• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEHARMONISAN KELUARGA BEDA AGAMA (STUDI TIGA KELUARGA DI PERUMAHAN MANGGISAN INDAH KELURAHAN MUDAL KECAMATAN MOJOTENGAH KABUPATEN WONOSOBO) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KEHARMONISAN KELUARGA BEDA AGAMA (STUDI TIGA KELUARGA DI PERUMAHAN MANGGISAN INDAH KELURAHAN MUDAL KECAMATAN MOJOTENGAH KABUPATEN WONOSOBO) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

KEHARMONISAN KELUARGA BEDA AGAMA

(STUDI TIGA KELUARGA DI PERUMAHAN MANGGISAN

INDAH KELURAHAN MUDAL KECAMATAN

MOJOTENGAH KABUPATEN WONOSOBO)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh:

Muchamad Alif Haban

NIM : 21111018

JURUSAN AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)

iii MOTTO

Hanya dengan dekat kepada Tuhan-nya, seseorang akan menjadi pribadi yang lebih baik – Penulis

Mereka tertawa melihat aku berbeda, aku tertawa melihat mereka yang sama – Kurt Cobain

ِلل ِمْيِثَس ىِفَىُهَف ِىْهِعْنا ِةَهَط ىِف َج َرَخ ْنَي

(4)
(5)
(6)

vi ABSTRAK

Haban, Muchamad Alif. 2015. Keharmonisan Keluarga Beda Agama (Studi Tiga Keluarga Di Perumahan Mangisan Indah Kelurahan Mudal Kecamatan Mojotengah Kabupaten Wonosobo). Fakultas Syari’ah. Jurusan Ahwal Al -Syakhshiyyah. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing : Ilyya Muhsin, M.Si.

Kata Kunci: Keluarga, Keluarga Beda Agama, Harmonis

Perkawinan beda agama semakin ramai di kalangan masyarakat Indonesia kini. Kompilasi Hukum Islam dan Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan, yang dianggap sesuai dengan fikih tidak mampu membendung berlangsungnya perkawinan beda agama. Masalah yang tetap aktual dan selalu menjadi perbincangan di kalangan ulama dan cendekiawan, karena dianggap banyak menimbulkan dampak negatif baik anatara suami, istri, dan anak-anaknya sehingga menimbulkan ketidakharmonisan dalam keluarga. Namun berbeda dengan tiga keluarga di Perumahan Manggisan Indah Kelurahan Mudal Kecamatan Mojotengah Kabupaten Wonosobo. Tiga keluarga tersebut mampu bertahan dalam balutan rumah tangga beda agama hingga puluhan tahun. Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini memiliki fokus sebagai berikut, 1) Bagaimana keluarga beda agama menjalankan aktivitas keagamaan? 2) Bagaimana cara memberikan pendidikan terhadap anak? 3) Bagaimana relasi keluarga beda agama dengan masyarakat? dan 4) Bagaimana keharmonisan keluarga beda agama?

Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yang bersifat deskriptif-analitis. Data-data dalam penelitian ini diperoleh dengan cara observasi dan wawancara secara in-depth (mendalam) serta menelusuri dokumen-dokumen yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti. Data-data yang diperoleh kemudian penyusun analisa dengan peneliti menggunakan metode descriptive analisis. Kemudian dengan kerangka berpikir deduktif dan induktif yaitu peneliti menganalisa fakta-fakta yang terjadi di lapangan terkait permasalahan keharmonisan dalam keluarga beda agama.

Hasil dari penelitian ini, berdasarkan perspektif teori keharmonisan keluarga mereka mampu mempertahankan keutuhan rumah tangga dengan menghidupkan suasana toleransi yang tinggi dalam keluarga, saling menghormati, saling menasehati, memberikan kebebasan beragama, saling menyayangi, perkawinan didasarkan atas dasar cinta, mampu memberikan pendidikan terhadap anak dengan matang, memberikan suasana nyaman, tentram, bahagia, penuh kasih sayang dan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Mereka mengajarkan bahwa Tuhan itu Esa, hanya saja antara agama yang satu dengan yang lainnya berbeda dalam mendekatkan diri kepada-Nya. Dalam perspektif hukum Islam, permaslahan perkawinan beda agama bertentangan dengan fikih dan prinsip-prinsip Maqasid as-Syari'ah, keluarga beda agama tidak akan bisa menjadi keluarga yang sakinah. Keluarga ini hanya mampu menggapai

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil‟alamin,

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala nikmat-Nya dan ridho-nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program S-1 Fakultas

Syari’ah Jurusan Ahwal al-Syahkhshiyyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Salatiga.

Penulisan skripsi ini tidak akan selesai apabila tanpa ada bantuan dari berbagai pihak yang telah berkenan meluangkan tenaga, fikiran dan waktunya guna memberikan bimbingan dan petunjuk yang berharga demi terselesaikannya pembuatan skripsi ini. Sehingga pada kesempatan ini penulis ingin mengahturkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., Selaku Rektor IAIN Saltiga, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat melakukan penelitian dan penyusunan skripsi ini.

2. Ibu Dra. Siti Zumrotun, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga

yang telah memberikan izin kepada penulis untuk menyusun skripsi ini. 3. Bapak Syukron Makmun, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ahwal

al-Syakhshiyyah (AS) IAIN Salatiga yang telah memberikan izin kepada penulis untuk menyusun skripsi ini.

(8)

viii

5. Kedua Orangtua (Anwarudin & Siti Maisaroh) yang senantiasa membanting tulang untuk mengais rizki demi membantu mewujudkan cita-cita penulis menuntut ilmu dan senantiasa memberikan do’a dan restu kepada penulis sehingga penulis bisa melangkah sampai sejauh ini.

6. Keluarga Bapak Muhsinun, Bapak Mustair, dan Bapak Hanafi yang telah bersedia dan meluangkan waktunya memberikan informasi yang penulis butuhkan.

7. Kakak, Adik dan para sahabatku yang telah memberikan dorongan, motivasi

dan do’anya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

8. Semu pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga atas bantuan semua pihak yang telah berkontribusi dalam skripsi ini sebagaimana disebutkan di atas mendapat limpahan berkah dan imbalan yang setimpal dari Allah SWT.

(9)
(10)

x

BAB II PERKAWINAN BEDA AGAMA DAN KEHARMONISAN KELUARGA A. Pengertian Perkawinan ... 20

B. Tujuan Perkawinan ... 23

C. Pengertian dan Pandangan Hukum Islam Tentang Perkawinan Beda Agama ... 26

(11)

xi

E. Pengertian Keluarga ... 32

F. Fungsi Keluarga ... 33

G. Pengertian Keharmonisan Keluarga ... 35

H. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keharmonisan Keluarga ... 37

I. Indikator Keluarga Harmonis ... 39

J. Keluarga Sakinah Mawadah Wa Rahmah Dalam Islam ... 45

BAB III KELUARGA BEDA AGAMA DALAM MEMPERTAHANKAN KEUTUHAN RUMAH TANGGA A. Gambaran Umum Perumahan Manggisan Indah ... 47

B. Profil Keluarga Beda Agama ... 53

1. Hanafi dan Atiek Suparti, Ber-KTP Khatolik tetapi tetap Islam ... 53

2. Muhsinun dan Eko Styaningtyas, Menikah Di Pengadilan Negeri ... 55

3. Mustanir dan Tri Sulistyaningsih, Menikah Dengan Dua Prosesi Keagamaan ... 59

C. Keluarga Beda Agama dalam Menjalankan Aktivitas Keagamaan ... 62

1. Hanafi dan Atiek Sri Suparti, Mengutamakan Kelangsungan Hidup Adapun Agama Merupakan Urusan Pribadi Dengan Tuhan ... 62

2. Muhsinun dan Eko Setyaningtyas, Mengenakan Kerudung Saat Hari Raya Idul Fitri Meskipun Katholik ... 64

3. Mustanir dan Tri Sulastyaningsih, Ikut Berpuasa Ramadhan Meskipun Khatolik ... 65

(12)

xii

1. Hanafi dan Atiek Sri Suparti, Biar Sekolah yang

Mengajarkan ... 67 2. Muhsinun dan eko Styaningtyas, Mengikuti Agama

Ibunya ... 68 3. Mustanir dan Tri Sulastyaningsih, Tuhan Itu Satu

Hanya Saja Cara Beribadah Kepada-Nya Berbeda ... 70 E. Keluarga Beda Agama Dalam Bersosialisasi Dengan

Masyarakat ... 71 1. Hanafi dan Atiek Sri Suparti, bermasyarakat Dengan

Baik dan Menjadi Keluarga yang Terbuka ... 71 2. Muhsinun dan Eko Setyaningtyas, Dipercaya Sebagai

Ketua RW dan Memimpin Yasinan ... 72 3. Mustanir dan Tri Sulastyaningsih, Lurah yang Mudah

Bergaul ... 73 BAB IV KEHARMONISAN KELUARGA BEDA AGAMA DALAM

PERSPEKTIF TEORI KEHARMONISAN KELUARGA DAN ISLAM

A. Keharmonisan Keluarga Beda Agama Dalam Perspektif

Teori Keharmonisan Keluarga ... 74 B. Keharmonisan Keluarga Beda Agama Dalam Perspektif

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data Penduduk Perumahan Manggisan Indah Mengenai Jumlah

Penduduk, Agama, dan Pendidikan... 49 Tabel 1.2 Daftar Keluarga Beda Agama Di Perumahan Manggisan Indah

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kartu Keluarga Hanafi ... 53

Gambar 1.2 Kartu Keluarga Muhsinun ... 55

Gambar 1.3 Rumah Bapak Muhsinun ... 58

Gambar 1.4 Kartu Keluarga Achmad Mustanir ... 59

Gambar 1.5 Foto Bapak Mustanir beserta Kepala Kelurahan Se- Kabupaten Wonosobo dan Bupati Wonosobo beserta Istri ... 60

(15)

1 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Perkawinan merupakan sunnah Rasul dan bagian dari ajaran agama. Islam telah mengatur dan menetapkan segala hal yang berkaitan dengan perkawinan secara spesifik. Aturan dan ketetapan tersebut harus dipatuhi oleh semua umat muslim, agar perkawinan yang dilakukan menjadi sah secara agama dan mendapatkan rahmat dan ridha Allah SWT.

