• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN DAYA TAHAN DI AIR DAN DAYA TAHAN DENGAN LARI TERHADAP KEMAMPUAN LARI JARAK MENENGAH 800 METER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN DAYA TAHAN DI AIR DAN DAYA TAHAN DENGAN LARI TERHADAP KEMAMPUAN LARI JARAK MENENGAH 800 METER"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Educatio FKIP UNMA

Volume 3 No 2 Desember 2017 p-ISSN: e-ISSN: 2459-95222548-6756 p-ISSN: 2615-4625 e-ISSN: 2655-0857

54

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN DAYA TAHAN DI AIR DAN DAYA TAHAN DENGAN LARI TERHADAP KEMAMPUAN LARI JARAK MENENGAH 800

METER Zezen Nasihin

Universitas Majalengka, Indonesia z.nasihin@gmail.com

Abstract

In making medium distance running movements, which are related to the main movements are leg length, arm length, togok length, which together contribute to the results of medium distance running. But this will not be separated from good and regular practice, if you want to achieve maximum results. This study aims to determine the effect of endurance training in water on the ability to run medium distance, to determine the effect of endurance training with running on the ability to run medium distance, to determine the effect of comparison of endurance training in water and endurance training with running on the ability to run distance intermediate. The research method used is an experimental method. Held during 14 meetings, using the pattern of the initial test and the final test of the endurance exercise group and the endurance exercise group with running and the samples used were 10 endurance exercise groups in water and 10 endurance exercise groups with running. In this study the authors concluded that the endurance group in water can improve the ability to run medium distance 800 m, this can be seen from the average results of increased learning outcomes of running with endurance training in water given to group A (endurance training in water ) by 3.99 minutes or 8.0 points from an average of 60.5 points on the initial test to 68.5 points on the final test. And for Group B (endurance training with running) obtained an average result of 2, 98 minutes or 10.5 points from an average of 63.0 points on the initial test to 73.50 points on the final test.

Keyword: Endurance, medium range running

Abstrak

Dalam melakukan gerakan lari jarak menengah, yang terkait dengan gerakan utama adalah panjang tungkai, panjang lengan, panjang togok, yang secara bersama-sama berperan terhadap hasil lari jarak menengah. Tapi hal tersebut tidak akan lepas dari latihan yang baik dan teratur, jika ingin mencapai hasil yang maksimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh latihan daya tahan di air terhadap kemampuan lari jarak menengah, untuk mengetahui pengaruh latihan daya tahan dengan lari terhadap kemampuan lari jarak menengah, untuk mengetahui pengaruh perbandingan latihan daya tahan di air dan latihan daya tahan dengan lari terhadap kemampuan lari jarak menengah. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen. Dilaksanakan selama 14 kali pertemuan, dengan menggunakan pola test awal dan test akhir kelompok latihan daya tahan di air dan kelompok latihan daya tahan dengan lari dan sampel yang digunakan 10 orang kelompok latihan daya tahan di air dan 10 orang kelompok latihan daya tahan dengan lari. Dalam penelitian ini penulis menyimpulkan bahwa kelompok daya tahan di air dapat meningkatkan kemampuan lari jarak menengah 800 m, hal ini dapat dilihat dari hasil rata-rata peningkatan hasil belajar lari dengan latihan daya tahan di air yang diberikan kepada kelompok A (latihan daya tahan di air) sebesar 3,99 menit atau 8,0 poin dari rata-rata 60,5 poin pada tes awal menjadi 68,5 poin pada tes akhir.dan untuk Kelompok B (latihan daya tahan dengan lari) memperoleh hasil rata-rata sebesar 2,98 menit atau 10,5 poin dari rata-rata 63,0 poin pada tes awal menjadi 73,50 poin pada tes akhir.

