• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KOMPETENSI PROFESIONALISME GURU TERHADAP INTENTSITAS BELAJAR - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH KOMPETENSI PROFESIONALISME GURU TERHADAP INTENTSITAS BELAJAR - Test Repository"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi Kasus pada Sekolah Dasar di Kecamatan Bringin Kab. Semarang

Tahun 2010)

S K R I P S I

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh:

S I T I A S K IY A H

NIM: 11408063

JURUSAN TAKBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

(2)

Salatiga 50721

Jurusan : Tarbiyah/ Pendidikan Agama Islam

Judul : PENGARUH KOMPETENSI PROFESIONALISME GURU TERHADAP INTENSITAS BELAJAR (STUDI KASUS PADA SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN BRINGIN

KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2010)

(3)

http://www.stainsalatiga.ac.id e-mail: administrasi@stainsalatiga.ac.id

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi Saudara : SITI ASKIYAH dengan Nomor Induk Mahasiswa: 11408063 yang beijudul: PENGARUH KOMPETENSI PROFESIONALISME GURU TERHADAP INTENSITAS BELAJAR (STUDI KASUS PADA SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN BRINGIN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2010) Telah dimunaqasahkan dalam sidang panitia ujian Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu Tarbiyah.

Salatiga, 18 Ramadhan 1431 H 28 Agustus 2010 M

Panitia Ujian

(4)

Saya yang bertanda tangan dibawah in i: Nama : Siti Askiyah

NIM : 11408063

Jurusan : Tarbiyah

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Salatiga, 28 Agustus 2010 Yang menyatakan

(5)

MOTTO

Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan

pengorbanannya telah mengukir segala cita dan

harapan.

3 . Anak-anakku

- Mujahid Abdul Karim

- Agung Budi Kusuma

- Asmini Mauliyawati

Sebagai tumpuan harapan waladin sholihin

4 . Teman-teman mahasiswa dan almamater

sungguh-sungguh (urusan) yang lain,

Sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat (dalam kehidupan),

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Ayah dan Ibu tercinta

2. Suami tersayang yang dengan do'a, kesetiaan dan

(6)

Puji syukur Alhamdulillah penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT, yang

telah memberikan rahmat dan hidayahnya-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Skripsi ini merupakan salah satu

persyaratan guna meraih gelar Strata Satu (S-l) dalam Program Ilmu Tarbiyah.

Penulis menyadari bahwa tanpa adanya dukungan dan bimbingan dari

berbagai pihak, penulis tidak akan mampu berbuat banyak dalam penyelesaian

skripsi ini. Dengan selesainya skripsi ini, penulis menyampaikan rasa hormat dan

ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag selaku Ketua STAIN Salatiga.

2. Bapak Drs. Joko Sutopo, selaku Ketua selaku Ketua Jurusan Tarbiyah Ekstensi.

3. Bapak Prof. Dr. Muh Zuhri, MA, selaku Dosen Pembimbing, yang dengan keikhlasannya telah memberikan bimbingan hingga tersusunnya skripsi ini. 4. Bapak YRY Priyono, Ketua Gugus III Diponegoro Kecamatan Bringin yang

telah memberi kesempatan kepada penulis menyelesaikan studi

5. Karyawan Perpustakaan STAIN Salatiga yang telah menyediakan fasilitasnya. Atas segala hal tersebut, penulis hanya bisa berdo’a, semoga Allah SWT mencatatnya sebagai amal sholeh yang akan mendapat balasan yang berlipat ganda. Amin.

Akhirnya penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan atau bahkan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini akan penulis terima dengan rasa

(7)

Am in - amin yarobbal ‘alamin

Salatiga, 28 Agustus 2010 Penulis

Siti Askivah

(8)

Siti Askiyah. 2010. Pengaruh Kompetensi Profesionalisme Guru Terhadap Intensitas Belajar (Studi Kasus Pada Sekolah Dasar di Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang Tahun 2010). Skripsi, Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing. Prof. Dr. H. Muh Zuhri, MA

Kata Kunci : Profesionalisme Guru dan Intensitas Belajar

Masalah profesionalisme guru secara umum tersebut tentu juga memiliki beberapa kesamaan dengan guru yang ada di Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang. Tingkat pendidikan yang berbeda juga merupakan penyebab guru kurang profesional dalam menjalankan tugas. Selain itu tidak semuanya guru berasal dari Kecamatan Bringin, sehingga seringkah mengalami hambatan dalam kehadiran.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah kompetensi profesionalisme guru di Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang? Bagaimanakah intensitas belajar siswa di Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang? Adakah pengaruh kompetensi profesionalisme guru terhadap intensitas belajar siswa di Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang?

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kompetensi profesionalisme guru di Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang, untuk mengetahui intensitas belajar siswa di Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang, dan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh profesionalisme guru terhadap intensitas belajar siswa di Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang dilaksanakan di Gugus IH Diponegoro Kecamatan Bringin. Jumlah sample dalam penelitian ini sebanyak 56 orang guru. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan angket untuk mengetahui kompetensi profesionalisme guru dan intensitas belajar siswa. Analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis korelasional.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kompetensi profesionalisme guru yang berada pada kategori sangat profesional mencapai 50%, kategori cukup profesional 32,15% dan kategori kurang profesional 17,85%, intensitas belajar siswa yang berada pada kategori tinggi mencapai 53,57%, kategori sedang 28,57% dan kategori kurang 17,85% dan berdasarkan analisis diketahui bahwa profesionalisme guru memberikan pengaruh terhadap intensitas belajar siswa, terbukti nilai r hitung lebih besar dari r tabel 5% maupun 1%.

(9)

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN NOTA PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN... v

KATA PENGANTAR... vi

D. Hipotesis Penelitian... 3

E. Kegunaan Penelitian ... 4

F. Definisi Operasional... 5

G. Metode Penelitian... 8

H. Sistematika Penulisan Skripsi... 10

BAB H KAJIAN PUSTAKA A. Profesionalisme Guru... 12

B. Intensitas Belajar______________ _____________________ 19 BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Keadaan Umum SD di Kec. Bringin... 30

B. Keadaan Responden... 32

(10)

C. Analisis Uji Hipotesis... 58

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan... 61 B. Saran... 61

DAFTAR PUSTAKA... 63 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(11)

TABEL I Daftar Guru di Gugus III Diponegoro TABEL II Daftar Nama Responden

TABEL IH Hasil Angket Kompetensi Profesionalisme Guru TABEL IV Hasil Angket Intensitas Belajar

TABEL V Nilai Angket Kompetensi Profesionalisme Guru TABEL VI Interval Kompetensi Profesionalisme Guru TABEL VII Nominasi Kompetensi Profesionalisme Guru TABEL VIII Klafisikasi Kompetensi Profesionalisme Guru TABEL IX Nilai Angket Intensitas Belajar

TABEL X Interval Intensitas Belajar TABEL XI Nominasi Intensitas Belajar TABEL XII Klafisikasi Intensitas Belajar TABEL XIII Tabel Persiapan Korelasi TABEL XIV Tabel Kriteria Nilai Korelasi

(12)

GAMBAR 1 STRUKTUR ORGANISASI GUGUS

(13)

1. Angket

2. Surat Ijin Penelitian

3. Surat Keterangan Penelitian 4. Daftar Riwayat Hidup 5. r tabel

(14)

A. Latar Belakang Masalah

Di lingkungan pendidikan formal, pengkajian terhadap pembinaan

dan pengembangan kemampuan profesional guru, sepertinya sudah selalu

banyak didiskusikan. Namun demikian kenyataan di lapangan masalah

profesionalisme guru tersebut masih jauh dari harapan sehingga kualitas

pembelajaran masih sangat rendah.

Akhir-akhir ini faktor profesionalisme guru memang menjadi

perhatian masyarakat. Hal tersebut bukan dikarenakan guru semakin

profesional dalam melaksanakan tugas, justru disebabkan oleh tindakan

guru yang tidak profesional dalam melaksanakan tugas, seperti sering

terlambat datang ke sekolah, meninggalkan catatan di kelas lalu ditinggal

aktivitas lainnya, bahkan tidak masuk tanpa izin. Sebagaimana yang

disampaikan di atas bahwa hasil belajar siswa juga ditentukan oleh faktor

guru1. Demikian halnya dengan intensitas belajar siswa, juga akan sangat

dipengaruhi oleh keberadaan profesionalisme guru tersebut.

