• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Sifat-sifat Bangun Datar Melalui Pembelajaran Berbasis Budaya pada Siswa Kelas V MI Al-Huda Munggangsari 2 Kec. Kaliangkrik Kab. Magelang Tahun Ajaran 20015/2016 - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Sifat-sifat Bangun Datar Melalui Pembelajaran Berbasis Budaya pada Siswa Kelas V MI Al-Huda Munggangsari 2 Kec. Kaliangkrik Kab. Magelang Tahun Ajaran 20015/2016 - Test Repository"

Copied!
164
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

MATERI SIFAT-SIFAT BANGUN DATAR MELALUI

PEMBELAJARAN BERBASIS BUDAYA PADA SISWA

KELAS V MI AL-HUDA MUNGGANGSARI 2 KEC.

KALIANGKRIK KAB. MAGELANG TAHUN AJARAN

2015/2016

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

ISTINGANATUN NAFI’AH

NIM 115-12-044

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

(2)

i

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

MATERI SIFAT-SIFAT BANGUN DATAR MELALUI

PEMBELAJARAN BERBASIS BUDAYA PADA SISWA

KELAS V MI AL-HUDA MUNGGANGSARI 02 KEC.

KALIANGKRIK KAB. MAGELANG TAHUN AJARAN

2015/2016

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh

ISTINGANATUN NAFI’AH

NIM 115-12-044

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

vi MOTTO

“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan

jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri”

(QS Al Isra’ ,7)

“sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”

(8)

vii

PERSEMBAHAN

1.

Orang tua tercinta, bapak Sugiyanto dan ibu Sri Astutiah

terimakasih atas do’a, perjuangan dan dukungan kalian.

2.

Adikku Mubarokatul Auliya, terus semangat belajar dan

banggakan orang tua.

3.

Keluarga yang telah mendukungku dan memberi motivasi.

4.

My best, habib, ulil, kafi, dania, awalina, bunga, mb nucha, mb

asiah, mb ida gendut, el, yang biasanya gila-gilaan bareng.

5.

My sister another parent, teman satu atap yang biasanya saling

merepotkan dan direpotkan, mbok ida afwa sama si ika.

6.

Teman-teman semua terimakasih atas motivasi dan

(9)

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT yang tak henti

-hentinya melimpahkan rahmat , taufiq, serta hidayahnya, yang telah memberikan

kekuatan, perlindungan dan bimbingan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan

skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tetap dilimpahkan pada Nabi Muhammad

SAW yang telah menuntun umatnya ke jalan kebenaran.

Adapun judul skripsi ini adalah “Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi

Sifat-sifat Bangun Datar Melalui Pembelajaran Berbasis Budaya pada Siswa Kelas V

MI Al-Huda Munggangsari 2 Kec.Kaliangkrik Kab.Magelang Tahun Ajaran 2015/2016”. Penulisan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi sebagaian prasyarat

guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, banyak pihak yang telah memberikan

perhatian, bantuan, bimbingan, motivasi dan arahan serta nasehat kepada penulis.

Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku rektor IAIN Salatiga

2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

IAIN Salatiga

3. Ibu Peni Susapti, M.Si selaku ketua jurusan PGMI IAIN Salatiga

4. Bapak Sumarno Widjadipa, M.Pd selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan bimbingan dan pengarahan sehinga skripsi ini dapat terselesaikan

(10)

ix 5. Dosen dan karyawan IAIN Salatiga

6. Kedua orang tua serta keluarga yang telah memberikan do’a, motivasi serta

dukungan kepada penulis

7. Kepala Madrasah dan segenap guru MI Al-Huda Munggangsari 2 yang telah

memberikan ijin dan membantu peneliti melaksanakan penelitian

8. Siswa kelas V MI Al-Huda Munggangsari 2 yang telah membantu dalam

pelaksanaan penelitian

9. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat

disebutkan satu persatu

Semoga amal kebaikan tersebut mendapat balasan dari Allah SWT dan

mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi para pembaca.

Salatiga, 15 Agustus 2016

(11)

x ABSTRAK

Nafi’ah, Istinganatun. 2016. Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Sifat-sifat Bangun Datar Melalui Pembelajaran Berbasis Budaya pada Siswa Kelas V MI Al-Huda Munggangsari 2 Kec. Kaliangkrik Kab. Magelang Tahun Ajaran 20015/2016. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI). Institute Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dosen Pembimbing: Drs. Sumarno Widjadipa, M.Pd Kata kunci: Hasil Belajar, Matematika, dan Pembelajaran Berbasis Budaya

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya hasil belajar siswa kelas V MI Al-Huda Munggangsari 2 pada materi sifat-sifat bangun datar. Berdasarkan pengamatan awal diketahui nilai rata-rata siswa kelas V 53,5 dengan KKM 60. Salah satu penyebab rendahnya hasil belajar siswa yaitu pembelajaran matematika belum dikemas dengan baik. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah melalui pembelajaran berbasis budaya dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi sifat-sifat bangun datar pada siswa kelas V MI Al-Huda Munggangsari 02 Kec.Kaliangkrik Kab.Magelang tahun ajaran 2015/2016? Apakah melalui pembelajaran berbasis budaya dapat mencapai target KKM kelas untuk mata pelajaran matematika materi sifat-sifat bangun datar pada siswa kelas V MI Al-Huda Munggangsari 02 Kec.Kaliangkrik Kab.Magelang tahun ajaran 2015/2016?

Jenis penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek dalam penelitian ini yaitu siswa kelas V MI Al-Huda Munggangsari dengan jumlah 20 siswa dan guru yang mengampu mata pelajaran matematika kelas V. Data hasil penelitian diperoleh dari lembar observasi, tes formatif dan dokumentasi pada pembelajaran sifat-sifat bangun datar melalui pembelajaran berbasis budaya.

(12)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR BERLOGO ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... v

MOTTO... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 8

(13)

xii

G. Metode Penelitian ... 11

H. Analisis Data ... 17

I. Sistematika Penulisan ... 18

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar ... 20

1. Cirri-ciri Belajar ... 21

2. Prinsip Umum Belajar ... 22

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 23

B. Pembelajaran Matematika ... 25

1. Pengertian Matematika ... 25

2. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Matematika ... 26

3. Karakteristik Umum Matematika ... 27

4. Nilai-nilai dalam Matematika ... 29

5. Ruang Lingkup Pembelajaran Matematika ... 30

C. Pembelajaran Berbasis Budaya ... 31

1. Pengertian Pembelajaran Berbasis Budaya ... 31

2. Landasan Pembelajaran Berbasis Budaya ... 34

3. Pembelajaran Matematika dan Kaitannya dengan Budaya ... 36

4. Integrasi Budaya dalam Pembelajaran Matematika ... 38

D. Bngun Datar dan Sifat-sifatnya ... 40

(14)

xiii

2. Sifat-sifat Bangun Datar ... 40

E. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ... 46

1. Pengertian KKM ... 46

2. KKM Nasional, Kelas, dan Individu ... 46

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Subjek Penelitian ... 50

B. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 51

1. Pra Siklus ... 51

2. Siklus I ... 52

3. Siklus II... 57

4. Siklus III ... 62

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 67

1. Standar Pencapaian KKM ... 67

2. Deskripsi Pra Siklus... 68

3. Deskripsi Data Siklus I ... 70

4. Deskripsi Data Siklus II ... 74

5. Deskripsi Data Siklus III ... 78

B. Pembahasan ... 82

(15)

xiv

B. Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 88

(16)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Daftar Nama Siswa Kelas V MI Al-Huda Munggangsari 2 ... 14

Table 3.1 Daftar Subjek Penelitian ... 51

Table 3.2 Nilai Pra Siklus ... 52

Table 4.1 Nilai Pra Siklus ... 71

Table 4.2 Rekapitulasi Lembar Pengamatan Aktifitas Siswa Siklus I ... 73

Tabel 4.3 Rekapitulasi Lembar Pengamatan Aktifitas Guru Siklus I ... 73

Tabel 4.4 Hasil Tes Formatif Siklus I ... 74

Table 4.5 Rekapitulasi Lembar Pengamatan Aktifitas Siswa Siklus II ... 77

Tabel 4.6 Rekapitulasi Lembar Pengamatan Aktifitas Guru Siklus II ... 78

Table 4.7 Hasil Tes Formatif Siklus II ... 78

Tabel 4.8 Rekapitulasi Lembar Pengamatan Aktifitas Siswa Siklus III ... 81

Table 4.9 Rekapitulasi Lembar Pengamatan Aktifitas Guru Siklus III ... 81

Table 4.10 Hasil Tes Formatif Siklus III ... 82

Tabel 4.11 Rekapitulasi Perbandingan Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus I, Siklus II, dan Siklus III ... 85

