• Tidak ada hasil yang ditemukan

PADA BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PADA BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

(3)

SURVEI KEPUASAN KONSUMEN DAN PERILAKU ANTI KORUPSI

IRGSC 2015

Ketua Tim : Dominggus ELcid Li, Ph.D

Peneliti : Dr. Maklon F. Killa

Ahli Statistik : Stevvileny Angu Bima, S.Si Senior Pengolah Data : Randy Banunaek, S.Sos

Anggota Tim : Cornelis Malo Bulu Arthurio Oktavianus Arthadiputra, S. Si

Gregorius R. Daeng, SH Octavina V. Rohi Riwu Juwita T. Boboy, SH Yuliana T. I. Nuhamara, S.Pd

Arif Rahman, SH Adeodatus Carmelo Daniel, S.S

John Petrus Talan, S.IP Josua Natanael Sriadi, S.KM

Juventus Kago, SH Marconi Arifin

Alfian Irno Rofianus Roger

Benedictus K. Assan Inviolata Watu Raka

Yoakim Diaz Karel Dolpali

Milka Jalla Robert Ikun

John Maro Matius Ngongo

(4)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kelancaran kerja hingga tahap penyelesaian laporan. Laporan ini merupakan hasil akhir Survey Kepuasan Konsumen dan Perilaku Anti Korupsi dengan narasumber para konsumen data BPS Provinsi Nusa Tenggara Timur yang di lakukan pada Bulan Oktober dan November 2015.

Atas kepercayaan dan kerjasama yang diberikan oleh BPS Provinsi Nusa Tenggara Timur, kami menyampaikan terima kasih. Semoga laporan Survei Kepuasan konsumen tahun 2015 ini dapat bermanfaat bagi kita semua

Kupang, 1 Desember 2015 Institute Of Resource Governance and Social Change (IRGSC)

(5)

PENGANTAR —iii

DAFTAR ISI—iv

BAB 1 PENDAHULUAN— 1

1.1 Latar Belakang— 1

1.2 Tujuan dan Manfaat Survei—2

1.3 Landasan Teori— 2

1.3.1 Kepuasan Konsumen— 2

1.3.2 Kualitas Layanan dan Kepuasan Konsumen— 3

1.4. Metodologi— 4

1.4.1 Metodologi Pengumpulan Data— 4 1.4.2 Metode Analisis— 4

BAB 2 SEGMENTASI PENGGUNA DATA— 8

2.1 Segmentasi Penggunaan Data Menurut Tingkat Pendidikan— 8

2.2 Segmentasi Pengguna Data Menurut Tingkat Pendidikan— 8

2.3 Segmentasi Pengguna Data Menurut Fasilitas Komunikasi Utama yang Digunakan Tahun 2015— 9

2.4 Segmentasi Pengguna Data Menurut Kegunaan Data Tahun 2015— 9

2.5 Persentase Pengguna Data Menurut Jenis Layanan yang Digunakan— 10

2.6 Data BPS sebagai Rujukan Utama— 11

2.6.1 Data BPS sebagai Rujukan Utama Menurut Tempat Beraktivitas— 11 2.6.2 Data BPS sebagai Rujukan Utama Menurut Pendidikan dan Tujuan Utama

Mengakses Layanan BPS— 12

BAB 3 ANALISIS KEBUTUHAN DATA— 13

3.1 Ragam Data yang Dicari — 13

3.2 Periode Data yang Cenderung digunakan— 14

3.3. Jenis Data yang Paling Banyak Dicari— 15

(6)

BPS Provinsi Nusa Tenggara Timur—16

4.1.1 Analisis Kepuasan Pengguna Data Terhadap Pelayanan BPS Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2015 Berdasarkan Kuadran Cartesius— 16

4.1.2 Tingkat Kepuasan Konsumen Terhadap Kualitas Layanan BPS Berdasarkan Segmentasi— 20

4.1.3 Prosentase Kepuasan Terhadap Kualitas Layanan BPS dari Seluruh Variabel— 21 4.1.4 Indeks Kualitas Data— 23

4.2 Analisis Kepuasan Kualitas Data pada Setiap Ragam Data— 24 4.2.1 Kualitas Data pada Ragam Data Statistik Sosial— 24

4.2.2 Kualitas Layanan Data pada Ragam Data Statistik Produksi— 26

4.2.3 Kualitas Layanan Data pada Ragam Data Statistik Distribusi dan Jasa— 27 4.2. 4 Kualitas Layanan Data pada Ragam Data Neraca dan Analisis Statistik— 29 4.2.5 Kualitas Layanan Data pada Ragam Data Metodologi Statistik— 30

4.2.6 Indeks Masing-Masing Ragam Data— 32

4.2.7 Kesimpulan Kualitas Data pada Lima Ragam Data BPS— 32

BAB 5 ANALISIS PERILAKU ANTI KORUPSI DILINGKUNGAN BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR — 33

5.1 Analisis Pendapat Responden Terhadap Perilaku Anti Korupsi— 33

5.2 Analisis Harapan Perbaikan Terhadap Perilaku Anti Korupsi— 35

5.3 Nilai Indeks Anti Korupsi— 35

BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI— 36

6.1 Kesimpulan— 36

6.2 Rekomendasi— 36

(7)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Era globalisasi dibaca sebagai era kompetisi antar negara, maka data merupakan elemen strategis dalam persaingan itu sendiri. Sebab data merupakan elemen vital bagi para pengambil kebijakan karena dipakai sebagai bahan dasar dalam pembuatan kebijakan dan pengambilan keputusan, agar kebijakan publik yang diambil bisa efektif dan tepat sasaran. Kebutuhan atas data tidak hanya merupakan kebutuhan para birokrat, tetapi juga elemen masyarakat luas maupun para pelaku pasar. Para pengguna data menginginkan agar data bisa disediakan lebih cepat (faster), lebih murah (cheaper), lebih mudah diperoleh (easier), dan lebih berkualitas (better) dan juga relevan dengan kondisi faktual.

Institusi yang bertugas menyediakan data bagi pemerintah dan masyarakat di Indonesia adalah Badan Pusat Statistik (BPS) sesuai amanat UU Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik. Data dalam bentuk informasi statistik yang dihasilkan BPS digunakan sebagai bahan rujukan untuk menyusun perencanaan, melakukan evaluasi, membuat keputusan, dan memformulasikan kebijakan.

Produksi data BPS dilakukan dengan mengumpulkan berbagai ragam data, menyelenggarakan sensus, survei, dan kompilasi produk administrasi. Publikasi kepada publik dilakukan dengan cara seperti membuat press release dan mengadakan jumpa pers dengan awak media massa, membuat publikasi regular (dalam bentuk cetakan dan softcopy), melakukan sosialisasi dan seminar, dan mengunggah data ke website BPS dengan alamat http://www.bps.go.id. Meskipun demikian, kualitas data yang dihasilkan BPS sering menjadi perdebatan seperti adanya kritik bahwa data BPS tidak mencerminkan realitas sesungguhnya. Adanya perdebatan tentang kualitas data yang dihasilkan mendorong BPS untuk melaksanakan berbagai upaya perbaikan diantara disiplin dan kinerja aparatur, redefenisi visi-misi, penataan nilai-nilai inti, membangun sistem informasi, pembuatan Renstra, IKU dan LAKIP secara bertahap sejak tahun 2001 secara nasional (BPS, 2011).

Cita-cita pembaharuan dan perubahan sistem penyelenggaraan kegiatan statistik telah mendorong BPS sebagai institusi data melakukan reformasi birokrasi yang dilakukan dengan tujuan untuk membangun profil dan perilaku aparatur yang profesional, berintegritas dalam memberikan pelayanan. Tujuan utama reformasi birokrasi adalah agar BPS semakin efektif dan efisien dalam melayani publik. Reformasi birokrasi merupakan salah satu langkah awal untuk melakukan penataan terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan yang baik, efektif dan efisien, sehingga dapat melayani masyarakat secara cepat, tepat, dan profesional.

Selain upaya perbaikan yang sudah dilakukan BPS sebagai bagian dari reformasi birokrasi, berbagai agenda perubahan telah direncanakan oleh BPS. Agenda perubahan ini mencakup pelbagai sektor antara lain : Penataan dan Penguatan Organisasi, Penataan Peraturan Perundang-undangan, Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur, Penataan Tatalaksana, Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik, Penguatan Pengawasan, Penguatan Akuntabilitas Kinerja, Manajemen Perubahan, Monitoring dan Evaluasi.

(8)

Pelayanan publik merupakan salah satu agenda perubahan dimana konsep pelayanan BPS merujuk pada konsep pelayanan prima selaras dengan Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Guna terus menjaga dan memperbaiki kualitas pelayanan, BPS merasa perlu untuk melakukan evaluasi secara berkala dan berkesinambungan agar dapat melaksanakan tugas dan perannya secara maksimal.

Dalam konteks reformasi birokrasi, pada tahun 2005 BPS menyelenggarakan Survei Kebutuhan Data (SKD) yang dirancang untuk mengidentifikasi ketersediaan dan kesesuaian data serta kepuasan pengguna data terhadap pelayanan BPS dan dilanjutkan pada tahun 2008 hingga 2015. Selain itu survei kepuasan konsumen dilakukan oleh BPS untuk menilai persepsi masyarakat terhadap kualitas pelayanan dan persepsi masyarakat terhadap perilaku anti korupsi di BPS yang dilakukan oleh pihak eksternal BPS guna menjamin independensi hasil survei.

Survei kepuasan konsumen BPS didasarkan pada Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MenPAN-RB) No.4/M.PAN-RB/03/2012 tentang Pelaksanaan Survei Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) pada Seluruh Unit Penyelenggara Pelayanan Publik. Sementara, penyusunan indeks kepuasan konsumen berdasarkan Permenpan-RB No. 16 Tahun 2014 tentang Pedoman Survei Kepuasan Masyarakat terhadap Pelayanan Publik. Perpres No.55 tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (Stranas PPK) menjadi pedoman BPS untuk melakukan penilaian terhadap persepsi anti korupsi.