Oleh karena itu, perlu diperhatikan secara sungguh-sungguh

bagaimana memberikan prioritas yang tinggi kepada guru, sehingga mereka

dapat memperoleh kesempatan untuk selalu meningkatkan profesionalisme

atau kemampuannya sebagai guru. Guru harus diberikan kepercayaan, untuk

1 D r.H .Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, A lfabeta, Bandung, 2 0 0 9 . him . 14

(15)

melaksanakan tugasnya melakukan proses belajar mengajar yang baik. Guru

perlu diberikan dorongan dan suasana yang kondusif untuk menemukan

berbagai alternatif cara mengembangkan proses pembelajaran.

Hasil belajar siswa dipengaruhi bagaimana siswa tersebut belajar.

Cara belajar yang efektif akan meningkatkan kemampuan yang diharapkan

sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai2. Salah satu pendukung belajar

intensif adalah adanya motivasi untuk mengetahui dan mengerti atau yang

disebut intensitas belajar.

Masalah profesionalisme guru secara umum tersebut tentu juga

memiliki beberapa kesamaan dengan guru yang ada di Kecamatan Bringin

Kabupaten Semarang. Tingkat pendidikan yang berbeda juga merupakan

penyebab guru kurang profesional dalam menjalankan tugas. Selain itu tidak

semuanya guru berasal dari Kecamatan Bringin, sehingga seringkah

mengalami hambatan dalam kehadiran. Dengan adanya hal tersebut maka

penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul "Pengaruh

Kompetensi Profesionalisme Guru terhadap Intensitas Belajar Siswa (Studi

pada Sekolah Dasar di Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang)"

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan

masalah sebagai berikut:

(16)

1. Bagaimanakah kompetensi profesionalisme guru di Kecamatan Bringin

Kabupaten Semarang?

2. Bagaimanakah intensitas belajar siswa di Kecamatan Bringin Kabupaten

Semarang?

3. Adakah pengaruh kompetensi profesionalisme guru terhadap intensitas

belajar siswa di Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Untuk mengetahui kompetensi profesionalisme guru di Kecamatan

Bringin Kabupaten Semarang.

2. Untuk mengetahui intensitas belajar siswa di Kecamatan Bringin

Kabupaten Semarang.

3. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh kompetensi profesionalisme

guru terhadap intensitas belajar siswa di Kecamatan Bringin Kabupaten

Semarang.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah dugaan sementara yang harus dibuktikan

kebenarannya melalui penelitian3. Dalam penelitian ini hipotesisnya adalah

"Ada pengaruh yang positif dan signifikan pengaruh kompetensi

profesionalisme guru terhadap intensitas belajar siswa di Kecamatan Bringin

Kabupaten Semarang"

(17)

E. Kegunaan Penelitian

Dari beberapa masalah yang dirumuskan diatas setelah diperoleh

jawaban, maka dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:

1. Manfaat Teoritis

a. Memberi sumbangan pemikiran bagi dunia pendidikan, khususnya

berkaitan dengan masalah belajar dan profesionalisme guru.

b. Sebagai pertimbangan penelitian yang sejenis di masa yang akan

datang.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi orang tua siswa sebagai bahan masukan untuk lebih

memperkuat kemandirian belajar pada anaknya

b. Bagi para guru sebagai pertimbangan tentang pentingnya

mengupayakan profesionalisme guru agar tercapai kemandirian

belajar pada siswa secara optimal.

c. Bagi para siswa dapat menambah pengetahuan tentang bimbingan

belajar sehingga mereka mampu mencapai pribadi yang mandiri

dalam belajarnya.

d. Dapat dipergunakan sebagai pertimbangan dan bahan acuan bagi

(18)

F. Definisi Operasional

1. Profesionalisme Guru

Profesionalisme berasal dari kata bahasa Inggris professionalism

yang secara leksikal berarti sikap profesional4. Orang yang profesional

memiliki sikap-sikap yang berbeda dengan orang yang tidak profesional

meskipun dalam pekerjaan yang sama atau berada dalam satu ruang

kerja. Jadi profesionalisme adalah komitmen para anggota suatu profesi

untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus menerus

mengembangkan strategi-strategi yang digunakannya dalam melakukan

pekerjaan sesuai dengan profesinya itu5.

Menurut Moh. Uzer Usman, guru profesional adalah orang yang

memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan

sehingga ia mampu melakukan tugs dan fungsinya sebagai guru dengan

kemampuan maksimal. Guru yang profesional adalah guru yang terdidik

dan terlatih dengan baik serta memiliki pengalaman yang kaya di

bidangnya. Terdidik dan terlatih bukan hanya dalam arti memperoleh

pendidikan formal, tetapi juga harus mampu menguasai berbagai strategi

atau teknik di dalam kegiatan belajar mengajar serta menguasai

landasan-landasan kependidikan. Landasan-landasan kependidikan

tersebut merupakan kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap

pendidik. Kompetensi ini terbagi menjadi kompetensi pribadi (personal)

dan kompetensi profesional.

4 Prof.Dr. Sudarwan D anim , Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalism e Tenaga Kependidikan, Pustaka Setia, B andung, 2 0 0 2 , him . 23

(19)

Dalam konteks penelitian ini akan difokuskan pada kompetensi

profesional dan seorang guru yang meliputi beberapa indikator, yaitu6:

a. Menguasai landasan pendidikan

b. Menguasai bahan pengajaran

c. Menyusun program pengajaran

d. Menilai hasil dan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan

e. Memiliki rasa tanggung jawab akan tugasnya sebagai seorang guru

2. Intensitas Belajar a. Pengertian Belajar

Pada hakekatnya belajar adalah hasil dari proses interaksi

antara individu dengan lingkungan sekitar. Belajar dilakukan melalui

berbagai kegiatan seperti mengalami, mengerjakan, memahami, dan

sebagainya. Sehingga berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan

pendidikan tergantung pada proses belajar yang di alami siswa. Maka

pemahaman yang benar mengenai belajar mutlak diperlukan oleh

pendidik.

Belajar merupakan aktivitas mental atau psikis yang

berlangsung dalam interaksi dalam lingkungan yang menghasilkan

perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan,

dan nilai sikap. Perubahan bersifat relatif konstan dan berbekas.

(20)

Menurut Oemar Hamalik, "Belajar adalah perubahan tingkah laku

yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman”7.

Menurut Slameto, “Belajar adalah suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalamannya

sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”8.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

belajar adalah proses usaha yang dilakukan individu untuk

memperoleh perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman

individu dalam interaksi dengan lingkungan yang relatif menetap.

b. Intensitas Belajar

Intensitas ialah kesungguhan untuk mendapatkan efek yang

maksimal9. Dengan demikian intensitas belajar adalah bahwa

kesungguhan seseorang berkaitan dengan perubahan tingkah laku

sebagai akibat bertambahnya pengetahuan dan keterampilan serta sikap

pada diri seseorang.

Faktor intensitas belajar diantaranya adalah10:

1) Kegiatan belajar yang dilakukan

(21)

3) Kepuasan dan kesenangan. Seseorang intensif belajar karena dengan

belajar seseorang memperoleh kepuasan atau kesenangan

4) Pengalaman masa lampau

5) Kesiapan dan kesediaan belajar

6) Minat dan Usaha

7) Fisiologis

8) Intelegensi atau kecerdasan.

H. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian explanatory yaitu

penelitian yang menjelaskan pengaruh antar variabel bebas dengan

variabel terikat serta menguji hipotesis yang diajukan11.

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Gugus III Diponegoro Kecamatan

Bringin Kabupaten Semarang. Waktu penelitian akan dimulai bulan Mei

2010 sampai dengan selesai

3. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling a. Populasi 11

(22)

Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian12. Dalam

penelitian ini populasinya adalah seluruh guru di Gugus III

Diponegoro sebanyak 56 orang,

b. Sampel

Sampel merupakan bagian atau wakil populasi yang diteliti13.