Perkawinan beda agama adalah perkawinan antara laki-laki muslim dengan perempuan non muslim atau sebaliknya. Masalah ini tetap aktual dan selalu menjadi perbincangan di kalangan ulama dan cendekiawan, karena banyak menimbulkan dampak negatif baik anatara suami, istri, dan anak-anaknya sehingga menimbulkan ketidakharmonisan dalam keluarga. Perbedaan faham, keyakinan dan agama akan menimbulkan banyak sekali konflik dalam keluarga salah satunya dalam hal mengasuh dan mendidik anak. Jika agama ayah dan ibu berbeda, akan terjadi banyak benturan seperti pelaksanaan ibadah, pengaturan menu makanan, tradisi keagamaan, muamalah dan masih banyak lagi. Oleh karena, seharusnya perkawinan beda agama harus dihindari. Disamping cinta, kasih sayang, dan ketulusan hati serta akhlak yang mulia, laki-laki dan perempuan harus sepaham dan seakidah agar kehidupan keluarga akan tentram dan bahagia.

(16)

2 Begitu pula perkawinan antara laki-laki muslim dengan perempuan non muslim. Pelarangan terhadap perkawinan beda agama tersebut telah Allah jelaskan dalam surah al-Baqarah ayat 221 :

Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya hamba sahaya mukmin lebih baik dari wanita merdeka musyrik walau menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan wanita mukmin dengan laki-laki yang musyrik. Hamba sahaya yang mukmin lebih baik daripada laki-laki musyrik walaupun menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedangkan Allah menyeru ke surga dan maghfirah atas izin-Nya. Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran. (Q.S. al-Baqarah : 221)

Kalimat ”Dan janganlah kamu menikahi wanita musyrik sehingga

mereka beriman”, sudah secara tegas melarang untuk menikah dengan wanita

musyrik secara mutlak tanpa terkecuali. Selanjutnya, ayat tersebut juga menjelaskan bahwa wanita non muslim tidak baik untuk dinikahi walaupun wanita tersebut menarik hati, baik penampilan, kedudukan dan kekayaannya (Saifudin, 2005 : 14).

Dalam hal ini Rasuluallah menegaskannya dalam sebuah hadits yang artinya, ”wanita dinikah karena empat faktor; karena harta, karena

keturunan, karena kecantikan dan karena agamanya. Hendaklah memilih

(17)

3 Menurut hadits di atas, dapat disimpulkan bahwa menikah yang hanya dilatarbelakangi karena agama lah yang akan memperoleh kebahagiaan.

Kemudian, kalimat ”Mereka mengajak ke neraka, sedangkan Allah

menyeru ke surga” dalam Q.S. al-Baqarah ayat 211, menjelaskan bahwa orang musyrik akan selalu mengajak kepada perbuatan yang bisa menjerumuskan kekufuran dan neraka.

Akan tetapi, kemudian turun surah al-Maidah ayat 5 :

mereka. Dan (dihalalkan bagimu menikahi) perempuan-perempuan yang menjaga kehormatan di antara perempuan-perempuan yang beriman dan perempuan-perempuan yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu, apabila kamu membayar mas kawin mereka untuk menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan bukan untuk menjadikan perempuan piaraan. Barang siapa yang kafir setelah beriman maka sungguh, sia-sia amalan mereka dan di hari kiamat dia termasuk orang-orang yang rugi. (Q.S. al-Maidah : 05)

Ayat ini memberikan dispensasi berupa hak dan kewenangan kepada lak-laki muslim untuk dapat menikahi wanita ahli kitab (Yahudi dan Nasrani).

Berkenaan dengan ayat ini banyak pendapat muncul di kalangan para ulama. Namun pendapat yang paling populer dan banyak digunakan oleh

ulama adalah pendapat Imam Syafi’i dan Imam Ahmad. Menurut mereka,

(18)

4 perempuan itu juga harus orang Yahudi dan Nasrani, apabila ayah dan ibunya bukan dari ahli kitab, maka haram hukumnya menikahi wanita tersebut (Huzaimah, 2005 : 156).

Di Indonesia sendiri, fatwa Majlis Ulama Indonesia (MUI) telah mengharamkan perkawinan antara laki-laki muslim dengan wanita non muslim atau ahli kitab, sebagai haram saddi li adz-dzari‟ah. Kemudian

diperkuat dengan Kompilasi Hukum Islam pasal 40 poin c, ”Dilarang

melangsungkan perkawinan antara seorang pria dengan seorang perempuan

yang tidak beragama Islam”.

Islam mengajarkan bahwa eksistensi tujuan dari perkawinan salah satunya adalah menciptakan keluarga yang kekal dan bahagia. Hal tersebut tertuang dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Pasal 1 “Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan

seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha

Esa”.

(19)

5 setiap anak akan berbeda satu dengan yang lainnya. Dengan banyaknya masalah yang akan timbul dari penikahan beda agama, maka akan sulit bagi sebuah keluarga menjadi sebuah keluarga yang harmonis dan bahagia.

Di Kabupaten Wonosobo sebagai objek penelitian ini, tepatnya di Perumahan Manggisan Indah Kelurahan Mudal Kecamatan Mojotengah masih banyak keluarga yang melangsungkan perkawinan beda agama. Anehnya, banyak dari keluarga tersebut yang mampu bertahan hingga puluhan tahun. Keluarga tersebut mempunyai pendidikan yang tinggi (masyarakat berpendidikan) dan ekonominya pun tergolong menengah ke atas. Bahkan ada pula yang merupakan mantan Kepala Kelurahan.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis ingin melakukan penelitian terhadap keharmonisan dan keseharian serta keadaan keluarga nikah beda agama di Kelurahan Mudal Kecamatan Mojotengah Kabupaten Wonosobo. Adapun judul penelitian ini adalah: “Keharmonisan Keluarga Beda Agama (Studi Tiga Keluarga Di Perumahan Manggisan Indah

Kelurahan Mudal Kecamatan Mojotengah Kabupaten Wonosobo)”

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang menjadi fokus dalam penelitian ini meliputi :

(20)

6 C. Tujuan Penelitian

Agar tidak menyimpang dari masalah-masalah yang diutarakan tersebut, maka perlu dirumuskan tujuan dalam penelitian ini. Adapun tujuan tersebut yaitu :

1. Mengetahui pola aktivitas keagamaan dalam keluarga beda agama.

2. Mengetahui sistim pendidikan atau pengajaran terhadap anak dalam keluarga beda agama.

3. Mengetahui pola hubungan keluarga beda agama dengan lingkungan keluarga besar maupun lingkungan masyarakat.

4. Mengatahui keharmonisan keluarga beda agama. D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat teoritis

a. Menambah wawasan ilmu pengetahuan di bidang perkawinan, khususnya perkawinan beda agama.

b. Sebagai bahan referensi peneliti selanjutnya dalam kajian tentang perkawinan, khususnya mengenai perkawinan beda agama.

c. Memberikan tambahan pengetahuan terhadap umat Islam secara luas tentang perkawinan dan keluarga sakinah atau harmonis dan bahagia. 2. Manfaat praktis

(21)

7 mencegah dan memberikan informasi kepada masyarakat yang akan melangsungkan perkawinan beda agama tentang keadaan dan kehidupan dalam keluarga yang telah menikah beda agama.

b. Masyarakat Umum dan Pembaca

Memberikan tambahan wawasan pengetahuan serta informasi kepada masyarakat tentang keadaan keluarga nikah beda agama. E. Penegasan Istilah

Agar tidak terjadi kerancuan dan kesalahan penafiriran istilah serta kejelasan pengertian oleh pembaca dalam skripsi ini, maka penulis akan memberikan penjelasan tentang beberapa istilah berikut ini :

