• Tidak ada hasil yang ditemukan

PBL Pemicu 1 Gangguan Pendengaran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PBL Pemicu 1 Gangguan Pendengaran"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

PBL Pemicu 1

Gangguan Pendengaran

Jeane Andini

Jody Felizio

Lutfie

Mario Markus

Mellisya R

Michael Christian

Muncieto Andreas

Reiva W

Samuel Raymond

Wahyu Permata

(2)

Pemicu

Identitas:

Anak Y, perempuan, 13 tahun

Keluhan utama:

Gangguan pendengaran bilateral perlahan sejak 6

tahun lalu

Riwayat penyakit sekarang:

Sejak 6 tahun yang lalu, terdapat gangguan

pendengaran kedua telinga yang menurun perlahan –

lahan. Pasien

masih dapat berkomunikasi lewat

telepon

.

Telinga terasa tertutup.

– Enam tahun yang lalu terdapat cairan keluar dari

kedua telinga, tidak berbau

. Pasien berobat ke RS

(3)

Pemicu

– Rasa penuh di telinga, telinga berdenging dan

berdengung, autofoni tidak dikeluhkan

oleh

pasien. Pasien

tidak sedang menderita batuk

dan pilek

. Tidak terdapat riwayat keluar cairan

dari telinga.

Riwayat penyakit dahulu:

Pasien

belum pernah menderita morbili dan parotitis.

– Tidak terdapat riwayat trauma

.

(4)

Pemicu

Riwayat prenatal:

Infeksi TORCH disangkal.

Riwayat perinatal:

BBL 2,9 kg, ditolong oleh paraji, menangis

spontan, tidak tampak biru.

Riwayat postnatal:

Dalam batas normal.

Riwayat prestasi belajar:

(5)

Kata Sulit:

Autofoni

Identifikasi Masalah:

Anak perempuan, 13 tahun, datang dengan

gangguan pendengaran 6 tahun yang lalu

(6)

Anak perempuan,13 th,

Gangguan pendengaran

sejak 6 tahun yang lalu

Masih dapat berkomunikasi melalui telepon.

Telinga terasa tertutup.

Riwayat keluar cairan tidak berbau dari kedua telinga (6 tahun lalu). Saat ini tidak ada. Penuh (-), berdenging (-), berdengung (-), autofoni (-), batuk (-), pilek (-).

Riw. Parotitis (-).

Tuli Konduktif

OME

(7)

Anamnesis yang Harus Dilengkapi

Apakah tempat tinggal pasien berada di kawasan industri?

Apakah terdapat gangguan keseimbangan atau pusing

berputar?

Apakah pasien memiliki kebiasaan berenang?

Apakah pasien sering mengorek telinga?

Apakah dulu pasien sering mengalami batuk, pilek ataupun

nyeri tenggorokan berulang?

Apakah riwayat keluar cairan pada telinga pasien hanya

(8)

Apakah saat keluar cairan dulu disertai gejala demam atau

nyeri pada telinga?

Bagaimanakan karakteristik cairan? Apakah bening atau

berwarna? Encer atau kental? Apakah ada darah?

Apakah ada penggunaan obat-obatan ototoksik?

Bagaimana riwayat pengobatan saat di RS daerah?

Obat-obatan apa saja yang diberikan?

Apa yang melatarbelakangi pasien tidak naik kelas? Apakah

saat itu ada hubungannya dengan gangguan pendengaran?

(9)

Diagnosis yang dapat disingkirkan:

Tuli kongenital, karena onset diperoleh tidak

dekat dengan kelahiran.

Tuli akibat pajanan bising, karena tidak

diperoleh faktor risiko bising.

Tuli akibat efek obat ototoksik, karena tidak

teradpat riwayat penggunaan.

Tuli mendadak, karena onset penyakit yang

dialami kronik dan tidak terdapat tanda infeksi

virus.

