PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
MATERI SIFAT-SIFAT BANGUN DATAR MELALUI
PEMBELAJARAN BERBASIS BUDAYA PADA SISWA
KELAS V MI AL-HUDA MUNGGANGSARI 2 KEC.
KALIANGKRIK KAB. MAGELANG TAHUN AJARAN
2015/2016
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
ISTINGANATUN NAFI’AH
NIM 115-12-044
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
i
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
MATERI SIFAT-SIFAT BANGUN DATAR MELALUI
PEMBELAJARAN BERBASIS BUDAYA PADA SISWA
KELAS V MI AL-HUDA MUNGGANGSARI 02 KEC.
KALIANGKRIK KAB. MAGELANG TAHUN AJARAN
2015/2016
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh
ISTINGANATUN NAFI’AH
NIM 115-12-044
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
vi MOTTO
“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan
jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri”
(QS Al Isra’ ,7)
“sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”
vii
PERSEMBAHAN
1.
Orang tua tercinta, bapak Sugiyanto dan ibu Sri Astutiah
terimakasih atas do’a, perjuangan dan dukungan kalian.
2.
Adikku Mubarokatul Auliya, terus semangat belajar dan
banggakan orang tua.
3.
Keluarga yang telah mendukungku dan memberi motivasi.
4.
My best, habib, ulil, kafi, dania, awalina, bunga, mb nucha, mb
asiah, mb ida gendut, el, yang biasanya gila-gilaan bareng.
5.
My sister another parent, teman satu atap yang biasanya saling
merepotkan dan direpotkan, mbok ida afwa sama si ika.
6.
Teman-teman semua terimakasih atas motivasi dan
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT yang tak henti
-hentinya melimpahkan rahmat , taufiq, serta hidayahnya, yang telah memberikan
kekuatan, perlindungan dan bimbingan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tetap dilimpahkan pada Nabi Muhammad
SAW yang telah menuntun umatnya ke jalan kebenaran.
Adapun judul skripsi ini adalah “Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi
Sifat-sifat Bangun Datar Melalui Pembelajaran Berbasis Budaya pada Siswa Kelas V
MI Al-Huda Munggangsari 2 Kec.Kaliangkrik Kab.Magelang Tahun Ajaran 2015/2016”. Penulisan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi sebagaian prasyarat
guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, banyak pihak yang telah memberikan
perhatian, bantuan, bimbingan, motivasi dan arahan serta nasehat kepada penulis.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku rektor IAIN Salatiga
2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
IAIN Salatiga
3. Ibu Peni Susapti, M.Si selaku ketua jurusan PGMI IAIN Salatiga
4. Bapak Sumarno Widjadipa, M.Pd selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan sehinga skripsi ini dapat terselesaikan
ix 5. Dosen dan karyawan IAIN Salatiga
6. Kedua orang tua serta keluarga yang telah memberikan do’a, motivasi serta
dukungan kepada penulis
7. Kepala Madrasah dan segenap guru MI Al-Huda Munggangsari 2 yang telah
memberikan ijin dan membantu peneliti melaksanakan penelitian
8. Siswa kelas V MI Al-Huda Munggangsari 2 yang telah membantu dalam
pelaksanaan penelitian
9. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat
disebutkan satu persatu
Semoga amal kebaikan tersebut mendapat balasan dari Allah SWT dan
mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi para pembaca.
Salatiga, 15 Agustus 2016
x ABSTRAK
Nafi’ah, Istinganatun. 2016. Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Sifat-sifat Bangun Datar Melalui Pembelajaran Berbasis Budaya pada Siswa Kelas V MI Al-Huda Munggangsari 2 Kec. Kaliangkrik Kab. Magelang Tahun Ajaran 20015/2016. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI). Institute Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dosen Pembimbing: Drs. Sumarno Widjadipa, M.Pd Kata kunci: Hasil Belajar, Matematika, dan Pembelajaran Berbasis Budaya
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya hasil belajar siswa kelas V MI Al-Huda Munggangsari 2 pada materi sifat-sifat bangun datar. Berdasarkan pengamatan awal diketahui nilai rata-rata siswa kelas V 53,5 dengan KKM 60. Salah satu penyebab rendahnya hasil belajar siswa yaitu pembelajaran matematika belum dikemas dengan baik. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah melalui pembelajaran berbasis budaya dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi sifat-sifat bangun datar pada siswa kelas V MI Al-Huda Munggangsari 02 Kec.Kaliangkrik Kab.Magelang tahun ajaran 2015/2016? Apakah melalui pembelajaran berbasis budaya dapat mencapai target KKM kelas untuk mata pelajaran matematika materi sifat-sifat bangun datar pada siswa kelas V MI Al-Huda Munggangsari 02 Kec.Kaliangkrik Kab.Magelang tahun ajaran 2015/2016?
Jenis penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek dalam penelitian ini yaitu siswa kelas V MI Al-Huda Munggangsari dengan jumlah 20 siswa dan guru yang mengampu mata pelajaran matematika kelas V. Data hasil penelitian diperoleh dari lembar observasi, tes formatif dan dokumentasi pada pembelajaran sifat-sifat bangun datar melalui pembelajaran berbasis budaya.
xi DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR BERLOGO ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN KELULUSAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... v
MOTTO... vi
PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
ABSTRAK ... x
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan ... 7
E. Manfaat Penelitian ... 8
xii
G. Metode Penelitian ... 11
H. Analisis Data ... 17
I. Sistematika Penulisan ... 18
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar ... 20
1. Cirri-ciri Belajar ... 21
2. Prinsip Umum Belajar ... 22
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 23
B. Pembelajaran Matematika ... 25
1. Pengertian Matematika ... 25
2. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Matematika ... 26
3. Karakteristik Umum Matematika ... 27
4. Nilai-nilai dalam Matematika ... 29
5. Ruang Lingkup Pembelajaran Matematika ... 30
C. Pembelajaran Berbasis Budaya ... 31
1. Pengertian Pembelajaran Berbasis Budaya ... 31
2. Landasan Pembelajaran Berbasis Budaya ... 34
3. Pembelajaran Matematika dan Kaitannya dengan Budaya ... 36
4. Integrasi Budaya dalam Pembelajaran Matematika ... 38
D. Bngun Datar dan Sifat-sifatnya ... 40
xiii
2. Sifat-sifat Bangun Datar ... 40
E. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ... 46
1. Pengertian KKM ... 46
2. KKM Nasional, Kelas, dan Individu ... 46
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Subjek Penelitian ... 50
B. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 51
1. Pra Siklus ... 51
2. Siklus I ... 52
3. Siklus II... 57
4. Siklus III ... 62
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 67
1. Standar Pencapaian KKM ... 67
2. Deskripsi Pra Siklus... 68
3. Deskripsi Data Siklus I ... 70
4. Deskripsi Data Siklus II ... 74
5. Deskripsi Data Siklus III ... 78
B. Pembahasan ... 82
xiv
B. Saran ... 86
DAFTAR PUSTAKA ... 88
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Daftar Nama Siswa Kelas V MI Al-Huda Munggangsari 2 ... 14
Table 3.1 Daftar Subjek Penelitian ... 51
Table 3.2 Nilai Pra Siklus ... 52
Table 4.1 Nilai Pra Siklus ... 71
Table 4.2 Rekapitulasi Lembar Pengamatan Aktifitas Siswa Siklus I ... 73
Tabel 4.3 Rekapitulasi Lembar Pengamatan Aktifitas Guru Siklus I ... 73
Tabel 4.4 Hasil Tes Formatif Siklus I ... 74
Table 4.5 Rekapitulasi Lembar Pengamatan Aktifitas Siswa Siklus II ... 77
Tabel 4.6 Rekapitulasi Lembar Pengamatan Aktifitas Guru Siklus II ... 78
Table 4.7 Hasil Tes Formatif Siklus II ... 78
Tabel 4.8 Rekapitulasi Lembar Pengamatan Aktifitas Siswa Siklus III ... 81
Table 4.9 Rekapitulasi Lembar Pengamatan Aktifitas Guru Siklus III ... 81
Table 4.10 Hasil Tes Formatif Siklus III ... 82
Tabel 4.11 Rekapitulasi Perbandingan Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus I, Siklus II, dan Siklus III ... 85
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Skema Siklus Penelitian ... 14
Gambar 2.1 Segitiga Sama Kaki ... 42
Gambar 2.2 Segitiga Sama Sisi ... 42
Gambar 2.3 Segitiga Siku-siku ... 43
Gambar 2.4 Lingkaran ... 43
Gambar 2.5 Jajargenjang ... 44
Gambar 2.6 Trapesium Sama Kaki ... 44
Gambar 2.7 Trapesium Siku-siku ... 45
Gambar 2.8 Persegi ... 45
Gambar 2.9 Persegi Panjang ... 46
Gambar 3.10 Belah Ketupat ... 46
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I ... 94
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II ... 104
Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus III ... 112
Lampiran 4 Lembar Pengamatan Siswa Siklus I ... 122
Lampiran 5 Lembar Pengamatan Siswa Siklus II ... 124
Lampiran 6 Lembar Pengamatan Siswa Siklus III ... 126
Lampiran 7 Lembar Pengamatan Guru Siklus I ... 128
Lampiran 8 Lembar Pengamatan Guru Siklus II ... 130
Lampiran 9 Lembar Pengamatan Guru Siklus III ... 132
Lampiran 10 Foto Kegiatan ... 134
Lampiran 11 Lembar Konsultasi Skripsi ... 136
Lampiran 12 Surat Ijin Penelitian ... 137
Lampiran 13 SK KKM ... 138
Lampiran 14 Profil Madrasah ... 139
Lampiran 15 Nilai SKK Mahasiswa ... 141
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang harus dikuasai oleh
setiap manusia. Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan
mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Matematika sangat bermanfaat
dalam kehidupan sehari-hari untuk menumbuhkan sikap dan mengembangkan
daya pikir sistematis, kritis, analisis, logis dan kreatif.