1.2 Tujuan dan Manfaat Survei

Penyelenggaraan survei kepuasan konsumen BPS bertujuan untuk mendapatkan gambaran objektif terhadap kualitas data dan pelayanan BPS serta untuk mengetahui persepsi masyarakat tentang perilaku antikorupsi di BPS. Adapun tujuan penyelenggaraan kegiatan Survei Kepuasan Konsumen adalah memberikan gambaran dan analisis tentang segmentasi pengguna data, kulitas data, dan tingkat kepuasan serta rekomendasi terhadap :

a. Jenis dan kualitas data dan informasi statistik b. Variabel pelayanan yang perlu ditingkatkan c. Perilaku anti korupsi yang perlu ditingkatkan d. Aksi tindak lanjut terhadap hasil survei 1.3 Landasan Teori

1.3.1 Kepuasan Konsumen

Kepuasan konsumen merupakan konsep penting dalam literatur perilaku konsumen dan strategi pemasaran, yang digunakan secara luas sebagai salah satu indikator kunci dalam penilaian kinerja perusahaan/organisasi, dalam rangka memperbaiki kualitas barang atau jasa, dan mempertahankan loyalitas pelanggan (Rego, Morgan, dan Fornell, 2013; Turkyilmaz, Oztekin, Zaim, dan Demirel, 2013). Jhonsonn dan Fornell (1991); Anderson, Fornell, dan Rust (1997) mendefinisikan bahwa kepuasan konsumen sebagai evaluasi secara menyeluruh oleh konsumen atas kinerja yang telah ditawarkan perusahaan.

Hoyer dan MacInnis (2010) menjelaskan bahwa pada dasarnya kebanyakan penelitian mengenai kepuasan dan ketidakpuasan konsumen difokuskan pada dimensi utilitarian dimana konsumen mengevaluasi apakah barang atau jasa telah berfungsi dengan baik atau tidak, demikian pula dengan dimensi hedonis, apakah produk atau jasa telah memberi mereka kesenangan, kegembiraan, atau sebaliknya.

(9)

Sehingga, dalam pemahaman Hoyer dan MacInnis (2010), kepuasan konsumen merupakan perbandingan secara sadar yang dilakukan oleh konsumen terhadap apa yang mereka pikirkan terjadi (harapkan) dan kinerja aktual. Kepuasan konsumen terjadi ketika konsumen memperoleh evaluasi positif atas keputusan mereka menggunakan produk atau jasa. Berdasarkan definisi tersebut, setidaknya terdapat dua unsur penting yakni harapan (expectation) dan kinerja (performance) atau kualitas produk atau layanan. Turkyilmaz et al. (2013) menggambarkan bahwa harapan konsumen merepresentasi pengalaman konsumsi sebelumya dalam mengkonsumsi barang dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan dan perkiraan mengenai kualitas yang akan diperoleh di masa mendatang (penggunaan berikutnya). Sedangkan Hoyer dan MacInnis (2010) mengatakan bahwa harapan merupakan keyakinan mengenai bagaimana suatu produk atau jasa berkinerja.

Kinerja (kualitas produk/layanan) dianggap sebagai pengukuran kemampuan suatu produk/layanan memenuhi kebutuhan konsumen. Kinerja dapat berupa kinerja objektif yang didasarkan pada kinerja aktual, yang mana terdapat penilaian yang relatif konstan antar konsumen; dan kinerja subjektif yang didasarkan pada perasaan, yang relatif bervariasi antar konsumen. Jika kinerja suatu produk atau layanan dianggap baik dan sesuai atau melebihi apa yang diharapkan, maka terjadi diskonfirmasi positif atau konfirmasi sehingga kondisi tersebut mengarah pada kepuasan. Sebaliknya, terjadi diskonfirmasi negatif, maka kondisi tersebut mengarah pada ketidakpuasan.

1.3.2 Kualitas Layanan dan Kepuasan Konsumen

Konsep kepuasan konsumen umumnya dipahami dari sudut pandang teori keadilan (equity theory) yang fokus pada sifat dasar dari suatu pertukaran antara persepsi terhadap input dan output. Indikator input dari suatu proses konsumsi produk ataupun layanan antara lain pencarian informasi, usaha pembuatan keputusan, dan uang dikeluarkan untuk mendapatkan produk atau layanan. Sedangkan indikator output meliputi kualitas yang diharapkan. Sehingga, dalam konteks jasa, maka kualitas layanan digunakan sebagai alat ukur kepuasan. Kotler dan Keller (2012) menganggap bahwa kualitas jasa yang diberikan perusahaan akan selalu diuji pada setiap pertemuan konsumen dengan jasa yang ditawarkan. Ini menunjukkan bahwa kualitas jasa, tidak hanya diukur berdasarkan kualitas teknis, tetapi dapat diukur berdasarkan persepsi konsumen terhadap kualitas jasa tersebut. Kualitas memberikan suatu dorongan kepada pelanggan untuk menjalin ikatan hubungan yang kuat dengan perusahaan/organisasi. Dalam jangka panjang ikatan seperti itu memungkinkan perusahaan untuk memahami dengan seksama harapan pelanggan serta kebutuhan mereka.

Pengukuran kualitas layanan dengan menggunakan dimensi service quality (SERVQUAL) yang dikembangkan Parasuraman et al. (1985a, 1985b, 1988) telah diterima secara luas untuk mengukur kualitas layanan yang mana membandingkan antara persepsi konsumen mengenai harapan mereka terhadap layanan dan kinerja aktual yang mereka rasakan. Parasuraman et al. (1988) menyatakan bahwa ukuran kualitas jasa yang diterima adalah tingkat perbandingan dari apa yang konsumen harapkan dengan apa yang diterima, sedangkan ukuran kepuasan adalah evaluasi konsumen terhadap layanan yang diterima. Persepsi terhadap kualitas jasa merefleksikan evaluasi konsumen terhadap jasa yang mereka rasakan pada saat tertentu. Mereka mengembangkan SERVQUAL dengan menyusun kembali sepuluh faktor yang menentukan kualitas layanan menjadi lima dimensi yang mencerminkan hal-hal penting dalam memahami kualitas layanan. Kelima dimensi yang

(10)

dimaksud adalah :

1. Tangibility (bentuk fisik): merupakan dimensi kualitas layanan yang memberi perhatian pada fasilitas fisik, peralatan, penampilan personil, material yang dapat dirasakan dengan lima indera manusia.

2. Reliability (keandalan): dimensi kualitas layanan menekankan kemampuan perusahaan dalam melaksanakan jasa pelayanan dalam cara yang aman dan efisien, yang terlihat pada konsistensi kinerja, bebas pengaduan, dan dipercaya. Intinya adalah perusahaan memiliki kemampuan menepati janjinya.

3. Responsiveness (daya tanggap): mengacu pada kemampuan penyedia layanan dalam membantu dan memberikan perhatian kepada pelanggan dengan tanggapan yang cepat dan tepat.

4. Assurance (jaminan): dimensi kualitas layanan ini diidentifikasi sebagai pengetahuan dan keramahtamahan para personil dan kemampuan mereka menciptakan opini untuk dapat dipercaya pelanggan.

5. Empathy (empati): mengacu pada kemampuan penyedia layanan dalam memberikan perhatian dan peduli secara mendalam kepada pelanggan, yang terlihat pada kemampuan untuk mendemonstrasikan perhatian secara personal kepada pelanggan. Empati meliputi aksesibilitas sensitivitas, dan usaha dari penyedia layanan dalam memahami kebutuhan pengguna layanan.

1.4. Metodologi

Metodologi penelitian dibagi atas dua bagian : (1) Metode Pengumpulan Data, dan (2) Metode Analisis.

1.4.1 Metodologi Pengumpulan Data

Pengumpulan data ini mencakup konsumen pengguna data BPS Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Pengumpulan data Survei Kepuasan Konsumen 2015 untuk konsumen pengguna data BPS Provinsi NTT dilakukan pada Minggu pertama dan kedua Oktober 2015.

Pengumpulan data terkait pengguna data BPS Provinsi NTT dilakukan dengan metode survei. Para responden dipilih berdasarkan data yang didapat dari BPS Provinsi NTT sebanyak 40 responden.

Jumlah sampel untuk Kabupaten Provinsi NTT dibagi dalam komposisi berikut :

 Instansi Pemerintah : 60%

 Instansi Swasta : 10%

 Lembaga Pendidikan dan Penelitian: 10%

Lainnya : 20%

1.4.2 Metode Analisis

a) Importance-Performance Analysis (IPA) dan Gap Analysis

Importance-Performance Analysis (IPA) dan Gap Analysis merupakan suatu metode pengukuran untuk mengetahui kesenjangan (gap) antara kinerja suatu variabel dengan harapan konsumen terhadap variabel tersebut. Gap Analysis itu sendiri merupakan bagian dari metode IPA (Importance-Peformance Analysis).

(11)

Importance-Performance Analysis (Analisis Kepentingan-Kinerja) adalah suatu metode statistik bercorak deskriptif. Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh John A. Martilla dan John C. James tahun 1977 lewat karya mereka yang dimuat dalam Journal of Marketing berjudul Importance-Performance Analysis. Metode ini digunakan untuk memetakan hubungan antara kepentingan dengan kinerja dari masing-masing atribut yang ditawarkan dan kesenjangan antara kinerja dengan harapan dari atribut-atribut tersebut.

IPA mempunyai fungsi utama untuk menampilkan informasi tentang faktor-faktor pelayanan yang menurut konsumen sangat mempengaruhi kepuasan dan loyalitasnya, dan faktor-faktor pelayanan yang menurut konsumen perlu diperbaiki.

Gap (+) positif akan diperoleh apabila skor persepsi lebih besar dari skor harapan, sedangkan apabila skor harapan lebih besar daripada skor persepsi akan diperoleh gap (-) negatif. Semakin tinggi skor harapan dan semakin rendah skor persepsi, berarti gap semakin besar. Apabila total gap positif maka pelanggan dianggap sangat puas terhadap pelayanan perusahaan tersebut. Sebaliknya bila tidak, gap adalah negatif, maka pelanggan kurang/tidak puas terhadap pelayanan. Semakin kecil gapnya semakin baik. Biasanya perusahaan dengan tingkat pelayanan yang baik, akan mempunyai gap yang semakin kecil (Irawan, 2002).