(10)

Diagnosis Banding setelah Anamnesis

Diagnosis Banding:

Otitis Media

Otitis Media Efusi / Non Supuratif

Otitis Media Supuratif Kronik

Otosklerosis

Timpanosklerosis

(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)

Jaras Pendengaran dan

Keseimbangan

(20)
(21)

Pendahuluan

Merupakan peradangan pada telinga tengah

Lebih sering terjadi pada anak-anak, terutama yang sering

terkena ISPA

Etiologi tersering adalah Strep. haemolitikus, Staph.

aureus, dan pneumococcus

Dapat dibagi menjadi :

Otitis media akut

Risiko rendah

Risiko tinggi

Otitis media akut

Akut

Sub akut

Otitis media supuratif kronik

Tipe aman

Tipe bahaya

(22)
(23)

Stadium OMA

Stadium Oklusi Tuba Eustachius

Retraksi membran timpani, bisa tampak keruh pucat

Efusi sukar diditeksi

Stadium Hiperemis

Pembuluh darah melebar di membran timpani,

tampak hiperemis dan edem

Sekret sukar terlihat

Stadium Supurasi

Membran tipani

bulging

Nyeri hebat, nadi dan suhu meningkat

(24)
(25)

Stadium Perforasi

Ruptur membran timpani

Eksudat mengalir ke liang

telinga luar

Manifestasi klinis lebih tenang

Stadium Resolusi

Sekret berkurang dan menjadi kering

Dapat mengalami resolusi, atau berlanjut menjadi

OMSK

Bila sekret terus keluar > 3 minggu disebut otitis

media supuratif subakut

(26)

Terapi

Stadium oklusi:

Tujuan: membuka kembali tuba eustachius

Obat tetes hidung HCL efedrin 0,5% dalam larutan fisiologik (anak < 12

tahun) atau HCL efedrin 1% dalam larutan fisiologik untuk orang > 12 tahun.

Stadium presupurasi

antibiotika selama 7 hari, obat tetes hidung dan analgetika.

Stadium supurasi

antibiotika, disertai dengan miringotomi, bila membran timpani masih utuh.

Stadium perforasi

Pengobatan H2O2 3% selama 3 hari serta antibiotika yang adekuat.

Pada

stadium resolusi

(27)
(28)

Anamnesis dan PF

Anamnesis

Onset akut

Gejala Klinik :

Nyeri dalam telinga

Riwayat suhu tinggi

Ganguan pendengaran

Rasa penuh dalam

telinga

Riwayat ISPA

Riwayat keluar cairan

dari telinga

Pemeriksaan fisik

Berdasarkan stadium

yang ditemukan

Ditemukan tanda efusi

di telinga tengah

Kemerahan pada

gendang telinga

Efusi telinga tengah

diperiksa dengan

otoskop

(29)
(30)

Otitis Media Supuratif Kronik

Kelanjutan dari otitis media akut yang prosesnya

sudah lebih dari dua bulan

Infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi

membran timpani serta sekret yang persisten atau

intermiten.

Progresi menjadi OMSK dapat disebabkan terapi

terlambat, terapi tidak adekuat, virulensi kuman

tinggi, imunitas pasien rendah, hygiene buruk

(31)
(32)

Klasifikasi OMSK

Otitis media

 

Supuratif Kronik Benigna

Otitis Media

 

Supuratif Kronik Maligna

Proses

 

peradangan

 

terbatas

 

pada

 

mukosa

Proses

 

peradangan

 

tidak

 

terbatas

 

pada

 

mukosa

Proses

 

peradangan

 

tidak

 

mengenai

 

tulang

Proses

 

peradangan

 

mengenai

 

tulang

Perforasi

 

membran

 

timpani

 

tipe

 

sentral

Perforasi

 

membran

 

timpani

 

paling

 

sering

 

marginal

 

dan

 

atik.