(17)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Skema Siklus Penelitian ... 14

Gambar 2.1 Segitiga Sama Kaki ... 42

Gambar 2.2 Segitiga Sama Sisi ... 42

Gambar 2.3 Segitiga Siku-siku ... 43

Gambar 2.4 Lingkaran ... 43

Gambar 2.5 Jajargenjang ... 44

Gambar 2.6 Trapesium Sama Kaki ... 44

Gambar 2.7 Trapesium Siku-siku ... 45

Gambar 2.8 Persegi ... 45

Gambar 2.9 Persegi Panjang ... 46

Gambar 3.10 Belah Ketupat ... 46

(18)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I ... 94

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II ... 104

Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus III ... 112

Lampiran 4 Lembar Pengamatan Siswa Siklus I ... 122

Lampiran 5 Lembar Pengamatan Siswa Siklus II ... 124

Lampiran 6 Lembar Pengamatan Siswa Siklus III ... 126

Lampiran 7 Lembar Pengamatan Guru Siklus I ... 128

Lampiran 8 Lembar Pengamatan Guru Siklus II ... 130

Lampiran 9 Lembar Pengamatan Guru Siklus III ... 132

Lampiran 10 Foto Kegiatan ... 134

Lampiran 11 Lembar Konsultasi Skripsi ... 136

Lampiran 12 Surat Ijin Penelitian ... 137

Lampiran 13 SK KKM ... 138

Lampiran 14 Profil Madrasah ... 139

Lampiran 15 Nilai SKK Mahasiswa ... 141

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang harus dikuasai oleh

setiap manusia. Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan

mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Matematika sangat bermanfaat

dalam kehidupan sehari-hari untuk menumbuhkan sikap dan mengembangkan

daya pikir sistematis, kritis, analisis, logis dan kreatif.

Matematika menurut Ruseffendi dalam Heruman (2010: 1), adalah bahasa

simbol, ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif, ilmu

tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang

tidak didefinisikan ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan

akhirnya ke dalil.

Belajar matematika merupakan tentang konsep-konsep dan struktur abstrak

yang terdapat dalam matematika serta mencari hubungan antara konsep-konsep

dan struktur matematika. Belajar matematika harus melalui proses yang bertahan

dari konsep yang sederhana ke konsep yang lebih kompleks. Setiap konsep

matematika dapat dipahami dengan baik jika pertama-tama disajikan dalam

bentuk konkrit. Pembelajaran matematika harus disesuaikan dengan kebutuhan

(20)

2

sekitar ini masih berpikir pada tahap operasi konkrit artinya siswa siswa SD/MI

belum berpikir formal.

Secara umum pembelajaran matematika bertujuan agar siswa memiliki

kemampuan diantaranya memahami konsep matematika menggunakan penalaran

pada pola dan sifat, memecahkan masalah, mengkomunikasikan gagasan dengan

simbol dan memiliki sikap menghargai. Berdasarkan tujuan tersebut,

pembelajaran matematika tidak hanya sebagai pembelajaran yang menekankan

pada pengetahuan saja, tetapi sebagai pembelajaran yang mampu

mengembangkan pemahaman, keterampilan dan kemampuan analisis agar siswa

dapat memecahkan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan matematika.

Untuk mencapai tujuan pembelajaran matematika, seorang guru harus

mempunyai kompetensi profesional, yaitu seorang guru harus mampu mengolah

materi dan mampu menciptakan pembelajaran yang kreatif, inovatif dan

menyenangkan, sehingga siswa lebih antusias dan aktif dalam kegiatan

pembelajaran.

Akan tetapi dalam implementasinya pembelajaran matematika hanya

menekankan pada aspek pengetahuan dimana bahan pelajaran berupa informasi

yang tidak menumbuhkan cara berfikir kritis siswa.. Bagi siswa kegiatan belajar

di sekolah menjadi tidak menarik dan membosankan. Di kelas pun siswa terlihat

jenuh dan tidak tertarik terhadap materi yang disampaikan oleh guru. Siswa lebih

(21)

3

bermain dihalaman bersama teman-temannya daripada sekedar duduk

mendengarkan ceramah dari gurunya.

Edy Tandiling (2013:2) mengutarakan bahwa dalam kegiatan

pembelajaran, khususnya matematika di sekolah tujuan guru adalah pembentukan

skema baru dalam diri siswa. Pembentukan skema baru ini hendaknya dimulai

dari skema yang telah ada pada diri siswa. Oleh sebab itu akan sangat tepat jika

dalam mengajarkan matematika formal (matematika sekolah), guru sebaiknya

memulai dengan matematika kongkrit yang dekat dengan kehidupan siswa.

Setelah dilakukan observasi di MI Al-Huda Munggangsari 2 Kaliangkrik

Kab. Magelang melalui diskusi dengan guru kelas V maka ditemukan beberapa

masalah dalam pembelajaran matematika, diantaranya kurangnya pemahaman

siswa tentang materi yang diajarkan oleh guru sehingga untuk mempelajari

materi berikutnya siswa mengalami banyak kesulitan. Hal tersebut dibuktikan

dengan data nilai ulangan harian yang kurang memuaskan pada mata pelajaran

matematika menunjukan dari 20 siswa kelas V MI Al-Huda Munggangsari 2

Kaliangkrik Kab. Magelang dengan nilai standar KKM kelas 60 hanya 45 % (9

siswa) yang memenuhi standar KKM, sedangkan 55% (11 siswa) belum

memenuhi standar KKM.

Berdasarkan diskusi yang dilakukan oleh peneliti dan guru kelas V MI

Al-Huda Munggangsari 2 Kaliangkrik Kab. Magelang ditemukan beberapa faktor

(22)

4

kurang memperhatikan saat pembelajaran berlangsung, sibuk bermain sendiri,

mengobrol dengan teman sebangku, dan keadaan kelas yang kurang kondusif

sehingga menyebabkan siswa kurang memahami materi yang diajarkan guru.

Selain faktor tersebut faktor lain yang mempengaruhi siswa mendapatkan

nilai dibawah standar KKM adalah kurangnya krestifitas guru dalam mengemas

kegiatan belajar dan pembelajaran sehingga siswa kurang tertarik, cepat bosan,

dan siswa cenderung pasif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Kreatifitas

guru dalam pembelajaran sangat diperlukan untuk meningkatkan antusias siswa

mengikuti pembelajaran agar hasil belajar siswa meningkat.

Sebagaimana hadits berikut;

Artinya: Dari Annas bin Malik berkata Rasulullah bersabda:

“Permudahkanlah (manusia dalam urusan agama) dan jangan mempersukar mereka, dan berilah kabar gembira dan jangan

mereka dibuat lari.” (HR. Bukhari)

Hadits diatas menjelaskan bahwa proses pembelajaran harus dibuat dengan

mudah dan sekaligus menyenangkan agar siswa tidak terkekang secara psikologis

dan merasa bosan terhadap suasana dikelas. Serta apa yang diajarkan oleh

gurunya, dan suatu pembelajaran harus menggunakan metode yang tepat sesuai

(23)

5

Melihat faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa,

maka penulis berdiskusi dengan guru kelas mengenai strategi yang tepat untuk

mengatasi masalah tersebut. Penggunaan strategi yang tepat dalam pembelajaran

matematika dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Melalui diskusi yang

dilakukan penulis dengan guru kelas, maka penulis memutuskan untuk

menggunakan Pembelajaran Berbasis Budaya sebagai solusi yang tepat untuk

memecahkan masalah pembelajaran matematika pada siswa kelas V MI Al-Huda

Munggangsari 2 Kaliangkrik Kab. Magelang.

Pembelajaran berbasis budaya ini bukanlah sesuatu yang baru, namun

dewasa ini sedang marak berkembang di banyak negara. Teori yang mendasari

strategi ini bukan sama sekali teori baru, namun strategi ini dihadirkan untuk

membawa nuansa baru dalam proses pembelajaran. Dalam Pembelajaran

Berbasis Budaya, lingkungan belajar akan berubah menjadi lingkungan yang

menyenangkan bagi guru dan siswa, yang memungkinkan siswa berpartisipasi

aktif sehingga diperoleh hasil belajar yang optimal.

