• Tidak ada hasil yang ditemukan

REKAPITULASI DATA DAN PERMASALAHAN

C. Laporan RTRW 2011 - 2031 Kabupaten Lamongan

3.3. Potensi dan Permasalahan Umum Kabupaten Lamongan

Kabupaten Lamongan memiliki berbagai potensi yang berkaitan dengan sumber daya air. Cadangan air yang berlimpah dari Sungai Bengawan Solo menjadi salah satu kekuatan utama dalam pengembangan daerah. Produk-produk perikanan dan pertanian merupakan komoditas utama masyarakat Kabupaten Lamongan pada umumnya.

Permasalahan umum yang dihadapi Kabupaten Lamongan terkait pada hal penataan wilayah, permasalahan banjir dan drainase, penataan lalu lintas, dsb. Dalam hal permasalahan banjir, Kabupaten Lamongan terletak di daerah aliran sungai Bengawan Solo. Seperti wilayah lain yang terletak di daerah aliran sungai (DAS) Bengawan Solo, permasalahan banjir dan genangan menjadi isu utama pada saat musim hujan. Sungai Bengawan Solo yang berada di Kabupaten Lamongan secara umum terpengaruh air laut, sehingga efek pasang surut ataupun intrusi air laut berimbas pada elevasi muka air serta kualitas air sungai. Latar belakang kondisi sumber daya air Kabupaten Lamongan tersebut memberikan potensi dan permasalahan sehingga perlu adanya analisis lebih lanjut agar potensi dan permasalahan tersebut dapat memberikan manfaat.

3.3.1. Potensi Kabupaten Lamongan

Potensi Kabupaten Lamongan secara umum terbagi menjadi dua aspek, yaitu aspek sumber daya manusia dan sumber daya alam. Berkaitan dengan potensi sumber daya manusia, penduduk merupakan aspek

penting dalam penataan ruang sehingga perencanaan wilayah harus memperhatikan karakter penduduk. Karakter penduduk dapat dilihat berdasarkan perkembangan penduduk, mata pencaharian dan budaya serta religi. Jumlah penduduk Kabupaten Lamongan mencapai 1.412.386 jiwa pada tahun 2007, dengan kepadatan rata-rata 8 Jiwa/Ha. Hal ini menunjukkan masih tersedianya lahan yang cukup besar untuk pengembangan seiring dengan perkembangan penduduk yang cukup cepat.

Perkembangan penduduk mulai dari tahun 2002 sampai tahun 2007 menunjukkan peningkatan dengan pertambahan rata-rata mencapai 39.014 jiwa setiap tahunnya, hal ini menunjukkan peningkatan yang cukup tinggi dikarenakan mobilitas penduduk tergolong cepat, yang didukung oleh perkembangan wilayah seperti adanya Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong, Pasar Agrobis Babat, serta mulai berkembangnya kawasan industri di pantura dan kawasan agropolitan di wilayah selatan Kabupaten Lamongan.

Mayoritas masyarakat Lamongan memiliki motivasi yang tinggi dalam bidang pendidikan, hal ini ditunjukkan dengan banyaknya lulusan-lulusan sekolah dan perguruan tinggi (dalam hal ini sekolah-sekolah kejuruan). Di bidang pendidikan Lamongan memiliki beberapa sekolah-sekolah kejuruan, hal ini menjadi faktor pendukung perkembangan penduduk untuk bermigrasi dan menciptakan tenaga kerja yang mampu bekerja bukan pencar kerja. Potensi sumberdaya manusia menurut pekerjaan utama terbesar berada di sektor pertanian sebesar 55,84%, disektor perdagangan 18,01%, Industri 9,49%, sektor jasa sebesar 10,35% dan sisanya bekerja disektor lain.

3.3.1.1. Potensi Sumber Daya Alam

Kabupaten Lamongan memiliki sumber-sumber perairan seperti Sungai Bengawan Solo, Waduk Gondang, waduk Prijetan, Kali Lamong dan beberapa sumber mata air. Kebutuhan masyarakat yang cukup besar terhadap pemenuhan air bersih untuk air minun dan perairan sawah.

