• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Umum Wilayah Studi Rekapitulasi Data Dan Permasalahan. Rencana Garis Besar Sistem Drainase Kota Lamongan Operasi Dan Pemeliharaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Gambaran Umum Wilayah Studi Rekapitulasi Data Dan Permasalahan. Rencana Garis Besar Sistem Drainase Kota Lamongan Operasi Dan Pemeliharaan"

Copied!
231
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Kata Pengantar

Untuk memenuhi ketentuan dalampekerjaan ”Fasilitasi Penyusunan

Masterplan & DED Sistem Drainase Kabupaten Lamongan (LMG.K-3)”, maka

disampaikan laporan pekerjaan berupa "Laporan Akhir”

Laporan Akhir ini disajikan dengan deskripsi, tabel, peta dan gambar yang diharapkan dapat memberikan gambaran tentang berbagai fakta/keadaan, analisa, serta rencana sistem drainase di Kota Lamongan. Dalam buku Laporan Akhir ini memuat 7 (tujuh) bab, yaitu :

Bab I. Pendahuluan

Bab II. Gambaran Umum Wilayah Studi Bab III. Rekapitulasi Data Dan Permasalahan Bab IV. Analisa Detail

Bab V. Rencana Garis Besar Sistem Drainase Kota Lamongan Bab VI. Operasi Dan Pemeliharaan

Bab VII. Penutup

Ucapan terimakasih disampaikan kepada semua pihak yang terkait atas semua kerjasama, bantuan, informasi dan kepercayaan yang telah diberikan dan semoga laporan ini bermanfaat.

Surabaya, Desember 2014 PT. ADHICIPTA Engineering Consultant Surabaya.

Ir. Sunawan AL. T. Setiawan.

(3)

Daftar Isi

KATA PENGANTAR ... i DAFTAR ISI ... ii-iv DAFTAR TABEL ... v-vi DAFTAR GAMBAR ... vii-ix BAB I. PENDAHULUAN ... I - 1

1.1. Latar Belakang ... I - 1 1.1.1. Maksud dan Tujuan ... I - 2 1.1.2. Sasaran ... I - 2 1.2. Lokasi Pekerjaan ... I - 2 1.3. Lingkup Kegiatan ... I - 5 1.4. Waktu dan Pelaksanaan Pekerjaan ... I - 7 1.5. Nama Pengguna Jasa ... I - 8 1.6. Keluaran yang Dihasilkan... I - 8 BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH PEKERJAAN ... II - 1

2.1. Wilayah Administrasi Kabupaten Lamongan ... II - 1 2.2. Kondisi Fisik Kota Lamongan ... II - 2

2.2.1. Geologi ... II - 2 2.2.2. Kemampuan Tanah ... II - 5 2.2.3. Kondisi Topografi ... II - 5 2.2.4. Hidrologi ... II - 8 2.2.5. Iklim dan Curah Hujan ... II - 14 2.2.6. Kondisi Prasaran dan Sarana Jalan ... II - 14 2.2.7 Rencana Pengembangan Transportasi Darat ... II - 13 2.2.8. Penggunaan Lahan ... II - 37 BAB III. REKAPITULASI DATA DAN PERMASALAHAN ... III - 1 3.1. Data Primer ... III - 2 3.1.1. Survey Pengukuran ... III -2 3.1.2. Survey Alur Drainase (Arah Aliran) ... III -2 3.1.3. Survey Daerah Genangan ... III -4 3.1.4. Survey Sosial Ekonomi dan Peran Serta Masyarakat .. III -5 3.1.5. Survey Fasilitas Drainase Perkotaan ... III -7 3.1.6. Survey Penyelidikan Tanah ... III -16 3.2. Data Sekunder ... III -17 3.2.1. Data Curah Hujan ... III -17 3.2.2. Peta-Peta ... III -18 3.2.3. Studi Terdahulu ... III -18

(4)

3.3. Potensi dan Permasalahan Umum Kabupaten Lamongan ... III -22 3.3.1. Potensi Kabupaten Lamongan ... III -22 3.3.2. Permasalahan Kabupaten Lamongan ... III -26 3.4. Potensi dan Permasalahan Drainase Kota Lamongan ... III -27 3.4.1. Sistem Drainase Kabupaten Lamongan ... III -27 3.4.2. Sistem Drainase Eksisting ... III -28 3.4.3. Potensi Drainase ... III -29 3.4.4. Permasalahan Drainase ... III -36 BAB IV. ANALISA DETAIL ... IV - 1

4.1. Pendahuluan ... IV - 1 4.1.1. Terminologi ... IV -1 4.1.2. Kriteria Desain ... IV -9 4.2. Analisa dan Perhitungan Teknis ... IV -10

4.2.1. Analisa Sistem Drainase ... IV -10 4.3. Analisa Hidrologi untuk Perhitungan Tinggi Hujan

Rencana ... IV -11 4.3.1. Analisa Hujan Wilayah ... IV -11 4.3.2. Analisa Hujan Rencana Periode Ulang ... IV -12 4.4. Perhitungan Hidrolika untuk Perhitungan Dimensi

Saluran ... IV -24 4.4.1. Analisa Hidrolika ... IV -24 4.4.2. Perhitungan Dimensi Saluran ... IV -25 4.5. Strategi Meningkatkan Peran Masyarakat ... IV -30

4.5.1. Strategi Menumbuhkembangkan Peran Serta Masyarakat dalam Pembangunan dan

Pemeliharaan Saluran ... IV -31 4.5.2. Strategi Pembentukan Lemabaga Komunitas

Peduli Saluran Drainase ... IV -31 4.6. Analisa Ranking Skala Prioritas Penanganan Sistem

Drainase ... IV -36 4.6.1. Parameter Penilaian ... IV -36 4.6.2. Rencana Penanganan ... IV -41 4.6.3. Pemilihan Lokasi Detail Engineering Design

(DED) ... IV -42 BAB V. RENCANA GARIS BESAR SISTEM DRAINASE KOTA

LAMONGAN ... V - 1 5.1. Rencana Sistem Drainase Kota Lamongan ... V - 1 5.2. Wilayah Pemekaran Kota Lamongan ... V -2

5.2.1. Pengembangan Kecamatan Lamongan ... V -2 5.2.2. Konsep Pengembangan Kota ... V -2 5.3. Penyusunan Master Plan Kota Lamongan ... V -5

(5)

5.3.1. Konsep Perencanaan Master Plan Drainase ... V -6 5.3.2. Skenario Perencanaan ... V -7 5.4. Rencana Sistem Drainase Utama ... V -11

5.4.1. Sistem Drainase Kali Kruwul ... V -11 5.4.2. Sistem Drainase Kali Wiyu ... V -12 5.4.3. Sistem Drainase Kali Plalangan ... V -13 5.4.4. Sistem Drainase Kali Mengkuli ... V -15 5.4.5. Sistem Drainase Kali Kenceng ... V -16 5.4.6. Sistem Drainase Kali Dapur ... V -17 5.4.7. Sistem Drainase Kali Deket ... V -18 5.5. Perencanaan Teknis Terinci (DED) ... V -19 BAB VI. OPERASIONAL DAN PEMELIHARAAN ... VI - 1 6.1. Pemeliharaan Saluran ... VI - 2 6.2. Pemeliharaan Bozem dan Telaga ... VI -10 6.3. Operasi dan Pemeliharaan Pintu Air ... VI -14 6.4. Operasi dan Pemeliharaan Pompa ... VI -16 6.5. Pembiayaan ... VI -19 6.5.1. Biaya Operasi ... VI -19 6.5.2. Biaya Pemeliharaan ... VI -20 6.5.3. Kegiatan Pendukung OP ... VI -21 6.5.4. Biaya Langsung ... VI -21 6.5.5. Biaya Tak Langsung ... VI -21 6.5.6. Anggaran Kebutuhan Nyata OP (AKNOP)... VI -22 BAB VII. PENUTUP ... VII - 1 7.1. Kesimpulan ... VII - 1 7.2. Rekomendasi ... VII - 2

(6)

Daftar Tabel

Tabel 2.1. Jumlah dan Luas Kecamatan di Kabupaten Lamongan ... II - 2 Tabel 2.2. Kondisi Geologi Kabupaten Lamongan ... II - 3 Tabel 2.3. Lokasi Genangan di Kabupaten Lamongan Berdasarkan

Periodik Waktu... II - 8 Tabel 2.4. Potensi Air Hujan di Kabupaten Lamongan ... II - 8 Tabel 2.5. Panjang Sungai di Kabupaten Lamongan ... II - 10 Tabel 2.6. Potensi Mata Air di Kabupaten Lamongan ... II - 11 Tabel 2.7. Potensi Tampungan Air di Kabupaten Lamngan ... II - 11 Tabel 2.8. Jumlah Peningkatan Penduduk ... II - 31 Tabel 2.9. Penggunaan Luas Lahan Bukan Sawah Kabupaten

Lamongan Tahun 2007... II - 39 Tabel 2.10. Penggunaan Luas Lahan Sawah Kabupaten Lamongan

Tahun 2007 ... II - 40 Tabel 2.11. Pola Ruang Kabupaten Lamongan Tahun 2011 ... II - 41 Tabel 2.12. Rencana Pola Ruang Kabupaten Lamongan Tahun

2011 - 2031 ... II - 42 Tabel 3.1. Pembagian Sistem Drainase ... III - 3 Tabel 3.2. Lokasi Genangan pada Kota Lamongan ... III - 6 Tabel 3.3. Hasil Tes Sondir ... III - 17 Tabel 3.4. Stasiun Hujan Kabupaten Lamongan... III - 18 Tabel 3.5. Rawa-Rawa di Kota Lamongan ... III - 37 Tabel 4.1. Hujan Daerah untuk Kota Lamongan ... IV -12 Tabel 4.2. Perhitungan Curah Hujan Rencana dengan Distribusi

Pearson Tipe III ... IV -13 Tabel 4.3. Perhitungan Curah Hujan Rencana dengan Distribusi

Log Pearson Tipe III ... IV -15 Tabel 4.4. Nilai Kritis Do untuk Uji Smirnov Kolmogorof ... IV -17 Tabel 4.5. Uji Kecocokan Smirnov Kolmogorof untuk Distribusi

Pearson Tipe III ... IV -19 Tabel 4.6. Uji Kecocokan Smirnov Kolmogorof untuk Distribusi

Log Pearson Tipe III ... IV -20 Tabel 4.7. Hasil Perhitungan Uji Kecocokan Chi Square Distribusi

