1
PROFIL MADRASAH ALIYAH
BERBASIS MANAJEMEN PESANTREN
(STUDI KASUS PADA MA PONDOK PABELAN
MAGELANG)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
WAHYU INDAH PANGESTI
NIM. 11109002
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
5
MOTTO
ِهَمَسِل َنْىُقُلْخَم ْمُهَّو ِاَف ْمُك َدَلْوَا اْىُمِّلَع
ْمُكِو اَمَزَرْيَغ
“didiklah anak didikmu (dengan
pendidikan yang berbeda dengan
yang diajarkan kepadamu), karena
mereka diciptakan untuk zaman yang
berbeda dengan zaman kalian.”
6
PERSEMBAHAN
Bismillahirrohmanirrohim,,,
Dengan rahmat Allah yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang
Ku persembahkan tulisan ini untuk:
Ayahanda Zainuri (alm), meskipun tak dapat
menemaniku dan melihat langsung perkembanganku,
tetap ku ucapkan terimakasih telah menjadikanku ada...
Kedua orang tuaku Bpk Much Nur dan Ibu Rokhimah,
terimakasih atas semua dukungan, doa, dan kasih
sayang yang tak terbatas untukku...
Mz Ari W, terimakasih untuk nasihat yang tak pernah
hentinya diberikan dan kesetiannya menemaniku
selama ini. Semoga niat baik kita berdua dilancarkan
Allah..
7
KATA PENGANTAR
Terucap syukur ada Allah SWT Yang Maha Sempurna beserta Asmaul
KhusnaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu
persyaratan wajib untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Pendidikan
Islam (S.Pd.I) Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Tak lupa baginya
sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada baginda Rasulullah SAW.
Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak menemui hambatan, tetapi
dengan rahmat-Nya dan perjuangan penulis serta bantuan berbagai pihak
sehingga skripsi ini terselesaikan. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan
banyak terimakasih atas segala nasehat bimbingan, dukungan, dan bantuannya
kepada :
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M. Pd. Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN
Salatiga.
3. Ibu Muna Erawati, S. Psi., M. Si yang telah membimbing, memberikan pengarahan
dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Ibu Siti Ruchayati, M. Ag selaku Kajur PAI IAIN Salatiga
5. Para dosen IAIN Salatiga yang telah membagikan ilmunya kepada penulis.
6. Bapak Mudzakir selaku Kepala Madrasah dan Bu Ida serta dewan guru MA
Pondok Pabelan Magelang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk melakukan penelitian ini dari awal hingga akhir.
7. Bapak Nursodiq, S.Pd.I selaku Kepala MI Yakti Tampingan yang telah
8
8. Orang tuaku tercinta bapak Much Nur dan ibu Rokhimah
9. Adik penulis Wahyu Hidayat, kau adalah semangatku, kita adalah harapan bapak
dan ibu, untuk itu tetaplah semangat meraih cita-cita.
10. Mas Ari, terimakasih sudah memberikan motifasi dan setia mendampingi penulis
untuk menyelesaikan penilitian ini.
11. Untuk sahabat-sahabat penulis mba Lia, mba Achan yang selalu menemani penulis
jadi penunggu perpus untuk menambah kata-kata skripsi, nuhun buat Catur yang
wira wiri nemenin dan Afdiq yang dah bantu aku bikin prosposal skripsi sampai
nama kita terpampang karena telat ngumpulin proposal dan teman-teman yang
tergabung dalam komunitas Fata Smart terimakasih atas persahabatannya selama
ini.
Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu demi satu, yang
turut membantu dan memberikan dorongan untuk penyelesaian skripsi ini,
semoga Allah SWT memberikan limpahan rahmat-Nya kepada kalian.
Akhirnya penulis hanya dapat berdo'a semoga skripsi ini dapat dan mampu
memberikan manfaat kepada penulis dan para pembaca. Aamiin.
Salatiga, 5 November 2014
9
ABSTRAK
Pangesti, Wahyu Indah. 2015. Profil Madrasah Aliyah Berbasis Manajemen Pesantren (Studi Kasus Pada Ma Pondok Pabelan Magelang). Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. 2015.
Kata Kunci: MA Pondok Pabelan, Pendidikan, Manajemen Berbasis Pesantren
Untuk mengetahui bagaimana sejarah Pondok Pesantren Pabelan Magelang dan bagaiman pengelolaan sistem pendidikannya sehingga banyak mendapatkan prestasi dengan baik. Karena peningkatan mutu pendidikan merupakan pilar pokok pembangunan pendidikan di Indonesia. Pendidikan yang bermutu akan menghasilkan sumber daya manusia yang cerdas dan kompetitif. Untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu diperlukan adanya upaya peningkatan mutu pendidikan secara berkelanjutan oleh semua pihak yang berkompeten.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan memberikan makna terhadap data yang berhasil dikumpulkan, dan dari makna itulah kemudian dapat ditarik menjadi kesimpulan. Pemeriksaan keabsahan data dilakukan dengan mengadakan triangulasi dengan mencocokkan hasil wawancara kepala sekolah dengan hasil wawancara siswa dan guru yang menggunakan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa: Pelaksanaan pendidikan di MA Pondok Pabelan Magelang sudah berjalan dengan baik dan itu dapat terlihat dari outputnya, selain itu juga strategi yang digunakan oleh MA Pondok Pabelan dalam peningkatan pendidikan adalah melalui beberapa strategi. Strategi yang pertama dengan menerapkan dua kurikulumya yaitu kurikulum KMI (Kulliyatul
11 DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
PENGESAHAN KELULUSAN ii
NOTA PEMBIMBING iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN iv
MOTTO v
PERSEMBAHAN vi
KATA PENGANTAR vii
ABSTRAKSI ix
DAFTAR ISI x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 6
C. Tujuan Penelitian 6
D. Manfaat Penelitian 6
E. Penegasan Istilah 7
F. Metode Penelitian 8
1. Jenis Penelitian 8
2. Lokasi Penelitian 8
3. Sumber Data 8
4. Metode Pengumpulan Data 9
12
6. Metode Analisis Data 12
G. Sistematika Penulisan 14
BAB II PENEGASAN ISTILAH
A. Pesantren 15
1. Pengertian Pesantren 15
2. Peran Pesantren 15
B. Strategi 17
1. Pengertian Strategi 17
2. Macam-macam Strategi 17
C. Manajemen Berbasis Pesantren 21
1. Pengertian Manajemen Berbasis Pesantren 21
2. Fungsi Manajemen 24
3. Tujuan Manajemen Berbasis Pesantren 25
4. Paradigma Baru Manajemen Baru Pendidikan 26
5. Karakteristik 27
6. Fungsi-fungsi Yang Didesentralisasikan 31
7. Komponen Manajemen 33
BAB III HASIL TEMUAN PENELITIAN
A. Paparan Data 43
1. Sejarah Berdirinya MA Pondok Pabelan 43
2. Visi, Misi, dan Tujuan MA Pondok Pabelan 47
3. Letak Geografis MA Pondok Pabelan 48
4. Struktur Organisasi MA Pondok Pabelan 49
13
6. Kondisi Sarana dan Prasarana MA Pondok Pabelan 53
7. Kegiatan di MA Pondok Pabelan 54
B. Temuan Penelitian 57
BAB IV ANALISIS PENELITIAN
A. Profil Madrasah Aliyah Pondok Pabelan Magelang 66
B. Sistem Pendidikan Pesantren Di MA Pondok Pabelan Magelang 66
C. Strategi Yang Diterapkan di MA Pondok Pabelan Magelang 72
D. Faktor Pendukung dan Penghambat 77
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 80
B. Saran 81
DAFTAR PUSTAKA
14
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah pendidikan di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari peran dan
perjuangan pesantren.Sejak awal masa kedatangan Islam, terutama pada masa
Walisongo hingga masa penjajahan dan bahkan hingga saat ini pesantren
telah ikut andil dalam pengembangan pendidikan agama Islam.
Karena pendidikan sebagai salah satu upaya dalam rangka
meningkatkan kualitas hidup manusia yang bertujuan untuk mengubah
perilaku dan meningkatkan kualitas hidup. Pendidikan bukanlah suatu upaya
yang sederhana, melainkan suatu kegiatan yang dinamis dan penuh tantangan.