1. Perkawinan

Secara bahasa (etimologi) nikah adalah “al wath‟u wa ad

dhammu” yang artinya bersenggama atau bercampur. Sedangkan makna

ushuli fiqh ada beberapa pendapat; pertama, mengartikan bahwa hakikat nikah adalah watha‟ (bersetubuh); kedua, mengartikan nikah sebagai akad; dan ketiga, mengartikan bahwa hakikat nikah adalah musytarak

atau gabungan dari akad dan bersenggama (Tim Keluarga Sakinah Kantor Departemen Agama Kabupaten Wonosobo, 2003 : 11-12)

Dalam Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974

menjelaskan perkawinan sebagai “Perkawinan adalah ikatan lahir batin

antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal

(22)

8 2. Perkawinan Beda Agama

Perkawinan antara laki-laki muslim dengan perempuan bukan muslimah dan sebaliknya. (Huzaimah, 2005 : 155)

3. Keluarga

Ir. M. Munandar Soelaeman dalam bukunya yang berjudul ”Ilmu Sosial Dasar Teori dan Konsep Ilmu Sosial” (1992 : 55) mengartikan Keluarga sebagai suatu kesatuan social terkecil yang dimiliki manusia sebagai makhluk social, yang ditandai adanya kerja sama ekonomi. 4. Harmonis dan Sakinah Mawadah Warahmah

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata harmonis mempunyai arti; keselarasan, dan atau keserasian dalam rumah tangga. Sedangkan menurut Basri dalam bukunya yang berjudul “Merawat Cinta

Kasih”, keluarga yang harmonis dan berkualitas yaitu keluarga yang

rukun bahagia, tertib, disiplin, saling menghargai, penuh pemaaf, tolong menolong dalam kebajikan, memiliki etos kerja yang baik, bertetangga dengan saling menghormati, taat mengerjakan ibadah, berbakti pada yang lebih tua, mencintai ilmu pengetahuan, dan memanfaatkan waktu luang dengan hal yang positif dan mampu memenuhi dasar keluarga. (Basri, 1996 : 111)

(23)

9 sayang (mawadah wa rahmah) antara anggota keluarga dan lingkungannya dengan selaras, serasi serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam nilai-nilai keimanan, ketaqwaan, dan akhlak mulia.(Tim Keluarga Sakinah Kantor Departemen Agama Kabupaten Wonosobo, 2003 : 11)

F. Tinjauan Pustaka

Telah banyak penelitian atau artikel yang membahas tentang perkawinan beda agama di Indonesia. Namun, penelitian ini bukanlah penelitian yang sama dengan penelitian sebelumnya ataupun sebuah duplikasi/jiplakan. Untuk mendukung penelaahan yang komprehensif penyususn menelusuri hasil penelitian yang memiliki relevansi dengan topik yang akan dikaji berupa skripsi dan karya ilmiah, diantaranya:

Pertama, skripsi dari mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan

Kalijaga Yogyakarta Arif Rofi’uddin (2009), yang berjudul Tinjauan Hukum

Islam Terhadap Keharmonisan Pasangan Beda Agama (Studi Kasus Di Desa

(24)

10 semakin banyak kemungkinan terjadi perkawinan beda agama. Masalah yang ditimbulkan dari keluarga tersebut sangat beragam, seperti adanya gap (jarak) dengan masyarakat sekitar, rutinitas keagamaan (beribadah) menurun, pendidikan agama yang bermasalah bagi anak-anak, dan kebanyakan anak dari keluarga tersebut mengikuti agama ibunya.

Kedua, skripsi dari M. Syukron Mansyur (2009) yang juga mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang berjudul Suami Beda Agama Dan Pengaruhnya Terhadap Relasi Dalam Keluarga Tinjauan Hukum Islam. Penelitian tersebut dilakukan terhadap dua keluarga di Desa Malangjiwan Kecamatan Kebonarum, Kabupaten Klaten. Penelitian ini menekankan pada fungsi dan tugas seorang suami menurut pandangan hukum Islam. Kesimpulan yang dapat diambil dari sekripsinya adalah, bahwa kedua keluarga tersebut dilakukan dan disahkan oleh pegawai pencatat perkawinan dikarenakan salah satu pihak menundukkan diri pada salah satu hokum psangannya, dengan kata lain salah satu pasangan berpindah agama. Dengan menggunakan pedekatan yuridis-normati dan pendekatan social, dapat diketahui bahwa suami dalam keluarga tersebut memberikan kebebasan kepada istri dan anakanya dalam memeluk agama. Dengan menggunakan teori maslahah, menyangkut fenomena tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pemenuhan hak dan kewajiban suami istri sebagian besar sudah dapat terpenuhi.

(25)

11

Oleh Lembaga Sosial (Studi Kasus Terhadap Percik Salatiga). Skripsi ini menjelaskan tentang fasilitasi dari lembaga Percik terhadap pasangan yang akan melangsungkan perkawinan beda agama. Lembaga percik akan mendampingi pasangan tersebut terkait dengan tokoh agama dan lembaga pemerintah. Kesimpulan yang dapat dihasilkan dari skripsi tersebut adalah bahwa terdapat dua pandangan yang berbeda, pandangan yang pertama adalah mendukung adanya lembaga Percik untuk memfasilitasi perkawinan tersebut dengan alasan Hak Asasi Manusia. Kemudian pandangan yang kedua melarang dan diasumsikan bahwa Percik adalah pintu darurat yang berusaha memberikan ruang/gerak untuk mempermudah melakukan perkawinan beda agama yang esensinya sudah jelas dilarang dalam agama maupun peraturan di Indonesia. Selain itu, perkawinan beda agama juga menjadikan keluarga tersebut mempunyai banyak pengaruh negatife/masalah yang akan ditimbulkan.

(26)

12 bersosialisasi dengan masyarakat. Selain itu, penulis juga meneliti keadaan keharmonisan keluarga beda agama.

G. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan metode penelitian sebagai berikut:

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Adapun yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara menyeluruh, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong, 2007: 6). Menurut Milles dan Michael sebagaimana dikutip oleh Maslikhah (2013: 319) dalam bukunya yang berjudul “Melejitkan Kemahiran Menulis Karya

Ilmiah bagi Mahasiswa”, penelitian kualitatif akan mendapatkan data

(27)

13 keadaan yang terjadi saat penelitian berjalan dan menyuguhkan data apa adanya.

Jenis penelitian ini adalah field Research atau penelitian lapangan, yaitu penelitian yang dilakukan secara intensif, terperinci dan mendalam terhadap lembaga atau gejala tertentu mengenai suatu permasalahan yang terjadi, yang datanya diambil dari orang yang diteliti.(Suharsimi, 1993 : 115)

2. Kehadiran Peneliti

Dalam rangka mendapatkan data-data yang diperlukan, peneliti akan melaksanakan observasi dan wawancara langsung pada subjek penelitian maupun pihak lain yang memberikan informasi yang peneliti butuhkan. Sehingga peneliti akan turut aktif dalam kegiatan penelitian ini guna mencari data-data yang dibutuhkan.

3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian di tiga keluarga beda agama dan lingkungan sekitar Perumahan Manggisan Indah Kelurahan Mudal, Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo.

4. Sumber data

Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan dua sumber data yakni mencakup sumber data primer dan sumber data sekunder.

a. Sumber data primer meliputi data-data yang penulis dapatkan dari hasil

(28)

14 Bapak Mustanir) dan masyarakat Perumahan Manggisan Indah Keluarahan Mudal Kecamatan Mojotengah Kabupaten Wonosobo. b. Sumber data sekunder diperoleh dari buku-buku pustaka yang memuat

tentang perkawinan baik secara Islam maupun hukum positif yang berlaku di Indonesia.

5. Teknik Pengumpulan data

Penelitian ini dalam mengumpulkan data menggunakan teknik wawancara mendalam (in-depth) secara terbuka, observasi, dan Dokumentasi. Menurut Maslikhah dalam bukunya “Melejitkan Kemahiran

Menulis Karya Ilmiah bagi Mahasiswa”, yang mengutip pengertian

wawancara dari Mulyana (2004: 180) wawancara adalah bentuk komunikasi antar dua orang, melibatkan seseoranng yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu. Wawancara akan penulis lakukan terhadap tiga keluarga beda agama, tetangganya dan masyarakat sekitar.

(29)

15 keluarga beda agama. Menelaah lebih inheren keadaan dan pola-pola dalam keluarga beda agama.

Dokumentasi dalam artian ini adalah setiap bahan tertulis, dokumen-dokumen ataupun foto saat pelaksanaan penelitian sebagai bukti autentik dalam membantu penyusunan laporan penelitian. Penggunaan dokumen ini dirasa sangat penting dibutuhkan, karena dalam penelitian ini penggunaan dokumen sebagai sumber sekaligus sebagai bukti pendukung dalam penelitian. Adapun dokumen yang digunakan di dalam penelitian ini adalah Kartu Keluarga pelaku nikah beda agama, data penduduk dari kantor Kelurahan Mudal, foto rumah dan sebagainya.