Matematika menurut Ruseffendi dalam Heruman (2010: 1), adalah bahasa
simbol, ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif, ilmu
tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang
tidak didefinisikan ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan
akhirnya ke dalil.
Belajar matematika merupakan tentang konsep-konsep dan struktur abstrak
yang terdapat dalam matematika serta mencari hubungan antara konsep-konsep
dan struktur matematika. Belajar matematika harus melalui proses yang bertahan
dari konsep yang sederhana ke konsep yang lebih kompleks. Setiap konsep
matematika dapat dipahami dengan baik jika pertama-tama disajikan dalam
bentuk konkrit. Pembelajaran matematika harus disesuaikan dengan kebutuhan
2
sekitar ini masih berpikir pada tahap operasi konkrit artinya siswa siswa SD/MI
belum berpikir formal.
Secara umum pembelajaran matematika bertujuan agar siswa memiliki
kemampuan diantaranya memahami konsep matematika menggunakan penalaran
pada pola dan sifat, memecahkan masalah, mengkomunikasikan gagasan dengan
simbol dan memiliki sikap menghargai. Berdasarkan tujuan tersebut,
pembelajaran matematika tidak hanya sebagai pembelajaran yang menekankan
pada pengetahuan saja, tetapi sebagai pembelajaran yang mampu
mengembangkan pemahaman, keterampilan dan kemampuan analisis agar siswa
dapat memecahkan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan matematika.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran matematika, seorang guru harus
mempunyai kompetensi profesional, yaitu seorang guru harus mampu mengolah
materi dan mampu menciptakan pembelajaran yang kreatif, inovatif dan
menyenangkan, sehingga siswa lebih antusias dan aktif dalam kegiatan
pembelajaran.
Akan tetapi dalam implementasinya pembelajaran matematika hanya
menekankan pada aspek pengetahuan dimana bahan pelajaran berupa informasi
yang tidak menumbuhkan cara berfikir kritis siswa.. Bagi siswa kegiatan belajar
di sekolah menjadi tidak menarik dan membosankan. Di kelas pun siswa terlihat
jenuh dan tidak tertarik terhadap materi yang disampaikan oleh guru. Siswa lebih
3
bermain dihalaman bersama teman-temannya daripada sekedar duduk
mendengarkan ceramah dari gurunya.
Edy Tandiling (2013:2) mengutarakan bahwa dalam kegiatan
pembelajaran, khususnya matematika di sekolah tujuan guru adalah pembentukan
skema baru dalam diri siswa. Pembentukan skema baru ini hendaknya dimulai
dari skema yang telah ada pada diri siswa. Oleh sebab itu akan sangat tepat jika
dalam mengajarkan matematika formal (matematika sekolah), guru sebaiknya
memulai dengan matematika kongkrit yang dekat dengan kehidupan siswa.
Setelah dilakukan observasi di MI Al-Huda Munggangsari 2 Kaliangkrik
Kab. Magelang melalui diskusi dengan guru kelas V maka ditemukan beberapa
masalah dalam pembelajaran matematika, diantaranya kurangnya pemahaman
siswa tentang materi yang diajarkan oleh guru sehingga untuk mempelajari
materi berikutnya siswa mengalami banyak kesulitan. Hal tersebut dibuktikan
dengan data nilai ulangan harian yang kurang memuaskan pada mata pelajaran
matematika menunjukan dari 20 siswa kelas V MI Al-Huda Munggangsari 2
Kaliangkrik Kab. Magelang dengan nilai standar KKM kelas 60 hanya 45 % (9
siswa) yang memenuhi standar KKM, sedangkan 55% (11 siswa) belum
memenuhi standar KKM.
Berdasarkan diskusi yang dilakukan oleh peneliti dan guru kelas V MI
Al-Huda Munggangsari 2 Kaliangkrik Kab. Magelang ditemukan beberapa faktor
4
kurang memperhatikan saat pembelajaran berlangsung, sibuk bermain sendiri,
mengobrol dengan teman sebangku, dan keadaan kelas yang kurang kondusif
sehingga menyebabkan siswa kurang memahami materi yang diajarkan guru.
Selain faktor tersebut faktor lain yang mempengaruhi siswa mendapatkan
nilai dibawah standar KKM adalah kurangnya krestifitas guru dalam mengemas
kegiatan belajar dan pembelajaran sehingga siswa kurang tertarik, cepat bosan,
dan siswa cenderung pasif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Kreatifitas
guru dalam pembelajaran sangat diperlukan untuk meningkatkan antusias siswa
mengikuti pembelajaran agar hasil belajar siswa meningkat.
Sebagaimana hadits berikut;
Artinya: Dari Annas bin Malik berkata Rasulullah bersabda:
“Permudahkanlah (manusia dalam urusan agama) dan jangan mempersukar mereka, dan berilah kabar gembira dan jangan
mereka dibuat lari.” (HR. Bukhari)
Hadits diatas menjelaskan bahwa proses pembelajaran harus dibuat dengan
mudah dan sekaligus menyenangkan agar siswa tidak terkekang secara psikologis
dan merasa bosan terhadap suasana dikelas. Serta apa yang diajarkan oleh
gurunya, dan suatu pembelajaran harus menggunakan metode yang tepat sesuai
5
Melihat faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa,
maka penulis berdiskusi dengan guru kelas mengenai strategi yang tepat untuk
mengatasi masalah tersebut. Penggunaan strategi yang tepat dalam pembelajaran
matematika dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Melalui diskusi yang
dilakukan penulis dengan guru kelas, maka penulis memutuskan untuk
menggunakan Pembelajaran Berbasis Budaya sebagai solusi yang tepat untuk
memecahkan masalah pembelajaran matematika pada siswa kelas V MI Al-Huda
Munggangsari 2 Kaliangkrik Kab. Magelang.
Pembelajaran berbasis budaya ini bukanlah sesuatu yang baru, namun
dewasa ini sedang marak berkembang di banyak negara. Teori yang mendasari
strategi ini bukan sama sekali teori baru, namun strategi ini dihadirkan untuk
membawa nuansa baru dalam proses pembelajaran. Dalam Pembelajaran
Berbasis Budaya, lingkungan belajar akan berubah menjadi lingkungan yang
menyenangkan bagi guru dan siswa, yang memungkinkan siswa berpartisipasi
aktif sehingga diperoleh hasil belajar yang optimal.