Pearson Tipe III ... IV -22 Tabel 4.8. Hasil Perhitungan Uji Kecocokan Chi Square Distribusi

Log Pearson Tipe III ... IV -22 Tabel 4.9. Kesimpulan Hasil Uji Kecocokan Distribusi Pearson Tipe

(7)

Tabel 4.10. Hasil Perhitungan Hujan Rencana ... IV -24 Tabel 4.11. Perhitungan Hidrologi dan Kebutuhan Dimensi

Penampang Saluran Drainase Jl. Mastrip... IV -27 Tabel 4.12. Lanjutan Perhitungan Hidrologi dan Kebutuhan

Dimensi Penampang Saluran Drainase Jl. Mastrip ... IV -28 Tabel 4.13. Perhitungan Hidrologi dan Kebutuhan Dimensi

Penmapang Saluran Drainase Jl. Simpang Kusuma

Bangsa ... IV -29 Tabel 4.14. Perhitungan Hodrologi dan Kebutuhan Dimensi

Penampang Saluran Drainase Jl. Pahlawan ... IV -29 Tabel 4.15. Penilaian Parameter Genangan ... IV -36 Tabel 4.16. Penilaian Parameter Kerugian Ekonomi... IV -37 Tabel 4.17. Penilaian Parameter Gangguan Sosial dan Fasilitas

Pemerintah ... IV -38 Tabel 4.18. Penilaian Parameter Kerugian dan Gangguan

Transportasi ... IV -38 Tabel 4.19. Penilaian Parameter Kerugian pada Daerah Perumahan ... IV -38 Tabel 4.20. Penilaian Parameter Kerugian Hak Milik

Pribadi/Rumah Tangga ... IV - 39 Tabel 4.21. Penilaian Parameter Kerugian Kota Lamongan ... IV -40 Tabel 5.1. Garis Sempadan Saluran Irigasi/Drainase ... V - 9 Tabel 7.1. Ringkasan Masterplan... VII - 3 Tabel 7.2. Ringkasan Masterplan Jangka Pendek ... VII - 9 Tabel 7.3. Ringkasan Penanggung Jawab ... VII - 19

(8)

Daftar Gambar

Gambar 1.1. Peta Daerah Perencanaan ... I - 4 Gambar 2.1. Wilayah Administrasi Kabupaten Lamongan ... II - 1 Gambar 2.2. Peta Jenis Tanah Kabupaten Lamongan ... II - 4 Gambar 2.3. Peta Curah Hujan Kabupaten Lamongan ... II - 7 Gambar 2.4. Peta Curah Hujan Kabupaten Lamongan ... II - 9 Gambar 2.5. Peta Hidrologi Kabupaten Lamongan ... II - 13 Gambar 2.6. Peta Rencana Pengembangan Jalan Kabupaten

Lamongan ... II - 19 Gambar 2.7. Peta Sistem Prasarana Pengairan Kabupaten

Lamongan ... II - 25 Gambar 2.8. Peta Penggunaan LahanKabupaten Lamongan ... II - 38 Gambar 2.9. Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Lamongan ... II - 43 Gambar 2.10. Peta Rencana Pola Ruang WP I Kabupaten Lamongan ... II - 44 Gambar 2.11. Peta Rencana Pola Ruang WP II Kabupaten

Lamongan ... II - 45 Gambar 2.12. Peta Rencana Pola Ruang WP III Kabupaten

Lamongan ... II - 46 Gambar 2.13. Peta Rencana Pola Ruang WP IV Kabupaten

Lamongan ... II - 47 Gambar 2.14. Peta Rencana Pola Ruang WP V Kabupaten

Lamongan ... II - 48 Gambar 3.1. Posisi Badan Jalan Kawasan Made Raya ... III - 7 Gambar 3.2. Kondisi Berm Jalan Sisi Kanan Made Raya... III - 8 Gambar 3.3. Kondisi Berm Jalan Sisi Kiri Made Raya ... III - 8 Gambar 3.4. Saluran Pembuang Akhir Kali Rowo ... III - 8 Gambar 3.5. Saluran Drainase Tepi Jalan Masuk Perumahan Made

(Sisi Kanan) ... III - 9 Gambar 3.6. Saluran Drainase Tepi Jalan Masuk Perumahan Made

(Sisi Kiri) ... III - 9 Gambar 3.7. Kondisi Jalan Simpang Kusuma Bangsa... III- 10 Gambar 3.8. Kondisi Jalan Pahlawan ... III - 10 Gambar 3.9. Kondisi Drainase Jalan Veteran ... III - 11 Gambar 3.10. Suasana Jl. Ahmad Dahlan ... III - 12 Gambar 3.11. Kondisi Drainase di Desa Pandanpancur ... III - 13 Gambar 3.12. Kondisi Drainase Jl. J.A Suprapto ... III - 13 Gambar 3.13. Kondisi Drainase Jl. J.A Suprapto di Desa Deket

(9)

Gambar 3.14. Kondisi Desa Sugihwaras-Dinoyo di Alur Kali Deket ... III - 14 Gambar 3.15. Kondisi Desa Delanggu di Alur Kali Dapur ... III - 14 Gambar 3.16. Kondisi Jalan Desa Balun ... III - 15 Gambar 3.17. Kondisi Drainase Desa Balun ... III - 15 Gambar 3.18. Lokasi Titik Sondir ... III - 16 Gambar 3.19. Kali Kruwul ... III - 29 Gambar 3.20. Kali Kruwul yang Sudah di Plengseng ... III - 29 Gambar 3.21. Kali Wiyu ... III - 30 Gambar 3.22. Kali Plalangan Dekat Pintu Air Kali Rowo ... III - 31 Gambar 3.23. Kali Mengkuli ... III - 32 Gambar 3.24. Kali Kenceng ... III - 32 Gambar 3.25. Kali Dapur ... III - 33 Gambar 3.26. Kali Dapur Melewati Pemukiman ... III - 33 Gambar 3.27. Kali Dapur Dekat Pasar ... III - 33 Gambar 3.28. Kali Deket (1) ... III - 34 Gambar 3.29. Kali Deket (2) ... III - 34 Gambar 3.30. Kali Blawi Dekat Muara Kali Deket ... III - 39 Gambar 3.31. Kali Blawi Saat Kering ... III - 39 Gambar 3.32. Bangunan di Atas Saluran ... III- 41 Gambar 3.33. Peta Daerah Rawan Banjir Sungai Bengawan Solo ... III - 42 Gambar 3.34. Peta Hasil Survey Genangan di Kota Lamongan ... III - 45 Gambar 3.35. Pintu Air untuk Aliran dari Saluran Mastrip ke Kali

Rowo ... III - 48 Gambar 3.36. Kondisi Kali Rowo ... III - 49 Gambar 3.37. Pintu Air di Outlet Kali Plalangan ... III - 49 Gambar 3.38 Pintu Air di Saluran Jl. Veteran ... III - 48 Gambar 3.39 Pintu Air di Kali Deket ... III - 49 Gambar 3.40 Kondisi Rumah Pompa ... III - 49 Gambar 4.1. Tipikal Skema Konstruksi Sistem Drainase ... IV - 2 Gambar 4.2. Pembagian Sistem Drainase Kota Lamongan ... IV - 11 Gambar 5.1. Kondisi Eksisting Pengembangan Wilayah ... V - 1 Gambar 5.2. Pengembangan Wilayah Jangka Pendek Kota

Lamongan ... V -3 Gambar 5.3. Pengembangan Wilayah Jangka Menengah Kota

Lamongan ... V -4 Gambar 5.4. Pengembangan Wilayah Jangka Panjang Kota

Lamongan ... V -4 Gambar 5.5. Konsep Penataan Drainase di Perkotaan ... V - 10 Gambar 5.6. Konsep Penataan Drainase di Pedesaan ... V - 11

(10)

Gambar 6.1. Ilustrasi Pemeliharaan Saluran Tertutup di Bawah

Jalan VI - 10

Gambar 6.2. Ilustrasi Pekerjaan Galian Lumpur pada Saluran yang

Terhimpit Bangunan ... VI - 12 Gambar 6.3. Muka Air Pompa ... VI - 19

(11)

Laporan Akhir

BAB. I

Pendahuluan

FASILITASI PENYUSUNAN MASTERPLAN DAN DED

SISTEM DRAINASE KABUPATEN LAMONGAN (LMG.K3)

TAHUN 2014

(12)

Laporan Akhir

BAB. II

Gambaran Umum

Wilayah Pekerjaan

FASILITASI PENYUSUNAN MASTERPLAN DAN DED

SISTEM DRAINASE KABUPATEN LAMONGAN (LMG.K3)

TAHUN 2014

(13)

Laporan Akhir

BAB. III

Rekapitulasi Data Dan

Permasalahan

FASILITASI PENYUSUNAN MASTERPLAN DAN DED

SISTEM DRAINASE KABUPATEN LAMONGAN (LMG.K3)

TAHUN 2014

(14)

Laporan Akhir

BAB. IV

Analisa Detail

FASILITASI PENYUSUNAN MASTERPLAN DAN DED

SISTEM DRAINASE KABUPATEN LAMONGAN (LMG.K3)

TAHUN 2014

(15)

Laporan Akhir

BAB. V

Rencana Garis Besar

Sistem Drainase Kota

Lamongan

FASILITASI PENYUSUNAN MASTERPLAN DAN DED

SISTEM DRAINASE KABUPATEN LAMONGAN (LMG.K3)

TAHUN 2014

(16)

Laporan Akhir

BAB. VI

Operasional Dan

Pemeliharaan

FASILITASI PENYUSUNAN MASTERPLAN DAN DED

SISTEM DRAINASE KABUPATEN LAMONGAN (LMG.K3)

TAHUN 2014

(17)

Laporan Akhir

BAB. VII

Penutup

FASILITASI PENYUSUNAN MASTERPLAN DAN DED

SISTEM DRAINASE KABUPATEN LAMONGAN (LMG.K3)

TAHUN 2014

(18)

1.1. Latar Belakang

Kabupaten Lamongan memiliki prospek pengembangan yang sangat baik terutama di bidang Industri, perikanan, pertanian dan pariwisata, dimana hal tersebut dipengaruhi oleh posisi yang strategis. Perkembangan penduduk pada Kabupaten Lamongan terjadi sangat pesat yang ditunjukkan tahun 2002 – 2007 (Sumber: RTRW Kabupaten Lamongan), hal tersebut dipengaruhi oleh perkembangan wilayah yang juga pesat, dan akan memberikan penambahan potensi yang sangat besar,sehingga dapat mendukung kegiatan perekonomian masyarakat. Kedua hal tersebut akan saling berhubungan, pengembangan wilayah akan sangat berpengaruh terhadap perubahan tata guna lahan dari Kabupaten Lamongan.