Kata Kunci: Daya Tahan, Lari Jarak Menengah

PENDAHULUAN

Salah satu cabang olahraga individu yang populer adalah atletik. Atletik adalah aktivitas jasmani yang kompetitif, meliputi nomor lomba yang terpisah berdasarkan kemampuan gerak dasar manusia seperti jalan, lari, lompat dan lempar (Ballesteros, 1993:1). Itu sebabnya mengapa atletik disebut sebagai ibu dari semua cabang olahraga. Atletik merupakan unsur olahraga terpenting dalam Olimpiade modern. Atletik dilakukan disemua negara karena nilai-nilai edukatif yang terkandung di dalamnya. Atletik sangat memegang peranan penting dalam

(2)

Jurnal Educatio FKIP UNMA

Volume 3 No 2 Desember 2017 p-ISSN: e-ISSN: 2459-95222548-6756 p-ISSN: 2615-4625 e-ISSN: 2655-0857

55 pengembangan kondisi fisik. Seringkali atletik menjadi dasar pokok untuk peningkatan prestasi yang optimal bagi cabang olahraga lain (Ballesteros, 1993:1).

Dari sekian banyak nomor lomba yang dipertandingkan dalam perlombaan atletik, nomor lari jarak menengah adalah yang paling suka dilakukan baik oleh masyarakat maupun anak sekolah. Lari jarak menengah adalah nomor lari yang dilakukan dengan kecepatan penuh atau kecepatan maksimal sepanjang jarak yang harus ditempuh. Dari jarak 800 m sampai dengan jarak 2,4 Km digolongkan dalam lari jarak menengah (Adisasmita, 1992:35).

Menurut Ballesteros (1993:9) cabang atletik sebenarnya dilombakan berdasar kelompok umur dan jenis kelamin, tetapi di Indonesia kelompok umur masih belum menjadi perhatian penting walaupun sekarang ini sudah ada upaya yang telah dilakukan dengan mengadakan lomba-lomba berdasarkan kelompok umur salah satunya adalah lari jarak menengah sesuai dengan kelompok umur tetapi masih terlihat anak- anak mengikuti lomba yang tidak sesuai dengan kelompok umurnya. Kelompok umur ini sangat penting untuk diketahui karena dalam membuat program latihan harus sesuai dengan tahapan usia perkembangan. Ada lima kelompok umur menurut Ballesteros (1993 : 9) yaitu : 1) kelompok umur antara 10 – 11 tahun, 2) kelompok umur 12 – 13 tahun, 3) kelompok umur 14 – 15 tahun, 4) kelompok umur 16 –17 tahun dan 5) kelompok umur 18 – 19 tahun.

Menurut The Athletes Congres’s Development With Vern Gambeta (1989:55) ada empat fase dalam melakukan lari jarak menengah, empat fase tersebut adalah 1) waktu reaksi (time reaction), 2) akselerasi (acceleration), 3) kecepatan maksimal (maximum speed) dan 4) penurunan kecepatan (decreasing speed). Lari 800 m adalah salah satu nomor lari jarak menengah yang dipertandingkan untuk atlet putra dan putri dibawah umur 15 tahun. Lari 800 m dalam pelaksanaannya juga terjadi empat fase tersebut di atas yang berdampak pada bagaimana seorang atlet berlatih sehingga menimbulkan daya tahan yang kuat dalam bertanding.

Daya tahan jauh lebih kompleks dari kekuatan, bahkan faktor kekuatan itu sendiri ada keterlibatannya dengan kekuatan otot lokal, seperti yang di butuhkan pelari, pendayung jarak pendek atau pemain tenis yang membutuhkan gerakan servis dan smash berulang kali selama 5 set. Oleh karena itu menurut pandangan penulis bahwa pemanfaatan latihan daya tahan di air dan daya tahan dengan lari akan berpengaruh terhadap peningkatan daya tahan yang terjadi karena pertambahan ukuran otot. Menurut pendapat Nurhasan (2000 : 76) mengatakan bahwa “dalam suatu cabang olahraga dibutuhkan beberapa komponen fisik, baik yang sifatnya organik maupun neuromuscular, maka perlu dipahami kebutuhan cabang yang bersangkutan agar dapat berprestasi”.

Kecepatan sangat diperlukan dalam lari terutama lari jarak menengah karena kecepatan dipengaruhi oleh panjang langkah dan frekuensi langkah. Prestasi dapat meningkat dengan latihan yang dapat meningkatkan panjang langkah dan frekuensi langkah. Kedua faktor tersebut mempunyai hubungan berbalikan (inverse), apabila panjang langkah meningkat, frekuensi langkah akan menurun dan juga terjadi sebaliknya, apabila frekuensi meningkat atau bertambah panjang langkah menjadi lebih pendek (Suyono, 1995:28). Latihan daya tahan di air dan daya tahan dengan lari bertujuan untuk meningkatkan frekuensi langkah tanpa harus mengurangi panjang langkah atau juga sebaliknya dapat meningkatkan panjang langkah dengan tidak mengurangi frekuensi langkah.