Pembelajaran Berbasis Budaya bukan sekedar mentransfer atau
menyampaikan budaya atau perwujudan budaya tetapi menggunakan budaya
untuk menjadikan siswa mampu menciptakan makna, menembus batas imajinasi,
dan kreatifitas untuk mencapai pemahaman yang mendalam tentang mata
6
Oleh karena itu, berdasarkan uraian di atas maka penulis melakukan
penelitian dengan judul :
“PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI SIFAT
-SIFAT BANGUN DATAR MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS
BUDAYA PADA SISWA KELAS V MI AL-HUDA MUNGGANGSARI 2
KEC.KALIANGKRIK KAB.MAGELANG TAHUN AJARAN 2015/2016.”
B. Rumusan Masalah
Berdasar latar belakang permasalahan tersebut di atas, dapat
dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
1. Apakah melalui pembelajaran berbasis budaya dapat meningkatkan hasil
belajar matematika materi sifat-sifat bangun datar pada siswa kelas V MI
Al-Huda Munggangsari 2 Kec.Kaliangkrik Kab.Magelang tahun ajaran
2015/2016?
2. Apakah melalui pembelajaran berbasis budaya dapat mencapai target KKM
kelas untuk mata pelajaran matematika materi sifat-sifat bangun datar pada
siswa kelas V MI Al-Huda Munggangsari 2 Kec.Kaliangkrik Kab.Magelang
7
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apakah melalui pembelajaran berbasis budaya dapat
meningkatkan hasil belajar matematika materi sifat-sifat bangun datar pada
siswa kelas V MI Al-Huda Munggangsari 2 Kec.Kaliangkrik Kab.Magelang
tahun ajaran 2015/2016?
2. Untuk mengetahui apakah melalui pembelajaran berbasis budaya dapat
mencapai target KKM kelas untuk mata pelajaran matematika materi
sifat-sifat bangun datar pada siswa kelas V MI Al-Huda Munggangsari 2
Kec.Kaliangkrik Kab.Magelang tahun ajaran 2015/2016?
D. Hipotesis tindakan dan Indikator Keberhasilan
Hipotesis tindakan merupakan alternatif tindakan yang dipandang paling
tepat untuk dilakukan dalam rangka memecahkan masalah yang diteliti (Basrowi
dan Suwandi, 2008:170).
Dalam penelitian ini, rumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut :
``Penggunaan pembelajaran berbasis budaya dapat meningkatkan hasil belalajar
Matematika pada materi sifat-sifat bangun datar serta dapat meningkatkan
pencapaian KKM siswa kelas V MI Al-Huda Munggangsari 2 Kec.Kaliangkrik
Kab.Magelang tahun ajaran 2015/2016. ``
Peneliti menetapkan indikator yang ingin dicapai pada siklus tindakan
8
1. Siswa menunjukkan peningkatan hasil belajar matematika materi sifat-sifat
bangun datar melalui pembelajaran berbasis budaya.
2. Optimalisasi ketuntasan belajar dengan adanya pencapaian target KKM kelas
untuk materi sifat-sifat bangun datar melalui pembelajaran berbasis budaya.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam
dunia pendidikan berupa gambaran mengenai sebuah teori yang menyatakan
bahwa peningkatan hasil belajar matematika materi sifat-sifat bangun datar
dapat dilakukan melalui pembelajaran berbasis budaya.
2. Manfaat praktis
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan
sebagai berikut:
a. Bagi siswa
1) Agar siswa dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal
matematika terutama pada materi sifat-sifat bangun datar.
2) Siswa dapat meningkatkan hasil belajarnya dengan kemampuan
menyelesaikan soal matematika pada materi sifat-sifat bangun datar
9 b. Bagi guru dan peneliti
1) Dengan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini peneliti memiliki
pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman tentang penelitian tindakan
kelas.
2) Dengan pelaksanaan penelitian ini, guru dapat meningkatkan
pencapaian target KKM yang sudah ditentukan.
3) Guru mampu mendeteksi permasalahan yang ada di dalam proses
pembelajaran, sekaligus mencari alternatif pemecahan masalah yang
tepat.
4) Guru mampu memperbaiki proses pembelajaran di dalam kelas dalam
rangka meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
matematika pada materi sifat-sifat bangun datar.
5) Hasil penelitian ini dapat digunkan sebagai langkah awal untuk
penelitian selanjutnya.
c. Bagi Sekolah
1) Sebagai masukan bagi guru SD / MI dalam mengajarkan matematika
pada materi sifat-sifat bangun datar.
2) Sebagai sumbangan pemikiran dalam usaha-usaha yang mengarah
pada peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
10
F. Definisi Operasional
Agar tidak terjadi perbedaan antara penafsiran dengan maksud utama
penulisan dalam penggunaan kata pada judul maka akan dijelaskan dalam
definisi oprasional sebagai berikut :
1. Peningkatan Hasil belajar
Peningkatan merupakan suatu proses, cara, meningkatkan suatu usaha.
Secara sederhana, hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak
setelah melalui kegiatan pembelajaran. Sedangkan menurut Susanto (2013:5)
hasil belajar yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik
yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari
kegiatan belajar. Peningkatan hasil belajar adalah sejumlah kompetensi yang
diperoleh seseorang setelah menjalani proses belajar mengajar dalam jangka
waktu tertentu.
2. Matematika
Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat
meningkatkan kemampuan berpikir dan berargumentasi, memberikan
kontribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari dan dalam dunia kerja,
serta memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan
11
3. Pembelajaran berbasis budaya
Pembelajaran berbasis budaya merupakan strategi penciptaan
lingkungan belajar dan perancangan pengalaman belajar yang
mengintegrasikan budaya sebagai bagian dari proses pembelajaran (Daryanto
dan Rahardjo, 2012:163). Dalam pembelajaran berbasis budaya, budaya
menjadi sebuah media bagi siswa untuk mentransformasikan hasil observasi
mereka kedalam bentuk dan prinsip yang kreatif tentang alam.
G. Metode Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang ditetapkan berupa Penelitia Tindakan Kelas
(PTK) yang didasarkan pada permasalahan yang muncul dalam pembelajaran
matematika materi sifat-sifat bangun datar kelas V MI Al-Huda Munggangsari
2 Kec.Kaliangkrik Kab.Magelang taun 2015/2016.
Prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terdiri dari tiga siklus. Setiap
siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai, seperti yang telah
didesain dalam faktor-faktor yang telah diselidiki. Prosedur pelaksanaan PTK
ini meliputi: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
12
Dalam perencanaan PTK, terdapat tiga kegiatan dasar, yaitu identifikasi
masalah, merumuskan masalah dan pemecahan masalah. Hartiny (2010:
74) mengemukakan ada 4 kegiatan dalam tahap perencanaan, yaitu:
1) Menentukan target kompetensi
2) Membuat desain pembelajaran yaitu membuat skenario pembelajaran
(RPP, media/ alat pembelajaran)
3) Mendesain alat tes
4) Menyiapkan instrumen.
a) Lembar pengamatan siswa dalam pembelajaran sifat-sifat bangun
datar melalui pembelajaran berbasis budaya.
b) Lembar pengamatan aktifitas guru dalam pembelajaran sifat-sifat
bangun datar melalui pembelajaran berbasis budaya.
b. Pelaksanaan
Tindakan ini merupakan pelaksanaan rencana pembelajaran yang telah
dipersiapkan. Pada tahap ini dilakukan proses belajar, apersepsi, pretes,
pembelajaran dan evaluasi. Pada tahap apersepsi, siswa dikondisikan untuk
siap mengikuti proses pembelajaran, guru memberikan penjelasan kepada
siswa tentang tujuan pembelajaran serta manfaat yang akan diperoleh siswa
setelah mengikuti proses belajar mengajar.
