• Tidak ada hasil yang ditemukan

Serangan Kumbang Penggerek (Xystrocera globosa) pada Tegakan Kayu Bawang dan Teknik Pengendaliannya pada Skala Lapangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Serangan Kumbang Penggerek (Xystrocera globosa) pada Tegakan Kayu Bawang dan Teknik Pengendaliannya pada Skala Lapangan"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

Serangan Kumbang Penggerek (Xystrocera globosa)

pada Tegakan Kayu Bawang dan Teknik Pengendaliannya

pada Skala Lapangan

Oleh:

Sri Utami, Agus Kurniawan

Peneliti pada Balai Penelitian Kehutanan Palembang

ABSTRAK

Kayu bawang (Dysoxylum mollissimum Blume) merupakan salah satu jenis tanaman kehutanan andalan lokal di Provinsi Bengkulu. Kayu bawang memiliki kualitas kayu yang baik untuk bahan baku kayu pertukangan. Selain memiliki pertumbuhan yang cepat, tanaman ini juga dapat ditanam dengan pola tanam campuran/agroforestri karena memiliki sifat self pruning dan tajuk yang ringan dan sempit. Serangan hama penggerek batang Xystrocera globosa merupakan ancaman terhadap keberhasilan budidaya tanaman kayu bawang. Serangan hama ini menyebabkan kerusakan pada batang pokok dari kulit sampai bagian empulur tanaman. Alternatif pengendalian perlu diupayakan untuk melindungi tanaman dari kerusakan. Dalam penelitian ini digunakan insektisida sistemik berbahan aktif fipronil dosis 4 cc/liter dan 8 cc/liter untuk mengendalikan serangan hama kumbang penggerek Xystrocera globosa pada tingkat lapangan. Dari pengamatan diketahui bahwa kumbang penggerek Xystrocera globosa menyerang kayu bawang umur 15 bulan dengan persentase dan intensitas serangan sebesar 3,82% dan 7,03%. Penggunaan insektisida sistemik berbahan aktif fipronil dosis 8 cc/liter mampu menekan serangan kumbang penggerek dengan persentase dan intensitas serangan masing-masing menurun sebesar 3,66% dan 6,84%.

Kata kunci: Dysoxylum mollissimum Blume, fipronil, insektisida sistemik,

Xystrocera globosa

I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang

Kayu bawang (Dysoxylum mollissimum Blume) merupakan salah satu jenis tanaman kehutanan andalan lokal di Provinsi Bengkulu. Jenis ini tersebar hampir di seluruh kabupaten di Provinsi Bengkulu. Secara topografis umumnya kayu bawang tumbuh pada ketinggian sampai dengan 700 m dpl dengan curah hujan 3.500 – 5.000 mm/th (Dishut Provinsi Bengkulu, 2003). Tanaman ini mampu bertahan pada tanah yang cenderung asam, tumbuh cepat, bebas cabang tinggi, serta memiliki tekstur kayu yang baik. Tajuknya ringan dan sempit, tidak memiliki cabang yang besar hingga umur 3 tahun dan bersifat self pruning

(2)

2 sehingga tanaman ini dapat digunakan pada pola campuran, misalnya pola agroforestri (Lembaga Penelitian UNIB, 2002).

Kayu bawang memiliki serat yang halus sehingga mudah diolah, berat jenisnya sekitar 0,56, termasuk kelas awet dan kelas kuat IV (Bina Program Kehutanan, 1983 dalam Dishut Provinsi Bengkulu, 2003). Masyarakat di Bengkulu biasanya menggunakan kayu ini sebagai bahan baku pembuatan perlengkapan alat rumah tangga seperti almari, meja, kursi, tempat tidur sampai kontruksi bangunan misalnya kusen, dinding dan sebagainya.

Selain di daerah asalnya, tanaman ini juga bisa dibudidayakan di luar habitat asalnya. Kayu bawang sudah dibudidayakan di Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Benakat Kabupaten Muara Enim (tahun tanam 2008) ditanam dengan pola tanam campuran dengan jenis Bambang lanang (Michelia champaca) dan KHDTK Kemampo (tahun tanam 2011) Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan ditanam secara monokultur. Utami et al. (2011) dan Kurniawan dan Utami (2012) melaporkan bahwa telah terjadi serangan kumbang penggerek (Xystrocera globosa) pada tegakan kayu bawang di KHDTK Kemampo.