Kecepatan dalam melakukan suatu gerak ditentukan oleh berbagai faktor. Sifat motoris yang mempengaruhi kecepatan terdiri atas: (1) tenaga otot, (2) Koordinasi, (3) viskositas otot, (4) kecepatan reaksi, (5) kecepatan kontraksi, (6) ciri antropometris, dan (7) stamina an aerob umum . Tenaga otot memegang penanan penting dalam kecepatan, dan bagi para pelari pemula yang sedang menjalankan latihan, pengarahan tenaga secara terarah akan sangat membantu meningkatkan prestasi. Tenaga otot merupakan gaya internal yang akan mengatasi adanya gaya eksternal (gravitasi, hambatan udara) sehingga mengakibatkan terjadinya perubahan gerak.

(3)

Jurnal Educatio FKIP UNMA

Volume 3 No 2 Desember 2017 p-ISSN: e-ISSN: 2459-95222548-6756 p-ISSN: 2615-4625 e-ISSN: 2655-0857

56 Sejalan dengan pandangan di atas, Nossek (2000:74) menyatakan bahwa “Kecepatan dipengaruhi oleh (1) mobilitas proses-proses syaraf, yakni stimuli penghentian, dan kemampuan kontraksi relaksasi, (2) elastisitas otot, yakni kapasitas peregangan kontraksi otot dan kondisi antara otot-otot sinergis-antagonis, (3) kekuatan dan daya tahan kecepatan, (4) teknik dalam keterampilan, dan (5) kemauan keras”. Dari beberapa uraian di atas maka ditarik gambaran bahwa untuk dapat meiniliki kecepatan dalam lari jarak menengah haruslah memiliki tenaga yang berasal dan kontraksi otot-otot penggerak yang elastis, yang dikerahkan dalam rangkaian koordinasi gerak harmonis dengan kemauan yang keras. Pengembangan kecepatan tersebut dipengaruhi juga oleh keturunan, viscositas otot, kemampuan kontraksi otot dan kemampuan relaksasi otot.

Kecepatan seseorang dalam mempertahankan kecepatan lari cepat perlu mendapat perhatian mengingat setelah mencapai kecepatan maksimal pada tahapan ini, tidak mungkin lagi meningkatkan kecepatan berlari. Yang dapat dilakukan adalah usaha mempertahankan kecepatan agar tidak menurun drastis sebelum garis finish dilewati.

Secara sederhana dapat dikemukakan dengan melihat faktor penentu, maka untuk meningkatkan hasil belajar lari jarak menengah adalah dengan meningkatkan frekuensi langkah dengan panjang langkah tetap, atau memanjangkan langkah dengan frekuensi langkah tetap, atau meningkatkan kedua faktor penentu agar waktu tempuhnya menjadi makin singkat.

Enam bagian yang harus ditingkatkan agar keterampilan olahraga yang menuntut adanya faktor kecepatan dapat meningkat, yaitu: (1) reaksi, (2) kemampuan melakukan percepatan gerak, (3) keseimbangan pada waktu bergerak cepat, (4) kemampuan kecepatan maksimal, (5) kemampuan mempertahankan kecepatan maksimal, (6) kemampuan membatasi adanya efek daya tahan dalam kecepatan (Dicky, 2001:89). Upaya peningkatan kecepatan dalam aktifitas olahraga memerlukan adanya pengulangan- pengulangan dalam bentuk latihan yang meningkatkan kemampuan otot dalam berbagai hal. Latihan yang dilakukan berusaha mendekatkan pada gerakan dan situasi yang sesungguhnya