Dalam pelaksanaannya, guru akan menerapkan pembelajaran berbasis
13
dan ceramah, sehingga siswa akan lebih mudah memahami materi yang
telah disampaikan oleh guru.
c. Pengamatan
Peneliti mengamati kegiatan dan tingkah laku siswa ketika proses
pembelajaran berlangsung dengan sasaran yang diamati yaitu keaktifan
siswa dalam mengerjakan tugas dan keseriusan siswa dalam mengikuti
pembelajaran. Peneliti juga mengamati guru yang sedang melakukan
kegiatan pembelajaran.
d. Refleksi
Data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan dalam tahap ini,
secepatnya dilakukan analisis dan pemaknaan dengan maksud untuk
mengetahui apakah tindakan yang dilakukan telah mencapai tujuan yang
diharapkan atau tidak. Berdasarkan hasil observasi tersebut, guru dapat
merefleksikan diri tentang kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
Sehingga dapat disajikan landasan untuk melakukan tindakan kelas pada
siklus berikutnya. Untuk lebih jelasnya tahap-tahapan tersebut dapat
digambarkan dalam model hubungan antar tahapan dalam siklus sebagai
14
Gambar 1.1 Skema Siklus Penelitian
(Arikunto, dkk, 2006: 16)
2. Subjek penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek adalah siswa kelas V MI
Al-Huda Munggangsari 2 Kec.Kaliangkrik Kab.Magelang tahun 2016, dengan
jumlah 20 siswa, yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan.
Tabel 1.1 Daftar Nama Siswa Kelas V MI Al-Huda Munggangsari 2
No Nama Jenis KelaminL/P
1. Abid Ridwanillah L
2. Anas Syaiful G. L
3. Andi L
15
Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas
adalah:
a. Lembar observasi, alat yang digunakan dalam kegiatan mengamati yaitu
pedoman observasi. Pedoman observasi berisi indicator yang didesain
berdasarkan fokus penelitian. Mencatat juga proses pembelajaran untuk
mendapatkan data tentang aktifitas siswa selama kegiatan pembelajaran
berlangsung.
b. Tes tertulis, digunakan untuk mendapatkan data kuantitatif berupa nilai
16
4. Pengumpulan Data
a. Tes formatif
Teknik ini peneliti gunakan untuk mengukur ketuntasan dan peningkatan
prestasi siswa. Siswa dikatakan telah mencapai tingkat penguasaan materi
apabila telah mencapai nilai minimal 60 dari target yang ditentukan.
b. Observasi
Observasi adalah tindakan atau proses pengambilan informasi, atau data
melalui media pengamatan (Sukardi, 2012:50). Observasi ini dilakukan
terhadap peserta didik dan guru selama pembelajaran berlangsung untuk
mengetahui tingkat kelebihan dan kekurangan dalam pembelajaran
matematika dengan menggunakan pembelajaran berbasis budaya.
c. Dokumentasi
Informasi dari sumber dokumen sekolah dibedakan menjadi dua macam,
yaitu dokumen resmi dan catatan pribadi. Yang termasuk dokumen resmi,
yaitu undang-undang dan peraturan pemerintah yang relevan, keputusan
presiden, keputusan menteri, laporan atau catatan pertemuan sekolah,
silabus dan skema kerja, tes evaluasi yang digunakan serta hasilnya, dan
tulisan petemuan antara guru sekolah. Dokumentasi tidak resmi
diantaranya memo pimpinan sekolah, catatan harian guru, kartu kerja,
17
guru maupun yang berasal dari buku-buku teks, dan sampel dari pekerjaan
siswa (sukardi, 2012:47).
H. Analisis Data
Analisis data merupakan usaha (proses) memilih, memilah, membuang dan
menggolongkan data untuk menjawab permasalahan, tema apa yang dapat
ditemukan pada data-data ini dan seberapa jauh data ini dapat menyokong tema
tersebut (Basrowi dan Suwandi, 2008:131). Sesuai dengan rancangan penelitian
yang digunakan maka analisis data dilakukuan dengan menggunakan analisis dan
refleksi dalam setiap siklusnya berdasarkan hasil observasi yang terekam dalam
catatan lapangan dan format pengamatan lainnya. Analisis reflektif dilakukan
peneliti bersama dengan kolaborator sebagai pijakan untuk menentukan progam
aksi pada siklus selanjutnya atau untuk mendeteksi bahwa kajian tindakan kelas
ini sudah mencapai tujuannya.
Data yang dianalisis adalah data hasil belajar secara kognitif, ketuntasan
klasikal belajar siswa, dan rata-rata kelas. Penyajian data kuantitatif dipaparkan
dalam bentuk presentase angka. Data yang harus dihitung adalah nilai rata-rata
18 a.Menghitung nilai rata-rata kelas
Keterangan :
= nilai rata-rata
= jumlah semua nilai kelas
= Jumlah siswa (Daryanto, 2011: 191)
b.Ketuntasan klasikal
Presentase ketuntasan belajar siswa yang peneliti harapkan adalah ≥ 85% dari
jumlah total siswa satu kelas. Untuk mengukur presentase kompetensi siswa
secara klasikal dapat digunakan rumus sebagai berikut (Daryanto, 2011:192):
I. Sistematika Penulisan
Dalam skripsi ini terdiri dari beberapa bab yang saling berkaitan, yang
dapat dijelaskan sebagai berikut :
Bab I : merupakan bab pendahuluanyang menguraikan gambaran singkat
dari penelitian ini, bab I ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, hipotesis tindakan dan indikator keberhasilan, kegunaan
19
Bab II : akan diuraikan mengenai kajian pustaka yang meliputi Hasil
Belajar (ciri-ciri belajar, prinsip-prinsip belajar dan faktor-faktor
yangmempengaruhi belajar), Matematika (pengertian, fungsi dan tujuan, ruang
lingkup), dan pembelajaran berbasis budaya.
Bab III : pada bab ini akan diuraikan mengenai pelaksanaan penelitian
deskripsi pelaksanaan siklus I, deskripsi pelaksanaan siklus II, dan deskripsi
pelaksanaan siklus III.
Bab IV : pada bab ini akan diuraikan analisa penulis mengenai hasil
penelitian dan pembahasan yang meliputi standar pencapaian KKM dan deskripsi
per siklus dengan pembahasan.
BAB V : merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan pembahasan
20
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hasil Belajar
Sebelum membahas tentang hasil belajar terlebih dahulu akan dipaparkan
mengenai pengertian belajar. Kata belajar bukanlah sesuatu yang baru, sudah
sangat umum didengar, namun dalam pembahasan belajar ini masing-masing
ahli memiliki pemahaman dan definisi yang berbeda-beda.
Berikut beberapa definisi belajar menurut para ahli (Suprijono, 2009:2) :
Belajar menurut Gagne, adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang
dicapai seseorang melalui aktifitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh
langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah. Belajar menurut
Travers, adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku. Belajar menurut
Cronbach, learning is shown by a chance in behavior as a result of experience.
Dalam pengertian yang umun, belajar merupakan suatu aktifitas atau suatu
proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan,
memperbaiki perilaku, sikap, dan mengkokohkan kepribadian. Dalam konteks
menjadi tahu atau proses memperoleh pengetahuan, menurut pemahaman
konvensional, kontak manusia dengan alam diistilahkan dengan pengalaman
(experience). Pengalaman yang terjadi berulang kali melahirkan pengetahuan
21
Berdasarkan pengertian tentang konsep belajar di atas, dapat dipahami
tentang makna hasil belajar, yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri
siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai
hasil dari kegiatan belajar.
Menurut Syah dalam Sriyanti (2011:18) perubahan sebagai hasil belajar itu
memiliki tiga ciri, yaitu: perubahan intensional, perubahan itu positif dan aktif,
dan perubahan itu efektif dan fungsional.
Perubahan intensional adalah perubahan yang terjadi dalam diri individu
dilakukan dengan sengaja dan disadari. Perubahan itu positif dan aktif
maksudnya adalah perubahan itu baik, bermanfaat dan sesuai yang diharapkan
oleh individu serta perubahan yang terjadi dalam diri individu merupakan hasil
usahanya. Perubahan bersifat efektif artinya perubahan itu berhasil guna,
sedangkan perubahan bersifat fungsional artinya perubahan itu relative permanen
dan siap dibutuhkan setiap saat.