6. Analisa Data

Setelah semua data diperoleh, maka penulis akan menganalisa untuk mengetahui perbedaan dan persamaan antara teori dengan fenomena dalam masyarakat sehingga diharapkan penulis mampu mendapatkan penemuan-penemuan baru. Dalam melakukan penganalisisan data, peneliti menggunakan metode descriptive analisis, metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu object, kondisi, sistem pemikiran atau kelas peristiwa pada masa sekarang. Menurut Whitey (1960), metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. (Moh. Nazir, 1988 : 63)

7. Pengecekan Keabsahan Data

(30)

16 data yang lain guna mendapatkan data yang lebih variatif sehingga lebih dapat dipercaya. Oleh karenanya, penulis mengacu pada empat criteria yang digunakan oleh Meolong sebagaimana yang dikutip oleh Maslikhah (2013: 323-324) yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteralihan

(transferability), ketergantungan (dependability), dan kepastian

(confirmablity). Uji derajat kepercayaan (credibility) dilakukan dengan cara melakukan pembuktian apakah yang diamati oleh peneliti benar-benar sesuai dengan apa yang sesungguhnya terjadi secara wajar dilapangan. Untuk melakukan derajat kepercayaan ini dilakukan observasi secara terus menerus. Keteralihan (transferability) membuat uraian laporan atas data yang ditemukan secara khusus dengan jelas ditulis sehingga dapat dipahami oleh pembaca. Ketergantungan (dependability) dilakukan untuk mengurangi kesalahan-kesalahan dalam mengumpulkan, menginterpretasi temuan dan laporan hasil penelitian cara menentukan dependent auditor

(31)

17 8. Tahap-tahap Penelitian

a. Tahap Pra-Lapangan

Dalam tahap pra-lapangan ini ada lima hal yang harus dilengkapi oleh peneliti, yaitu:

1) Menentukan settingdan subyek penelitian 2) Menyusun rancangan penelitian

3) mengurus perizinan penelitian 4) Menyiapkan perlengkapan penelitian b. Tahap Pekerjaan Lapangan

Uraian tentang tahap pekerjaan lapangan dibagi atas tiga bagian, yaitu:

1) Memahami latar penelitian 2) Adaptasi peneliti dilapangan

3) Berperan serta sambil mengumpulkan data c. Tahap Pasca Lapangan

Pada tahap pasca lapangan ini, peneliti membaginya menjadi tiga tahap, yaitu:

(32)

18 9. Sistematika Penulisan

Agar penulisan skripsi ini dapat dipahami dengan mudah dan jelas, maka perlu adanya sistematika penulisan. Sistematika tersebut adalah sebagai berikut :

Bab pertama merupakan pendahuluan. Pendahuluan meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian yang terdiri dari jenis dan pendekatan, lokasi penelitian, pengumpulan data, langkah-langkah penelitian, analisis data, sistematika penulisan dan sebagainya yang merupakan teknis penulis dalam melaksanakan penelitian.

Bab kedua adalah kajian pustaka, yang menguraikan tentang telaah pandangan hukum Islam (al-Qur’an, hadist, dan pandangan ulama) mengenai perkawinan beda agama dan keluarga, serta telaah hukum Islam dan teori umum mengenai keluarga sakinah (harmonis).

Bab ketiga merupakan hasil penelitian yang menjelaskan tentang gambaran umum Perumahan Manggisan Indah (meliputi letak geografis, gambaran keberagaman dalam masyarakat), kondisi dan pola-pola (aktivitas keagamaan, metode pendidikan terhadap anak dan hubungan sosial kemasyarakatan) tiga keluarga beda agama.

(33)
(34)

20 BAB II

PERKAWINAN BEDA AGAMA DAN KEHARMONISAN KELUARGA DALAM TEORI

Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi”(QS. An-Nisa’: 3) Kemudian, Nabi juga bersabda tentang perintah menikah :

اي : ىهسو هيهع الله ىهص الله لىسر لاقو

Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas’ud, Rasulullah pernah menyeru kepada para pemuda, : “Wahai para pemuda,

barangsiapa diantara kalian yang sudah mampu al-ba‟ah (memberi nafkah) hendaklah menikah; demikian karena lebih menjaga pandangan, dan menjaga kemaluan. Tetapi orang yang belum mampu menikah, hendaknya ia berpuasa, karena mampu menahan (syahwat) al-wija”.(HR. Bukhari Muslim).

Kata nikah atau ziwaj adalah bahasa Arab berarti “kawin”. Nikah atau perkawinan ini menurut syeikh Abdurrahman al Jazairiy dalam kitabnya Al Fiqh Ala Al Mazahib Al Arba‟ah, memiliki tiga pengertian yaitu, makna

(35)

21 Secara lughowi (etimologi) nikah (kawin) berarti “al wath‟u wa ad

dhammu” yang bararti bersenggama atau bercampur. Sedangkan makna

ushuli memiliki beberapa perbedaan pendapat yaitu : 1. Hakikat nikah adalah watha‟ (bersetubuh).

2. Hakekat nikah itu adalah akad. Sedangkan arti majaz atau kiasannya adalah bersenggama.

3. Hakekat nikah adalah musytarak atau gabungan dari pengertian akad dan bersenggama.

Sedangkan secara fiqhi (ilmu fiqih) bahwa perkawinan adalah akad nikah yang ditetapkan oleh syara‟ bahwa seorang suami dapat memanfaatkan dan bersenang-senang dengan kehormatan (kemaluan) seorang istri dan seluruh tubuhnya.(Tim Keluarga Sakinah Kantor Departemen Agama Kabupaten Wonosobo, 2003 : 12)

Pengertian perkawinan dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974

tentang Perkawinan tertuang dalam Pasal 1; “Perkawinan ialah ikatan lahir

bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal

berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.

Menurut mazhab Maliki, perkawinan adalah; “Akad yang dilakukan

untuk mendapatkan kenikmatan dari wanita”. Menurut mazhab Syafi’i

(36)

22 didalamnya terdapat lafadz perkawinan secara jelas, agar diperbolehkan bercampur.(Hasan, 2003 : 12)

Dari semua pengertian oleh beberapa mazhab tersebut, terdapat dua inti dari perkawinan yakni; akad dan kehalalan untuk bercampur. Sehingga perkawinan pada dasarnya menjadikan dua orang (laki-laki dan perempuan) menjadi seorang suami istri yang sah dan terhindar dari perzinaan.

Dalam Islam, ada beberapa rukun dan syarat perkawinan agar perkawinan tersebut sah sehingga laki-laki dan perempuan tersebut halal untuk melangsungkan hubungan intim (bercampur/bersetubuh), seperti yang ditulis oleh M. Ali Hasan dalam bukunya yang berjudul Pedoman Hidup Berumah Tangga Dalam Islam (2003 : 55) yakni :

1. Rukun Nikah

a. Calon Mempelai pria. b. Calon mempelai wanita. c. Wali nikah.

d. Saksi nikah. e. Ijab dan qabul 2. Syarat Perkawinan :

(37)

23 b. Syarat calon mempelai wanita; perempuan, beragama Islam (ada yang berpendapat bahwa perempuan ahli kitab diperbolehkan), jelas orangnya, dapat dimintai persetujuannya, dan tidak terdapat halangan perkawinan (wanita yang haram dinikahi seperti karena masih mahram, dan saudara persusuan)

c. Syarat wali nikah; laki-laki, dewasa, dan mempunyai hak perwalian. d. Syarat saksi nikah; minimal dua orang laki-laki, hadir dalam ijab dan

qabul, dapat memahami maksud akad, beragama Islam, dan dewasa. e. Syarat ijab qabul; ada ijab (pernyataan) mengawinkan dari pihak wali

nikah, ada qabul (pernyataan) menerima dari pihak calon suami. f. Memakai kata-kata “nikah”, “tazwij” atau terjemahannya seperti

“kawin”, antara ijab dan qabul bersambungan tidak boleh putus, orang

yang terikat dalam ijab tidak sedang dalam keadaan haji dan umrah, dan majliss ijab dan qabul itu harus dihadiri paling kurang empat orang yaitu calon mempelai pria atau wakilnya, wali dari calon mempelai wanita atau wakilnya, dan dua orang saksi.

B. Tujuan Perkawinan

Tedapat banyak sekali Tujuan dari perkawinan, diantaranya adalah; memberikan keturunan, merupakan sebuah ibadah, menyempurnakan separuh agama, dan menjaga kemaluan.

Dalam Undang-undang Perkawinan, tujuan perkawinan tertuang dalam Pasal 1 “…dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia

(38)

24 Adapun tujuan perkawinan menurut agam Islam, yang dikemukakan oleh beberapa pendapat diantaranya :

1. Achmad Ichsan, S.H; Tujuan perkawinan sebagai perintah Allah untuk memperoleh keturunan yang sah dalam masyarakat dengan mendirikan rumah tangga yang damai dan teratur.