Dipembinaan tingkat bawah seperti halnya di sekolah-sekolah, program latihan untuk meningkatkan kemampuan lari jarak menengah masih belum dikembangkan, hal ini mungkin karena para guru dan pelatih yang ada masih belum tahu pentingnya melatih kemampuan lari jarak menengah secara khusus dan misalkan sudah ada latihan untuk kemampuan lari jarak menengah, metode yang digunakan masih kurang variatif. Untuk itu penulis mencari sarana untuk pemecahan masalah ini dengan cara pengembangan latihan daya tahan di air dan daya tahan dengan lari untuk peningkatan kemampuan lari jarak menengah. METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan metode eksperimen yang akan berfungsi untuk menguji hipotesis. Hipotesis tersebut perlu diuji kebenarannya melalui suatu penelitian, karena hipotesis hanyalah merupakan jawaban yang bersifat semantara dari suatu masalah penelitian.

Penulis membentuk dua kelompok sampel yang sejodoh melalui tes pendahuluan yaitu tes hasil belajar atletik nomor lari, lempar dan lompat. Maksud sejodoh di sini adalah seimbang tingkat kemampuannya dalam cabang olahraga atletik nomor lari, lempar dan lompat Berkenaan dengan penelitian ini, maka yang akan dijadikan populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Cigasong II Kecamatan Cigasong Kabupaten Majalengka Tahun Ajar 2009/2010 yaitu sebanyak 20 orang siswa Penulis mengambil semua populasi yang ada yaitu 20 orang untuk dijadikan objek penelitian, siswa yang dianggap mampu melakukan lari jarak menengah. Prosedur yang digunakan dalam teknik pengambilan sampel yaitu dengan teknik purposive sampling. Arikunto menjelaskan bahwa "sampling purposive dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan berdasarkan atas strata, random atau daerah tetapi

(4)

Jurnal Educatio FKIP UNMA

Volume 3 No 2 Desember 2017 p-ISSN: e-ISSN: 2459-95222548-6756 p-ISSN: 2615-4625 e-ISSN: 2655-0857

57 didasarkan atas adanya tujuan tertentu” (2006:139). Sedangkan ciri-ciri khusus yang harus dimiliki sampel adalah mampu melakukan Lari Jarak Menengah. 800 meter.

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian yang penulis laksanakan adalah: O1---X1---O2

O1--- X2---O2

Sejalan dengan desain penelitian yang penulis gunakan, berikut ini keterangan dari tanda-tanda yang terdapat dalam desain penelitian tersebut :

O1 : Pre test O2 : Post test

X1: Latihan daya tahan di air X2: Latihan daya tahan dengan lari

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Data yang digunakan untuk menganalisis hasil penelitian ini adalah data yang diperoleh dari tes awal dan tes akhir pada pengaruh latihan daya tahan di air dengan pengaruh latihan daya tahan dengan lari dalam peningkatan kemampuan lari jarak menengah 800 meter. Data selanjutnya dianalisis melalui uji statistik untuk mengetahui tingkat perbedaan hasil tes awal dan hasil tes akhir pada masing–masing kelompok. Berikut ini akan di uraikan deskripsi data dari masing-masing kelompok untuk diperoleh hasil saat tes awal dan tes akhir.

a. Deskripsi data tes awal lari jarak menengah 800 meter

b. Hasil deskripsi data hasil lari jarak menengah 800 meter yang diperoleh dengan melakukan tes awal

Hasil analisis tes awal lari jarak menengah 800 meter dengan latihan daya tahan di air diperoleh data rata-ratanya adalah 60.50 dengan standar deviasi 7.975 dan varians 63.61. Skor terendah adalah 50.00 dengan skor tertinggi adalah 70.00. Hasil analisis data tes awal lari jarak menengah 800 meter dengan latihan daya tahan di air dengan lari rata-ratanya adalah 63.00 dengan standar deviasi 10.852 dan varians 117.77. Skor terendah adalah 50.00 dengan skor tertinggi adalah 80.00

Berdasarkan hasil analisis tes akhir lari jarak menengah 800 meter dengan latihan daya tahan di air diperoleh data rata-ratanya adalah 68.50 dengan standar deviasi 8.181 dan varians 66.94. Skor terendah adalah 60.00 dengan skor tertinggi adalah 85.00. Hasil analisis data tes akhir lari jarak menengah 800 meter dengan latihan daya tahan di air dengan lari rata-ratanya adalah 73.50 dengan standar deviasi 11.796 dan varians 139.167. Skor terendah adalah 60.00 dengan skor tertinggi adalah 90.00.