Kumbang penggerek batang X. globosa tersebut menyerang batang pokok kayu bawang dari bagian kulit sampai dengan empulur batang tanaman. Serangan berat dapat mengakibatkan daun menguning, rontok dan lama kelamaan tanaman mati. Melihat gejala dan tanda kerusakan tanaman di lapangan, hama ini dapat mengancam keberhasilan budidaya tanaman kayu bawang di waktu yang akan datang. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya pengendalian serangan hama tersebut.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui morfologi dan bentuk serangan hama, persen serangan dan intensitas serangan hama penggerek batang pada tanaman kayu bawang serta teknik pengendaliannya yang efektif dan efisien.

(3)

3

II. METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu

Penelitian dilakukan pada bulan Februari hingga Desember 2012 pada plot uji silvikultur kayu bawang yang berumur 16 (enam belas) bulan di Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Kemampo Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan. Secara geografis KHDTK Kemampo terletak antara 104018’07” – 104022’09” BT dan 2054’ – 2056’30” LS. Jenis tanahnya didominasi

podsolik merah kuning. Iklim termasuk tipe B menurut Schmidt dan Ferguson dengan rata-rata curah hujan 1.800-2.000 mm/tahun. Topografi tergolong datar sampai bergelombang ringan dengan kemiringan 0-10%.

B.Prosedur Kerja

1. Pengamatan Serangan Hama

Pengamatan serangan hama dilakukan pada plot uji silvikultur kayu bawang secara sensus yang dilakukan selama tiga kali pengamatan yaitu pada saat umur tanaman 15, 19, dan 22 bulan. Parameter yang diamati yaitu stadia serangga hama, persentase dan intensitas serangan hama, serta pertumbuhan kayu bawang (pertambahan tinggi dan diameter).

Persentase serangan hama (P) dihitung dengan cara menghitung jumlah pohon yang terserang dalam suatu petak ukur, dibagi jumlah pohon yang terdapat dalam suatu petak ukur di kali 100 %.

% 100 tan tan x ukur petak suatu dalam aman seluruh Jumlah ukur petak suatu dalam terserang yang aman Jumlah P

Penghitungan tingkat kerusakan tanaman (I) dilakukan menurut Unterstenhofer (1963) dalam Djunaedah (1994) dengan sedikit modifikasi (Tabel 1). Adapun cara menghitung tingkat kerusakan tanaman dilakukan dengan menggunakan rumus dibawah ini.

% 100 ) ( x N x Z v x n I

i j

(4)

4 Keterangan :

I : Tingkat kerusakan tanaman

ni : Jumlah pohon yang terserang dengan klasifikasi tertentu vj : Nilai untuk klasifikasi tertentu

Z : Nilai tertinggi dalam klasifikasi

N : Jumlah pohon seluruhnya dalam suatu petak contoh

Tabel 1. Klasifikasi tingkat kerusakan batang yang disebabkan oleh hama

Tingkat Kerusakan Tanda Kerusakan yang Terlihat pada

Batang Nilai

Sehat - Batang rusak 0 % 0

Ringan - Batang rusak antara 1 % - 20 % 1

Agak berat - Batang rusak antara 20,1 % - 40 % 2

Berat - Batang rusak antara 40,1 % - 60 % 3

Sangat berat - Batang rusak antara 60,1 % - 80 % 4

Gagal - Batang rusak di atas 80 % 5

- Pohon tumbang/patah/mati

2. Pengendalian Serangan Hama

Pengendalian serangan hama penggerek dilakukan bila hasil monitoring serangan hama telah sampai atau melebihi ambang batas ekonominya. Pengendalian dilakukan dengan menyemprotkan pestisida kimia berbahan aktif fipronil pada tanaman yang terserang hama. Dosis yang digunakan yaitu 4 cc/liter (penyemprotan pertama pada saat tanaman berumur 16 bulan), 8 cc/liter (penyemprotan kedua/saat umur tanaman berumur 20 bulan), dan 8 cc/liter (penyemprotan ketiga/rentang dua minggu setelah aplikasi kedua). Pengamatan persentase dan intensitas serangan dilakukan sebelum dan setelah dilakukan penyemprotan.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN A.Serangan Kumbang Penggerek

Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa batang kayu bawang terserang oleh serang kumbang penggerek. Jenis kumbang penggerek yang menyerang kayu bawang yaitu Xystrocera globosa (Ordo Coleoptera, Famili Cerambycidae). Hama ini mempunyai sebaran yang luas meliputi India, Ceylon

(5)

5 (Sri Langka), Burma (Myanmar), Thailand, Malaysia, Filipina, Mesir, Kepulauan Hawai, Kepulauan Mauritius, Indonesia di jumpai di Pulau Jawa dan Sulawesi (Anonim, 2012). Warisno dan Dahana (2009) melaporkan bahwa hama ini juga menyerang tanaman sengon dengan cara menyerang sengon dengan melubangi batang hingga mencapai lapisan xylem sehingga mematikan tanaman sengon.