Pendidikan akan selalu berubah seiring dengan perubahan zaman. Setiap saat
pendidikan selalu menjadi fokus perhatian dan bahkan tak jarang menjadi
sasaran ketidakpuasan karena pendidikan menyangkut kepentingan semua
orang. Pendidikan tidak hanya menyangkut investasi dan kondisi kehidupan
di masa yang akan datang, melainkan juga menyangkut kondisi dan suasana
kehidupan saat ini. Itulah sebabnya pendidikan senantiasa memerlukan upaya
perbaikan dan peningkatan sejalan dengan semakin tingginya kebutuhan dan
tuntutan kehidupan masyarakat.
Pendidikan merupakan sebuah rangkaian proses pemberdayaan
manusia menuju kedewasaan baik secaraakal, mental maupun moral untuk
menjalankan fungsi kemanusiaan yang diemban sebagai hamba di hadapan
15
Karenanya, fungsi utama pendidikan adalah mempersiapkan peserta didik
dengan kemampuan dan keahlian yang diperlukan melalui berbagai program
pendidikan yang diselenggarakan secara sistematis dan terarah berdasarkan
kepentingan yang mengacu pada kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
(Iptek) dan dilandasi dengan keimanan dan ketaqwaan (Imtaq), sehingga
dengan kemampuan dan keahlian yang dimilikinya seseorang mampu dan
siap untuk terjun di tengah-tengah masyarakat.
Pondok pesantren merupakan sebuah lembaga pendidikan yang
sekarang ini sudah modern, di dalamnya terdapat fasilitas-fasilitas tertentu
untuk menunjang keberhasilan santrinya dalam hal pendidikan salah satunya
yaitu madrasah atau tempat pendidikan formal (SD, SMP, SMA, dan juga
universitas), tempat dimana para santrinya melakukan kegiatan belajar secara
formal yang dibimbing oleh seorang guru (ustadz).
Sebagai lembaga pendidikan yang telah lama di negeri ini, pondok
pesantren diakui memiliki andil yang sangat besar terhadap perjalanan sejarah
bangsa (Haedari, 2007:3), oleh karena itu pesantren harus dilestarikan dan
dikembangkan bersama. Perubahan dan perkembangan pada pondok
pesantren menunjukkan bahwa pondok pesantren tidak bisa dikatakan lagi
sebagai tempat jadul atau ketinggalan zaman.Melainkan sebagai tempat atau lembaga pendidikan yang unggul.Pondok Pesantren juga terkenal dengan ciri
khas baik dalam pola hidup ataupun tradisi yang harus dijaga dengan
baik.Dan telah terbukti bahwa pondok pesantren ikut terlibat berpartisipasi
secara aktif terhadap pelayanan masyarakat terutama dalam bidang
16
pondok pesantren telah mampu mendidik para santrinya menjadi manusia
yang shalih, mubaligh, serta para cendekiawan yang menjadi pemimpin di tengah-tengah masyarakat baik formal maupun informal yang kini tersebar di
seluruh pelosok nusantara ini (Mahpuddin, 2006:112).
Seiring dengan perkembangan zaman dan tuntutan masyarakat atas
kebutuhan pendidikan umum, kini banyak pesantren yang menyediakan
pendidikan umum dalam pesantren. Kemudian muncullah istilah pesantren
modern. Pesantren modern merupakan pesantren yang menggunakan sistem
pengajaran pendidikan umum (kurikulum). Jika sebelumnya kyai yang
mengatur sendiri semua kegiatan santrinya, sekarang kyai dapat menunjuk
seorang santri senior untuk mengatur kegiatan santri di pesantren yang
tentunya dengan bimbingan kyai.
Pesantren dengan sistem dan karakter tersendiri telah menjadi bagian
integral dari intuisi sosial masyarakat, khususnya pedesaan. Meski mengalami
pasang-surut dalam mempertahankan misi dan eksistensinya, namun sampai
kini pesantren tetap survive. Bahkan beberapa diantaranya muncul sebagai model gerakan alternatif bagi pemecahan masalah-masalah sosial masyarakat
desa. Seperti yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Pabelan Magelang Jawa
Tengah.
Model pendidikan sekarang ini juga memberikan kebebasan kepada
lembaga pendidikan untuk membuat kebijakan sekolah sesuai dengan
kebutuhan sekolah masing-masingatau yang disebut dengan otonomi sekolah
yang mengikuti model MBS/M (Manajemen Berbasis Sekolah/Madrasah).
17
sekolah di Era Otonomi pendidikan (2010:70) mengatakan bahwa MBM/S
merupakan pemberian otonomi penuh kepada sekolah/madrasah untuk
melakukan pengelolaan perbaikan kualitas. Otonomi yang demikian, akan
membuat sekolah mempunyai kewenangan yang lebih besar sehingga sekolah
lebih mandiri dan berpotensi.
Menilik pelaksanaan pendidikan yang berbasis dengan sistem
manajemen pesantren, Madrasah Aliyah (MA) Pabelan Magelang merupakan
lembaga pendidikan yang berbasis pesantren yang secara konsisten terus
berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikannya. MA Pondok Pabelan
sendiri berdiri pada tanggal 28 Agustus 1965 dan berada dibawah naungan
Yayasan Pondok Pesantren Pabelan di Desa Pabelan, Kecamatan Mungkid,
Kabupaten Magelang.
Visi MA Pabelan adalah “Terdidiknya santri menjadi mukmin, muslim, dan muhsin yang berbudi tinggi, berbadan sehat, berpengetahuan luas dan berpikiran bebas”.
Balai pendidikan di Pabelan Magelang ini didukung oleh sumber daya
manusia yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan terkini dan masa datang.
Tenaga pendidik berasal dari para alumni, non-alumni dan bantuan dari
Pemerintah Republik Indonesia (RI) yang sebagian besar telah bersertifikat
pendidik. Lembaga ini juga bekerjasama dengan berbagai negara, misalnya
dengan Pemerintah Mesir melalui program bantuan tenaga pendidik, dan
18
Kegiatan di Pondok Pesantren dimasukkan dalam proses kegiatan
belajar mengajar (KBM), yang diterapkan sebagai kurikulum khas atau ciri
pesantren yaitu KMI (Kulliyatul Mu‟allimien Al-Islamiyah) yang dipadukan dengan kurikulum Kementrian Agama RI.
Di samping itu juga terdapat program ekstrakurikuler yang terbagi
menjadi dua bagian, utama dan pilihan. Yang utama antara lain tahfidzul
qur‟an, pidato dalam tiga bahasa (Indonesia, Arab, Inggris), micro teaching, keputrian, kajian kitab dan bedah buku. Dan program pilihannya antara lain
IAYP(Internasional Award for Young People), keterampilan (Tata Busana, Desain Grafis, Sablonase, Cetak Sublim), Kesenian, Olahraga. Sedangkan
program intrakurikulernya adalah pertukaran pelajar, meliputi
AFSIntercultural Program, YES(Youth Exchang and Study), Jenesys (Japan-East Asia Network of Exchang for Student and Youths).Beberapa tahun terakhir telah disebutkan di atas dalam rangka kegiatan pertukaran pelajar
yang belum pernah ada di lembaga pendidikan unggul di wilayah Magelang.
MA Pondok Pabelan Magelang juga telah menghasilkan
alumni-alumni yang berkiprah dalam berbagai ragam instansi pemerintah, swasta
maupun berwirausaha, tersebar di seluruh wilayah nusantara.
Dari pemaparan di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti
pelaksanaan manajemen yang dilaksanakan di MA Pabelan Magelang dengan
judul “Profil Madrasah Aliyah BerbasisManajemen Pesantren (Studi Kasus
19
B. Rumusan Masalah
Berdasarkanlatar belakang di atas, maka permasalahan pokok yang
akan diteliti adalah:
1. Bagaimana sejarah MA Pondok Pabelan Magelang?
2. Bagaimana pelaksanaanpendidikan di MA Pondok Pabelan Magelang?
3. Apakah yang menjadi ciri khas MA Pondok Pabelan Magelang?
4. Faktor apa yang menghambat dan mendukung manajemen pesantren di
MA Pondok Pabelan Magelang?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah MA Pondok Pabelan Magelang.
2. Untuk mengetahui apa itu manajemen, dan bagaimana pelaksanaan
pendidikan diMA PondokPabelan Magelang.