Hipotesis yang pertama diuji adalah pengaruh latihan daya tahan di air sebagai media pembelajaran berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan dan keterampilan siswa dalam mempelajari lari jarak menengah 800 meter. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa nilai sig adalah 0,000 > 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil tes awal dan tes akhir. Artinya terdapat pengaruh yang signifikan latihan daya tahan di air sebagai media pembelajaran lari jarak menengah 800 meter dalam upaya meningkatkan kemampuan siswa SDN Cigasong II dalam mempelajari lari jarak menengah 800 meter.

Hipotesis yang kedua diuji adalah pengaruh latihan daya tahan dengan lari sebagai media pembelajaran berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan dan keterampilan siswa dalam mempelajari lari jarak menengah 800 meter. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa nilai sig adalah 0,000 > 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil tes awal dan tes akhir. Artinya terdapat pengaruh yang signifikan latihan daya tahan dengan lari sebagai media pembelajaran lari jarak menengah 800 meter dalam upaya

(5)

Jurnal Educatio FKIP UNMA

Volume 3 No 2 Desember 2017 p-ISSN: e-ISSN: 2459-95222548-6756 p-ISSN: 2615-4625 e-ISSN: 2655-0857

58 meningkatkan kemampuan siswa SDN Cigasong II dalam mempelajari lari jarak menengah 800 meter.

Hipotesis ketiga yang akan diuji adalah manakah diantara kedua media pembelajaran tersebut yang lebih baik hasilnya terhadap peningkatan kemampuan dan keterampilan siswa SDN Cigasong II dalam mempelajari mempelajari lari jarak menengah 800 meter . Berdasarkan nilai rata- rata tes awal menggunakan latihan daya tahan di air diperoleh nilai rata-rata 60.50, tes akhir 68.50. Dengan besar peningkatan 0,2 atau 21%. Sedangkan hasil analisis data tes awal menggunakan latihan daya tahan dengan lari rata-ratanya adalah 63.00. dan rata-rata tes akhir adalah 73.50. Dengan besar peningkatan 0,31 atau 31%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa latihan lari jarak menengah 800 meter menggunakan latihan daya tahan dengan lari memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan dengan latihan daya tahan di air.

SIMPULAN

Berdasarkan data hasil penelitian dan analisis data yang sudah dilaksanakan, penulis mengemukakan beberapa kesimpulan diantaranya

a. Latihan daya tahan di air memberikan pengaruh yang berarti terhadap peningkatan kemampuan lari jarak menengah 800 meter. Besarnya pengaruh Latihan daya tahan di air ditunjukan hasil tes awal dan tes akhir dengan rata-rata peningkatan sebesar 0,20 atau 20% b. Latihan daya tahan dengan lari memberikan pengaruh yang berarti terhadap

peningkatan kemampuan lari jarak menengah 800 meter. Besarnya pengaruh Latihan daya tahan di air ditunjukan hasil tes awal dan tes akhir dengan rata-rata peningkatan sebesar 0,31 atau 31%

c. Berdasarkan uji hipotesis dan perbedaan rata-rata peningkatan dari kedua bentuk metode, menunjukan perbedaan sangat berarti di mana Latihan daya tahan dengan lari memberikan pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan latihan Latihan daya tahan di air terhadap peningkatan kemampuan lari jarak menengah 800 meter siswa SDN Cigasong II Kecamatan Cigasong Kabupaten Majalengka.

DAFTAR PUSTAKA

Aip Syaifudin, 2002. 1984. Kesehatan Olahraga. Jakarta : FK UI Jakarta

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, Jakarta: PT Rineka Cipta.