1. Ciri-ciri belajar
Baharuddin dan Wahyuni (2008: 15) menyatakan beberapa ciri-ciri dari
belajar:
a. Belajar di tandai dengan adanya perubahan tingkah laku (change
behavior). Ini berarti, bahwa hasil dari belajar hanya dapat di amati dari
22
terampil. Tanpa mengamati tingkah laku hasil belajar, kita tidak dapat
mengetahui ada tidaknya hasil belajar;
b. Perubahan perilaku relative permanen. Ini berarti, bahwa perubahan
tingkah laku yang terjadi karena belajar untuk waktu tertentu akan tetap
atau tidak berubah-ubah. Tetapi perubahan tingkah laku tersebut tidak
akan terpancang seumur hidup;
c. Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat di amati pada saat proses
belajar sedang berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat potensial.
d. Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman;
e. Pengalaman atau latihan itu dapat memberikan penguatan susatu yang
memperkuat itu akan memberikan semangat atau dorongan untuk
mengubah tingkah laku.
2. Prinsip Umun Belajar
Sukmadinata dalam Suyono dan Hariyanto (2014: 128-129)
menyampaikan prinsip umum belajar (sedikit dikembangkan) sebagai berikut:
a. Belajar merupakan bagian dari perkembangan. Belajar dan perkembangan
merupakan dua hal yang berbeda tetapi erat hubungannya. Dalam
perkembangan dituntut belajar, sedangkan melalui belajarterjadi
perkembangan individu yang pesat.
23
c. Keberhasilan belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor bawaan, lingkungan,
kematangan, serta usaha dari individu secara aktif.
d. Belajar mencakup semua aspek kehidupan.
e. Kegiatan belajar berlangsung di sembarang tempat dan waktu.
f. Belajar berlangsung baik dengan guru maupun tanpa guru. Berlangsung
dalam situasi formal, nonformal, dan informal.
g. Belajar yang terencana dan disengaja menuntut motivasi yang tinggi.
h. Perubahan belajar bervariasi dari yang paling sederhana sampai dengan
yang amat kompleks.
i. Dalam belajar dapat terjadi hambatan-hambatan.
j. Dalam hal tertentu belajar memerlukan adanya bantuan dan bimbingan
dari orang lain.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Proses belajar melibatkan berbagai factor yang sangat kompleks. Oleh
sebab itu, masing-masing faktor perlu diperhatikan agar proses belajar dapat
berhasil sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Secara umum,
keberhasilan belajar dipengaruhi oleh factor eksternal dan internal.
Masing-masing faktor tersebut dapat diuraikan sebagai berikut (Sriyanti, 2011: 23-25):
a. Faktor eksternal
Factor eksternal adalah faktor-faktor yang terdapat di luar diri individu.
24 1) Faktor nonsosial
Faktor nonsosial adalah faktor-faktor di luar individu yang berupa
kondisi fisik yang ada di lingkungan belajar. Faktor nonsosial
merupakan kondisi fisik yang ada di lingkungan sekolah, keluarga
maupun di masyarakat. Aspek fisik tersebut bias berupa peralatan
sekolah, sarana belajar, gedung dan ruang belajar, kondisi geografis
sekolah dan rumah dan sejenisnya.
2) Faktor sosial
Faktor social adalah faktor-faktor di luar individu yang berupa
manusia. Faktor eksternal yang bersifat social, bias dipilah menjadi
faktor yang berasal dari keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan
masyarakat (termasuk teman pergaulan anak). Misalnya, kehadiran
orang dalam belajar, kedekatan hubungan antara anak denga orang tua,
keharmonisan atau pertengkaran dalam keluarga, hubungan antar
personil sekolah dan sebagainya.
b. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang ada pada diri individu yang
sedang belajar. Faktor internal terdiri dari faktor fisiologis dan faktor
25 1) Faktor fisiologis
Faktor fisiologis adalah kondisi fisik yang terdapat dalam diri
individu.
2) Faktor psikologis
Faktor psikologis adalah faktor psikis yang ada dalam diri individu.
Faktor-faktor psikis tersebut antara lain tingkat kecerdasan, motivasi,
minat, bakat, sikap, kepribadian, kematangan, dan lain sebagainya.
Tingkat kecerdasan akan mempengaruhi daya serap serta berpengaruh
terhadap proses dari hasil belajar. Demikian juga motivasi, minat dan
bakat banyak memberikan warna terhadap aktifitas belajar. Bakat dan
minat terhadap suatu mata pelajaran akan mendorong seseorang
mendapat kemudahan mencapai tujuan belajar, tetapi anak yang
kurang berbakat bukan berarti akan gagal dalam belajar, hanya yang
bersangkutan perlu waktu yang lebih banyak dan kerja lebih keras
untuk mendapatkan hasil yang baik.
Demikian halnya dengan kondisi kepribadian, ada siswa yang
mempunyai daya juang tinggi, optimis, penuh semangat, sementara
ada siswa yang berkepribadian mudah putus asa. Kondisi-kondisi
26
B. Pembelajaran Matematika
1. Pengertian Matematika
Matematika dalam sudut pandang Andi Hakim Nasution dalam
Fathani (2009: 21) bahwa istilah matematika berasal dari kata Yunani,
mathein atau manthenein yang berarti mempelajari, kata ini memiliki
hubungan yang erat dengan kata sanskerta, medha atau widya yang memiliki
arti kepandaian, ketahuan, atau intelegensia. Dalam bahasa Belanda,
matematika disebut dengan kata wiskunde yang berarti ilmu tentang belajar.
Matematika menurut Ruseffendi dalam Heruman (2010: 1), adalah
bahasa simbol, ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara
induktif, ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai
dari unsur yang tidak didefinisikan ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma
atau postulat, dan akhirnya ke dalil. Sedangkan hakikat matematika menurut
Soedjadi dalam Heruman (1010: 1), yaitu memiliki objek tujuan abstrak,
bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir yang deduktif.
Matematika secara umum ditegaskan sebagai penelitian pola dari
struktur, perubahan, dan ruang. Dalam pandangan formalis, matematika
adalah pemeriksaan aksioma yang menegaskan struktur abstrak
menggunakan logika simbolik dan notasi matematika. Sedangkan dalam
27
ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan dan prosedur operasional
yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan.
2. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Matematika
Matematika berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung,
mengukur, menurunkan, dan menggunakan rumus matematika sederhana
yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari melalui materi bilangan,
pengurangan, geometri , dan pengelolaan data.
Tujuan pembelajaran matematika di sekolah dalam PPPPTK
Matematika Kemendikbud (2011): matematika diajarkan di sekolah
membawa misi yang sangat penting, yaitu mendukung ketercapaian tujuan
pendidikan nasioanal. Secara umum tujuan pendidikan matematika di
sekolah dapat digolongkan menjadi:
a. Tujuan bersifat formal, menekanka kepada menata penalaran dan
membentuk kepribadian peserta didik.
b. Tujuan yang bersifat material, menekankan kepada kemampuan
memecahkan masalah dan menerapkan matematika.
Secara lebih rinci, tujuan pembelajaran matematika dipaparkan pada
buku standar kompetensi mata pelajaran matematika sebagai berikut:
a. Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya
melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan
28
b. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan
penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa
ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.
c. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.
d. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau
mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan,
grafik, peta, diagram, dalam menjelaskan gagasan.
3. Karakteristik Umum Matematika
Ada beberapa karakteristik umum matematika yang telah disepakati
bersama, antara lain (Sumardyono, 2004: 30-46):
a. Memiliki objek kajian yang abstrak
Matematika memiliki objek kajian yang bersifat abstrak, walaupun tidak
setiap yang abstrak adalah matematika. Ada empat objek kajian matematika,
yaitu:
1)Fakta, adalah pemufakatan atau konvensi dalam matematika yang
biasa diungkapkan melalui simbol-simbol tertentu.