Secara hidrologi, Kabupaten Lamongan sebagian besar didominasi oleh air permukaan, perubahan tata guna lahan yang terjadi juga berpengaruh terhadap air permukaaan. Semakin berkembang suatu wilayah, maka artinya semakin berkembang pula sarana dan prasarana untuk menunjang kegiatan perekonomian dan kebutuhan masyarakat. Semakin banyaknya lahan yang tertutup oleh permukaan yang kedap air, maka sebagian besar limpasan air hujan yang jatuh akan mengisi saluran - saluran yang ada. Semakin besarnya limpasan maka harus diimbangi dengan penyediaan fasilitas drainase dan pendukungnya. Kabupaten Lamongan memiliki luas total secara keseluruhan adalah ±181.280 Ha, dengan kondisi drainase yang cukup baik dengan luas 151.395 Ha atau 83,51% dari luas total tidak pernah tergenang air. Namun di beberapa tempat masih terjadi genangan yaitu pada lokasi dataran yang memiliki permasalahan pada kemampuan saluran drainasenya, dalam hal ini kapasitas saluran drainase tidak sesuai dengan luas area yang dilayani, kemudian belum tersedianya saluran drainase untuk mengalirkan limpasan yang terjadi, baik dari area permukiman maupun dari badan jalan.

BAB I

(19)

Kondisi saat ini, di beberapa lokasi Kabupaten Lamongan terutama pada Lamongan Kota banyak menunjukkan terjadinya genangan dengan intensitas yang cukup lama. Sehingga untuk mengatasi dampak genangan yang terjadi, maka diperlukan suatu rencana Master Plan Drainase sebagai pedoman serta mengatur secara keseluruhan rencana pengembangan yang ada di Kota Lamongan.

1.1.1. Maksud dan Tujuan

Maksud dari pelaksanaan pekerjaan Master Plan Drainase dan DED Kota Lamongan ini adalah untuk mewujudkan lingkungan perumahan dan pemukiman yang layak, sehat, bersih, aman dan serasi dengan lingkungan sekitarnya dengan memperhatikan kelestarian lingkungan hidup. Sedangkan tujuannya adalah untuk mewujudkan penyelenggaraan sistem drainase perkotaan yang baik dan terpadu.

1.1.2. Sasaran

Sasaran yang diharapkan dalam pelaksanaan pekerjaan Master Plan Kota Lamongan adalah tersedianya informasi mengenai sistem drainase secara terperinci baik aspek teknis, pembiayaan, organisasi, manajemen, pengaturan serta aspek peran serta masyarakat, sehingga sistem tersebut dapat dipertanggungjawabkan, fleksibel, aplikatif.

1.2 Lokasi Pekerjaan

Lokasi pekerjaan Master Plan dan DED Drainase Kota Lamongan dilaksanakan di Kabupaten Lamongan, khususnya untuk wilayah perkotaan. Penentuan daerah perencanaan untuk pembuatan masterplan drainase perkotaan lamongan ini didasarkan pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Lamongan 2006 – 2031 serta hasil studi yang lain antara lain Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Lamongan yaitu daerah studi meliputi Kawasan Perkotaan yang meliputi Kecamatan Kota Lamongan dan sekitarnya sesuai Rencana pemekaran Kota Lamongan yang meliputi 40 Desa/Kelurahan seperti diperlihatkan pada Gambar I.1

(20)

Penentuan daerah perencanaan diatas didasarkan pada pertimbangan bahwa kawasan tersebut merupakan daerah yang antara lain;

Mempunyai pertumbuhan penduduk yang relatif lebih tinggi dibanding daerah lain, yaitu sebesar 1,14% selama 5 tahun terakhir lebih besar dari kecamatan lainnya.

Mempunyai kepadatan penduduk sebesar rata-rata 1.653 orang per kecamatan.

Tempat pusat-pusat kegiatan baik kegiatan pemerintahan, perdagangan, industri, pemukiman dan pendidikan.

Dengan kepadatan dan pertambahan penduduk yang besar maka infrastruktur di kecamatan kota ini juga lebih cepat berkembang antara lain jaringan jalan, prasarana dan bangunan, prasarana drainase dan lain sebagainya.

Penggunaan lahan untuk prasarana-prasarana diatas juga makin bertambah luas sehingga banyak lahan-lahan pertanian dan tambak menjadi lahan pemukiman.

Terjadi konversi lahan yang paling tinggi seiring dengan perkembangan Kota Lamongan.

Kondisi drainase yang ada saat ini belum tertata dengan baik seiring dengan pertumbuhan daerah Kota Lamongan.

Adanya daerah-daerah genangan yang timbul didaerah perkotaan ini sehingga mempunyai pengaruh pada aktivitas masyarakat, kegiatan pemerintahan dan perekonomian, menimbulkan hambatan pada lalu lintas didaerah perkotaan, maupun dari kota Lamongan ke daerah lain dan sebaliknya.

Rencana penggunaan lahan yang dituangkan pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lamongan memperlihatkan bahwa di Kecamatan Lamongan mempunyai Rencana penggunaan lahan yang paling tinggi, dimana daerah Kecamatan kota merupakan bagian dari Sub.WP-I yang mempunyai rencana penggunaan lahan yang lebih tinggi di wilayah Kabupaten Lamongan.

(21)

kawasan kawasan sekitar jalan Arteri Primer dan Kolektor Primer yang menghubungkan Lamongan dengan Kota/Kabupaten disekitarnya, yakni dari Lamongan – Surabaya kearah Timur, Lamongan – Tuban dan Bojonegoro kearah Barat dan Lamongan – Jombang dan Mojokerto kearah Selatan.

Daerah perencanaan ini selain daerah Kecamatan Lamongan yang meliputi 20 Kelurahan juga diperluas atau ditambah dengan beberapa desa/kelurahan di Kecamatan Deket 9 Desa, Kecamatan Turi 5 Desa, Kecamatan Tikung 5 Desa dan Kecamatan Sarirejo 1 Desa.

Daerah Perencanaan dapat dilihat pada Gambar 1.1.

(22)

1.3. Lingkup Kegiatan

Lingkup pekerjaan Master Plan Drainase Perkotaan Lamongan adalah sebagai berikut :

A. Menyusun laporan mengenai hasil analisa dari daerah yang akan dilakukan perencanaan, dengan memberikan gambaran mengenai kondisi eksisting untuk sistem drainase, yang meliputi :

1. Gambaran Kondisi dari Daerah Perencanaan, yang terdiri dari beberapa aspek yaitu :

a. Aspek Fisik

Kondisi fisik dari daerah yang akan direncanakan berkaitan dengan kondisi geografi, topografi, geologi dan hidrologi. Dimana informasi awal mengenai aspek tersebut diperoleh dari survey di lapangan serta pengumpulan informasi dari data sekunder seperti RTRW Kota Lamongan.

b. Aspek Kondisi Sosial Ekonomi

Aspek tersebut mencakup kondisi social dan budaya dari masyarakat Kota Lamongan serta perkembangan penduduk yang mempengaruhi perekonomian sehingga memberikan pengaruh terhadap pengembangan wilayah.

c. Kondisi Prasarana dan Sarana Dasar Drainase

- Memberikan uraian mengenai kondisi prasarana dan sarana sistem drainase yang ada di kota Lamongan.

- Melakukan identifikasi kondisi eksisting sistem drainase serta permasalahan yang terjadi akibat perubahan tata guna lahan dengan adanya pengembangan wilayah tersebut.

- Meng-update data eksisting sistem drainase terkait dengan fisik saluran yang mencakup perubahan arah aliran dan dimensi saluran. - Melakukan inventarisasi data mengenai kondisi saluran primer,

saluran sekunder dan genangan yang terjadi.

- Melakukan analisa dan evaluasi terhadap kebutuhan dimensi saluran drainase.

(23)

d. Rencana Induk Kota

Memberikan uraian dan penjelasana mengenai rencana tata ruang berkaitan dengan tata guna lahan dengan adanya pengembangan beberapa tahun ke depan serta membuat pedoman untuk perencanaan sistem drainase.

2. Analisa Perhitungan Fasilitas Drainase

a. Penetapan kriteria perencanaan sistem drainase dengan berpedoman pada Buku Laporan Diseminasi PLP serta kebijakan yang ada.

b. Melakukan analisa perhitunngan berdasarkan data primer yang diperoleh dari hasil survey pengukuran pada saluran primer dan sekunder untuk digunakan dalam perhitungan hidrologi dan hidrolika, serta merencanakan fasilitas pendukung sistem drainase. c. Memberikan alternatif solusi terhadap prasarana drainase yang telah

tersedia pada beberapa daerah padat dan mengalami genangan dengan rehabilitasi maupun normalisasi.

Beberapa aspek yang akan dilakukan kajian serta evaluasi adalah : 1. Aspek Teknis, meliputi beberapa tahapan yaitu :

2. Perencanaan, yaitu melakukan perencanaan terhadap kebutuhan

dimensi untuk lokasi yang memiliki kapasitas penampang yang tidak sesuai, membuat Master Plan dan Outline Plan dari sistem drainase baik untuk drainase makro maupun drainase minor.

3. Pembangunan, yaitu membangun sistem drainase Kota Lamongan

yang berwawasan lingkungan.

4. Pengelolaan, yaitu menyusun pedoman, petunjuk, panduan dan

spesifikasi teknis berkaitan dengan kegiatan perencanaan sistem drainase serta operasional dan pemeliharaan atas sarana dan prasarana drainase. Melakukan rehabilitasi dan normalisasi untuk prasarana drainase yang memiliki kondisi fisik tidak sesuai dengan spesifikasi.

5. Biaya, meliputi perhitungan kebutuhan biaya untuk menyediakan prasarana dan sarana drainase.

(24)

B. Penyusunan Master Plan Drainase Perkotaan

Menyusun skenario pengelolaan/penanganan Drainase Perkotaan yang kemudian memberikan usulan mengenai tahap pengembangan serta pengelolaan drainase dengan membuat skala prioritas untuk program - program pengembangan. Dengan tahapan pengelolaan meliputi :

- Tahap mendesak. - Tahap Menengah.

- Arahan untuk rencana jangka panjang.

