• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PENANGANANAN PENGUNGSI ROHINGYA OLEH PEMERINTAH INDONESIA 3.1Kedatangan Pengungsi Rohingya di Indonesia - PENERAPAN PRINSIP NON-DISCRIMINATION BAGI PENGUNGSI ROHINGYA DI INDONESIA Repository - UNAIR REPOSITORY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB III PENANGANANAN PENGUNGSI ROHINGYA OLEH PEMERINTAH INDONESIA 3.1Kedatangan Pengungsi Rohingya di Indonesia - PENERAPAN PRINSIP NON-DISCRIMINATION BAGI PENGUNGSI ROHINGYA DI INDONESIA Repository - UNAIR REPOSITORY"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

46

BAB III

PENANGANANAN PENGUNGSI ROHINGYA OLEH PEMERINTAH

INDONESIA

3.1Kedatangan Pengungsi Rohingya di Indonesia

Para pengungsi asal Rohingya tersebut keluar dari Myanmar karena

mereka merasa sudah tidak aman lagi untuk tinggal di negaranya sendiri.

Rohingya merupakan komunitas muslim yang minoritas didaerah utara Arakan,

sebelah barat Myanmar. Mereka dinggap sebagai orang-orang yang tak bernegara

dan tidak diakui penuh kewarganergaraan oleh pemerintah Myanmar. Masyarakat

Rohingya dianggap sebagai penduduk sementara dan tidak mendapatkan hak

kewarganegaraan penuh.

Peristiwa muslim Rohingya ini dimulai sejak tahun 1978 oleh Junta

Myanmar, akibatnya ratusan ribu orang mengungsi kenegara-negara tetangganya

dengan keadaan yang sangat memprihatinkan yang mengharuskan mereka untuk

mencari perlindungan di luar negaranya. Junta Myanmar tidak hanya

mengitimidasi mereka, namun menggembor-gemborkan anti islam dikalangan

Budha Rakhine dan masyarakat Myanmar sebagia kampaye untuk memusuhi

Etnis Muslim Rohinggya. Gerakan ini berhasil dan akhirnya Rohinggya

menghadapi diskriminasi oleh pergerakan demokrasi Myanmar.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PENERAPAN PRINSIP NON-DISCRIMINATION BAGI PENGUNGSI ROHINGYA DI INDONESIA

(2)

47

Masalah etnis Rohingya yang awalnya masalah domestik Myanmar,

akhirnya terangkat menjadi isu Regional ketika etnis Rohinggya terdampar dan

mengungsi kenegara lain, sehingga dapat menggaggu keamanan kawasan negara

yang dekat maupun berbatasan dengan Myanmar. Isu pengungsi Rohingya

menjadi masalah bersama karena para pengungsi Rohingya tersebut membebani

dan menjadi masalah baru dinegara mereka terdampar.

Sejak itu, kerusuhan rasial di Rakhine pun meluas hingga terjadinya

pembakaran perkampungan dan pengusiran etnis Rohingya. Dengan semakin

meningkatnya tekanan yang dihadapi etnis Rohingya, mereka terpaksa mencari

perlindungan di luar Myanmar. Bangladesh yang merupakan negara terdekat dan

mempunyai hubungan sejarah dengan etnis Rohingnya menjadi tujuan utama.

Tetapi, Bangladesh sendiri tidak bersedia menampung mereka dengan alasan tidak

mampu. Sehingga banyak pengungsi Rohingya ke Bangladesh dipulangkan

kembali begitu tiba di Bangladesh.

Setelah etnis Rohinggya mendapatkan pengusiran dari Myanmar dan

penolakan di Bangladesh, tidak sedikit etnis muslim rohingnya yang akhrinya lari

dan mencari suaka di Indonesia dikarenakan Indonesia merupakan salah satu

negara muslim terbesar di Asia Tenggara dengan harapan mereka akan mendapat

perlindungan di Indonesia. Indonesia menjadi salah satu tujuan orang Rohingya

karena Indonesia merupakan negara mayoritas muslim yang diharapkan dapat

menjadi tempat berlindung yang aman untuk Rohingya.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PENERAPAN PRINSIP NON-DISCRIMINATION BAGI PENGUNGSI ROHINGYA DI INDONESIA

(3)

48

Selain itu, ada beberapa alasan mengapa para pengungsi Rohingya

memilih untuk hijrah ke Indonesia, antara lain:

1. Rohingya sampai di Indonesia setelah mereka hidup bertahun-tahun di

Malaysia dimana alasan mereka hijrah ke Indonesia karena di Malaysia

tidak bisa mendapatkan pendidikan dan berharap mendapatkan

penghidupan yang lebih baik serta berharap bisa menjadi WNI dengan

jalan menikahi wanita Indonesia.

2. Perahu Rohingya terdampar di Indonesia dari Myanmar karena tujuan

sebenarnya adalah negara Malaysia atau Australia.

3. Rohingya melarikan diri dari Arakan dengan tanpa tujuan dan sampai

akhirnya terdampar di Indonesia.

Beberapa alasan kaburnya etnis Rohingya dari Malaysia karena ingin

bergabung dan tinggal dengan anggota keluarganya yang merupakan WNI,

berharap dapat diakui sebagai WNI, ingin menyekolahkan anak-anaknya, tekanan

politis dan ekonomis dari negara yang ditinggalkannya, ingin mencari

penghidupan yang lebih baik dan bermartabat, dan ingin mengalihan status

pengungsi dari pengungsi UNHCRMalaysia menjadi Pengungsi UNHCR

Indonesia.