Taktonomi dari kumbang penggerek yang menyerang tanaman kayubawang adalah sebagai berikut (Anonim, 2012):

Ordo : Coleoptera Sub ordo : Polyphaga Famili : Cerambycidae Genus : Xystrocera

Spesies : Xystrocera globosa Olivier

Kumbang dewasa (imago) memiliki panjang tubuh ± 1,5-3,2 cm berwarna coklat kemerahan, di sekeliling protoraks terdapat garis tebal yang berwarna hijau kebiruan dan mengkilat (Gambar 1A). Larva fase awal berwarna putih terang kekuningan dengan kepala kecil berwarna coklat dan rahang bawah berwarna hitam. Pada fase awal ukuran panjang tubuh ± 4 mm, diameter ± 1 mm. Larva pada larva fase akhir berwarna merah muda agak kecoklatan dan kedua ujung badannya berwarna kuning berbintik berwarna coklat, lunak, berbulu jarang berwarna putih. Bagian kepala keras berwarna coklat. Ukuran panjang badannya ± 30 mm diameter badan 5-7 mm (Kurniawan dan Utami, 2012) (Gambar 1B). Pada kumbang jantan garis hijau kebiruan pada protoraks yang letaknya lateral arahnya miring, sedangkan pada kumbang betina letak garis ini tidak miring tetapi lurus searah dengan arah memanjang tubuhnya. Pada kumbang betina terdapat ovipositor menjulur.

Gambar 1. A) Imago X. globosa, B) Larva X. globosa (tanda panah)

B

± 2,8 cm

± 5 mm

A

(6)

6 Gejala serangan kumbang X. globosa adalah menggerek batang kayu bawang. Pada kulit batang nampak lubang gerekan kumbang. Pada lubang gerekan akan keluar eksudat dan hal ini akan menstimulasi semut untuk mendatangi bagian batang yang terserang. Serangan berat dapat mengakibatkan batang busuk, daun menguning, lama kelamaan daun rontok sehingga tanaman akan mati. Secara umum serangan kumbang penggerek ditemukan dekat dengan tanaman mangium yang sudah mati sebagaimana tersaji pada Gambar 2.

Gambar 2. Tanaman kayu bawang yang terserang penggerek berada di sekeliling tanaman Acacia mangium

Tanaman inang hama ini adalah Acacia catechu, A. mangium, A. modesta, Acrocarpus fraxinifolius, Albizia lebbek, A. lucida, A. moluccana, A. odoratissima, A. procera, A. stipulate, Anacardium occidentale, Bauhinia acuminate, Bombax anceps, B. malabaricum, Grewia tiliaefolia, Xylia dolabriformis.(Awang dan Taylor, 1993; Friedman dkk., 2008).

B.Teknik Pengendalian Hama

Persentase serangan hama pada pengamatan pertama (umur tanaman 15 bulan) sebesar 3,82%. Setelah dilakukan penyemprotan dengan menggunakan insektisida berbahan aktif fipronil, persentase serangan kumbang penggerek menurun menjadi 1,65% (pengamatan kedua) dan 0,16% (pengamatan ketiga). Demikian halnya intensitas serangan, besarnya intensitas serangan sebelum dilakukan penyemprotan sebesar 7,03%. Setelah dilakukan penyemprotan hingga tiga kali penyemprotan, intensitas serangan menurun menjadi 0,19% (Tabel 3).

(7)

7 Tabel 2. Rata-rata persentase serangan kumbang penggerek pada tegakan kayu

bawang di KHDTK Kemampo selama tiga kali pengamatan Plot Jumlah tanaman Persentase Serangan (%)

I II III

1 816 11 3,68 0,49

2 559 0 0,35 0

3 1112 0,46 0,92 0

Rata-rata 3,82 1,65 0,16

Keterangan: I= pengamatan umur 15 bulan; II= umur 19 bulan; III=umur 22 bulan Tabel 3. Rata-rata intensitas serangan kumbang penggerek pada tegakan kayu

bawang di KHDTK Kemampo selama tiga kali pengamatan Plot Jumlah tanaman Intensitas Serangan (%)

I II III

1 816 21 1,32 0,59

2 559 0 0,27 0

3 1112 0,1 0,7 0

Rata-rata 7,03 0,76 0,19

Keterangan: I= pengamatan umur 15 bulan; II= umur 19 bulan; III=umur 22 bulan Sebelum dilakukan penyemprotan, pada batang kayu bawang nampak ba-nyak sekali lubang gerek dan eksudat yang keluar dari kulit batang (Gambar 3a). Lubang-lubang gerek tersebut lama kelamaan akan melebar dan meluas seperti yang nampak pada Gambar 3b. Setelah dilakukan penyemprotan, pada batang tidak nampak lagi keluar eksudat-eksudat. Batang yang terserang hama lama kelaman akan mengering. Pada pohon yang sudah pulih, akan muncul terubusan-terubusan pada tajuknya (yang awalnya tajuk pohon rontok dan gundul).