2. M. H. Abdullah Siddik; faedah perkawinan ialah memelihara kerukunan kehidupan rumah tangga dan keturunan, karena kalau tidak dengan perkawinan tentulah rumah tangga dan turunan tidak berketentuan dan tidak adanya stabilitas kehidupan keluarga. Seterusnya perkawinan juga dipandang sebagai kemaslahatan masyrakat, karena kalau tidak ada perkawinan, manusia akan menurunkan sifat kebinatangannya yang akibatnya menimbulkan perselisihan, permusuhan antar sesama manusia, dalam Islam semuanya itu demi kemashlahatn masyarakat.(Eoh, 2001 : 41-42)

Tim Keluarga Sakinah Departemen Agama Kabupaten Wonosobo dalam buku yang dirterbitkan oleh mereka dengan judul “Membangun Keluarga

Sakinah, Qaryah, Thayyibah, Pemberdayaan Zakat”, ada beberapa tujuan

dari perkawinan yaitu :

1. Memperoleh ketenangan hidup

(39)

25 menghibur dikala susah dan pemulih gairah dikala lelah. Dijelaskan Allah SWT dalam firman-Nya :

Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepada-Nya dan dijadikan oleh-Nya diantara rasa cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (Q.S. Ar Ruum : 21). Mustofa al Maroghi dalam tafsir-nya, mengartikan litaskunuu ilaihaa dengan “menjadikannya saling menyayangi agar hidup satu

rumah sesuai dengan ketentuan yang berlaku”. Dengan demikian, fungsi perkawinan adalah tempat untuk menummbuhkan ketentraman, kebahagiaan, dan cinta kasih.

2. Menjaga kehormatan diri dan pandangan mata

Menjaga kehormatan diri dan pandangan mata merupakan dua hal yang diperintahkan Allah kepada manusia yang beriman. Firman Allah SWT :

Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman; “Hendaklah mereka

menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya”…”. (Q.S. An

Nur : 30)

(40)

26 menjaga dari perbuatan yang hanya didasari oleh syahwat, dan menjaga pandangan mata serta kemaluan.

3. Mendapatkan keturunan

Tujuan utama dari perkawinan adalah memperoleh keturunan (anak), terutama keturunan. Firman Allah SWT :

menjadikan bagimu dari istri-istri kamu itu anak-anak dan cucu-cucu.

(Q.S. An Nahl : 72)

Dari penjelasan di atas, diketahui bahwa tujuan dari perkawinan adalah membentuk ketentraman dan kesejahteraan dalam sebuah hubungan keluarga. Sehingga keluarga dapat bertahan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

C. Pengertian dan Pandangan Hukum Islam Tentang Perkawinan Beda Agama

(41)

27 Perkawinan beda agama, yaitu perkawinan antara laki-laki muslim dengan perempuan bukan muslimah dan sebaliknya. Islam secara tegas telah melarang perkawinan baik anatara perempuan muslimah dengan laki-lai non muslim, atau laki-laki muslim dengan perempuan non musslim atau ahli kitab.(Huzaimah, 2005 : 155)

Pelarangan ini didasarkan pada ayat al Qur’an surah al Baqarah ayat 221

:

Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya hamba sahaya mukmin lebih baik dari wanita merdeka musyrik walau menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan wanita mukmin dengan laki-laki yang musyrik. Hamba sahaya yang mukmin lebih baik daripada laki-laki musyrik walaupun menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedangkan Allah menyeru ke surga dan maghfirah atas izin-Nya. Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran. (Q.S. al Baqarah : 221)

Dan surah al Mumtahanah ayat 10 :

(42)

28

Hai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah kepadamu perempuan-perempuan yang beriman, Maka hendaklah kamu uji (keimanan) mereka. Allah lebih mengetahui tentang keimanan mereka;maka jika kamu telah mengetahui bahwa mereka (benar-benar) beriman Maka janganlah kamu kembalikan mereka kepada (suami-suami mereka) orang-orang kafir. mereka tiada halal bagi orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tiada halal pula bagi mereka. dan berikanlah kepada (suami suami) mereka, mahar yang telah mereka bayar. dan tiada dosa atasmu mengawini mereka apabila kamu bayar kepada mereka maharnya. dan janganlah kamu tetap berpegang pada tali (perkawinan) dengan perempuan-perempuan kafir; dan hendaklah kamu minta mahar yang telah kamu bayar; dan hendaklah mereka meminta mahar yang telah mereka bayar. Demikianlah hukum Allah yang ditetapkanNya di antara kamu. dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. (Q.S. al Mumtahanah : 10)

Dalam surat al-Baqarah ayat 211 pelarangan perkawinan beda agama

secara tergas tertulis dalam kalimat “laatankihuu almushrikaati hatta

yukminna”. Secara tersurat larangan ini bersifat mutlak tanpa terkecuali.

Artinya seluruh wanita musyrik haram dinikahi, walaupun dia adalah ahli kitab. (Saifudin, 2005 : 15)

Akan tetapi kemudian turun surat al-Maidah ayat 5, dalam ayat tersebut terdapat dispensasi bahwa laki-laki diperbolehkan menikahi seorang ahli kitab (yahudi dan Nasrani). Hal ini memunculkan beberapa pendapat di kalangan ulama.

(43)

laki-29 laki muslim untuk menikahi perempuan ahli kitab karena asal perkawinan itu, adalah ibadah (halal/boleh) dan kita hanya dilarang kawin pada perempuan-perempuan yang haram untuk dinikahi.(Huzaimah, 2005 : 156)

Pendapat kedua, adalah pendapat yang membolehkan dengan syarat,

yaitu pendapat Imam Syafi’I dan Imam Ahmad. Menurut mereka laki-laki

muslim boleh menikahi perempuan Yahudi/Nasrani dengan syarat ibu bapak perempuan itu harus orang Yahudi dan nasrani juga. Jika ayah dan ibu mereka adalah penyembah berhala bukan ahli kitab (Taurat/Injil), maka tidak boleh menikahi perempuan itu.(Huzaimah, 2005 : 156)

Pendapat ketiga, haram secara mutlak menikahi wanita ahli kitab. Hal ini sebagaimana pendapat Ibnu Abbas, dalam memahami kedua ayat tersebut (al-Baqarah : 221 dan al-Maidah : 5), Ibnu Abbas mengatakan,: “Rasulullah Saw telah melarang menikahi seluruh wanita kecuali yang beriman dan berhijrah, dan mengharamkan wanita dari agama manapun kecuali Islam, sebagaimana firman Allah,: “Barangsiapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerima

hukum-hukum Islam) Maka hapuslah amalannya”. (Qs. al Maidah: 5)

Lebih jelas lagi, alasan tidak bolehnya bagi seorang muslim menikahi wanita ahli kitab dijelaskan oleh Imam Fakhruddin al-Razi dalam tafsirnya

(44)

30 1. Dalam surat at Taubah ayat 30-31 menjelaskan bahwa orang yang mengatakan Uzair anak Allah dan Isa al-Masih anak Allah berarti ia musyrik.

2. Surat an Nisa ayat 48 menjelaskan Allah mnegampuni segala dosa kecuali syirik, seandainya dosa orang yahudi dan nasrani bukan merupakan dosa syirik pastinya Allah akan mengampuni, tetapi seperti diketahui bahwa dosa mereka merupakan dosa syirik yang tidak diampuni.

3. Surat al Maidah ayat 73 menjelaskan bahwa Trinitas merupakan kesyirikan dan kufur akbar.

4. Bahwa Rasulullah Saw ketika mengutus utusan untuk berdakwah kepada orang-orang musyrik menyuruh agar mereka masuk ke dalam agama Islam, atau membayar fidyah. Dan orang yang membayar fidyah dan tidak masuk Islam maka ia disebut musyrik.

5. Sebagaimana pendapat Abu Bakar al-Ashammu, setiap orang yang menolak risalah rasulullah Saw maka ia adalah orang musyrik. (Abu

al-Fida’, 1999 : 48)

Rasuluallah pun mendorong umatnya agar menikahi laki-laki atau perempuan yang seagama (Islam), Rasuluallah Saw bersabda; ”Wanita

dinikah karena empat faktor; karena harta, karena keturunan, karena

kecantikan dan karena agamanya. Hendaklah memilih karena agama,

(45)

31 Menurut hadits tersebut, ada empat faktor yang mendorong seorang pria memilih wanita, yakni karena kecantikannya, kekayaannya, keturunannya, dan agamanya. Namun dalam hadits tersebut juga di uangkapkan bahwa hanya yang dilatarbelakangi agama akan memperoleh kebahagiaan.(Saifudin, 2005 : 17)

Dengan demikian, wanita yang baik menurut hadits tersebut adalah wanita yang baik agamanya (shalehah). Dan juga ketika ingin mencapai bahagia (sakinah) maka harus seiman, karena hanya menikah dengan yang segama lah yang hanya akan mendapat kebahagiaan. Hal ini sejalan dengan potongan ayat dalam surah al-Baqarah ayat 211 ”sungguh hamba sahaya

mukmin adalah lebih baik dibanding dengan wanita merdeka musyrik, walau

sangat menarik hatimu”.