Dalam persebaran kedatangan di Indonesia, Rohingya terdampar di

beberapa wilayah di Indonesia baik karena terdampar kemudian ditangkap

maupun sengaja menyerahkan diri kepada pihak Imigrasi Indonesia yang

wilayahnya secara geografis dekat dengan Malaysia atau Myanmar, yaitu antara

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PENERAPAN PRINSIP NON-DISCRIMINATION BAGI PENGUNGSI ROHINGYA DI INDONESIA

(4)

49

lain di Aceh, Medan, Tanjung Pinang, Batam (Kepulauan Riau), dan ada juga

yang ditemukan dan ditangkap di Kupang, Serang, dan Banyuwangi. Kondisi

Rohingya yang kelaparan memang membuat mereka akhirnya sengaja

menyerahkan diri ke pihak imigrasi dengan harapan mendapatkan perawatan dari

pihak Imigrasi Indonesia dan berharap mendapatkan perlindungan dan kondisi

yang lebih aman serta penghidupan yang lebih baik.

Pada bulan Januari 2009, sebanyan 193 pengungsi Rohingya sampai di

Sabang, kemudian disusul pada bulan Februari 2009 sebanyak 198 pengungsi

Rohingya terdampar di Idi Aceh. Mereka yang terdampar di Sabang menempati

kamp pengungsian TNI AL, namun kebanyakan pengungsi Rohingya yang datang

ke Indonesia selanjutnya di tampung di RUDENIM (Rumah Detensi Imigrasi).

Indonesia menganggarkan dana yang minim untuk operasional RUDENIM

tersebut. Oleh karenanya, Indonesia meminta bantuan dari UNHCR (United Nations High Commisioner for Refugee) untuk membantu mengatasi Pengungsi Rohingya.

Walaupun Indonesia bukan negara penandatangan Konvensi 1951, namun

UNHCR tetap turun tangan untuk bekerjasama dengan Pemerintah Indonesia

dalam memberikan bantuan kemanusiaan sebagai bagian dari mandat yang

diembannya. Bagi pengungsi Rohingya yang sudah mendapatkan status

Pengungsi Internasional dari UNHCR dapat tinggal di luar RUDENIM. Setiap

bulannya mereka mendapatkan bantuan dari IOM yang besarannya kira-kira 1.2

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PENERAPAN PRINSIP NON-DISCRIMINATION BAGI PENGUNGSI ROHINGYA DI INDONESIA

(5)

50

juta per orang per bulan. 61Mereka yang tinggal di luar RUDENIM bisa

beraktifitas seperti warga biasa lainnya sambil menunggu kepastian penempatan

ke negara ketiga.Sedangkan bagi mereka yang berada di dalam RUDENIM,

mereka menunggu keputusan dari UNHCR dan IOM.

Selama di RUDENIM mereka mendapatkan fasilitas makan, kesehatan,

serta konsultasi dari IOM dan UNHCR.Namun, dalam kenyataan untuk

mendapatkan keputsan dari IOM dan UNHCR tidaklah mudah, banyak diantara

pengungsi Rohingya yang sudah ditahan di RUDENIM selama lebih dari 5 tahun

dengan kondisi yang mengenaskan.

Kendala yang dapat dikemukakakan berdasarkan data yang telah dihimpun

penulis adalah:

1. Indonesia sampai dengan saat ini belum memiliki regulasi yang jelas

mengenai penanganan pengungsi internasional dan Indonesia bukan

termasuk negara peratifikasi Konvensi Wina tahun 1951 dan Protokolnya

tahun 1967 tentang Status Pengungsi sehingga Indonesia tidak mempunyai

kewajiban dan kewenangan untuk mengambil tindakan internasional

terhadap Imigran Rohingya yang masuk ke Indonesia.Implikasinya,

Indonesia hanya bisa menampung para imigran tersebut sampai batas

waktu maksimal 10 (sepuluh) tahun tanpa bisa dan tidak mempunyai hak

melakukan tindakan lebih lanjut terkait status imigran Rohingya yang

masuk ke wilayah Indonesia tersebut. Terlebih lagi Indonesia di dalam

61

Indonesia4roingya.net diakses pada tanggal 4 Desemmber 2014

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PENERAPAN PRINSIP NON-DISCRIMINATION BAGI PENGUNGSI ROHINGYA DI INDONESIA

(6)

51

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Imigrasi tidak mengenal

istilah pencari suaka maupun pengungsi, dimana orang asing yang masuk

ke wilayah Indonesia dikategorikan sebagai illegal imigrant. Implikasinya, semua orang asing yang datang ke Indonesia (pencari suaka, pengungsi,

atau pelaku kejahatan) yang tidak memiliki dokumen resmi maka

dikualifikasikan sebagai imigran gelap dan mereka yang tertangkap

ditahan di RUDENIM.

2. Kondisi RUDENIM yang secara fisik tampak seperti Lembaga

Permasyarakatan sehingga terlihat sebagai bentuk perlakuan yang

melanggar HAM. Padahal mereka datang ke Indonesia untuk tujuan

mencari suaka dan bukan karena melakukan tindakan kriminal.

Seharusnya dibentuk dan ditetapkan sebuah alternative detention seperti kawasan khusus Pengungsi yang diberikan kepada pengungsi asal Vietnam

sebelumnyaatau konsep RUDENIM yang lebih manusiawi sehingga

pengungsi bisa menjalankan aktivitasnya seperti bekerja dan bersosialisasi

sebagaimana manusia pada umumnya.

