Bab
3
Arahan Kebijakan dan
Rencana Strategis Infrastruktur
Bidang Cipta Karya
3.1. ARAHAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA DAN ARAHAN PENATAAN RUANG
3.1.1.Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya
A. Arahan Kebijakan Utama Pembangunan Wilayah Nasional selama 5 (lima) tahun ke depan sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015
tetang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 antara
lain :
1) Arah kebijakan utama pembangunan wilayah nasional difokuskan untuk mempercepat
pemerataan pembangunan antar wilayah. Oleh karena itu, diperlukan arah
pengembangan wilayah yang dapat mendorong transformasi dan akselerasi
pembangunan wilayah KTI, yaitu Sulawesi, Kalimantan, Maluku, Nusa Tenggara dan
Papua, dengan tetap menjaga momentum pertumbuhan di Wilayah Jawa-Bali dan
Sumatera.
2) Arah Kebijakan Pengembangan Kawasan Strategis adalah percepatan pengembangan
pusat-pusat pertumbuhan ekonomi wilayah, terutama di Luar Jawa (Sumatera, Jawa,
Kalimantan, Sulawesi, dan Papua) dengan memaksimalkan keuntungan aglomerasi,
menggali potensi dan keunggulan daerah dan peningkatan efisiensi dalam penyediaan
infrastruktur. Pendekatan ini pada intinya merupakan integrasi dari pendekatan
sektoral dan regional. Setiap wilayah akan mengembangkan potensi dan
keunggulannya, melalui pengembangan industri manufaktur, industri pangan, industri
maritim, dan pariwisata.
3) Untuk Kawasan Strategis Nasional, sasaran pembangunan periode 2015-2019 adalah
berkembangnya pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di masing-masing pulau dengan
memanfaatkan potensi dan keunggulan daerah, yaitu di antaranya: 15 KEK, 14
Kawasan Industri Baru, 4 KPBPB dan pusat-pusat pertumbuhan lainnya di wilayah
pinggiran. Dengan demikian diharapkan secara bertahap terjadi pengurangan.
5) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Pulau Papua, Maluku, Sulawesi,
Kalimantan, Bali dan Nusa Tenggara dengan sasaran kontribusi PDRB KTI dari
sekitar 20 persen (2014) menjadi minimal 22 persen pada tahun 2019, sehingga
diharapkan kondisi tersebut dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di KTI.
6) Upaya tersebut perlu disertai dengan pemberian captive budget APBN belanja modal
untuk percepatan pembangunan KTI, sehingga pembangunan infrastruktur di kawasan
timur dapat mendorong investasi lebih cepat. Selain itu untuk pemerataan
pembangunan antar wilayah, pembangunan daerah diarahkan untuk: menjaga
momentum pertumbuhan wilayah Jawa-Bali dan Sumatera bersamaan dengan
pembangunan KTI melalui peningkatan kinerja pusat-pusat pertumbuhan wilayah di
Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua; menjamin pemenuhan
pelayanan dasar di seluruh wilayah bagi seluruh lapisan masyarakat; mempercepat
pembangunan daerah tertinggal dan kawasan perbatasan; membangun kawasan
perkotaan dan perdesaan; mempercepat penetapan Rencana Tata Ruang Wilayah; dan
mengoptimalkan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah.
7) Selain itu, kerjasama ASEAN dengan negara-negara mitra, kerjasama ekonomi dalam
kerangka Indian Ocean Rim Association (IORA), yang ditujukan untuk
memperjuangkan kepentingan ekonomi nasional, yang antara lain dititikberatkan
untuk mendorong pengembangan kawasan perbatasan negara yang selama ini dianggap
sebagai pinggiran negara, diarahkan menjadi halaman depan negara yang berdaulat,
berdaya saing, dan aman. Pendekatan pembangunan kawasan perbatasan terdiri dari:
pendekatan keamanan (security approach), dan pendekatan peningkatan kesejahteraan
masyarakat (prosperity approach), yang difokuskan pada 10 Pusat Kegiatan Strategis
Nasional (PKSN) dan 187 Kecamatan Lokasi Prioritas (Lokpri) di 41 Kabupaten/Kota
dan 13 Provinsi.