Pembelajaran Berbasis Budaya bukan sekedar mentransfer atau

menyampaikan budaya atau perwujudan budaya tetapi menggunakan budaya

untuk menjadikan siswa mampu menciptakan makna, menembus batas imajinasi,

dan kreatifitas untuk mencapai pemahaman yang mendalam tentang mata

(24)

6

Oleh karena itu, berdasarkan uraian di atas maka penulis melakukan

penelitian dengan judul :

“PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI SIFAT

-SIFAT BANGUN DATAR MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS

BUDAYA PADA SISWA KELAS V MI AL-HUDA MUNGGANGSARI 2

KEC.KALIANGKRIK KAB.MAGELANG TAHUN AJARAN 2015/2016.”

B. Rumusan Masalah

Berdasar latar belakang permasalahan tersebut di atas, dapat

dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Apakah melalui pembelajaran berbasis budaya dapat meningkatkan hasil

belajar matematika materi sifat-sifat bangun datar pada siswa kelas V MI

Al-Huda Munggangsari 2 Kec.Kaliangkrik Kab.Magelang tahun ajaran

2015/2016?

2. Apakah melalui pembelajaran berbasis budaya dapat mencapai target KKM

kelas untuk mata pelajaran matematika materi sifat-sifat bangun datar pada

siswa kelas V MI Al-Huda Munggangsari 2 Kec.Kaliangkrik Kab.Magelang

(25)

7

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apakah melalui pembelajaran berbasis budaya dapat

meningkatkan hasil belajar matematika materi sifat-sifat bangun datar pada

siswa kelas V MI Al-Huda Munggangsari 2 Kec.Kaliangkrik Kab.Magelang

tahun ajaran 2015/2016?

2. Untuk mengetahui apakah melalui pembelajaran berbasis budaya dapat

mencapai target KKM kelas untuk mata pelajaran matematika materi

sifat-sifat bangun datar pada siswa kelas V MI Al-Huda Munggangsari 2

Kec.Kaliangkrik Kab.Magelang tahun ajaran 2015/2016?

D. Hipotesis tindakan dan Indikator Keberhasilan

Hipotesis tindakan merupakan alternatif tindakan yang dipandang paling

tepat untuk dilakukan dalam rangka memecahkan masalah yang diteliti (Basrowi

dan Suwandi, 2008:170).

Dalam penelitian ini, rumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut :

``Penggunaan pembelajaran berbasis budaya dapat meningkatkan hasil belalajar

Matematika pada materi sifat-sifat bangun datar serta dapat meningkatkan

pencapaian KKM siswa kelas V MI Al-Huda Munggangsari 2 Kec.Kaliangkrik

Kab.Magelang tahun ajaran 2015/2016. ``

Peneliti menetapkan indikator yang ingin dicapai pada siklus tindakan

(26)

8

1. Siswa menunjukkan peningkatan hasil belajar matematika materi sifat-sifat

bangun datar melalui pembelajaran berbasis budaya.

2. Optimalisasi ketuntasan belajar dengan adanya pencapaian target KKM kelas

untuk materi sifat-sifat bangun datar melalui pembelajaran berbasis budaya.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam

dunia pendidikan berupa gambaran mengenai sebuah teori yang menyatakan

bahwa peningkatan hasil belajar matematika materi sifat-sifat bangun datar

dapat dilakukan melalui pembelajaran berbasis budaya.

2. Manfaat praktis

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan

sebagai berikut:

a. Bagi siswa

1) Agar siswa dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal

matematika terutama pada materi sifat-sifat bangun datar.

2) Siswa dapat meningkatkan hasil belajarnya dengan kemampuan

menyelesaikan soal matematika pada materi sifat-sifat bangun datar

(27)

9 b. Bagi guru dan peneliti

1) Dengan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini peneliti memiliki

pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman tentang penelitian tindakan

kelas.

2) Dengan pelaksanaan penelitian ini, guru dapat meningkatkan

pencapaian target KKM yang sudah ditentukan.

3) Guru mampu mendeteksi permasalahan yang ada di dalam proses

pembelajaran, sekaligus mencari alternatif pemecahan masalah yang

tepat.

4) Guru mampu memperbaiki proses pembelajaran di dalam kelas dalam

rangka meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal

matematika pada materi sifat-sifat bangun datar.

5) Hasil penelitian ini dapat digunkan sebagai langkah awal untuk

penelitian selanjutnya.

c. Bagi Sekolah

1) Sebagai masukan bagi guru SD / MI dalam mengajarkan matematika

pada materi sifat-sifat bangun datar.

2) Sebagai sumbangan pemikiran dalam usaha-usaha yang mengarah

pada peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal

(28)

10

F. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi perbedaan antara penafsiran dengan maksud utama

penulisan dalam penggunaan kata pada judul maka akan dijelaskan dalam

definisi oprasional sebagai berikut :

1. Peningkatan Hasil belajar

Peningkatan merupakan suatu proses, cara, meningkatkan suatu usaha.

Secara sederhana, hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak

setelah melalui kegiatan pembelajaran. Sedangkan menurut Susanto (2013:5)

hasil belajar yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik

yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari

kegiatan belajar. Peningkatan hasil belajar adalah sejumlah kompetensi yang

diperoleh seseorang setelah menjalani proses belajar mengajar dalam jangka

waktu tertentu.

2. Matematika

Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat

meningkatkan kemampuan berpikir dan berargumentasi, memberikan

kontribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari dan dalam dunia kerja,

serta memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan

(29)

11

3. Pembelajaran berbasis budaya

Pembelajaran berbasis budaya merupakan strategi penciptaan

lingkungan belajar dan perancangan pengalaman belajar yang

mengintegrasikan budaya sebagai bagian dari proses pembelajaran (Daryanto

dan Rahardjo, 2012:163). Dalam pembelajaran berbasis budaya, budaya

menjadi sebuah media bagi siswa untuk mentransformasikan hasil observasi

mereka kedalam bentuk dan prinsip yang kreatif tentang alam.

G. Metode Penelitian

1. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang ditetapkan berupa Penelitia Tindakan Kelas

(PTK) yang didasarkan pada permasalahan yang muncul dalam pembelajaran

matematika materi sifat-sifat bangun datar kelas V MI Al-Huda Munggangsari

2 Kec.Kaliangkrik Kab.Magelang taun 2015/2016.

Prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terdiri dari tiga siklus. Setiap

siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai, seperti yang telah

didesain dalam faktor-faktor yang telah diselidiki. Prosedur pelaksanaan PTK

ini meliputi: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

(30)

12

Dalam perencanaan PTK, terdapat tiga kegiatan dasar, yaitu identifikasi

masalah, merumuskan masalah dan pemecahan masalah. Hartiny (2010:

74) mengemukakan ada 4 kegiatan dalam tahap perencanaan, yaitu:

1) Menentukan target kompetensi

2) Membuat desain pembelajaran yaitu membuat skenario pembelajaran

(RPP, media/ alat pembelajaran)

3) Mendesain alat tes

4) Menyiapkan instrumen.

a) Lembar pengamatan siswa dalam pembelajaran sifat-sifat bangun

datar melalui pembelajaran berbasis budaya.

b) Lembar pengamatan aktifitas guru dalam pembelajaran sifat-sifat

bangun datar melalui pembelajaran berbasis budaya.

b. Pelaksanaan

Tindakan ini merupakan pelaksanaan rencana pembelajaran yang telah

dipersiapkan. Pada tahap ini dilakukan proses belajar, apersepsi, pretes,

pembelajaran dan evaluasi. Pada tahap apersepsi, siswa dikondisikan untuk

siap mengikuti proses pembelajaran, guru memberikan penjelasan kepada

siswa tentang tujuan pembelajaran serta manfaat yang akan diperoleh siswa

setelah mengikuti proses belajar mengajar.

Dalam pelaksanaannya, guru akan menerapkan pembelajaran berbasis

(31)

13

dan ceramah, sehingga siswa akan lebih mudah memahami materi yang

telah disampaikan oleh guru.

c. Pengamatan

Peneliti mengamati kegiatan dan tingkah laku siswa ketika proses

pembelajaran berlangsung dengan sasaran yang diamati yaitu keaktifan

siswa dalam mengerjakan tugas dan keseriusan siswa dalam mengikuti

pembelajaran. Peneliti juga mengamati guru yang sedang melakukan

kegiatan pembelajaran.

d. Refleksi

Data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan dalam tahap ini,

secepatnya dilakukan analisis dan pemaknaan dengan maksud untuk

mengetahui apakah tindakan yang dilakukan telah mencapai tujuan yang

diharapkan atau tidak. Berdasarkan hasil observasi tersebut, guru dapat

merefleksikan diri tentang kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.