Karena jumlah populasi kurang dari 100, maka sampel penelitian ini

semua populasi, yaitu sebanyak 56 orang guru14.

4. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode kuesioner (daftar pertanyaan). Metode kuesioner dipakai untuk

mendapatkan data variabel hasil profesionalisme guru dan intensitas

belajar siswa. Kuesioner dibagikan kepada responden.

5. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini berupa kuesioner mengenai

profesionalisme guru dan intensitas belajar berdasarkan indikator-

indikator masing-masing variabel tersebut.

6. Analisis Data

Dalam mengolah data, penulis menggunakan analisa data kualitatif

12 Suharsim i A rikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, R ineka Cipta, Jakarta, 2 0 0 3 , h im . 130

(23)

I

xr-

( Z x V L r )

rxy : koefisien korelasi antara x dan y x : skor variabel x (profesionalisme guru) y : skor variabel y (intensitas belajar) N : Jumlah responden

X : hasil kuadrat variabel x Y : Hasil kuadrat variabel Y XY : Produk dari X kali Y Z : Sigma (jumlah)

I. Sistematika Skripsi

Bagian awal terdiri dari halaman judul, halaman pengesahan, halaman

persetujuan, abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar,

dan daftar lampiran.

Sedangkan bagian inti terdiri dari:

B abi Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, kegunaan

penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II Kajian Pustaka, berisi tentang landasan teori mengenai

profesionalisme guru, definisi belajar dan faktor yang

(24)

Bab III Hasil Penelitian, berisi tentang gambaran umum lokasi

penelitian dan subjek penelitian serta penyajian data

Bab IV Analisis Data, berisi tentang analisis deskriptif, pengajuan

hipotesis dan pembahasan.

BabV Penutup, berisi kesimpulan dan saran, daftar pustaka dan

(25)

A. Profesionalisme Guru

Secara etimologi, “profesi” berasal dan bahasa Yunani yang

mengandung anti “pekeijaan job”1, yaitu menghabiskan adanya pengetahuan

dan keahlian khusus melalui persiapan dan latihan Namun arti itu kemudian

berkembang tidak hanya sekedar pekerjaan atau job, tetapi di dalamnya

terpaku juga suatu “panggilan” atau suatu “ailing”, suatu strong inner

impulse.

Menurut bahasa, profesionalisme adalah sikap yang mengedepankan

aspek tanggung jawab terhadap profesinya atau berperan sebagaimana

jabatan yang diembannya1 2. Profesionalisme merupakan sesuatu yang

berkenaan dengan profesi, dimana seseorang dengan profesinya tersebut

memiliki kemampuan untuk melaksanakan sesuai dengan norma-norma atas

profesi yang dijabatnya3.

Profesionalisme adalah suatu paham yang mencitakan dilakukannya

kegiatan-kegiatan keija tertentu dalam masyarakat, berbekalkan keahlian

yang tinggi dan berdasarkan rasa keterpanggilan serta ikrar (fateri/profiteri)

untuk menerima panggilan tersebut untuk dengan semangat pengabdian

1 S yaifu l S agala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, Bandung, A lfab eta, 2 0 0 9 , him . 2

2 W JS Poerwadarm into, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1998. him. 7 8 2

(26)

selalu siap memberikan pertolongan kepada sesama yang tengah dirundung

kesulitan ditengah gelapnya kehidupan4.

Sedangkan beberapa ciri dari profesionalisme diantaranya adalah5;

1. Menghendaki sitat mengejar kesempurnaan hasil [perfect result),

sehingga kita dituntut untuk selalu menciptakan mutu

2. Memerlukan kesungguhan dan. ketelitian keija yang hanya dapat

diperoleh melalui pengalaman dan kebiasaan

3. Menuntut ketekunan dan ketabahan, yaitu sifat tidak mudah puas atau

putus asa sampai hasil tercapai

4. Memerlukan integritas tinggi yang tidak tergoyahkan oleh “keadaan

terpaksa” atau godaan Iman seperti harta dan kenikmatan hidup

5. Memerlukan adanya kebulatan pikiran dan perbuatan sehingga teijaga

efektivitas keija yang tinggi.

Profesionalisme berarti juga bahwa6:

1. Secara terus menerus berkiprah di bidangnya

2. Secara terus menerus meningkatkan daya kreativitas melalui pengalaman 3. Secara terus menerus berkarya bagi pengembangan usaha pada lembaga

tempatnya mengabdi.

Dan uraian di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa profesi dan

profesionalisme mempunyai makna yang hampir sama. Profesi berkaitan erat

dengan pengertian suatu pekeijaan saja yang dilakukan sehari-hari secara

rutin. Sedangkan profesionalisme penekanannya adalah adanya suatu

4 Fandy T jiptono, Total Q uality Management, Jakarta, R ineka Cipta, 2 0 0 6 , him . 19 5 Ibid, him . 23

(27)

keinginan untuk lebih dilandasi oleh suatu keahlian serta panggilan dan hasil

nuraninya untuk menjalankan tugas dengan benar.

Begitupun juga dengan profesi seorang guru. Sebagai jabatan

profesional, maka sudah selayaknya jika seorang guru juga harus memiliki

kriteria-kriteria yang mencerminkan profesionalisme. Implikasi yang

diharapkan dan profesionalisme ini lebih tercapainya tujuan atau sasaran

pembelajaran untuk menciptakan output pendidikan yang berkualitas, punya

kompetensi yang tinggi, berakhlak mulia serta punya kepribadian yang

mantap.

Guru yang profesional adalah guru yang menguasai substansi

pekerjaannya secara profesional, yakni7

1. Mampu menguasai substansi mata pelajaran secara sistematis, khususnya

materi pelajaran yang secara khusus diajarkannya, disamping itu Ia juga

dituntut untuk berupaya mengikuti perkembangan materi pelajaran

tersebut dan waktu ke waktu.

2. Memahami dan dapat menerapkan psikologi perkembangan, sehingga

seorang gum dapat memilih materi pelajaran berdasarkan tingkat

kesukaran sesuai dengan masa perkembangan peserta didik yang

diajarnya.

3. Memiliki kemampuan mengembangkan program-program pendidikan

yang secara khusus disusun sesuai dengan masa perkembangan peserta

didik yang akan diajarnya.

(28)

Menurut Moh. Uzer Usman, guru profesional adalah orang yang

memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga

ia mampu melakukan tugs dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan

maksimal8. Guru yang profesional adalah guru yang terdidik dan terlatih

dengan baik serta memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya. Terdidik

dan terlatih bukan hanya dalam arti memperoleh pendidikan formal, tetapi

juga harus mampu menguasai berbagai strategi atau teknik di dalam kegiatan

belajar mengajar serta menguasai landasan-landasan kependidikan. Landasan-

landasan kependidikan tersebut merupakan kompetensi yang harus dimiliki

oleh setiap pendidik. Kompetensi ini terbagi menjadi kompetensi pribadi

(personal) dan kompetensi profesional.

Lebih jelas lagi sebagaimana yang dikatakan oleh Usman, guru

profesional adalah guru yang tahu secara mendalam tentang siapa yang

diajarkannya, cakap, cara mengajarkannya secara efektif dan efisien, dan guru

tersebut mempunyai kepribadian yang mantap. Jadi, tiga ranah apliksi

profesionalisme seorang guru yang meliputi pengetahuan CKnowledge),

ketrampilan (skill) serta sikap mental (attitude) harus mampu tercover dalam

diri seorang guru9.