 

Terkadang

 

tipe

 

sub

 

total

 

dengan

 

kolesteatoma

Jarang

 

terjadi

 

komplikasi

 

berbahaya

Sering

 

terjadi

 

komplikasi

 

berbahaya

Kolesteatoma

 

tidak

 

ada

Kolesteatoma ada

Dapat

 

dibagi

 

lagi

 

berdasarkan

 

aktifitas

 

sekret

 

yang

 

keluar

 

:

(33)
(34)

Anamnesis dan Pemeriksaan

Anamnesis:

Terjadi secara kronis

Riwayat keluar cairan dari telinga

Sekret di liang telinga

Keluhan kurang pendengaran

Keluar darah dari telinga

PF: perforasi membran timpani

Pemeriksaan penunjang:

Pemeriksaan radiologi : Posisi Schuller untuk

melihat koleostoma

(35)

Terapi

OMSK tipe aman:

Konservatif dengan medikamentosa.

Sekret keluar terus menerus

Æ

larutan H2O2 3%

selama 3-5 hari.

Setelah sekret berkurang

Æ

tetes telinga antibiotika

dan kortikosteroid.

Sekret telah kering tetapi perforasi masih ada setelah

diobservasi selama 2 bulan dilakukan miringoplasti

atau timpanoplasti.

OMSK tipe bahaya adalah pembedahan

(36)

Jenis Pembedahan Pada

OMSK

Mastoidektomi sederhana

OMSK tipe aman yang tidak sembuh dengan pengobatan

Mastoidektomi radikal

OMSK tipe bahaya yang infeksinya sudah meluas

Mastoidektomi radikal dengan modifikasi

OMSK dengan kolesteatoma di daerah atik, tetapi belum

merusak kavum timpani

Miringoplasti

Rekonstruksi membran timpani pada OMSK tipe aman yang

tenang

Timpanoplasti

OMSK tipe aman dengan kerusakan yang lebih berat

Timpanoplasti pendekatan ganda

(37)

Otitis Media Non Supuratif

Bekumpulnya sekret nonpurulen di telinga

tengah

Bila cairan encer, disebut otitis media serosa

Æ

transudat atau plasma dari pembuluh darah

akibat perbedaan tekanan hidrostatik

Bila cairan kental, disebut otitis media mukoid

Æ

sekresi kelenjar dan kista dalam mukosa

telinga tengah, tuba Eustachius, dan rongga

mastoid.

(38)

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan

OMNS:

Terganggunya fungsi tuba Eustachius

Hipertrofi adenoid

Adenoitis

Cleft-palate

Tumor nasofaring

Barotrauma

Sinusitis

Rinitis

(39)

Otitis Media Serosa Akut

Terbentuknya sekret di telinga secara

tiba-tiba akibat gangguan fungsi tuba

(40)

Anamnesis

Gejala Klinis:

Pendengaran berkurang

Apakah pendengaran dirasakan berkurang? Sejak kapan?

Rasa tersumbat pada telinga

Apakah telinga terasa tersumbat? Apakah gejala muncul dalam waktu

yang cepat?

Suara sendiri terdengar lebih nyaring

Apakah suara sendiri terasa lebih terdengar keras di salah satu telinga?

Telinga kiri/kanan? (lebih kencang di telinga yang sakit)

Terasa ada cairan yang bergerak di dalam kepala

Apakah terasa ada cairan yang bergerak di dalam kepala bila kepala

digerakkan?

Nyeri pada saat awal gangguan tuba

Apakah gangguan diawali dengan rasa nyeri? Demam?

Tinitus

Apakah terdapat rasa berdengung?