Importance-Performance Analysis menggunakan Diagram Cartesius untuk menganalisis kepuasan layanan. Diagram Cartesius merupakan suatu bangun dibagi atas empat bagian yang dibatasi oleh dua buah garis yang berpotongan tegak lurus pada titik (X, Y) dimana X merupakan rata-rata tingkat pelaksanaan atau kepuasan pelanggan seluruh faktor atau atribut dan Y adalah rata-rata dari skor rata-rata tingkat kepentingan atau harapan seluruh faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan. Diagram Cartesius terbagi menjadi empat kuadran.

Langkah pertama untuk analisis kuadran dalam Diagram Cartesius adalah menghitung rata-rata penilaian kepentingan/harapan dan kinerja untuk setiap atribut/pernyataan dengan rumus :

dan Dimana:

Nilai rata-rata kinerja atribut Nilai rata-rata kepantingan atribut Jumlah atribut

Nilai ini memotong tegak lurus pada sumbu horisontal, yakni sumbu yang mencerminkan atribut/pernyataan kinerja (X) sedangkan nilai memotong tegak lurus pada sumbu vertikal, yakni sumbu yang mencerminkan atribut/pernyataan kepentingan/harapan, setelah diperoleh bobot kinerja dan kepentingan atribut/pernyataan serta nilai rata-rata kinerja dan kepentingan atribut/pernyataan, kemudian nilai-nilai tersebut diplotkan ke dalam Diagram Cartesius seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.

(12)

Gambar 1. Diagram Cartesius Diagram di atas terdiri atas empat kuadran (Supranto, 2001):

Kuadran A (Prioritas Utama)

Kuadran ini memuat atribut-atribut/pernyataan yang dianggap penting oleh pengunjung tetapi pada kenyataannya atribut-atribut/pernyataan tersebut belum sesuai dengan harapan pelanggan. Tingkat kinerja dari atribut/pernyataan tersebut lebih rendah daripada tingkat harapan pelanggan terhadap atribut/pernyataan tersebut. Atribut-atribut/pernyataan yang terdapat dalam kuadran ini harus lebih ditingkatkan lagi kinerjanya agar dapat memuaskan pelanggan.

Kuadran B (Prioritas Utama Susulan)

Atribut/pernyataan yang terdapat dalam kuadran merupakan prioritas utama, tetapi ‘dianggap kurang penting oleh pelanggan’ dan pada kenyataannya kinerja dianggap ‘tidak terlalu istimewa/biasa saja oleh pelanggan’. Atribut-atribut/pernyataan yang terdapat dalam kuadran ini memiliki tingkat kepentingan/harapan yang rendah dan kinerja juga dinilai kurang baik oleh pelanggan. Perbaikan terhadap atribut/pernyataan yang masuk dalam kuadran ini perlu dipertimbangkan kembali dengan melihat atribut/pernyataan yang mempunyai pengaruh terhadap manfaat yang dirasakan oleh pelanggan itu besar atau kecil dan juga untuk mencegah atribut/pernyataan tersebut bergeser ke kuadran A yang tergolong sebagai prioritas utama.

Kuadran C (Pertahankan Prestasi)

Atribut-atribut/pernyataan ini memiliki tingkat harapan dan kinerja yang tinggi. Hal ini menunjukan bahwa atribut/pernyataan tersebut penting dan memiliki kinerja yang tinggi, dan wajib dipertahankan untuk waktu selanjutnya karena dianggap sangat penting/diharapkan dan hasilnya sangat memuaskan oleh para pengguna jasa.

Kuadran D (Berlebihan, Melampaui Harapan)

Kuadran ini atribut-atribut/pernyataan memiliki tingkat harapan rendah menurut pelanggan akan tetapi memiliki kinerja yang baik, sehingga dianggap berlebihan atau telah melampaui harapan pelanggan. Di sisi yang lain atribut/pernyataan yang tergolong dalam Kuadran D

(13)

dinilai berlebihan dalam pelaksanaannya oleh pengguna jasa, hal ini dikarenakan pelanggan menganggap tidak terlalu penting/kurang diharapkan, akan tetapi pelaksanaanya dilakukan dengan baik sekali.

b) Indeks Kualitas Data

Formula Indeks Kualitas Data fleksibel yang artinya dapat digunakan untuk mengukur indeks dari kualitas layanan konsumen, kualitas data, dan indeks anti korupsi. (Analisis Hasil Survei Kebutuhan Data, 2014)

rata-rata harapan rata-rata kinerja

Bobot penimbang/weighting factor

Penimbang faktor ke-i :

Indeks Kualitas Data (IKD) :

x

(14)

BAB 2

SEGMENTASI PENGGUNA DATA

2.1. Segmentasi Penggunaan Data Menurut Tingkat Pendidikan

Berdasarkan pendidikan terakhir yang ditamatkan terlihat bahwa persentase terbesar pengguna data BPS satu tahun terakhir di Provinsi NTT adalah lulusan D4/S1 yaitu sebesar 42,5%, kemudian disusul oleh lulusan S2/S3 yaitu sebesar 40%, lulusan SLTA kebawah sebesar 12,5% dan yang paling minim adalah lulusan D1/D2/D3 sebesar 5%.

Tabel 2.1

Persentase Pengguna Data Tahun 2015 Menurut Pendidikan Terakhir

SLTA

Kebawah D1/D2/D3 D4/S1 S2/S3 TOTAL

Jumlah 5 2 17 16 40

Persentase 12.5 5 42.5 40 100

Gambar 2.1 Persentase Pengguna Data Tahun 2015 Menurut Pendidikan Terakhir

2.2. Segmentasi Pengguna Data Menurut Instansi/Institusi Tempat Bekerja/Beraktivitas Tahun 2015

Berdasarkan Tabel 2.2 dapat diperhatikan bahwa pengguna data terbesar menurut Instansi/Institusi Tempat Bekerja/Beraktivitas responden di Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah SKPD (37%) kemudian disusul oleh Kementerian/Lembaga Pemerintahan (22,5%) dan Perusahaan Swasta sebesar 0%. Hal ini memperlihatkan bahwa kebutuhan Data BPS sangat diperlukan oleh Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) untuk berbagai kebutuhan.

(15)

Tabel 2.2

Persentase Pengguna Data Tahun 2015 Menurut Instansi

Pekerjaan Utama Jumlah Persentase

Kementerian/ Lembaga Pemerintahan 9 22.5

SKPD 15 37.5

Lembaga Pendidikan dan Penelitian 7 17.5

Media Massa 2 5

Perbankan 1 2.5

Perusahaan Swasta*

Lainnya 6 15

Jumlah 40 100

*)Tidak ada Perusahaan Swasta yang menggunakan data BPS

2.3 Segmentasi Pengguna Data Menurut Fasilitas Komunikasi Utama yang Digunakan Tahun 2015

Berdasarkan Tabel 2.3 dapat diperhatikan bahwa responden di Provinsi Nusa Tenggara Timur cenderung datang langsung ke kantor BPS untuk memperoleh data. Hal ini ditunjukkan dengan komposisi sebagai berikut 45% responden menyatakan datang langsung ke kantor, kemudian 42,5% responden menggunakan website sebagai media komunikasi. Penggunaan data yang menggunakan fasilitas E-mail sebesar 7,5%, surat dan fasilitas lainnya masing-masing sebesar 2,5%. Fasilitas komunikasi yang tidak digunakan sama sekali oleh responden adalah telepon.

Tabel 2.3 Pengguna Data Menurut Fasilitas Komunikasi Utama yang Digunakan

Website Email Surat Telepon*

Datang

Langsung Lainnya TOTAL

Jumlah 17 3 1 18 1 40

Persentase 42.5 7.5 2.5 45 2.5 100

*)Tidak ada Responden yang menggunakan telepon sebagai media komunikasi 2.4 Segmentasi Pengguna Data Menurut Kegunaan Data Tahun 2015

Berdasakan Tabel 2.4 dapat diperhatikan bahwa responden di Provinsi Nusa Tenggara Timur cenderung menggunakan data BPS untuk keperluan perencanaan sebesar 37,5%; yang sebagian besar (22,5% dari 37,5%) digunakan oleh responden dari SKPD dijelaskan dalam Tabel 2.5. Kemudian untuk kegunaan Penelitian (27,5%), Monitoring dan Evaluasi (15%), Penyebaran Informasi/Jurnalistik (12,5%), Skripsi/Tesis/Disertasi (7,5%).

Tabel 2.4 Persentase Pengguna Data Tahun 2015 Menurut Kegunaan Data

Kegunaan Data Jumlah Persentase

Tugas Sekolah/Kuliah*

Skripsi/Tesis/Disertasi 3 7.5

Penelitian 11 27.5

Perencanaan 15 37.5

Monitoring dan Evaluasi 6 15

Penyebaran Informasi/Jurnalistik 5 12.5

Total 40 100

(16)

Tabel 2.5 Persentase Pengguna Data Tahun 2015 Menurut Kegunaan Data Utama dan Tempat Beraktivitas Responden No Tempat Beraktivitas Responden

Tujuan Kegunaan Data Utama (Jumlah)

Total Tugas Sekolah /Kuliah Skripsi/ Tesis/ Disertasi Penelitian Perencanaan Monitoring dan Evaluasi Penyebaran informasi/ jurnalistik 1 Kementerian/ Lem-baga Pemerintahan 0 0 2.5 10 7.5 2.5 22.5 2 SKPD 0 2.5 2.5 22.5 5 5 37.5 3 Lembaga

Pendidi-kan dan Penelitian 0 2.5 12.5 0 2.5 0 17.5

4 Media Massa 0 0 0 0 0 5 5 5 Perbankan 0 0 2.5 0 0 0 2.5 6 Perusahaan Swasta* 0 0 0 0 0 0 0 7 Lainnya 0 2.5 7.5 5 0 0 15 Jumlah 0 7.5 27.5 37.5 15 12.5 100

*)Tidak ada responden dari Perusahaan swasta

Berdasarkan Tabel 2.5 data BPS digunakan oleh kementerian/lembaga pemerintahan sebagian besar untuk perencanaan (10% dari 22,5%), kemudian digunakam untuk monitoring dan evaluasi. SKPD sering menggunakan data untuk perencanaan, kemudian untuk monitoring dan evaluasi, penyebaran informasi/jurnalistik. Lembaga Pendidikan dan Penelitian sering menggunakan data BPS untuk penelitian.