8) Sasaran pembangunan kawasan perbatasan pada tahun 2015-2019 adalah
berkembangnya 10 PKSN sebagai pusat pertumbuhan ekonomi, simpul utama
transportasi wilayah, pintu gerbang internasional/pos pemeriksaan lintas batas
kawasan perbatasan negara, dengan 16 PKSN lainnya sebagai tahap persiapan
pengembangan;
9) Selanjutnya untuk pengembangan kawasan perdesaan dan transmigrasi sebagai upaya
pengurangan kesenjangan antarwilayah. Sementara itu, sasaran pembangunan desa
dan kawasan perdesaan termasuk di kawasan perbatasan, daerah tertinggal, kawasan
transmigrasi, dan pulau-pulau kecil terluar adalah untuk mengurangi jumlah desa
tertinggal sampai 5.000 desa dan meningkatkan jumlah desa mandiri sedikitnya 2.000
B. Strategi pembangunan nasional selama 5 (lima) tahun ke depan sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tetang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 berdasarkan kepada :
a)
Norma Pembangunan, meliputi antara lain: (1) membangun untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat; (2) setiap upaya meningkatkankesejahteran, kemakmuran, produktivitas tidak boleh menciptakan ketimpangan yang
makin melebar yang dapat merusak keseimbangan pembangunan; (3) aktivitas
pembangunan tidak boleh merusak, menurunkan daya dukung lingkungan dan
mengganggu keseimbangan ekosistem.
b)
Dimensi Pembangunan;1. Dimensi pembangunan manusia dan masyarakat. Pembangunan mental dan karakter menjadi salah satu prioritas utama pembangunan, tidak hanya di
birokrasi tetapi juga pada seluruh komponen masyarakat.
2. Dimensi pembangunan sektor unggulan. Hal ini meliputi kedaulatan pangan,
kedaulatan energi dan ketenagalistrikan, kemaritiman dan kelautan, dan
pariwisata dan industri. Terkait dengan kedaulatan pangan, Indonesia mempunyai
modal untuk memenuhi kebutuhannya, agar tidak tergantung kepada negara lain.
Potensi sumber daya air yang besar dan terbarukan dapat dimanfaatkan untuk
mendukung pemenuhan ketahanan energi dan ketenagalistrikan, sedangkan
potensi kemaritiman dan kelautan harus dapat dimanfaatkan secara optimal.
Potensi keindahan alam dan keanekaragaman budaya yang unik merupakan modal
pengembangan pariwisata nasional, sedangkan potensi industri untuk penciptaan
nilai tambah.
3. kewilayahan. Pembangunan harus meminimalkan kesenjangan, baik antar kelompok pendapatan, maupun antar wilayah, serta untuk mengurangi jumlah
penduduk miskin dengan prioritas pada wilayah desa, wilayah pinggiran, luar
Jawa, dan Kawasan Timur.
c)
Kondisi sosial, politik, hukum, dan keamanan yang stabil.Hal ini meliputi kepastian dan penegakan hukum, keamanan dan ketertiban, politik
dan demokrasi, serta tatakelola dan reformasi birokrasi.
d)
Quickwins. Quickwins dilakukan agar ouput pembangunan segera dapat terwujud dan dirasakan hasilnya dan sekaligus dapat meningkatkan motivasi dan partisipasiGambar 3.1. Strategi Pembangunan Nasional 2015-2019
3.2. AGENDA PRIORITAS NASIONAL
Untuk menuju Indonesia yang berdaulat secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi, dan
berkepribadian dalam kebudayaan, dirumuskan sembilan agenda prioritas yang disebut
NAWA CITA, yaitu:
1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan
rasa aman kepada seluruh warga negara.
2. Membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola pemerintahan yang
bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya.
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa
dalam kerangka negara kesatuan.
4. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan
hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.
5. Meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia.
6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional sehingga
bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.
7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis
8. Melakukan revolusi karakter bangsa.
9. Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.
Sesuai dengan visi pembangunan “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”, pembangunan nasional 2015-2019 akan diarahkan untuk mencapai sasaran utama yang mencakup:
1. Sasaran Makro: meliputi pembangunan manusia dan masyarakat serta ekonomi
makro.