3. Untuk mengetahui ciri khas MA Pondok Pabelan Magelang.
4. Untuk mengetahui faktor yang menghambat dan mendukung manajemen
pesantren di MA Pondok Pabelan Magelang.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini setidaknya memiliki dua kontribusi, yaitu:
1. Manfaat Teoritis
a). Manfaat teoritisnya adalah hasil penelitian ini diharapkan dapat
berguna untuk perkembangan dunia pendidikan dalam
kajianmanajemen pendidikan berbasis pesantren.
b). Untuk memberikan kontribusi pemikiran bagi pengelola pendidikan
20
2. Manfaat Praktis
a).Diharapkan bisa menjadi salah satu sumber untuk penerapan pendidikan
berbasis pesantren bagi lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia
khususnya lembaga pendidikan Islam atau pesantren.
b). Memberikan wawasan dan informasi kepada penulis dan pihak lain
khususnya dalam hal yang berkaitan dengan pendidikan berbasis
pesantren
E. Penegasan Istilah
1. Pesantren.
Pondok pesantren merupakan dua pengertian yang mengandung
satu arti yaitu tempat atau asrama belajar santri. Pondok pesantren atau
yang biasa disebut dengan pondok merupakan sebuah asrama pendidikan
yang bersifat tradisional, dimana semua santrinya tinggal dan belajar
bersama dibawah bimbingan seorang kyai untuk mengatur kegiatan di
pesantren.
Pesantren juga dapat dipahami sebagai lembaga pendidikan dan
pengajaran agama, umumnya dengan cara nonklasikal, dimana seorang kyai
mengajarkan ilmu agama Islam kepada santri-santri berdasarkan kitab-kitab
yang ditulis dalam bahasa Arab oleh ulama (Prasodjo, 1982:6).Sedangkan
menurut M. Arifin (dalam Dahri, 1997:8) Pesantren adalah suatu lembaga
pendidikan Islam yang tumbuh serta diakui masyarakat sekitarnya, dengan
sistem asrama (pemondokan di dalam komplek) dimana santri menerima
21
sepenuhnya di bawah kedaulatan kepemimpinan seseorang atau beberapa
orang kyai.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pesantren adalah lembaga atau
tempat pendidikan dan pengajaran yang menekankan pelajaran agama
Islam dan didukung dengan fasilitas asrama sebagai tempat tinggal santri.
2. Sistem Manajemen Berbasis Pesantren
Sistem adalah cara, sedangkan manajemen adalah pengelolaan.
Manajemen Berbasis Pesantren adalah pengelolaan lembaga pendidikan
yang merupakan institusi pendidikan yang melekat dalam kehidupan yang
patut untuk dipertahankan dan dikembangkan.
Menurut Qomar (dalam Dahri, 2007:10) sistem pendidikan dalam
pesantren mencakup kurikulum dan metodologi. Pembaruan
(modernisasi) kurikulum dilakukan sengan cara tetap memberikan
pengajaran agama islam, sekaligus memasukkan pelajaran umum sebagai
substansi pendidikan. Pembaruan metodologi dilakukan dengan
menerapkan sistem klasikal atau penjenjangan.Dari segi metode
pengajaran tidak lagi menerapkan sorogan atau bandongan, mulai
menggunakan berbagai metode pengajaran yang diterapkan pada sekolah
umum.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Sistem Manajemen Pendidikan
Pesantren diartikan sebagai cara atau pengelolaanyang berkenaan dengan
proses pendidikanyang mempunyai kekhasan untuk mencapai tujuan yang
22
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research).
Yaitu penelitian yang dilakukan langsung di lokasi. Penelitian ini
bersifat deskriptif kualitatif, karena penelitian ini bertujuan untuk
mendeskriptifkan dan menganalisa fenomena, aktivitas sosial, sikap, dan
pemikiran secara individual ataupun kelompok.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Madrasah Aliyah Pabelan Desa Pabelan,
Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang.
3. Sumber Data
Menurut sumbernya data penelitian dibagi menjadi dua bagian,
yaitu:
a. Data Primer, yakni data yang diperoleh secara langsung dari obyek
yang diteliti.
b. Data Sekunder, yakni data yang diperoleh secara tidak langsung.
Adapun sumber yang akan diperoleh dalam penelitian ini adalah
kepala sekolah, guru, siswa, dokumen atau arsip-arsip sekolah dan
pihak-pihak lain yang dapat memberikan informasi.
4. Metode Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang diperlukan, maka metode dan
langkah-langkah yang akan digunakan untuk memperoleh data yang
23
a. Wawancara
Wawancara merupakan percakapan yang dilakukan oleh dua
pihak atau lebih dengan maksud tertentu. Wawancara dalam penelitian
ini dilakukan dengan beberapa pihak antara lain dengan kepala
sekolah, guru, dan siswa sedangkan pertanyaannya meliputi sejarah
Pondok Pabelan Magelang dan pengelolaan pendidikannya.
Tujuan dari wawancara dalam penelitian ini adalah untuk
mendapatkan jawaban dari pertanyaan yang diajukan kepada obyek
sebagai acuan pokok untuk mendapatkan informasi tentangMA
Pondok Pabelan Magelang.
Dan dalam penelitian ini jenis wawancara yang digunakan
adalah wawancara terstruktur, karena dalam penelitian ini
penelitimenetapkan masalah dan pertanyaannya sendiri terhadap pihak
yang terwawancara. Wawancara dalam penelitian ini juga
menggunakan pedoman, artinya peneliti berpegang pada pedoman
yang telah disiapkan sebelumnya. Dalam pedoman tersebut telah
disusun secara sistematis hal-hal yang akan ditanyakan.
b. Observasi
Observasi atau pengamatan ini dilakukan dengan mengamati
secara langsung di lokasi penelitian terhadap perkataan, segala macam
tingkah laku dan hal-hal lain yang dapat dijadikan sumber data dari
penelitian yang akan diteliti.Observasi dibagi menjadi menjadi 2 jenis,
24
1) Observasi Partisipati
Observasi partisipasi adalah observasi yang melibatkan
peneliti terjun ke lapangan, sehingga peneiliti merupakan bagian
dari kelompok yang ditelitinya.
2) Observasi Non-Partisipasi
Observasi non-partisipasi adalah observasi yang tidak
melibatkan peneliti terjun langsung ke lapangan, peneliti hanya
berpartisipasi saja.
Jenis observasi penelitian ini adalah observasi non-partisipatif,
karena peneliti hanya melakukan pengamatan langsung dalam kegiatan
tetapi tidak ikut berpartisipasi dalam kegiatan.Observasi dalam
peneilitian ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang MA
Pondok Pabelan Magelang.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan
menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen baik dokumen
tertulis, gambar, maupun elektronik (Sukmadianata, 2007:221).
Metode ini di digunakan untuk mengumpulkan data yang sudah
tersedia dalam catatan, sebagai pendukung dan pelengkap data primer.
Dokumentasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1) Dokumentasi primer, yaitu data yang diperoleh langsung
25
2) Dokumentasi sekunder, yaitu data yang diperoleh bukan
dari ungkapan secara langsung olehpihak yang
bersangkutan.
Adapun sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari kepala
sekolah, guru, siswa, dokumen atau arsip sekolah dan pihak-pihak lain
yang dapat memberikan informasi yang berkaitan dengan penelitian.
5. Pengecekan Keabsahan Data (Validitas/Kesahihan Data)
Agar data dalam suatu penelitian dapat dikatakan valid, maka
diperlukan adanya uji keabsahan data. Keabsahan data merupakan
konsep penting yang harus diperbarui dari konsep kesahihan data
(validitas) dan keandalan (realibilitas). Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan, salah satunya adalah derajat
kepercayaan (credibility).
Dalam penelitian ini dilakukan uji keabsahan data dengan
menggunakan teknik triangulasi. Teknik triangulasi adalah teknik
yang paling banyak digunakan untuk pemeriksaan melalui sumber
lainnya untuk keperluan pembanding dengan tujuan meningkatkan
kualitas penilaian. Triangulasi merupakan salah satu teknik
pemeriksaan dari kriteria kredibilitas atau cara untuk meningkatkan
keabsahan data dalam penelitian kualitatif.
Terdapat enam macam teknik triangulasi, yaitu sebagai teknik
pemeriksaan yang memanfaatkan teori, data, sumber, metode,
26
triangulasi. Sedangkan pengumpulan data yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah metode wawancara, observasi, dan dokumentasi.