Dalam konteks penelitian ini akan difokuskan pada kompetensi

profesional dan seorang guru yang meliputi10:

1. Menguasai landasan pendidikan

8 Prof.D r. Sudarwan D anim , Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalism e Tenaga Kependidikan, Pustaka S etia, B andung, 2 0 0 2 , him . 23

(29)

2. Menguasai bahan pengajaran

3. Menyusun program pengajaran

4. Menilai hasil dan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan

5. Memiliki rasa tanggung jawab akan tugasnya sebagai seorang guru

Kemampuan profesional guru {professional capacity) terdiri dari

kemampuan intelegensi, sikap, dan prestasinya dalam bekeija. Dalam

berbagai penelitian, kemampuan profesional guru sering ditunjukkan dengan

tinggi rendahnya hasil pengukuran kemampuan menguasai materi pelajaran

yang diajarkan11. Secara sederhana, kemampuan profesional ini bisa

ditunjukkan dengan kemampuan guru dalam menguasai pengetahuan tentang

materi pelajaran yang diajarkan termasuk upaya untuk selalu memperkaya

dan meremajakan pengetahuan tersebut. Salah satu upayanya, dapat melalui

kegiatan dalam Kelompok Kerja Guru (KKG).

Secara sederhana peningkatan kemampuan professional guru bisa

diartikan sebagai upaya membantu guru yang belum matang menjadi matang,

yang tidak mampu mengelola sendiri menjadi mampu mengelola sendiri,

yang belum memenuhi kualifikasi menjadi memenuhi kualifikasi, yang belum

terakreditasi menjadi terakreditasi. Kematangan, kemampuan mengelola

sendiri, pemenuhan kualifikasi, merupakan ciriciri profesionalisme. Oleh

karena itu, pengingkatan kemampuan professional guru dapat juga diartikan

sebagai upaya membantu guru yang belum professional menjadi professional.

(30)

Konsisten dengan penjelasan di atas, ada dua prinsip mendasar

berkenaan dengan aktivitas peningkatan kemampuan professional guru di

sekolah dasar. Pertama, peningkatan kemampuan propesional guru itu

merupakan upaya membantu guru yang belum professional menjadi

professional, jadi peningkatan kemampuan professional guru itu merupakan

bantuan professional. Di satu sisi, bantuan professional berarti sekedar

bantuan, sehingga yang seharusnya lebih berperan aktif dalam upaya

pembinaan adalah guru itu sendiri, artinya guru itu sendiri yang seharusnya

meminta bantuan kepada yang berwenang untuk mendapatkan pembinaan.

Demikian pula dalam hal bantuan yang diperlukan tergantung pada

permintaan pegawai itu sendiri. Walaupun sekedar bantuan, yang berwenang

harus melaksanakan bantuan atau pembinaan tersebut secara professional.

Itulah yang disebut dengan bantuan profesional. Di sisi lain bantuan

profesional berarti tujuan akhirnya adalah bertumbuh kembangnya

profesionalisme pegawai.

Kedua, Peningkatan kemampuan profesional guru tidak benar

bilamana hanya diarahkan kepada pembinaan kemampuan pegawai. Prinsip

dasar kedua tersebut didasarkan pada prinsip pertama di atas bahwa tujuan

akhir pembinaan pegawai adalah bertumbuh kembangnya profesionalisme

pegawai. Menurut Glickman dalam Usman (2000), guru yang profesional

memiliki dua ciri, yaitu tingkat abstraksi (kemampuan) yang tinggi dan

(31)

dasar seharusnya diarahkan pada pembinaan kemampuan dan sekaligus

pembinaan komitmennya.

Sepintas sebenarnya dapat ditetapkan bahwa peningkatan kemampuan

profesional guru di sekolah dasar dapat dikelompokan menjadi dua macam

pembinaan. Pertama, pembinaan kemampuan pegawai sekolah dasar melalui

supervisi pendidikan, program sertifikasi, dan tugas belajar. Kedua,

Pembinaan komitmen pegawai sekolah dasar melalui pembinaan

kesejahteraannya. Peningkatan kemampuan profesional guru dibahas di

dalam hal ini, sedangkan pembinaan komitmen atau motivasi, atau moral

keija guru dibahas di dalam bab lain, namun agar pelaksanaannya dapat

efektif dan efesien, program peningkatan mutu kemampuan profesional guru

di sekolah dasar sebaiknya melalui langkah-langkah yang sistematis yakni

sebagai berikut12: (1) mengidentifikasi kekurangan, kelemahan, kesulitan,

atau masalah-masalah yang seringkah dimiliki atau dialami guru kelas, dan

guru mata pelajaran, (2) menetapkan program peningkatan kemampuan

profesional guru yang diperlukan untuk mengatasi kekurangan, kelemahan,

kesulitan dan masalah-masalah yang seringkah dimiliki atau dialami guru

kelas dan guru mata pelajaran, (3) merumuskan tujuan program peningkatan

kemampuan profesional guru yang diharapkan dapat dicapai pada akhir

program pengembangan. Rumusan harus operasional sehingga pencapaianya

dapat dengan mudah diukur pada akhir pelaksanaan program, (4) menetapkan

serta merancang materi dan media yang akan digunakan dalam peningkatan

(32)

kemampuan profesional guru kelas dan guru mata pelajaran, (5) menetapkan

serta merancang materi dan media yang akan digunakan dalam peningkatan

kemampuan profesional guru kelas dan guru mata pelajaran, (6) menetapkan

bentuk dan pengembangan instrument penilaian yang akan digunakan dalam

mengukur keberhasilan program peningkatan kemampuan profesional guru

kelas dan guru mata pelajaran, (7) menyusun dan mengalokasikan anggaran

program peningkatan kemampuan profesional guru kelas dan guru mata

pelajaran, (8) melaksanakan program peningkatan kemampuan profesional

guru dengan materi, metode, dan media yang telah ditetapkan dan dirancang,

(9) mengukur keberhasilan program peningkatan kemampuan profesional

guru, dan (10) menetapkan program tindak lanjut peningkatan kemampuan

profesional guru kelas dan guru mata pelajaran.

Sementara ini, seringkah pembinaan pegawai sekolah dasar,

khususnya kepala dan guru sekolah dasar, dilakukan melalui penataran.

Mereka seringkah terpaksa harus meninggalkan sekolah untuk mengikuti

penataran yang diadakan oleh Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan maupun Kantor Departemen Kotamadya/Kabupaten (Sekarang

menjadi Kantor Dinas Pendidikan Nasional Kota/Kabupaten). Padahal

sebenarnya banyak sekali teknik yang dapat digunakan untuk

mengembangkan kemampuan mereka. Beberapa teknik yang dimaksud

diantaranya berupa bimbingan, latihan, kursus, pendidikan formal, promosi,

rotasi, jabatan, konferensi, rapat keija, penataran, loka karya, seminar, diskusi

(33)

dalam mengembangkan kemampuan pegawai sekolah dasar penggunaannya

harus dipertimbangkan sebaik-baiknya. Beberapa faktor yang perlu

dipertimbangkan dalam memilih teknik pengembangan peningkatan

kemampuan profesional guru sekolah dasar yaitu: (1) guru yang akan

dikembangkan, (2) kemampuan guru yang akan dikembangkan, dan (3)

kondisi lembaga, seperti dana, fasilitas dan orang yang bisa dilibatkan sebagai

pelaksana.

B. Definisi Intensitas Belajar

Pada hakekatnya belajar adalah hasil dari proses interaksi antara

individu dengan lingkungan sekitar. Belajar dilakukan melalui berbagai

kegiatan seperti mengalami, mengeijakan, memahami, dan sebagainya.

Sehingga berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan tergantung

pada proses belajar yang di alami siswa. Maka pemahaman yang benar

mengenai belajar mutlak diperlukan oleh pendidik.

Belajar merupakan aktivitas mental atau psikis yang berlangsung

dalam interaksi dalam lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan

dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan nilai sikap. Perubahan

bersifat relatif konstan dan berbekas13. Menurut Oemar Hamalik, "Belajar

adalah perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan

pengalaman”14.

(34)

Menurut Slameto, “Belajar adalah suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang

baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalamannya sendiri dalam

interaksi dengan lingkungannya”15. Sedangkan menurut A. Suhaenah

Supamo (dalam Slameto, 1998: 2), ’’Belajar merupakan suatu aktivitas yang

menimbulkan perubahan yang relatif permanen sebagai akibat dari upaya-

upaya yang dilakukannya”16.

