola kehidupan masyarakat itu sendiri, sehingga berdampak pada lingkungan seperti sulitnya pencapaian ke dan dalam suatu wilayah.

Sosial

Isu 5: Pencemaran menyebabkan berkembangnya wabah penyakit Contoh: menyebarnya penyakit diare di permukiman kumuh

Pencemaran lingkungan di Kabupaten Temanggung menyebabkan berkembangnya penyakit.

Gambar

Tabel IV. 1
Gambar 4. 1
Gambar 4. 2
tabel dibawah ini.
+4

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data primer yang disusun oleh PPPGLdan BLHD Cirebon dapat terlihat bahwa panjang jalur hijau pada tahun 2010 antara lain Kecamatan Pangenan yakni sebesar 5,351 km

Calon mahasiswa baru jalur UM-PTKIN yang mendapatkan keringanan UKT, pembayaran dilaksanakan mulai hari Kamis tanggal 30 Juli 2015 jam 10.00

Menimbang, bahwa tanpa mengulang menguraikan unsur-unsur tersebut diatas, Pengadilan Tinggi sependapat dengan pendapat Hakim Anggota I yang pada pokoknya menyatakan bahwa

Penyebab fluor albus pada wanita usia subur dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kurang menjaga personal hygienenya seperti, tidak membasuh daerah vagina dengan

Jenis miskonsepsi yang paling banyak ditemukan adalah content-based misconception (27,25% pada data 1 dan 28,5% pada data 2), hal tersebut disebabkan karena

Desain Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013.. Jakarta:

Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Liana 2016 tentang gambaran penggunaan APD pada petugas pengangkut sampah mobil tangkasaki di kota Makassar bahwa hasil

1.jika tindak pidana itu pada malam hari di dalam sebuah tempat kediaman atau di atas sebuah pekarangan tertutup yang di atasnya terdapat sebuah tempat kediaman, atau