(41)

Pemeriksaan Fisik

Membran timpani retraksi

Terdapat gelembung udara di membran

timpani

(42)

Terapi

Vasokonstriktor lokal (tetes idung)

Antihistamin

Bila gejala menetap setelah 2 minggu

dilakukan miringotomi atau miringotomi

dengan pipa ventilasi

(43)

Otitis Media Serosa Kronik

Perbedaan dengan OM Serosa Akut

hanya cara pembentukan sekret

Pembentukan sekret berlangsung secara

bertahap TANPA rasa nyeri

Lebih sering terjadi pada anak anak

(44)

Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik

Gejala

Apakah rasanya pendengaran menurun

dalam jangka waktu yang lama?

Pemeriksaan Fisik

Otoskopi : membran timpani utuh, retraksi,

suram, kuning kemerahan atau keabuan

(45)

Terapi

Mengeluarkan sekret dengan miringotomi

dengan pemasangan pipa ventilasi

Kombinasi antihistamin dan dekongestan

(46)

OTOSKLEROSIS,

(47)

Otosklerosis

Penyakit pada kapsul tulang labirin yang

mengalami spongiosis di daerah kaki stapes

Æ

stapes menjadi kaku dan tidak dapat

menghantarkan getaran suara ke labirin dengan

baik.

Penyebab

Æ

belum dapat dipastikan

Æ

faktor

keturunan (resiko 25%-50%), gender (perempuan

> laki-laki), ras (bangsa kulit putih), kehamilan

(terkait perubahan hormonal) berpengaruh.

(48)
(49)

Gejala Klinik dan Diagnosis

Anamnesis:

Pendengaran terasa berkurang secara progresif.

Tinitus dan vertigo

Pasien merasa pendengaran terdengar lebih baik dalam

ruangan bising

(Paracusis Willisii)

.

Pemeriksaan fisik:

Membran timpani utuh, normal atau dalam batas-batas normal.

Kemungkinan terlihat gambaran membran timpani yang

kemerahan oleh karena terdapat pelebaran pembuluh darah

promontium

(Schwarte’s sign

).

Tuba biasanya paten dan tidak terdapat riwayat penyakit telinga

atau trauma kepala atau telinga sebelumnya.

(50)

Pemeriksaan penunjang:

audiometri nada murni dan pemeriksaan impedance

Æ

pasien

otosklerosis biasanya mengalami masalah pendengaran pada

bunyi frekuensi rendah.

CT scan

Æ

cukup berguna untuk menilai keadaan osikel, koklea

dan organ vestibular dan untuk membedakan otosklerosis dari

penyebab gangguan pendengaran lainnya.

(51)
(52)

Terapi

Operasi

Æ

stapedektomi atau stapedotomi

Æ

stapes diganti dengan bahan prostetis.

Jika tidak dapat dilakukan operasi

Æ

alat

bantu dengar (ABD) dapat sementara

membantu pendengaran pasien.

(53)

Timpanosklerosis

Penyakit pada membran timpani

Æ

bercak-bercak putih tebal atau menjadi putih dan tebal

seluruhnya akibat timbunan kolagen

terhialinisasi pada bagian tengahnya.

Karakteristik

Æ

adanya hialinisasi dan deposit

kalsium pada membran timpani, telinga tengah

atau keduanya

akibat inflamasi atau trauma

setelah episode rekuren dari otitis media akut, otitis

media dengan efusi, dan insersi ventilasi tuba.

(54)
(55)

Diagnosis dan Tatalaksana

Pada pemeriksaan otoskopi

Æ

timpanosklerosis memberikan

gambaran semisirkuler atau seperti sepatu kuda yang

berwarna putih pada membran timpani.

Pemeriksaan penunjang lain

Æ

tidak terlalu dibutuhkan

apabila telah ditemukan lesi yang khas, tidak ada perluasan,

dan tidak ada kecurigaan adanya gangguan atau penyakit

telinga tengah lain.

Audiometri

Æ

menentukan derajat tipe gangguan pendengaran.

Timpanometri

Æ

hasil timpanogram dapat dipengaruhi oleh adanya

timpanosklerosis.

CT scan

Æ

terutama bila disertai dengan kelainan pada kavitas telinga

tengah.