2. Sasaran Pembangunan Manusia dan Masyarakat: meliputi kependudukan dan
keluarga berencana; pendidikan; kesehatan; kesetaraan gender dan pemberdayaan
perempuan; serta perlindungan anak.
3. Sasaran Pembangunan Sektor Unggulan: meliputi kedaulatan kangan; ketahanan
energi; maritim dan kelautan; pariwisata dan industri manufaktur; serta ketahanan
air, infrastruktur dasar dan konektivitas.
4. Sasaran Dimensi Pemerataan: meliputi penurunan kesenjangan antar kelompok
ekonomi; seta peningkatan cakupan pelayanan dasar dan akses terhadap ekonomi
produktif masyarakat kurang mampu.
5. Sasaran Pembangunan Wilayah dan Antar wilayah: meliputi pemerataan
pembangunan antar wilayah.
6. Sasaran Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan: meliputi politik dan demokrasi;
tata kelola dan reformasi birokrasi; penguatan tata kelola pemerintah daerah; serta
pertahanan dan keamanan.
3.3. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT TAHUN 2015-2019 BIDANG CIPTA KARYA
Untuk meningkatkan keterpaduan pembangunan infrastruktur wilayah bidang pekerjaan
umum dan perumahan rakyat antardaerah, antarsektor dan antartingkat pemerintahan, arah
kebijakan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat adalah menterpadukan perencanaan, pemrograman dan penganggaran pembangunan infrastruktur wilayah bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat baik antarsektor, antarwilayah, antartingkat pemerintahan, maupun fungsi, lokasi, waktu, besaran serta anggaran; menterpadukan pembangunan infrastruktur wilayah bidang
Selaras dengan kebijakan pengembangan wilayah dalam RPJMN 2015-2019, Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat akan mendukung melalui keterpaduan
pembangunan infrastruktur wilayah bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat dengan
mempertimbangkan sasaran utama dan sasaran pokok Nasional untuk :
1. Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi sebagai penggerak utama
pertumbuhan (engine of growth) dalam rangka percepatan dan perluasan
pengembangan ekonomi di masing-masing pulau dengan memanfaatkan potensi dan
keunggulan daerah terutama untuk pengembangan pangan; energi; pariwisata dan
industri agar dapat meningkatkan nilai tambah; kemaritiman (kelautan) dengan
memanfaatkan sumber daya kelautan dan jasa maritim, yaitu peningkatan produksi
perikanan;pengembangan energi dan mineral kelautan; pengembangan kawasan
wisata bahari, industri maritim dan perkapalan,yang antara lain meliputi
pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus, Kawasan Indusri, Kawasan Perdagangan
Bebas dan Pelabuhan Bebas, serta pusat-pusat pertumbuhan sebagai penggerak
ekonomi daerah pinggiran lainnya. Namun karena keterbatasan dana pemerintah,
maka tidak semua wilayah dapat dikembangkan pada saat yang bersamaan, dipilih
pusat-pusat pertumbuhan yang mempunyai komoditas prospektif (nilai tambah tinggi
dan menciptakan kesempatan kerja tinggi), terutama yang berada di masing-masing
koridor ekonomi serta pada pengembangan kawasan pesisir yang mempunyai sumber
daya kelautan dan jasa maritim.
2. Pengembangan Kawasan Strategis Nasional, Kawasan Perkotaan dengan
pembangunan Kawasan Perkotaan Metropolitan baru, peningkatan efisiensi
pengelolaan Kawasan Perkotaan Metropolitan yang sudah ada saat ini, serta
mewujudkan optimalisasi peran kota otonom berukuran sedang sebagai penyangga
(buffer) urbanisasi, serta membangun kota baru publik yang mandiri dan terpadu
sebagai sebagai pengendali (buffer) urbanisasi di terpadu di sekitar kota atau
kawasan perkotaan, serta Kawasan Perdesaan dengan pembangunan desa dan
kawasan perdesaan.
3. Peningkatan keterkaitan pembangunan kota desa, dengan perkuatan pusat
pertumbuhan sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) atau Pusat Kegiatan Wilayah
(PKW).