Pada Gambar 4 dan 5 memperlihatkan bahwa secara umum pada tanaman yang terserang hama penggerek memiliki pertumbuhan (tinggi dan diameter lebih rendah) dibandingkan dengan tanaman yang sehat. Sebelum dilakukan penyemprotan, selisih diameter antara tanaman sehat dengan tanaman terserang sebesar 6,73%. Akan tetapi setalah dilakukan penyemprotan selisih diameter antara tanaman sehat dengan terserang sebesar 4,91% (pengamatan kedua) dan 0,78% (pengamatan ketiga). Demikian halnya dengan parameter tinggi, selisih tinggi antara tanaman sehat dengan terserang sebelum dilakukan pengamatan yaitu sebesar 2,09%. Sedangkan pada pengamatan kedua dan ketiga

(8)

masing-8 masing sebesar 5,67% dan 0,09%. Hal ini menunjukkan bahwa setelah dilakukan penyemprotan, secara umum tanaman yang terserang mampu pulih/ tumbuh lagi.

Gambar 3. A) dan B) Gejala serangan kumbang penggerek sebelum dilakukan penyemprotan, C) Gejala serangan penggerek setelah dilakukan penyemprotan

Gambar 4. Rata-rata diameter kayu bawang yang sehat dan terserang selama tiga kali pengamatan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa insektisida berbahan aktif fipronil efektif mengendalikan hama X. globosa. Insektisida jenis ini akan bekerja jika racun yang disemprotkan ke bagian tanaman sudah terserap masuk ke dalam jaringan tanaman baik melalui akar maupun batang sehingga dapat membunuh hama penggerek yang berada di dalam jaringan tanaman. Kumbang penggerek akan mati kalau sudah memakan atau menghisap racun yang sudah

29,94 46,77 69,69 32,1 49,19 70,24 0 10 20 30 40 50 60 70 80 I II III D iam et er ( m m ) Waktu Pengamatan Terserang Sehat

A

B

C

(9)

9 masuk di dalam cairan atau jaringan tanaman. Cairan atau bagian tanaman yang dimakan akan menjadi racun lambung bagi serangga. Oleh karena itu penggunaan insektisida sistemik ini sangat efektif dalam menekan serangan kumbang penggerek.

Gambar 5. Rata-rata tinggi kayu bawang yang sehat dan terserang selama tiga kali pengamatan

Suharti et al. (1997) melaporkan bahwa hama penggerek/hama bohtor bisa dikendalikan secara biologi dengan menggunakan cendawan Beauveria bassiana. Selanjutnya Aprilia (2011) melaporkan bahwa pengendalian yang bisa dilakukan untuk mengendalian hama X. festiva dan X. globosa yaitu 1) Pengendalian secara fisik mekanik : penangkapan kumbang dengan perangkap lampu, pemusnahan kelompok telur boktor sengon, dan penyesetan kulit batang sengon yang terserang; 2) Pengendalian secara silvikultur : pengaturan jarak tanam dan penanaman secara campuran; dan 3) Pengendalian hayati : pelepasan parasitoid telur Anagyrus sp. dan penggunaan jamur pathogen Beauveria bassiana. Sementara itu Nurhayati (2001) melaporkan bahwa efikasi insektisida sistemik dimethoate 400 EC konsentrasi 6 cc/liter efektif membunuh larva boktor.

204,41 297,83 442.52 208,78 315,72 442.92 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 I II III T inggi (cm ) Waktu Pengamatan Terserang Sehat

(10)

10

IV. KESIMPULAN

1. Kumbang penggerek Xystrocera globosa menyerang kayu bawang umur 15 bulan dengan persentase dan intensitas serangan sebesar 3,82% dan 7,03%. 2. Penggunaan insektisida sistemik berbahan aktif fipronil dosis 8 cc/liter mampu

menekan serangan kumbang penggerek dengan persentase dan intensitas serangan masing-masing menurun sebesar 3,66% dan 6,84%.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2012. Xystrocera globosa (Olivier,1795) Taxonomic Serial No: 187737. Diakses di http://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?search_ topic= TSN & search_value=187737 pada 9 Januari 2012.