Sehingga dapat disajikan landasan untuk melakukan tindakan kelas pada

siklus berikutnya. Untuk lebih jelasnya tahap-tahapan tersebut dapat

digambarkan dalam model hubungan antar tahapan dalam siklus sebagai

(32)

14

Gambar 1.1 Skema Siklus Penelitian

(Arikunto, dkk, 2006: 16)

2. Subjek penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek adalah siswa kelas V MI

Al-Huda Munggangsari 2 Kec.Kaliangkrik Kab.Magelang tahun 2016, dengan

jumlah 20 siswa, yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan.

Tabel 1.1 Daftar Nama Siswa Kelas V MI Al-Huda Munggangsari 2

No Nama Jenis KelaminL/P

1. Abid Ridwanillah L

2. Anas Syaiful G. L

3. Andi L

(33)

15

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas

adalah:

a. Lembar observasi, alat yang digunakan dalam kegiatan mengamati yaitu

pedoman observasi. Pedoman observasi berisi indicator yang didesain

berdasarkan fokus penelitian. Mencatat juga proses pembelajaran untuk

mendapatkan data tentang aktifitas siswa selama kegiatan pembelajaran

berlangsung.

b. Tes tertulis, digunakan untuk mendapatkan data kuantitatif berupa nilai

(34)

16

4. Pengumpulan Data

a. Tes formatif

Teknik ini peneliti gunakan untuk mengukur ketuntasan dan peningkatan

prestasi siswa. Siswa dikatakan telah mencapai tingkat penguasaan materi

apabila telah mencapai nilai minimal 60 dari target yang ditentukan.

b. Observasi

Observasi adalah tindakan atau proses pengambilan informasi, atau data

melalui media pengamatan (Sukardi, 2012:50). Observasi ini dilakukan

terhadap peserta didik dan guru selama pembelajaran berlangsung untuk

mengetahui tingkat kelebihan dan kekurangan dalam pembelajaran

matematika dengan menggunakan pembelajaran berbasis budaya.

c. Dokumentasi

Informasi dari sumber dokumen sekolah dibedakan menjadi dua macam,

yaitu dokumen resmi dan catatan pribadi. Yang termasuk dokumen resmi,

yaitu undang-undang dan peraturan pemerintah yang relevan, keputusan

presiden, keputusan menteri, laporan atau catatan pertemuan sekolah,

silabus dan skema kerja, tes evaluasi yang digunakan serta hasilnya, dan

tulisan petemuan antara guru sekolah. Dokumentasi tidak resmi

diantaranya memo pimpinan sekolah, catatan harian guru, kartu kerja,

(35)

17

guru maupun yang berasal dari buku-buku teks, dan sampel dari pekerjaan

siswa (sukardi, 2012:47).

H. Analisis Data

Analisis data merupakan usaha (proses) memilih, memilah, membuang dan

menggolongkan data untuk menjawab permasalahan, tema apa yang dapat

ditemukan pada data-data ini dan seberapa jauh data ini dapat menyokong tema

tersebut (Basrowi dan Suwandi, 2008:131). Sesuai dengan rancangan penelitian

yang digunakan maka analisis data dilakukuan dengan menggunakan analisis dan

refleksi dalam setiap siklusnya berdasarkan hasil observasi yang terekam dalam

catatan lapangan dan format pengamatan lainnya. Analisis reflektif dilakukan

peneliti bersama dengan kolaborator sebagai pijakan untuk menentukan progam

aksi pada siklus selanjutnya atau untuk mendeteksi bahwa kajian tindakan kelas

ini sudah mencapai tujuannya.

Data yang dianalisis adalah data hasil belajar secara kognitif, ketuntasan

klasikal belajar siswa, dan rata-rata kelas. Penyajian data kuantitatif dipaparkan

dalam bentuk presentase angka. Data yang harus dihitung adalah nilai rata-rata

(36)

18 a.Menghitung nilai rata-rata kelas

Keterangan :

= nilai rata-rata

= jumlah semua nilai kelas

= Jumlah siswa (Daryanto, 2011: 191)

b.Ketuntasan klasikal

Presentase ketuntasan belajar siswa yang peneliti harapkan adalah ≥ 85% dari

jumlah total siswa satu kelas. Untuk mengukur presentase kompetensi siswa

secara klasikal dapat digunakan rumus sebagai berikut (Daryanto, 2011:192):

I. Sistematika Penulisan

Dalam skripsi ini terdiri dari beberapa bab yang saling berkaitan, yang

dapat dijelaskan sebagai berikut :

Bab I : merupakan bab pendahuluanyang menguraikan gambaran singkat

dari penelitian ini, bab I ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan penelitian, hipotesis tindakan dan indikator keberhasilan, kegunaan

(37)

19

Bab II : akan diuraikan mengenai kajian pustaka yang meliputi Hasil

Belajar (ciri-ciri belajar, prinsip-prinsip belajar dan faktor-faktor

yangmempengaruhi belajar), Matematika (pengertian, fungsi dan tujuan, ruang

lingkup), dan pembelajaran berbasis budaya.

Bab III : pada bab ini akan diuraikan mengenai pelaksanaan penelitian

deskripsi pelaksanaan siklus I, deskripsi pelaksanaan siklus II, dan deskripsi

pelaksanaan siklus III.

Bab IV : pada bab ini akan diuraikan analisa penulis mengenai hasil

penelitian dan pembahasan yang meliputi standar pencapaian KKM dan deskripsi

per siklus dengan pembahasan.

BAB V : merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan pembahasan

(38)

20

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hasil Belajar

Sebelum membahas tentang hasil belajar terlebih dahulu akan dipaparkan

mengenai pengertian belajar. Kata belajar bukanlah sesuatu yang baru, sudah

sangat umum didengar, namun dalam pembahasan belajar ini masing-masing

ahli memiliki pemahaman dan definisi yang berbeda-beda.

Berikut beberapa definisi belajar menurut para ahli (Suprijono, 2009:2) :

Belajar menurut Gagne, adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang

dicapai seseorang melalui aktifitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh

langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah. Belajar menurut

Travers, adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku. Belajar menurut

Cronbach, learning is shown by a chance in behavior as a result of experience.

Dalam pengertian yang umun, belajar merupakan suatu aktifitas atau suatu

proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan,

memperbaiki perilaku, sikap, dan mengkokohkan kepribadian. Dalam konteks

menjadi tahu atau proses memperoleh pengetahuan, menurut pemahaman

konvensional, kontak manusia dengan alam diistilahkan dengan pengalaman

(experience). Pengalaman yang terjadi berulang kali melahirkan pengetahuan

(39)

21

Berdasarkan pengertian tentang konsep belajar di atas, dapat dipahami

tentang makna hasil belajar, yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri

siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai

hasil dari kegiatan belajar.

Menurut Syah dalam Sriyanti (2011:18) perubahan sebagai hasil belajar itu

memiliki tiga ciri, yaitu: perubahan intensional, perubahan itu positif dan aktif,

dan perubahan itu efektif dan fungsional.

Perubahan intensional adalah perubahan yang terjadi dalam diri individu

dilakukan dengan sengaja dan disadari. Perubahan itu positif dan aktif

maksudnya adalah perubahan itu baik, bermanfaat dan sesuai yang diharapkan

oleh individu serta perubahan yang terjadi dalam diri individu merupakan hasil

usahanya. Perubahan bersifat efektif artinya perubahan itu berhasil guna,

sedangkan perubahan bersifat fungsional artinya perubahan itu relative permanen

dan siap dibutuhkan setiap saat.

1. Ciri-ciri belajar

Baharuddin dan Wahyuni (2008: 15) menyatakan beberapa ciri-ciri dari

belajar:

a. Belajar di tandai dengan adanya perubahan tingkah laku (change

behavior). Ini berarti, bahwa hasil dari belajar hanya dapat di amati dari

(40)

22

terampil. Tanpa mengamati tingkah laku hasil belajar, kita tidak dapat

mengetahui ada tidaknya hasil belajar;

b. Perubahan perilaku relative permanen. Ini berarti, bahwa perubahan

tingkah laku yang terjadi karena belajar untuk waktu tertentu akan tetap

atau tidak berubah-ubah. Tetapi perubahan tingkah laku tersebut tidak

akan terpancang seumur hidup;

c. Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat di amati pada saat proses

belajar sedang berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat potensial.

d. Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman;

e. Pengalaman atau latihan itu dapat memberikan penguatan susatu yang

memperkuat itu akan memberikan semangat atau dorongan untuk

mengubah tingkah laku.