Ballesteros, 2003 Buku Pintar Olahraga. Jakarta: Penerbit Aneka

Dangsina Moeloek dan Arjatmo Tjokronegoro. 2000. Kesehatan Olahraga. Jakarta: FK UI Jakarta

Depdiknas, 2007. Naskah Akademik Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, Jakarta

Depdiknas, 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka Dikdik, 2009. Pedoman dan Mengajar Melatihy Atletik, Bandung: UPI

Djoko Pekik Irianto. 2004. Pedoman Praktis Berolahraga untuk Kebugaran dan Kesehatan. Yogyakarta: Penerbit Andi

Engkos Kosasih. 2000. Olahraga Teknik dan Program Latihan. Jakarta: Akademi Pressindo

(6)

Jurnal Educatio FKIP UNMA

Volume 3 No 2 Desember 2017 p-ISSN: e-ISSN: 2459-95222548-6756 p-ISSN: 2615-4625 e-ISSN: 2655-0857

59 Eri Pratiknyo Dwikusworo. 2000. Petunjuk Praktis Tes dan Pengukuran Olahraga.

Semarang: FIK Universitas Negeri Semarang

Gempur Santoso. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: Prestasi Pustaka Phublisher

Harsono 2001 Coaching dan Aspek-Aspek Psikologi dalam Olahraga. Jakarta: KONI Haller, David. 2002. Belajar Berenang. Bandung: Pionir Jaya

Kasiyo Dwijowinoto, 2000. Renang Pengembangan Pengajaran Teknik dan Taktik. Semarang : IKIP Semarang Press. Masnun, 2000 Pedoman Praktis Berolahraga untuk Kebugaran dan Kesehatan. Yogyakarta: Penerbit Andi M. Sajoto, 2000. Peningkatan dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik dalam Olahraga.

Semarang : Dahara Prize.

Nurhasan 2000 Tes dan Pengukuran Pendidikan Olahraga. Bandung: Tarsito Pate, R.R ; Mc Clenaghan , B ; dan Rotella , R . 1984. Dasar-dasar Ilmiah

Kepelatihan. Terjemahan Kasiyo Dwijowinoto. Semarang: IKIP Semarang Press. Riduan, 2009. Metode dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian, Bandung : Alfabeta Roeswan dan Soekarno. 2000. Renang dan Metodik. Editor Dong Kamtomo Jakarta: P.T.

Karya Unipress

Sadoso Sumosardjuno. 2000. Pengetahuan Praktis Kesehatan Dalam Olahraga. Jakarta: Gramedia

Soekarno. 2004. Renang Dasar. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta Subana dkk, 2005 Statistik Pendidikan, Bandung: CV Pustaka Setia Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito

Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung :Alfabeta

Sukintoko dan Sukarno 2000 Renang dan Metodik. Jakarta : Gramedia Surakhmad, Winarno, 2004. Pengantar Penelitian, Bandung : Tarsito Sutrisno Hadi. 2000. Analisis Regresi. Yogyakarta: Andi

Suyono Ds, 2005 Cara Mengajar Lari Jakarta PB. PASI, Syarifudin, 2000 Belajar dan Berlatih Atletik, Bandung Tarsito

Thomas David G, 2003. Renang Tingkat Mahir. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Tri Tunggal, 2005. Renang Dasar I. Semarang: Universitas Negeri Semarang

Referensi

Dokumen terkait

Asiling panaliten nedahaken bilih sarana jangkeping wacana ing rubrik “ Wanita lan Kulawarga ” kaperang dados tiga, inggih menika: (1) kohesi gramatikal ingkang

The impact of maternal depression on adolescent adjustment: The role of expressed emotion.. Journal of consulting and

Mulai pertengahan pada tahun 1960 dilakukan serangkaian putaran perundingan perdagangan multilateral Multilateral Trade Negotiations (MTNs) yang secara bertahap memperluas

Perangkat sistem informasi kecelakaan pada kapal akan mengirimkan data lokasi GPS apabila terjadi dua kondisi yaitu dengan menekan Push Button atau kondisi kemiringan

[r]

Kontingen dari BI perbarindo akhirnya harus mengakui keunggulan tim dari perbanas 2 dalam semi final cabang olahraga volley yang berlangsung kemaren // Sementara juara 1 dan dua

JUARA SATU CABANG OLAH RAGA TENNIS MEJA DALAM PORSENI BMPD DIY 2009 / BERHASIL. DIRAIH OLEH KONTINGEN BI

Sebelum digunakan sebagai template untuk proses amplifikasi, sampel DNA yang telah diisolasi selanjutnya diukur konsentrasi DNA-nya menggunakan alat spektrofotometer