Aprilia, N.T. 2011. Studi Pustaka Hama Sengon (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen). Skripsi Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Tidak Dipubikasikan.

Dinas Kehutanan Provinsi Bengkulu. 2003. Budidaya Tanaman Kayu bawang. Dishut Provinsi Bengkulu. Bengkulu.

Djunaedah, S. 1994. Pengaruh perubahan lingkungan biofisik dari hutan alam ke hutan tanaman terhadap kelimpahan keragaman famili serangga dan derajat keruskaan hama pada tegakan jenis Eucalyptus uerophylla, E. deglupta dan E. pellita. Program pasca sarjana, IPB. Tidak dipublikasikan.

Kurniawan, A. dan S. Utami. 2012. Serangan Hama Penggerek Batang Pada Tanaman Kayu bawang (Dysoxylum mollissimum Blume) di KHDTK Kemampo, Sumatera Selatan. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Palembang Palembang, 23 Oktober 2012. Nurhayati. ND. 2001. Pengujian Efikasi Insektisida Sistemik Perfecthion 400 EC

terhadap Hama Boktor (Xystrocera festifa Pascoe) pada Tegakan Sengon (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen) Skripsi. IPB. Bogor. Tidak diterbitkan.

Suharti, M., I.R. Sitepu, I. Anggraeni. 1997. Pengendalian Hama Xystrocera festiva secara Biologi Menggunakan Cendawan Beauveria bassiana. Prosiding Ekspose Pengembangan Hasil Penelitian Peran Hutan dalam Memenuhi Kebutuhan Manusia dan Antisipasi Isu Global. Bogor 24-25 November 1997.

Utami, S., Asmaliyah, M. Suparman. 2011. Budidaya Jenis Kayu bawang : Aspek Perlindungan. Laporan Hasil Penelitian Balai Penelitian Kehutanan Palembang. Palembang.

(11)

11 Warisno dan K. Dahana. 2009. Investasi Sengon: Langkah Praktis

Membudidayakan Pohon Uang. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Awang K. & Taylor, D. 1993. eds. Acacia mangium, Growing and utilization.

MPTS Monograph Series No.3. Winrock International and The Food and Agriculture Organization of The United Nation. Bangkok. Thailand Friedman, A.L.L., Rittner, O. & Chikatunov, V.I. 2008. Five New lnvasive

Species of Longhorn Beetles (Coleoptera: Cerambycidae) in Israel. Phytoparasitica 36(3):242-246

Gambar

Tabel 1.  Klasifikasi tingkat kerusakan batang yang disebabkan oleh hama
Gambar 2. Tanaman kayu bawang  yang terserang penggerek berada di sekeliling  tanaman Acacia mangium
Gambar 4. Rata-rata diameter kayu bawang yang sehat dan terserang selama tiga  kali pengamatan
Gambar 5.  Rata-rata  tinggi  kayu  bawang  yang  sehat  dan  terserang  selama  tiga  kali pengamatan

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang dilakukan di Australia menunjukkan bahwa responden dengan penghasilan keluarga yang tinggi (lebih dari A$.. 40.000 per tahun) memiliki kecenderungan

 Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan  Klaim khasiat dibuktikan berdasarkan data empiris  Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku.. Obat

PENGARUH RASIO KARBON DAN NITROGEN PADA MEDIA KULTIVASI TERHADAP TOKSISITAS BIOINSEKTISIDA Bacillus thuringiem'is

Hal ini dapat dilihat pada endapan sedimen yang terdapat pada lokasi penelitian, yang mana material sedimen dalam hal ini pasir kasar lebih dahulu terendapkan,

bisnis Multi Level Marketing MLM yang sudah menjamur sampai sekarang, perlunya meningkatkan kesejahteraan, keadilan, persamaan equality aggotanya dalam memncapai sebuah

Analisis bertujuan untuk menguji pengaruh secara simultan atau bersama-sama antara variabel independen dalam hal ini yaitu variabel komitmen organisasi dan

Wana Sari Nusantara dengan sebagian warga desa Sungai Buluh ini DPRD Kabupaten Kuantan Singingi khususnya Komisi B juga berperan sebagaimana tugasnya sebagai anggota

Tahap implementasi sistem ini adalah merupakan suatu penerapan sistem yang terkomputerisasi terhadap seluruh data dan informasi dalam menenukan keterkaitan antar