4. Pengentasan daerah tertinggal dalam rangka mengurangi kesenjangan antar wilayah.
5. Pengembangan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) sebagai pusat
pertumbuhan dikembangkan ekonomi kawasan perbatasan Negara yang dapat
mendorong pengembangan kawasan sekitarnya dalam rangka mewujudkan kawasan
perbatasan sebagai halaman depan negara yang berdaulat, berdaya saing, dan aman.
6. Peningkatan implementasi pelaksanaan SPM di daerah.
7. Pelaksanaan sinergitas perencanaan dan penganggaran kewenangan pusat dengan
8. Pelaksanaan koordinasi antara pusat dan daerah.
9. Pengurangan indeks risiko bencana pada kabupaten/kota sasaran yang memiliki
9.indeks risiko bencana tinggi, baik yang berfungsi sebagai PKN, KSN, PKW, KEK,
Kawasan Industri maupun kawasan pusat pertumbuhan lainnya.
Infrastruktur Permukiman dan Perumahan mendukung kota metropolitan Kawasan Strategis
Nasional (KSN) dan kota besar untuk meningkatkan daya saing wilayah seperti di
Jabodetabek, Mamminasata, Sarbagita, Mebidangro, Cekungan Bandung, Kedungsepur, kota pantai mendukung pengembangan sektor maritim seperti di Semarang, Ambon, Sibolga, dll, kawasan perkotaan mendukung kota cerdas dalam rangka peningkatan produktivitas,
daya saing, layak huni, efektivitas dan efisiensi di 142 kota hijau, kota perbatasan (PKSN)
mempercepat pembangunan dari kawasan pinggiran seperti Perbatasan Kalimantan, Nusa
Tenggara Timur, dan Papua, Kawasan Kumuh untuk MBR yang terpadu dengan Perumahan
(antara lain pembangunan Rusunawa, Rusunami, Rumah Khusus, dll), pengembangan kota
baru di Wilayah Pengembangan Strategis (WPS) mempercepat pertumbuhan ekonomi dan
meningkatkan daya saing seperti di Tanjung Selor, Sei Mangkei, Kawasan MBBPT, kawasan perdesaan untuk mengurangi kesenjangan dan mengentaskan kemiskinan,
kawasan-kawasan strategis seperti kawasan industri, pariwisata, KEK, antara lain di Tanjung Lesung, Sei Mangkei, Maloy, Palu, Batam, pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif pada 29 kota pusaka seperti Yogyakarta, Sawahlunto, Ternate, Banjarmasin,
Karangasem.
A. Peningkatan Penyediaan Infrastruktur Dasar Permukiman Berdasarkan Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Tahun 2015-2019 Bidang Cipta Karya
Agenda prioritas pembangunan nasional yang terkait dengan penyediaan infrastruktur dasar
adalah meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Untuk mewujudkan peningkatkan
kualitas hidup manusia Indonesia, sasaran strategis yang ingin dicapai oleh Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat adalah:
1. Meningkatnya kinerja infrastruktur permukiman dan perumahan rakyat untuk
layanan infrastruktur dasar, dengan output strategis;
2. Infrastruktur dasar permukiman yang ditingkatkan kinerjanya.
Sasaran strategis tersebut akan dilaksanakan melalui sasaran program yang pertama yaitu: 1) Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan air minum bagi
masyarakat;
2) Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan hunian dan permukiman
yang layak;
Sedangkan strateginya dilakukan melalui:
a. Pencapaian target 100 persen pelayanan air minum bagi seluruh penduduk Indonesia
pada akhir periode perencaan strategi utama melalui :
1) Pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional sebesar 3.500
liter/detik. SPAM Perkotaan 13.330 liter/detik, SPAM berbasis masyarakat 7.274
liter/detik, SPAM khusus 1,501 liter/detik.
2) Pengembangan SPAM PDAM terfasilitasi untuk 174 PDAM dan 522 kawasan MBR,
dan pengembangan SPAM non PDAM terfasilitasi untuk 50 Non PDAM dan 106
kawasan MBR.
3) Pembinaan penyelenggaraan SPAM/penyehatan sebanyak 13 laporan.
4) Pendampingan restrukturisasi utang pada 75 PDAM.
5) Fasilitasi Opsi pembiayaan SPAM (perbankan) sebanyak 113 laporan.