C. Menyusun DED

Menyusun Detail Engineering Design (DED) untuk beberapa lokasi yang membutuhkan perencanaan dalam waktu dekat berkaitan dengan kondisi yang kritis yaitu terjadi genangan dengan intensitas cukup lama. DED tersebut mencakup beberapa hal yang akan dilakukan, yaitu :

1. Analisa perhitungan rencana dimensi saluran, serta fasilitas pendukungnya.

2. Gambar hasil perhitungan perencanaan, yang terdiri dari gambar tampak, gambar potongan melintang maupun memanjang.

3. Rencana Anggaran Biaya (RAB) / Estimate Engineering (EE) 4. Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)

5. Standar Operasional Prosedur (SOP)

6. Umur Konstruksi yang direncanakan 10 tahun.

1.4. Waktu Pelaksanaan Pekerjaan

Waktu pelaksanaan pekerjaan Fasilitasi Penyusunan Masterplan dan DED Drainase Perkotaan Kabupaten Lamongan Tahun Anggaran 2014 ini adalah 7 (tujuh) bulan kalender atau 210 hari kalender sejak dikeluarkannya Surat Perintah Kerja dari Pejabat Pembuat Komitmen Pembinaan PPLP Satuan Kerja Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman Jawa Timur yang dikeluarkan tanggal 14 Mei 2014.

(25)

1.5. Nama Pengguna Jasa

Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Cipta Karya Satuan Kerja Pengembangan Penyehatan Lingkungan Pemukiman Jawa Timur

1.6. Keluaran yang akan Dihasilkan

Keluaran dari pekerjaan ini adalah Master Plan dan DED Drainase berkaitan dengan kebutuhan sistem drainase untuk Kota Lamongan dan desain drainase secara detail untuk lokasi - lokasi genangan serta lokasi yang belum tersedianya sistem drainase yang baik.

(26)

2.1. Wilayah Administrasi Kabupaten Lamongan

Kabupaten Lamongan memiliki luas wilayah sebesar 181.280 Ha yang terdiri atas 27 Kecamatan dengan jumlah desa/kelurahan sebanyak 474 yaitu 462 desa dan 12 Kelurahan. Berikut ini merupakan nama - nama Kecamatan yang berada dalam Kabupaten Lamongan:

Gambar 2. 1 - Wilayah Administrasi Kabupaten Lamongan

BAB II

(27)

Tabel 2. 1 - Jumlah dan Luas Kecamatan di Kabupaten Lamongan No. Kecamatan Jumlah Desa Kelurahan Luas Area (Ha)

1 Sukorame 9 - 4.147 2 Bluluk 9 - 5.415 3 Ngimbang 19 - 11.433 4 Sambeng 22 - 19.544 5 Mantup 15 - 9.307 6 Kembangbahu 18 - 6.384 7 Sugio 21 - 9.129 8 Kedungpring 23 - 8.443 9 Modo 17 - 7.780 10 Babat 21 2 6.295 11 Pucuk 17 - 4.484 12 Sukodadi 20 - 5.232 13 Lamongan 12 8 4.038 14 Tikung 13 - 5.299 15 Sarirejo 9 - 4.739 16 Deket 17 - 5.005 17 Glagah 29 - 4.052 18 Karangbinangun 21 - 5.288 19 Turi 19 - 5.869 20 Kalitengah 20 - 4.335 21 Karanggeneng 18 - 5.132 22 Sekaran 21 - 4.965 23 Maduran 17 - 3.015 24 Laren 20 - 9.600 25 Solokuro 10 - 10.102 26 Paciran 16 1 4.789 27 Brondong 9 1 7.459 JUMLAH 462 12 181.280

Sumber : Kabupaten Lamongan Dalam Angka 2007

Secara administrasi Kabupaten Lamongan memiliki batas - batas, sebagai berikut : - Sebelah Utara : Laut Jawa

- Sebelah Timur : Kabupaten Gresik

- Sebelah Selatan : Kabupaten Jombang dan Mojokerto - Sebelah Barat : Kabupaten Bojonegoro dan Tuban

2.2. Kondisi Fisik Kota Lamongan

2.2.1. Geologi

Kabupaten Lamongan secara fisiografis terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu bagian utara, bagian selatan dan bagian tengah. Untuk bagian utara

(28)

dan selatan termasuk pada Zone Rembang yang disusun oleh oleh endapan paparan yang kaya akan unsure karbonatan, wilayah bagian tengah termasuk zone Randublatung yang kenampakan permukaannya merupakan dataran rendah namun merupakan suatu depresi (cekungan) yang tertutup oleh endapan hasil pelapukan dan erosi dari batuan yang lebih tua pada Zone Kendeng dan Rembang

Jenis batuan yang terdapat di Kabupaten Lamongan dapat dikelompokkan sebagai berikut:

 Satuan Batu Lanau dengan sisipan batu gamping pasiran dan batu lempung

 Satuan Napal dengan sisipan batu pasir gampingan, batu pasir dan tuff  Satuan Batu Lempung dengan sisipan batu pasir gampingan dan batu

gamping

 Satuan Batu Pasir Tufan dengan sisipan konglomerat, breksi dan batu lempung

 Satuan Batu Gamping Koral dan Klastik dengan sisipan napal dan batu lempung

 Aluvial

Kabupaten Lamongan sebagian besar areanya terdiri dari tanah yang tidak mudah tererosi, dengan luas area adalah 169.994 ha atau 93.77 % dari luas total sedangkan sisanya terdiri dari tanah yang mudah tererosi.

Jenis tanah pada Kabupaten Lamongan terdiri dari 8 macam yaitu dengan pembagian seperti pada Tabel 2.2 dan gambar 2.2

Tabel 2.2 – Kondisi Geologi Kabupaten Lamongan

No Jenis Tanah Ha %

1 Alluvial Hidromorf 250 0.14

2 Alluvial Kelabu Kekuningan 68.810 37.96

3 Assosiasi Hidromorf 600 0.33

4 Litosol 7.659 4.22

5 Regusal coklat kekuningan 350 0.19

6 Grumosal kelabu 2125 1.17

7 Kpl. Grumosol kelabu litosol 78990 43.57 8 Kpl. Medeteran merah dan litosol 22496 12.41

(29)
(30)

2.2.2 Kemampuan Tanah

Kemampuan tanah dapat diartikan sebagai identifikasi unsur-unsur tanah yang sangat berpengaruh. Unsur kemampuan tanah yang dimaksud terdiri dari luas kemiringan tanah, tekstur tanah, kedalaman efektif tanah, drainase permukaan tanah, faktor terbatas berbatu dan erosi tanah

Kemampuan tanah di Kabupaten Lamongan merupakan unsur-unsur yang sangat berpengaruh pada jenis-jenis penggunaan lahan yang ada diatasnya. Unsur-unsur fisik tersebut meliputi (RTRW Kabupaten Lamongan 2011-2031) :

A. Tekstur Tanah

Wilayah Kabupaten Lamongan memiliki beberapa macam tekstur, yaitu tekstur sedang, tekstur halus dan tekstur kasar. Pembagian luasan untuk masing - masing tekstur tersebut adalah 114.884 Ha atau 63,37 % untuk tekstur sedang, 63.709 Ha atau 35,14 % untuk tekstur halus, 2.687 Ha atau 1,48 % untuk tekstur kasar.

B. Kedalaman Efektif Tanah

Kabupaten Lamongan sebagian besar wilayahnya berada pada kedalaman > 90 cm dengan luas area adalah 127.719 atau 70.45 %, sedangkan untuk kedalaman 61 - 90 cm meliputi area dengan luas 34.656 Ha atau 19.12 %, untuk kedalaman 31 - 60 cm meliputi luas area 12.916 Ha atau 7.12 %, untuk kedalaman 0 - 30 cm meliputi luas area 5.989 Ha atau 3.30 %.

2.2.3. Kondisi Topografi

Kondisi topografi Kabupaten Lamongan dapat ditinjau dari ketinggian wilayah di atas permukaan laut dan kelerengan lahan. Kabupaten Lamongan terdiri dari dataran rendah dan berawa dengan ketinggian 0-20 m dengan luas 50,17% dari luas Kabupaten Lamongan, daratan ketinggian 25-100 m seluas 45,68% dan sisanya 4,15% merupakan daratan dengan ketinggian di atas 100 m. Klasifikasi kemiringan lahan per Kecamatan dapat dilihat pada Tabel 2.3 dan pada Gambar 2.3.

(31)

Tabel 2.3. Menurut Klasifikasi Kemiringan Kabupaten Lamongan No. Kecamatan 0-2% 2-15% 15-40% > 40% Luas (Ha)

1 Sukorame 2.923 1.224 - - 4.147 2 Bluluk 3.503 1.850 62 - 5.415 3 Ngimbang 5.069 1.452 4.912 - 11.433 4 Sambeng 5.116 11.806 2.390 232 19.544 5 Mantup 8.217 1.060 30 - 9.307 6 Kembangbahu 6.352 32 - - 6.384 7 Sugio 7.020 2.027 82 - 9.129 8 Kedungpring 6.041 1.930 472 - 8.443 9 Modo 5.953 1.407 420 - 7.780 10 Babat 5.361 772 162 - 6.295 11 Pucuk 4.386 98 - - 4.484 12 Sukodadi 5.232 - - - 5.232 13 Lamongan 4.038 - - - 4.038 14 Tikung 5.299 - - - 5.299 15 Sarirejo 4.739 - - - 4.739 16 Deket 5.005 - - - 5.005 17 Glagah 4.052 - - - 4.052 18 Karangbinangun 5.288 - - - 5.288 19 Turi 5.869 - - - 5.869 20 Kalitengah 4.335 - - - 4.335 21 Karanggeneng 5.132 - - - 5.132

(32)
(33)

2.2.4. Hidrologi

Secara umum ketersediaan air di Kabupaten Lamongan didominasi oleh air permukaan, dimana pada saat musim penghujan dijumpai dalam jumlah yang melimpah hingga engakibatkan banjir namun sebaliknya saat kemarau sangat jauh berkurang bahkan di sebagian besar wilayah Kabupaten Lamongan sudah tidak dijumpai lagi. Secara umum, Kabupaten Lamongan mempunyai ketinggian yang relatif datar bahkan pada beberapa wilayah banyak dijumpai cekungan – cekungan yang saat ini berupa rawa. Di beberapa daerah masih terdapat area dengan keadaan genangan yang berlangsung periodik selama setengah bulan sampai dengan tiga bulan pada musim kemarau.