Kabupaten Lamongan dibagian tengah dilalui oleh sistem perpipaan air bersih yang dikelola oleh Perusahaan Petro Gresik, dengan mengambil sumber dari Babat. Hal ini dapat dilakukan kerjasama dengan pemerintah Kabupaten Lamongan untuk memenuhi kebutuhan air bersih di Kabupaten Lamongan khususnya Bagian Tengah. Di lain pihak, pengelolaan sumber-sumber air sudah mulai dilakukan oleh beberapa masyarakat pedesaan seperti sumur bor, pengelolaan mata air melalui Himpunan Penduduk Pengguna Air Minum (HIPPAM) di Kabupaten Lamongan.

Di bidang irigasi, banyak sumber perairan yang bisa dimanfaatkan untuk kegiatan irigasi yaitu, Sungai Bengawan Solo, Waduk Gondang dan Waduk Prijetan. Pemerintah pusat juga telah memberikan fasilitas pengelolaan DAS Bengawan Solo di Kabupaten Lamongan berupa Babat Barrage dan Sudetan Bengawan Solo sebagai pemenuhan kebutuhan irigasi terutama untuk kepentingan pertanian.

Potensi sumber daya alam berupa kawasan resapan air di wilayah Kabupaten Lamongan juga cukup besar. Kawasan yang memberi perlindungan kawasan bawahannya saat ini berupa hutan lindung dan kawasan resapan air (hutan produksi yang luasannya mencapai 33.464,40 Ha dan hutan lindung seluas 252,9 Ha, dengan luas hutan secara keseluruhan yaitu 33.717,3 Ha. Kawasan tersebut diatas merupakan kawasan yang harus dimasukkan dalam perlindungan setempat.

Kawasan perlindungan setempat yang terdapat di Kabupaten Lamongan sebagian besar masih terpelihara. Kawasan ini meliputi kawasan sempadan pantai (di wilayah pesisir utara) dan kawasan sempadan sungai (Sungai Bengawan Solo, Kali Lamong dan anak sungai), kawasan sekitar danau/waduk (Waduk Gondang, Waduk Sumengko, Waduk Tuwiri dan Waduk Prijetan). Kawasan perlindungan setempat seperti sungai dan waduk dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air baku dan perlu dilindungi agar bisa menampung air untuk cadangan air di wilayah Kabupaten Lamongan. Selain manfaat yang telah disebutkan diatas,

kawasan perlindungan setempat juga dapat dikembangkan sebagai kawasan wisata alam.

3.3.1.2. Potensi Ekonomi Wilayah

Pengembangan Kabupaten Lamongan sebagai kawasan Strategis Nasional dengan didukung oleh beberapa rencana pengembangan kawasan terpadu. Rencana pendukung tersebut secara garis besar yaitu, Perkotaan Lamongan, pengembangan Perkotaan Paciran sebagai pusat pengembangan industri dan pariwisata, pengembangan Perkotaan Brondong sebagai kawasan pelabuhan serta industri, serta pengembangan Perkotaan Babat sebagai kawasan perdagangan dan jasa regional, Perkotaan Ngimbang sebagai pusat agribisnis berpotensi menjadikan Kabupaten Lamongan sebagai pusat pertumbuhan yang mampu mendorong wilayah sekitar dan Perkotaan Sukodadi sebagai pendukung Perkotaan Lamongan.

Setiap wilayah pengembangan memiliki potensi spesifik, baik pertanian, industri, pariwisata, perikanan dan potensi lain yang akan mendorong perkembangan wilayah. Di samping itu setiap ibukota kecamatan dan pusat wilayah pengembangan memiliki potensi untuk mendorong dan melayani wilayah masing-masing sehingga pergerakan ekonomi setiap daerah diharapkan dapat berjalan dengan baik.

Berdasarkan rencana tata ruang dan wilayah Kabupaten Lamongan, jalan raya di Kabupaten Lamongan akan mengalami peningkatan fungsi jalan secara nasional karena merupakan bagian dari sistem perkotaan nasional melalui Gerbangkertasusila yaitu pada rencana Jalan nasional jalan bebas hambatan Gresik – Lamongan – Tuban. Jalan raya di Kabupaten Lamongan memiliki hubungan dengan sistem Nasional dan Regional melalui jalan jalan nasional arteri jalan Gresik- Jl. Pang. Sudirman; Jl. Pang. Sudirman- Jl. Jaksa Agung Suprapto; Jl. Jaksa Agung Suprapto-Lamongan; Lamongan Babat; dan Babat-Widang; jalan nasional jalan kolektor Babat-Bojonegoro dan GresikSadang-Tuban; jalan propinsi jalan kolektor Babat-Temangkar;