6) Fasilitasi kepengusahaan SPAM (pendampingan KPS dan B to B) sebanyak 112
laporan.
b. Pengentasan permukiman kumuh perkotaan;
c. Peningkatan akses penduduk terhadap sanitasi layak (air limbah domestik, sampah dan
drainase lingkungan) menjadi 100 persen pada tingkat kebutuhan dasar, melalui
strategi:
1) Pembangunan sarana prasarana pengelolaan air limbah domestik, yaitu dengan
penambahan infrastruktur air limbah sistem terpusat di 12 kota/kab, penambahan
pengolahan air limbah komunal di 5.200 kawasan, penambahan IPAL skala kawasan
sebanyak 200 kawasan, serta peningkatan pengelolaan lumpur tinja melalui
pembangunan IPLT di 222 kota/kab.
2) Pembangunan sarana prasarana pengelolaan persampahan, yaitu dengan
pembangunan TPA di 163 kawasan, penyediaan fasilitas 3R komunal di 850
kawasan, fasilitas pengolahan sementara sampah di 45 kawasan.
3) Pembangunan sarana prasarana drainase, yaitu dengan pembangunan
infrastruktur drainase perkotaan di 170 kota/kab.
d. Peningkatanan keamanan dan keselamatan bangunan gedung di kawasan perkotaan,
melalui strategi: Penyusunan peraturan penataan bangunan dan lingkungan sebanyak 18
NSPK.
1) Pembinaan dan pengawasan penataan bangunan kawasan permukiman strategis melalui 276 NSPK RTBL;
2) Pendampingan penyusunan Ranperda BG sebanyak 22 Ranperda;
3) Peningkatan pemberian bimbingan dan bantuan teknis pembangunan dan
pengembangan kawasan permukiman kepada penyelenggara di daerah, dunia usaha
3.4. ARAHAN PENATAAN RUANG
Sistem perkotaan nasional terdiri atas Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat Kegiatan
Wilayah (PKW), Pusat Kegiatan Lokal (PKL) dan Kawasan Strategis Nasional (KSN) .
Kemudian dikembangkan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) untuk mendorong
perkembangan kawasan perbatasan Negara.
Sesuai dengan Amanat PP Tahun 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) ditetapkan kriteria-kriteria PKN, PKW, PKL dan PKSN sebagai berikut:
a. Kriteria PKN adalah:
kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan
ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional;
kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri
dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa Provinsi; dan/atau
kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi
skala nasional atau melayani beberapa Provinsi.
b. Kriteria PKW adalah:
kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan
ekspor-impor yang mendukung PKN;
kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri
dan jasa yang melayani skala Provinsi atau beberapa kabupaten; dan/atau
kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang
melayani skala Provinsi atau beberapa kabupaten
c. Kriteria PKL adalah:
kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industi
dan jasa yang melayani skala kabupaten atau beberapa kecamatan; dan/atau
kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang
melayani skala kabupaten atau beberapa kecamatan.
d. Kriteria PKSN adalah:
pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan negara
tetangga;
pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang
menghubungkan dengan negara tetangga;
pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang menghubungkan
wilayah sekitarnya; dan/atau
pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong
Tabel. 3.1. Sistem Perkotaan Nasional
NO PROVINSI PKN PKW PKSN
1 Sumatera Utara Kawasan Perkotaan Medan-Binjai-Deli Sumatera Utara terdapat pada kawasan-kawasan KSN diantaranya:
Kawasan Perkotaan Medan – Binjai – Deli Serdang – Karo (Mebidangro) Provinsi
Sumatera Utara;
Kawasan Danau Toba dan Sekitarnya Provinsi Sumatera Utara.
3.4.1. Tujuan, Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009-2029 yaitu:
a. RTRW Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009-2029 bertujuan untuk mewujudkan wilayah
Provinsi Sumatera Utara yang sejahtera, merata, berdaya saing dan dan berwawasan
lingkungan
b. Arahan Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Utara antara
lain:
1) kebijakan pertama yaitu mengurangi kesenjangan pengembangan wilayah timur dan barat, kebijakan tersebut diwujudkan melalui strategi sebagai berikut:
a. mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan baru di wilayah barat sesuai dengan
daya dukung;
b. membangun dan meningkatkan jaringan jalan poros timur dan barat.