Belajar adalah suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan

mengadakan perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan,

dan keterampilan. Menurut Rogers dalam Dalyono belajar diperlancar

bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut bertanggung jawab

terhadap proses belajar tersebut17. Suradi dalam Sardinian juga menyatakan

bahwa salah satu ciri teijadinya proses belajar adalah ditandai dengan

adanya aktivitas siswa18. Jadi suatu siswa dikatakan telah mengalami belajar

jika siswa tersebut ikut terlibat secara langsung atau mengalami sendiri

proses pembelajaran sehingga dalam diri siswa tersebut teijadi perubahan

baik dalam hal penambahan pengetahuan, keterampilan maupun teijadi

perubahan tingkah laku ataupun sikap.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar

adalah proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan

tingkah laku sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan

15 Slam eto, B elajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta, R ineka Cipta, 1 9 98, h im . 18.

16 Ibid, him . 2.

(35)

lingkungan yang relatif menetap. Islam mengajarkan agar menuntut ilmu

(belajar) karena Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang berilmu.

Firman Allah dalam surat Al Mujadilah ayat 11:

Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu, dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat, dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan19.

Aktivitas siswa dalam belajar tidak cukup hanya mendengarkan

dan mencatat seperti yang lazim teijadi dalam pembelajaran pada umumnya.

Aktivitas tersebut hendaknya mencakup aktivitas yang bersifat fisik atau

jasmani maupun mental atau rohani. Diedrich dalam menyatakan ada 177

macam kegiatan siswa yang antara lain dapat digolongkan sebagai berikut19 20:

1. Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya membaca,

memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, pekeijaan orang lain.

2. Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi

saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi,

interupsi.

19 D ep ag RI, A l Qur'an dan terjemahnya, Jakarta, D ep ag RI, 2 0 0 5 , him . 3 7 2 20 Ibid, him . 68.

(36)

3. Listening activities, sebagai contoh adalah mendengarkan uraian,

percakapan, diskusi, interupsi.

4. Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket,

menyalin.

5. Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta,

diagram.

6. Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain melakukan

percobaan, membuat konstruksi, bermain, berkebun, bertemak.

7. Mental activities, sebagai contoh misalnya mengingat, memecahkan

soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan.

8. Emotional activities, seperti misalnya menaruh minat, gembira,

bersemangat, berani, tenang, gugup.

Keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar dengan berbagai aktivitas

seperti diuraikan diatas, akan menciptakan suasana belajar yang tidak

membosankan dan kegiatan belajar mengajar akan beijalan maksimal.

Tujuan belajar adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukkan

bahwa siswa telah melakukan kegiatan belajar, yang umumnya meliputi

pengetahuan, keterampilan, dan sikap-sikap yang baru, yang diharapkan

tercapai oleh siswa . Tujuan belajar sangat penting dalam sistem

pembelajaran, karena semua komponen yang ada dalam sistem

pembelajaran dilaksanakan atas dasar pencapaian tujuan belajar. Jadi tujuan

(37)

belajar adalah suatu komponen sistem pembelajaran yang menunjukkan

hasil belajar siswa tercipta setelah melakukan kegiatan belajar.

Tujuan belajar secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi

dua, yaitu: 1) Tujuan instruksional (instructional effects), biasanya

berbentuk ketrampilan dan pengetahuan; 2) Tujuan pengiring (nurturant

effects), merupakan hasil sampingan belajar, misalnya kemampuan berpikir

kritis, kreatif dan sikap terbuka.

Belajar merupakan suatu proses dimana siswa dengan kemampuan

awal yang dimilikinya, akan mengikuti kegiatan belajar mengajar sehingga

didapatkan kemampuan akhir yang lebih baik atau tercapai tujuan

pembelajaran. Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang optimal

diperlukan komponen-komponen PBM yang berupa sarana dan prasarana,

guru, kurikulum dan lingkungan yang memadai dan mendukung. Sedangkan

untuk mengukur keberhasilan sebuah proses belajar mengajar diperlukan

program evaluasi yang terstruktur dan terencana.

Rianto menggambarkan bagan sistem pengajaran sebagai berikut:22

(38)

Setiap kegiatan belajar menghasilkan suatu perubahan yang khas

yaitu hasil belajar. Hasil belajar adalah tingkat pencapaian siswa terhadap

tujuan yang telah ditetapkan disetiap mata pelajaran dalam waktu tertentu23.

Keberhasilan seseorang dalam mempelajari sesuatu sangat dipengaruhi oleh

banyak faktor. Menurut Slameto faktor-faktor tersebut dapat digolongkan

menjadi dua yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah

faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor

ekstern adalah faktor yang ada di luar individu24.

1. Faktor intern

a. Kesehatan

Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta

bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit Proses belajar seseorang

akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga ia

akan cepat lelah, kurang bersemangat mudah pusing, mengantuk

jika badannya lemah, kurang darah ataupun ada gangguan fungsi

alat indera serta tubuhnya.

b. Inteligensi dan bakat

Inteligensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu

kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi

yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan

konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan

mempelajarinya dengan cepat. Inteleginsi besar pengaruhnya

23 Suharsimi A rikunto, D isiplin dalam Pembelajaran, Jakarta, R ineka Cipta, 2 0 0 2 , him . 24 S lam eto, O p.cil, h im . 84.

(39)

terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang sama, siswa yang

mempunyai tingakat inteleginsi yang tinggi akan lebih berhasil dari

pada yang mempunyai tingkat inteleginsi yang rendah. Bakat

merupakan kemampuan untuk belajar. Seperti juga inteleginsi, bakat

juga mempengaruhi belajar, jika bahan pelajaran yang dipelajari

siswa sesuai dengan bakatnya maka hasil belajarnya juga akan lebih

baik.

c. Minat dan motivasi

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan

dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati

seseorang, diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa

senang. Bahan pelajaran yang menarik minat belajar siswa, lebih

mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan

belajar.

Motivasi adalah penggerak atau dorongan untuk melakukan

aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Menurut

Nasution motivasi dapat berasal dari dalam diri (motivasi intrinsik)

maupun dari luar (motivasi ekstrinsik)25. Motivasi bukan saja

penting karena menjadi faktor penyebab belajar, namun juga

memperlancar belajar dan hasil belajar. Oleh karena itu guru

diharapkan mengetahui kapan siswa perlu dimotivasi dan bentuk

(40)

Keadaan sekolah tempat belajar turut berpengaruh pada

tingkat keberhasilan belajar. Kondisi sekolah, metode mengajar

guru, kurikulum, tata tertib sekolah, serta hubungan guru dengan

siswa dan siswa dengan siswa akan mempengaruhi motivasi belajar

siswa sehingga hasil belajarpun terpengaruh,

c. Masyarakat

Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh

terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaan siswa

dalam masyarakat yang berupa kegiatan siswa dalam masyarakat,

media massa, teman bergaul, dan bentu kehidupan masyarakat

Intensitas ialah kesungguhan untuk mendapatkan efek yang

maksimal27. Dengan demikian intensitas belajar adalah bahwa

kesungguhan seseorang berkaitan dengan perubahan tingkah laku

sebagai akibat bertambahnya pengetahuan dan keterampilan serta sikap

pada diri seseorang.

Faktor intensitas belajar diantaranya adalah28:

a. Kegiatan belajar yang dilakukan

b. Latihan atau ulangan, artinya siswa akan intensif belajar jika ada

ulangan atau latihan

c. Kepuasan dan kesenangan. Seseorang intensif belajar karena dengan

belajar seseorang memperoleh kepuasan atau kesenangan

d. Pengalaman masa lampau

(41)

motivasi yang harus diberikan agar proses pembelajaran berjalan

lancar dan berhasil optimal.

Sardinian menyebutkan ada sebelas bentuk dan cara untuk

menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah yaitu

memberi angka, hadiah, saingan atau kompetisi, ego-involvement,

memberi ulangan, mengetahui hasil, pujian, hukuman, hasrat untuk

belajar, minat dan tujuan yang diakui26.

d. Kematangan dan kesiapan

Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam

pertumbuhan seseorang dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk

melaksanakan kecakapan baru. Kesiapan adalah kesediaan untuk

memberi respon atau bereaksi. Kematangan dan kesiapan siswa

untuk mempelajari sesuatu yang baru akan mempengaruhi proses

dan hasil belajar tersebut.