D. Pandangan Hukum Positif Indonesia Tentang Perkawinan Beda Agama Dalam pandangan hukum positif Indonesia, Majlis Ulama Indonesia (MUI) mengharamkan perkawinan antara laki-laki muslim dengan wanita non muslim atau ahli kitab, sebagai haram saddi li adz-dzari‟ah. Kemudian

diperkuat dengan Kompilasi Hukum Islam pasal 40 poin c, ”Dilarang

melangsungkan perkawinan antara seorang pria dengan seorang perempuan

yang tidak beragama Islam”. Hal ini sejalan dengan apa yang tertuang dalam

Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 1

“Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang

(46)

32

dan Pasal 2 ayat (1) yang menjelaskan bahwa “Perkawinan yang sah

adalah perkawinan yang dilaksanakan menurut hukum masing-masing

agama dan kepercayaannya”.

Namun kemudian dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan pasal 23 huruf (a)

yang mengatakan “bahwa perkawinan yang ditetapkan oleh pengadilan

adalah perkawinan yang dilakukan antar umat yang berbeda agama”.

Sehingga seseorang berbeda agama dapat melangsungkan pernikahan

atas dasar ijin dari pengadilan negeri.

E. Pengertian Keluarga

Keluarga merupakan suatu unit, terdiri dari bebrapa orang yang masing-masing mempunyai kedudukan dan peranan tertentu. Keluarga itu dibina oleh sepasang manusia yang telah sepakat untuk mengarungi hidup bersama dengan tulus dan setia, didasari keyakinan dan dikukuhkan melalui perkawinan, dipaterai dengan kasih sayang, ditunjukkan untuk saling melengkapi dan meningkatkan diri dalam menuju ridha Allah.(Soelaeman, 1994 : 152)

(47)

33 Dalam bahasa arab, keluarga disebut al-usratu yang berasal dari kata al-usru yang mempunyai arti secara bahasa ”ikatan”. Namun dalam Islam, kata

keluarga tidak menggunakan kata al-usru melainkan al-ahl. kata al-ahl dalam

bahasa arab mempunyai arti kata ”damai” dan ”sentosa”.Karena dalam Islam

keluaarga tidak hanyalah sebuah ikatan, melainkan adalah sumber ketenangan diri, dan ketentraman.(Abdul Ghani, 2004 : 24-28)

F. Fungsi Keluarga

Keluarga, sebagai lingkungan pertama dalam kehidupan, mempunyai banyak fungsi bagi terbentuknya sebuah masyarakat. Sayekti (1994) membagi fungsi keluarga kedalam delapan bagian, yakni :

1. Fungsi Religius

Orang tua merupakan orang yang pertama kali membimbing anak dalam mengenal Tuhan, mengetahui tentang akidah, dan mengajarkan akhlak.

2. Fungsi Biologis

Kebutuhan seks merupakan salah satu kebutuhan biologis manusia. Dorongan seksual ini apabila tidak tersalurkan sebagaimana mestinya, maka akan terjadi penyimpangan-penyimpangan seksual seperti onani, masturbasi, sodom, dan lain-lain. Bahkan, jika kebutuhan ini tidak terpenuhi bisa menimbulkan tindak kriminal seperti pemerkosaan, dan perzinaan.

(48)

34 Keluarga merupakan lembaga pendidikan pertama bagi anak. Keluargalah yang akan membentuk kepribadian seorang anak, sikap dan kebiasaan sehari-hari dalam keluarga merupakan mata pelajaran.

4. Fungsi Sosialisasi

Keluarga merupakan pintu awal penghubung seorang anak dengan lingkungan sosial dan norma-norma sosial. Terlaksananya fungsi ini, diharapkan sebagai pintu bagi anak mempersiapkan dirinya menjadi anggota masyarakat.

5. Fungsi Afeksi dan Perasaan

Salah satu kebutuhan yang fundamental dalam diri manusia dalah rasa kasih sayang. Kepribadian seseorang akan terbentuk dari rasa apa yang orang lain berikan. Rasa kasih sayang yang terjaga dalam keluarga merupakan kunci utama terjalinnya keluarga yang bertahan lama.

6. Fungsi Ekonomis

Dalam sebuah keluarga terdapat aktivitas pencarian nafkah, pemanfaatannya, pembelanjaannya, dan perencanaannya. Suami sebagai pihak yang mencari nafkah, kemudia isstri bertugas mengelolanya sebaik mungkin. Posisi anak adalah yang memanfaatkannya.

7. Fungsi Rekreasi

(49)

35 8. Fungsi Proteksi atau Fungsi Lindungan

Fungsi perlindungan disini adalah, keluarga sebagai tempat yang memberikan rasa aman, nyaman, tenang dan damai.

Kemudian selain fungsi keluarga tersebut diatas, keluarga merupakan masyarakat kecil. Pada saat yang sama, keluarga juga merupakan unsur pertama masyarakat besar. Tidak akan ada masyrakat besar, jika tidak ada keluarga. Dengan kata lain, gamabaran umum kehidupan masyarakat besar dibentuk pertama kali dalam keluarga. Maka tingkat persatuan antar anggota keluaarga, sangat berpengaruh pada tingkat persatuan masyarakat.(Abdul Ghani, 2004 : 75-76)

G. Pengertian Keharmonisan Keluarga

Keharmonisan keluarga merupakan dambaan setiap pasangan suami-istri baik dalam keluarga nikah beda agama ataupun bukan karena dalam keharmonisan itu terbentuk hubungan yang hangat antar anggota keluarga dan juga merupakan tempat yang menyenangkan serta positif untuk hidup. Ada banyak pengertian tentang keharmonisan keluarga, dibawah ini akan dipaparkan menurut beberapa tokoh.

(50)

36 Kemudian, Basri mengatakan dalam bukunya yang berjudul “Merawat Cinta Kasih”, keluarga yang harmonis dan berkualitas yaitu keluarga yang

rukun bahagia, tertib, disiplin, saling menghargai, penuh pemaaf, tolong menolong dalam kebajikan, memiliki etos kerja yang baik, bertetangga dengan saling menghormati, taat mengerjakan ibadah, berbakti pada yang lebih tua, mencintai ilmu pengetahuan, dan memanfaatkan waktu luang dengan hal yang positif dan mampu memenuhi dasar keluarga. (Basri, 1996 : 111)

Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Qaimi; Bahwa keluarga harmonis merupakan keluarga yang penuh dengan ketenangan, ketentraman, kasih sayang, keturunan dan kelangsungan generasi masyarakat, belas-kasih dan pengorbanan, saling melengkapi, dan menyempurnakan, serta saling membantu dan bekerja sama.(Qaimi, 2002 :14)

Menurut Sarlito bahwa keluarga harmonis hanya akan tercipta kalau kebahagiaan salah satu anggota berkaitan dengan kebahagiaan anggota-anggota keluarga lainnya. Secara psikologi dapat berarti dua hal:

1. Terciptanya keinginan-keinginan, cita-cita dan harapan-harapan dari semuaanggota keluarga.

2. Sesedikit mungkin terjadi konflik dalam pribadi masing-masing maupun antar pribadi.(Sarlito, 1982 : 2)

(51)

37

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tandabagi kaum yang berfikir”.

Dari beberapa definisi tentang keharmonisan keluarga yang dikemukakan para tokoh di atas, maka dapat disimpulkan keharmonisan keluarga adalah keadaan keluarga di mana para anggotanya merasa bahagia, saling mencintai dan saling menghormati serta dapat mengaktualisasikan diri sehingga perkembangan anggota keluarga berkembang secara normal.

H. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keharmonisan Keluarga

Keluarga harmonis atau keluarga bahagia adalah apabila dalam kehidupannya telah memperlihatkan faktor-faktor berikut:

1. Faktor kesejahteraan jiwa. Yaitu rendahnya frekwensi pertengkaran dan percekcokan di rumah, saling mengasihi, saling membutuhkan, saling tolong-menolong antar sesama keluarga, kepuasan dalam pekerjaan dan pelajaran masing-masing dan sebagainya yang merupakan indikator-indikator dari adanya jiwa yang bahagia, sejahtera dan sehat.

2. Faktor kesejahteraan fisik. Seringnya anggota keluarga yang sakit, banyak pengeluaran untuk kedokter, untuk obat-obatan, dan rumah sakit tentu akan mengurangi dan menghambat tercapainya kesejahteraan keluarga.

(52)

38 menyeimbangkan pemasukan dan pengeluaran dalam keluarga.(Sarlito, 1982 : 79)

Kunci utama keharmonisan sebenarnya terletak pada kesepahaman hidup suami dan istri. Karena kecilnya kesepahaman dan usaha untuk saling memahami ini akan membuat keluarga menjadi rapuh. Makin banyak perbedaan antara kedua belah pihak maka makin besar tuntutan pengorbanan dari kedua belah pihak. Jika salah satunya tidak mau berkorban maka pihak satunya harus mau berkorban. Jika pengorbanan tersebut telah melampaui batas atau kerelaannya maka keluarga tersebut terancam. Maka pahamilah keadaan pasangan, baik kelebihan maupun kekurangannya yang kecil hinga yang tebesar untuk mengerti sebagai landasan dalam menjalani kehidupan berkeluarga. Rencana kehidupan yang dilakukan kedua belah pihak merupakan faktor yang sangat berpengaruh karena dengan perencanaan ini keluarga bisa mengantisiapsi hal yang akan datang dan terjadi saling membantu untuk misi keluarga.(Sarlito, 1982 : 79-82)

Membina rumah tangga akan berhasil tergantung dari penyesuaian antara kedua belah pihak dan bagaimana mengatasi kesulitan-kesulitan, maka kedua belah pihak harusmemperhatikan beberapa hal berikut :

1. Menghadapi kenyataan. Suami istri perlu menghadapi kenyataan hidup dari semua yang terungkap dan tersingkap sebagai suatu tim, dan menanggulanginya dengan bijaksana untuk menyelesaikan masalah. 2. Penyesuaian timbal balik perlu usaha terus menerus dengan saling

(53)

39 menunjukkan pengertian, penghargaan, dan saling memberi dukungan semangat. Kesemuanya berperan penting dalam memupuk hubungan yang baik, termasuk dalam hubungan yang paling intim dalam hubungan suami istri adalah seks.