2.5 Persentase Pengguna Data Menurut Jenis Layanan yang Digunakan

BPS menyediakan 6 jenis layanan yang dapat diakses oleh pengguna untuk memperoleh data. Berdasarkan Tabel 2.6 dapat dilihat bahwa 30,1% pengguna data cenderung menggunakan jenis layanan berupa layanan data mikro/peta digital/softcopy publikasi, kemudian layanan perpustakaan tercetak sebesar 27,4% dan Layanan Penjualan buku yang belum digunakan oleh responden di Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Tabel 2.6 Persentase Orang - Data Menurut Jenis Layanan yang Digunakan

Jenis Layanan yang Digunakan Persentase

Layanan Perpustakaan Tercetak 27.4

Layanan Perpustakaan Digital 17.8

Layanan Penjualan Buku*

Layanan Data Mikro/Peta Digital/softcopy Publikasi 30.1 Layanan Konsultasi dan Rekomendasi Kegiatan Statistik 8.2

Layanan Konsultasi Penggunaan Data 16.4

Total 100.0

(17)

2.6 Data BPS Sebagai Rujukan Utama

2.6.1 Data BPS Sebagai Rujukan Utama Menurut Tempat Beraktivitas

Pada Gambar 2.2 menunjukkan 84,62% pengguna data Provinsi NTT menggunakan data BPS sebagai rujukan utama. Responden yang menjawab “Tidak” sebesar 15,38%. Kemudian pa-da Gambar 2.3 ditunjukkan bahwa 36.36% pengguna pa-data pa-dari SKPD menggunakan pa-data BPS sebagai Rujukan Utama. Selanjutnya disusul oleh Kementerian 24,24%, lembaga pendidikan dan penelitian, lainnya seperti LSM, freelance dan wiraswasta masing-masing 15,15%, Media Massa 6,06% dan perbankan 3,03%.

Gambar 2.2 Persentase Pengguna Data BPS yang Menggunakan Data BPS sebagai Rujukan Utama

Gambar 2.3 Persentase Responden yang Menggunakan Data BPS sebagai Rujukan Utama Menurut Tempat Beraktivitas

(18)

2.6.2 Data BPS sebagai Rujukan Utama Menurut Pendidikan dan Tujuan Utama Mengakses Layanan BPS

Berdasarkan Gambar 2.4 dapat diketahui bahwa 42,4% pengguna data lulusan D4/S1 menggunakan data BPS sebagai rujukan utama kemudian lulusan S2/S3: 39,4%, SLTA kebawah: 12,1%, dan terakhir D1/D2/D3 6,1%.

Gambar 2.5 menunjukkan bahwa data BPS sebagai rujukan utama yang digunakan untuk perencanaan 39,4%. Perencanaan sebagian besar dilakukan oleh SKPD. Hal ini telah dibahas pada bagian 2.5. Kemudian penggunaan untuk penelitian 33,3%, penyebaran informasi/jurnalistik sebesar 12,1%, monitoring dan evaluasi 9,1% dan skripsi/tesis/disertasi 6,1%.

Gambar 2.4 Persentase Responden yang Menggunakan Data BPS sebagai Rujukan Utama menurut Pendidikan

Gambar 2.5 Persentase Penggunaan Data BPS sebagai Rujukan Utama menurut Tujuan Utama Mengakses Layanan BPS

(19)

BAB 3

ANALISIS KEBUTUHAN DATA

3.1 Ragam Data yang Dicari

Data-data yang disediakan oleh BPS dikelompokkan menjadi 5 kelompok data. Kelompok data yang juga disebut Ragam Data adalah Statistik Sosial, Statistik Produksi, Statistik Distribusi dan Jasa, Neraca dan Analisis Statistik, dan Metodologi Statistik. Dari Tabel 3.1 dapat diketahui bahwa Ragam Data yang paling sering digunakan adalah Statistik Sosial, dengan besaran persentase 46,7%. Kemudian disusul oleh Statistik Produksi (10,96%) dan Metodologi Statistik (16,44%) pada urutan tiga terbesar.

Tabel 3.1 Persentase Orang—Data Menurut Ragam Data Tahun 2015 Kelompok Data Jumlah Persentase

Stat. Sosial 56 46.7

Stat. Produksi 32 26.7

Metodologi Statistik 14 11.7

Neraca dan Analisis Statistik 10 8.3

Stat. Distribusi dan Jasa 8 6.7

Jumlah 120 100

Gambar 3.1 Diagram Persentase Orang—Data Menurut Ragam Data Tahun 2015

Gambar 3.1 menunjukkan sebaran orang–data menurut ragam data yang digunakan. Gambar tersebut menjelaskan bahwa ragam data Statistik Sosial lebih banyak dicari oleh responden yaitu sebesar 46%, sedangkan ragam data yang paling sedikit dicari adalah Statistik Distribusi dan Jasa sebesar 7%.

(20)

3.2 Periode Data yang Cenderung Digunakan

Pada bagian ini akan dibahas mengenai periode data yang sering digunakan responden di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Ada 8 periode data yang telah dikelompokkan oleh BPS yaitu: sepuluh tahunan, lima tahunan, tiga tahunan, tahunan, semesteran, triwulan, bulanan dan lainnya.

Gambar 3.2 menunjukkan sebaran orang–data dengan periode data tertentu yang sangat bervariasi. Gambar tersebut menunjukkan bahwa periode data tahunan paling banyak diminati responden yaitu sebesar 77%, kemudian periode data sepuluh tahunan dan lainnya belum ada responden yang memilih, sehingga persentasenya hanya bernilai nol (0).

Gambar 3.2 Persentase Orang – Data Menurut Periode Data Tahun 2015

Dari Tabel 3.2 dapat dilihat bahwa pada periode data tahunan ragam data yang paling banyak diperlukan adalah ragam data sosial sebesar 85,71%, kemudian disusul oleh ragam data Produksi dengan periode data tahunan sebesar 68,75% dan ragam data Distribusi dan Jasa adalah data yang paling sedikit dicari dalam periode tahunan (50%).

Tabel 3.2 Persentase Orang – Data Menurut Ragam Data dan Periode Data Tahun 2015

Kelompok Data Periode Data Jumlah Sepuluh Tahunan Lima Tahunan Tiga

Tahunan Tahunan Semesteran Triwulan Bulanan Lainnya

Stat. Sosial 0 8.93 3.57 85.71 0.00 1.79 0.00 0.00 100.00 Stat. Produksi 0 21.88 0.00 68.75 9.38 0.00 0.00 0.00 100.00 Stat. Distribusi dan Jasa 0 12.50 0.00 50.00 0.00 0.00 37.50 0.00 100.00 Neraca dan Analisis Statistik 0 20.00 0.00 60.00 0.00 10.00 10.00 0.00 100.00 Metodologi Statistik 0 7.14 7.14 85.71 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00 Total 0 13.33 2.50 76.67 2.50 1.67 3.33 0.00 100.00

(21)

3.3. Jenis Data yang Paling Banyak Dicari

Tabel 3.3 menunjukkan bahwa jenis data yang paling banyak dicari oleh responden di Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah jenis data Kependudukan sebanyak 18 data. Jenis data selanjutnya yang dicari adalah Pendidikan, Kesehatan dan KB, serta Peternakan dengan masing-masing berjumlah 10 data. Jenis data yang paling sedikit dalam Tabel 3.3 adalah kemiskinan dan Perbandingan Antar Provinsi.

Tabel 3.3 Lima Besar Jenis Data yang Paling Banyak Dicari Menurut Perolehan Tahun 2015

Rank Jenis Data Data Persentase

1 Kependudukan 18 15.00 2 Pendidikan 10 8.33 Peternakan 10 8.33 Kesehatan dan KB 10 8.33 3 Tanaman Pangan 8 6.67 4 Keadaan Geografi 7 5.83 Kehutanan 7 5.83 Wilayah Administrasi 10 8.33 5 Kemiskinan 6 5.00

Perbandingan Antar Provinsi 6 5.00

3.4 Jenis Data yang Paling Banyak Dicari Menurut Ragam Data

Tabel 3.4 menyajikan dua jenis data yang paling banyak dicari pada masing-masing kelompok data/ragam data. Pada Kelompok data sosial, jenis data yang paling banyak dicari adalah Kependudukan sebanyak 18 data. Jenis data yang paling banyak dicari pada kelompok data Produksi yaitu Peternakan sebanyak 10 data. Inflasi dan Harga adalah jenis data yang paling banyak dicari pada kelompok data distribusi 4 data, Jenis data pada kelompok Neraca dan Analisis Statistik yaitu Perbandingan Antar Provinsi berjumlah 6 data dan 10 jenis data Wilayah Administrasi dari kelompok Metodologi Statistik.

Tabel 3.4 Dua Jenis Data yang Paling Banyak Dicari Menurut Ragam Data

Kelompok Data Jenis Data Jumlah Data Persentase

Stat. Sosial

Kependudukan 18 15.0

Pendidikan 10 8.3

Kesehatan dan KB 10 8.3

Stat. Produksi Peternakan 10 8.3

Tanaman Pangan 8 6.7

Stat. Distribusi dan Jasa

Inflasi dan Harga 4 3.3

Transportasi 3 2.5

Keuangan Daerah 3 2.5

Pariwisata 3 2.5

Neraca dan Analisis Statistik PDRB 5 4.2

Perbandingan Antar Provinsi 6 5.0

Metodologi Statistik Keadaan Geografi 7 5.8

(22)

BAB 4

ANALISIS KEPUASAN LAYANAN

4.1 Analisis Kepuasan Pengguna Data Terhadap Kualitas Layanan BPS Provinsi NTT

4.1.1 Analisis Kepuasan Pengguna Data Terhadap Pelayanan BPS Provinsi NTT Berdasarkan Kuadran Cartesius

Kepuasan pengguna data merupakan evaluasi terhadap kinerja BPS sebagai pemberi jasa. Kepuasan pelayanan data hanya dapat dinilai berdasarkan pengalaman yang pernah dialami responden saat proses pemberian layanan. Analisis ini memiliki nilai kepuasan dan nilai harapan. Perbedaan antara harapan dan penilaian pengguna data terhadap kinerja pelayanan BPS dapat terjadi karena adanya kesenjangan atau gap antara harapan pengguna data dan kenyataan pelayanan yang diterima. Kesenjangan tersebut muncul sebagai akibat tidak terpenuhinya harapan pengguna data.

