• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL MADRASAH ALIYAH BERBASIS MANAJEMEN PESANTREN (STUDI KASUS PADA MA PONDOK PABELAN MAGELANG)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PROFIL MADRASAH ALIYAH BERBASIS MANAJEMEN PESANTREN (STUDI KASUS PADA MA PONDOK PABELAN MAGELANG)"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

1

PROFIL MADRASAH ALIYAH

BERBASIS MANAJEMEN PESANTREN

(STUDI KASUS PADA MA PONDOK PABELAN

MAGELANG)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh

WAHYU INDAH PANGESTI

NIM. 11109002

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)

5

MOTTO

ِهَمَسِل َنْىُقُلْخَم ْمُهَّو ِاَف ْمُك َدَلْوَا اْىُمِّلَع

ْمُكِو اَمَزَرْيَغ

“didiklah anak didikmu (dengan

pendidikan yang berbeda dengan

yang diajarkan kepadamu), karena

mereka diciptakan untuk zaman yang

berbeda dengan zaman kalian.”

(6)

6

PERSEMBAHAN

Bismillahirrohmanirrohim,,,

Dengan rahmat Allah yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang

Ku persembahkan tulisan ini untuk:

Ayahanda Zainuri (alm), meskipun tak dapat

menemaniku dan melihat langsung perkembanganku,

tetap ku ucapkan terimakasih telah menjadikanku ada...

Kedua orang tuaku Bpk Much Nur dan Ibu Rokhimah,

terimakasih atas semua dukungan, doa, dan kasih

sayang yang tak terbatas untukku...

Mz Ari W, terimakasih untuk nasihat yang tak pernah

hentinya diberikan dan kesetiannya menemaniku

selama ini. Semoga niat baik kita berdua dilancarkan

Allah..

(7)

7

KATA PENGANTAR

Terucap syukur ada Allah SWT Yang Maha Sempurna beserta Asmaul

KhusnaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu

persyaratan wajib untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Pendidikan

Islam (S.Pd.I) Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Tak lupa baginya

sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada baginda Rasulullah SAW.

Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak menemui hambatan, tetapi

dengan rahmat-Nya dan perjuangan penulis serta bantuan berbagai pihak

sehingga skripsi ini terselesaikan. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan

banyak terimakasih atas segala nasehat bimbingan, dukungan, dan bantuannya

kepada :

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M. Pd. Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN

Salatiga.

3. Ibu Muna Erawati, S. Psi., M. Si yang telah membimbing, memberikan pengarahan

dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Ibu Siti Ruchayati, M. Ag selaku Kajur PAI IAIN Salatiga

5. Para dosen IAIN Salatiga yang telah membagikan ilmunya kepada penulis.

6. Bapak Mudzakir selaku Kepala Madrasah dan Bu Ida serta dewan guru MA

Pondok Pabelan Magelang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis

untuk melakukan penelitian ini dari awal hingga akhir.

7. Bapak Nursodiq, S.Pd.I selaku Kepala MI Yakti Tampingan yang telah

(8)

8

8. Orang tuaku tercinta bapak Much Nur dan ibu Rokhimah

9. Adik penulis Wahyu Hidayat, kau adalah semangatku, kita adalah harapan bapak

dan ibu, untuk itu tetaplah semangat meraih cita-cita.

10. Mas Ari, terimakasih sudah memberikan motifasi dan setia mendampingi penulis

untuk menyelesaikan penilitian ini.

11. Untuk sahabat-sahabat penulis mba Lia, mba Achan yang selalu menemani penulis

jadi penunggu perpus untuk menambah kata-kata skripsi, nuhun buat Catur yang

wira wiri nemenin dan Afdiq yang dah bantu aku bikin prosposal skripsi sampai

nama kita terpampang karena telat ngumpulin proposal dan teman-teman yang

tergabung dalam komunitas Fata Smart terimakasih atas persahabatannya selama

ini.

Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu demi satu, yang

turut membantu dan memberikan dorongan untuk penyelesaian skripsi ini,

semoga Allah SWT memberikan limpahan rahmat-Nya kepada kalian.

Akhirnya penulis hanya dapat berdo'a semoga skripsi ini dapat dan mampu

memberikan manfaat kepada penulis dan para pembaca. Aamiin.

Salatiga, 5 November 2014

(9)

9

ABSTRAK

Pangesti, Wahyu Indah. 2015. Profil Madrasah Aliyah Berbasis Manajemen Pesantren (Studi Kasus Pada Ma Pondok Pabelan Magelang). Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. 2015.

Kata Kunci: MA Pondok Pabelan, Pendidikan, Manajemen Berbasis Pesantren

Untuk mengetahui bagaimana sejarah Pondok Pesantren Pabelan Magelang dan bagaiman pengelolaan sistem pendidikannya sehingga banyak mendapatkan prestasi dengan baik. Karena peningkatan mutu pendidikan merupakan pilar pokok pembangunan pendidikan di Indonesia. Pendidikan yang bermutu akan menghasilkan sumber daya manusia yang cerdas dan kompetitif. Untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu diperlukan adanya upaya peningkatan mutu pendidikan secara berkelanjutan oleh semua pihak yang berkompeten.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan memberikan makna terhadap data yang berhasil dikumpulkan, dan dari makna itulah kemudian dapat ditarik menjadi kesimpulan. Pemeriksaan keabsahan data dilakukan dengan mengadakan triangulasi dengan mencocokkan hasil wawancara kepala sekolah dengan hasil wawancara siswa dan guru yang menggunakan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa: Pelaksanaan pendidikan di MA Pondok Pabelan Magelang sudah berjalan dengan baik dan itu dapat terlihat dari outputnya, selain itu juga strategi yang digunakan oleh MA Pondok Pabelan dalam peningkatan pendidikan adalah melalui beberapa strategi. Strategi yang pertama dengan menerapkan dua kurikulumya yaitu kurikulum KMI (Kulliyatul

(10)
(11)

11 DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

PENGESAHAN KELULUSAN ii

NOTA PEMBIMBING iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN iv

MOTTO v

PERSEMBAHAN vi

KATA PENGANTAR vii

ABSTRAKSI ix

DAFTAR ISI x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Rumusan Masalah 6

C. Tujuan Penelitian 6

D. Manfaat Penelitian 6

E. Penegasan Istilah 7

F. Metode Penelitian 8

1. Jenis Penelitian 8

2. Lokasi Penelitian 8

3. Sumber Data 8

4. Metode Pengumpulan Data 9

(12)

12

6. Metode Analisis Data 12

G. Sistematika Penulisan 14

BAB II PENEGASAN ISTILAH

A. Pesantren 15

1. Pengertian Pesantren 15

2. Peran Pesantren 15

B. Strategi 17

1. Pengertian Strategi 17

2. Macam-macam Strategi 17

C. Manajemen Berbasis Pesantren 21

1. Pengertian Manajemen Berbasis Pesantren 21

2. Fungsi Manajemen 24

3. Tujuan Manajemen Berbasis Pesantren 25

4. Paradigma Baru Manajemen Baru Pendidikan 26

5. Karakteristik 27

6. Fungsi-fungsi Yang Didesentralisasikan 31

7. Komponen Manajemen 33

BAB III HASIL TEMUAN PENELITIAN

A. Paparan Data 43

1. Sejarah Berdirinya MA Pondok Pabelan 43

2. Visi, Misi, dan Tujuan MA Pondok Pabelan 47

3. Letak Geografis MA Pondok Pabelan 48

4. Struktur Organisasi MA Pondok Pabelan 49

(13)

13

6. Kondisi Sarana dan Prasarana MA Pondok Pabelan 53

7. Kegiatan di MA Pondok Pabelan 54

B. Temuan Penelitian 57

BAB IV ANALISIS PENELITIAN

A. Profil Madrasah Aliyah Pondok Pabelan Magelang 66

B. Sistem Pendidikan Pesantren Di MA Pondok Pabelan Magelang 66

C. Strategi Yang Diterapkan di MA Pondok Pabelan Magelang 72

D. Faktor Pendukung dan Penghambat 77

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan 80

B. Saran 81

DAFTAR PUSTAKA

(14)

14

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejarah pendidikan di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari peran dan

perjuangan pesantren.Sejak awal masa kedatangan Islam, terutama pada masa

Walisongo hingga masa penjajahan dan bahkan hingga saat ini pesantren

telah ikut andil dalam pengembangan pendidikan agama Islam.

Karena pendidikan sebagai salah satu upaya dalam rangka

meningkatkan kualitas hidup manusia yang bertujuan untuk mengubah

perilaku dan meningkatkan kualitas hidup. Pendidikan bukanlah suatu upaya

yang sederhana, melainkan suatu kegiatan yang dinamis dan penuh tantangan.