Tabel 2. 3 - Lokasi Genangan di Kabupaten Lamongan Berdasarkan Periodik Waktu

No Lama Genangan Kecamatan

1 Tergenang Periodik selama 3 bulan Laren

2 Tergenang Periodik selama 1- 2 bulan Karanggeneng, Kalitengah, Karangbinangun, Turi, Deket, Glagah

3 Tergenang periodic selama 1 bulan Sekaran Babat

4 Tergenang Periodik selama 0,50 bulan Lamongan, Turi, Sukodadi, Pucuk dan Sekaran

Sumber : Kabupaten Lamongan Dalam Angka 2005 2.2.4.1. Potensi Air Hujan

Potensi air hujan dihitung dengan menggunakan metode Poligon Thiessen dari hujan bulanan pos penakar hujan di Kabupaten Lamongan. Pemilihan pos penakar hujan didasarkan pada kelengkapan data hujan dan sebaran pos penakar hujan dengan panjang data pengamatan 29 tahun, dari analisis peluang tersebut maka dapat diketahui peluang kejadian hujan di Wilayah Kabupaten Lamongan. Peta Curah Hujan Kabupaten Lamongan seperti pada Gambar 2.4

Tabel 2. 4 - Potensi Air Hujan di Kabupaten Lamongan Cathment Area (Km2) Hujan Tahunan (mm) Vol.Hujan Tahunan (Juta m3) Volume Evapotranspirasi (Juta m3) Volume Netto (Juta m3) 1.670,00 1.398,00 2.334,66 1.219,10 669,34

(34)
(35)

2.2.4.2. Potensi Air Sungai

Kabupaten Lamongan dilewati oleh 3 buah sungai besar, yaitu Sungai Bengawan Solo sepanjang ± 68 Km dengan debit rata-rata 531,61 m3/bulan (debit maksimum 1.758,46 m3 dan debit minimum 19,58 m3)

dan mata air dari Sungai Bengawan Solo ini terletak di Provinsi Jawa Tengah, Kali Blawi sepanjang ± 33 Km dan Kali Lamong sepanjang ± 32 Km yang bermata air di Kabupaten Lamongan.

Tabel 2. 5 - Panjang Sungai di Kabupaten Lamongan No. Nama Sungai Panjang (km)

1 K. Bengawan Solo 68,00 2 K. Blawi 27,00 3 K. Corong 7,00 4 K. Malang 8,00 5 K. Keputeran / Dinoyo 7,00 6 K. Deket 7,00 7 K. Dapur 12,00 8 K. Mengkuli 23,00 9 K. Plalangan 16,50 10 K. Gondong 29,00 11 K. Lonjong 2,00 12 K. Magok 8,00 13 K. Patih 33,00 14 K. Bulu 12,00 15 K. Sogo / Konang 7,00 16 K. Keyongan 13,00 17 K. Pengaron 12,50 18 K. Gembong 7,00 19 K. Plaosan 5,00 20 K. Prijetan 25,00 21 K. Lamong 32,00 22 K. Semarmendem 15,00 23 K. Cawak 15,00 24 K. Jabung 10,00 25 K. Ombo 4,00 26 K. Sabrangan 5,00 27 K. Sedayu 7,00 28 K. Kenong 6,00 29 K. Dadapan 9,00 30 K. Lohgung 5,00 31 K. Asinan 10,00 32 K. Gayaran 4,00 33 K. Bodo Urung 5,00 34 K. Suwuk 5,50

(36)

2.2.4.3. Potensi Mata Air

Potensi mata air di Kabupaten Lamongan dipenuhi dari keberadaan 50 mata air efektif dengan debit rata-rata 0,25 m3/detik dan volume

tahunan 7,88 juta m3.

Tabel 2. 6 - Potensi Mata Air di Kabupaten Lamongan Jumlah Mata Air Debit Rerata

(m3/det)

Volume Tahunan (Juta m3)

50 0,25 7,88

Sumber : Pengairan dalam angka 2005

2.2.4.4. Potensi Tampungan Air

Potensi tampungan air di Kabupaten Lamongan dipenuhi dari keberadaan 38 waduk/embung efektif yang memiliki volume tampungan 425.820.360 m3 dengan kapasitas efektif 229.563.800 m3.

Tabel 2. 7 - Potensi Tampungan Air di Kabupaten Lamongan

No. Nama Waduk

Lokasi Volume Tampungan (1000 m3) Kapasitas Efektif (1000 m3) Kabupaten Kecamatan Desa

1 Gondang Lamongan Sugio - 23,710.00 21,680.00 2 Prijetan Lamongan Babat Blumbung 9,750.00 9,450.00 3 Gempol Lamongan Kembangbau Gedangan 1,420.00 1,050.00 4 Balunggonggang Lamongan Sukodadi Menowo 15,642.00 1,700.00 5 Geman Lamongan Sugiyo German 1,500.00 1,237.00 6 Bowo Lamongan Modo Sidodowo 16,000.00 1,685.55 7 Rowo Bulu Lamongan Sekaran Miri 2,583.00 2,583.00 8 Rowo Cungkup Lamongan Sukodadi Cungkup 4,620.00 4,620.00 9 Paprit Lamongan Laren Branggi 65,000.00 2,084.00 10 Sentir Lamongan Kedungpring Tenggerejo 7,500.00 1,200.00 11 Rancang Lamongan Lamongan Rancang Kc 880.00 817.14 12 Tuwiri Lamongan Tikung Tm.Rigadung 1,000.00 600.00 13 Rande Lamongan Deket Srirande 4,200.00 2,520.00 14 Delikguno Lamongan Tikung Pengumbulanadi 1,150.00 690.00 15 Takeran Lamongan Deket Srirande 960.00 576.00 16 Legoh Lamongan Sekaran Gedangan 5,700.00 3,909.00 17 Rowo Sekaran Lamongan Sekaran Sekaran 2,750.00 2,750.00 18 Manyar Lamongan Sekaran Manyar 3,000.00 2,842.00 19 Bogo Lamongan Karanggeneng Tegak 789.00 755.25 20 Sogo Lamongan Babat Bedahan 1,710.00 1,710.00 21 Jabung Lamongan Laren Jabung 36,210.00 2,840.00

(37)

No. Nama Waduk Lokasi Volume Tampungan (1000 m3) Kapasitas Efektif (1000 m3) Kabupaten Kecamatan Desa

22 Kalen Lamongan Dungpring Kalen 11,500.00 1,187.00 23 Kaliombo Lamongan Tikung Tambakrejo 46,648.00 40,648.00 24 Kwanon Lamongan Pucuk Babatkumpul 1,600.00 1,595.00 25 Lowayu Lamongan Panceng Jetis 1,455.00 1,100.00 26 Makamsantri Lamongan Laren - 60,900.00 58,230.00 27 Meduran Lamongan Pucuk Gempol-panding 77,760.00 44,000.00 29 Lopang Lamongan Tikung Lopang 942.00 460.00 30 Canggah Lamongan Deket Canggah 4,596.00 3,586.00 31 Sumurgun Lamongan Laren Bulubrangsi 1,036.77 1,036.77 32 Sepanji Lamongan Turi Sepanji 2,337.50 1,685.00 33 Kuripan Lamongan Pucuk Cungkup 4,620.00 4,620.00 34 Karangasem Lamongan Sugio Kr. Asem 586.00 140.00 35 Caling Lamongan Sugio Caling 1,157.09 1,157.09 36 Lembeyan Lamongan Kembangbau Lembehan 1,168.00 1,168.00 37 Kedungdowo Lamongan Kembangbau Kd. Medari 2,480.00 1,162.00 38 Takeran Lamongan Tikung Takeran Kluting 960.00 490.00 Jumlah 425,820.36 229,563.80

Sumber : Pengairan Jawa Timur dalam angka 2005 2.2.4.5. Potensi Air Tanah

Potensi air tanah dari studi peta air di Wilayah Sungai Bengawan Solo 2006 di Kabupaten Lamongan dapat dihitung dari luasnya cacthment area yaitu seluas 1.670,00 km2 serta adanya volume hujan tahunan

sebesar 1.398,00 mm sehingga dapat dihitung pengisian air tanah sejumlah 350.200.000 m3.

(38)
(39)

2.2.5. Iklim dan Curah Hujan

Iklim pada Kabupaten Lamongan termasuk ke dalam iklim tropis yang terdiri atas dua macam yaitu musim hujan dan musim kemarau. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember hingga bulan Maret sedangkan untuk bulan - bulan lain masuk pada kategori hujan relatif rendah. Rata - rata hujan yang terjadi pada tahun 2004 (RTRW Kabupaten Lamongan 2011-2031), berdasarkan hasil pencatatan 25 stasiun hujan yang berada di Lamongan adalah 1.255 mm dan hari hujan adalah 72 hari. 2.2.6. Kondisi Prasarana dan Sarana Jalan

Kondisi pengembangan transportasi darat akan dibagi atas beberapa rencana pengembangan, yaitu rencana pengembangan bagi jalan nasional jalan bebas hambatan, jalan nasional jalan arteri primer, jalan nasional kolektor primer, jalan provinsi kolektor primer, jalan lokal primer, jalan lingkar, terminal dan angkutan massal bus metro. Rencana pengembangan jaringan kereta api, terdiri atas jaringan jalur kereta api (KA) umum, angkutan massal perkeretaapian komuter, terminal barang, dan stasiun. Rencana pengembangan jaringan sungai, danau dan penyeberangan adalah pelabuhan penyeberangan. (Sumber: Laporan RTRW Kabupaten Lamongan 2011-2031)

2.2.7. Rencana Pengembangan Transportasi Darat

Arahan pengembangan transportasi darat di Kabupaten Lamongan meliputi beberapa jaringan yaitu jaringan jalan, terminal, arahan pengembangan angkutan massal, dan kereta api (Sumber: RTRW Kabupaten Lamongan 2011-2031). Berikut merupakan uraian dari masing pengembangan:

2.2.7.1 Jalan

Kondisi perkerasan jalan di Kabupaten Lamongan secara umum masih kurang baik. Perkerasan jalan menuju tempat-tempat penting dan daerah tujuan utama di Kabupaten Lamongan belum seluruhnya diperkeras dengan aspal, yakni sekitar 60% dengan perkerasan aspal, serta 40% dengan perkerasan kerikil dan makadam.