Menurut Kotler dalam Samuel (2005), kepuasan merupakan perasaan senang atau kecewa dengan seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap kinerja suatu produk dan harapan-harapannya. Apabila kinerja lebih kecil dari harapan maka pengguna data merasa kurang puas terhadap layanan BPS dalam menyediakan data yang dibutuhkan. Apabila kinerja sama dengan harapan maka pengguna data akan merasa puas terhadap pelayanan BPS. Sedangkan jika kinerja lebih besar dari harapan maka pengguna data akan merasa sangat puas terhadap pelayanan BPS.

Penelitian ini memiliki 24 variabel yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja BPS sebagai penyedia data. Kepuasan pengguna data dapat dilihat pada Gambar 4.1, yang menunjukkan nilai rata-rata dari kinerja dan harapan tiap variabel yang digunakan. Grafik Radar (Gambar 4.1) menunjukkan jarak garis merah (harapan/kepentingan) dan garis biru (kinerja). Jarak tersebut adalah kesenjangan atau gap–nilai gap, dapat dilihat pada Gambar 4.3. Semakin kecil nilai gap maka kinerja pelayanan BPS semakin bagus atau mendekati harapan pengguna data. Terlihat jelas bahwa variabel 15 memiliki nilai gap/kesenjangan yang sangat kecil artinya kinerja BPS dalam menyediakan “Ruang pelayanan yang nyaman bagi konsumen” sudah bagus karena hampir mendekati harapan pengguna data.

Nilai gap yang paling besar adalah variabel 19 artinya mengenai penindaklanjutan saran/ pengaduan/masukan para pengguna data yang belum diperhatikan oleh BPS. Jika dilihat dari rata-rata, maka dapat dilihat bahwa seluruh kinerja tiap variabel lebih kecil dari harapan tiap varibel. Penjelasan lebih jelas mengenai urutan pelayananan yang harus diprioritaskan oleh BPS dapat dilihat pada hasil analisis kepentingan kerja (IPA) – Kuadran Cartesius (Gambar 4.2). Variabel-variabel pelayanan yang digunakan untuk mengukur kepuasan pengguna data dipetakan dalam empat kuadran yaitu kuadran A, B, C dan D seperti pada Gambar 4.2.

(23)

Gambar 4.1 Kepuasan Pengguna Data Terhadap Pelayanan BPS Provinsi NTT Tahun 2015 Gambar 4.2 menunjukkan BPS dapat menentukan proritas perbaikan. Variabel-variabel dalam kuadran A menjadi proiritas utama perbaikan karena unit layanan BPS belum dapat melayani pengguna data sesuai dengan keinginan pengguna data. Variabel yang berada di Kuadran B harus dipertahankan karena kinerja yang telah dilakukan oleh unit pelayanan BPS sudah berhasil memenuhi keinginan pengguna data.

Gambar 4.2. Rata-Rata Kinerja, Rata-Rata Harapan dan Nilai Gap Setiap Variabel

Variabel yang berada pada kuadran C menjadi prioritas kedua karena unit pelayanan BPS melayani secara biasa-biasa saja dan pengguna data menganggap variabel tersebut kurang penting, sedangkan variabel-variabel pada kuadran D merupakan pelayanan yang berlebihan karena pelayanan yang dilakukan oleh unit pelayanan BPS melebihi keinginan pengguna data.

Selain letak variabel-variabel pada setiap kuadran–Diagram Cartesius (Gambar 4.2 dan Lampiran 1), prioritas perbaikan dapat ditentukan berdasarkan besaran nilai gap. Semakin besar nilai gap maka semakin penting variabel tersebut diperbaiki. Ada 2 variabel pada

(24)

sudah diurutkan dari yang nilai gap paling besar sampai paling kecil pada Tabel 4.1 - Tabel 4.3.

Tabel 4.1 Daftar Variabel yang Menjadi Prioritas Perbaikan

Rank Variabel

1 Persyaratan pelayanan terpublikasi 2 Sarana Pendukung Tersedia 3 Pengaduan ditindaklanjuti

4 Jumlah petugas pelayanan memadai 5 Biaya diinformasikan dengan jelas 6 Informasi prosedur terpublikasi 7 Pelayanan selesai sesuai target 8 Target waktu selesai terpublikasi 9 Tersedia sarana pengaduan 10 Layanan seusai maklumat

(25)

Tabel 4.2 Daftar Variabel yang Harus Dipertahankan Kinerjanya

Rank Variabel

1 Data Mudah dan Cepat didownload 2 Data Web Mudah ditemukan 3 Website mudah diakses 4 Fitur Web Lengkap dan mudah 5 Petugas memberi solusi 6 Bahasa web mudah dipahami 7 Persyaratan mudah dipenuhi 8 Waktu pelayanan sesuai 9 Waktu pelayanan terpublikasi 10 Ruang pelayanan nyaman

Tabel 4.3 Daftar Variabel Pelayanan yang Sangat Memuaskan

Rank Variabel

1 Kemasan rapi dan formal 2 Alur proses pelayanan jelas 3 Petugas siap, cepat dan cekatan 4 Mudah bertemu dan berkomunikasi

Pada Gambar 4.3 dapat dilihat bahwa semua variabel pada tiap kuadran memiliki nilai rata-rata kinerja (garis biru) lebih kecil terhadap nilai rata-rata –rata-rata harapan (garis merah). Pada Grafik Radar (Gambar 4.3) terlihat dengan jelas jarak/kesenjangan antara garis biru (harapan) dan garis merah (kepuasan) dari tiap variabel pada tiap kuadran pada Diagram Cartesius (Gambar 4.2 dan Lampiran 1)

(26)

4.1.2 Tingkat Kepuasan Konsumen Terhadap Kualitas Layanan BPS Berdasarkan Segmentasi a) Tingkat Kepuasan Konsumen Terhadap Kualitas Layanan BPS Menurut Tempat Beraktivitas

Responden

Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa pengguna data/responden berasal dari kementrian/lembaga pemerintahan, Lembaga Pendidikan dan Penelitian serta Perbankan menyatakan pelayanan BPS Provinsi sudah sangat memuaskan. SKPD, Media Massa dan lainnya (Individual, LSM, Freelance) menyatakan bahwa kualitas layanan BPS Provinsi NTT memuaskan.

Tabel 4.4 Tingkat Kepuasan Konsumen Menurut Tempat Beraktivitas

Pekerjaan Utama Rata-rata

Kepuasan

Tingkat

Kepuasan Kategori

Kementerian/ Lembaga Pemerintahan 3.46 86.38 Sangat Memuaskan

SKPD 3.05 76.35 Memuaskan

Lembaga Pendidikan dan Penelitian 3.33 83.13 Sangat Memuaskan

Media Massa 2.63 65.76 Memuaskan

Perbankan 4.00 100.00 Sangat Memuaskan

Perusahaan Swasta* - - -

Lainnya 3.10 77.40 Memuaskan

Rata - Rata 3.26 81.50 Sangat Memuaskan

*) Tidak ada responden dari Perusahaan Swasta

b) Tingkat Kepuasan Konsumen Terhadap Kualitas Layanan BPS Menurut Pendidikan Responden Tabel 4.5 dapat diperhatikan rata-rata pengguna data/responden yang dikelompokkan menurut pendidikan terakhir menyatakan kinerja BPS Provinsi NTT dalam melayani konsumen sudah sangat memuaskan. Responden lulusan S2/S3 dan SLTA kebawah menyatakan bahwa layanan BPS Provinsi NTT sangat memuaskan.

Tabel 4.5 Tingkat Kepuasan Konsumen Menurut Pendidikan Responden

Pendidikan yang Ditamatkan Rata-rata Kepuasan Tingkat Kepuasan Kategori

SLTA kebawah 3.70 92.61 Sangat Memuaskan

D1/D2/D3 3.08 76.95 Memuaskan

D4/S1 2.97 74.25 Memuaskan

S2/S3 3.29 82.31 Sangat Memuaskan

(27)

c) Tingkat Kepuasan Konsumen Terhadap Kualitas Layanan BPS Menurut Jenis Media Komunikasi Utama

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa rata-rata responden yang menggunakan media komunikasi menyatakan bahwa dengan layanan BPS melalui website sudah sangat memuaskan. Responden yang menggunakan e-mail, surat, datang langsung dan lainnya menyatakan bahwa Layanan BPS sudah memuaskan.

Tabel 4.6 Tingkat Kepuasan Konsumen Menurut Jenis Media Komunikasi Utama

Pekerjaan Utama Rata-rata

Kepuasan

Tingkat

Kepuasan Kategori

Website 3.37 84.1 Sangat Memuaskan

E-mail 3.06 76.5 Memuaskan

Surat 2.83 70.8 Memuaskan

Telepon* - - -

Datang Langsung 3.10 77.5 Memuaskan

Lainnya 2.95 73.7 Memuaskan

Rata-rata 3.06 76.5 Memuaskan

*) Tidak ada responden yang menggunakan telepon

4.1.3 Persentase Kepuasan Terhadap Kualitas Layanan BPS dari Seluruh Variabel

Pada Tabel 4.7 tersajikan jumlah pengguna data yang puas terhadap tiap variabel/indikator kualitas layanan BPS. Persentase paling besar adalah variabel P11 (Mudah bertemu dan berkomunikasi dengan petugas pelayanan) dan P15 (Ruang pelayanan nyaman bagi konsumen) sebesar 97,4%. Variabel ini masuk dalam kudaran B (kategori kinerjanya harus dipertahankan) dan kuadran D (kategori sangat memuaskan).

Variabel yang memiliki persentase konsumen paling kecil adalah P19; Sarana pengaduan disediakan bagi konsumen untuk memberikan pengaduan/keluhan terhadap layanan yang dirasakan yaitu hanya 67,9% responden. Variabel ini masuk dalam kuadran C kategori prioritas perbaikan kedua. Rata-rata konsumen yang puas adalah 31 orang yang berarti sebanyak 86,7% konsumen/pengguna data menyatakan puas terhadap kualitas layanan BPS Provinsi NTT.