2. Prinsip Umun Belajar

Sukmadinata dalam Suyono dan Hariyanto (2014: 128-129)

menyampaikan prinsip umum belajar (sedikit dikembangkan) sebagai berikut:

a. Belajar merupakan bagian dari perkembangan. Belajar dan perkembangan

merupakan dua hal yang berbeda tetapi erat hubungannya. Dalam

perkembangan dituntut belajar, sedangkan melalui belajarterjadi

perkembangan individu yang pesat.

(41)

23

c. Keberhasilan belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor bawaan, lingkungan,

kematangan, serta usaha dari individu secara aktif.

d. Belajar mencakup semua aspek kehidupan.

e. Kegiatan belajar berlangsung di sembarang tempat dan waktu.

f. Belajar berlangsung baik dengan guru maupun tanpa guru. Berlangsung

dalam situasi formal, nonformal, dan informal.

g. Belajar yang terencana dan disengaja menuntut motivasi yang tinggi.

h. Perubahan belajar bervariasi dari yang paling sederhana sampai dengan

yang amat kompleks.

i. Dalam belajar dapat terjadi hambatan-hambatan.

j. Dalam hal tertentu belajar memerlukan adanya bantuan dan bimbingan

dari orang lain.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Proses belajar melibatkan berbagai factor yang sangat kompleks. Oleh

sebab itu, masing-masing faktor perlu diperhatikan agar proses belajar dapat

berhasil sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Secara umum,

keberhasilan belajar dipengaruhi oleh factor eksternal dan internal.

Masing-masing faktor tersebut dapat diuraikan sebagai berikut (Sriyanti, 2011: 23-25):

a. Faktor eksternal

Factor eksternal adalah faktor-faktor yang terdapat di luar diri individu.

(42)

24 1) Faktor nonsosial

Faktor nonsosial adalah faktor-faktor di luar individu yang berupa

kondisi fisik yang ada di lingkungan belajar. Faktor nonsosial

merupakan kondisi fisik yang ada di lingkungan sekolah, keluarga

maupun di masyarakat. Aspek fisik tersebut bias berupa peralatan

sekolah, sarana belajar, gedung dan ruang belajar, kondisi geografis

sekolah dan rumah dan sejenisnya.

2) Faktor sosial

Faktor social adalah faktor-faktor di luar individu yang berupa

manusia. Faktor eksternal yang bersifat social, bias dipilah menjadi

faktor yang berasal dari keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan

masyarakat (termasuk teman pergaulan anak). Misalnya, kehadiran

orang dalam belajar, kedekatan hubungan antara anak denga orang tua,

keharmonisan atau pertengkaran dalam keluarga, hubungan antar

personil sekolah dan sebagainya.

b. Faktor internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang ada pada diri individu yang

sedang belajar. Faktor internal terdiri dari faktor fisiologis dan faktor

(43)

25 1) Faktor fisiologis

Faktor fisiologis adalah kondisi fisik yang terdapat dalam diri

individu.

2) Faktor psikologis

Faktor psikologis adalah faktor psikis yang ada dalam diri individu.

Faktor-faktor psikis tersebut antara lain tingkat kecerdasan, motivasi,

minat, bakat, sikap, kepribadian, kematangan, dan lain sebagainya.

Tingkat kecerdasan akan mempengaruhi daya serap serta berpengaruh

terhadap proses dari hasil belajar. Demikian juga motivasi, minat dan

bakat banyak memberikan warna terhadap aktifitas belajar. Bakat dan

minat terhadap suatu mata pelajaran akan mendorong seseorang

mendapat kemudahan mencapai tujuan belajar, tetapi anak yang

kurang berbakat bukan berarti akan gagal dalam belajar, hanya yang

bersangkutan perlu waktu yang lebih banyak dan kerja lebih keras

untuk mendapatkan hasil yang baik.

Demikian halnya dengan kondisi kepribadian, ada siswa yang

mempunyai daya juang tinggi, optimis, penuh semangat, sementara

ada siswa yang berkepribadian mudah putus asa. Kondisi-kondisi

(44)

26

B. Pembelajaran Matematika

1. Pengertian Matematika

Matematika dalam sudut pandang Andi Hakim Nasution dalam

Fathani (2009: 21) bahwa istilah matematika berasal dari kata Yunani,

mathein atau manthenein yang berarti mempelajari, kata ini memiliki

hubungan yang erat dengan kata sanskerta, medha atau widya yang memiliki

arti kepandaian, ketahuan, atau intelegensia. Dalam bahasa Belanda,

matematika disebut dengan kata wiskunde yang berarti ilmu tentang belajar.

Matematika menurut Ruseffendi dalam Heruman (2010: 1), adalah

bahasa simbol, ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara

induktif, ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai

dari unsur yang tidak didefinisikan ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma

atau postulat, dan akhirnya ke dalil. Sedangkan hakikat matematika menurut

Soedjadi dalam Heruman (1010: 1), yaitu memiliki objek tujuan abstrak,

bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir yang deduktif.

Matematika secara umum ditegaskan sebagai penelitian pola dari

struktur, perubahan, dan ruang. Dalam pandangan formalis, matematika

adalah pemeriksaan aksioma yang menegaskan struktur abstrak

menggunakan logika simbolik dan notasi matematika. Sedangkan dalam

(45)

27

ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan dan prosedur operasional

yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan.

2. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Matematika

Matematika berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung,

mengukur, menurunkan, dan menggunakan rumus matematika sederhana

yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari melalui materi bilangan,

pengurangan, geometri , dan pengelolaan data.

Tujuan pembelajaran matematika di sekolah dalam PPPPTK

Matematika Kemendikbud (2011): matematika diajarkan di sekolah

membawa misi yang sangat penting, yaitu mendukung ketercapaian tujuan

pendidikan nasioanal. Secara umum tujuan pendidikan matematika di

sekolah dapat digolongkan menjadi:

a. Tujuan bersifat formal, menekanka kepada menata penalaran dan

membentuk kepribadian peserta didik.

b. Tujuan yang bersifat material, menekankan kepada kemampuan

memecahkan masalah dan menerapkan matematika.

Secara lebih rinci, tujuan pembelajaran matematika dipaparkan pada

buku standar kompetensi mata pelajaran matematika sebagai berikut:

a. Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya

melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan

(46)

28

b. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan

penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa

ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

c. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.

d. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau

mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan,

grafik, peta, diagram, dalam menjelaskan gagasan.

3. Karakteristik Umum Matematika

Ada beberapa karakteristik umum matematika yang telah disepakati

bersama, antara lain (Sumardyono, 2004: 30-46):

a. Memiliki objek kajian yang abstrak

Matematika memiliki objek kajian yang bersifat abstrak, walaupun tidak

setiap yang abstrak adalah matematika. Ada empat objek kajian matematika,

yaitu:

1)Fakta, adalah pemufakatan atau konvensi dalam matematika yang

biasa diungkapkan melalui simbol-simbol tertentu.

2)Konsep, adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk

menggolongkan atau mengkategorikan sekumpulan objek, apakah

(47)

29

3)Operasi atau relasi, adalah pengerjaan hitung, pengertian aljabar, dan

pengerjaan matematika lainnya. Sementara relasi adalah hubungan

antara dua atau lebih elemen.

4)Prinsip, adalah objek matematika yang terdiri atas beberapa fakta,

beberapa konsep yang dikaitkan oleh suatu relasi ataupun operasi.

b. Bertumpu pada kesepakatan

Simbol-simbol dan istilah-istilah dalam matematika merupakan

kesepakatan atau konvensi yang penting. Dengan simbol dan istilah yang

telah disepakati dalam matematika, maka pembahasan selanjutnya akan

menjadi mudah dilakukan dan dikomunikasikan.

c. Berpola pikir deduktif

Pola pikir deduktif secara sederhana dapat dikatakan pemikiran yang

berpangkal dari hal yang bersifat umum diterapkan atau diarahkan

kepada hal yang bersifat khusus.

d. Konsisten dalam sistemnya

Dalam matematika, terdapat berbagai macam system yang dibentuk dari

beberapa aksioma dan memuat beberapa teorema. Ada system-sistem

yang berkaitan, ada pula system-sistem yang dipandang lepas satu

dengan lainnya. Di dalam masing-masing system berlaku konsistensi.