(40)

1. Jalan Bebas Hambatan

Jalan bebas hambatan di Kabupaten Lamongan yaitu pada jalur utara melewati pantura. Rencana jalan bebas hambatan Pantai Utara (Pantura) yang menghubungkan antara Gresik - Lamongan– Tuban. Untuk gerbang jalan bebas hambatan untuk wilayah Pantura direncanakan di Kecamatan Paciran dan Kecamatan Brondong. 2. Jalan Arteri Primer

Jalan nasional jalan arteri merupakan jalan yang menghubungkan secara berdaya guna antar pusat kegiatan nasional atau antar pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan wilayah. Jalan nasional jalan arteri ini juga melayani angkutan utama yang merupakan tulang punggung transportasi nasional yang menghubungkan pintu gerbang pelabuhan utama dan/atau bandar udara kelas utama. (Sumber : RTRW Kabupaten Lamongan 2011-2031).

Untuk ketentuan teknis mengenai jalan arteri sistem primer disebutkan dalam Pasal 13 Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 bahwa:

a. Jalan arteri primer didesain berdasarkan kecepatan rencana minimal 60 km/jam dengan lebar badan jalan minimal 11 meter;

b. Jalan arteri primer mempunyai kapasitas yang lebih besar dari volume lalu lintas ratarata;

c. Pada jalan arteri primer lalu lintas jarak jauh tidak boleh terganggu oleh lalu lintas ulang alik, lalu lintas lokal, dan kegiatan lokal;

d. Jumlah jalan masuk ke jalan arteri primer dibatasi;

e. Persimpangan sebidang pada jalan arteri primer dengan pengaturan tertentu; serta

f. Jalan arteri primer yang memasuki kawasan perkotaan dan/atau kawasan pengembangan perkotaan tidak boleh terputus. Rencana pengembangan jalan arteri primer ini memiliki status Jalan Nasional di Kabupaten Lamongan adalah Jl. Panglima Sudirman dan Jl. Jaksa Agung Suprapto. Sedangkan

(41)

jalan propinsi jalan kolektor (kolektor primer) Babat-Temangkar; Jl Lamongrejo; Jl Akhmad Dahlan; Jl Sunan Drajad; Jl Raya Mantup.

3. Jalan Kolektor Primer

Jalan kolektor 1 adalah jalan kolektor primer yang menghubungkan antar Ibukota Provinsi; Jalan Kolektor 2 adalah jalan kolektor primer yang menghubungkan Ibukota Provinsi dengan Ibukota Kabupaten/Kota; serta Jalan Kolektor 3 adalah jalan kolektor primer yang menghubungkan antar Ibukota Kabupaten/ Kota.

Untuk ketentuan teknis mengenai jalan Kolektor sistem Primer disebutkan dalam Pasal 14 Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006, bahwa:

a. Jalan kolektor primer didesain berdasarkan kecepatan rencana minimal 40 km/jam

b. dengan lebar badan jalan minimal 9 meter;

c. Jalan kolektor primer mempunyai kapasitas yang lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata;

d. Jumlah jalan masuk dibatasi dan direncanakan.

e. Persimpangan sebidang pada jalan kolektor primer dengan pengaturan tertentu;

f. Jalan kolektor primer yang memasuki kawasan perkotaan dan/atau kawasan pengembangan perkotaan tidak boleh terputus.

Rencana pengembangan jalan kolektor primer yang termasuk status Jalan Nasional di Kabupaten Lamongan adalah Widang-Babat-Bojonegoro dan Tuban-Lohgung-Sadang-Gresik.

4. Jalan Lokal Primer

Adanya penambahan tabel jalan lokal primer dan jalan poros desa strategis, Jalan lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.

(42)

Jalan lokal primer ini pada dasarnya merupakan jalan penghubung utama antar kecamatan yang ada dan penghubung dengan fungsi utama di Kabupaten Lamongan yang tidak terletak di jalan arteri maupun kolektor. Untuk ketentuan teknis mengenai jalan Lokal sistem Primer disebutkan dalam Pasal 15 Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006, bahwa:

a. Jalan lokal primer di desain berdasarkan kecepatan rencana minimal 20 km/jam dengan lebar badan jalan minimal 7,5 meter.

b. Jalan lokal primer yang memasuki kawasan perdesaan tidak boleh terputus. Arahan pengembangan jalan lokal primer yang termasuk status Jalan Kabupaten di wilayah Kabupaten Lamongan, dan pengelolaannya menjadi wewenang Pemerintah Kabupaten Lamongan ( sumber : RTRW Kabupaten Lamongan ) adalah :

Kecamatan Lamongan – Kecamatan Sukodadi – Kecamatan Sugio – Kecamatan Kedungpring;

Kecamatan Deket – Kecamatan Glagah – Kecamatan Karangbinangun – Kabupaten Gresik;

Kecamatan Sukodadi – Kecamatan Karanggeng – Kabupaten Gresik – Kecamatan Solokuro – Kecamatan Paciran;

Kecamatan Turi – Kecamatan Kalitengah;

Kecamatan Pucuk – Kecamatan Sekaran – Kecamatan Maduran – Kecamatan Laren – Kecamatan Paciran;

Kecamatan Tikung – Kecamatan Sarirejo – Kabupaten Gresik; Kecamatan Mantup – Kecamatan Kembangbahu – Kecamatan Sugio – Kecamatan Kedungpring;

Kecamatan Mantup – Kecamatan Sambeng – Kecamatan Ngimbang;

Kecamatan Kedungpring – Kecamatan Modo – Kecamatan Bluluk – Kecamatan Ngimbang;

Kecamatan Bluluk – Kecamatan Sukorame – Kabupaten Bojonegoro;

(43)

Kecamatan Sugio – Kecamatan Sambeng;

Kecamatan Tikung (Desa Wonokromo) – Kecamatan Mantup

– Kabupaten Gresik;

Kecamatan Sukorame – Kabupaten Jombang;

Kecamatan Lamongan (Kelurahan Sidokumpul) – Kecamatan Deket – Kecamatan Turi – Kecamatan Karangbinangun – Kecamatan Kalitengah;

Kecamatan Deket (Desa Pandanpancur) – Kecamatan Glagah

5. Pengembangan Jalan Lingkar

Untuk pengembangan jaringan jalan lingkar (Sumber: RTRW Kabupaten Lamongan 2011-2031) meliputi:

a. Jalan Lingkar Utara Lamongan dengan ruas jalan Deket – Lamongan – Turi;

b. Jalan Lingkar Selatan Babat dengan ruas Kecamatan Babat – Kabupaten Bojonegoro;

c. Jalan Lingkar Selatan Pantura dengan ruas jalan Kecamatan Paciran – Kecamatan Solokuro – Kecamatan Brondong;

Rencana pengembangan jalan di Kabupaten Lamongan dapat dilihat pada Gambar 2.6.

(44)
(45)

Dalam Pasal 33 Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan, dijelaskan bahwa bagian-bagian jalan meliputi Ruang Manfaat Jalan, Ruang Milik Jalan, dan Ruang Pengawasan Jalan. Ruang Manfaat Jalan meliputi badan jalan, saluran tepi jalan, dan ambang pengamannya. Ruang Milik Jalan meliputi ruang manfaat jalan dan sejalur tanah tertentu di luar ruang manfaat jalan. Ruang Pengawasan Jalan merupakan ruang tertentu di luar ruang milik jalan yang ada di bawah pengawasan penyelenggara jalan.

a. Ruang Manfaat Jalan

Dalam Pasal 34 Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan, dijelaskan bahwa Ruang Manfaat Jalan:

1. Meliputi badan jalan, saluran tepi jalan, dan ambang pengamannya; 2. Merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar, tinggi,

dan kedalaman tertentu yang ditetapkan oleh penyelenggara jalan yang bersangkutan berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh Menteri; serta

3. Hanya diperuntukkan bagi median, perkerasan jalan, jalur pemisah, bahu jalan, saluran tepi jalan, trotoar (hanya diperuntukkan bagi lalu lintas pejalan kaki), lereng, ambang pengaman, timbunan dan galian, gorong-gorong, perlengkapan jalan, dan bangunan pelengkap lainnya.

b. Ruang Milik Jalan

Dalam Pasal 39 Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan, dijelaskan bahwa:

1. Ruang Milik Jalan terdiri dari ruang manfaat jalan dan sejalur tanah tertentu di luar ruang manfaat jalan;

2. Ruang Milik Jalan merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar, kedalaman, dan tinggi tertentu;

3. Ruang Milik Jalan diperuntukkan bagi ruang manfaat jalan, pelebaran jalan, dan penambahan jalur lalu lintas di masa akan datang serta kebutuhan ruangan untuk pengamanan jalan;

4. Sejalur tanah tertentu dapat dimanfaatkan sebagai ruang terbuka hijau yang berfungsi sebagai lansekap jalan; serta

(46)

5. Penggunaan ruang terbuka pada ruang milik jalan untuk ruang terbuka hijau dimungkinkan selama belum dimanfaatkan untuk keperluan ruang manfaat jalan.

c. Ruang Pengawasan Jalan

Dalam Pasal 44 Peraturan Pemerintah No. 34/2006 tentang Jalan, dijelaskan:

1. Ruang pengawasan jalan merupakan ruang tertentu di luar ruang milik jalan yang penggunaannya ada di bawah pengawasan penyelenggara jalan;

2. Ruang pengawasan jalan diperuntukkan bagi pandangan bebas pengemudi dan pengamanan konstruksi jalan serta pengamanan fungsi jalan;

3. Ruang pengawasan jalan merupakan ruang sepanjang jalan di luar ruang milik jalan yang dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu; serta 4. Dalam hal ruang milik jalan tidak cukup luas, lebar ruang

pengawasan jalan ditentukan dari tepi badan jalan.

2.2.7.2. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Sumber Daya Air

Untuk rencana pengelolaan sumber daya air dilaksanakan berdasarkan asas kelestarian, keseimbangan, kemanfaatan umum, keterpaduan dan keserasian sistem prasarana sumber daya air meliputi jaringan sumberdaya air lintas propinsi, wilayah sungai kabupaten, jaringan irigasi, jaringan air baku untuk air bersih, dan sistem pengendalian banjir. Sistem jaringan prasarana sumber daya air, meliputi :

1. jaringan sumberdaya air lintas propinsi; 2. wilayah sungai lintas kabupaten;

3. wilayah sungai kabupaten; 4. jaringan irigasi;

5. jaringan air baku untuk air bersih; 6. sistem pengendalian banjir.