2)Konsep, adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk
menggolongkan atau mengkategorikan sekumpulan objek, apakah
29
3)Operasi atau relasi, adalah pengerjaan hitung, pengertian aljabar, dan
pengerjaan matematika lainnya. Sementara relasi adalah hubungan
antara dua atau lebih elemen.
4)Prinsip, adalah objek matematika yang terdiri atas beberapa fakta,
beberapa konsep yang dikaitkan oleh suatu relasi ataupun operasi.
b. Bertumpu pada kesepakatan
Simbol-simbol dan istilah-istilah dalam matematika merupakan
kesepakatan atau konvensi yang penting. Dengan simbol dan istilah yang
telah disepakati dalam matematika, maka pembahasan selanjutnya akan
menjadi mudah dilakukan dan dikomunikasikan.
c. Berpola pikir deduktif
Pola pikir deduktif secara sederhana dapat dikatakan pemikiran yang
berpangkal dari hal yang bersifat umum diterapkan atau diarahkan
kepada hal yang bersifat khusus.
d. Konsisten dalam sistemnya
Dalam matematika, terdapat berbagai macam system yang dibentuk dari
beberapa aksioma dan memuat beberapa teorema. Ada system-sistem
yang berkaitan, ada pula system-sistem yang dipandang lepas satu
dengan lainnya. Di dalam masing-masing system berlaku konsistensi.
30
yang telah diterapkan. Konsistensi itu baik dalam makna maupun dalam
hal nilai kebenarannya.
e. Memiliki simbol yang kosong arti
Simbol matematika akan bermakna sesuatu bila kita mengaitkannya
dengan konteks tertentu.
f. Memerhatikan semesta pembicaraan
Semesta pembicaraan bisa sempit bisa pula luas. Bila kita berbicara
tentang geometris, maka simbolnya menunjukan suatu transformasi, bila
kita berbicara tentang bilangan, simbol tersebut menunjukkan bilangan
pula. Benar salahnya suatu penyelesaian soal juga ditentukan oleh
semesta pembicaraan yang digunakan.
4. Nilai-nilai dalam Matematika
Dalam matematika terkandung berbagai nilai luhur yang dapat
dilakukan oleh siapapun yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, antara
lain (Ismunamto, dkk, 2011:20-21):
a. Nilai praktis
Meluhat kehidupan seseorang kadang tampak sesuatu yang tidak
seimbang terhadap keberadaannya. Misalnya ada seseorang yang
sekolahnya hanya lulus SD, namun ia bias memiliki banyak tempat bisnis
dan hidup kaya. Namun demikian siapa saja yang tidak dapat
31 b. Nilai disiplin
Matematika adalah ilmu yang sifatnya tepat dan pasti. Dengan demikian
karakter orang yang mempelajari matematika dengan sendirinya akan
terbawa oleh ketepatan dan kepastian yang pada akhirnya sifat disiplin
akan melekat pada orang tersebut.
c. Nilai budaya
Manusia adalah makhluk yang berbudaya. Oleh karena itu, manusia selalu
berusaha untuk melakukan sesuatu yang berguna demi pemenuhan
kebutuhan. Untuk memenuhi kebutuhan dan untuk memudahkan
pemecahan masalah, manusia menciptakan matematika. Jadi, matematika
merupakan hasil budaya manusia yang selalu berkembang sesuai keadaan
zaman.
5. Ruang lingkup Pembelajaran Matematika
Adapun ruang lingkup pelajaran matematika yaitu bilangan, geometri,
dan pengukuran, serta pengolahan data. Kompetensi dalam bilangan
ditekankan pada kemampuan melakukan dan menggunakan sifat operasi
hitung bilangan dalam pemecahan masalah dan menaksir hasil operasi hitung.
Pengukuran dan geometri ditekankan pada kemampuan mengidentifikasi
pengelolaan data dan bangun ruang serta menentukan keliling, luas, volume,
dalam pemecahan masalah. Pengelolaan data ditekankan pada kemampuan
32
C. Pembelajaran Berbasis Budaya
1.Pengertian Pembelajaran Berbasis Budaya
Karakter bangsa tidak bisa terlepas dari nilai-nilai budaya. Nilai-nilai
budaya pastinya tidak terlepas dari budaya itu sendiri. Budaya didefinisikan
sebagai seluruh aspek kehidupan manusia dalam masyarakat, yang diperoleh
dengan cara belajar, termasuk pikiran dan tingkah laku (Marvins dalam
Wahyuni dkk, 2013: 2).
Budaya menurut Tylor dalam Tilaar (2002: 39) adalah suatu
keseluruhan yang kompleks dari pengetahuan, kepercayaan, seni, moral,
hukum, adat istiadat, serta kemampuan-kemampuan dan kebiasaan lainnya
yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Antara pendidikan dan kebudayaan terdapat hubungan yang sangat
erat, artinya keduanya menekankan pada hal yang sama, yaitu nilai-nilai
kemanusiaan dan kemasyarakatan. Proses kebudayaan dan pendidikan hanya
dapat terjadi didalam hubungan antar manusia dalam masyarakat. Keluhuran
dan kehalusan budi manusia adalah hasil dari proses pendidikan dan
kebudayaan, yaitu dengan menanamkan nilai-nilai yang terkandung dalam
kebudayaan, sehingga terciptalah manusia yang beradap dan berbudaya.
Pembelajaran berbasis budaya merupakan strategi penciptaan
33
mengintegrasikan budaya sebagai bagian dari proses pembelajaran.
Pembelajaran berbasis budaya dilandaskan pada pengakuan terhadap budaya
sebagai bagian yang fundamental bagi pendidikan sebagai ekspresi dari
komunikasi suatu gagasan dan perkembangan pengetahuan.
Dalam pembelajaran berbasis budaya, budaya menjadi sebuah media
bagi siswa untuk mentransformasikan hasil observasi mereka ke dalam
bentuk dan prinsip yang kreatif tentang alam. Dengan demikian, proses
pembelajaran berbasis budaya bukan sekedar mentransfer atau
menyampaikan budaya atau perwujudan budaya tetapi menggunakan budaya
untuk menjadikan siswa mampu menciptakan makna, menembus batas
imajinasi, dan kreativitas untuk mencapai pemahaman yang mendalam
tentang mata pelajaran yang dipelajari (Daryanto & Rahardjo, 2012:
163-164).
Pembelajaran berbasis budaya, dapat dibedakan dalam tiga macam,
yaitu belajar tentang budaya, belajar dengan budaya, dan belajar melalui
budaya (Goldberg dalam Sardjiyo dan Pannen, 2005: 88).
a. Belajar tentang budaya, menempatkan budaya sebagai bidang ilmu.
Proses belajar tentang budaya sudah cukup dikenal selama ini, misalnya
mata pelajaran kesenian dan kerajinan tangan, seni dan sastra, melukis,
34
b. Belajar dengan budaya, terjadi pada saat seni dan budaya diperkenalkan
kepada siswa sebagai cara untuk mempelajari suatu mata pelajaran
tertentu. Budaya dengan budaya meliputi pemanfaatan beragam bentuk
perwujudan budaya. Budaya dan perwujudannya menjadi media
pembelajaran dalam proses belajar.
c. Belajar melalui budaya, merupakan metode yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan pencapaian pemahaman
atau makna yang diciptakannya dalam suatu mata pelajaran melalui
ragam perwujudan budaya. Belajar melalui budaya merupakan multiple
representation of learning assessment atau bentuk penilaian pemahaman
dalam beragam bentuk.
Wujud budaya itu dapat berupa wujud idiil (adat tata kelakuan) yang
abstrak yang terletak di alam pikiran masyarakat. Wujud kedua adalah
system social mengenai kelakuan berpola dari manusia itu sendiri. Sifatnya
konkrit, bias diobservasi. Wujud ketiga adalah kebudayaan fisik yang
bersifat paing konkrit dan berupa benda yang dapat diraba dan dilihat.
Bentuk budaya yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran
berbasis budaya antara lain (Sutarno, 2006: unit 7-8) :
a. Cerita daerah, misalnya tangkuban perahu, rara mendut, malin kundang,
dan lain-lain.