Selain kendala dari dalam, kendala dari luar yaitu antara lain:62

1. Sulitnya proses pemulangan atau repatriasi imigran Rohingya ke Myanmar karena kondisi keamanan yang makin memburuk;

2. Kedutaan Myanmar di Indonesia sama sekali tidak peduli dan tidak mengakui Rohingya sebagai warga Negara Myanmar;

3. Rohingya tidak mau dipulangkan karena kondisi keamanan di Myanmar; 4. Belum ada negara ketiga yang mau menampung pengungsi Rohingya; 5. Rohingya bukanlah imigran yang menjadi prioritas IOM sehingga

memperlambat proses penilaian status sebagai pengungsi;

62

Indonesia4rohingya.net diakses pada 4 Desember 2014

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PENERAPAN PRINSIP NON-DISCRIMINATION BAGI PENGUNGSI ROHINGYA DI INDONESIA

(7)

52

6. Lamanya Rohingya ditampung di Indonesia menjadi beban negara;

7. Rohingya banyak yang menikah dengan wanita Indonesia dan mempunyai anak dan berharap bisa menjadi WNI;

8. Banyak Rohingya yang memiliki kartu pengungsi UNHCR palsu; dan 9. Imigran Rohingya tidak bisa berbahasa Melayu maupun Inggris sehingga

sulit dalam melakukan tindakan keimigrasian.

Dari penjelasan permasalahan yang dialami oleh Indonesia dalam menangani

Pengungi Rohingya ini pemnerintah telah berusaha untuk menyelesaikan

permasalahan ini dengan baik secara internal maupun eksternal. Secara internal

tentunya perbaikan penanganan imigran Rohingya di Indonesia baik dari aspek

regulasi maupun kebijakan.Secara eksternal tentunya membantu dan berkontribusi

dalam penyelesaian akar konflik di Myanmar sehingga Rohingya bisa kembali ke

Myanmar dan diakui sebagai bagian dari bangsa Myanmar.

3.2 Kerjasama Indonesia dan UNHCR dalam Menangani Kasus Pengungsi

3.2.1Penetapan Status Pengungsi di Indonesia

Permasalahan pengungsi di Indonesia dijelaskan secara singkat di dalam

Undang-Undang No. 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri. Pada Pasal

27 ayat 1 menntukan bahwa: “Presiden menetapkan kebijakan masalah pengungsi

dari luar negeri dengan memperhatikan pertimbangan Menteri”. Penjelasan

mengenai pasal tersebut adalah:

Pada dasarnya masalah yang dihadapi oleh pengungsi adalah masalah kemanusiaan, sehingga penanganannya dilakukan dengan sejauh mungkin menghindarkan terganggunya hubngan baik antara Indonesia dan negara asal pengungsi itu.Indonesia memberikan kerja samanya kepada badan

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PENERAPAN PRINSIP NON-DISCRIMINATION BAGI PENGUNGSI ROHINGYA DI INDONESIA

(8)

53

yang berwenang dalam upaya mencari penyelesaian masalah pengungsi itu.

Merujuk pada penjelasan pasal tersebut maka pemerintah Indonesia akan

melakukan kerjasama dalam penanganan masalah pengungsi di Indonesia.

Kerjasama baik dengan negara asal pengungsi maupun dengan lembaga-lembaga

kemanusiaan yang berkaitan dengan masalah pengungsi.

Sementara itu, merujuk pada ketentuan UNHCR, UNHCR menjalankan

prosedur Penentuan Status Pengungsi yang dimulai dengan registrasi atau

pendaftaran terhadap para pencari suaka. Setelah diregistrasi, UNHCR akan

melakukan wawancara individual dengan masing-masing pencari suaka, dengan

didampingi oleh seorang penerjemah yang kompeten. Proses ini melahirkan

keputusan yang beralasan yang menentukan apakah permintaan status pengungsi

seorang diterima atau ditolak dan memberikan masing-masing individu sebuah

kesempatan (satu kali) untuk meminta banding apabila permohonan ditolak.

Mereka yang teridentifikasi sebagai pengungsi akan menerima

perlindungan selama UNHCR mencarikan solusi jangka panjang, yang biasanya

berupa penempatan di negara lain. Untuk tujuan ini, UNHCR berhubungan erat

dengan negara-negara yang memiliki potensi untuk menerima pengungsi.63

Selain itu, Indonesia merumuskan ketetuan hukum atau

perundang-undangan nasional mengenai pengungsi yang didasarkan pada standar-standar

63

http://www.unhcr.or.id/id/tugas-a-kegiatan/penentuan-status-pengungsi diakses pada 11 November 2015

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PENERAPAN PRINSIP NON-DISCRIMINATION BAGI PENGUNGSI ROHINGYA DI INDONESIA

(9)

54

internasional.Hal ini merupakan kunci yang melengkapi lembaga suaka, membuat

perlindungan lebih efektif, dan memberikan landasar bagi pencairan solusi bagi

persoalan yang dihadapi oleh pengungsi.

Indonesia belum meratifikasi Konvensi Pengungsi 1951 dan Protokol

Tambahan 1967, namun dalam perjanjian internasional lain, Indonesia

menyatakan dukungan penuh terhadap prinsip-prinsip fundamental hak asasi

manusia sebagaimana tercantum dalam Piagam PBB dan mencatat Deklarasi

Universal Hak Asasi Manusia 1948 sebagai standar pencapaian bersama bagi

semua rakyat dan bangsa.64 Maka dari itu, Indonesia menyerahkan penanganan

pengungsi pada UNHCR yang melakukan aktifitasnya berdasarkan mandat yang

ditetapkan dalam statutanya tahun 1950 di negara-negara yang bukan pihak

penandatangan pada konvensi tahun 1951 dan Protokol tahun 1967.