(56)
(57)

Otitis Eksterna

Swimmer’s ear

Æ

radang liang telinga akut

maupun kronis yang disebabkan oleh infeksi

bakteri, jamur, dan virus

Pada kanal telinga luar –

tube

antara telinga

luar dan membran timpani.

Faktor predisposisi

Æ

perubahan PH, keadaan

udara yang hangat dan lembab, trauma ringan

saat mengorek telinga, berenang.

Otitis eksterna akut

Æ

otitis eksterna

(58)
(59)

Sander R. Otitis Externa: A Practical Guide to

(60)
(61)
(62)

Otitis Eksterna Sirkumskripta

Furunkel

Æ

karena kulit disepertiga bagian

luar mengandung adneksa kulit, seperti folikel

rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar

serumen

Æ

infeksi pada pilosebaseus.

Penyebab

Æ

Staphilococcus aureus

atau

Staphilococcus albus.

Gejala

Æ

rasa nyeri yang hebat, rasa penuh

pada telinga, gangguan pendengaran (bila

(63)

Terapi

Æ

bergantung pada furunkel

Æ

bila

sudah menjadi abses diaspirasi secara steril

untuk mengeluarkan nanah. Jika dinding

furunkel tebal

Æ

insisi

Æ

dipasang drain untuk

mengalirkan nanah.

Medikamentosa

Æ

antibiotika salep (polymixin B

atau bacitracin), antiseptik (asam asetat 2-5%

(64)

Otitis Eksterna Difus

Mengenai kulit liang telinga duapertiga dalam

Æ

hiperemis dan edema yang batasnya tidak jelas.

Penyebab

Æ

Pseudomonas

,

Staphilococcus albus

,

Escherechia Coli

, dsb.

Gejala

Æ

nyeri tekan tragus, liang telinga sangat

sempit, kadang kelenjar getah bening regional

membesar dan nyeri tekan, terdapat sekret yang

berbau (tidak mengandung lendir).

Terapi

Æ

membersihkan liang telinga

Æ

(65)
(66)
(67)
(68)

Membran Timpani

UMBO

RC

I

II

III

IV

Bagian paling luar telinga

tengah

4 kuadran

Bayangan penonjolan

bagian bawah maleus

Æ

Umbo

Refleks cahaya:

gerakan serabut yang

radier dan sirkuler.

Refleks cahaya jam 7

untuk membran timpani kiri

dan jam 5 utk membran

(69)
(70)

PEMICU: Pemeriksaan Fisik THT

Telinga

Kiri

Kanan

Liang Telinga

Lapang

Lapang

Sekret

Tidak ada

Tidak ada

Membran Timpani

Menebal

Hipervaskuler

, tidak

hiperemis

Refleks Cahaya

Suram

Tidak ada

AS: Membran timpani menebal, refleks cahaya suram

Æ

timpanosklerosis

AD: Membran timpani hipervaskuler, refleks cahaya (-)

Æ

peradangan

(cairan) pada telinga tengah

(71)

PEMICU: Pemeriksaan fisik THT

Hidung Kanan Kiri

Rongga Hidung Lapang Lapang

Konka Inferior Edema, tidak hiperemis, tidak livid

Edema, tidak hiperemis, tidak livid

Konka Media eutrofi Eutrofi

Septum Lurus Lurus

Nasofaring Hipertrofi adenoid

Tenggorok

Faring

Granuler

, tidak hiperemis

Tonsil

T2

T2

Kripti tidak melebar

Kripri tidak melebar

Tidak terdapat detritus

Tidak terdapat detritus

> Hipertrofi Adenoid

Æ

obstruksi tuba eustachius

Æ

faktor

predisposisi Otitis Media

(72)

Tes Penala

Dasar fisiologi pemeriksaan:

Telinga dalam (koklea) terletak pada kavitas

bertulang di dalam os temporalis (labyrinth

tulang)