Pendidikan akan selalu berubah seiring dengan perubahan zaman. Setiap saat

pendidikan selalu menjadi fokus perhatian dan bahkan tak jarang menjadi

sasaran ketidakpuasan karena pendidikan menyangkut kepentingan semua

orang. Pendidikan tidak hanya menyangkut investasi dan kondisi kehidupan

di masa yang akan datang, melainkan juga menyangkut kondisi dan suasana

kehidupan saat ini. Itulah sebabnya pendidikan senantiasa memerlukan upaya

perbaikan dan peningkatan sejalan dengan semakin tingginya kebutuhan dan

tuntutan kehidupan masyarakat.

Pendidikan merupakan sebuah rangkaian proses pemberdayaan

manusia menuju kedewasaan baik secaraakal, mental maupun moral untuk

menjalankan fungsi kemanusiaan yang diemban sebagai hamba di hadapan

(15)

15

Karenanya, fungsi utama pendidikan adalah mempersiapkan peserta didik

dengan kemampuan dan keahlian yang diperlukan melalui berbagai program

pendidikan yang diselenggarakan secara sistematis dan terarah berdasarkan

kepentingan yang mengacu pada kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi

(Iptek) dan dilandasi dengan keimanan dan ketaqwaan (Imtaq), sehingga

dengan kemampuan dan keahlian yang dimilikinya seseorang mampu dan

siap untuk terjun di tengah-tengah masyarakat.

Pondok pesantren merupakan sebuah lembaga pendidikan yang

sekarang ini sudah modern, di dalamnya terdapat fasilitas-fasilitas tertentu

untuk menunjang keberhasilan santrinya dalam hal pendidikan salah satunya

yaitu madrasah atau tempat pendidikan formal (SD, SMP, SMA, dan juga

universitas), tempat dimana para santrinya melakukan kegiatan belajar secara

formal yang dibimbing oleh seorang guru (ustadz).

Sebagai lembaga pendidikan yang telah lama di negeri ini, pondok

pesantren diakui memiliki andil yang sangat besar terhadap perjalanan sejarah

bangsa (Haedari, 2007:3), oleh karena itu pesantren harus dilestarikan dan

dikembangkan bersama. Perubahan dan perkembangan pada pondok

pesantren menunjukkan bahwa pondok pesantren tidak bisa dikatakan lagi

sebagai tempat jadul atau ketinggalan zaman.Melainkan sebagai tempat atau lembaga pendidikan yang unggul.Pondok Pesantren juga terkenal dengan ciri

khas baik dalam pola hidup ataupun tradisi yang harus dijaga dengan

baik.Dan telah terbukti bahwa pondok pesantren ikut terlibat berpartisipasi

secara aktif terhadap pelayanan masyarakat terutama dalam bidang

(16)

16

pondok pesantren telah mampu mendidik para santrinya menjadi manusia

yang shalih, mubaligh, serta para cendekiawan yang menjadi pemimpin di tengah-tengah masyarakat baik formal maupun informal yang kini tersebar di

seluruh pelosok nusantara ini (Mahpuddin, 2006:112).

Seiring dengan perkembangan zaman dan tuntutan masyarakat atas

kebutuhan pendidikan umum, kini banyak pesantren yang menyediakan

pendidikan umum dalam pesantren. Kemudian muncullah istilah pesantren

modern. Pesantren modern merupakan pesantren yang menggunakan sistem

pengajaran pendidikan umum (kurikulum). Jika sebelumnya kyai yang

mengatur sendiri semua kegiatan santrinya, sekarang kyai dapat menunjuk

seorang santri senior untuk mengatur kegiatan santri di pesantren yang

tentunya dengan bimbingan kyai.

Pesantren dengan sistem dan karakter tersendiri telah menjadi bagian

integral dari intuisi sosial masyarakat, khususnya pedesaan. Meski mengalami

pasang-surut dalam mempertahankan misi dan eksistensinya, namun sampai

kini pesantren tetap survive. Bahkan beberapa diantaranya muncul sebagai model gerakan alternatif bagi pemecahan masalah-masalah sosial masyarakat

desa. Seperti yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Pabelan Magelang Jawa

Tengah.

Model pendidikan sekarang ini juga memberikan kebebasan kepada

lembaga pendidikan untuk membuat kebijakan sekolah sesuai dengan

kebutuhan sekolah masing-masingatau yang disebut dengan otonomi sekolah

yang mengikuti model MBS/M (Manajemen Berbasis Sekolah/Madrasah).

(17)

17

sekolah di Era Otonomi pendidikan (2010:70) mengatakan bahwa MBM/S

merupakan pemberian otonomi penuh kepada sekolah/madrasah untuk

melakukan pengelolaan perbaikan kualitas. Otonomi yang demikian, akan

membuat sekolah mempunyai kewenangan yang lebih besar sehingga sekolah

lebih mandiri dan berpotensi.

Menilik pelaksanaan pendidikan yang berbasis dengan sistem

manajemen pesantren, Madrasah Aliyah (MA) Pabelan Magelang merupakan

lembaga pendidikan yang berbasis pesantren yang secara konsisten terus

berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikannya. MA Pondok Pabelan

sendiri berdiri pada tanggal 28 Agustus 1965 dan berada dibawah naungan

Yayasan Pondok Pesantren Pabelan di Desa Pabelan, Kecamatan Mungkid,

Kabupaten Magelang.

Visi MA Pabelan adalah “Terdidiknya santri menjadi mukmin, muslim, dan muhsin yang berbudi tinggi, berbadan sehat, berpengetahuan luas dan berpikiran bebas”.

Balai pendidikan di Pabelan Magelang ini didukung oleh sumber daya

manusia yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan terkini dan masa datang.

Tenaga pendidik berasal dari para alumni, non-alumni dan bantuan dari

Pemerintah Republik Indonesia (RI) yang sebagian besar telah bersertifikat

pendidik. Lembaga ini juga bekerjasama dengan berbagai negara, misalnya

dengan Pemerintah Mesir melalui program bantuan tenaga pendidik, dan

(18)

18

Kegiatan di Pondok Pesantren dimasukkan dalam proses kegiatan

belajar mengajar (KBM), yang diterapkan sebagai kurikulum khas atau ciri

pesantren yaitu KMI (Kulliyatul Mu‟allimien Al-Islamiyah) yang dipadukan dengan kurikulum Kementrian Agama RI.

Di samping itu juga terdapat program ekstrakurikuler yang terbagi

menjadi dua bagian, utama dan pilihan. Yang utama antara lain tahfidzul

qur‟an, pidato dalam tiga bahasa (Indonesia, Arab, Inggris), micro teaching, keputrian, kajian kitab dan bedah buku. Dan program pilihannya antara lain

IAYP(Internasional Award for Young People), keterampilan (Tata Busana, Desain Grafis, Sablonase, Cetak Sublim), Kesenian, Olahraga. Sedangkan

program intrakurikulernya adalah pertukaran pelajar, meliputi

AFSIntercultural Program, YES(Youth Exchang and Study), Jenesys (Japan-East Asia Network of Exchang for Student and Youths).Beberapa tahun terakhir telah disebutkan di atas dalam rangka kegiatan pertukaran pelajar

yang belum pernah ada di lembaga pendidikan unggul di wilayah Magelang.

MA Pondok Pabelan Magelang juga telah menghasilkan

alumni-alumni yang berkiprah dalam berbagai ragam instansi pemerintah, swasta

maupun berwirausaha, tersebar di seluruh wilayah nusantara.

Dari pemaparan di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti

pelaksanaan manajemen yang dilaksanakan di MA Pabelan Magelang dengan

judul “Profil Madrasah Aliyah BerbasisManajemen Pesantren (Studi Kasus

(19)

19

B. Rumusan Masalah

Berdasarkanlatar belakang di atas, maka permasalahan pokok yang

akan diteliti adalah:

1. Bagaimana sejarah MA Pondok Pabelan Magelang?

2. Bagaimana pelaksanaanpendidikan di MA Pondok Pabelan Magelang?

3. Apakah yang menjadi ciri khas MA Pondok Pabelan Magelang?

4. Faktor apa yang menghambat dan mendukung manajemen pesantren di

MA Pondok Pabelan Magelang?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah MA Pondok Pabelan Magelang.

2. Untuk mengetahui apa itu manajemen, dan bagaimana pelaksanaan

pendidikan diMA PondokPabelan Magelang.