(47)

Sistem Jaringan Irigasi

Kabupaten Lamongan meliputi Sungai Bengawan Solo, Kali Lamong, rawa dan waduk/embung, diperlukan suatu pengelolaan untuk dapat memenuhi kebutuhan air bersih maupun irigasi. Untuk dapat melayani lebih merata, maka wilayah Kabupaten Lamongan dibagi ke dalam 3 sub sistem pengelolaan sumberdaya air (sumber : RTRW Kabupaten Lamongan 2011-2031), yaitu:

1. Sub sistem I, meliputi Wilayah Kecamatan Babat, Sekaran, Maduran, Laren, Brondong, Paciran, Solokuro, Karanggeneng, Kalitengah, Karangbinangun, Turi, Deket dan Glagah. Pada sub sistem ini pengelolaan pengairan dilakukan dengan cara mengoptimalkan rawa Jabung, Rawa Semando, Rawa Manyar, Rawa Sekaran, Rawa Bulu, Rawa Cungkup, Rawa Kwanon untuk Kebutuhan Air di Lamongan Bagian Utara, melalui :

a. Normalisasi Sungai Bengawan Solo.

b. Babat Barrage (Bengawan Solo) di-connecting-kan dengan intake rawa jabung dan ke intake Jero melalui rawa Semando dengan ditunjang optimalisasi New Sembayat Barrage.

c. Persediaan air di rawa jabung mencapai 31 juta m3 (Long Storage).

2. Sub Sistem II, meliputi Wilayah Bagian Tengah Kabupaten Lamongan yang terdiri dari Kedungpring, Sugio, Pucuk, Sukodadi, Lamongan, Sarirejo, Tikung, Turi dan Kembangbahu. Pada sub sistem ini pemenuhan kebutuhan pengairan dilakukan dengan cara men-supply air dari Waduk Gondang dan waduk Prijetan serta mengoptimalkan .waduk Dermo, waduk Sumengko, waduk Takeran, waduk Canggah, waduk Delikguno, waduk Tuwiri, waduk Dukuh, waduk Caling, waduk Pading, waduk sentir dan waduk Kalen.

3. Sub Sistem III, meliputi wilayah selatan Kabupaten Lamongan yang terdiri dari Kecamatan Mantup, Sambeng, Bluluk, Modo, Ngimbang dan Sukorame. Wilayah yang termasuk dalam sub sistem ini dapat memanfaatkan Kali Lamong, waduk Bowo dan embung untuk memenuhi kebutuhan air. Pola pengelolaan sumber daya air

(48)

merupakan kerangka dasar dalam merencanakan, melaksanakan, memantau dan mengevaluasi kegiatan konservasi sumberdaya air, pendayagunaan sumberdaya air dan pengendalian daya rusak air pada setiap wilayah sungai dengan prinsip keterpaduan antara air permukaan dan air tanah. Daerah Irigasi (DI) adalah kesatuan lahan yang mendapat air dari satu jaringan irigasi, sedangkan jaringan irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkapnya yang merupakan satu kesatuan dan diperlukan untuk penyediaan, pembagian, pemberian, penggunaan dan pembuangan air irigasi. Kriteria pembagian tanggung jawab pengelolaan irigasi selain didasarkan pada keberadaan jaringan tersebut terhadap wilayah administrasi juga perlu didasarkan pada strata luasannya, sebagai berikut:

a. Daerah irigasi (DI) dengan luas kurang dari 1.000 Ha (DI Kecil) dan berada dalam satu Kabupaten/Kota menjadi kewenangan dan tanggung jawab pemerintah Kabupaten/Kota;

b. Daerah Irigasi (DI) dengan luas 1.000 s/d 3.000 Ha (DI Sedang), atau daerah irigasi kecil bersifat lintas Kabupaten/Kota menjadi kewenangan dan tanggung jawab pemerintah propinsi;

c. Daerah irigasi (DI) dengan luas lebih dari 3.000 Ha (DI Besar), atau DI Sedang yang bersifat lintas propinsi, strategis nasional, dan lintas negara menjadi kewenangan dan tanggung jawab pemerintah. Daerah irigasi yang menjadi penanganan pusat seluas 23.331 Ha yang terdiri dari DI Bengawan Jero, DI Waduk Prijetan dan DI Waduk Gondang. Daerah Irigasi yang menjadi kewenangan Propinsi dengan luas total + 12.001 Ha, terbagi menjadi dua yaitu : 1) DI dalam wilayah kabupaten seluas + 8.063 Ha terdiri dari DI Waduk Rande, DI PA Kaligerman, DI PA Butungan, DI Rawa Cungkup, DI Rawa Semando dan DI Rawa Sekaran; 2) DI Lintas Kabupaten seluas +3.938 Ha terdiri dari DI Kali Corong, DI Rawa Jabung dan DI Waduk Sumengko. Daerah Irigasi yang menjadi kewenangan Kabupaten seluas + 10.640 Ha, terdiri dari 30 DI (DI Bengawan Solo, DI PA Karanggeneng, DI

(49)

Rawa Bogo, DI Rawa Bulu, DI Rawa Geger, DI Rawa Kwanon, DI Rawa Manyar, DI Rawa Sibanget, DI Rawa Sogo, DI Sluis keyongan, DI Waduk Bowo, DI Waduk Caling, DI Waduk Dermo, DI Waduk Dukuh, DI Waduk Jajong, DI Waduk Kuripan, DI Waduk Lego, DI Waduk Makamsantri, DI Waduk Maduran, DI Waduk Pading,DI Waduk Palangan, DI Waduk Paprit, DI Waduk Sepanji, DI Waduk Sumurgung, DI Waduk Takeran, DI Waduk Canggah, DI Waduk Delikguno, DI Waduk Kedungdowo, DI Waduk Lembeyan dan DI Waduk Tuwiri.

(50)
(51)

Jaringan Air Baku Untuk Air Bersih

Pemenuhan kebutuhan air bersih harus dilakukan dengan meningkatkan sarana dan prasarana pendukung seperti pipa, tandon, reservoir, dan prasarana pendukung lainnya. Dan dapat dilakukan dengan memanfaatkan Sungai Bengawan Solo dan sumber- sumber air untuk kepentingan air minum dan irigasi atau untuk berbagai pemanfaatan lainnya.

Upaya penanganan dan pengembangan jaringan air baku untuk meningkatkan layanan fasilitas air bersih di Kabupaten Lamongan (sumber : RTRW Kabupaten Lamongan 2011-2031) seperti :

a. Pemeliharaan dan perlindungan kelangsungan fungsi terhadap sumber-sumber mata air, daerah resapan air dan daerah tangkapan air;

b. Peningkatan pelayanan dan pengelolaan air bersih oleh PDAM dengan pengembangan sistem jaringan air bersih hingga ke wilayah perdesaan.

c. Pengaturan pengembangan sistem penyediaan air minum untuk meningkatkan efisiensi dan cakupan pelayanan air minum.

Pengendalian Banjir

Sungai Bengawan Solo posisinya membelah wilayah Kabupaten Lamongan sepanjang ±68 Km manfaat lain selain penyediaan air baku, juga memberikan dampak buruk yaitu dengan datangnya bencana banjir hingga menimbulkan kerugian cukup besar. Terkait dengan kejadian banjir tersebut diperlukan tindakan dan langkah-langkah strategis dalam rangka penanggulangan (Sumber: RTRW Kabupaten Lamongan 2011-2031), diantaranya melalui :

a. Normalisasi Sungai Bengawan Solo;

b. Melakukan penataan sistem jaringan drainase di wilayah Bengawan Jero, mengingat Bengawan Jero (meliputi 5 wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Turi, Kalitengah, Karangbinangun, Glagah dan Kecamatan Deket) yang semula merupakan

(52)

kawasan bonorowo tempat menampung air telah berubah fungsi menjadi petak-petak lahan terbangun;

c. Normalisasi Kali Wangen dan Tebalon melalui Kali Manyar (wilayah Kabupaten Gresik) hingga bermuara di laut;

d. Rehabilitasi dan/atau normalisasi Kali Corong melalui sinergitas dengan wilayah Kabupaten Gresik;

e. Rehabilitasi dan/atau normalisasi sungai-sungai eksisting beserta dengan bangunan pengairannya.

2.2.7.3. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Lainnya

Rencana sistem jaringan prasarana lainnya meliputi beberapa hal yaitu persampahan dan sanitasi lingkungan. Rencana tersebut diperlukan untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup khususnya pada kawasan permukiman (Sumber : RTRW Kabupaten Lamongan 2011-2031)

2.2.7.4. Rencana Persampahan

Untuk penanganan persampahan kedepannya, maka sistem pengelolaan persampahan di Kabupaten Lamongan dibedakan berdasarkan perwilayahan (Sumber : RTRW Kabupaten Lamongan 2011-2031) . Untuk penanganan sampah dapat dilakukan dengan: 1. Pembuangan Terbuka (Open Dumping)

Cara ini merupakan cara yang paling sederhana yaitu dengan membuang begitu saja sampah yang telah dikumpulkan pada tempat yang telah disediakan.

2. Penimbunan Saniter (Sanitary Landfill)

Penimbunan saniter adalah teknik penimbunan sampah yang dapat meminimumkan dampak yang merusak lingkungan dimana teknik yang digunakan adalah dengan memadatkan sampah dengan ketebalan 3,5 - 5 meter dan kemudian ditimbun dengan tanah setebal 15 - 30 cm.

(53)

3. Pembakaran (Incineration)

Pembakaran merupakan salah satucarapemusnahan sampah dengan cara mengurangi volume maupun berat sampah melalui proses pembakaran.

4. Pembuatan Kompos (Composting)

Pembuatan kompos merupakan salah satucaramengolah sampah organik agar dapatdimanfaatkan kembali yakni dengan mengelola sampah menjadi pupuk.

5. Pemanfaatan Ulang (Recycling)

Pemanfaatan ulang adalah cara pengolahan sampah anorganik agar dapat dimanfaatkan kembali dengan cara mengolah sampah menjadi barang yang bernilai ekonomis.

2.2.7.5. Sistem Pengelolaan Sampah di Kawasan Perkotaan

Untuk penanganan masalah persampahan perkotaan di Kabupaten Lamongan diperlukan sebuah wadah penampungan sampah yang dihasilkan masyarakat perkotaan. Arahan penanganan persampahan di wilayah perkotaan Kabupaten Lamongan diperlukan sebuah TPA skala regional untuk menampung dan mengelola sampah yang ada. TPA Regional ini direncanakan di Kecamatan Tikung (Sumber: RTRW Kabupaten Lamongan 2011-2031). Dalam pembangunan TPA regional di Wilayah Kabupaten Lamongan, maka kriteria yang harus dipenuhi antara lain:

1. Kondisi geologi

a. Tidak berlokasi di zona holocene fault; serta b. Tidak boleh di zona bahaya geologi.