(48)

30

yang telah diterapkan. Konsistensi itu baik dalam makna maupun dalam

hal nilai kebenarannya.

e. Memiliki simbol yang kosong arti

Simbol matematika akan bermakna sesuatu bila kita mengaitkannya

dengan konteks tertentu.

f. Memerhatikan semesta pembicaraan

Semesta pembicaraan bisa sempit bisa pula luas. Bila kita berbicara

tentang geometris, maka simbolnya menunjukan suatu transformasi, bila

kita berbicara tentang bilangan, simbol tersebut menunjukkan bilangan

pula. Benar salahnya suatu penyelesaian soal juga ditentukan oleh

semesta pembicaraan yang digunakan.

4. Nilai-nilai dalam Matematika

Dalam matematika terkandung berbagai nilai luhur yang dapat

dilakukan oleh siapapun yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, antara

lain (Ismunamto, dkk, 2011:20-21):

a. Nilai praktis

Meluhat kehidupan seseorang kadang tampak sesuatu yang tidak

seimbang terhadap keberadaannya. Misalnya ada seseorang yang

sekolahnya hanya lulus SD, namun ia bias memiliki banyak tempat bisnis

dan hidup kaya. Namun demikian siapa saja yang tidak dapat

(49)

31 b. Nilai disiplin

Matematika adalah ilmu yang sifatnya tepat dan pasti. Dengan demikian

karakter orang yang mempelajari matematika dengan sendirinya akan

terbawa oleh ketepatan dan kepastian yang pada akhirnya sifat disiplin

akan melekat pada orang tersebut.

c. Nilai budaya

Manusia adalah makhluk yang berbudaya. Oleh karena itu, manusia selalu

berusaha untuk melakukan sesuatu yang berguna demi pemenuhan

kebutuhan. Untuk memenuhi kebutuhan dan untuk memudahkan

pemecahan masalah, manusia menciptakan matematika. Jadi, matematika

merupakan hasil budaya manusia yang selalu berkembang sesuai keadaan

zaman.

5. Ruang lingkup Pembelajaran Matematika

Adapun ruang lingkup pelajaran matematika yaitu bilangan, geometri,

dan pengukuran, serta pengolahan data. Kompetensi dalam bilangan

ditekankan pada kemampuan melakukan dan menggunakan sifat operasi

hitung bilangan dalam pemecahan masalah dan menaksir hasil operasi hitung.

Pengukuran dan geometri ditekankan pada kemampuan mengidentifikasi

pengelolaan data dan bangun ruang serta menentukan keliling, luas, volume,

dalam pemecahan masalah. Pengelolaan data ditekankan pada kemampuan

(50)

32

C. Pembelajaran Berbasis Budaya

1.Pengertian Pembelajaran Berbasis Budaya

Karakter bangsa tidak bisa terlepas dari nilai-nilai budaya. Nilai-nilai

budaya pastinya tidak terlepas dari budaya itu sendiri. Budaya didefinisikan

sebagai seluruh aspek kehidupan manusia dalam masyarakat, yang diperoleh

dengan cara belajar, termasuk pikiran dan tingkah laku (Marvins dalam

Wahyuni dkk, 2013: 2).

Budaya menurut Tylor dalam Tilaar (2002: 39) adalah suatu

keseluruhan yang kompleks dari pengetahuan, kepercayaan, seni, moral,

hukum, adat istiadat, serta kemampuan-kemampuan dan kebiasaan lainnya

yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.

Antara pendidikan dan kebudayaan terdapat hubungan yang sangat

erat, artinya keduanya menekankan pada hal yang sama, yaitu nilai-nilai

kemanusiaan dan kemasyarakatan. Proses kebudayaan dan pendidikan hanya

dapat terjadi didalam hubungan antar manusia dalam masyarakat. Keluhuran

dan kehalusan budi manusia adalah hasil dari proses pendidikan dan

kebudayaan, yaitu dengan menanamkan nilai-nilai yang terkandung dalam

kebudayaan, sehingga terciptalah manusia yang beradap dan berbudaya.

Pembelajaran berbasis budaya merupakan strategi penciptaan

(51)

33

mengintegrasikan budaya sebagai bagian dari proses pembelajaran.

Pembelajaran berbasis budaya dilandaskan pada pengakuan terhadap budaya

sebagai bagian yang fundamental bagi pendidikan sebagai ekspresi dari

komunikasi suatu gagasan dan perkembangan pengetahuan.

Dalam pembelajaran berbasis budaya, budaya menjadi sebuah media

bagi siswa untuk mentransformasikan hasil observasi mereka ke dalam

bentuk dan prinsip yang kreatif tentang alam. Dengan demikian, proses

pembelajaran berbasis budaya bukan sekedar mentransfer atau

menyampaikan budaya atau perwujudan budaya tetapi menggunakan budaya

untuk menjadikan siswa mampu menciptakan makna, menembus batas

imajinasi, dan kreativitas untuk mencapai pemahaman yang mendalam

tentang mata pelajaran yang dipelajari (Daryanto & Rahardjo, 2012:

163-164).

Pembelajaran berbasis budaya, dapat dibedakan dalam tiga macam,

yaitu belajar tentang budaya, belajar dengan budaya, dan belajar melalui

budaya (Goldberg dalam Sardjiyo dan Pannen, 2005: 88).

a. Belajar tentang budaya, menempatkan budaya sebagai bidang ilmu.

Proses belajar tentang budaya sudah cukup dikenal selama ini, misalnya

mata pelajaran kesenian dan kerajinan tangan, seni dan sastra, melukis,

(52)

34

b. Belajar dengan budaya, terjadi pada saat seni dan budaya diperkenalkan

kepada siswa sebagai cara untuk mempelajari suatu mata pelajaran

tertentu. Budaya dengan budaya meliputi pemanfaatan beragam bentuk

perwujudan budaya. Budaya dan perwujudannya menjadi media

pembelajaran dalam proses belajar.

c. Belajar melalui budaya, merupakan metode yang memberikan

kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan pencapaian pemahaman

atau makna yang diciptakannya dalam suatu mata pelajaran melalui

ragam perwujudan budaya. Belajar melalui budaya merupakan multiple

representation of learning assessment atau bentuk penilaian pemahaman

dalam beragam bentuk.

Wujud budaya itu dapat berupa wujud idiil (adat tata kelakuan) yang

abstrak yang terletak di alam pikiran masyarakat. Wujud kedua adalah

system social mengenai kelakuan berpola dari manusia itu sendiri. Sifatnya

konkrit, bias diobservasi. Wujud ketiga adalah kebudayaan fisik yang

bersifat paing konkrit dan berupa benda yang dapat diraba dan dilihat.

Bentuk budaya yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran

berbasis budaya antara lain (Sutarno, 2006: unit 7-8) :

a. Cerita daerah, misalnya tangkuban perahu, rara mendut, malin kundang,

dan lain-lain.

(53)

35

c. Tembang/ lagu daerah, misalnya cublak-cublak suweng, lir-ilir,

sluku-sluku bathok, dan lain-lain.

d. Permainan, misalnya dakon, jamuran, bentik, dan lain-lain.

e. Seni pertunjukan, misalnya wayang, ketoprak, reog, dan lain-lain.

f. Kebiasaan/ tradisi setempat, misalnya tahlilan, nyadran, sedekah bumi,

dan lain-lain

g. Benda-benda yang mengandung unsur budaya, misalnya keris, candi/

peninggalan sejarah, batik, dan lain-lain.

2. Landasan Pembelajaran Berbasis Budaya

Teori belajar yang mendukung diterapkannya pembelajaran berbasis

budaya adalah teori kontruktivisme yang dikembangkan oleh Vygotsky

bahwa siswa mengkontruksikan pengetahuan yang dimiliki atau penciptaan

sebuah makna yang dijadikan sebagai hasil dari pemikiran dan berinteraksi

dala konteks social. Teori kontruktivisme juga dikembangkan oleh Piaget,

yang mendiskripsikan bahwa setiap siswa menciptakan makna atau

pengertian baru, berdasarkan melakukan interaksi antara apa yang telah

dimiliki, diketahui dan dipercayai, dengan fenomena, ide atau informasi

yang dipelajari (Udin S. Winataputra, dkk 2012: 4.18).