2. Faktor ekstern

a. Keluarga

Faktor orang tua sangat besar pengaruhnya bagi keberhasilan

seorang siswa dalam belajar. Keadaan ekonomi keluarga, cara orang

tua mendidik, hubungan anak dengan orang tua, suasana rumah, dan

latar belakang budaya (pendidikan orang tua) akan ikut menentukan

keberhasilan belajar siswa.

b. Sekolah

(42)

A. Keadaan Umum Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Bringin L Gambaran Umum Gugus III Diponegoro Kecamatan Bringin

Tujuan nasional yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945

antara lain untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan

kehidupan bangsa. Maksud ini dijabarkan lebih lanjut dalam batang

tubuh UUD 1945 pasal 31 ayat (1) yang menegaskan bahwa tiap-tiap

warga Negara berhak mendapat pengajaran. Dalam hal untuk

mencerdaskan kehidupan bangsa, maka penulis berpendapat perlu sekali

didirikan sekolah-sekolah termasuk sebagai wadah anak-anak untuk

belajar dan untuk menambah pengetahuan tingkat dasar.

Kemudian untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di

sekolah, mengingat jumlah pengawas TK/SD yang terbatas, serta untuk

mempermudah dalam melaksanakan evaluasi dan supervisi maka

dibentuklah gugus sekolah. Gugus sekolah merupakan gabungan dari

beberapa sekolah, dimana gugus menjadi wadah untuk melakukan

kegiatan. Gugus dibentuk berdasarkan wilayah untuk mempermudah

sekolah menjangkaunya.

2. Struktur Organisasi

Untuk mencapai tujuan yang optimal dalam melaksanakan

pendidikan diperlukan organisasi yang baik. Organisasi dalam arti yang

(43)

luas adalah badan yang mengatur segala urusan untuk mencapai tujuan,

maka diperlukan organisasi yang teratur. Adapun struktur organisasi

Gugus III Diponegoro Kecamatan Bringin adalah sebagai berikut:

3. Keadaan Guru di Gugus III Diponegoro

Guru merupakan alat pendidikan, yakni sebagai tenaga pendidik,

guru yang berpotensi sangat mempengaruhi keberhasilan dari kegiatan

pembelajaran. Jumlah guru di Gugus III Diponegoro Kecamatan Bringin

adalah 56 orang guru, termasuk didalamnya ada 7 orang kepala sekolah.

Dari keseluruhan guru adalah sebagai wiyata bhakti. Untuk lebih

(44)

TABEL 1

DAFTAR GURU SD GUGUS III DIPONEGORO

No Nama SD Jumlah Guru Keterangan

1 SD N Nyemoh 9 orang

2 SD N Wiru 01 4 orang

3 SD N Wiru 02 10 orang

4 SD N Wiru 03 9 orang

5 SD N Tempuran 01 5 orang

6 SD N Tempuran 02 10 orang

7 SD N Tempuran 03 9 orang

Jumlah 56 orang

B. Keadaan Responden 1. Daftar Nama Responden

Jumlah seluruh guru di Gugus DI Diponegoro Kecamatan Bringin

adalah 56 orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel sebagai

berikut:

TABEL 2

DAFTAR NAMA RESPONDEN

No Nama Responden Asal Sekolah Jabatan

1 Yry Priyono SD N Nyemoh KS

2 Soesilo SD N Nyemoh Gr Kelas

3 Mahfudz, S.Pdl SD N Nyemoh Gr PAI

4 Sunarmi SD N Nyemoh Gr Kelas

5 Jaswadi SD N Nyemoh Gr Kelas

6 Harsiti SD N Nyemoh Gr Kelas

(45)

8 Rusminah SD N Nyemoh Gr Kelas

9 Sri Rahayuningsih SD N Nyemoh Gr WB

10 Mundhofir, S.Pd SD N Wiru 01 KS

11 Rochmad SD N Wiru 01 Gr Kelas

12 SC. Gunadi SD N Wiru 01 Gr Kelas

13 Joko Wahyu Nurtanto SD N Wiru 01 Gr Penjas

14 Sunarti SD N Wiru 02 KS

15 Suharmi SD N Wiru 02 Gr Kelas

16 Sri Yuwantiningsih SD N Wiru 02 Gr Kelas

17 Slamet Riyanto SD N Wiru 02 Gr Kelas

18 Nurdin SD N Wiru 02 Gr PAI

19 Hani'ah SD N Wiru 02 Gr Kelas

20 Nila Apriliani SD N Wiru 02 Gr Penjas

21 Setiyo Suharmoko SD N Wiru 02 Gr WB

22 Weiji Rahayu SD N Wiru 02 Gr Wb

23 Nuryanti SD N Wiru 02 Gr WB

24 Sukamto, S.Pd SD N Wiru 03 KS

25 Hardoko SD N Wiru 03 Gr Kelas

26 Syaekhudin SD N Wiru 03 GrPAI

27 Sutarto SD N Wiru 03 GrOR

28 Tri Utami SD N Wiru 03 Gr Kelas

29 N. Rinipto Rindah U SD N Wiru 03 Gr Kelas

30 Muh Masykur SD N Wiru 03 Gr WB

31 Bambang Krisnantoro SD N Wiru 03 Gr WB

32 Ahmad Munir, A.Ma SD N Wiru 03 Gr WB

33 Ahmadin, S.Pd SD N Tempuran 01 KS

34 Siti Karomiani SD N Tempuran 01 Gr Kelas

35 Dwi Yunanto SD N Tempuran 01 Gr Penjas

36 Miliya Kristia N SD N Tempuran 01 Gr Kelas

(46)

38 Lagino SD N Tempuran 02 KS

39 Dyah Eko Astuti SD N Tempuran 02 Gr Kelas

40 Sri Widayati SD N Tempuran 02 Gr Kelas

41 Totok Sugiyarto SD N Tempuran 02 Gr Kelas

42 Sundoyo SD N Tempuran 02 Gr PAI

43 Eko Sulistyanto, S.Pd SD N Tempuran 02 Gr Kelas

44 Sri Suwanti, A.Ma SD N Tempuran 02 Gr Kelas

45 Suhartati SD N Tempuran 02 WB

46 Sri Sulistyowati SD N Tempuran 02 WB

47 Sri Putriani, S.Pd SD N Tempuran 02 WB

48 Y. Sri Sumartini SD N Tempuran 03 KS

49 Restuti SD N Tempuran 03 Gr Kelas

50 Siti Askiyah SD N Tempuran 03 Gr PAI

51 Kurdi SD N Tempuran 03 Gr Kelas

52 Sumarto SD N Tempuran 03 Gr Kelas

53 Istiyati SD N Tempuran 03 Gr Kelas

54 Tutik Poncowati SD N Tempuran 03 WB

55 Fajar Restuningrum SD N Tempuran 03 WB

56 Kristy Nurdiana S. SD N Tempuran 03 WB

2. Daftar tentang Jawaban Angket Profesionalisme Guru

Adapun hasil penyebaran angket dapat dilihat dari tabel sebagai

(47)

TABEL 3

Daftar Jawaban Angket Profesionalisme Guru

No Nama Responden No Soal Jml

(48)
(49)

Keterangan

Skor 5 : Selalu

Skor 4 : Sering

Skor 3 : Kadang-kadang

Skor 2 : Tidak Pernah

Skor 1 : Tidak Pernah Samasekali

3. Daftar tentang Intensitas Belajar Siswa

Adapun hasil angket intensitas belajar siswa dapat dilihat dari tabel

sebagai berikut:

TABEL 4

DAFTAR HASIL ANGKET INTENSITAS BELAJAR SISWA

No Nama Responden No Soal Jumlah

(50)
(51)

45

Suhartati

5 4

4

3 4 4

2

3

5

3

37

46

Sri Sulistyowati

4 4

4

4

4

4

4

4

4

4

40

47

Sri Putriani, S.Pd

5 5

5

5 5 4

4

5 5

5

48

48

Y. Sri Sumartini

5 5

5 4

5

5 4

4

5

4

46

49

Restuti

4 4

4

5 4

5

5

5 4

5

45

50

Siti Askiyah

5

5

5 4

5 4

4

4

5

4

45

51

Kurdi

5 4

4

5 4

4

5

5 5

5

46

52

Sumarto

5 5

5

5 5

5 4

5 5

5

49

53

Istiyati

4 4

4

3 4

4

3

3 4

3

36

54

Tutik Poncowati

5 5

5 4

5

3

5 4

5

4

45

(52)

A. Analisis Data Pertama

Untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh profesionalisme guru

terhadap intensitas belajar siswa, maka dapat diperoleh dengan analisis

statistik. Karena data yang terkumpul beijumlah banyak dan bersifat

kualitatif, adapun dalam menganalisis data tersebut menggunakan teknik

analisis statistik korelasi product moment dengan rumus:

Keterangan:

Txy : koefisien korelasi antara x dan y

x : skor variabel x

y : skor variabel y

N : Jumlah responden

X : hasil kuadrat variabel x

Y : Hasil kuadrat variabel Y

XY : Produk dari X kali Y

S : Sigma (jumlah)

Selanjutnya adalah menyiapkan tabel nilai profesionalisme guru.