2. Kondisi hidrogeologi

a. Tidak boleh mempunyai muka air tanah < 3 m;

b. Tidak boleh kelulusan tanah lebih besar 10- 6cm/det;

c. Jarak terhadap sumber air minum harus lebih besar dari 100 meter di hilir aliran;

d. Dalam hal tidak ada zona yang memenuhi kriteria-kriteria tersebut diatas, maka harus diadakan masukkan teknologi.

(54)

e. Kemiringan zona harus kurang dari 20 %.

f. Jarak dari lapangan terbang harus lebih besar dari 3000 meter untuk penerbangan turbo jet dan harus lebih besar dari 1500 meter untuk jenis lain.

g. Tidak boleh pada daerah lindung/cagar alam dan daerah banjir dengan periode ulang 25 tahun.

2.2.7.6 Pengelolaan Sampah di Kawasan Perdesaan

Sistem pengelolaan sampah di kawasan perdesaan dapat dilakukan dengan cara menimbun dan membakar, mengingat kawasan perdesaan kecenderungannya masih tersedia cukup luas lahan pekarangan. Pada sisi lain di kawasan perdesaan kecenderungannya didukung dengan lahan budidaya pertanian yang cukup luas, maka keberadaan sampah tersebut dapat diolah menjadi kompos (pupuk organik) yaitu dengan cara memisahkan jenis sampah yang dapat diuraikan bakteri (dimanfaatkan untuk kompos) dan sampah yang tidak dapat diuraikan bakteri (proses dibakar) (sumber : RTRW Kabupaten Lamongan). Berikut merupakan rencana pengembangan sistem jaringan persampahan berdarakan rencana tata ruang wilayah, yaitu:

a. Rencana pengembangan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Kecamatan Tikung;

b. Pengembangan TPA terpadu yang dikelola bersama untuk kepentingan di wilayah kabupaten dengan system sanitary landfiil; c. Rencana pengembangan tempat pengelolaan limbah industri B3

dan non B3 di Kecamatan Paciran dan Ngimbang; dan

d. Pembangunan bangunan pengolah sampah 3R (reuse, reduce, recycle) di TPA Tikung dan lingkungan permukiman.

2.2.7.7. Kebutuhan Sanitasi

Hal penting yang harus dipikirkan oleh suatu wilayah untuk dapat menjadi lingkungan yang sehat dan bersih, maka diperlukan adanya sistem pengelolaan limbah khusus yang dihasilkan oleh setiap KK.

(55)

Berdasarkan RTRW Kabupaten Lamongan dapat diketahui untuk rencana pengembangan prasarana sanitasi, meliputi:

a. Pemenuhan fasilitas septic tank pada masing-masing rumah di wilayah perkotaan;

b. Pengembangan jamban komunal pada kawasan permukiman padat masyarakat berpenghasilan rendah dan area fasilitas umum;

c. Mewajibkan pengembangan daerah pemukiman baru dan kota baru untuk menyediakan sistem pengolahan limbah rumah tangga komunal sesuai denan kondisi daerah;

d. Meningkatkan pelayanan umum sanitasi.

2.2.7.8. Rencana Sistem Pengelolaan Air Limbah

Berdasarkan rencana tata ruang wilayah Kabupaten Lamongan, berikut merupakan rencana dari sistem pengelolaan limbah, terdiri dari:

a. Penyiapan lahan untuk tempat penampungan limbah sehingga dapat dikelola sebagai rangkaian kegiatan yang mencakup penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan pengelolaan dan penimbunan hasil limbah.

b. pembangunan IPAL bersama dalam suatu kawasan perdesaan, dengan target pengurangan sifat berbahaya dari limbah yang dihasilkan per produksi; dan

c. pembangunan pusat pengelolaan limbah bahan bakar beracun (B3) dan non B3 di Kecamatan Paciran dan Ngimbang yang memenuhi syarat dari segi ekonomi.

2.2.7.9. Kependudukan

Perkembangan penduduk pada Kabupaten Lamongan menunjukkan data peningkatan yang cukup tinggi setiap tahunnya yaitu hingga mencapai 39.014 jiwa/tahun mulai tahun 2002 - 2007 (RTRW 2011), hal tersebut terjadi karena mobilitas penduduk yang sangat cepat dan tren tersebut akan terus meningkat hingga akhir tahun perencanaan 2031. Perubahan jumlah penduduk setiap tahunnya, dari tahun 2002 - 2007 ditunjukkan dalam Tabel 2.8.

(56)

Berdasarkan data perubahan jumlah penduduk dapat diketahui bahwa rata setiap tahunnya mengalami peningkatan yang cukup pesat, terkecuali pada tahun 2006 menunjukkan penurunan jumlah penduduk namun naik kembali pada tahun 2007. Pada Tahun 2011 diadakan sensus penduduk dan didapatkan data yang ternyata lebih kecil dari tahun-tahun sebelumnya.

Tabel 2. 8 - Jumlah Peningkatan Penduduk

No Tahun Peningkatan Jumlah Penduduk

1 2002 1.217.316 2 2003 1.224.813 3 2004 1.235.152 4 2005 1.393.131 5 2006 1.390.053 6 2007 1.412.386 7 2008 1.439.886 8 2009 1.478.066 9 2010 1.499.971 10 2011 1.305.898 11 2012 1.284.379 12 2013 1.348.259 Sumber : RTRW 2011 Karakteristik Budaya

Masyarakat Lamongan adalah masyarakat yang religius, Pemerintah Kabupaten Lamongan sangat mendorong terciptanya pembangunan masyarakat seutuhnya. Wujud dari dorongan pemerintah tersebut adalah dengan pendirian tempat ibadah, banyaknya pondok pesantren yang ada di Kabupaten Lamongan serta banyaknya kegiatan-kegiatan agama yang berlangsung. Demikian juga terhadap kerukunan umat dalam satu agama maupun kerukunan antar pemeluk agama, Pemerintah Kabupaten Lamongan telah memfasilitasi kegiatan dialog antar umat beragama maupun turut serta dalam dialog antar agama

(57)

yang diadakan propinsi. Selain di bidang agama masyarakat di Kabupaten Lamongan memiliki jiwa seni yang cukup besar, hal ini terlihat dari banyaknya kelompok seni dan padepokan seni yang ada di Kabupaten Lamongan serta terdapat cagar budaya yang di lindungi. Proyeksi Penduduk

Kabupaten Lamongan memiliki perkembangan penduduk yang cukup pesat jika dilihat berdasarkan data RTRW Kabupaten Lamongan untuk perkembangan tahun 2002 - 2007. Perkembangan tersebut terjadi karena mobilitas yang cepat, dengan tren perkembangan penduduk akan terus meningkat sampai pada akhir Tahun perencanaan 2031. Sumberdaya Manusia Menurut Sektor Pekerja Utama

Sumberdaya manusia Kabupaten Lamongan dilihat berdasarkan mata pencaharian masih didominasi sektor pertanian, dari jumlah penduduk usia kerja di Kabupaten Lamongan sekitar 55,84% bekerja disektor pertanian, kemudian disektor perdagangan sebesar 18,01%, disektor jasa sebesar 10,35%, sektor industri 9,49% dan sisanya disektor pertambangan, gas, listrik dan air bersih, konstruksi, keuangan dan transportasi dan komunikasi.

Sosial (Pendidikan, Kesehatan, Agama)

Kabupaten Lamongan merupakan daerah yang sangat religius, hal tersebut ditunjukkan dengan adanya dukungan dan dorongan dari pemerintah untuk mendirikan tempat ibadah dan banyaknya pondok pesantren serta kegiatan agama yang dilakukan.

2.2.7.10. Pertanian

Berdasarkan laporan RTRW Kabupaten Lamongan, untuk pengembangan di bidang Pertanian memiliki potensi namun juga memiliki permasalahan yang harus dihadapi, berikut merupakan uraian keduanya :

(58)

Potensi

a. Potensi sawah cukup besar yakni seluas 79.320 Ha yang tersebar di kawasan perkotaan maupun perdesaan;

b. Komoditi yang unggulan yaitu padi, palawija dan hortikultura; c. Komoditi yang potensial dan sudah dikembangkan berupa

tanaman jarak pagar yaitu di Kacamatan Paciran, hal ini dapat mendukung peningkatan mutu pertanian di Kabupaten Lamongan; d. Hortikultura di Kabupaten Lamongan tersebar di seluruh wilayah

kecamatan. Potensi ini cukup besar karena hortikultura di Kabupaten Lamongan selain untuk memenuhi kebutuhan penduduk wilayah Kabupaten Lamongan sendiri juga untuk kebutuhan daerah lainnya (seperti ke Surabaya dan Jakarta) dan beberapa komoditas telah di eksport; serta

e. Kawasan perdesaan masih sangat luas dan memiliki berbagai produk pertanian;

Masalah

a. Banyak terjadi alih fungsi lahan khususnya sawah menjadi kawasan terbangun, yang berarti bahwa semakin berkurangnya lahan pertanian;

b. Kualitas dan hasil pengolahan belum optimal; serta

c. Banyaknya lahan sawah yang dilanda banjir sehingga sering kali mengakibatkan gagal panen dan hasil panen yang kurang maksimal sehingga berpengaruh terhadap produksi pertanian. Prospek Pengembangan

a. Pengembangan produksi pertanian dilakukan dengan mempertahankan luasan sawah yang ada, setidaknya melalui peningkatan sistem irigasi bila terjadi alih fungsi sawah.

b. Hal ini didukung oleh peningkatan pelayanan irigasi di wilayah yang potensial;

c. Peningkatan kesadaran masyarakat untuk menjaga kelestarian alam dan lingkungan, melalui penyuluhan-penyuluhan dan pelatihan;

Gambar

Tabel 2. 1 - Jumlah dan Luas Kecamatan di Kabupaten Lamongan
Tabel 2.3. Menurut Klasifikasi Kemiringan Kabupaten Lamongan
Tabel  2.  9  -  Penggunaan  Luas  Lahan  Bukan  SawahKabupaten  Lamongan  Tahun  2007  No  Kecamatan  Pekar angan  Ladang /  Huma  Padang rumput  Hutan  Rakyat  Hutan  Negara  Perkebunan  Lain - lain  Rawa - rawa
Tabel 2. 10 - Pengunaan Luas Lahan SawahKabupaten Lamongan Tahun 2007  No  Kecamatan  Irigasi  Teknis  Irigasi  Setengah  Teknis  Irigasi  Sederhana  Irigasi Desa  Tadah
+7

Referensi

Dokumen terkait