3. Untuk mengetahui ciri khas MA Pondok Pabelan Magelang.

4. Untuk mengetahui faktor yang menghambat dan mendukung manajemen

pesantren di MA Pondok Pabelan Magelang.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini setidaknya memiliki dua kontribusi, yaitu:

1. Manfaat Teoritis

a). Manfaat teoritisnya adalah hasil penelitian ini diharapkan dapat

berguna untuk perkembangan dunia pendidikan dalam

kajianmanajemen pendidikan berbasis pesantren.

b). Untuk memberikan kontribusi pemikiran bagi pengelola pendidikan

(20)

20

2. Manfaat Praktis

a).Diharapkan bisa menjadi salah satu sumber untuk penerapan pendidikan

berbasis pesantren bagi lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia

khususnya lembaga pendidikan Islam atau pesantren.

b). Memberikan wawasan dan informasi kepada penulis dan pihak lain

khususnya dalam hal yang berkaitan dengan pendidikan berbasis

pesantren

E. Penegasan Istilah

1. Pesantren.

Pondok pesantren merupakan dua pengertian yang mengandung

satu arti yaitu tempat atau asrama belajar santri. Pondok pesantren atau

yang biasa disebut dengan pondok merupakan sebuah asrama pendidikan

yang bersifat tradisional, dimana semua santrinya tinggal dan belajar

bersama dibawah bimbingan seorang kyai untuk mengatur kegiatan di

pesantren.

Pesantren juga dapat dipahami sebagai lembaga pendidikan dan

pengajaran agama, umumnya dengan cara nonklasikal, dimana seorang kyai

mengajarkan ilmu agama Islam kepada santri-santri berdasarkan kitab-kitab

yang ditulis dalam bahasa Arab oleh ulama (Prasodjo, 1982:6).Sedangkan

menurut M. Arifin (dalam Dahri, 1997:8) Pesantren adalah suatu lembaga

pendidikan Islam yang tumbuh serta diakui masyarakat sekitarnya, dengan

sistem asrama (pemondokan di dalam komplek) dimana santri menerima

(21)

21

sepenuhnya di bawah kedaulatan kepemimpinan seseorang atau beberapa

orang kyai.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pesantren adalah lembaga atau

tempat pendidikan dan pengajaran yang menekankan pelajaran agama

Islam dan didukung dengan fasilitas asrama sebagai tempat tinggal santri.

2. Sistem Manajemen Berbasis Pesantren

Sistem adalah cara, sedangkan manajemen adalah pengelolaan.

Manajemen Berbasis Pesantren adalah pengelolaan lembaga pendidikan

yang merupakan institusi pendidikan yang melekat dalam kehidupan yang

patut untuk dipertahankan dan dikembangkan.

Menurut Qomar (dalam Dahri, 2007:10) sistem pendidikan dalam

pesantren mencakup kurikulum dan metodologi. Pembaruan

(modernisasi) kurikulum dilakukan sengan cara tetap memberikan

pengajaran agama islam, sekaligus memasukkan pelajaran umum sebagai

substansi pendidikan. Pembaruan metodologi dilakukan dengan

menerapkan sistem klasikal atau penjenjangan.Dari segi metode

pengajaran tidak lagi menerapkan sorogan atau bandongan, mulai

menggunakan berbagai metode pengajaran yang diterapkan pada sekolah

umum.

Jadi dapat disimpulkan bahwa Sistem Manajemen Pendidikan

Pesantren diartikan sebagai cara atau pengelolaanyang berkenaan dengan

proses pendidikanyang mempunyai kekhasan untuk mencapai tujuan yang

(22)

22

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research).

Yaitu penelitian yang dilakukan langsung di lokasi. Penelitian ini

bersifat deskriptif kualitatif, karena penelitian ini bertujuan untuk

mendeskriptifkan dan menganalisa fenomena, aktivitas sosial, sikap, dan

pemikiran secara individual ataupun kelompok.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Madrasah Aliyah Pabelan Desa Pabelan,

Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang.

3. Sumber Data

Menurut sumbernya data penelitian dibagi menjadi dua bagian,

yaitu:

a. Data Primer, yakni data yang diperoleh secara langsung dari obyek

yang diteliti.

b. Data Sekunder, yakni data yang diperoleh secara tidak langsung.

Adapun sumber yang akan diperoleh dalam penelitian ini adalah

kepala sekolah, guru, siswa, dokumen atau arsip-arsip sekolah dan

pihak-pihak lain yang dapat memberikan informasi.

4. Metode Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang diperlukan, maka metode dan

langkah-langkah yang akan digunakan untuk memperoleh data yang

(23)

23

a. Wawancara

Wawancara merupakan percakapan yang dilakukan oleh dua

pihak atau lebih dengan maksud tertentu. Wawancara dalam penelitian

ini dilakukan dengan beberapa pihak antara lain dengan kepala

sekolah, guru, dan siswa sedangkan pertanyaannya meliputi sejarah

Pondok Pabelan Magelang dan pengelolaan pendidikannya.

Tujuan dari wawancara dalam penelitian ini adalah untuk

mendapatkan jawaban dari pertanyaan yang diajukan kepada obyek

sebagai acuan pokok untuk mendapatkan informasi tentangMA

Pondok Pabelan Magelang.

Dan dalam penelitian ini jenis wawancara yang digunakan

adalah wawancara terstruktur, karena dalam penelitian ini

penelitimenetapkan masalah dan pertanyaannya sendiri terhadap pihak

yang terwawancara. Wawancara dalam penelitian ini juga

menggunakan pedoman, artinya peneliti berpegang pada pedoman

yang telah disiapkan sebelumnya. Dalam pedoman tersebut telah

disusun secara sistematis hal-hal yang akan ditanyakan.

b. Observasi

Observasi atau pengamatan ini dilakukan dengan mengamati

secara langsung di lokasi penelitian terhadap perkataan, segala macam

tingkah laku dan hal-hal lain yang dapat dijadikan sumber data dari

penelitian yang akan diteliti.Observasi dibagi menjadi menjadi 2 jenis,

(24)

24

1) Observasi Partisipati

Observasi partisipasi adalah observasi yang melibatkan

peneliti terjun ke lapangan, sehingga peneiliti merupakan bagian

dari kelompok yang ditelitinya.

2) Observasi Non-Partisipasi

Observasi non-partisipasi adalah observasi yang tidak

melibatkan peneliti terjun langsung ke lapangan, peneliti hanya

berpartisipasi saja.

Jenis observasi penelitian ini adalah observasi non-partisipatif,

karena peneliti hanya melakukan pengamatan langsung dalam kegiatan

tetapi tidak ikut berpartisipasi dalam kegiatan.Observasi dalam

peneilitian ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang MA

Pondok Pabelan Magelang.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan

menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen baik dokumen

tertulis, gambar, maupun elektronik (Sukmadianata, 2007:221).

Metode ini di digunakan untuk mengumpulkan data yang sudah

tersedia dalam catatan, sebagai pendukung dan pelengkap data primer.

Dokumentasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

1) Dokumentasi primer, yaitu data yang diperoleh langsung

(25)

25

2) Dokumentasi sekunder, yaitu data yang diperoleh bukan

dari ungkapan secara langsung olehpihak yang

bersangkutan.

Adapun sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari kepala

sekolah, guru, siswa, dokumen atau arsip sekolah dan pihak-pihak lain

yang dapat memberikan informasi yang berkaitan dengan penelitian.

5. Pengecekan Keabsahan Data (Validitas/Kesahihan Data)

Agar data dalam suatu penelitian dapat dikatakan valid, maka

diperlukan adanya uji keabsahan data. Keabsahan data merupakan

konsep penting yang harus diperbarui dari konsep kesahihan data

(validitas) dan keandalan (realibilitas). Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan, salah satunya adalah derajat

kepercayaan (credibility).

Dalam penelitian ini dilakukan uji keabsahan data dengan

menggunakan teknik triangulasi. Teknik triangulasi adalah teknik

yang paling banyak digunakan untuk pemeriksaan melalui sumber

lainnya untuk keperluan pembanding dengan tujuan meningkatkan

kualitas penilaian. Triangulasi merupakan salah satu teknik

pemeriksaan dari kriteria kredibilitas atau cara untuk meningkatkan

keabsahan data dalam penelitian kualitatif.

Terdapat enam macam teknik triangulasi, yaitu sebagai teknik

pemeriksaan yang memanfaatkan teori, data, sumber, metode,

(26)

26

triangulasi. Sedangkan pengumpulan data yang dilakukan dalam

penelitian ini adalah metode wawancara, observasi, dan dokumentasi.

6. Metode Analisis Data

Tahap setelah mengumpulkan data adalah menganalisis data.

Analisis data adalah upaya mencari dan menata secara sistematis

catatan hasil wawancara, observasi dan lainnya untuk meningkatkan

pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti.Teknik atau metode

analisis data yang digunakanadalah dengan teknik diskriptif analisis

karena berupa kata-kata lisan atau atau tulisan tentang tingkah laku

yang diamati.Langkah-langkah melaksanakan analisis yaitu:

1. Perencanaan yaitu meliputi perumusan dan pembatasan masalah.

2. Memulai pengumpulan data yaitu peneliti mulai mewawancara

beberapa informan yang telah ditentukan.