6. Metode Analisis Data
Tahap setelah mengumpulkan data adalah menganalisis data.
Analisis data adalah upaya mencari dan menata secara sistematis
catatan hasil wawancara, observasi dan lainnya untuk meningkatkan
pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti.Teknik atau metode
analisis data yang digunakanadalah dengan teknik diskriptif analisis
karena berupa kata-kata lisan atau atau tulisan tentang tingkah laku
yang diamati.Langkah-langkah melaksanakan analisis yaitu:
1. Perencanaan yaitu meliputi perumusan dan pembatasan masalah.
2. Memulai pengumpulan data yaitu peneliti mulai mewawancara
beberapa informan yang telah ditentukan.
3. Pengumpulan data dasar yaitu disini peneliti benar-benar melihat,
mendengarkan, dan merasakan apa yang ada dengan penuh
perhatian.
4. Pengumpulan data penutup yaitu peneliti mengakhiri pengumpulan
data setelah mendapatkan semua informasi yang dibutuhkan.
5. Melengkapi yaitu kegiatan untuk melengkapi atau
menyempurnakan hasil analisis data dan menyusun cara
menyajikannya.
Analisis data dilakukan sebelum memasuki lapangan, selama
27
difokuskan selama proses dilapangan bersamaan dengan
pengumpulan data.
1. Analisis sebelum di lapangan.
Fokus penelitian bersifat sementara dan akan berkembang
setelah peneliti masuk dan selama di lapangan. Misalnya, orang
ingin mencari pohon jati di hutan. Fokus penelitian adalah ingin
menemukan pohon jati. Tetapi setelah masuk ke hutan ternyata
tidak ada pohon jatinya. Kalau peneliti kuantitatif pasti akan
membatalkan penelitiannya, berbeda dengan penelitian kualitatif
yang fokus penelitiannya bersifat sementara sehingga peneliti tidak
akan membatalkan penelitiannya tetapi dengan mengubah fokus
penelitian.
2.Analisis selama di lapangan.
Jika pada saat wawancara peneliti sudah melakukan analisis
terhadap jawaban yang diwawancarai dan jawabannya belum
memuaskan, maka peneliti akan meneruskan pertanyaannya sampai
28
G. Sistematika Penulisan
Bab I : Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan Istilah,
metode penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II : Penegasan Istilah adalah teori yang digunakan untuk landasan kerja
penelitian tentang topik yang diambil untuk diteliti.
Bab III : Gambaran umum MA Pabelan Desa Pabelan, Kecamatan Mungkid,
Kabupaten Magelang, yang berisikan letak geografis, sejarah
berdirinya, visi dan misi, program pendidikan, struktur organisasi,
keadaan guru dan karyawan, keadaan siswa, kondisi sarana dan
prasarana sekolah dan kegiatan di MA Pondok Pabelan.
Bab IV : Analisis hasil penelitianyang berisikan tentang profil MA Pondok
Pabelan Magelang yang Berbasis Manajemen Pesantren,
pelaksanaan pendidikan, keunikan dan kekhasan yang menjadi ciri
MA Pondok Pabelan serta faktor penghambat dan pendukung
Manajemen Berbasis Madrasah di MA Pondok Pabelan Magelang.
Bab V: Penutup yang terdiri dari beberapa kesimpulan yang menjawab
permasalahan yang telah dirumuskan dalam penelitian ini, dan
29
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pesantren
1. Pengertian
Pondok pesantren merupakan dua pengertian yang mengandung
satu arti yaitu tempat atau asrama belajar santri. Pondok pesantren atau
yang biasa disebut dengan pondok merupakan sebuah asrama pendidikan
yang bersifat tradisional, di mana semua santrinya tinggal dan belajar
bersama dibawah bimbingan seorang kyai untuk mengatur kegiatan di
pesantren.
Pesantren juga dapat dipahami sebagai lembaga pendidikan dan
pengajaran agama, umumnya dengan cara nonklasikal, di mana seorang
kyai mengajarkan ilmu agama Islam kepada santri-santri berdasarkan
kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa Arab oleh ulama (Prasodjo,
1982:6).Sedangkan menurut Nurcholish Madjid (1997:9) dalam bukunya
yang berjudul Bilik-Bilik Pesntren menyebutkan bahwa Pesantren adalah
bentuk pendidikan Islam di Indonesia yang telah berakar sejak
berabad-abad silam.Beliau menilai bahwa pesantren mengandung makna
ke-Islam-an sekaligus keaslian (indigenous) Indonesia.Kata “Pesantren” mengandung pengertian sebagai tempat para santri atau murid pesantren.
Sedangkan kata “santri” diduga berasal dari istilah sansekerta “sastri”
yang berarti “melek huruf”, atau dari bahasa jawa “cantrik” yang berarti
30
2. Peran Pesantren Dalam Pendidikan
Pesantren merupakan insitusi pendidikan yang melekat dalam
kehidupan yang patut dikembangkan. Menjalankan fungsi pendidikan
memang menjadi tugas pokok sebuah pesantren. Identitas pesantren
adalah lembaga pendidikan, walaupun dalam perjalanannya berbagai
fungsi juga dijalankan. Pesantren melakukan perubahan secara bertahap.
Para kyai mengadakan modernisasi lembaga di tengah perubahan
masyarakat Jawa, tanpa meninggalkan sisi positif sistem pendidikan Islam
tradisional. Selain itu juga perubahan yang memang perlu dilakukan dan
dijaga agar tidak merusak segi positif yang dimiliki oleh kehidupan
pedesaan.
Pondok pesantren dalam menjalankan pendidikannya cukup
mandiri.Ini ditentukan melalui sistem pengajaran yang digunakan
pengajar, di samping itu juga sistem pendidikan dan pengajaran di pondok
pesantren yang dikenal dengan sistem pondok.Yang dengan sistem ini,
proses pendidikan berlangsung terus menerus baik di lingkungan
madrasah (kelas) maupun di luar kelas.
Sebagai lembaga pendidikan yang telah lama di negeri ini, pondok
pesantren diakui memiliki andil yang sangat besar terhadap perjalanan
sejarah bangsa (Haedari, 2007:3), oleh karena itu pesantren harus
dilestarikan dan dikembangkan bersama. Perubahan dan perkembangan
pada pondok pesantren menunjukkan bahwa pondok pesantren tidak bisa
31
juga terkenal dengan ciri khas baik dalam pola hidup ataupun tradisi yang
harus dijaga dengan baik.Dan telah terbukti bahwa pondok pesantren ikut
terlibat berpartisipasi secara aktif terhadap pelayanan masyarakat
terutama dalam bidang pendidikan.Terlepas dari keberhasilannya selama
ini, pondok pesantren telah mampu mendidik para santrinya menjadi
manusia yang shalih, mubaligh, serta para cendekiawan yang menjadi pemimpin di tengah-tengah masyarakat baik formal maupun informal
yang kini tersebar di seluruh pelosok nusantara ini (Mahpuddin,
2006:112).
B. Strategi
1. Pengertian
Strategi menurut Kemp (1995:43) dalam Rusman (2009:556) adalah
suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar
tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.Sementara itu,
strategi pembelajaran menurut Seels dan Rickey (1994:31) dalam
Rusmono adalah perincian untuk memilih dan mengurutkan kejadian
ataupun kegiatan dalam pembelajaran (Rusmono, 2012:7).
Strategi dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang
rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan tertentu (Sanjaya,
2007:2).Pembelajaran adalah suatu proses yang mengandung serangkaian
perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang
berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu (Usmar,
32
Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi
pembelajaran adalah perencanaan yang berisi tentang keseluruhan metode
dan prosedur yang menitik beratkan pada kegiatan siswa dalam proses
belajar mengajar untuk mencapai tujuan tertentu.
2. Macam-macam Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaranadalah salah satu aspek yang menentukan
berhasil atau tidaknya suatu kegiatan pembelajaran. Tetapi bukan hanya
strategi pembelajaran saja yang penting, faktor karakteristik siswa juga
merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh seorang pendidik.
Oleh karena itu strategi pembelajaran yang akan dilakukan oleh seorang
pendidik adalah juga dengan memperhatikan kecenderungan cara berpikir
peserta didik.