Nilai profesionalisme guru dan tabel keija untuk mencari koefisien korelasi

antara variabel profesionalisme guru dengan intensitas belajar.

(53)

1. Analisis Data tentang Profesionalisme Guru

Data implementasi profesionalisme diperoleh dari penyebaran

angket yang terdiri dari 15 pertanyaan, masing-masing pertanyaan

disediakan 5 alternatif jawaban dengan bobot nilai sebagai berikut:

a. alternatif jawaban Selalu (S), memiliki nilai 5

b. alternatif jawaban Sering (SR), memiliki nilai 4

c. alternatif jawaban Kadang-kadang, memiliki nilai 3

d. alternatif jawaban Tidak Pernah, memiliki nilai 2

e. alternatif jawaban Tidak Pernah Samasekali, memiliki nilai 1

TABEL 5

NILAI ANGKET PROFESIONALISME GURU

No Nama Responden No Soal Jml

(54)
(55)

45

Suhartati

5 4 4 3 4 4 2 3 5

3

4

2

3

2

3

51

Kemudian diintervalkan dengan rumus sebagai berikut:

a. Untuk profesionalisme guru dengan jumlah 15 item diketahui nilai

tertinggi 72 dan terendah 50 maka berdasarkan rumus interval

sebagai berikut:

(

jc

/ —

jct

) +1

k i

Keterangan:

i

= interval ideal

xt

= nilai tertinggi ideal

xr

= nilai terendah ideal

ki

= kelas interval

(56)

= 22 + 1 3

= 8

Kemudian dimasukkan tabel untuk mengetahui berapa banyak guru

yang profesional dengan criteria sangat profesional, cukup

profesional dan kurang profesional

TABEL 6

INTERVAL PROFESIONALISME GURU

Nilai Jumlah siswa Nilai nominasi

67-74 28 Sangat Profesional

59-66 18 Cukup Profesional

50-58 10 Kurang Profesional

Jumlah 56

Dengan demikian dapat diketahui:

a. Untuk profesionalisme yang mempunyai kriteria sangat

profesional, mendapat nilai antara 67-74 sebanyak 28 orang

b. Untuk profesionalisme yang mempunyai criteria cukup

profesional mendapat nilai antara 59-66 sebanyak 18 orang

c. Untuk profesionalisme yang mempunyai criteria kurang

professional mendapat nilai antara 50-58 sebanyak 10 orang

guru

Kemudian dibuat tabel nominasi A (sangat profesional), B (cukup

(57)

b. Untuk intensitas belajar yang cukup mendapat nilai B sebanyak

16 orang

P = — *100% = 28,57% 56

c. Untuk intensitas belajar yang rendah mendapat nilai C sebanyak

10 orang

P = — *100% =17,85%

TABEL 12

KRITERIA INTENSITAS BELAJAR SISWA

No

Nilai intensitas

belajar

Interval Frekuensi Persentase

1 Tinggi (A) 43-49 30 53,57%

2 Sedang (B) 38-42 16 28,57%

3 Rendah (C) 33-37 10 17,85%

B. Analisis Pengolahan Data

Analisis pengolahan data ini untuk data yang terkumpul dari nilai

variabel profesionalisme guru dan intensitas belajar siswa untuk mencari

korelasi dengan menggunakan rumus product moment dengan angka kasar

(58)

152273-Setelah hasil perhitungan dengan rumus korelasi product moment

diketahui hasilnya, langkah selanjutnya adalah dilakukan pembuktian

analisis yaitu dengan cara mengkonsultasikan nilai r yang ada pada tabel.

Dalam perhitungan dengan rumus korelasi product moment di atas,

diketahui bahwa nilai r yang diperoleh itu akan dikonsultasikan dengan nilai

r (pada tabel) apakah teijadi signifikansi atau tidak, atas taraf signifikansi

(59)

Pada tabel lain product moment (rt) dengan jumlah responden = 56,

kolom N (membacanya ke kanan) dalam kolom signifikansi 5% dalam tabel

diperoleh 0,266 dan taraf signifikansi 1% diperoleh bilangan 0,345, dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa:

1. pada taraf signifikansi 5% rt = 0,266 dan rh = 0,975 sehingga rh > rt dan

2. pada taraf signifikansi 1% rt = 0,345 dan rh = 0,975 sehingga rh > rt dan

Oleh karena nilai r yang diperoleh yaitu 0,975 berada di atas batas

signifikan, yaitu pada taraf signifikan 1% sebesar 0,345 atas dasar

pernyataan ini maka nilai r yang telah diperoleh dapat dikatakan signifikan.

Dengan demikian penulis menerima hioptesis yang berbunyi:

Profesionalisme guru memberikan pengaruh terhadap intensitas belajar

siswa di SD Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang.

Untuk menentukan keeratan hubungan/ korelasi antar variabel

tersebut, berikut ini diberikan nilai-nilai dari koefisien korelasi sebagai

patokan1.

TABEL 14

INTERVAL NILAI KOEFISIEN KORELASI (KK)

DAN KEKUATAN HUBUNGAN

No Interval Nilai Kekuatan Hubungan

1 II o o o Tidak

2 0,00 < K K < 0,20 Sangat rendah atau lemah sekali

3 0,20 < K K < 0,40 Rendah atau lemah tapi pasti

4 0,40 < K K < 0,70 Cukup berarti atau sedang

(60)

5 0,70 < KK < 0,90 Tinggi atau kuat

6 0,90 < KK < 1,00 Sangat tinggi atau kuat sekali, dapat

diandalkan

7 KK = 1,00 Sempurna

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa r hitung yang diperoleh

sebesar 0,975 berada dalam kategori sangat tinggi atau dapat diandalkan,

artinya profesionalisme guru memberikan pengaruh yang kuat terhadap

(61)

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis dan

pemahamannya, serta beberapa analisis data maka dapat disimpulkan

sebagai berikut:

1. Tingkat profesionalisme guru yang berada pada kategori sangat

profesional mencapai 50%, kategori cukup profesional 32,15% dan

kategori kurang profesional 17,85%

2. Intensitas belajar siswa yang berada pada kategori tinggi mencapai

53,57%, kategori sedang 28,57% dan kategori kurang 17,85%

3. Dari data kuantitatif di atas, maka penulis berkesimpulan bahwa

profesionalisme guru memberikan pengaruh terhadap intensitas belajar

siswa, terbukti nilai r hitung sebesar 0,975 lebih besar dari r tabel 5%

(0,266) maupun 1% (0,345).

B. Saran-saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh serta pembahasan

tentang hasil tersebut maka penulis menyampaikan saran-saran sebagai

berikut:

(62)

1. Sekolah sebagai tempat memperoleh pendidikan hendaknya dapat

mengimplementasikan sikap profesional dengan baik sehingga peserta

didiknya dapat meningkatkan intensitas belajarnya.