3. Latar belakang suasana yang baik. Untuk menciptakan suasana yang baik, dilatar belakangi oleh pikiran-pikiran, perbuatan dan tindakan yang penuh kasih sayang. Maka macam-macam perasaan jengkel, kecewa, tidak adil yang bisa menimbulkan prasangka curiga yang mewarnai suasana hubungan suami istri dijauhi.(Gunarsa, 1991 : 202-203)

Berdasarkan pendapat beberapa tokoh di atas yang menyebutkan tentang faktor-faktor keharmonisan keluarga, maka penulis dapat menyimpulakan bahwa faktor keharmonisan keluarga adalah adanya saling menghargai diantara anggota keluarga, saling menyayangi, terjaganya kesehatan rohani dan jasmani serta perekonomian yang matang.

I. Indikator Keluarga Harmonis

Suatu keluarga dapat dikatakan harmonis jika indikator-indikator yang melatarbelakangi keharmonisan keluarga sudah terpenuhi atau tercapai. Indikator atau kunci dalam pembentukan keluarga adalah:

1. Rasa cinta dan kasih sayang. Tanpa keduanya rumah tangga takkan berjalan harmonis. Karena keduanya adalah power untuk menjalankan kehidupan rumah tangga.

(54)

40 masalah. Hal itu harus didasarkan pada satu tujuan yaitu keharmonisan rumah tangga.

3. Pemenuhan nafkah lahir batin dalam keluarga. Dengan nafkah maka harapan keluarga dan anak dapat terealisasi sehingga tercipta kesinambungan dalam rumah tangga.(Dlori, 2005 : 16-23)

Menurut Basri untuk meraih keharmonisan keluarga perlu memiliki sifat-sifat ideal dan menerapkannya dalam rumah tangga, sifat tersebut adalah:

1. Persyaratan fisik biologis yang sehat-bugar. Hal ini penting karena: untuk menjalankan tugasnya keduanya memerlukan tubuh atau anggota badan yang sehat.

2. Psikis rohaniah yang utuh. Kondisi psikis rohaniah yang utuh sangat diperlukan dalam menunjang kemampuan seseorang dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam rumah tangga dengan mental yang sehat akan mampu mengendalikan emosi yang kadang tergoncang karena berbagai macam alasan dan situasi. Taraf kepribadian dan rohani yang utuh dan teguh sangat diperlukan, karena dalam perjalanan hidup banyak godaan dan cobaan silih berganti, baik dalam moral kesusilaan, keadilan, kejujuran,tanggung jawab sosial dan keagamaan.

(55)

41 mengusahakannya, sehingga keluarga akan terpenuhi kebutuhannya. (Basri, 2002 : 32-37)

Zakia Daradjat dalam bukunya yang berjudul “Ketenangan dan

Kebahagiaan Keluarga” menjelaskan beberapa persyaratan dalam mencapai keluarga yang harmonis, adapun syarat tersebut adalah :

1. Saling mengerti antara suami istri, yaitu :

a. Mengerti latar belakang pribadinya; yaitu mengetahui secara mendalam sebab akibat kepribadian(baik sifat dan tingkah lakunya) pasangan.

b. Mengerti diri sendiri; memahami diri sendiri, masa lalu kita, kelebihan dan kekurangan kita, dan tidak menilai orang berdasarkan diri kita sendiri.

2. Saling menerima. Trimalah apa adanya pribadinya, tugas, jabatan dan sebagainya jika perlu diubah janganlah paksakan, namun doronglah dia agar terdorong merubahnya sendiri. Karena itu :

a. Terimalah dia apa adanya karena menerima apa adanya dapat menghilangkan ketegangan dalam keluarga.

b. Terimalah hobi dan kesenangannya asalkan tidak bertentangan dengan norma dan tidak merusak keluarga.

c. Terimalah keluarganya.

(56)

42 bahwa setiap orang perlu dihargai. Maka menghargai keluarga adalah hal yang sangat penting dan harus ditunjukkan dengan penuh keikhlasan dan kesungguhan. Adapun cara menghargai dalam keluarga adalah:

a. Menghargai perkataan dan perasaannya. Yaitu, menghargai seseorang yang berbicara dengan sikap yang pantas hingga ia selesai, menghadapi setiap komunikasi dengan penuh perhatian positif dan kewajaran, mendengarkan keluhan mereka.

b. Menghargai bakat dan keinginan sepanjang tidak bertentangan dengan norma.

c. Menghargai keluarganya.

4. Saling mempercayai. Rasa percaya antara suami istri harus dibina dan dilestarikan hingga hal terkecil terutama yang berhubungan dengan akhlaq, maupun segala kehidupan. Diperlukan diskusi tetap dan terbuka agar tidak ada lagi masalah yang disembunyikan. Untuk menjamin rasa saling percaya hendaknya memperhatikan :

a. Percaya pada dirinya. Hal ini ditunjukkan secara wajar dalam sikap ucapan, dan tindakan.

b. Percaya akan kemampuannya, baik dalam mengtur perekonomian keluarga, mengendalikan rumah tangga, mendidik anak, maupun dalam hubungannya dengan orang lain dan masyarakat.

(57)

43

kebetulan datang dan hilang namun ia adalah “usaha untuk…”. Adapun

syarat untuk mempertalikan dengan cinta adalah : a. Lemah lembut dalm bicara.

b. Menunjukkan perhatian pada pasangan, terhadap pribadinya maupun keluarganya.

c. Bijaksana dalam pergaulan. d. Menjauhi sikap egois. e. Tidak mudah tersinggung.

f. Menentramkan batin sendiri. Karena takkan bisa menentramkan batin seseorang apabila batinnya sendiri tidak tentram, orang disekitarnya pun tidak akan nyaman. Saling terbuka dan membicarakan hal dengan pasangan adalah kebutuhan yang dapat menentramkan masalah. Peran agama dan spiritual pun sangat menentukan. Dengannya kemuliyaan hati tercermin dalam tingkah laku yang lebih baikdan menarik. Oleh sebab itu oarng yang tentram batinnya akan menyenangkan dan menarik bagi orang lain.

g. Tunjukkan rasa cinta. Hal ini dapat melalui tindakan, ucapan, terhadap pasangan.(Djarajat, 1975 : 35-37)

Prof. Nick dan John De Frain dalam bukunya “Al-Qur‟an : Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa” membagi kriteria keluarga bahagia

atau harmonis, kriteria tersbut adalah :

(58)

44 utama agama dalam kehidupan terutama rumah tangga adalah kasih sayang. Penelitian mengatakan keluarga yang tidak religious, komitmen agamanya rendah, atau yang tidak mempunyai komitmen sama sekali berisiko empat kali tidak bahagia, dan berakhir dengan broken home, perceraian, tak ada kesetiaan, dan kecanduan NAZA.

2. Terdapat waktu bersama keluarga. Sesibuk apapun keluarga tersebut hendaknya para anggota keluarga harus menyediakan waktu untuk keluarga atau suasana kebersamaan dengan unsur-unsur keluarga sebagai usaha pemeliharaan hubungan.

3. Dalam interaksi segitiga, keluarga menciptakan hubungan yang baik antara anggotanya. Komunikasi yang baik dan dua arah, suasana demokratis dalam keluarga harus dijaga agar tidak terjadi kesenjangan diantara anggota keluarga.

4. Saling harga-menghargai dalam interaksi ayah, ibu, dan anak. Hal ini dilakukan melalui ucapan, tindakan, dan sikap yang tertanam dalam anggota keluarga.

5. Keluarga sebagai unit terkecil harus erat dan kuat, jangan longgar, dan jangan rapuh. Mereka bukan hanya dekat di mata namun juga harus dekat di hati. Hubungan silaturrahmi berdasarkan kasih sayang haruslah dibina dalam keluarga.