Æ

getaran di seluruh tulang tengkorak

dapat menyebabkan getaran pada cairan koklea

Masking phenomenon

Æ

adanya bunyi akan

menurunkan kemampuan seseorang mendengar

bunyi lain

Tes Rinne, Weber, Schwabach, Bing

1 set penala terdiri dari 5 buah penala (128Hz,

256 Hz, 512 Hz, 1024 Hz, 2048 Hz).

(73)

Interpretasi Tes Penala

Tes Rinne

Tes Weber

Tes

Schwabach

Interpretasi

Positif

Lateralisasi

tidak ada

Sama

dengan

pemeriksa

Normal

Negatif

Lateralisasi

ke telinga

yang sakit

Memanjang

Tuli Konduktif

Positif

Lateralisasi

ke telinga

Memendek

Tuli

(74)

Tes Penala

Rinne negatif, Weber lateralisasi ke telinga

yang sakit, schwabach memanjang

Æ

tuli

konduktif, terutama telinga kiri

Penala

AS

AD

Rinne

Negatif

Negatif

Weber

Lateralisasi ke kiri

(75)

Audiometri

Tujuan : untuk menentukan jenis dan derajat

kelainan pendengaran

Nada murni

(pure tone):

satu frekuensi

Bising: banyak frekuensi, terdiri dari

narrow band

dan

white noise

Audiometer nada murni

Æ

nada murni mulai dari

frekuensi 125 Hz sampai 8000 Hz.

Kualitatif (normal, tuli konduktif, tuli sensori neural, tuli

campuran)

Kuantitatif (normal, tuli ringan, tuli sedang, tuli berat).

Hasil

Æ

audiogram

Æ

grafik ambang pendengaran

pada berbagai frekuensi terhadap intensitas suara

(76)
(77)

Audiogram

Gunakan

tinta merah untuk telinga kanan

, dan

tinta biru untuk telinga kiri

Hantaran udara (Air Conduction = AC)

– Kanan = O

– Kiri = X

Hantaran tulang (Bone Conduction = BC)

– Kanan = <

– Kiri = >

Hantaran udara (AC) dihubungkan dengan garis lurus

(

) dengan menggunakan

tinta merah

untuk telinga kanan

dan

biru untuk telinga kiri

Hantaran tulang (BC) dihubungkan dengan garis

putus-putus ( - - - ) dengan menggunakan

tinta merah

untuk telinga kanan

dan

biru untuk telinga kiri

(78)

1. CONTOH AUDIOGRAM

PENDENGARAN NORMAL

(TELINGA KANAN)

2. CONTOH AUDIOGRAM TULI

SENSORI NEURAL (TELINGA KANAN)

3. CONTOH AUDIOGRAM TULI

KONDUKTIF (TELINGA KANAN)

4. CONTOH AUDIOGRAM TULI

CAMPUR (TELINGA KANAN)

(79)

Ambang Dengar

Disebut terdapat air-bone gap apabila

antara AC dan BC terdapat perbedaan

lebih atau sama dengan

10 dB

, minimal

pada 2 frekuensi yang berdekatan.

Ambang dengar (AD) =

AD 500 Hz + AD 1000 Hz + AD 2000 Hz+ AD 4000 Hz

4

Untuk menentukan derajat ketulian,

digunakan ambang dengar AC

(80)

Derajat ketulian menurut ISO

25

40

55

70

90

(81)

Audiogram

(82)

Timpanometri

Definisi : pengukuran tekanan telinga

yang berhubungan dengan tuba saluran

eustachius pada membran timpani

Untuk menilai kondisi telinga tengah

Merupakan salah satu pemeriksaan

pendengaran objektif

Tujuan, mengetahui:

Compliance/mobilitas membrana timpani

Tekanan pada telinga tengah

(83)

Timpanometri

Prinsip pemeriksaan

: menggunakan probe dengan

frekuensi (biasanya) 226 Hz (kecuali bayi <6 bln)

Æ

diketahui besarnya tekanan di liang telinga

berdasarkan energi suara yang dipantulkan kembali oleh

gendang telinga yang terpengaruh oleh kondisi

membran timpani, telinga tengah, dan koklea.