3. Pengumpulan data dasar yaitu disini peneliti benar-benar melihat,

mendengarkan, dan merasakan apa yang ada dengan penuh

perhatian.

4. Pengumpulan data penutup yaitu peneliti mengakhiri pengumpulan

data setelah mendapatkan semua informasi yang dibutuhkan.

5. Melengkapi yaitu kegiatan untuk melengkapi atau

menyempurnakan hasil analisis data dan menyusun cara

menyajikannya.

Analisis data dilakukan sebelum memasuki lapangan, selama

(27)

27

difokuskan selama proses dilapangan bersamaan dengan

pengumpulan data.

1. Analisis sebelum di lapangan.

Fokus penelitian bersifat sementara dan akan berkembang

setelah peneliti masuk dan selama di lapangan. Misalnya, orang

ingin mencari pohon jati di hutan. Fokus penelitian adalah ingin

menemukan pohon jati. Tetapi setelah masuk ke hutan ternyata

tidak ada pohon jatinya. Kalau peneliti kuantitatif pasti akan

membatalkan penelitiannya, berbeda dengan penelitian kualitatif

yang fokus penelitiannya bersifat sementara sehingga peneliti tidak

akan membatalkan penelitiannya tetapi dengan mengubah fokus

penelitian.

2.Analisis selama di lapangan.

Jika pada saat wawancara peneliti sudah melakukan analisis

terhadap jawaban yang diwawancarai dan jawabannya belum

memuaskan, maka peneliti akan meneruskan pertanyaannya sampai

(28)

28

G. Sistematika Penulisan

Bab I : Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan Istilah,

metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II : Penegasan Istilah adalah teori yang digunakan untuk landasan kerja

penelitian tentang topik yang diambil untuk diteliti.

Bab III : Gambaran umum MA Pabelan Desa Pabelan, Kecamatan Mungkid,

Kabupaten Magelang, yang berisikan letak geografis, sejarah

berdirinya, visi dan misi, program pendidikan, struktur organisasi,

keadaan guru dan karyawan, keadaan siswa, kondisi sarana dan

prasarana sekolah dan kegiatan di MA Pondok Pabelan.

Bab IV : Analisis hasil penelitianyang berisikan tentang profil MA Pondok

Pabelan Magelang yang Berbasis Manajemen Pesantren,

pelaksanaan pendidikan, keunikan dan kekhasan yang menjadi ciri

MA Pondok Pabelan serta faktor penghambat dan pendukung

Manajemen Berbasis Madrasah di MA Pondok Pabelan Magelang.

Bab V: Penutup yang terdiri dari beberapa kesimpulan yang menjawab

permasalahan yang telah dirumuskan dalam penelitian ini, dan

(29)

29

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pesantren

1. Pengertian

Pondok pesantren merupakan dua pengertian yang mengandung

satu arti yaitu tempat atau asrama belajar santri. Pondok pesantren atau

yang biasa disebut dengan pondok merupakan sebuah asrama pendidikan

yang bersifat tradisional, di mana semua santrinya tinggal dan belajar

bersama dibawah bimbingan seorang kyai untuk mengatur kegiatan di

pesantren.

Pesantren juga dapat dipahami sebagai lembaga pendidikan dan

pengajaran agama, umumnya dengan cara nonklasikal, di mana seorang

kyai mengajarkan ilmu agama Islam kepada santri-santri berdasarkan

kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa Arab oleh ulama (Prasodjo,

1982:6).Sedangkan menurut Nurcholish Madjid (1997:9) dalam bukunya

yang berjudul Bilik-Bilik Pesntren menyebutkan bahwa Pesantren adalah

bentuk pendidikan Islam di Indonesia yang telah berakar sejak

berabad-abad silam.Beliau menilai bahwa pesantren mengandung makna

ke-Islam-an sekaligus keaslian (indigenous) Indonesia.Kata “Pesantren” mengandung pengertian sebagai tempat para santri atau murid pesantren.

Sedangkan kata “santri” diduga berasal dari istilah sansekerta “sastri”

yang berarti “melek huruf”, atau dari bahasa jawa “cantrik” yang berarti

(30)

30

2. Peran Pesantren Dalam Pendidikan

Pesantren merupakan insitusi pendidikan yang melekat dalam

kehidupan yang patut dikembangkan. Menjalankan fungsi pendidikan

memang menjadi tugas pokok sebuah pesantren. Identitas pesantren

adalah lembaga pendidikan, walaupun dalam perjalanannya berbagai

fungsi juga dijalankan. Pesantren melakukan perubahan secara bertahap.

Para kyai mengadakan modernisasi lembaga di tengah perubahan

masyarakat Jawa, tanpa meninggalkan sisi positif sistem pendidikan Islam

tradisional. Selain itu juga perubahan yang memang perlu dilakukan dan

dijaga agar tidak merusak segi positif yang dimiliki oleh kehidupan

pedesaan.

Pondok pesantren dalam menjalankan pendidikannya cukup

mandiri.Ini ditentukan melalui sistem pengajaran yang digunakan

pengajar, di samping itu juga sistem pendidikan dan pengajaran di pondok

pesantren yang dikenal dengan sistem pondok.Yang dengan sistem ini,

proses pendidikan berlangsung terus menerus baik di lingkungan

madrasah (kelas) maupun di luar kelas.

Sebagai lembaga pendidikan yang telah lama di negeri ini, pondok

pesantren diakui memiliki andil yang sangat besar terhadap perjalanan

sejarah bangsa (Haedari, 2007:3), oleh karena itu pesantren harus

dilestarikan dan dikembangkan bersama. Perubahan dan perkembangan

pada pondok pesantren menunjukkan bahwa pondok pesantren tidak bisa

(31)

31

juga terkenal dengan ciri khas baik dalam pola hidup ataupun tradisi yang

harus dijaga dengan baik.Dan telah terbukti bahwa pondok pesantren ikut

terlibat berpartisipasi secara aktif terhadap pelayanan masyarakat

terutama dalam bidang pendidikan.Terlepas dari keberhasilannya selama

ini, pondok pesantren telah mampu mendidik para santrinya menjadi

manusia yang shalih, mubaligh, serta para cendekiawan yang menjadi pemimpin di tengah-tengah masyarakat baik formal maupun informal

yang kini tersebar di seluruh pelosok nusantara ini (Mahpuddin,

2006:112).

B. Strategi

1. Pengertian

Strategi menurut Kemp (1995:43) dalam Rusman (2009:556) adalah

suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar

tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.Sementara itu,

strategi pembelajaran menurut Seels dan Rickey (1994:31) dalam

Rusmono adalah perincian untuk memilih dan mengurutkan kejadian

ataupun kegiatan dalam pembelajaran (Rusmono, 2012:7).

Strategi dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang

rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan tertentu (Sanjaya,

2007:2).Pembelajaran adalah suatu proses yang mengandung serangkaian

perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang

berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu (Usmar,

(32)

32

Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi

pembelajaran adalah perencanaan yang berisi tentang keseluruhan metode

dan prosedur yang menitik beratkan pada kegiatan siswa dalam proses

belajar mengajar untuk mencapai tujuan tertentu.

2. Macam-macam Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaranadalah salah satu aspek yang menentukan

berhasil atau tidaknya suatu kegiatan pembelajaran. Tetapi bukan hanya

strategi pembelajaran saja yang penting, faktor karakteristik siswa juga

merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh seorang pendidik.

Oleh karena itu strategi pembelajaran yang akan dilakukan oleh seorang

pendidik adalah juga dengan memperhatikan kecenderungan cara berpikir

peserta didik.

Strategi pembelajaran yang banyak memberikan celah peserta didik

untuk berpendapat adalah strategi pembelajaran yang berpusat pada

peserta didik sendiri, seperti strategi pembelajaran quantum learning and teaching dan strategi pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning)

(Umiarso dan Gojali, 2010:261).

a. Strategi Pembelajaran Quantum Learning and Teaching

Quantum didefinisikan sebagai interaksi yang mengubah energi

menjadi cahaya, learning sendiri artinya belajar. Jadi quantum learning

adalah cara pengubahan bermacam-macam interaksi dan hubungan

(33)

33

b. Strategi Pembelajaran Kooperatif

Strategi ini merupakan strategi yang menekankan adanya kerja sama

antara siswa dalam kelompok. Model pembelajaran kooperatif

merupakan suatu model pengajaran di mana siswa belajar dalam

kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda

dalam menyelesaikan tugas kelompok.