35
c. Tembang/ lagu daerah, misalnya cublak-cublak suweng, lir-ilir,
sluku-sluku bathok, dan lain-lain.
d. Permainan, misalnya dakon, jamuran, bentik, dan lain-lain.
e. Seni pertunjukan, misalnya wayang, ketoprak, reog, dan lain-lain.
f. Kebiasaan/ tradisi setempat, misalnya tahlilan, nyadran, sedekah bumi,
dan lain-lain
g. Benda-benda yang mengandung unsur budaya, misalnya keris, candi/
peninggalan sejarah, batik, dan lain-lain.
2. Landasan Pembelajaran Berbasis Budaya
Teori belajar yang mendukung diterapkannya pembelajaran berbasis
budaya adalah teori kontruktivisme yang dikembangkan oleh Vygotsky
bahwa siswa mengkontruksikan pengetahuan yang dimiliki atau penciptaan
sebuah makna yang dijadikan sebagai hasil dari pemikiran dan berinteraksi
dala konteks social. Teori kontruktivisme juga dikembangkan oleh Piaget,
yang mendiskripsikan bahwa setiap siswa menciptakan makna atau
pengertian baru, berdasarkan melakukan interaksi antara apa yang telah
dimiliki, diketahui dan dipercayai, dengan fenomena, ide atau informasi
yang dipelajari (Udin S. Winataputra, dkk 2012: 4.18).
Ciri-ciri pembelajaran kontruktivisme adalah (Baharuddin dan
36
a. Tidak terpaku pada proses mempelajari sebagaimana tercantum dalam kurikulum, tetapi memungkinkan proses pembelajaran berfokus pada
ide atau gagasan yang bersifat umum berdasarkan konteks kehidupan
siswa.
b. Proses belajar merupakan milik siswa sehingga siswa sangat diberi keleluasaan untuk menuruti minat dan rasa ingin tahunya, untuk
membuat keterkaitan antar konsep/ide, untuk merefolmulasikan ide dan
gagasan, serta untuk mencapai suatu kesimpulan yang unik.
c. Mempercayai adanya beragam perspektif yang berbeda-beda, dan kebenaran merupakan suatu hasil interpretasi makna (meaning making).
Selanjutnya
Apabila seorang guru mengintegrasikan ketiga hal tersebut dalam
proses belajar, guru akan mampu untuk menciptakan pembelajaran berbasis
budaya yang konstruktivis. Di mana guru memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk menciptakan makna dan mencapai pemahaman atas
pengetahuan yang diperoleh.
Udin S. Winataputra, dkk (2012: 4.21-4.23) memfokuskan
pembelajaran berbasis budaya adalah sebagai berikut:
a. Strategi atau cara agar siswa dapat melihat keterhubungan antar konsep/prinsip dalam bidang ilmunya, dengan budaya, dalam konteks
37
b. Strategi atau cara agar siswa memperoleh pemahaman terpadu tentang bidang ilmu dan budaya sebagai landasan untuk berpikir kritis
menyelesaikan beragam permasalahan dalam konteks komunitas budaya,
serta mengambil keputusan yang sahih berdasarkan kaidah keilmuan.
c. Strategi atau cara agar semua siswa dapat berpartisipasi aktif, senang, dan bangga untuk belajar bidang ilmu dalam pembelajaran berbasis
budaya.
d. Strategi atau cara agar siswa dapat menciptakan makna berdasarkan pengetahuan dan pengalaman awal yang dimiliki, melalui beragam
interaksi aktif dengan siswa lain, guru, tokoh, dan juga dengan materi
atau contoh konkret.
e. Strategi atau cara agar siswa dapat memperoleh pemahaman bahwa ada kaidah keilmuan dalam kehidupan sehari-hari siswa dan konteks
komunitas budayanya, juga ada budaya dalam konteks bidang ilmu, dan
bahwa kaidah keilmuan adalah bagian dari budaya mereka.
f. Strategi atau cara agar siswa dapat memperoleh pemahaman yang terintegrasi dan keterampilan ilmiah dalam mempersiapkan segala
sesuatu di sekelilingnya, termasuk dalam budaya dan ragam perwujudan
38
3. Pembelajaran Matematika dan Kaitannya dengan Budaya
Banyak jalan untuk memperoleh pengetahuan, dengan cara
membandingkan, mengklasifikasikan, mengukur, menjelaskan,
menggeneralisasikan, membuat inferensi dan mengevaluasi. Hal ini juga
dilakukan dalam mempelajari matematika. Demikian halnya dengan
kehidupan sehari-hari yang merupakan usaha dari membandingkan,
mengklasifikasikan, mengukur, menjelaskan, menggeneralisasikan, membuat
inferensi dan mengevaluasi praktek budaya dan kehidupan. Jelaslah
matematika secara kontekstual juga memberikan respon terhadap budaya dan
kehidupan sosial.
Kaum social contructivis memandang bahwa matematika merupakan
karya cipta manusia melalui kurun waktu tertentu. Semua perbedaan
pengetahuan yang dihasilkan merupakan kreatifitas manusia yang saling
terkait dengan hakekat dan sejarahnya. Akibatnya, matematika dipandang
sebagai suatu ilmu pengetahuan yang terkait dengan budaya dan nilai
penciptanya dalam konteks budayanya. Pengetahuan matematika serat
dengan nilai-nilai kemanusiaan dan budaya.
Bishop dalam Tandililing (2013: 2), matematika merupakan suatu
bentuk budaya. Matematika sebagai bentuk budaya sesungguhnya telah
terintegrasi pada seluruh aspek kehidupan masyarakat dimanapun berada.
39
hakikatnya matematika merupakan teknologi simbolis yang tumbuh pada
keterampilan atau aktivitas lingkungan yang bersifat budaya. Dengan
demikian matematika seseorang dipengaruhi oleh latar budayanya, karena
apa yang mereka lihat berdasarkan apa yang mereka lihat dan rasakan.
Pendidikan matematika sesungguhnya telah menyatu dengan kehidupan
masyarakat. Para pakar etnomatematika berpendapat bahwa pada dasarnya
perkembangan matematika sampai kapanpun tidak terlepas dari budaya dan
nilai yang telah ada pada masyarakat.
Menurut Sam dan Ernest dalam Suyitno (2012) pendidikan
matematika memuat nilai yang dapat dikelompokkan atas tiga kategori, yaitu
nilai epistimologis, nilai social budaya, dan nilai personal. Nilai
epistimologis adalah nilai yang termuat bersama ujian dan tugas-tugas,
karakteristik matematika, aspek proses belajar mengajar matematika
(ketelitian, rasional, sistematis, logis, kritis). Nilai social budaya adalah nilai
yang mendukung masyarakat dan yang sangat memperhatikan tugas
individual kepada masyarakat yang dikaitkan dengan pendidikan
matematika. Nilai personal adalah nilai sikap individu sebagai pembelajar
dan pribadi seperti keyakinan diri, kesabaran, dan kreatifitas.
4. Integrasi Budaya dalam Pembelajaran Matematika
Agar siswa merasa bahwa materi yang dipelajarinya dalam
tiba-40
tiba, maka pembelajaran matematika harus dimulai dengan permasalahan
yang kontekstual. Memasukkan materi tentang kebudayaan ke dalam
pembelajaran matematika merupakan bagian dari upaya tersebut.
Pengintegrasian budaya dalam pembelajaran matematika berfokus
pada penciptaan suasana belajar yang dinamis, yang mengakui keberadaan
siswa dengan segala latar belakang, pengalaman, dan pengetahuan awalnya,
yang member kesempatan kepada siswa untuk bebas bertanya, berbuat salah,
bereksplorasi, dan membuat kesimpulan tentang beragam hal dalam
kehidupan. Dalam hal ini, peran guru menjadi berubah, bukan menjadi
satu-satunya pemberi informasi yang mendominasi kegiatan pembelajaran, tetapi
menjadi perancang dan pemandu proses pembelajaran sebagai proses
penciptaan makna oleh siswa dan juga guru secara bersama.