(28)

Tabel 4.7 Persentase Konsumen yang Puas dari Masing-masing Variabel Kualitas Layanan BPS

Variabel Hal yang dinilai Puas Persentase

P1 Persyaratan pelayanan terpublikasi atau terpampang pada tempat yang mudah

terlihat dengan bahasa yang mudah dipahami sesuai dengan jenis pelayanan 35 87.5 P2 Persyaratan untuk mendapatkan pelayanan mudah dipenuhi 35 89.7 P3 Informasi mengenai prosedur pelayanan terpublikasi atau terpampang pada

tempat yang mudah terlihat dapat diketahui oleh seluruh pengguna layanan 33 82.5

P4 Alur dari prosedur pelayanan jelas 34 89.5

P5 Waktu pelaksanaan layanan terpublikasi atau terpampang pada tempat yang

mudah terlihat 36 92.3

P6 Waktu pelaksanaan layanan sesuai dengan waktu layanan 34 87.2

P7 Target waktu penyelesaian layanan terpublikasi atau terpampang pada tempat

yang mudah terlihat 35 89.7

P8 Pelayanan selesai sesuai target waktu penyelesaian layanan 36 92.3 P9 Biaya atau tarif pelayanan diinformasikan dengan jelas dan dapat diakses

dengan mudah oleh pengguna layanan 25 71.4

P10 Petugas pelayanan tersedia dalam jumlah yang memadai/seimbang dengan

jumlah konsumen 29 78.4

P11 Mudah bertemu dan berkomunikasi dengan petugas pelayanan 37 97.4 P12 Petugas pelayanan menunjukkan sikap siap, cepat dan cekatan dalam melayani 35 92.1 P13 Petugas pelayanan mampu memberikan solusi pada setiap permasalahan

konsumen 36 92.3

P14 Pelaksanaan layanan sesuai dengan maklumat/janji pelayanan yang ditetapkan 33 86.8

P15 Ruang pelayanan nyaman bagi konsumen 37 97.4

P16 Ketersediaan fasilitas pendukung di ruang pelayanan BPS seperti sarana

internet (wifi) 32 86.5

P17 Kemasan produk layanan rapi dan formal 37 94.9

P18 Sarana pengaduan disediakan bagi konsumen untuk memberikan

pengaduan/keluhan terhadap layanan yang dirasakan 31 86.1

P19 Pengaduan/saran/masukan konsumen ditindaklanjuti dengan baik 19 67.9

P20 Halaman website BPS mudah ditemukan 26 86.7

P21 Data BPS mudah ditemukan melalui website BPS 25 83.3

P22 Fitur website BPS lengkap dan mudah dipahami (tabel,grafik,peta) 24 80.0 P23 Mudah dan cepat untuk mendapatkan (download) data BPS 25 83.3

P24 Bahasa website mudah dipahami 26 86.7

(29)

4.1.4 Indeks Kualitas Data

Berdasarkan Tabel 4.8 dapat diketahui Nilai Indeks dari Kualitas layanan konsumen BPS Provinsi NTT adalah 79,90 yang masuk dalam kategori memuaskan. Jadi kinerja BPS Provinsi NTT dalam melayani konsumen sudah bagus dan perlu ditingkatkan beberapa hal yang belum maksimal.

Tabel 4.8 Indeks Kualitas Layanan Konsumen BPS

Pertanyaan Rata-Rata Kepuasan Rata-Rata Harapan Bobot Penimbang Faktor ke - i Indeks P1 3.10 3.58 0.042 0.13 P2 3.23 3.55 0.042 0.14 P3 3.85 3.48 0.041 0.16 P4 3.21 3.48 0.041 0.13 P5 3.31 3.55 0.042 0.14 P6 3.23 3.55 0.042 0.14 P7 3.05 3.40 0.040 0.12 P8 3.15 3.53 0.042 0.13 P9 2.91 3.40 0.040 0.12 P10 2.95 3.48 0.041 0.12 P11 3.37 3.53 0.042 0.14 P12 3.26 3.48 0.041 0.13 P13 3.21 3.55 0.042 0.13 P14 3.13 3.48 0.041 0.13 P15 3.53 3.63 0.043 0.15 P16 3.16 3.63 0.043 0.14 P17 3.18 3.45 0.041 0.13 P18 3.03 3.38 0.040 0.12 P19 2.82 3.50 0.041 0.12 P20 3.23 3.70 0.044 0.14 P21 3.17 3.68 0.043 0.14 P22 3.17 3.58 0.042 0.13 P23 3.17 3.70 0.044 0.14 P24 3.27 3.60 0.042 0.14 Jumlah 84.83 3.20

Nilai Indeks Kualitas Data 79.90

Kesimpulan 4.1 :

Tingkat kepuasan masing-masing kelompok konsumen/pengguna data menurut tempat beraktivitas, pendidikan yang ditamatkan dan jenis media komunikasi utama dapat disimpulkan bahwa Kualitas Layanan BPS Provinsi NTT sudah memuaskan. Kualitas Layanan BPS yang sudah baik perlu dipertahankan dan tingkatkan yang belum maksimal. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 4.5, 98% konsumen menyatakan penting adanya perbaikan kualitas pelayanan BPS. Secara keseluruhan 87,3% pegguna data menyatakan puas dengan kualitas layanan BPS Provinsi NTT (Gambar 4.4).

(30)

Gambar 4.4 Persentase Kepuasan Konsumen Terhadap Kualitas Layanan BPS Provinsi NTT

Gambar 4.5 Persentase Konsumen terhadap Harapan/Kepentingan Perbaikan Kualitas Layanan BPS Provinsi NTT

4.2 Analisis Kepuasan Kualitas Data pada Setiap Ragam Data 4.2.1 Kualitas Data pada Ragam Data Statistik Sosial

Gambar 4.6 menjelaskan rata-rata kinerja, rata-rata harapan dan kesenjangan pada setiap variabel pada ragam data statistik sosial. Berdasarkan Gambar 4.7 terlihat bahwa kesenjangan yang paling besar dari seluruh variabel adalah kemutakhiran data sebesar 28,33%. Nilai gap yang paling kecil adalah 5,83%, yaitu variabel Interpretabilitas (data disajikan secara jelas dan mudah dipahami). Variabel interpretabilitas yang memiliki nilai kesenjangan terendah ini dapat diartikan hampir mendekati harapan pengguna data. Dengan demikian variabel kemutakhiran data pada ragam data statistik sosial diharapkan menjadi perhatian khusus untuk perbaikan di masa mendatang. Lebih jelasnya perhatikan

(31)

Tabel 4.9 yang merupakan hasil analisis kepentingan–kinerja (IPA). Kondisi ini menunjukkan variabel-variabel mana saja yang harus menjadi prioritas perbaikan dan mana yang harus dipertahankan.

Gambar 4.6 Grafik Persentase dari Rata-rata Kinerja, Rata-rata Harapan dan Kesenjangan pada Ragam Data Sosial

Tabel 4.9 Daftar Variabel Berdasarkan Prioritas dan Kuadran [Hasil analisis Kepentingan-Kinerja]

Kuadran Rank Variabel

A dan C : Prioritas Perbaikan

1 P2 Kemutakhiran data 2 P1 Akurasi/Ketepatan data

3 P6 Koheren (Data Konsisten dan Selaras dengan Sumber lain) 4 P9 Aktualitas dan Ketepatan Waktu

B : Kinerja yang dipertahankan

1 P8 Data tersedia secara jelas

2 P3 Relevansi Data (Data Sesuai dengan kebutuhan pengguna) D: Pelayanan yang

Berlebihan

2 P5 Komparibilitas Data 3 P4 Aksesibilitas Data 4 P7 Interpretabilitas

(32)

Tabel 4.10 Tingkat Kepuasan Konsumen Terhadap Kualitas Data Ragam Statistik Sosial Menurut Tempat Beraktivitas Pengguna Data

Pekerjaan Utama Rata-rata

Kepuasan

Tingkat

Kepuasan Kategori

Kementerian/ Lembaga Pemerintahan 3.02 75.46 Memuaskan

SKPD 2.87 71.70 Memuaskan

Lembaga Pendidikan dan Penelitian 2.76 68.89 Memuaskan

Media Massa 2.11 52.78 Tidak Memuaskan

Perbankan 3.44 86.11 Sangat Memuaskan

Perusahaan Swasta* - - -

Lainnya 3.28 81.88 Sangat Memuaskan

Rata - Rata 2.91 72.80 Memuaskan

*) Tidak ada responden dari Perusahaan Swasta

Pada Tabel 4.10 menunjukkan bahwa secara keseluruhan pengguna data yang dikelompokkan menurut tempat beraktivitas menyatakan data statistik sosial sudah memuaskan. BPS Provinsi NTT sudah dapat memenuhi kebutuhan pengguna.

4.2.2 Kualitas Layanan Data pada Ragam Data Statistik Produksi

Rata-rata kinerja, rata-rata harapan dan kesenjangannya pada setiap variabel pada ragam data statistik produksi disajikan pada Gambar 4.7, dimana terlihat bahwa kesenjangan yang paling besar dari seluruh variabel adalah kemutakhiran data yaitu sebesar 27,5%. Kasus ini sama dengan kasus pada ragam data statistik sosial. Nilai gap yang paling kecil adalah 7,5%, pada variabel Interpretabilitas, ini berarti bahwa data telah disajikan secara jelas dan mudah dipahami. Variabel interpretabilitas yang memiliki nilai kesenjangan terendah dapat diartikan telah mendekati harapan pengguna data. Sehingga, variabel kemutakhiran data pada ragam data statistik produksi diharapkan menjadi perhatian khusus untuk perbaikan di masa mendatang. Lebih jelasnya perhatikan Tabel 4.11 yang merupakan hasil analisis kepentingan–kinerja (IPA). Tabel ini menunjukkan variabel-variabel mana yang harus menjadi prioritas perbaikan dan mana yang harus dipertahankan.