Jl. Lamongrejo; Jl. Akhmad Dahlan; Jl. Sunan Drajad; Jl. Raya Mantup; Lamongan-Bts. Kab. Mojokerto; Babat-Bts. Kab. Jombang; Jl. Lama Babat; dan Jl. Halte (Dradah, Ngimbang dan Kambangan) dan secara internal telah mencapai ke seluruh wilayah kecamatan dan perdesaan. Peningkatan kegiatan dalam skala besar dan pengembangan perkotaan menjadikan beberapa jalan berpotensi untuk dilakukan peningkatan fungsi jalan seperti Jalan Lingkar Selatan Pantura dan Jalan Lingkar Utara Lamongan serta Jalan Lingkar Babat. Selain itu juga terdapat terminal yang berdekatan dengan permukiman dan sarana pendidikan yaitu di Kota Lamongan dan Perkotaan Babat serta di Paciran tepatnya di desa Tunggul berupa Terminal Terpadu yang berfungsi untuk mendukung kegiatan di wilayah pantura.

3.3.2. Permasalahan Kabupaten Lamongan

Pekerja di sektor pertanian akan mengalami penurunan, melihat perkembangan industri pada masa yang akan datang, hal ini akan mengakibatkan terjadinya peralihan mata pencaharian dari petani menjadi pekerja industri. Di sisi lain perkembangan penduduk yang tergolong cepat berakibat pada meningkatnya kebutuhan akan lahan, hal ini akan mempengaruhi berkurangnya lahan terutama lahan pertanian. Melihat potensi perkembangan wilayah di Kawasan Pantura yang akan dikembangkan sebagai kawasan strategis dengan pengembangan utama di bidang industri, maka akan mengakibatkan terjadinya peralihan mata pencaharian masyarakat dari nelayan/petani menjadi pekerja/buruh pabrik pada masa yang akan datang. Pengaruh selanjutnya adalah dengan perkembangan wilayah yang tinggi di kawasan pantura akan menyebabkan terjadinya mobilitas yang tinggi, sehingga berakibat pada semakin padatnya penduduk beserta aktifitasnya. Mata pencaharian masyarakat kawasan pantura adalah sebagai penambang batu kapur. Mengingat bahan tambang akan habis maka akan berakibat pada kerusakan lahan yang ada. Dalam hal mata pencaharian, sebagian besar masyarakat Lamongan masih sangat

bergantung pada alam, sehingga sangat sulit melakukan peralihan mata pencaharian.

Permasalahan di bidang kemudahan menjangkau antar wilayah (aksesibilitas) masih menjadi kendala dalam pengembangan wilayah Kabupaten Lamongan. Pada beberapa wilayah hinterland mempunyai keterbatasan aksesibilitas secara geografis dan administrasi ke pusat pelayanan seperti Kecamatan Sekaran, Laren dan Sarirejo. Akibat interaksi antar wilayah yang kurang terstruktur maka pusat pelayanan tidak terkonsentrasi pada kawasan perkotaan sebagai pusat wilayah pengembangan.

Di bidang lingkungan permasalahan yang terjadi lebih diakibatkan oleh efek samping dari pengembangan wilayah. Sebagai contoh, tingginya intensitas pengembangan di wilayah pesisir pantai utara mengakibatkan kemungkinan timbulnya abrasi pantai. Beberapa kawasan perlindungan setempat berupa sempadan pantai yang terdapat di wilayah pesisir Utara Kabupaten Lamongan masih belum dikelola dengan baik, misalnya: adanya pengembangan permukiman di kawasan sempadan pantai, serta pada daerah konservasi Sungai Bengawan Solo terutama pada Kecamatan Laren dan Sekaran. Selain itu juga terjadi peningkatan penggunaan kawasan terbangun dan penambangan pasir pada kawasan perlindungan sekitar sungai. Hal lain yang sering terjadi adalah banyak terjadinya alih fungsi lahan khususnya sawah menjadi kawasan terbangun, yang berarti bahwa semakin berkurangnya lahan pertanian.

3.4. Potensi dan Masalah Drainase Kota Lamongan