Konteks normatif di Indonesia terkait dengan suaka telah ditegaskan dalam

Konstitusi Negara Republik Indonesia. Undang-Undang Dasar 1945 (Amandemen

ke-4 tahun 2000) pada Pasal 28 G ayat (2) menyatakan:“Setiap orang berhak

untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan derajat martabat

manusia dan berhak untuk memperoleh suaka politik dari negara lain”

Meskipun terdapat rumusan normatif dalam konstitusi maupun paraturan

perundang-undangan lainnya tentang hak memperoleh suaka politik di Indonesia,

hingga saat ini implementasi tentang hak pencari suaka ini belum ada aturan

64

Wagiman, Op.Cit, h. 127

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PENERAPAN PRINSIP NON-DISCRIMINATION BAGI PENGUNGSI ROHINGYA DI INDONESIA

(10)

55

operasionalnya yang jelas.65Situasi ini terjadi karena hingga saat ini Indonesia

belum memasukkan instrumen hukum internasional ke dalam sistem hukum

nasional.Indonesia sampai saat ini tidak mempunyai perundang-undangan yang

secara khusus mengatur permasalahan pengungsi.66

Dalam instrumen internasional telah dijelaskan mengenai mekanisme

penanganan dan penentuan status pengungsi, yaitu:

Sumber: Hukum Pengungsi Internasional, Wagiman, 2012

65

Stephane Jaquement, Mandat dan Fungsi dari Komisariat Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa Urusan Pengungsi, artikel dimuat dalam Jurnal Hukum Internasional Vol. 2 No. 1, Lembaga Pengkajian Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2004, h. 20

66

Satu-satunya rujukan dalam menangani masalah pengungsi dan mencari suaka di Indonesia dewasa ini adalah Surat Edaran Direktur Jenderal Imigrasi No. F-IL.01.10-1297 tentang Penanganan Terhadap Orang Asing yang Menyatakan Diri Sebagai Pencari Suaka atau Pengungsi, Tanggal 30 September 2002

Kepolisian setempat akan melaporkan ke MABES POLRI

MABES POLRI memberitahukan ke Kementrian Luar Negeri

Kementrian Luar Negeri memberitahukan Perwakilan UNHCR di Indonesia

Petugas UNHCR akan melakukan wawancara dan menempatkan mereka di suatu tempat atas biaya UNHCR

Melaporkan kepada kepolisian setempat

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PENERAPAN PRINSIP NON-DISCRIMINATION BAGI PENGUNGSI ROHINGYA DI INDONESIA

(11)

56

3.3.2 Kerjasama Indonesia dan UNHCR

UNHCR mendirikan kantor cabang perwakilan di Jakarta pada tahun 1979

yang sekarang ini telah menjadi kantor regional yang mewakili wilayah kerja

melputi Brunei Darussalam, Filipina, Indonesia, Malaysia, dan Singapura.

UNHCR merupakan lembaga internasional yang diberi mandat untuk memberikan

perlindungan internasional terhadap pengungsi dan memberikan solusi yang

permanen terhadap para pengungsi dengan jalan membantu

pemerintah-pemerintah, pelaku-pelaku lainnya ataupun organisasi-organisasi kemanusiaan

yang terkait untuk memberikan fasilitas pemulangan (repatriation)bagi para pengungsi. Penjelasan lebih lengkap mengenai sejarah, fungsi, tugas, dan peranan

UNHCR telah dijelaskan oleh penulis di bab sebelumnya.

Negara-negara anggota mengakui bahwa tugas badan ini bersifat non

politis. Tugas yang berupa tanggung jawab sosial dan bersifat kemanusiaan itu

dibebakan kepada UNHCR agar dapat dilaksanakan dalam kerangka hukum yang

disetujui oleh semua negara, yaitu hukum internasional untuk pengungsi, dan

pedoman (atau perundang-undangan nasional) yang dirancang oleh negara-negara

itu untuk membantu UNHCR mengidentifikasikan apa yang harus mereka

lakukan untuk melindungi dan membantu pengungsi.67

Kerjasama yang dilakukan Indonesia dengan UNHCR pertama kali

dilaksanakan pada tahun 1975, ketika ribuan pengungsi Vietnam berdatangan ke

Indonesia.Kantor Regional UNHCR di Jakarta bekerjasama dengan pemerintah

67

Achmad Romsan, Op.Cit, h 168

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PENERAPAN PRINSIP NON-DISCRIMINATION BAGI PENGUNGSI ROHINGYA DI INDONESIA

(12)

57

Indonesia dalam memproses pencari suaka dan pemohon pengungsi di

Indonesia.Hal tersebut dilakukan agar para pengungsi tidak dikembalikan

kenegara asalnya dan guna mendapatkan perlindungan internasional.68 Setelah

kerjasama tersebut, Pemerintah Indonesia selalu melakukan kerjasama mengenai

pemasalahan pengungsi yang masuk ke Indonesia.

Mengenai kasus-kasus permohonan pengungsi di Indonesia, mengingat

Indonesia belum meratifikasi Konvensi Pengungsi 1951, maka pihak pemerintah

Indonesia melimpahkan persoalan ini sepenuhnya kepada UNHCR.Selanjutnya

lembaga ini melakukan serangkaian prosedur tetap guna penentuan status

pengungsi pemohon.UNHCR mengidentifikasi sesuai kebutuhan perlindungan

mereka. Pihak UNHCR akan memberikan izin tinggal di Indonesia dengan

sepersetujuan Pemerintah Indonesia sampai dengan mereka mendapatkan

penempatannya.

Dalam melaksanakan tugasnya, UNHCR melaksanakan kerjasama dengan

mitra kerjanya yang memiliki perwakilan di Indonesia. Bantuan yang diberikan

oleh UNHCR kepada pengungsi di Indonesia antara lain berupa makanan,

kesehatan, konseling serta kebutuhan lainnya yang diperlukan. Jika dijelaskan

dengan bagan, tugas pokok UNHCR di Indonesia dapat digambarkan sebagai

berikut:

68

Wagiman.Op.Cit, h. 190

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PENERAPAN PRINSIP NON-DISCRIMINATION BAGI PENGUNGSI ROHINGYA DI INDONESIA

(13)

58

Sumber: Hukum Pengungsi Internasional, Wagiman, 2012

Kerjasama antara Pemerintah Indonesia dan UNHCR akan terus terjalin

selama masih ada konflik Internasional serta masih ada banyak korban yang

merasa dirugikan dari adanya perang tersebut. Sebisa mungkin Pemerintah

Indonesia dan UNHCR akan selalu memberikan bantuan serta perlindungan bagi

seluruh masyarakat Internasional yang membutuhkan perlindungan hukum yang

berada di wilayah teritorial Negara Indonesia, agar para korban merasa aman dan

nyaman untuk bertempat tinggal sementara di Indonesia sebelum mereka

ditempatkan ke negara ketiga atau jika dimungkinkan dapat dikembalikan ke

negara asalnya.