2) kebijakan kedua mengembangkan sektor ekonomi unggulan melalui peningkatan daya saing dan diversifikasi produk, kebijakan tersebut diwujudkan melalui strategi sebagai berikut:
a. mendorong kegiatan pengolahan komoditi unggulan di pusat produksi komoditi
unggulan;
b. meningkatkan prasarana perhubungan dari pusat produksi komoditi unggulan
menuju pusat pemasaran;
c. menyediakan sarana dan prasarana pendukung produksi untuk menjamin
kestabilan produksi komoditi unggulan;
e. meningkatkan kapasitas pembangkit listrik dengan memanfaatkan sumber energi
yang tersedia serta memperluas jaringan transmisi tenaga listrik guna mendukung
produksi komoditas unggulan.
3) kebijakan ketiga mewujudkan ketahanan pangan melalui intensifikasi lahan yang ada dan ekstensifikasi kegiatan pertanian pada lahan non-produktif, kebijakan
tersebut diwujudkan melalui strategi sebagai berikut:
a. mempertahankan luasan pertanian lahan basah yang ada saat ini;
b. meningkatkan produktivitas pertanian lahan basah;
c. mencetak kawasan pertanian lahan basah baru untuk memenuhi swasembada
pangan.
4) kebijakan keempat menjaga kelestarian lingkungan dan mengembalikan keseimbangan ekosistem, kebijakan tersebut diwujudkan melalui strategi sebagai
berikut:
a. mempertahankan luasan dan meningkatkan kualitas kawasan lindung
b. mengembalikan ekosistem kawasan lindung
5) kebijakan kelima mengoptimalkan pemanfaatan ruang budidaya sebagai antisipasi perkembangan wilayah, kebijakan tersebut diwujudkan melalui strategi sebagai
berikut:
a. Mengendalikan perkembangan fisik permukiman perkotaan
b. Mendorong intensifikasi pemanfaatan ruang di kawasan perkotaan
6) kebijakan keenam meningkatkan aksesibilitas dan memeratakan pelayanan sosial ekonomi keseluruh wilayah Provinsi, kebijakan tersebut diwujudkan melalui strategi sebagai berikut:
a. membangun dan meningkatkan kualitas jaringan transportasi keseluruh bagian
wilayah Provinsi
b. menyediakan dan memeratakan fasilitas pelayanan sosial ekonomi (kesehatan,
pendidikan, air bersih, pemerintahan dan lain-lain).
Sistem Perkotaan Provinsi Sumatera Utara diarahkan menjadi 3 (tiga) hirarki pusat
pelayanan, yaitu :
1) Pusat Kegiatan Nasional, yaitu pusat pelayanan primer yang melayani wilayah
Provinsi Sumatera Utara dan wilayah nasional/internasional yang lebih luas.
2) Pusat Kegiatan Wilayah, yaitu pusat pelayanan sekunder yang melayani satu atau
lebih daerah Kabupaten/Kota dengan intensitas yang lebih tinggi untuk memacu
pertumbuhan perekonomian di wilayah sekitarnya.
3) Pusat Kegiatan Lokal, yaitu pusat pelayanan tersier melayani satu atau lebih
kecamatan. Pusat pelayanan tersier ini terutama dikembangkan untuk menciptakan
Sistem perkotaan Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut :
1) PKN mencakup kawasan Perkotaan Medan-Binjai-Deli Serdang-Karo (Mebidangro)
2) PKW meliputi kawasan perkotaan : Tebingtinggi, Sidikalang, Pematang Siantar, Balige,
Rantau Prapat, Kisaran, Gunung Sitoli, Padang Sidempuan, Sibolga
3) PKL meliputi kawasan perkotaan : Pangkalan Brandan, Stabat, Pancur Batu, Lubuk
Pakam, Sei Rampah, Limapuluh, Indrapura, Perdagangan, Tanjung Balai, Simpang
Empat, Aek Kanopan, Labuhan Bilik, Kota Pinang, Aek Nabara, Gunung Tua, Sipirok,
Natal, Panyabungan, Sibuhuan, Pandan, Barus, Pangururan, Parapat, Dolok Sanggul, Tarutung, Siborong-borong, Kaban Jahe, Brastagi, Merek, Tiga Binanga, Salak, Pematang
Raya, Lahewa/Lolu, Teluk Dalam, Lahomi/Sirombu, Gido/Lasara, Gunung Sitoli.