Refleks akustik

: Menilai fungsi impedansi suara di

telinga tengah. Untuk menilai refleks akustik, harus

didapatkan hasil timpanogram tipe A atau C.

(84)
(85)

Timpanometri

Hasil

Æ

timpanogram

Klasifikasi timpanogram :

tipe A (normal)

Tipe Ad (diskontinuitas tulang

pendengaran)

Tipe As (kekakuan rangkaian tulang

pendengaran)

type B (cairan di telinga tengah)

(86)
(87)

Timpanogram

AD

AS

Tipe B

Tipe B

Refleks akustik negatif

Refleks akustik negatif

Eustachian tube function sulit dinilai

Sulit dinilai

Timpanogram type B

Æ

Terdapat cairan di telinga tengah

Æ

tuba

eustachius function sulit dinilai

Timpanogram type B

Æ

Refleks akustik negatif

Kesan: Tuli konduktif bilateral derajat sedang-berat

dengan adanya cairan dalam telinga tengah

(88)

Working Diagnosis

Otitis Media Non Supuratif, atas dasar:

Anamnesis:

Onset gangguan pendengaran kronik dan

perlahan.

Keluhan telinga terasa penuh.

Riwayat OMA.

Pemeriksaan fisik:

Hipertrofi adenoid

Tuli konduktif pada penala.

(89)

Diagnosis banding yang belum dapat

disingkirkan:

Timpanosklerosis, dapat merupakan bentuk

komplikasi dari OME.

Diagnosis lain disingkirkan:

OMSK, karena tidak terdapat perforasi.

Otosklerosis, karena tidak terdapat tinitus maupun

vertigo, atau tanda paracusis willisii.

Otitis eksterna, karena lebih sering

rapid onset,

tidak terdapat otalgia atau faktor risiko, misalnya

kebiasaan berenang, serta liang telinga lapang.

(90)

Rencana Tatalaksana

Rencana Diagnosis

Tidak ada rencana.

Rencana Terapi

Rujuk ke spesialis THT.

Miringotomi untuk mengeluarkan sekret.

(91)

Referensi

Dokumen terkait

yang siap dijual pada saat tanah tersebut selesai dikembangkan dengan menggunakan metode luas areal. Biaya pengembangan tanah, termasuk tanah yang digunakan sebagai jalan dan

Memberikan masukan tentang rencana peningkatan mutu pelayanan keperawatan di Instalasi Bedah Sentral dalam rangka mencapai tujuan sesuai dengan program kerja Rumah

Tabel 2 menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna pada dominansi sel su- perfisial, intermediet, dan parabasal di mukosa bukal anterior bawah (tidak terkena breket)

Melihat data produksi dan penjualan tersebut yang hanya memelalui proses konvensional, home industri kripik ini tidak bisa melakukan ekspansi penjualan dan

Phylon berperilaku lebih utama seperti elemen kolom (Beam-Column) pada klasifikasi struktur baja. Gaya-gaya disain yang dibutuhkan untuk mendisain phylon merupakan

Sejauh ini, kita telah banyak membicarakan tentang cara – cara mengefisienkan waktu dan uang kita untuk membangun saluran – saluran pipa yang amat menguntungkan.

Melalui penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dalam 3 siklus, hasil pengamatan aktifitas dan hasil belajar, bahwa upaya dalam meningkatkan hasil belajar

Berbeda dengan sampel yang menggunakan wadah beaker glass 500 mL (Gambar 10 (b)) penyebaran energi pada wadah tersebut cenderung merata karena geometri wadah yang