Gambar 4.7 Grafik Rata-rata Kinerja, Rata-rata Harapan dan Kesenjangan pada Ragam Data Statistik Produksi

(33)

Tabel 4.11 Daftar Variabel Statistik Produksi Berdasarkan Prioritas dan Kuadran [Hasil analisis Kepentingan – Kinerja]

Kuadran Rank Variabel

A dan C : Prioritas Perbaikan

1 P2 Kemutakhiran data

2 P9 Aktualitas dan Ketepatan Waktu 3 P1 Akurasi/Ketepatan data

4 P6 Koheren (Data Konsisten dan Selaras dengan Sumber lain) B : Kinerja yang

dipertahankan

1 P8 Data tersedia secara jelas

2 P3 Relevansi Data (Data Sesuai dengan kebutuhan pengguna) D : Pelayanan yang

Berlebihan

2 P4 Aksesibilitas Data 3 P5 Komparibilitas Data 4 P7 Interpretabilitas

Tabel 4.12 Tingkat Kepuasan Konsumen terhadap Kualitas Data Ragam Statistik Produksi Menurut Tempat Beraktivitas Pengguna Data

Pekerjaan Utama Rata-rata

Kepuasan

Tingkat

Kepuasan Kategori

Kementerian/ Lembaga Pemerintahan 2.76 68.89 Memuaskan

SKPD 2.89 72.22 Memuaskan

Lembaga Pendidikan dan Penelitian 3.26 81.48 Sangat Memuaskan

Media Massa 3.00 75.00 Memuaskan

Perbankan* - - -

Perusahaan Swasta* - - -

Lainnya 2.93 73.15 Memuaskan

Rata-rata 2.97 74.15 Memuaskan

*) Tidak ada responden dari Perusahaan Swasta dan Perbankan

Tabel 4.12 menunjukkan bahwa rata-rata pengguna data yang dikelompokkan menurut tempat beraktivitas menyatakan data statistik produksi sudah memuaskan. Pengguna data dari Lembaga Pendidikan dan Penelitian menyatakan data statistik produksi BPS Provinsi NTT sudah sangat memuaskan.

4.2.3 Kualitas Layanan Data pada Ragam Data Statistik Distribusi dan Jasa

Rata-rata kinerja, rata-rata harapan dan kesenjangannya pada setiap variabel pada ragam data Statistik Distribusi dan Jasa disajikan pada Gambar 4.8, dimana kesenjangan yang paling besar dari seluruh variabel adalah Koheren yaitu sebesar 32,14%. Kondisi tersebut diharapkan variabel ini menjadi perhatian khusus untuk perbaikan di masa mendatang. Nilai gap yang paling kecil adalah 3,57%, ada pada variabel Interpretabilitas. Ini berarti bahwa data telah disajiikan secara jelas dan mudah dipahami. Variabel interpretabilitas memiliki nilai kesenjangan terendah yang dapat diartikan hampir mendekati harapan pengguna data. Responden mengharapkan variabel koheren data pada ragam data statistik distribusi dan jasa, bisa menjadi perhatian khusus untuk perbaikan di masa mendatang. Lebih jelasnya perhatikan Tabel 4.13 yang merupakan hasil analisis kepentingan–kinerja (IPA) menunjukkan variabel-variabel prioritas perbaikan dan yang harus dipertahankan. Tabel tersebut menunjukkan bahwa tidak ada sama sekali variabel yang berada di Kuadran B. Ragam data Statistik Distribusi dan Jasa belum berhasil memenuhi keinginan pengguna data.

(34)

Gambar 4.8 Grafik Rata-rata Kinerja, Rata-rata Harapan dan Kesenjangan pada Ragam Data Statistik Distribusi dan Jasa

Tabel 4.13 Daftar Variabel Berdasarkan Prioritas dan Kuadran pada Statistik Distribusi dan Jasa

Kuadran Rank Variabel

A dan C : Prioritas Perbaikan

1 P2 Kemutakhiran data 2 P4 Aksesibilitas Data

3 P6 Koheren (Data Konsisten dan Selaras dengan Sumber lain) 4 P9 Aktualitas dan Ketepatan Waktu

5 P8 Data tersedia secara jelas

6 P3 Relevansi Data (Data Sesuai dengan kebutuhan pengguna) B : Kinerja yang dipertahankan - D : Pelayanan yang Berlebihan 1 P5 Komparibilitas Data 2 P1 Akurasi/Ketepatan data 3 P7 Interpretabilitas

Tabel 4.14 Tingkat Kepuasan Konsumen Terhadap Kualitas Data Ragam Distribusi dan Jasa Menurut Tempat Beraktivitas Pengguna Data

Pekerjaan Utama Rata-rata

Kepuasan

Tingkat

Kepuasan Kategori

Kementerian/ Lembaga Pemerintahan 2.83 70.83 Memuaskan

SKPD 2.78 69.44 Memuaskan

Lembaga Pendidikan dan Penelitian 2.89 72.22 Memuaskan

Media Massa 2.56 63.89 Memuaskan

Perbankan 3.67 91.67 Sangat Memuaskan

Perusahaan Swasta* - - -

Lainnya* - - -

Rata-rata 2.94 73.61 Memuaskan

(35)

Pada Tabel 4.14 menunjukkan bahwa rata-rata pengguna data yang dikelompokkan menurut tempat beraktivitas menyatakan data pada ragam data distribusi dan jasa sudah memuaskan. Dalam hal ini pengguna data dari Perbankan meyatakan bahwa data distribusi dan jasa sudah sangat memuaskan.

4.2.4 Kualitas Layanan Data pada Ragam Data Neraca dan Analisis Statistik

Gambar 4.9 menunjukkan grafik kesenjangan terhadap rata–rata kinerja dan harapan dari pengguna data. Grafik ini sangat menarik karena memuat nilai kesenjangan yang sangat unik. Nilai kesenjangan pada ragam data neraca dan analisis statistik bernilai positif, nol (0) dan negatif. Nilai kesenjangan yang paling besar adalah variabel aktualitas data dan koheren sebesar 18,75% jadi kedua variabel tersebut yang menjadi prioritas perbaikan dimasa mendatang. Hal menarik lagi adalah variabel akurasi/ketepatan data bernilai nol (0) yang artinya kinerja sudah mencapai harapan pengguna data. Satu lagi hal yang unik adalah variabel interpretabilitas data yang kesenjangannya sebesar -3,13% yang artinya nilai kinerja lebih besar dari yang diharapkan. Jadi kinerja dari variabel ini dianggap berlebihan. Lebih jelasnya perhatikan Tabel 4.15 yang merupakan hasil analisis kepentingan–kinerja (IPA) menunjukan variabel-variabel yang menjadi prioritas perbaikan dan yang harus dipertahankan.

Gambar 4.9 Grafik Rata-rata Kinerja, Rata-rata Harapan dan Kesenjangan pada Ragam Data Neraca dan Analisis Statistik

(36)

Tabel 4.15 Daftar Variabel Berdasarkan Prioritas dan Kuadran pada Neraca dan Analisis Statistik

Kuadran Rank Variabel

A dan C : Prioritas Perbaikan

1 P9 Aktualitas dan Ketepatan Waktu

2 P6 Koheren (Data Konsisten dan Selaras dengan Sumber lain) 3 P3 Relevansi Data (Data Sesuai dengan kebutuhan pengguna) 4 P2 Kemutakhiran data

B : Kinerja yang dipertahankan 1 P4 Aksesibilitas Data

D: Pelayanan yang Berlebihan

1 P8 Data tersedia secara jelas 2 P5 Komparibilitas Data 3 P1 Akurasi/Ketepatan data 4 P7 Interpretabilitas

Tabel 4.16 Tingkat Kepuasan Konsumen Terhadap Kualitas Ragam Data Neraca dan Analisis Statistik Menurut Tempat Beraktivitas Pengguna Data

Pekerjaan Utama Rata-rata

Kepuasan

Tingkat

Kepuasan Kategori

Kementerian/ Lembaga Pemerintahan 3.06 76.39 Memuaskan

SKPD 3.89 97.22 Sangat Memuaskan

Lembaga Pendidikan dan Penelitian 2.67 66.67 Memuaskan

Media Massa 3.00 75.00 Memuaskan

Perbankan 3.44 86.11 Sangat Memuaskan

Perusahaan Swasta* Lainnya*

Rata - Rata 3.21 80.28 Memuaskan

*)Tidak ada responden dari Perusahaan Swasta dan Lainnya

Tabel 4.16 menunjukkan bahwa rata-rata pengguna data yang dikelompokkan menurut tempat beraktivitas menyatakan bahwa data pada ragam data neraca dan analisis statistik sudah memuaskan. Bahkan, pengguna data dari SKPD dan Perbankan menyatakan bahwa data neraca dan analisis statistik sangat memuaskan.

4.2.5 Kualitas Layanan Data pada Ragam Data Metodologi Statistik

Gambar 4.10 menunjukkan nilai kesenjangan pada ragam data metodologi statistik yang paling besar adalah 25%. Nilai kesenjangan yang paling besar adalah variabel aktualitas data, koheren dan kemutakhiran data. Sedangkan variabel akurasi data yang paling kecil adalah 10%. Variabel akurasi data memiliki nilai kesenjangan terendah yang dapat diartikan hampir mendekati harapan pengguna data.

Dengan demikian diharapkan variable-variabel aktualitas data dan koheren dan kemutakhiran data pada ragam data metodologi statistik diharapkan menjadi perhatian khusus untuk perbaikan di masa mendatang. Lebih jelasnya perhatikan Tabel 4.17 yang merupakan hasil analisis kepentingan – kinerja (IPA) menunjukkan variabel-variabel prioritas perbaikan dan yang harus dipertahankan.