Strategi pembelajaran yang banyak memberikan celah peserta didik
untuk berpendapat adalah strategi pembelajaran yang berpusat pada
peserta didik sendiri, seperti strategi pembelajaran quantum learning and teaching dan strategi pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning)
(Umiarso dan Gojali, 2010:261).
a. Strategi Pembelajaran Quantum Learning and Teaching
Quantum didefinisikan sebagai interaksi yang mengubah energi
menjadi cahaya, learning sendiri artinya belajar. Jadi quantum learning
adalah cara pengubahan bermacam-macam interaksi dan hubungan
33
b. Strategi Pembelajaran Kooperatif
Strategi ini merupakan strategi yang menekankan adanya kerja sama
antara siswa dalam kelompok. Model pembelajaran kooperatif
merupakan suatu model pengajaran di mana siswa belajar dalam
kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda
dalam menyelesaikan tugas kelompok.
Sedangkan menurut Hamruni dalam bukunya yang berjudul Strategi
dan model-model pembelajaran aktif-menyenangkan (2012: 8) strategi
pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi 5, yaitu: strategi
pembelajaran langsung, strategi pembelajaran tak langsung, strategi
interaktif, strategi mandiri, dan strategi melalui pengalaman.
a. Strategi pembelajaran langsung merupakan pembelajaran yang banyak
diarahkan oleh guru. Strategi ini efektif untuk menentukan informasi
atau membangun keterampilan.
b. Strategi pembelajaran tak langsung bisa juga disebut dengan inkuiri
yang artinya berlawanan dengan pembelajaran langsung. Jika dalam
pembelajaran langsung guru berperan sebagai seorang penceramah,
akan tetapi dalam pembelajaran tak langsung guru berperan sebagai
fasilitator.
c. Strategi pembelajaran interaktif menekankan peserta didik untuk
berdiskusi.
d. Strategi pembelajaran mandiri merupakan strategi pembelajaran yang
bertujuan membangun inisiatif individu, kemandirian, dan peningkatan
34
Dalam proses pembelajaran hendaknya seorang pendidik memberikan
suasana yang menyenangkan dan memudahkan peserta didik agar mudah
menerima dan menyerap ilmu/pelajaran yang disampaikan oleh pendidik.
Seperti hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dalam kitab Adab
bab Qoulun Nabiyy 20/28 yang berbunyi:
اْوُرِّسَي َلَق ْمّلَسَو ًِْيَلَع ُالله يَّلَص يِبَّىلا ْهَع ِكِلاَم ْهِب ْسَوَا ْهَع
“Dari Anas bin Malik dari Nabi SAW, permudahlah mereka, janganlah
mempersulit, dan gembirakanlah serta janganlah membuat mereka lari
(menjauhi kamu)” (HR. Bukhori) (Shahih Bukhori, 20/288).
Hadits yang dikeluarkan oleh Al-Bukhori dalam kitab „alim ini juga
sesuai dengan firman Allah yang menjelaskan strategi pembelajaran yaitu
tentang memberikan kemudahan (saat proses pembelajaran) dalam
penggalan surat Al-Baqoroh ayat 185, yang berbunyi:
َرْسُ لْا ُمُكِبُدْيِرُي َ َوَرْسُيلْا ُمُكِب ُاللهُدْيِرُي
Artinya:...Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak
menghendaki kesukaran bagimu....(QS, 2:185).
Prinsip memberikan kemudahan ini tergambar juga dalam pengajaran
Rosulullah kepada para sahabatnyaMuslim dalam kitab shahihnya (pada
bab yang menerangkan tentang sikap cerdas Rosul dalam memberikan
nasihat)meriwayatkan dari Al-A’masy, dari Syaqiq Abu Wail, dia berkata:
“pada suatu saat kami tengah duduk menunggu di samping pintu rumah
35
kami, maka kami berkata: Tolong beritahu Abdullah bin Mas’ud bahwa
kami menunggunya. Maka diapun menyampaikannya sehingga tak berapa
lama kemudian Abdullah ibn Mas’ud keluar menemui kami, lalu dia
berkata: Aku telah diberitahu bahwa kalian menunggu. Sebenarnya aku
telah mengetahui kedatangan kalian, namun aku khawatir saat ini kalian
akan merasa bosan belajar kepadaku. Karena sesungguhnya Rasulullah
sendiri selalu memilih waktu dan memperhatikan keadaan kami (sebelum
beliau menyampaikan pelajaran), sehingga tiak setiap hari beliau
menasehati/mengajar kami lantaran khawatir kami akan bosan (Hamruni,
2012:72-73).
Tugas pendidik adalah memberikan model perilaku yang baik karena
peserta didik dapat memperoleh contoh melalui peniruan yang tepat dalam
proses belajar mengajar, seperti dalam firman Allah surat al-Ahzab ayat
tauladan yang baik bagimu (yaitu) orang yang mengharap (rahmat) Allah
dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah (QS, 33:21).
C. Manajemen Berbasis Pesantren
1. Pengertian Manajemen
Manajemen adalah pengelolaan. Manajemen juga dapat diartikan
36
sedemikian rupa sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung
secara efektif dan efisien. Istilah manajemen mempunyai banyak arti,
namun secara umum manajemen diartikan sebagai proses mengelola
sumber daya secara efektif untuk mencapai tujuan tertentu. Jika ditinjau
dari aspek pendidikan, maka arti dari manjemen adalah sebagai segala
sesuatu yang berkenaan dengan pengelolaan proses pendidikan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan melakukan sejumlah fungsi
tertentu.
Manajemen menurut Hamalik (1991:29) adalah kemampuan atau
keterampilan untuk memperoleh hasil dalam rangka pencapaian tujuan
tertentu dengan cara menggerakkan orang lain. Sedangkan menurut Made
Pidarta (1988:17) manajemen adalah pusat administrasi, administrasi
berawal dan berakhir pada manajemen. Maksudnya manajemen adalah
suatu aktivitas yang menjadi pusat administrasi, pusat atau inti kerjasama
antar anggota organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Dalam perspektif pendidikan, manajemen adalah sebuah alat yang
digunakan agar tujuan pendidikan di sekolah dapat tercapai secara efektif
dan efisien, proses manajemen pendidikan memiliki peranan yang sangat
penting karena sekolah merupakan suatu sistem yang di dalamnya
melibatkan berbagai komponen dan sejumlah kegiatan yang perlu dikelola
dengan baik. Jika manajemennya baik maka akan memudahkan
37
Berbasis dari kata basis atau bisa diartikan dengan dasar.Madrasah
atau pondokpesantren merupakan suatu lembaga pendidikan atau tempat
berlangsungnya proses pendidikan (KBM).
Pendidikan Berbasis Pesantren adalah sarana yang bertugas
sebagai perangkat organisasi yang diciptakan untuk mencapai tujuan
pendidikan yang berlangsung di dalam pondok pesantren (Halim,
2005:115).
Kemajuan dan keberhasilan pondok pesantren atau
madarasahtergantung bagaimana kyai atau kepala madrasah itu sendiri
mengatur dan mengelola pendidikan.Kyai atau kepala madrasah di sini
bertugas sebagai manajer yaitu penggerak aktivitas operasional dan
memainkan peran sebagai pembuat strategi, pemimpin, administrator, dan
penyelesai masalah.
a. Sebagai pembuat strategi, seorang manajer harus bisa
mempertimbangkan misi dan tujuan organisasi, memikirkan
kemungkinan hal-hal yang akan terjadi dan menentukan arah atau
tujuan yang akan diambil.
b. Sebagai pemimpin, seorang manajer harus mampu memberi dorongan
(motivasi) dan membantu personil lainnya.
c. Sebagai administrator, seorang manajer harus bisa membuat dan
mengimplementasikan sistem untuk membantu pelaksanaan tugas
38
d. Sebagai penyelesai masalah, seorang manajer harus mampu berpikir
logis dan luwes serta membantu orang lain dalam menyelesaikan
suatu masalah.
Menurut Saroni (2006:21) kepala sekolah adalah seorang manajer.
Dialah yang mengatur segala sesuatu yang ada di sekolah untuk mencapai
tujuan sekolah. Dengan posisi sebagai manajer, kepala sekolah
mempunyai kewenangan penuh terhadap arah kebijakan yang ditempuh
menuju visi dan misi sekolah. Kemampuan manajemen ini sangat
mendukung pada saat mengatur personil/SDM yang dimiliki sekolah
secara tepat, penggunaan sarana, dan alokasi pemakaian dana yang ada di
sekolah.