Ciri-ciri pembelajaran kontruktivisme adalah (Baharuddin dan

(54)

36

a. Tidak terpaku pada proses mempelajari sebagaimana tercantum dalam kurikulum, tetapi memungkinkan proses pembelajaran berfokus pada

ide atau gagasan yang bersifat umum berdasarkan konteks kehidupan

siswa.

b. Proses belajar merupakan milik siswa sehingga siswa sangat diberi keleluasaan untuk menuruti minat dan rasa ingin tahunya, untuk

membuat keterkaitan antar konsep/ide, untuk merefolmulasikan ide dan

gagasan, serta untuk mencapai suatu kesimpulan yang unik.

c. Mempercayai adanya beragam perspektif yang berbeda-beda, dan kebenaran merupakan suatu hasil interpretasi makna (meaning making).

Selanjutnya

Apabila seorang guru mengintegrasikan ketiga hal tersebut dalam

proses belajar, guru akan mampu untuk menciptakan pembelajaran berbasis

budaya yang konstruktivis. Di mana guru memberikan kesempatan kepada

peserta didik untuk menciptakan makna dan mencapai pemahaman atas

pengetahuan yang diperoleh.

Udin S. Winataputra, dkk (2012: 4.21-4.23) memfokuskan

pembelajaran berbasis budaya adalah sebagai berikut:

a. Strategi atau cara agar siswa dapat melihat keterhubungan antar konsep/prinsip dalam bidang ilmunya, dengan budaya, dalam konteks

(55)

37

b. Strategi atau cara agar siswa memperoleh pemahaman terpadu tentang bidang ilmu dan budaya sebagai landasan untuk berpikir kritis

menyelesaikan beragam permasalahan dalam konteks komunitas budaya,

serta mengambil keputusan yang sahih berdasarkan kaidah keilmuan.

c. Strategi atau cara agar semua siswa dapat berpartisipasi aktif, senang, dan bangga untuk belajar bidang ilmu dalam pembelajaran berbasis

budaya.

d. Strategi atau cara agar siswa dapat menciptakan makna berdasarkan pengetahuan dan pengalaman awal yang dimiliki, melalui beragam

interaksi aktif dengan siswa lain, guru, tokoh, dan juga dengan materi

atau contoh konkret.

e. Strategi atau cara agar siswa dapat memperoleh pemahaman bahwa ada kaidah keilmuan dalam kehidupan sehari-hari siswa dan konteks

komunitas budayanya, juga ada budaya dalam konteks bidang ilmu, dan

bahwa kaidah keilmuan adalah bagian dari budaya mereka.

f. Strategi atau cara agar siswa dapat memperoleh pemahaman yang terintegrasi dan keterampilan ilmiah dalam mempersiapkan segala

sesuatu di sekelilingnya, termasuk dalam budaya dan ragam perwujudan

(56)

38

3. Pembelajaran Matematika dan Kaitannya dengan Budaya

Banyak jalan untuk memperoleh pengetahuan, dengan cara

membandingkan, mengklasifikasikan, mengukur, menjelaskan,

menggeneralisasikan, membuat inferensi dan mengevaluasi. Hal ini juga

dilakukan dalam mempelajari matematika. Demikian halnya dengan

kehidupan sehari-hari yang merupakan usaha dari membandingkan,

mengklasifikasikan, mengukur, menjelaskan, menggeneralisasikan, membuat

inferensi dan mengevaluasi praktek budaya dan kehidupan. Jelaslah

matematika secara kontekstual juga memberikan respon terhadap budaya dan

kehidupan sosial.

Kaum social contructivis memandang bahwa matematika merupakan

karya cipta manusia melalui kurun waktu tertentu. Semua perbedaan

pengetahuan yang dihasilkan merupakan kreatifitas manusia yang saling

terkait dengan hakekat dan sejarahnya. Akibatnya, matematika dipandang

sebagai suatu ilmu pengetahuan yang terkait dengan budaya dan nilai

penciptanya dalam konteks budayanya. Pengetahuan matematika serat

dengan nilai-nilai kemanusiaan dan budaya.

Bishop dalam Tandililing (2013: 2), matematika merupakan suatu

bentuk budaya. Matematika sebagai bentuk budaya sesungguhnya telah

terintegrasi pada seluruh aspek kehidupan masyarakat dimanapun berada.

(57)

39

hakikatnya matematika merupakan teknologi simbolis yang tumbuh pada

keterampilan atau aktivitas lingkungan yang bersifat budaya. Dengan

demikian matematika seseorang dipengaruhi oleh latar budayanya, karena

apa yang mereka lihat berdasarkan apa yang mereka lihat dan rasakan.

Pendidikan matematika sesungguhnya telah menyatu dengan kehidupan

masyarakat. Para pakar etnomatematika berpendapat bahwa pada dasarnya

perkembangan matematika sampai kapanpun tidak terlepas dari budaya dan

nilai yang telah ada pada masyarakat.

Menurut Sam dan Ernest dalam Suyitno (2012) pendidikan

matematika memuat nilai yang dapat dikelompokkan atas tiga kategori, yaitu

nilai epistimologis, nilai social budaya, dan nilai personal. Nilai

epistimologis adalah nilai yang termuat bersama ujian dan tugas-tugas,

karakteristik matematika, aspek proses belajar mengajar matematika

(ketelitian, rasional, sistematis, logis, kritis). Nilai social budaya adalah nilai

yang mendukung masyarakat dan yang sangat memperhatikan tugas

individual kepada masyarakat yang dikaitkan dengan pendidikan

matematika. Nilai personal adalah nilai sikap individu sebagai pembelajar

dan pribadi seperti keyakinan diri, kesabaran, dan kreatifitas.

4. Integrasi Budaya dalam Pembelajaran Matematika

Agar siswa merasa bahwa materi yang dipelajarinya dalam

(58)

tiba-40

tiba, maka pembelajaran matematika harus dimulai dengan permasalahan

yang kontekstual. Memasukkan materi tentang kebudayaan ke dalam

pembelajaran matematika merupakan bagian dari upaya tersebut.

Pengintegrasian budaya dalam pembelajaran matematika berfokus

pada penciptaan suasana belajar yang dinamis, yang mengakui keberadaan

siswa dengan segala latar belakang, pengalaman, dan pengetahuan awalnya,

yang member kesempatan kepada siswa untuk bebas bertanya, berbuat salah,

bereksplorasi, dan membuat kesimpulan tentang beragam hal dalam

kehidupan. Dalam hal ini, peran guru menjadi berubah, bukan menjadi

satu-satunya pemberi informasi yang mendominasi kegiatan pembelajaran, tetapi

menjadi perancang dan pemandu proses pembelajaran sebagai proses

penciptaan makna oleh siswa dan juga guru secara bersama.

Dalam pembelajaran matematika yang diintegrasikan dengan budaya,

guru berfokus untuk dapat menjadi pemandu siswa, negosiator makna yang

handal, dan pembimbing siswa dalam eksplorasi, analisis, dan pengambilan

kesimpulan. Guru merancang proses pembelajaran yang aktif, kreatif, dan

menarik, sehingga guru tidak hanya berceramah dan siswa hanya

mendengarkan tetapi merancang strategi secara kreatif agar dapat

mengetahui beragam kemampuan dan keterampilan yang dicapai siswa

(59)

41

memperkenalkan budaya, dapat dilakukan dengan mengantarkan materi

matematika yang dimulai dari materi tentang budaya (Rohaeti, 2011: 141)

Pembelajaran geometri dapat mengembangkan nilai budaya cinta

tanah air dan semangat kebangsaan, peserta didik diperkenalkan berbagai

produk budaya warisan leluhur menampakkan kreativitas seni yang

mengandung unsur matematika. Contohnya pada motif batik yang

mengandung bentukan geometri dua dimensi, ornament ukiran maupun

bentuk arsitektur pada rumah adat yang mengandung bentukan geometri tiga

dimensi.

Permainan tradisional anak-anak juga dapat menjadi media

pembelajaran penyalur nilai budaya, mengingat semakin majunya dunia

teknologi yang menyebabkan kecenderungan anak untuk bermain dengan

permainan yang lebih modern dan melupakan permainan tradisional yang tak

kalah menariknya.