2. Guru sebagai tenaga pendidik hendaknya memberikan contoh

keteladanan yang baik bagi siswa agar siswa memiliki sikap disiplin

yang lebih baik (bertambah baik).

3. Para siswa atau peserta didik hendaknya selalu meningkatkan kualitas

(63)

Arikunto, Suharsimi. 2003. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek,

Jakarta: Rineka Cipta

_____________ , 2002. Disiplin dalam Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta

Budiningsih, 2002. Belajar dan Mengajar, Jakarta: Graha Ilmu

Dalyono, 1997. Pendekatan dalam Pembelajaran, Bandung: Bina Insani

Danim, Sudarwan. 2002. Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan, Bandung: Pustaka Setia

Hamalik, Oemar. 2007. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, Bandung: Rosdakarya

______________, 2003. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Bina Cipta

Rianse, Usman. 2009. Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi: Teori dan Aplikasi, Bandung: Alfateba

Rianto, Bambang. 2004. Psikologi Pengajaran, Bandung: Alfabeta

S. Nasution, 1996. Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: Kanisius

Sagala, Syaiful.2009 Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan,

Bandung: Alfabeta

Sardinian, 2001. Konsep Belajar Mengajar, Bandung: Tarsito

Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta

Sugiyono, 2009. Statistik untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta

Surayin, 2007. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Bandung: Yrama Widya

(64)

1 Nomor Responden / V / 2 0 1 0

2 Jenis Kelamin 1 Laki-laki

2. Perempuan

II. Petunjuk:

Kami mohon Saudara memberikan tanda silang pada salah satu skore kolom di

samping daftar pertanyaan dengan sejujur-jujurnya. Jawaban Saudara tidak akan

mempengaruhi prestasi belajar Saudara:

S : Selalu Skor 5

SR : Sering Skor 4

KD : Kadang-Kadang Skor 3

TP : Tidak Pernah Skor 2

(65)

1 Guru memahami tujuan pendidikan

2 Guru mengetahui fungsi sekolah

3 Guru mengenal prinsip-prinsip psikologi pendidikan

4 Guru menguasai kurikulum

5 Guru dapat mengaplikasikan silabus

6 Guru menguasai bahan pelajaran

7 Guru mampu menyampaikan pelajaran dengan baik

8 Guru mampu menyusun menyusun program pengajaran

9 Guru mampu menetapkan kompetensi belajar dengan baik

10 Guru mampu mengembangkan bahan pelajaran

11 Guru menggunakan metode mengajar dengan tepat

12 Guru mampu menyusun penilaian hasil belajar

13 Guru selalu berupaya meningkatkan kemampuan atau pengetahuannya

14 Guru memiliki tanggung jawab terhadap kemajuan anak didiknya

15 Guru mengabdikan diri untuk dunia pendidikan

Intensitas Belajar

No Pernyataan S SR KD TP TPS

1 Kegiatan belajar yang dilakukan siswa dilakukan secara rutin

2 Kegiatan belajar siswa dilakukan jika akan ada ulangan

3 Kegiatan belajar dilakukan karena menyenangi belajar

4 Kegiatan belajar dilakukan karena merasa mendapatkan kepuasan dengan belajar

(66)

8 Kegiatan belajar dilakukan secara rutin karena adanya fasilitas yang memadai

9 Belajar dengan rutin karena fisik mendukung

(67)

Nama : SITI ASKIYAH Tempat, Tgl Lahir

Jenis Kelamin

: Kab. Semarang, 13 Agustus 1963

: Perempuan

Warga Negara

Agama

Pekeijaan

Alamat

: Indonesia

: Islam

: Pegawai Negeri Sipil

: Dukuhsari RT 04/03 Ds Pakis Kec. Bringin

Kab. Semarang

Pendidikan : 1. MI

2. MTs Al Islam

3. PGAN Salatiga Lulus Tahun 1981

4. D II IAIN Walisongo Semarang Tahun 1997

Demikian daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenar-benarnya.

Salatiga, 28 Agustus 2010

Penyusun

(68)

DHARMOTTAMMA SATYA PRAJA

GUGUS III DIPONEGORO

SU RAT K E T E R A N G A N

NO:

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama

Telah mengadakan penelitian di Gugus III Diponegoro guna penyusunan skripsi

dengan judul "PENGARUH PR O FESIO N A LISM E GURU TERHADAP

INTENSITAS B ELA JA R (STUDI KASUS DI KECAMATAN BRINGIN

KABUPATEN SEM ARANG TAHUN 2010)"

Demikian Surat Keterangan ini dibuat untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Bringin, Mei 2010

Kepala Sekolah

(69)
(70)
(71)

30

64

B

Setelah diketahui berapa banyak responden yang

menyatakan profesionalisme guru dengan kriteria sangat

profesional, cukup profesional, dan kurang profesional kemudian

dipresentasikan masing-masing variabel dengan rumus sebagai

(72)

P = — jc100%

N

- Untuk profesionalisme guru yang mendapat kriteria sangat

profesional dengan nilai A sebanyak 28 orang

28

P = — *100% = 50% 56

- Untuk profesionalisme guru yang mendapat cukup profesional

dengan nilai B sebanyak 18 orang

18

P = — *100% =32,15% 56

- Untuk profesionalisme guru yang termasuk dalam kurang

profesional mendapat nilai C sebanyak 10 orang

P = — xl 00% = 17,85%

1 Sangat Profesional (A) 67-74 28 50%

2 Cukup Profesional (B) 59-66 18 32,15%

(73)

2. Analisis data tentang Intensitas Belajar Siswa

Data sikap disiplin diperoleh dari penyebaran angket yang terdiri

dari 10 pertanyaan, masing-masing pertanyaan disediakan 5 alternatif

jawaban dengan bobot nilai sebagai berikut:

a. alternatif jawaban Selalu (S), memiliki nilai 5

b. alternatif jawaban Sering (SR), memiliki nilai 4

c. alternatif jawaban Kadang-kadang, memiliki nilai 3

d. alternatif jawaban Tidak Pernah, memiliki nilai 2

e. alternatif jawaban Tidak Pernah Samasekali, memiliki nilai 1

TABEL 9

NILAI ANGKET INTENSITAS BELAJAR SISWA

No Nama Responden No Soal Jumlah

(74)
(75)

45

Suhartati

5 4

4

3 4 4

2

3 5

3

37

Kemudian diintervalkan dengan rumus sebagai berikut:

Untuk intensitas belajar dengan jumlah 10 item diketahui nilai tertinggi

49 dan terendah 33 maka berdasarkan rumus interval sebagai berikut:

Gambar

TABEL 1DAFTAR GURU SD GUGUS III DIPONEGORO
TABEL 3Daftar Jawaban Angket Profesionalisme Guru
TABEL 4DAFTAR HASIL ANGKET INTENSITAS BELAJAR SISWA
TABEL 5NILAI ANGKET PROFESIONALISME GURU
+7

Referensi

Dokumen terkait

bahasa secara normal, pada tahap pralinguistik yang kedua anak sudah dapat. mengoceh atau membabel dengan pola suku kata

Metode survei adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data sampel yang diambil dari populasi tersebut sehingga

tangan secara berlahan agar tidak membangunkannya. 6) Buatlah tempat yang tenang untuk tidur pada umumnya, bayi.. dapat membiasakan diri untuk tidak terjaga dengan

tersebut dapat dilihat pada media pembelajaran yang di pergunakan oleh guru.

Catatan : Lokasi sebagian di penginapan: Yabina : Graha Bina Insani, MAN1 : Penginapan MAN 1 Jember, LPM : Gedunng LPM Univ.Jember di

Dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi kinerja manajerial kepala sekolah, penelitian ini hanya akan fokus membahas tentang pengaruh motivasi kerja dan iklim

NILAI PESERTA DARI SEKOLAH NEGERI YG MASUK SEMI FINAL DARI 66 S.D 102 2.. NILAI PESERTA DARI SEKOLAH SWASTA YG MASUK SEMI FINAL DARI 77 S.D

Untuk menunju pembelajaran sastra berperspektif jender, paling tidak ada tiga komponen yang harus diperhatikan, yaitu kurikulum, materi yang disampaikan atau diproduksi oleh