(59)

45 Berdasarkan teori di atas banyak ciri keluarga harmonis, ciri tersebut ada yang berasal dari dalam individu maupun dari lingkungan. Dari dalam individu misalnya kematangan emosi, menanamkan sikap saling percaya antara anggota keluarga, sedangkan dari lingkungan misalnya : menjaga hubungan dengan sesama anggota keluarga baik keluarga inti maupun keluarga jauh, serta menjaga hubungan dengan tetangga. Selain itu pemenuhan ekonomi juga sangat mempengaruhi keharmonisan keluarga. J. Keluarga Sakinah Mawadah Wa Rahmah Dalam Islam

Islam dalah agama yang rahmatan lil alamiin, oleh karenanya Islam memberikan pedoman hidup sangat lengkap kepada manusia, termasuk pedoman berumah tangga. Sehingga manusia bisa menjalankan kehidupan keluarga yang sakinah mawadah wa rahmah. Istilah keluarga sakinah diambil dariFirman Allah Swt dalam surah ar-Rum ayat 21 yang berbunyi :

dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentranm kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikit. (Q.S. ar Ruum : 21)

Kata litaskunuu berasal dari asal kata sakana yang berarti tanah damai. Kata ini kemudian dijadikan sebagai nama kegiatan (isim masdar) sakiinatun.

(60)

46 (mawadah wa rahmah) antara anggota keluarga dan lingkungannya dengan selaras, serasi serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam nilai-nilai keimanan, ketaqwaan, dan akhlak mulia. (Tim Keluarga Sakinah Kantor Departemen Agama Kabupaten Wonosobo, 2003 : 11)

Kata taskunuu terambil dari kata sakana yaitu diam, tenang setelah sebelumnya goncang dan sibuk. Perkawinan melahirkan ketenangan batin. Kemudian, kata ilaihaa yang merangkai kata litaskunuu mengandung makna cenderung/menuju kepadanya, sehinga penggalan ayat diatas bermakna Allah menjadikan pasanngan suami-istri masing-masing merasakan ketenangan di samping pasangannya serta cenderung kepadanya. (Quraish Shihab, 2002 : 35)

(61)

47 BAB III

KELUARGA BEDA AGAMA DALAM MEMPERTAHANKAN KEUTUHAN RUMAH TANGGA

A. Gambaran Umum Perumahan Manggisan Indah

Sebelum penulis membahas mengenai bagaimana keluarga beda agama di Perumahan Manggisan Indah bisa mempertahankan rumah tangganya, alangkah baiknya penulis akan memaparkan gambaran umum mengenai Perumahan Manggisan Indah. Perumahan Manggisan Indah merupakan salah satu Perumahan atau bisa disebut Dusun di Kelurahan Mudal Kecamatan Mojotengah Kabupaten Wonosobo. Kelurahan Mudal mempunyai luas tanah 339.750 ha dan sebagian besar adalah lahan pertanian. Dengan demikian dapat dipastikan masyarakat Kelurahan Mudal adalah petani. Kelurahan Mudal mempunyai beberapa Dusun yakni; Dusun Limbangan, Pandansari, Binangun, Andongsili, Manggisan Asri, Manggisan Lama, Manggisan Baru, Manggisan Permai, dan Dusun Manggisan Indah.

Perumahan Manggisan Indah terletak di daerah yang cukup lembab dan sejuk dilereng Gunung Sindoro Kabupaten Wonosobo dengan suhu rata-rata 210 C. Tepatnya ke arah utara dari Kabupaten Wonosobo kurang lebih jaraknya 4 km yang bisa ditempuh dengan catatan waktu 20 menit dari arah Kabupaten Wonosobo.

(62)

48 Hal ini bisa dilihat dari Tabel 1.1 tentang Data Penduduk Perumahan Manggisan Indah Mengenai Jumlah Penduduk, Agama dan Pendidikan

(63)

49 Tabel 1.1

Data Penduduk Perumahan Manggisan Indah Mengenai Jumlah Penduduk, Agama dan Pendidikan Terakhir

No. RT/RW Jumlah Keluarga

Jumlah Penduduk

Agama Pendidikan Terakhir

Islam Kristen Katholi

k Hindu Budha Lainnya Sarjana SMA SMP

Tamat/Belum Tamat SD

Tidak/Belum Sekolah

1. 01/VI 35 128 121 - 7 - - - 28 41 14 24 21

2. 02/VI 31 102 98 - 4 - - - 31 36 6 15 14

3. 03/VI 29 110 102 1 7 - - - 23 36 7 26 18

4. 04/VI 33 122 111 - 11 - - - 27 46 9 22 18

5. 05/VI 26 94 85 1 8 - - - 20 41 9 21 3

6. 06/VI 29 115 95 8 12 - - - 13 38 17 20 27

(64)

50 Dari tabel di atas dapat dilihat, dari jumlah penduduk 671 orang 612 diantaranya merupakan pemeluk agama Islam. Dengan rata-rata pendidikan cukup tinggi yakni SLTA/sederajat.

Karena memang berupa perumahan, sehingga masyarakatnya cenderung diam atau dengan kata lain kurang sering berinteraksi dengan sesama tetangganya karena kesibukan masing-masing. Namun, masyarakat ini merupakan masyarakat yang lumayan aktif dan mempunyai berbagai kegiatan kemasyarakat baik yang bernuansa keagamaan ataupun nasional seperti yang disampaikan oleh Ketua RW VI Bapak Tiar. Berikut kegiatan tersebut diantaranya :

1. Pertemuan rutin setiap satu bulan sekali bapak-bapak di tiap RT masing-masing.

2. Pertemuan PKK setiap satu bulan sekali oleh ibu-ibu di tingkat RW. 3. Pertemuan rutin satu bulan sekali oleh Ketua RT.

4. Yasinan dan Tahlil setiap satu minggu sekali baik bapak-bapak, ibu-ibu dan juga remaja di tingkat RW.

5. Posyandu balita dan lansia setiap bulan sekali di tingkat RW.

6. Perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia satu tahun sekali di tingkat RW. 7. Bersih desa (kerja bakti).

8. Penyembelihan hewan qurban, dan lain-lain.

(65)

masing-51 masing RT. Tidak ada gereja di lingkungan perumahan ini, karena mayoritas masyarakatnya adalah muslim.

Hampir semua masyarakat Perumahan manggisan Indah adalah pendatang, bukan asli warga Manggisan Indah atau wilayah Kabupaten Wonosobo. Perumahan ini menjadi tempat yang nyaman bagi mereka keluarga beda agama. Karena, sifat masyarakat perumahan yang cenderung

cuek dengan tetangganya. Selain itu, sebagian besar masyarakat berpendidikan tinggi sehingga niai toleransi dan pluralisme dijunjung tinggi. Dari 183 keluarga, 8 diantaranya adalah keluarga beda agama. Keluarga tersebut akan penulis paparkan dalam Tabel 1.2 tentang Daftar Keluarga Beda Agama Di perumahan Manggisan Indah berikut ini :

Tabel 1.2

Daftar Keluarga Beda Agama Di Perumahan Manggisan Indah

No. Nama Status Dalam

Keluarga Agama Pendidikan terakhir 1. Achmad Mustanir Kepala Keluarga Islam SLTA/sederajat

Tri Sulistyaningsih Isti Katholik SLTA/sederajat Y. Octavian Adhi Wibowo Anak Katholik Diploma IV/Strata I Yulianto Adi Prabowo Anak Katholik Diploma III/S. Muda 2. Hanafi Kepala Keluarga Katholik Diploma IV/Strata I

Atiek Srie Suparti Istri Islam Diploma III/S. Muda

Handi Yaheskia Anak Katholik Belum Tamat SD

Finka Devina Avista Anak Katholik Tidak/Belum Sekolah

Andre Evantio Anak Katholik Tidak/Belum Sekolah

3. Muhsinin Kepala Keluarga Islam SLTA/sederajat

Gambar

Gambar 1.1 Kartu Keluarga Hanafi .............................................................
Tabel 1.1 Data Penduduk Perumahan Manggisan Indah Mengenai Jumlah Penduduk, Agama dan Pendidikan Terakhir
Tabel 1.2
Gambar 1.1 Kartu Keluarga Hanafi
+6

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Utama (2004), baik tidaknya pelaksanaan good corporate governance di dalam perusahaan salah satu diantaranya dipengaruhi oleh mekanisme disclosure informasi

[r]

Dari beberapa ruang dari kelompok pelayanan yang terdapat interaksi secara visual maka akan diberikan kenyamanan ruang yang dapat memudahkan pengunjung pada saat melihat-lihat proses

Ketua dipilih dari salah seorang kepala/pengelola PAUD dalam gugus atau kepala/ pengelola lembaga inti. Ketua bersma dengan sekretaris dan bendahara menciptakan suatu

Oleh karena itu penulis tertarik untuk merancang sistem informasi dengan judul “ Pengembangan Sistem Informasi Rekam Medis Pada Puskesmas Gisting Berbasis Web ”

Beberapa inovasi vocal juga ditemukan dalam bahasa Tidung, misalnya saja pada PMP *buruk > TDG busak ‘busuk’, PMP *ma-putiq > TDG pulak ‘putih’, dan PMP * i-kita > TDG

Alhamdulillah puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang masih memberikan nafas kehidupan, sehingga saya dapat menyelesaikan pembuatan makalah

Faktor kedueu raenyangkut soal partisipa3i anggota. Dalam suatu organisasi kekuatem terpenting terletak pada anggota. Suatu organisasi akan dapat dengan mudah raenca- pai