3.3 Peranan Pemerintah dalam Penyelesaian Persoalan Pengungsi

Rohingya di Indonesia

Letak geografis Indonesia sangat strategis sebagai negara transit bagi para

pengungsi lintas batas negara. Hal tersebut tidak terlepas dari letak Indonesia yang

memiliki banyak pelabuhan kapal laut yang berbatasan dengan negara lain,

United Nations High Commissioner for Refugees

(UNHCR)

A subsidiary organ of The United Nations General Assembly

Primary mandate

Responsibility is the protection of refugees And solution to the Problems of refugees

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PENERAPAN PRINSIP NON-DISCRIMINATION BAGI PENGUNGSI ROHINGYA DI INDONESIA

(14)

59

terutama perbatasan Kalimantan Barat dengan Sabah Malaysia, Australia di

bagian selatan, juga bagian timur dengan Negara Timor Leste. Terdapat 79 pintu

perbatasan legal yang terdapat di Indonesia di luar jalur-jalur tikus.Terdapat dua

rute yaitu jalur barat dan jalur timur. Jalur barat melalui Medan, Jambi, Batam,dan

Lampung. Rute jalur timur melalui Bau-Bau Sulawesi Tenggara.69

Banyaknya pengungsi yang masuk ke Indonesia yang tinggal cukup lama

di Indonesia membuat pemerintah Indonesia dipaksa untuk segera menyelesaikan

persoalan ini. Kerjasama banyak dilakukan oleh Kementerian Hukum dan HAM

melalui Dirjen Imigrasi, Kanwil Hukum dan HAM dengan polda-polda serta

Kedutaan Besar Perwakilan Negara sahabat terkait dengan penekanan angka

penyelundupan dan perdagangan manusia.70

Fungsi polisi dalam struktur kehidupan masyarakat adalah sebagai

pengayom masyarakat, penegakkan hukum serta memiliki tanggung jawab secara

khusus untuk memelihara ketertiban masyarakat dan menangani kejahatan baik

dalam bentuk tindakan kejahatan transnasional maupun pencegahan kejahatan

transnasional. Hal tersebut sesuai dengan Undang-undang No. 2 tahun 2002

tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.71

Dengan dilandasi oleh peran dan tanggung jawab sebagai pemelihara

keamanan tersebut, Polri memiliki tugas-tugas yang mencakup sejumlah tindakan

yaitu bersifat pre-emptif (penangkalan), preventif (pencegahan), dan represif

69

Wagiman, Op.Cit, h. 166

70

Kompas, 13 Mei 2009

71

Lihat Undang-undang No. 2 tahun 2002 pasal 5 ayat (1)

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PENERAPAN PRINSIP NON-DISCRIMINATION BAGI PENGUNGSI ROHINGYA DI INDONESIA

(15)

60

(penanggulangan) yang sesuai dengan fungsi polisi dalam konteks

universal.72Tugas pre-emptif diarahkan untuk menciptakan kondisi yang kondusif

dengan caramencermati atau medeteksi lebih awal, seperti faktor-faktor korelatif

kriminogen yang berpotensi menjadi penyebab, pendorong, dan peluang

terjadinya gangguan keamanan dan ketertiban di masyarakat.

Tugas preventif lebih mengarah pada mencegah terjadinya gangguan

keamanan dan ketertiban melalui kehadiran polisi di tengah

masyarakat.Sedangkan tugas represif adalah pada upaya penindakan hukum jika

gangguan keamanan dan ketertiban tersebut terlanjur terjadi guna mengembalikan

pada situasi yang kondusif.73

Direktorat Jenderal Imigrasimenyediakan rudenim yang tersebar di

beberapa daerah untuk menampung sementara para pengungsi. Fungsi

pengawasan Ditjen Imigrasi dilakukan untuk mencegahterjadinya pelanggaran

hukum yang dilakukan oleh pengungsi.74

Negara mempunyai tanggung jawab atas seluruh warga negara yang

berada dalam wilayahnya, termasuk warga negara asing yang masuk tanpa izin

resmi untuk masuk ke dalam wilayahnya. Menurut ketentuan Hukum HAM

Internasional, setiap orang mendapatkan kebebasan tanpa adanya tekanan dari

pihak lain untuk melanjutkan hidupnya. Oleh karena itu, pengungsi yang berada di

72

Dinda.Lock.Cit., hlm. 24; Lihat juga Djanisius Djamin. 2007. Pengawasan dan Pelaksanaan Undang-Undang Lingkungan Hidup: Suatu Analisis Sosial. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. P 54

73

Ibid.

74

Hasil wawancara non-formal dengan Ibu Masniati, S.H. (Kepala Seksi Administrasi dan Registrasi Rumah Detensi Imigrasi Kab. Gowa)

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PENERAPAN PRINSIP NON-DISCRIMINATION BAGI PENGUNGSI ROHINGYA DI INDONESIA

(16)

61

wilayah Indonesia harus mendapatkan perlindungan penuh dari Pemerintah

Indonesia.Pemerintah Indonesia seharusnya dapat bersikap adil dalam menyikapi

banyaknya pengungsi yang banyak masuk ke wilayah Indonesia.