Sedangkan menurut Hamruni dalam bukunya yang berjudul Strategi

dan model-model pembelajaran aktif-menyenangkan (2012: 8) strategi

pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi 5, yaitu: strategi

pembelajaran langsung, strategi pembelajaran tak langsung, strategi

interaktif, strategi mandiri, dan strategi melalui pengalaman.

a. Strategi pembelajaran langsung merupakan pembelajaran yang banyak

diarahkan oleh guru. Strategi ini efektif untuk menentukan informasi

atau membangun keterampilan.

b. Strategi pembelajaran tak langsung bisa juga disebut dengan inkuiri

yang artinya berlawanan dengan pembelajaran langsung. Jika dalam

pembelajaran langsung guru berperan sebagai seorang penceramah,

akan tetapi dalam pembelajaran tak langsung guru berperan sebagai

fasilitator.

c. Strategi pembelajaran interaktif menekankan peserta didik untuk

berdiskusi.

d. Strategi pembelajaran mandiri merupakan strategi pembelajaran yang

bertujuan membangun inisiatif individu, kemandirian, dan peningkatan

(34)

34

Dalam proses pembelajaran hendaknya seorang pendidik memberikan

suasana yang menyenangkan dan memudahkan peserta didik agar mudah

menerima dan menyerap ilmu/pelajaran yang disampaikan oleh pendidik.

Seperti hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dalam kitab Adab

bab Qoulun Nabiyy 20/28 yang berbunyi:

اْوُرِّسَي َلَق ْمّلَسَو ًِْيَلَع ُالله يَّلَص يِبَّىلا ْهَع ِكِلاَم ْهِب ْسَوَا ْهَع

“Dari Anas bin Malik dari Nabi SAW, permudahlah mereka, janganlah

mempersulit, dan gembirakanlah serta janganlah membuat mereka lari

(menjauhi kamu)” (HR. Bukhori) (Shahih Bukhori, 20/288).

Hadits yang dikeluarkan oleh Al-Bukhori dalam kitab „alim ini juga

sesuai dengan firman Allah yang menjelaskan strategi pembelajaran yaitu

tentang memberikan kemudahan (saat proses pembelajaran) dalam

penggalan surat Al-Baqoroh ayat 185, yang berbunyi:

َرْسُ لْا ُمُكِبُدْيِرُي َ َوَرْسُيلْا ُمُكِب ُاللهُدْيِرُي

Artinya:...Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak

menghendaki kesukaran bagimu....(QS, 2:185).

Prinsip memberikan kemudahan ini tergambar juga dalam pengajaran

Rosulullah kepada para sahabatnyaMuslim dalam kitab shahihnya (pada

bab yang menerangkan tentang sikap cerdas Rosul dalam memberikan

nasihat)meriwayatkan dari Al-A’masy, dari Syaqiq Abu Wail, dia berkata:

“pada suatu saat kami tengah duduk menunggu di samping pintu rumah

(35)

35

kami, maka kami berkata: Tolong beritahu Abdullah bin Mas’ud bahwa

kami menunggunya. Maka diapun menyampaikannya sehingga tak berapa

lama kemudian Abdullah ibn Mas’ud keluar menemui kami, lalu dia

berkata: Aku telah diberitahu bahwa kalian menunggu. Sebenarnya aku

telah mengetahui kedatangan kalian, namun aku khawatir saat ini kalian

akan merasa bosan belajar kepadaku. Karena sesungguhnya Rasulullah

sendiri selalu memilih waktu dan memperhatikan keadaan kami (sebelum

beliau menyampaikan pelajaran), sehingga tiak setiap hari beliau

menasehati/mengajar kami lantaran khawatir kami akan bosan (Hamruni,

2012:72-73).

Tugas pendidik adalah memberikan model perilaku yang baik karena

peserta didik dapat memperoleh contoh melalui peniruan yang tepat dalam

proses belajar mengajar, seperti dalam firman Allah surat al-Ahzab ayat

tauladan yang baik bagimu (yaitu) orang yang mengharap (rahmat) Allah

dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah (QS, 33:21).

C. Manajemen Berbasis Pesantren

1. Pengertian Manajemen

Manajemen adalah pengelolaan. Manajemen juga dapat diartikan

(36)

36

sedemikian rupa sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung

secara efektif dan efisien. Istilah manajemen mempunyai banyak arti,

namun secara umum manajemen diartikan sebagai proses mengelola

sumber daya secara efektif untuk mencapai tujuan tertentu. Jika ditinjau

dari aspek pendidikan, maka arti dari manjemen adalah sebagai segala

sesuatu yang berkenaan dengan pengelolaan proses pendidikan untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan melakukan sejumlah fungsi

tertentu.

Manajemen menurut Hamalik (1991:29) adalah kemampuan atau

keterampilan untuk memperoleh hasil dalam rangka pencapaian tujuan

tertentu dengan cara menggerakkan orang lain. Sedangkan menurut Made

Pidarta (1988:17) manajemen adalah pusat administrasi, administrasi

berawal dan berakhir pada manajemen. Maksudnya manajemen adalah

suatu aktivitas yang menjadi pusat administrasi, pusat atau inti kerjasama

antar anggota organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan

sebelumnya.

Dalam perspektif pendidikan, manajemen adalah sebuah alat yang

digunakan agar tujuan pendidikan di sekolah dapat tercapai secara efektif

dan efisien, proses manajemen pendidikan memiliki peranan yang sangat

penting karena sekolah merupakan suatu sistem yang di dalamnya

melibatkan berbagai komponen dan sejumlah kegiatan yang perlu dikelola

dengan baik. Jika manajemennya baik maka akan memudahkan

(37)

37

Berbasis dari kata basis atau bisa diartikan dengan dasar.Madrasah

atau pondokpesantren merupakan suatu lembaga pendidikan atau tempat

berlangsungnya proses pendidikan (KBM).

Pendidikan Berbasis Pesantren adalah sarana yang bertugas

sebagai perangkat organisasi yang diciptakan untuk mencapai tujuan

pendidikan yang berlangsung di dalam pondok pesantren (Halim,

2005:115).

Kemajuan dan keberhasilan pondok pesantren atau

madarasahtergantung bagaimana kyai atau kepala madrasah itu sendiri

mengatur dan mengelola pendidikan.Kyai atau kepala madrasah di sini

bertugas sebagai manajer yaitu penggerak aktivitas operasional dan

memainkan peran sebagai pembuat strategi, pemimpin, administrator, dan

penyelesai masalah.

a. Sebagai pembuat strategi, seorang manajer harus bisa

mempertimbangkan misi dan tujuan organisasi, memikirkan

kemungkinan hal-hal yang akan terjadi dan menentukan arah atau

tujuan yang akan diambil.

b. Sebagai pemimpin, seorang manajer harus mampu memberi dorongan

(motivasi) dan membantu personil lainnya.

c. Sebagai administrator, seorang manajer harus bisa membuat dan

mengimplementasikan sistem untuk membantu pelaksanaan tugas

(38)

38

d. Sebagai penyelesai masalah, seorang manajer harus mampu berpikir

logis dan luwes serta membantu orang lain dalam menyelesaikan

suatu masalah.

Menurut Saroni (2006:21) kepala sekolah adalah seorang manajer.

Dialah yang mengatur segala sesuatu yang ada di sekolah untuk mencapai

tujuan sekolah. Dengan posisi sebagai manajer, kepala sekolah

mempunyai kewenangan penuh terhadap arah kebijakan yang ditempuh

menuju visi dan misi sekolah. Kemampuan manajemen ini sangat

mendukung pada saat mengatur personil/SDM yang dimiliki sekolah

secara tepat, penggunaan sarana, dan alokasi pemakaian dana yang ada di

sekolah.

Baik dan buruknya, merosot dan berkembangnya sebuah lembaga

pendidikan adalah tergantung bagaimana sekolah itu diatur atau dengan

kata lain bahwa kemajuan sekolah itu tergantung pada bagaimana kepala

sekolah mengatur kegiatan sekolah dengan semua personil yang ada

secara maksimal. Jadi sangatlah jelas, bahwa kepala sekolah sangat

berperan penting dalam sebuah lembaga pendidikan. Tapi perlu

ditegaskan, bahwa semua itu bukan hanya tugas dan kewajiban kepala

sekolah saja, akan tetapi semua itu merupakan tugas bersama antara

semua komponen yang berada di lingkungan sekolah itu sendiri.