D. Bangun Datar dan Sifat-sifatnya

1. Pengertian Bangun Datar

Bangun datar merupakan sebuah bangun berupa bidang datar yang

dibatasi oleh beberapa ruas garis. Jumlah dan model ruas garis yang

membatasi bangun tersebut menentukan nama dan bentuk bangun datar

(60)

42

segitiga, bidang yang dibatasi oleh 4 ruas garis, disebut bangun segiempat,

bidang yang dibatasi oleh 5 ruas garis, disebut bangun segilima. Jumlah ruas

garis serta model yang dimiliki oleh sebuah bangun merupakan salah satu

sifat bangun datar tersebut. Jadi, sifat suatu bangun datar ditentukan oleh

jumlah ruas garis, model garis, besar sudut, dan lain-lain.

2. Sifat-sifat Bangun Datar

a. Sifat-sifat Segitiga

1)Sifat-sifat Segitiga Sama Kaki

a) Memiliki 3 ruas garis: AB - AC dan BC

b) Dua ruas garis kaki sama panjang, AC dan BC. c) Memiliki dua macam ukuran alas dan tinggi. d) Memiliki tiga buah sudut lancip.

e) Semua sudutnya sama besar. 2) Sifat-sifat Segitiga Sama Sisi

Gambar 2.1 Segitiga Sama Kaki

(61)

43

a) Memiliki 3 ruas garis: AB - AC dan BC b) Ketiga (semua) ruas garis sama panjang. c) Memiliki dua macam ukuran alas dan tinggi. d) Memiliki tiga buah sudut sama besar (60o). 3) Sifat-sifat Segitiga Siku-siku

a) Memiliki 3 ruas garis: AB - AC dan BC b) Memiliki garis tegak lurus pada alas (tinggi) c) Memiliki ukuran, alas, dan tinggi.

d) Memiliki dua buah sudut lancip

e) Memiliki satu buah sudut siku-siku (90o) b. Sifat-sifat Lingkaran

1) Terdiri dari hanya satu sisi.

2) Simetri putar dan simetri lipatnya tak terhingga. 3) Tidak mempunyai titik sudut.

Gambar 2.3 Segitiga Siku-siku

(62)

44 c. Sifat-sifat Jajar Genjang

1) Memiliki empat sisi dan empat titik sudut

2) Memiliki dua pasang sisi yang sejajar dan sama panjang 3) Memiliki dua buah sudut tumpul dan dua buah sudut lancip 4) Sudut yang berhadapan sama besar

5) Diagonal yang dimiliki tidak sama panjang 6) Tidak memiliki simetri lipat

7) Memiliki simetri putar tingkat dua

d. Sifat-sifat Trapesium

1) Sifat-sifat Trapesium Sama Kaki

a) Memiliki empat sisi dan empat titik sudut b) Sudut-sudut diantara sisi sejajar besarnya 180° c) Mempunyai 1 simetri lipat

d) Memiliki sepasang sisi yang sejajar tetapi tidak sama panjang Gambar 2.5 jajar genjang

(63)

45 2)Sifat-sifat Trapesium Siku-siku

a) Memiliki 4 ruas garis b) Memiliki 2 sudut siku-siku c) Memiliki 1 sudut lancip d) Memiliki 1 sudut tumpul e. Sifat-sifat Persegi

1) Mempunyai 4 titik sudut.

2) Mempunyai 4 sudut siku-siku 90⁰.

3) Mempunyai 2 diagonal yang sama panjang. 4) Mempunyai 4 simetri lipat.

5) Mempunyai 4 simetri putar. Gambar 2.7 Trapesium Siku-siku

(64)

46 Gambar 2.9 Persegi Panjang

Gambar 2.10 Belah Ketupat f. Sifat-sifat Persegi Panjang

1) Sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar. 2) Sisi-sisi persegi panjang saling tegak lurus 3) Mempunyai 4 sudut siku-siku 90⁰.

4) Mempunyai 2 diagonal yang sama panjang 5) Mempunyai 2 simetri lipat.

6) Mempunyai 2 simetri putar g. Sifat-sifat Belah Ketupat

1) Mempunyai 2 simetri lipat. 2) Mempunyai 2 simeteri putar. 3) Mempunyai 4 titik sudut.

4) Sudut yang berhadapan besarnya sama. 5) Sisinya tidak tegak lurus.

(65)

47

Dalam pembelajaran sifat-sifat bangun datar, seringkali guru

langsung memberikan drill informasi tentang suatu bentuk bangun datar. Hal

ini menjadikan pembelajaran kurang efektif. Berbeda halnya ketika siswa

mengalami langsung proses mengidentifikasi berbagai bentuk bangun datar

dan menganalisis sifat bangun tersebut melalui pengamatan. Pengamatan

dapat dilakukan siswa melalui media gambar yang berupa motif batik

geometri 2 dimensi, bangunan candi, arsitektur bangunan adat, dan lain-lain.

Selain pembelajaran lebih efektif, pembelajaran juga dapat meningkatkan

pemahaman siswa tentang konsep bangun datar.

E. Kriteria Ketuntasan Minimum ( KKM)

1. Pengertian KKM

Menurut Permendiknas No 20 Tahun 2007, Kriteria Ketuntasan

Minimum (KKM) adalah kriteria ketuntasan belajar (KKB) yang ditentukan

oleh satuan pendidikan.

2. KKM Nasional, Kelas, dan Individu

a. KKM Nasional

KKM nasional disebut dengan KKM ideal. KKM nasional adalah

kriteria ketuntasan belajar yang ditetapkan secara nasional. (Permendiknas

N0 20 Tahun 2007) Ketuntasan belajar setiap indikator yang telah

(66)

48

Kriteria ketuntasan ideal untuk masing-masing indikator adalah 75%.

Satuan pendidikan harus menentukan kriteria ketuntasan minimal dengan

mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata peserta didik serta

kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan pendidikan.

Satuan pendidikan diharapkan meningkatkan kriteria ketuntasan belajar

secara terus menerus untuk mencapai kriteria ketuntasan ideal. (BSNP,

2006:10).

Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kriteria

ketuntasan minimal nasional adalah 75%. KKM nasioanal dijadikan

patokan dalam penentuan KKM di setiap satuan pendidikan. Setiap

satuan pendidikan diharapkan dapat meningkatkan KKM agar dapat

mencapai KKM nasional sebesar 75%.

b. KKM Kelas

KKM kelas adalah kriteria ketuntasan minimal yang harus dicapai

dalam suatu kelas. Di MI Al-Huda Munggangsari 2 KKM kelas adalah

85%, jadi siswa yang tuntas dalam SK/KD harus minimal 85% dari

jumlah siswa. Subjek penelitian berjumlah 20 siswa, 85% dari 20 siswa

adalah 17 siswa . Jadi siswa yang harus tuntas dalam SK/KD pelajaran

tersebut dalam satu kelas harus mencapai minimal 17 orang siswa.

Gambar

Gambar 1.1 Skema Siklus Penelitian
Gambar 2.5 jajar genjang
Gambar 2.9 Persegi Panjang
Table 3.1Data Subjek Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dokumen penjelasan dokumen lelang beser ta Addendum sudah di upload di SPSE M ahkamah Agung.go.id sebagai acuan Penyedia Bar ang/ Jasa (Peser ta Lelang) untuk

Orang tersebut benar-benar masih aktif melaksanakan tugas mengajar sebagai Guru Tetap. Yayasan (GTY) di MI Nahdlatul Fata Petekeyan Tahunan Jepara terhitung mulai

Siswa yang tergolong cepat, pada umumnya dapat menyelesaikan proses belajar dalam waktu yang lebih cepat dari yang diperkirakan.. Mereka dapat mudah menerima

Peraturan pelaksanaan Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non

Hasil ini diperkuat oleh Sitanggang (2011) dalam analisis faktor-faktor yang mempengaruhi hasil produksi karet di PTPN III Kebun Sarang Ginting, Kabupaten Serdang

Penelitian ini ditujukan untuk menganalisa dan memperhitungkan kucukupan jumlah tenaga kerja di tiap stasiun kerja, berdasarkan pola data dengan melakukan peramalan, dan juga

Adapun teori yang digunakan yaitu teori tentang bahasa, fungsi bahasa, komponen bahasa, psikolingusitik yang menjelaskan tentang aspek neurologi bahasa, gangguan

Sebelum instrument variabel X digunakan, dilakukan uji validitas konstruk melalui proses validasi yaitu perhitungan koefisien korelasi skor butir dengan skor total dan