(37)

Gambar 4.10 Grafik Rata-rata Kinerja, Rata-rata Harapan dan Kesenjangan pada Ragam Data Metodologi Statistik

Tabel 4.17 Daftar Variabel Metodologi Statistik Berdasarkan Prioritas dan Kuadran – Hasil Analisis Kepentingan – Kinerja

Kuadran Rank Variabel

A dan C : Prioritas Perbaikan

1 P9 Aktualitas dan Ketepatan Waktu

2 P6 Koheren (Data Konsisten dan Selaras dengan Sumber lain) 3 P2 Kemutakhiran data

4 P4 Aksesibilitas Data B : Kinerja yang

dipertahankan

1 P8 Data tersedia secara jelas 1 P5 Komparibilitas Data 2 P7 Interpretabilitas D: Pelayanan yang

Berlebihan

3 P3 Relevansi Data (Data Sesuai dengan kebutuhan pengguna) 4 P1 Akurasi/Ketepatan data

Tabel 4.18 Tingkat Kepuasan Konsumen Terhadap Kualitas Data Ragam Data Metodologi Statistik Menurut Tempat Beraktivitas Pengguna Data

Pekerjaan Utama Rata-rata Kepuasan Tingkat Kepuasan Kategori

Kementerian/ Lembaga Pemerintahan 3.04 75.93 Memuaskan

SKPD 3.11 77.78 Memuaskan

Lembaga Pendidikan dan Penelitian 3.07 76.85 Memuaskan

Media Massa* Perbankan*

Perusahaan Swasta*

Lainnya 2.44 61.11 Tidak Memuaskan

Rata - Rata 2.92 72.92 Memuaskan

(38)

Tabel 4.18 menunjukkan bahwa pengguna data dari kementerian/lembaga pemerintahan, SKPD, Lembaga Pendidikan dan Penelitian menyatakan bahwa kualitas data BPS sudah memuaskan. Rata-rata pengguna data yang dikelompokkan menurut tempat beraktivitas menyatakan data pada ragam metodologi statistik sudah memuaskan.

4.2.6 Indeks Masing-Masing Ragam Data

Berdasarkan metode analisis yang digunakan untuk menghitung indeks kualitas data diperoleh indeks dari masing-masing ragam data yang disediakan oleh BPS disajikan pada Tabel 4.19. Adapun nilai-nilai indeks berturut-turut; Statistik Sosial: 74.3; Statistik Produksi: 73.1; Statistik Distribusi dan Jasa: 72,5; Neraca dan Analisis Statistik: 80,5 dan Metodologi Statistik: 75,3. Seluruh ragam data masuk dalam kategori memuaskan, sehingga dari nilai-nilai indeks tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas dari kelima ragam data masuk dalam kategori sudah memuaskan.

Tabel 4.19 Indeks Kualitas Data pada Masing-Masing Ragam Data

Ragam Data Indeks Kategori

Statistik Sosial 74.3 Memuaskan

Statistik Produksi 73.1 Memuaskan

Statistik Distribusi dan Jasa 72.5 Memuaskan

Neraca dan Analisis Statistik 80.5 Memuaskan

Metodologi Statistik 75.3 Memuaskan

Rata-rata Indeks 75.16 Memuaskan

4.2.7 Kesimpulan Kesenjangan Layanan Data pada Lima Ragam Data BPS

Nilai Kesenjangan yang paling besar dari variabel-variabel pada kelima ragam data tersebut sebesar 32,14% yaitu variabel koheren data pada ragam data statistik distribusi dan jasa. Sedangkan kesenjangan yang paling kecil adalah –(3,14%) yaitu variabel interpretabilitas yang artinya kinerja berlebihan. Variabel interpretabilitas merupakan variabel yang memiliki nilai kesenjangan yang paling kecil pada keempat ragam data selain ragam data metodologi statistik. Nilai rata-rata indeks kualitas data 75,16 kategori memuaskan.

(39)

BAB 5

ANALISIS PERILAKU ANTI KORUPSI DI LINGKUNGAN

BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

5.1 Analisis Pendapat Responden Terhadap Perilaku Anti Korupsi

Terdapat 11 variabel yang digunakan untuk mengukur perilaku anti korupsi di lingkungan BPS yaitu:

Variabel 1 : Sistem prosedur berpeluang KKN

Variabel 2 : Petugas menawarkan percepatan proses di luar prosedur dan waktu Variabel 3 : Petugas menerima tawaran untuk melakukan pelayanan di luar prosedur

dan waktu.

Variabel 4 : Petugas memberi layanan diluar prosedur dan waktu. Variabel 5 : Terdapat Praktek Percaloan.

Variabel 6 : Biaya tidak sesuai tarif yang ditetapkan. Variabel 7 : Petugas meminta imbalan di luar tarif resmi. Variabel 8 : Petugas menerima tawaran di luar tarif resmi.

Variabel 9 : Petugas membedakan perlakuan terhadap penggunaan data dalam memberikan pelayanan.

Variabel 10 : Terdapat jenis layanan lain selain yang ditetapkan yang mengindikasikan kecurangan.

Variabel 11 : Petugas Pelayanan menerima hadiah/barang dari pengguna data.

Gambar 5.1 Grafik Persentase Responden/Pengguna Data Terhadap Perilaku Korupsi di Lingkungan BPS Provinsi NTT

Gambar 5.1 dapat dilihat bahwa 99,51% (tidak setuju + sangat tidak setuju) pengguna data tidak setuju adanya perilaku korupsi dalam BPS dan 0,49% setuju bahwa adanya unsur korupsi dalam BPS. Untuk itu kualitas pelayanan terhadap perilaku anti korupsi di lingkungan BPS sudah sangat memuaskan, namun ada hal-hal kecil yang harus diperhatikan seperti pada Gambar 5.2

(40)

Berdasarkan Gambar 5.2 terlihat bahwa setiap variabel memiliki 4 jenis penilaian pengguna data yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Terdapat 1 variabel yang memiliki penilaian sangat setuju dan setuju dari responden yaitu variabel 9 dan variabel ini harus menjadi prioritas perbaikan oleh instansi BPS. Alasan responden/pengguna data setuju pada variabel tersebut bisa dilihat pada Tabel 5.1.

Pada variabel 9 terdapat 7,14% yang setuju bahwa petugas membedakan perlakuan terhadap penggunaan data dalam memberikan pelayanan.

Gambar 5.2 Grafik Persentase Pendapat Responden Terhadap Perilaku Anti Korupsi Menurut Tiap Variabel

Tabel 5.1 Alasan Responden/Pengguna Data yang Setuju [berdasarkan Gambar 5.2] No. Kode Responden Tempat Beraktivitas Uraian 1 53 00 023 Lembaga Pendidikan dan Penelitian

Sewaktu konsumen berkunjung Pukul 15.15, konsumen tidak diperbolehkan lagi untuk melakukan registrasi/menggunakan layanan Perpustakaan tercetak (layanan ditutup sebelum waktu layanan selesai), kemudian konsumen beristirahat sementara di ruang tunggu namun konsumen diusir, "jangan duduk di sini, ini untuk tamu. Dikasih tau jangan angkat ekor." Apakah Konsumen bukan tamu? Model layanan ini membedakan perlakuan terhadap konsumen pengguna data. 2 53 00 038 Media Massa Sewaktu konsumen berkunjung ke BPS untuk mengambil data, layanan terhadap dirinya tertunda disaat konsumen lain (wartawan senior dari Media cetak terkenal berkunjung) wartawan senior ini diutamakan layanannya, dan responden ini harus menunggu

(41)

5.2 Analisis Harapan Perbaikan Terhadap Perilaku Anti Korupsi

Pada pembahasan sebelumnya sudah dijelaskan bahwa kualitas pelayanan terhadap perilaku anti korupsi sudah sangat memuaskan hanya perlu beberapa pembenahan. Untuk itu pada bagian ini dibahas mengenai harapan pengguna data untuk perbaikan kualitas pelayanan. Gambar 5.3 menunjukkan bahwa 27,05% responden menyatakan penting bahwa perlu adanya perbaikan pada kualitas pelayanan.

Gambar 5.3 Grafik Harapan Perbaikan Terhadap Perilaku Anti Korupsi

5.3 Nilai Indeks Anti Korupsi

Tabel 5.2 menunjukkan rata-rata kepuasan, rata-rata harapan dan bobot penimbang sehingga diperoleh nilai indeks anti korupsi dari BPS Provinsi NTT sebesar 88,5. Jadi Kualitas Pelayanan dan Harapan Perbaikan terhadap Perilaku Anti Korupsi di Lingkungan BPS Provinsi NTT sudah sangat memuaskan.

Tabel 5.2 Nilai Indeks Anti Korupsi

Pertanyaan Rata-Rata Kepuasan Rata-Rata Harapan Bobot Penimbang Faktor ke - i Indeks P1 3.31 1.58 0.08 0.26 P2 3.43 1.85 0.09 0.31 P3 3.47 1.85 0.09 0.32 P4 3.49 1.93 0.09 0.33 P5 3.62 1.98 0.10 0.35 P6 3.59 1.83 0.09 0.32 P7 3.68 1.83 0.09 0.33 P8 3.61 1.88 0.09 0.33 P9 3.55 1.83 0.09 0.32 P10 3.55 1.88 0.09 0.33 P11 3.59 1.88 0.09 0.33 Jumlah 20.275 3.5 Nilai Indeks 88.5

Gambar

Tabel 2.5 Persentase Pengguna Data Tahun 2015 Menurut Kegunaan Data Utama dan Tempat  Beraktivitas Responden  No  Tempat  Beraktivitas  Responden
Gambar 2.2 Persentase Pengguna Data BPS yang Menggunakan Data BPS sebagai Rujukan Utama
Gambar 2.4 Persentase Responden yang Menggunakan Data BPS sebagai Rujukan Utama  menurut Pendidikan
Tabel 3.1 Persentase Orang—Data Menurut Ragam Data Tahun 2015  Kelompok Data  Jumlah  Persentase
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk meneliti pengaruh Outdoor Education dengan permainan di alam terbuka melalui experiential learning terhadap perubahan kepercayaan diri pada siswa, maka dibuat desain

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa Return On Assets (ROA) dan Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh signifikan positif terhadap harga

Berdasarkan dari permasalahan kesulitan menulis youyakubun, dapat disimpulkan bahwa kesulitan yang dialami dan dirasakan oleh mahasiswa Prodi Bahasa Jepang Unnes

Media kultur yang digunakan dalam penelitian ini berupa kombinasi limbah organik antara ampas tahu, bekatul dan kotoran ayam yang telah difermentasi menggunakan EM-4

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen pada minimarket di Semarang, maka dapat

Gadai (ar-Rahn) ini sendiri lebih transparan karena apabila barang milik nasabah digadai karena tidak mampu melunasi kreditnya, barang jaminan itulah yang akan

Gambar 1.1 merupakan arsitektur dari UMTS, dimana pengawasan terhadap jaringan RAN ( Radio Access Network ) dapat dimonitor melalui suatu aplikasi yang disebut RANOS ( Radio