Baik dan buruknya, merosot dan berkembangnya sebuah lembaga
pendidikan adalah tergantung bagaimana sekolah itu diatur atau dengan
kata lain bahwa kemajuan sekolah itu tergantung pada bagaimana kepala
sekolah mengatur kegiatan sekolah dengan semua personil yang ada
secara maksimal. Jadi sangatlah jelas, bahwa kepala sekolah sangat
berperan penting dalam sebuah lembaga pendidikan. Tapi perlu
ditegaskan, bahwa semua itu bukan hanya tugas dan kewajiban kepala
sekolah saja, akan tetapi semua itu merupakan tugas bersama antara
semua komponen yang berada di lingkungan sekolah itu sendiri.
2. Fungsi Manajemen
Terdapat empat fungsi manajemen menurut G. R. Terry dalam
39
(pengorganisaian); (3) actuating (pelaksanaan); (4) controlling
(pengawasan).
a. Perencanaan (Planning)
Arti penting perencanaan adalah memberikan kejelasan arah untuk
setiap kegiatan sehingga dapat diusahakan dan dilaksanakan seefisien
dan seefektif mungkin.
b. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian adalah tindakan mengusahakan hubungan-hubungan
yang efektif antara orang-orang sehingga mereka dapat bekerjasama
secara efisien, dan memperoleh kepuasan pribadi dalam melaksanakan
tugas-tugas tertentu, dalam kondisi lingkungan tertentu guna mencapai
tujuan tertentu.Tiga langkah dalam proses pengorganisasian, yaitu (a)
perincian seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk mencapai
tujuan organisasi; (b) pembagian beban pekerjaan total menjadi
kegiatan-kegiatan yang logis dapat dilaksanakan oleh satu orang; (c)
pengadaan dan pengembangan suatu mekanisme untuk
mengkoordinasikan pekerjaan para anggota menjadi kesatuan yang
terpadu dan harmonis.
c. Pelaksanaan (Actuating)
Dari rangkaian proses manajemen, pelaksanaan (actuating)
merupakan fungsi manajemen yang paling utama. Dalam fungsi
perencanaan dan pengorganisasian lebih banyak berhubungan dengan
40
actuatingjustru lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan orang-orang dalam organisasi.
d. Pengawasan (Controlling)
Pengawasan (controlling) merupakan fungsi manajemen yang tidak kalah pentingnya dalam suatu organisasi. Semua fungsi yang
terdahulu, tidak akan efektif tanpa disertai fungsi pengawasan.
3. Tujuan Manajemen
Menurut Raharjo dalam bukunya Manajemen Berbasis Sekolah tujuan
Manajemen Berbasis Sekolah dibagi menjadi empat, yaitu:
a. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian sekolah dalam
mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia.
b. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama.
c. Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua, masyarakat,
dan pemerintah tentang mutu sekolahnya.
d. Meningkatkan kompetensi yang sehat antar sekolah tentang mutu
pendidikan yang akan dicapai.
Sedangkan tujuan Manajemen Berbasis Sekolah menurut Umiarso dan
Gojali (2010:80) adalah meningkatkan efisiensi, mutu, dan pemerataan
pendidikan. Peningkatan efisiensi diperoleh melalui sumber daya yang
ada, dan penyederhanaan birokrasi. Peningkatan mutu diperoleh melalui
partisipasi orang tua, kelenturan pengelolaan sekolah, peningkatan
profesionalisme guru, adanya hadiah dan hukuman sebagai kontrol, serta
41
4. Paradigma Baru Manajemen Pendidikan
Dengan diberlakukannya otonomi daerah, maka sebagai konsekuensi
logis bagi manajemen pendidikan di Indonesia adalah perlu dilakukannya
penyesuaian terhadap manajemen paradigma lama menuju manajemen
paradigma baru yang lebih bernuansa otonomi dan yang lebih demokratis.
Pergeseran paradigma pendidikan dasar dan menengah telah tercermin
dalam visi pembangunan pendidikan nasional yang tercantum dalam
GBHN (Garis-garis Besar Haluan Negara) 1999 ” Mewujudkan sistem dan
iklim pendidikan nasional yang demokratis dan berkualitas guna
mewujudkan bangsa yang berakhlak mulia, kreatif, inovatif, berwawasan
kebangsaan, cerdas sehat, disiplin, bertanggung jawab, trampil, serta
menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi”. Amanat GBHN (Garis Besar
Haluan Negara) ini menyiratkan suatu kekhawatiran yang mendalam dari
berbagai komponen bangsa terhadap prestasi sistem pendidikan nasional
yang kini tampak mulai menurun dalam mempersiapkan SDM (Sumber
Daya Manusia) yang tangguh dan mampu bersaing di era tanpa batas ke
depan (Raharjo, 2003:7).
Tabel 1
Perubahan Paradigma Manajemen Pendidikan Paradigma Lama Paradigma Baru
42
Karakteristik sekolah yang menerapkan sistem Manajemen
Berbasis Sekolah/Madrasah perlu mengoptimalisasikan aspek-aspek
tertentu, yaitu meningkatkan kinerja organisasi sekolah, proses
pembelajaran, pengelolaan sumber daya dan administrasi. Menurut
Raharjo (2003:40) dalam bukunya Manajemen Berbasis Sekolah,
MBSmemiliki karateristik yang harus dipahami oleh sekolah yang
akan menerapkannya yang meliputi komponen pendidikan dan
perlakuannya pada setiap tahap pendidikan input, proses dan
outputnya.
Pada hasil pendidikan (output ) diharapkan mendapatkan prestasi akademik dan non-akademik. Prestasi akademik misalnya NEM,
lomba karya ilmiah, olimpiade siswa berprestasi. Sedangkan
non-akademik berupa kesenian, olah raga, kejujuran, kerajinan, pramuka
43
Pada proses pendidikan biasanya penekanannya pada :
1) Proses Belajar Mengajar (PBM) yang menekankan pada belajar
hidup bersama dan belajar menjadidiri sendiri.
2) Kepemimpinan sekolah yang tangguh,memiliki kemampuan
kepemimpinan yang kuat dan mampu meningkatkan mutu
sekolah sesuai visi, misi, tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan.
3) Lingkungan sekolah yang tertib, aman dan nyaman.
4) Pengelolaan tenaga pendidik yang efektif.
5) Sekolah memiliki kualitas informasi untuk perbaikan hasil diikuti
penghargaan atau sanksi.
6) Sekolah memiliki kebersamaan yang kompak tanpa adanya
kelompok tertentu yang menghambat kemajuan sekolah.
7) Sekolah memiliki kewenangan yang merupakan kesanggupan
kerja dan tidak menggantungkan orang lain.
8) Partisipasi warga sekolah dan masyarakat. Karena hubungan
antara sekolah dan masyarakat merupakan bagian sekolah yang
paling tinggi terutama di bidang akademik dan non-akademik.
9) Keterbukaan antara warga sekolah dan masyarakat, terutama
komite sekolah. Apalagi manajemen tersebut menyangkut
perencanaan anggaran RAPBSdan penggunaan uang sekolah.
Komite sekolah harus tahu menyangkut anggaran sekolah, seperti
44
10) Sekolah memiliki kemauan untuk berubah menjadi lebih baik.
Perubahan tersebut dapat berupa perubahan fisik sekolah, prestasi
akademik dan non-akademik.
11) Sekolah melakukan evaluasi dan perbaikan. Evaluasi bukan hanya
sekedar untuk mengetahui daya serap dan kemauan siswa
menerima mata pelajaran, tetapi evaluasi dapat digunakan sebagai
tolak ukur untuk memperbaiki dan menyempurnakan PBM di
sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.
12) Sekolah responsif dan antisipatif terhadap kebutuhan sekolah
terutama menyangkut mutu sekolah.
13) Sekolah memiliki komunikasi yang baik antara warga sekolah
dalam membentuk kebersamaan yang kokoh sehingga kegiatan
sekolah bisa dilakukan secara merata.
14) Sekolah memiliki akuntabilitas (pertanggungjawaban) terhadap
prestasi penyelenggaraan program sekolah yang nantinya harus
dilaporkan kepada pemerintah, orang tua dan masyarakat.