Sesuai dengan ketentuan Hukum Hak Asasi Manusia Internasional yang

telah disepakati oleh banyak negara termasuk Indonesia, semua orang memiliki

hak-hak dasar yang harus dipenuhi dan dijaga serta tidak dapat dirampas oleh

orang lain. Sehingga seluruh pengungsi ini tanpa terkecuali seharusnya

mendapatkan perlindungan yang layak dari pemerintah Indonesia.

3.4 Penerapan Konvensi Pengungsi 1951 dan Protokol Tambahan 1967

Terkait Perlindungan Hukum bagi Pengungsi di Indonesia

Indonesia merupakan negara yang belum meratifikasi Konvensi Pengungsi

1951 serta Protokol Tambahan 1967. Sehingga, dalam kaitannya menangani

permasalahan pengungsi di Indonesia, pemerintah menggunakan prinsip-prinip

hukum umum serta perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Sampai saat

ini, Indonesia belum mempunyai perundang-undangan khusus yang mengatur

mengenai pengungsi yang berada di Indonesia.

Namun, meskipun belum meratifikasi, keberlakuan kedua sumber hukum

internasional ini harus dihormati dan wajib dilaksanakan oleh semua negara

termasuk Indonesia.Karena perjanjian internasional tersebut berisi mengenai

prinsip hukum umum yang mengatur mengenai hak dasar setiap individu yaitu

HAM yang keberadaannya tidak dapat dicabut oleh siapapun. Sehingga

berdasarkan prinsip tersebut, Indonesia sebagai salah satu negara yang

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PENERAPAN PRINSIP NON-DISCRIMINATION BAGI PENGUNGSI ROHINGYA DI INDONESIA

(17)

62

menjunjung tinggi HAM harus dapat melaksanakan tugas perlindungan bagi para

pengungsi yang berada di Indonesia sesuai aturan yang dijelaskan dalam

Konvensi Pengungsi 1951. Di Indonesia didirikan sebuah badan untuk melindungi

hak-hak dasar setiap individu yang berada di Indonesia, lembaga ini benama

Komisi HAM.Komisi HAM didirikan dengan tujuan untuk mengembangkan

kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan HAM di Indonesia.

Lembaga ini tidak hanya melindungi HAM Warga Negara Indonesia saja,

namun juga dapat melindungi Warga Negara Asing yang berada di Indonesia agar

tidak ada perlakuan diskriminasi yang dilakukan oleh oknum pemerintah

Indonesia.

Dalam pelaksanaan menegakan HAM di dunia internasional, sering

muncul beberapa kendala yang menyebabkan suatu perjanjian internasional di

bidang HAM tidak dapat dilaksanakan oleh negara setelah diikuti, yaitu:75

1. Perancangan dan pembentukan berbagai perjanjian internasional di

bidang HAM yang sangat terdeviasi oleh kerangka berpikir dari

perancang, bahkan perancang kerap tidak memperhatikan infrastuktur

pendukung bagi implementasi yang efektif;

2. Kendala pada saat perjanjian internasional diperdebatkan;

3. Tujuan pembentukan perjanjian internasional di bidang HAM yang

dibuat tidak untuk tujuan mulia menghormati HAM melainkan untuk

tujuan politis; dan

75

Ibid, h. 71

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PENERAPAN PRINSIP NON-DISCRIMINATION BAGI PENGUNGSI ROHINGYA DI INDONESIA

(18)

63

4. Perjanjian internasional di bidang HAM setelah diikuti kerap hanya

mendapatkan perhatian secara setengah hati oleh negara berkembang.

3.5 Penyelesaian Masalah Pengungsi Rohingya di Indonesia

3.5.1 Penerapan Prinsip Non-discrimination bagi Pengungsi Rohingya di

Indonesia

Dalam hukum internasional, khususnya hukum humaniter internasional

yang melindungi hak asasi manusia, terdapat sebuah hal fundamental dalam

sistem penyamarataan perlakuan internasional bagi para pengungsi

(refugee) seperti pengungsi perang, pengungsi yang terancam keselamatannya dalam suatu nergara berkonflik, dan pencari suaka (asylum seeker), hal tersebut

adalah prinsipnon-discrimination. Prinsip Non-Discrimination merupakan salah

satu prinsip hukum internasional yang paling penting dalam penerapan Hukum

Pengungsi Internasional. Prinsip Non-Discrimination dijelaskan dalam beberapa instrumen hukum internasional, antara lain:

Dalam Pasal 2 DUHAM dijelaskan bahwa: “Setiap orang berhak atas

semua hak dan kebebasan yang tercantum dalam Deklarasi ini tanpa pengecualian

apapun”.

Dalam Pasal 2 ICCPR 1966 dijelaskan pula bahwa:“Setiap negara pihak

dari kovenan ini berjanji untuk menghormati dan menjamin hak-hak yang diakui

dalam kovenan ini bagi semua orang yang berada dalam wilayahnya dan tunduk

pada wilayah hukumnya, tanpa pembedaan apapun.”

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PENERAPAN PRINSIP NON-DISCRIMINATION BAGI PENGUNGSI ROHINGYA DI INDONESIA

(19)

64

Dalam pembukaan Konvensi Pengungsi 1951 disebutkan bahwa negara

diharuskan untuk memberikan perlindungan atas hak-hak dasar para pengungsi

dan memberikan kebebasan tanpa adanya diskriminasi. 76 Namun dalam

keberlakuannya, prinsip ini dapat berkembang dan dinamis sesuai perkembangan

zaman serta pada kasus-kasus baru.

Penerapan prinsip Non-Discrimination dalam kaitannya dengan perlindungan pengungsi yang berada di Indonesia adalah, setiap warga negara

yang berada di dalam yurisdiksi wilayah Indonesia wajib mendapatkan

perlindungan serta perlakuan yang sama oleh pemerintah Indonesia tanpa

terkecuali. Pemberian perlindungan serta tidak adanya diskriminasi bagi seluruh

warga negara juga merupakan salah satu contoh penerapan dari hukum hak asasi

manusia internasional yang saat ini telah menjadi salah satu hukum kebiasaan

internasional.