2. Fungsi Manajemen

Terdapat empat fungsi manajemen menurut G. R. Terry dalam

(39)

39

(pengorganisaian); (3) actuating (pelaksanaan); (4) controlling

(pengawasan).

a. Perencanaan (Planning)

Arti penting perencanaan adalah memberikan kejelasan arah untuk

setiap kegiatan sehingga dapat diusahakan dan dilaksanakan seefisien

dan seefektif mungkin.

b. Pengorganisasian (Organizing)

Pengorganisasian adalah tindakan mengusahakan hubungan-hubungan

yang efektif antara orang-orang sehingga mereka dapat bekerjasama

secara efisien, dan memperoleh kepuasan pribadi dalam melaksanakan

tugas-tugas tertentu, dalam kondisi lingkungan tertentu guna mencapai

tujuan tertentu.Tiga langkah dalam proses pengorganisasian, yaitu (a)

perincian seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk mencapai

tujuan organisasi; (b) pembagian beban pekerjaan total menjadi

kegiatan-kegiatan yang logis dapat dilaksanakan oleh satu orang; (c)

pengadaan dan pengembangan suatu mekanisme untuk

mengkoordinasikan pekerjaan para anggota menjadi kesatuan yang

terpadu dan harmonis.

c. Pelaksanaan (Actuating)

Dari rangkaian proses manajemen, pelaksanaan (actuating)

merupakan fungsi manajemen yang paling utama. Dalam fungsi

perencanaan dan pengorganisasian lebih banyak berhubungan dengan

(40)

40

actuatingjustru lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan orang-orang dalam organisasi.

d. Pengawasan (Controlling)

Pengawasan (controlling) merupakan fungsi manajemen yang tidak kalah pentingnya dalam suatu organisasi. Semua fungsi yang

terdahulu, tidak akan efektif tanpa disertai fungsi pengawasan.

3. Tujuan Manajemen

Menurut Raharjo dalam bukunya Manajemen Berbasis Sekolah tujuan

Manajemen Berbasis Sekolah dibagi menjadi empat, yaitu:

a. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian sekolah dalam

mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia.

b. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam

penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama.

c. Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua, masyarakat,

dan pemerintah tentang mutu sekolahnya.

d. Meningkatkan kompetensi yang sehat antar sekolah tentang mutu

pendidikan yang akan dicapai.

Sedangkan tujuan Manajemen Berbasis Sekolah menurut Umiarso dan

Gojali (2010:80) adalah meningkatkan efisiensi, mutu, dan pemerataan

pendidikan. Peningkatan efisiensi diperoleh melalui sumber daya yang

ada, dan penyederhanaan birokrasi. Peningkatan mutu diperoleh melalui

partisipasi orang tua, kelenturan pengelolaan sekolah, peningkatan

profesionalisme guru, adanya hadiah dan hukuman sebagai kontrol, serta

(41)

41

4. Paradigma Baru Manajemen Pendidikan

Dengan diberlakukannya otonomi daerah, maka sebagai konsekuensi

logis bagi manajemen pendidikan di Indonesia adalah perlu dilakukannya

penyesuaian terhadap manajemen paradigma lama menuju manajemen

paradigma baru yang lebih bernuansa otonomi dan yang lebih demokratis.

Pergeseran paradigma pendidikan dasar dan menengah telah tercermin

dalam visi pembangunan pendidikan nasional yang tercantum dalam

GBHN (Garis-garis Besar Haluan Negara) 1999 ” Mewujudkan sistem dan

iklim pendidikan nasional yang demokratis dan berkualitas guna

mewujudkan bangsa yang berakhlak mulia, kreatif, inovatif, berwawasan

kebangsaan, cerdas sehat, disiplin, bertanggung jawab, trampil, serta

menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi”. Amanat GBHN (Garis Besar

Haluan Negara) ini menyiratkan suatu kekhawatiran yang mendalam dari

berbagai komponen bangsa terhadap prestasi sistem pendidikan nasional

yang kini tampak mulai menurun dalam mempersiapkan SDM (Sumber

Daya Manusia) yang tangguh dan mampu bersaing di era tanpa batas ke

depan (Raharjo, 2003:7).

Tabel 1

Perubahan Paradigma Manajemen Pendidikan Paradigma Lama Paradigma Baru

(42)

42

Karakteristik sekolah yang menerapkan sistem Manajemen

Berbasis Sekolah/Madrasah perlu mengoptimalisasikan aspek-aspek

tertentu, yaitu meningkatkan kinerja organisasi sekolah, proses

pembelajaran, pengelolaan sumber daya dan administrasi. Menurut

Raharjo (2003:40) dalam bukunya Manajemen Berbasis Sekolah,

MBSmemiliki karateristik yang harus dipahami oleh sekolah yang

akan menerapkannya yang meliputi komponen pendidikan dan

perlakuannya pada setiap tahap pendidikan input, proses dan

outputnya.

Pada hasil pendidikan (output ) diharapkan mendapatkan prestasi akademik dan non-akademik. Prestasi akademik misalnya NEM,

lomba karya ilmiah, olimpiade siswa berprestasi. Sedangkan

non-akademik berupa kesenian, olah raga, kejujuran, kerajinan, pramuka

(43)

43

Pada proses pendidikan biasanya penekanannya pada :

1) Proses Belajar Mengajar (PBM) yang menekankan pada belajar

hidup bersama dan belajar menjadidiri sendiri.

2) Kepemimpinan sekolah yang tangguh,memiliki kemampuan

kepemimpinan yang kuat dan mampu meningkatkan mutu

sekolah sesuai visi, misi, tujuan dan sasaran yang telah

ditetapkan.

3) Lingkungan sekolah yang tertib, aman dan nyaman.

4) Pengelolaan tenaga pendidik yang efektif.

5) Sekolah memiliki kualitas informasi untuk perbaikan hasil diikuti

penghargaan atau sanksi.

6) Sekolah memiliki kebersamaan yang kompak tanpa adanya

kelompok tertentu yang menghambat kemajuan sekolah.

7) Sekolah memiliki kewenangan yang merupakan kesanggupan

kerja dan tidak menggantungkan orang lain.

8) Partisipasi warga sekolah dan masyarakat. Karena hubungan

antara sekolah dan masyarakat merupakan bagian sekolah yang

paling tinggi terutama di bidang akademik dan non-akademik.

9) Keterbukaan antara warga sekolah dan masyarakat, terutama

komite sekolah. Apalagi manajemen tersebut menyangkut

perencanaan anggaran RAPBSdan penggunaan uang sekolah.

Komite sekolah harus tahu menyangkut anggaran sekolah, seperti

(44)

44

10) Sekolah memiliki kemauan untuk berubah menjadi lebih baik.

Perubahan tersebut dapat berupa perubahan fisik sekolah, prestasi

akademik dan non-akademik.

11) Sekolah melakukan evaluasi dan perbaikan. Evaluasi bukan hanya

sekedar untuk mengetahui daya serap dan kemauan siswa

menerima mata pelajaran, tetapi evaluasi dapat digunakan sebagai

tolak ukur untuk memperbaiki dan menyempurnakan PBM di

sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.

12) Sekolah responsif dan antisipatif terhadap kebutuhan sekolah

terutama menyangkut mutu sekolah.

13) Sekolah memiliki komunikasi yang baik antara warga sekolah

dalam membentuk kebersamaan yang kokoh sehingga kegiatan

sekolah bisa dilakukan secara merata.

14) Sekolah memiliki akuntabilitas (pertanggungjawaban) terhadap

prestasi penyelenggaraan program sekolah yang nantinya harus

dilaporkan kepada pemerintah, orang tua dan masyarakat.

Pada Input pendidikan :

1) Pendidikan memiliki kebijakan, tujuan dari sasaran program yang

jelas. Kebijakan, tujuan, dan sasaran sekolah harus

disosialisasikan kepada semua warga sekolah, sehingga tertanam

pemikiran, tindakan, dan karakter yang kuat oleh warga sekolah.

2) Sumber daya yang tersedia. Sekolah harus memiliki sumber daya

(45)

45

lainnya seperti uang, peralatan/perlengkapan, dan lain-lainnya

untuk menjalankan proses pendidikan.

3) Staf yang kompeten dan berdedikasi tinggi terhadap sekolahnya.

4) Memiliki harapan prestasi tinggi. Sekolah harus memiliki

komitmen dan dedikasi tinggi untuk mencapai prestasi serta anak

didik yang mempunyai motivasi untuk meningkatkan prestasi

sesuai dengan bakat dan kemampuan yang dimilikinya.

5) Fokus pada pelanggaran. Anak didik merupakan fokus utama

semua kegiatan proses pembelajaran yang dikerahkan di sekolah

dengan tujuan untuk meningkatkan mutu dan kepuasan siswa.

6) Manajemen kelengkapanyang dibutuhkan sekolah akan

membantu kepala sekolah mengelola sekolah denganefektif.