Pada Input pendidikan :
1) Pendidikan memiliki kebijakan, tujuan dari sasaran program yang
jelas. Kebijakan, tujuan, dan sasaran sekolah harus
disosialisasikan kepada semua warga sekolah, sehingga tertanam
pemikiran, tindakan, dan karakter yang kuat oleh warga sekolah.
2) Sumber daya yang tersedia. Sekolah harus memiliki sumber daya
45
lainnya seperti uang, peralatan/perlengkapan, dan lain-lainnya
untuk menjalankan proses pendidikan.
3) Staf yang kompeten dan berdedikasi tinggi terhadap sekolahnya.
4) Memiliki harapan prestasi tinggi. Sekolah harus memiliki
komitmen dan dedikasi tinggi untuk mencapai prestasi serta anak
didik yang mempunyai motivasi untuk meningkatkan prestasi
sesuai dengan bakat dan kemampuan yang dimilikinya.
5) Fokus pada pelanggaran. Anak didik merupakan fokus utama
semua kegiatan proses pembelajaran yang dikerahkan di sekolah
dengan tujuan untuk meningkatkan mutu dan kepuasan siswa.
6) Manajemen kelengkapanyang dibutuhkan sekolah akan
membantu kepala sekolah mengelola sekolah denganefektif.
6. Fungsi-Fungsi Yang Didesentralisasikan
1) Perencanaan dan Evaluasi
Rencana peningkatan program berfungsi untuk menganalisis
kebutuhan program sekolah.
2) Pengelolaan Kurikulum
Sejalan dengan pemberlakuan Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK), bahwa tidak boleh mengurangi isi kurikulum yang berlaku
secara nasional dimana program dengan pendekatan kompetensi
lebih sesuai dan pas dikelola melalui MBS, sekolah akan leluasa
dalam mengimplementasikan kurikulum dan dalam pengembangan
46
3) Pengelolaan Proses Belajar Mengajar (PBM)
Proses Belajar Mengajar (PBM) merupakan kegiatan utama
sekolah dimana sekolah diberi kebebasan memilih strategi atau
metode pembelajaran yang efektif.
4) Pengelolaan Ketenagaan
Pengelolaan tenaga kependidikan dan lainnya mulai dari analisis
kebutuhan, perencanaan, rekrutmen, pengembangan, sampai
evaluasi kinerja tenaga kerja dapat dilakukan oleh sekolah.
5) Pengelolaan Fasilitas
Pengelolaan fasilitas khususnya yang berkaitan langsung dengan
proses belajar mengajar (PBM).
6) Pengelolaan Keuangan
Keuangan di sekolah merupakan bagian yang penting, karena
setiap kegiatan membutuhkan dana. Untuk itu, sekolah perlu
pengelolaan keuangan yang baik.
7) Pengelolaan Layanan Siswa
Pengelolaan layanan kesiswaan bertujuan untuk mengatur berbagai
kegiatan dalam bidang kesiswaan agar kegiatan pembelajaran dapat
berjalan lancar.
8) Pengelolaan Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
Hubungan masyarakat merupakan suatu kegiatan untuk
menanamkan dan memperoleh pengertian, goodwill, kepercayaan, serta penghargaan dari publik suatu badan khususnya dan
47
Tabel 2
Fungsi-fungsi Pendidikan yang di Desentralisasikan ke Sekolah.
Masukan Pendidikan ProsesPendidikan Hasil Pendidikan
7. Komponen-Komponen Manajemen dalam MBS
Komponen adalah bagian yang merupakan seutuh ( W.J.S.
Poerwodaminto, 1984:104 ). Secara umum, komponen merupakan
bagian dari sebuah sistem utuh. Ada tujuh komponen manajemen
sekolah dalam Manajemen Berbasis Sekolah/Madrasah, yaitu:
1. Manajemen Kurikulumdan Program Pengajaran
Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang berisikan
berbagai bahan ajar yang diprogramkan dan direncanakan dan
dirancang atas dasar norma yang dijadikan pedoman dalam proses
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan.
48
Kurikulum dan program pengajaran merupakan pijakan
dalam proses pendidikan yang diselenggarakan pada sebuah
lembaga pendidikan.
Kurikulummerupakanseperangkatrencanadanpengaturanmengenai
tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan
kegiatanpembelajaranuntukmencapaitujuanpendidikan tertentu.
Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta
kesesuaian
dengankekhasan,kondisidanpotensidaerahsatuanpendidikan
danpeserta
didik.Olehsebabitukurikulumdisusunolehsatuanpendidikan untuk
memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan
kebutuhan dan potensi yangada di daerah. Perencanaan dan
pengembangan kurikulum nasional pada umumnya telah
dilakukan oleh Kementerian Pendidikan Nasional pada tingkat
pusat. Karena itu sekolah merealisasikan dan menyesuaiakan
kurikulum tersebut dengan kegiatan pembelajaran. Disamping itu,
sekolah juga bertugas dan berwenang untuk mengembangkan
kurikulum muatan lokal sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan
lingkungan setempat.
Jadi intinya adalah dalam pengelolaan kurikulum yang
49
boleh dikembangkan adalah muatan lokal yang disesuaiakan
sesuai dengan kondisi dan karakteristik sekolah masing-masing.
Sekolah diharapkan dapat mengembangkan program
pengajaran serta melaksanakan pengawasan dalam
pelaksanaannya. Dalam proses pengembangan program sekolah,
manajer hendaknya tidak membatasi diri pada pendidikan dalam
arti sempit, ia harus menghubungkan peserta didik dan kebutuhan
lingkungan.Dalam kepentingan kepala sekolah sebagai menejer,
ia harus bertanggung jawab terhadap perencanaan, pelaksanaan,
dan penilaian perubahan atau perbaikan program pengajaran di
sekolah. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, ada empat langkah
yang harus dilakukan. Menurut Mulyasa (2009:41), empat
langkah tersebut yaitu: menilai kesesuaian program yang ada
dengan tuntutan kebudayaan dan kebutuhan murid, meningkatkan
perencanaan program, memilih dan melaksanakan program, serta
menilai perubahan program.
2. Manajemen Tenaga Kependidikan
Ketenagaan dalam sekolah identik dengan posisi guru
sebagai pendidik maupun tenaga kependidikan. Adanya
pembagian tugas yang jelas antara ketenagaan yang satu dengan
yang lainnya akan menunjang kelancaran dari pelaksanaan
pembelajaran di sekolah.
Menurut Mulyasa (2009:42) manajemen tenaga
50
pegawai, (2) pengadaan pegawai, (3) pembinaan dan
pengembangan pegawai, (4) promosi dan mutasi, (5)
pemberhentian pegawai, (6) kompensasi, (7) penilaian pegawai.
Mengenai pengelolaan ketenagaan, Nurkholis (2003:46)
menyatakan bahwa “Pengelolaan ketenagaan mulai dari analisis
kebutuhan perencanaan, rekrutmen, pengembangan, penghargaan
dan sanksi, hubungan kerja hingga evaluasi kinerja tenaga kerja
sekolah dapat dilakukan oleh sekolah kecuali guru pegawai negeri
yang sampai saat ini masih ditangani oleh birokrasi di atasnya”.
Tugas kepala sekolah dalam kaitannya dengan manajemen
tenaga kependidikan bukanlah pekerjaan yang mudah karena
tidak hanya mengusahakan tercapainya tujuan sekolah, tetapi juga
tujuan tenaga kependidikan (guru dan pegawai) secara pribadi.
Oleh karena itu, kepala sekolah dituntut untuk mengerjakan
instrumen pengelolaan tenaga kependidikan, seperti daftar
riwayat pekerjaan, dan kondisi pegawai untuk membantu
kelancaran MBS di sekolah yang dipimpinnya.Hal ini
menunjukkan, bahwa keberhasilan pengelolaan pendidikan pada
sebuah sekolah apabila kepala sekolah memiliki kemampuan
untuk menciptakan kondisi yang melibatkan semua unsur
pengelola sekolah.
3. Manajemen Kesiswaan
Mengenai Manajemen Kesiswaan, Mulyasa (2009:46-47)
51
pengaturan kegiatan yang berkaitan dengan peserta didik, mulai
masuk sampai dengan keluarnya peserta didik tersebut dari suatu
sekolah. Manajemen kesiswaan bukan hanya berbentuk
pencatatan data peserta didik, melainkan meliputi aspek yang
lebih luas yang secara operasional dapat membantu upaya
pertumbuhan dan perkembangan peserta didik melalui proses
pendidikan di sekolah.