Dalam kaitannya dengan penerapan prinsip Non-Discriminationdalam Hukum Pengungsi Internasional, menurut penulis, semua masyarakat

Internasional saat ini memiliki hak dasar yang harus dihormati dan hak tersebut

tidak dapat dirampas oleh siapapun, hak dasar tersebut adalah Hak Asasi Manusia.

Hak Asasi Manusia inilah yang seharusnya menjadi dasar bagi Pemerintah

Indonesia dalam memberikan perlindungan terhadap semua warga negara asing

yang masuk ke Indonesia tanpa terkecuali dan tanpa membedakan status mereka.

76

Erika Feller, International Refugee Protection 50 years on: The Protection Challenges of the Past, Present and Future, ICRC, September 2001, Vol. 83, No. 843, h. 594

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PENERAPAN PRINSIP NON-DISCRIMINATION BAGI PENGUNGSI ROHINGYA DI INDONESIA

(20)

65

Sebagai salah satu negara yang cinta damai, penerapan penghormatan

terhadap Hak Asasi Manusia merupakan suatu hal yang wajib dilakukan oleh

Pemerintah Indonesia.Penghormatan atas Hak Asasi Manusia ini harus dilakukan

dengan sebaik mungkin.

Prinsip non-discrimination adalah prinsip yang sangat dibutuhkan oleh para pengungsi dan pencari suaka yang pergi meninggalkan tempat asal mereka

untuk mencari tempat yang lebih aman. Dengan prinsip yang didukung dan

diterima oleh masyarakat internasional, para pengungsi dan pencari suaka bisa

mendapatkan perlindungan internasional dibawah negara tempat mereka

mengungsi. Prinsip ini seharusnya diterapkan untuk seluruh pengungsi yang

membutuhkan bantuan dan perlindungan, karena masih banyak pengungsi di

dunia ini yang kabur dari zona konflik belum mendapatkan perlindungan yang

mereka butuhkan. Prinsip non-discrimination ini harus diterapkan secara adil dan

rata tanpa adanya pengecualian apapun.

3.5.2 Jaminan Perlindungan Hukum Bagi Pengungsi Rohingya di

Indonesia

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya oleh penulis, di dalam hukum

internasional terdapat hukum mengenai Hak Asasi Manusia, di dalamnya terdapat

beberapa dasar hukum mengenai perlindungan HAM internasional baik dari

perjanjian, konvensi, maupun hukum kebiasaan internasional. Jaminan

perlindungan keamanan bagi Pengungsi Rohingya dan pengunsi lainnya yang

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PENERAPAN PRINSIP NON-DISCRIMINATION BAGI PENGUNGSI ROHINGYA DI INDONESIA

(21)

66

berada di Indonesia diatur didalam peraturan perundangan Indonesia.Indonesia

memiliki Undang-Undang mengenai HAM, didalamnya tercantum hak-hak yang

diperoleh oleh seorang individu diantaranya adalah hak untuk hidup dan hak

untuk merdeka tanpa adanya tekanan dari salah satu pihak.

Ada beberapa instrumen hukum Indonesia yang kemudian dapat

diterapkan bagi pengungsi internasional yang berada di wilayah Indonesia, yakni:

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1946 tentang

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Pasal 2 :

“Ketentuan pidana dalam perundang-undangan Indonesia diterapkan bagi

setiap orang yang melakukan sesuatu tindak pidana di Indonesia”

Pasal 170 :

(1) Barang siapa dengan terang-terangan dan dengan tenaga bersama menggunakan kekerasan terdahap orang atau barang, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan

(2) Yang bersalah diancam:

1. Dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun, jika ia dengan sengaja menghancurkan barang atau jika kekerasan yang digunakan mengakibatkan luka-luka;

2. Dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun, jika kekerasan mengakibatkan luka berat;

3. Dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun, jika kekerasan mengakibatkan maut.

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 tentang

Keimigrasian

Pasal 113:

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PENERAPAN PRINSIP NON-DISCRIMINATION BAGI PENGUNGSI ROHINGYA DI INDONESIA

(22)

67

“Setiap orang yang dengan sengaja masuk atau keluar wilayah

Indonesia yang tidak melalui pemeriksaan oleh pejabat imigrasi di tempat pemeriksaan imigrasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000,00

(seratus juta rupiah).”

3. Surat Edaran Dirjen Imigrasi Nomor F-IL.01.10-1297, tanggal 20

September 2002, Perihal Penanganan Terhadap Orang Asing yang

Menyatakan Diri sebagai Pencari Suaka dan Pengungsi

a) Secara umum melakukan penolakan kepada orang asing yang datang memasuki wilayah Indonesia, yang tidak memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

b) Apabila terdapat orang asing yang menyatakan keinginan untuk mencari suaka pada saat tiba di Indonesia, agar tidak dikenakan tindakan keimigrasian berupa pendeportasian ke wilayah negara yang mengancam kehidupan dan kebebasannya;

c) Apabila diantara orang asing dimaksud diyakini terdapat indikasi sebagai pencari suaka atau pengungsi, agar saudara menghubungi organisasi internasional masalah pengungsianatau United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) untuk penentuan statusnya.