Dalam pembelajaran matematika yang diintegrasikan dengan budaya,
guru berfokus untuk dapat menjadi pemandu siswa, negosiator makna yang
handal, dan pembimbing siswa dalam eksplorasi, analisis, dan pengambilan
kesimpulan. Guru merancang proses pembelajaran yang aktif, kreatif, dan
menarik, sehingga guru tidak hanya berceramah dan siswa hanya
mendengarkan tetapi merancang strategi secara kreatif agar dapat
mengetahui beragam kemampuan dan keterampilan yang dicapai siswa
41
memperkenalkan budaya, dapat dilakukan dengan mengantarkan materi
matematika yang dimulai dari materi tentang budaya (Rohaeti, 2011: 141)
Pembelajaran geometri dapat mengembangkan nilai budaya cinta
tanah air dan semangat kebangsaan, peserta didik diperkenalkan berbagai
produk budaya warisan leluhur menampakkan kreativitas seni yang
mengandung unsur matematika. Contohnya pada motif batik yang
mengandung bentukan geometri dua dimensi, ornament ukiran maupun
bentuk arsitektur pada rumah adat yang mengandung bentukan geometri tiga
dimensi.
Permainan tradisional anak-anak juga dapat menjadi media
pembelajaran penyalur nilai budaya, mengingat semakin majunya dunia
teknologi yang menyebabkan kecenderungan anak untuk bermain dengan
permainan yang lebih modern dan melupakan permainan tradisional yang tak
kalah menariknya.
D. Bangun Datar dan Sifat-sifatnya
1. Pengertian Bangun Datar
Bangun datar merupakan sebuah bangun berupa bidang datar yang
dibatasi oleh beberapa ruas garis. Jumlah dan model ruas garis yang
membatasi bangun tersebut menentukan nama dan bentuk bangun datar
42
segitiga, bidang yang dibatasi oleh 4 ruas garis, disebut bangun segiempat,
bidang yang dibatasi oleh 5 ruas garis, disebut bangun segilima. Jumlah ruas
garis serta model yang dimiliki oleh sebuah bangun merupakan salah satu
sifat bangun datar tersebut. Jadi, sifat suatu bangun datar ditentukan oleh
jumlah ruas garis, model garis, besar sudut, dan lain-lain.
2. Sifat-sifat Bangun Datar
a. Sifat-sifat Segitiga
1)Sifat-sifat Segitiga Sama Kaki
a) Memiliki 3 ruas garis: AB - AC dan BC
b) Dua ruas garis kaki sama panjang, AC dan BC. c) Memiliki dua macam ukuran alas dan tinggi. d) Memiliki tiga buah sudut lancip.
e) Semua sudutnya sama besar. 2) Sifat-sifat Segitiga Sama Sisi
Gambar 2.1 Segitiga Sama Kaki
43
a) Memiliki 3 ruas garis: AB - AC dan BC b) Ketiga (semua) ruas garis sama panjang. c) Memiliki dua macam ukuran alas dan tinggi. d) Memiliki tiga buah sudut sama besar (60o). 3) Sifat-sifat Segitiga Siku-siku
a) Memiliki 3 ruas garis: AB - AC dan BC b) Memiliki garis tegak lurus pada alas (tinggi) c) Memiliki ukuran, alas, dan tinggi.
d) Memiliki dua buah sudut lancip
e) Memiliki satu buah sudut siku-siku (90o) b. Sifat-sifat Lingkaran
1) Terdiri dari hanya satu sisi.
2) Simetri putar dan simetri lipatnya tak terhingga. 3) Tidak mempunyai titik sudut.
Gambar 2.3 Segitiga Siku-siku
44 c. Sifat-sifat Jajar Genjang
1) Memiliki empat sisi dan empat titik sudut
2) Memiliki dua pasang sisi yang sejajar dan sama panjang 3) Memiliki dua buah sudut tumpul dan dua buah sudut lancip 4) Sudut yang berhadapan sama besar
5) Diagonal yang dimiliki tidak sama panjang 6) Tidak memiliki simetri lipat
7) Memiliki simetri putar tingkat dua
d. Sifat-sifat Trapesium
1) Sifat-sifat Trapesium Sama Kaki
a) Memiliki empat sisi dan empat titik sudut b) Sudut-sudut diantara sisi sejajar besarnya 180° c) Mempunyai 1 simetri lipat
d) Memiliki sepasang sisi yang sejajar tetapi tidak sama panjang Gambar 2.5 jajar genjang
45 2)Sifat-sifat Trapesium Siku-siku
a) Memiliki 4 ruas garis b) Memiliki 2 sudut siku-siku c) Memiliki 1 sudut lancip d) Memiliki 1 sudut tumpul e. Sifat-sifat Persegi
1) Mempunyai 4 titik sudut.
2) Mempunyai 4 sudut siku-siku 90⁰.
3) Mempunyai 2 diagonal yang sama panjang. 4) Mempunyai 4 simetri lipat.
5) Mempunyai 4 simetri putar. Gambar 2.7 Trapesium Siku-siku
46 Gambar 2.9 Persegi Panjang
Gambar 2.10 Belah Ketupat f. Sifat-sifat Persegi Panjang
1) Sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar. 2) Sisi-sisi persegi panjang saling tegak lurus 3) Mempunyai 4 sudut siku-siku 90⁰.
4) Mempunyai 2 diagonal yang sama panjang 5) Mempunyai 2 simetri lipat.
6) Mempunyai 2 simetri putar g. Sifat-sifat Belah Ketupat
1) Mempunyai 2 simetri lipat. 2) Mempunyai 2 simeteri putar. 3) Mempunyai 4 titik sudut.
4) Sudut yang berhadapan besarnya sama. 5) Sisinya tidak tegak lurus.
47
Dalam pembelajaran sifat-sifat bangun datar, seringkali guru
langsung memberikan drill informasi tentang suatu bentuk bangun datar. Hal
ini menjadikan pembelajaran kurang efektif. Berbeda halnya ketika siswa
mengalami langsung proses mengidentifikasi berbagai bentuk bangun datar
dan menganalisis sifat bangun tersebut melalui pengamatan. Pengamatan
dapat dilakukan siswa melalui media gambar yang berupa motif batik
geometri 2 dimensi, bangunan candi, arsitektur bangunan adat, dan lain-lain.
Selain pembelajaran lebih efektif, pembelajaran juga dapat meningkatkan
pemahaman siswa tentang konsep bangun datar.
E. Kriteria Ketuntasan Minimum ( KKM)
1. Pengertian KKM
Menurut Permendiknas No 20 Tahun 2007, Kriteria Ketuntasan
Minimum (KKM) adalah kriteria ketuntasan belajar (KKB) yang ditentukan
oleh satuan pendidikan.
2. KKM Nasional, Kelas, dan Individu
a. KKM Nasional
KKM nasional disebut dengan KKM ideal. KKM nasional adalah
kriteria ketuntasan belajar yang ditetapkan secara nasional. (Permendiknas
N0 20 Tahun 2007) Ketuntasan belajar setiap indikator yang telah
48
Kriteria ketuntasan ideal untuk masing-masing indikator adalah 75%.
Satuan pendidikan harus menentukan kriteria ketuntasan minimal dengan
mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata peserta didik serta
kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan pendidikan.
Satuan pendidikan diharapkan meningkatkan kriteria ketuntasan belajar
secara terus menerus untuk mencapai kriteria ketuntasan ideal. (BSNP,
2006:10).
Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kriteria
ketuntasan minimal nasional adalah 75%. KKM nasioanal dijadikan
patokan dalam penentuan KKM di setiap satuan pendidikan. Setiap
satuan pendidikan diharapkan dapat meningkatkan KKM agar dapat
mencapai KKM nasional sebesar 75%.
b. KKM Kelas
KKM kelas adalah kriteria ketuntasan minimal yang harus dicapai
dalam suatu kelas. Di MI Al-Huda Munggangsari 2 KKM kelas adalah
85%, jadi siswa yang tuntas dalam SK/KD harus minimal 85% dari
jumlah siswa. Subjek penelitian berjumlah 20 siswa, 85% dari 20 siswa
adalah 17 siswa . Jadi siswa yang harus tuntas dalam SK/KD pelajaran
tersebut dalam satu kelas harus mencapai minimal 17 orang siswa.