Tujuan dari manajemen kesiswaan yaitu untuk mengatur
berbagai kegiatan dalam bidang kesiswaan agar kegiatan
pembelajaran di sekolah dapat berjalan dengan lancar, tertib, dan
teratur, serta mencapai tujuan pendidikan sekolah.
Tanggung jawab kepala sekolah menurut Sutisna (1985:21)
dalam Mulyasa (2009:46) sebagai berikut:
a. Kehadiran murid di sekolah dan masalah-masalah yang
berhubungan dengan itu.
b. Penerimaan, orientasi, klarifikasi, dan penunjukkan murid
kelas dan program studi.
c. Evaluasi dan pelaporan kemajuan belajar.
d. Program supervisi bagi murid yang mempunyai kelainan,
seperti: pengajaran, perbaikan, dan pengajaran luar biasa.
e. Pengendalian dan disiplin murid.
f. Program bimbingan dan penyuluhan.
g. Program kesehatan dan keamanan.
52
Nurkholis (2003:46) dan Rohiat (2008:67) menyatakan
bahwa “Yang diperlukan dalam manajemen kesiswaan adalah
intensitas dan ekstensinya.”
Yang perlu diperhatikan dalam manajemen kesiswaan adalah
bahwa sekolah tidak hanya mengembangkan pengetahuan anak
saja, akan tetapi juga harus mengembangkan sikap kepribadian,
aspek sosial emosional, disamping keterampilan-keterampilan
yang lain. Sehingga akan tercipta peserta didik yang cerdas
intelejen, emosional, maupun spiritualnya.
4. Manajemen Keuangan atau Pendanaan
Keuangan merupakan salah satu sumber daya dari sekolah
yang secara langsung menunjang kelangsungan dari sekolah
tersebut dalam efektifitas dan efisiensi pengelolaan pendidikan.
Dalam Manajemen Berbasis Sekolah, hal tersebut akan jauh lebih
terasa, karena menuntut sekolah untuk merencanakan, mengelola,
mengevaluasi, serta mempertanggungjawabkan penggunaan
keuangan secara transparan.
Sekolah diberi kebebasan untuk melakukan
kegiatan-kegiatan yang mendatangkan penghasilan, sehingga sumber
keuangan tidak semata-mata bergantung pada pemerintah
(Nurkholis, 2003:46). Hal ini didasari oleh kenyataan bahwa
sekolahlah yang paling memahami kebutuhannya sehingga
desentralisasi uang sudah seharusnya dilimpahkan ke sekolah
53
Mulyasa (2009:48) menyatakan bahwa: “Sumber keuangan
dan pembiayan sekolah secara garis besar dapat dikelompokkan
menjadi tiga yaitu: (1) pemerintah, (2) orang tua atau peserta
didik, (3) masyarakat.”
Dalam pengelolaan keuangan di sekolah, diperlukan rasa
tanggungjawab yang besar dari semua komponen sekolah agar
penggunaannya dapat maksimal dan sesuai sasaran. Dengan
penggunaan yang tepat, maka semua kebutuhan sekolah dalam
hal peningkatan pembelajaran, baik teknis ataupun non-teknis
akan tercukupi sehingga sekolah dapat berjalan dengan lancar,
teratur dan bertanggungjawab.
5. Manajemen Sarana dan Prasarana
Standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria
minimal yang harus dicapai oleh stuan pendidikan pada sarana
dan prasarana sesuai Permendiknas nomor 24 tahun 2007. Setiap
satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot,
peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar
lainnya, bahan habis pakai serta perlengkapan lain yang
diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur
dan berkelanjutan.
Setiap satuan pendidikan memiliki prasarana yang meliputi
lahan, ruang kelas, ruang pemimpin, ruang pendidik, ruang tata
usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel
54
tempat berolah raga, tempat beribadah, tempat bermain dan
ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses
pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.
Setiap satuan pendidikan tidak dapat melepaskan faktor
sarana dan prasarana yang dapat dipergunakan dan menunjang
proses pendidikan atau proses belajar mengajar (PBM).
Manajemen sarana dan prasarana bertujuan dapat menciptakan
kondisi yang menyenangkan baik guru maupun murid untuk
berada di sekolah.
Mengenai sarana dan prasarana pendidikan, Mulyasa
(2009:49) menyatakan bahwa “Sarana pendidikan adalah
peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan
dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar
mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja kursi, serta alat-alat
dan media pengajaran”. Adapun yang dimaksud dengan prasarana
pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang
jalannya proses pendidikan atau pengajaran, seperti halaman,
kebun, taman sekolah, jalan menuju sekolah, tetapi jika
dimanfaatkan secara langsung untuk proses belajar mengajar,
seperti taman sekolah untuk pengajaran biologi, halaman sekolah
sebagai lapangan olahraga, komponen tersebut merupakan sarana
pendidikan.
Manejemen sarana dan prasarana yang baik diharapkan dapat
55
menciptakan kondisi yang menyenangkan baik bagi guru maupun
murid untuk berada di sekolah. Nurkholis (2003:46) dan Rohiat
(2008:66) sepakat bahwa pengelolaan fasilitas seharusnya
dilakukan oleh sekolah mulai dari pengadaan, pemeliharaan, dan
perbaikan hingga pengembannya.
Melihat alasan dari pendapat di atas, dapat dipahami bahwa
dalam MBS, sekolah yang benar-benar mengetahui kondisi dan
kebutuhan fasilitas untuk pengembangan sekolahnya
masing-masing.
6. Manajemen Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
Hubungan sekolah dengan masyarakat pada hakekatnya
merupakan suatu sarana yang sangat berperan dalam membina
dan mengembangkan pertumbuhan pribadi peserta didik di
sekolah.Menurut Mulyasa (2009:50) tujuan dari hubungan
sekolah dengan masyarakat adalah:
1) Memajukan kualitas pembelajaran, dan pertumbuhan anak.
2) Memperkokoh tujuan serta meningkatkan kualitas hidup dan
penghidupan masyarakat.
3) Menumbukan minat masyarakat untuk menjalin hubungan
dengan sekolah.
Gambaran dan kondisi sekolah dapat diinformasikan ke
masyarakat melalui laporan kepada orang tua siswa, buletin
56
penjelasan oleh staf sekolah, siswa itu sendiri, radio serta laporan
tahunan.Esensi dari hubungan ini adalah meningkatkan
keterlibatan, kepedulian, kepemilikan, dan dukungan dari
masyarakat, terutama dukungan moral dan finansial yang dari
dulu telah didesentralisasikan (Nurkholis, 2003:46-47 dan Rohiat,
2008:67).
Dari beberapa pendapat di atas, dapat kita ketahui bahwa
kelangsungan sebuah sekolah tidak bisa lepas dari peran serta
masyarakat. Maka, seyogyanya jalinan atau hubungan yang baik
antara sekolah dan masyarakat harus dijunjung tingggi. Sekolah
merupakan bagian dari masyarakat, pun demikian dengan
masyarakat yang harus merasa memiliki sekolah. Keduanya
saling membutuhkan demi tercapainya tujuan pendidikan
Indonesia.
7. Manajemen Layanan Khusus
Menurut Mulyasa (2009:52) manajemen layanan khusus
meliputi manajemen perpustakaan, kesehatan, dan keamanan
sekolah.
a. Manajemen Perpustakaan
Perpustakaan yang lengkap dan dikelola dengan baik akan
menunjang perkembangan peserta didik dalam hal
perkembangan pengetahuan. Disamping itu juga
57
pengetahuan secara mandiri, dan juga dapat mengajar dengan
metode bervariasi.
b. Manajemen Kesehatan
Sekolah sebagai satuan pendidikan yang bertugas dan
bertanggungjawab terhadap proses pembelajaran, tidak hanya
bertugas mengembangkan pengetahuan saja, tetapi juga harus
meningkatkan jasmani dan rohani siswa.Sebagai tindak lanjut
dari hal tersebut, maka di sekolah diadakan UKS ( Usaha
Kesehatan Sekolah ) dan pendirian tempat ibadah.
c. Manajemen Keamanan
Dengan memberikan keamanan dalam mengikuti proses
belajar dan mengajar bagi komponen sekolah, diharapkan
dapat memberikan rasa aman dan nyaman bagi peserta didik