Berdasarkan prinsip HAM Internasional, semua Warga Negara tanpa

terkecuali mendapatkan hak-hak dasarnya untuk hidup bebas dan merdeka tanpa

mendapatkan tekanan dari pihak manapun.Hukum HAM Internasional

dimaksudkan sebagai perlindungan terhadap hak-hak individu atau kelompok

yang dilindungi secara internasional dari pelanggaran, terutama yang dilakukan

oleh pemerintah atau aparat suatu negara.77

Oleh karenanya, perlindungan hak asasi manusia dalam konteks hukum

pengungsi setidaknya berhubungan dengan tiga hal, antara lain:

77

Rudi M. Rizki, Pokok-Pokok Hukum Hak Asasi Manusia Internasional, Seri Bahan Bacaan Kursus HAM Tahun 2005, Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, Jakarta, h. 1

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PENERAPAN PRINSIP NON-DISCRIMINATION BAGI PENGUNGSI ROHINGYA DI INDONESIA

(23)

68

1. Perlindungan terhadap penduduk sipil akibat konflik bersenjata;

2. Perlindungan secara umum yang diberikan kepada penduduk sipil

dalam keadaan biasa; dan

3. Perlindungan terhadap pengungsi baik IDP‟s maupun pengungsi lintas

batas.78

Pengajuan suaka ataupun permohonan pengungsi merupakan bagian dari

hak asasi manusia. Hal tersebut dijelaskan di dalam Article 13 Paragraph 2 Universal Declaration of Human Right 1948 yang menyebutkan “Everyone has

the right to leave country, including his own, and to return to his country”. Selain

itu, hak kebebasan untuk memilih tempat tinggal atau negara juga dijelaskan pada

Declaration of Territorial Asylum 1967 yang menyatakan:

1. Everyone has the right to seek and to enjoy in other countries asylum from persecution.

2. This right may not be invoked in the case of persecutions genuinely arising from non-political crimes or acts contrary to the purposes and principle of the United Nations.

Selain itu, Konvensi Pengungsi 1951 mencantumkan daftar hak dan

kebebasan asasi yang sangat dibutuhkan oleh pengungsi.Indonesia sebagai salah

satu negara peserta konvensi wajib melaksanakan hak-hak dan kewajiban tersebut

walaupun Indonesia belum meratifikasinya karena konvensi tersebut berubah

menjadi kebiasaan intenasional yang harus ditaati semua negara. Dari penjelasan

beberapa pasal mengenai perlindungan HAM bagi para pengungsi ini maka

Indonesia sebagai salah satu negara yang disinggahi oleh beberapa golongan

78

Koesparmo Irsan, Pengungsi Internal dan Hukum Hak Asasi Manusia, Komisi HAM, Jakarta, 2007, h. 6-7

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PENERAPAN PRINSIP NON-DISCRIMINATION BAGI PENGUNGSI ROHINGYA DI INDONESIA

(24)

69

pengungsi hendaknya tetap memperlakukan mereka sesuai dengan HAM

Internasional yang mereka memiliki tanpa melihat dan mendiskriminasikan status

personal mereka.

Selain dari aspek HAM Internasional, faktor penting lainnya adalah

Pemerintah Indonesia dalam rangka pemberian perlindungan terhadap para

pengungsi juga wajib bekerjasama dengan negara asal pengungsi maupun

lembaga-lembaga kemanusiaan yang berkaitan dengan masalah pengungsi. Hal ini

bertujuan agar para pengungsi mendapatkan perlakuan serta keputusan yang

terbaik bagi kehidupan mereka di masa yang akan datang, kerjasama dengan

lembaga internasional ini juga harus dikedepankan pertimbangan kemanusiaan

tanpa adanya kepentingan politik.

Jaminan perlindungan hukum bagi semua pengungsi yang berada di dalam

wilayah territorial Indonesia dituangkan juga dalam Keputusan Presiden Republik

Indonesia No. 3 Tahun 2001 tentang Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan

Bencana dan Penanganan Pengungsi yang berisi bahwa apapun alasan dan latar

belakang terjadinya pengungsian, pemerintah perlu segera mengupayakan dan

penanganannya secara cepat, tepat, terpadu, dan terkoordinasi melalui kegiatan

pencegahan, penyelamatan, rehabilitasi, dan rekonstruksi. Sehingga dengan

didirikannya badan ini, para pengungsi yang berada di wilayah Indonesia segera

mendapatkan penghidupan serta perlindungan hukum yang layak tanpa

memandang latar belakang mereka.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PENERAPAN PRINSIP NON-DISCRIMINATION BAGI PENGUNGSI ROHINGYA DI INDONESIA

Referensi

Dokumen terkait

“(1) Lama waktu auditor telah melakukan pemeriksaan terhadap suatu perusahaan (tenure), semakin lama seorang auditor telah melakukan audit pada klien yang sama

Pada dasarnya Danau Tutud masih dapat digunakan sebagai usaha budidaya ikan namun kapasitas perairan danau sudah mencukupi dengan pembudidaya KJT yang ada saat ini.

Tetapi jika dikaitkan dengan diagram rase ZnO-Nb20S yang diusulkan oleh Pollard A.J.[3], pada pelet ZnO yang ditambahi Nb20s yang disinter pada suhu di bawah

T Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) akan menggelar rights issue tahun ini untuk memenuhi free float atau jumlah saham yang dimiliki publik yakni sebesar 7.5%.. Bank Syariah

 ,umerator Jumlah !ersalinan dengan seksio 9esaria dalam 1 0ulan Denominator Jumlah seluruh !ersalinan dalam 1 0ulan. $um0er data ekam medis $tandar 2

Mengklasifikasi tanda-tanda yang dipakai dalam suatu komunikasi (pesan) menggunakan kriteria tertentu sebagai prediksi, selain dengan metode analisa isi juga digunakan

Minyak atsiri rimpang jeringau ( Acoruscalamus L.) memiliki aktivitas antibakteri sehingga dapat digunakan sebagai bahan tambahan dalam sabun transparan.Tujuan

Dimana dijelaskan mengenai peraturan-peraturan yang menjamin perlindungan hak anak pengidap penyakit HIV/AIDS yang ditinjau dari landasan hukum Undang-Undang yang sudah