6. Fungsi-Fungsi Yang Didesentralisasikan

1) Perencanaan dan Evaluasi

Rencana peningkatan program berfungsi untuk menganalisis

kebutuhan program sekolah.

2) Pengelolaan Kurikulum

Sejalan dengan pemberlakuan Kurikulum Berbasis Kompetensi

(KBK), bahwa tidak boleh mengurangi isi kurikulum yang berlaku

secara nasional dimana program dengan pendekatan kompetensi

lebih sesuai dan pas dikelola melalui MBS, sekolah akan leluasa

dalam mengimplementasikan kurikulum dan dalam pengembangan

(46)

46

3) Pengelolaan Proses Belajar Mengajar (PBM)

Proses Belajar Mengajar (PBM) merupakan kegiatan utama

sekolah dimana sekolah diberi kebebasan memilih strategi atau

metode pembelajaran yang efektif.

4) Pengelolaan Ketenagaan

Pengelolaan tenaga kependidikan dan lainnya mulai dari analisis

kebutuhan, perencanaan, rekrutmen, pengembangan, sampai

evaluasi kinerja tenaga kerja dapat dilakukan oleh sekolah.

5) Pengelolaan Fasilitas

Pengelolaan fasilitas khususnya yang berkaitan langsung dengan

proses belajar mengajar (PBM).

6) Pengelolaan Keuangan

Keuangan di sekolah merupakan bagian yang penting, karena

setiap kegiatan membutuhkan dana. Untuk itu, sekolah perlu

pengelolaan keuangan yang baik.

7) Pengelolaan Layanan Siswa

Pengelolaan layanan kesiswaan bertujuan untuk mengatur berbagai

kegiatan dalam bidang kesiswaan agar kegiatan pembelajaran dapat

berjalan lancar.

8) Pengelolaan Hubungan Sekolah dengan Masyarakat

Hubungan masyarakat merupakan suatu kegiatan untuk

menanamkan dan memperoleh pengertian, goodwill, kepercayaan, serta penghargaan dari publik suatu badan khususnya dan

(47)

47

Tabel 2

Fungsi-fungsi Pendidikan yang di Desentralisasikan ke Sekolah.

Masukan Pendidikan ProsesPendidikan Hasil Pendidikan

7. Komponen-Komponen Manajemen dalam MBS

Komponen adalah bagian yang merupakan seutuh ( W.J.S.

Poerwodaminto, 1984:104 ). Secara umum, komponen merupakan

bagian dari sebuah sistem utuh. Ada tujuh komponen manajemen

sekolah dalam Manajemen Berbasis Sekolah/Madrasah, yaitu:

1. Manajemen Kurikulumdan Program Pengajaran

Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang berisikan

berbagai bahan ajar yang diprogramkan dan direncanakan dan

dirancang atas dasar norma yang dijadikan pedoman dalam proses

pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan.

(48)

48

Kurikulum dan program pengajaran merupakan pijakan

dalam proses pendidikan yang diselenggarakan pada sebuah

lembaga pendidikan.

Kurikulummerupakanseperangkatrencanadanpengaturanmengenai

tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai

pedoman penyelenggaraan

kegiatanpembelajaranuntukmencapaitujuanpendidikan tertentu.

Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta

kesesuaian

dengankekhasan,kondisidanpotensidaerahsatuanpendidikan

danpeserta

didik.Olehsebabitukurikulumdisusunolehsatuanpendidikan untuk

memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan

kebutuhan dan potensi yangada di daerah. Perencanaan dan

pengembangan kurikulum nasional pada umumnya telah

dilakukan oleh Kementerian Pendidikan Nasional pada tingkat

pusat. Karena itu sekolah merealisasikan dan menyesuaiakan

kurikulum tersebut dengan kegiatan pembelajaran. Disamping itu,

sekolah juga bertugas dan berwenang untuk mengembangkan

kurikulum muatan lokal sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan

lingkungan setempat.

Jadi intinya adalah dalam pengelolaan kurikulum yang

(49)

49

boleh dikembangkan adalah muatan lokal yang disesuaiakan

sesuai dengan kondisi dan karakteristik sekolah masing-masing.

Sekolah diharapkan dapat mengembangkan program

pengajaran serta melaksanakan pengawasan dalam

pelaksanaannya. Dalam proses pengembangan program sekolah,

manajer hendaknya tidak membatasi diri pada pendidikan dalam

arti sempit, ia harus menghubungkan peserta didik dan kebutuhan

lingkungan.Dalam kepentingan kepala sekolah sebagai menejer,

ia harus bertanggung jawab terhadap perencanaan, pelaksanaan,

dan penilaian perubahan atau perbaikan program pengajaran di

sekolah. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, ada empat langkah

yang harus dilakukan. Menurut Mulyasa (2009:41), empat

langkah tersebut yaitu: menilai kesesuaian program yang ada

dengan tuntutan kebudayaan dan kebutuhan murid, meningkatkan

perencanaan program, memilih dan melaksanakan program, serta

menilai perubahan program.

2. Manajemen Tenaga Kependidikan

Ketenagaan dalam sekolah identik dengan posisi guru

sebagai pendidik maupun tenaga kependidikan. Adanya

pembagian tugas yang jelas antara ketenagaan yang satu dengan

yang lainnya akan menunjang kelancaran dari pelaksanaan

pembelajaran di sekolah.

Menurut Mulyasa (2009:42) manajemen tenaga

(50)

50

pegawai, (2) pengadaan pegawai, (3) pembinaan dan

pengembangan pegawai, (4) promosi dan mutasi, (5)

pemberhentian pegawai, (6) kompensasi, (7) penilaian pegawai.

Mengenai pengelolaan ketenagaan, Nurkholis (2003:46)

menyatakan bahwa “Pengelolaan ketenagaan mulai dari analisis

kebutuhan perencanaan, rekrutmen, pengembangan, penghargaan

dan sanksi, hubungan kerja hingga evaluasi kinerja tenaga kerja

sekolah dapat dilakukan oleh sekolah kecuali guru pegawai negeri

yang sampai saat ini masih ditangani oleh birokrasi di atasnya”.

Tugas kepala sekolah dalam kaitannya dengan manajemen

tenaga kependidikan bukanlah pekerjaan yang mudah karena

tidak hanya mengusahakan tercapainya tujuan sekolah, tetapi juga

tujuan tenaga kependidikan (guru dan pegawai) secara pribadi.

Oleh karena itu, kepala sekolah dituntut untuk mengerjakan

instrumen pengelolaan tenaga kependidikan, seperti daftar

riwayat pekerjaan, dan kondisi pegawai untuk membantu

kelancaran MBS di sekolah yang dipimpinnya.Hal ini

menunjukkan, bahwa keberhasilan pengelolaan pendidikan pada

sebuah sekolah apabila kepala sekolah memiliki kemampuan

untuk menciptakan kondisi yang melibatkan semua unsur

pengelola sekolah.

3. Manajemen Kesiswaan

Mengenai Manajemen Kesiswaan, Mulyasa (2009:46-47)

(51)

51

pengaturan kegiatan yang berkaitan dengan peserta didik, mulai

masuk sampai dengan keluarnya peserta didik tersebut dari suatu

sekolah. Manajemen kesiswaan bukan hanya berbentuk

pencatatan data peserta didik, melainkan meliputi aspek yang

lebih luas yang secara operasional dapat membantu upaya

pertumbuhan dan perkembangan peserta didik melalui proses

pendidikan di sekolah.

Tujuan dari manajemen kesiswaan yaitu untuk mengatur

berbagai kegiatan dalam bidang kesiswaan agar kegiatan

pembelajaran di sekolah dapat berjalan dengan lancar, tertib, dan

teratur, serta mencapai tujuan pendidikan sekolah.

Tanggung jawab kepala sekolah menurut Sutisna (1985:21)

dalam Mulyasa (2009:46) sebagai berikut:

a. Kehadiran murid di sekolah dan masalah-masalah yang

berhubungan dengan itu.

b. Penerimaan, orientasi, klarifikasi, dan penunjukkan murid

kelas dan program studi.

c. Evaluasi dan pelaporan kemajuan belajar.

d. Program supervisi bagi murid yang mempunyai kelainan,

seperti: pengajaran, perbaikan, dan pengajaran luar biasa.

e. Pengendalian dan disiplin murid.

f. Program bimbingan dan penyuluhan.

g. Program kesehatan dan keamanan.

(52)

52

Nurkholis (2003:46) dan Rohiat (2008:67) menyatakan

bahwa “Yang diperlukan dalam manajemen kesiswaan adalah

intensitas dan ekstensinya.”

Yang perlu diperhatikan dalam manajemen kesiswaan adalah

bahwa sekolah tidak hanya mengembangkan pengetahuan anak

saja, akan tetapi juga harus mengembangkan sikap kepribadian,

aspek sosial emosional, disamping keterampilan-keterampilan

yang lain. Sehingga akan tercipta peserta didik yang cerdas

intelejen, emosional, maupun spiritualnya.

4. Manajemen Keuangan atau Pendanaan

Keuangan merupakan salah satu sumber daya dari sekolah

yang secara langsung menunjang kelangsungan dari sekolah

tersebut dalam efektifitas dan efisiensi pengelolaan pendidikan.

Dalam Manajemen Berbasis Sekolah, hal tersebut akan jauh lebih

terasa, karena menuntut sekolah untuk merencanakan, mengelola,

mengevaluasi, serta mempertanggungjawabkan penggunaan

keuangan secara transparan.

Sekolah diberi kebebasan untuk melakukan

kegiatan-kegiatan yang mendatangkan penghasilan, sehingga sumber

keuangan tidak semata-mata bergantung pada pemerintah

(Nurkholis, 2003:46). Hal ini didasari oleh kenyataan bahwa

sekolahlah yang paling memahami kebutuhannya sehingga

desentralisasi uang sudah seharusnya dilimpahkan ke sekolah

(53)

53

Mulyasa (2009:48) menyatakan bahwa: “Sumber keuangan

dan pembiayan sekolah secara garis besar dapat dikelompokkan

menjadi tiga yaitu: (1) pemerintah, (2) orang tua atau peserta

didik, (3) masyarakat.”

Dalam pengelolaan keuangan di sekolah, diperlukan rasa

tanggungjawab yang besar dari semua komponen sekolah agar

penggunaannya dapat maksimal dan sesuai sasaran. Dengan

penggunaan yang tepat, maka semua kebutuhan sekolah dalam

hal peningkatan pembelajaran, baik teknis ataupun non-teknis

akan tercukupi sehingga sekolah dapat berjalan dengan lancar,

teratur dan bertanggungjawab.

5. Manajemen Sarana dan Prasarana

Standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria

minimal yang harus dicapai oleh stuan pendidikan pada sarana

dan prasarana sesuai Permendiknas nomor 24 tahun 2007. Setiap

satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot,

peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar

lainnya, bahan habis pakai serta perlengkapan lain yang

diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur

dan berkelanjutan.

Setiap satuan pendidikan memiliki prasarana yang meliputi

lahan, ruang kelas, ruang pemimpin, ruang pendidik, ruang tata

usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel

(54)

54

tempat berolah raga, tempat beribadah, tempat bermain dan

ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses

pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.

Setiap satuan pendidikan tidak dapat melepaskan faktor

sarana dan prasarana yang dapat dipergunakan dan menunjang

proses pendidikan atau proses belajar mengajar (PBM).

Manajemen sarana dan prasarana bertujuan dapat menciptakan

kondisi yang menyenangkan baik guru maupun murid untuk

berada di sekolah.

Mengenai sarana dan prasarana pendidikan, Mulyasa

(2009:49) menyatakan bahwa “Sarana pendidikan adalah

peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan

dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar

mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja kursi, serta alat-alat

dan media pengajaran”. Adapun yang dimaksud dengan prasarana

pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang

jalannya proses pendidikan atau pengajaran, seperti halaman,

kebun, taman sekolah, jalan menuju sekolah, tetapi jika

dimanfaatkan secara langsung untuk proses belajar mengajar,

seperti taman sekolah untuk pengajaran biologi, halaman sekolah

sebagai lapangan olahraga, komponen tersebut merupakan sarana

pendidikan.

Manejemen sarana dan prasarana yang baik diharapkan dapat

(55)

55

menciptakan kondisi yang menyenangkan baik bagi guru maupun

murid untuk berada di sekolah. Nurkholis (2003:46) dan Rohiat

(2008:66) sepakat bahwa pengelolaan fasilitas seharusnya

dilakukan oleh sekolah mulai dari pengadaan, pemeliharaan, dan

perbaikan hingga pengembannya.

Melihat alasan dari pendapat di atas, dapat dipahami bahwa

dalam MBS, sekolah yang benar-benar mengetahui kondisi dan

kebutuhan fasilitas untuk pengembangan sekolahnya

masing-masing.

6. Manajemen Hubungan Sekolah dengan Masyarakat

Hubungan sekolah dengan masyarakat pada hakekatnya

merupakan suatu sarana yang sangat berperan dalam membina

dan mengembangkan pertumbuhan pribadi peserta didik di

sekolah.Menurut Mulyasa (2009:50) tujuan dari hubungan

sekolah dengan masyarakat adalah:

1) Memajukan kualitas pembelajaran, dan pertumbuhan anak.

2) Memperkokoh tujuan serta meningkatkan kualitas hidup dan

penghidupan masyarakat.

3) Menumbukan minat masyarakat untuk menjalin hubungan

dengan sekolah.

Gambaran dan kondisi sekolah dapat diinformasikan ke

masyarakat melalui laporan kepada orang tua siswa, buletin

(56)

56

penjelasan oleh staf sekolah, siswa itu sendiri, radio serta laporan

tahunan.Esensi dari hubungan ini adalah meningkatkan

keterlibatan, kepedulian, kepemilikan, dan dukungan dari

masyarakat, terutama dukungan moral dan finansial yang dari

dulu telah didesentralisasikan (Nurkholis, 2003:46-47 dan Rohiat,

2008:67).

Dari beberapa pendapat di atas, dapat kita ketahui bahwa

kelangsungan sebuah sekolah tidak bisa lepas dari peran serta

masyarakat. Maka, seyogyanya jalinan atau hubungan yang baik

antara sekolah dan masyarakat harus dijunjung tingggi. Sekolah

merupakan bagian dari masyarakat, pun demikian dengan

masyarakat yang harus merasa memiliki sekolah. Keduanya

saling membutuhkan demi tercapainya tujuan pendidikan

Indonesia.

7. Manajemen Layanan Khusus

Menurut Mulyasa (2009:52) manajemen layanan khusus

meliputi manajemen perpustakaan, kesehatan, dan keamanan

sekolah.

a. Manajemen Perpustakaan

Perpustakaan yang lengkap dan dikelola dengan baik akan

menunjang perkembangan peserta didik dalam hal

perkembangan pengetahuan. Disamping itu juga

(57)

57

pengetahuan secara mandiri, dan juga dapat mengajar dengan

metode bervariasi.

b. Manajemen Kesehatan

Sekolah sebagai satuan pendidikan yang bertugas dan

bertanggungjawab terhadap proses pembelajaran, tidak hanya

bertugas mengembangkan pengetahuan saja, tetapi juga harus

meningkatkan jasmani dan rohani siswa.Sebagai tindak lanjut

dari hal tersebut, maka di sekolah diadakan UKS ( Usaha

Kesehatan Sekolah ) dan pendirian tempat ibadah.

c. Manajemen Keamanan

Dengan memberikan keamanan dalam mengikuti proses

belajar dan mengajar bagi komponen sekolah, diharapkan

dapat memberikan rasa aman dan nyaman bagi peserta didik

Gambar

Tabel 1
Tabel 2
Gambar 1
Tabel 3
+5

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian bertujuan untuk mengetahui kualitas nutrisi ampas sagu hasil biofermentasi jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) pada masa inkubasi yang berbeda dan penambahan

Terdapat beberapa hal yang dapat menjadi penyebab mengapa di RS Mardi Rahayu Kudus belum mengadakan pelatihan dan simulasi terhadap kesiapan petugas tanggap

Cadangan Lee Kuan Yew ditolak oleh Tunku Abdul Rahman kerana percantuman itu dilihat boleh menimbulkan masalah sosial kerana kedudukan kaum yang tidak seimbang antara orang

Dari tabel 1.1 terlihat bahwa prestasi belajar matematika siswa kelas VIII-B masih kurang maksimal. Adapun kriteria ketuntasan minimum di SMP Negeri 4 Narmada pada mata

Margin tataniaga pada tiap saluran tataniaga beras di Kampung Bumi Mulia terdiri atas margin tataniaga pada saluran tataniaga dua untuk pedagang pengecer sebesar Rp 2.150 /kg

Dengan adanya perbaikan budaya dan iklim kerja yang kondusif melalui gaya kepemimpinan yang demokratis, serta adanya usaha memberikan bantuan kepada guru untuk memperbaiki

Berdasarkan analisis data dan pembahasan dari penelitian dan pengembangan ini dapat disimpulkan bahwa. 1) Modul matematika berilustrasi komik layak digunakan dalam

memberangsangkan. Ia juga berkemungkinan respon yang diperolehi adalah rendah. Hanya sebanyak lapan syarikat harta tanah sahaja yang memberikan kerjasama di dalam kajian ini.