Arahan Spasial Bidang Cipta Karya sesuai dengan RTRW Provinsi Sumatera Utara terdiri dari:
Sistem prasarana lingkungan meliputi :
1) Tempat pembuangan akhir (TPA) terpadu (regional).
2) Tempat pengolahan dan atau pengelolaan limbah industri B3 dan non B3.
3) Sistem Jaringan Drainase.
4) Sistem pengelolaan air minum (SPAM).
5) Sarana dan prasarana lingkungan yang sifatnya menunjang kehidupan masyarakat
1) Arahan pengembangan pengelolaan jaringan persampahan dimaksudkan untuk:
a. Meningkatkan pengembangan pengelolaan lingkungan di permukiman baik di
perkotaan maupun pedesaan yang dapat berpengaruh langsung untuk memperbaiki
dan meningkatkan kesehatan individu;
b. Meningkatkan dan mempertahankan kualitas lingkungan dan sumber daya alam
terutama air dari kerusakan dan penurunan kualitasnya yang disebabkan oleh
pencemaran.
Sistim Jaringan Persampahan terdiri dari :
a. Revitalisasi TPA yang telah ada dari sistim open dumping menjadi control lanfill pada
TPA Terjun Kota Medan, TPA Namo Bintang, TPA Pancur Batu, TPA Tanjung
Morawa Kabupaten Deliserdang, TPA Mencirim di Kota Binjai;
b. Penyediaan TPA Regional dan pengolahan sampah/limbah regional untuk melayani
kawasan perkotaan antara lain Kawasan Mebidangro, Kota Siboga – kota Pandan,
Tapanuli Tengah, Kota Tebing Tinggi - Rampah Serdang Bedagei, Kota Tanjung
Balai-Kisaran, Asahan, Kota Pematang Siantar - Kabupaten Simalungun dan di
Kabupaten Nias.
a. Jaringan air minum dikembangkan di pusat-pusat primer dan sekunder. Di kota
tertentu lainnya yang memiliki potensi permintaan cukup memadai dapat
dikembangkan sistem penyediaan air bersih.
b. Prasarana air minum yang dikembangkan meliputi fasilitas air bersih dan sumber air
yang akan dimanfaatkan guna meningkatkan pelayanan air minum yang memenuhi
standar kesehatan.
3.4.2.Tujuan, Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Berdasarkan Ranperda Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Padang LawasTahun 2011-2031 yaitu:
A. Tujuan Penataan Ruang Kabupaten Padang Lawas
Tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Padang Lawas merupakan arahan perwujudan
ruang wilayah yang ingin dicapai pada masa yang akan datang (20 tahun). Tujuan penataan
ruang wilayah Kabupaten Padang Lawas berfungsi sebagai dasar untuk memformulasikan
kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah, memberikan arah bagi penyusunan indikasi
program utama dalam RTRW Kabupaten Padang Lawas dan sebagai dasar dalam penetapan
ketentuan pengendalian pemanfaatan rua ng wilayah Kabupaten Padang Lawas.
Kabupaten Padang Lawas memiliki visi yaitu”Terwujudnya Perekonomian Daerah yang
Mampu Menopang Kehidupan Rakyat untuk Mandiri, Aman, Rukun, Damai dan Sejahtera”.
Sedangkan misi Kabupaten Padang Lawas adalah:
a. Perwujudan kesejahteraan rakyat;
b. Peningkatan kualitas sumber daya manusia;
c. Penanganan kesenjangan wilayah kecamatan dan kampong melalui pengemb angan
jaringan jalan;
d. Penguatan kelembagaan otonomi daerah;
e. Perlindungan hak dan martabat kaum perempuan;
f. Pembinaan bakat dan prestasi generasi muda;
g. Pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan hidup;
h. Meningkatkan pembangunan sarana dan prasarana kota yang komparatif dan ramah
lingkungan;
i. Mempertahankan Kabupaten Padang Lawas dalam kondisi aman, tertib, tentram dan
damai dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
j. Rencana tata ruang yang diakomodasikan dalam RTRW Kabupaten Padang Lawas.
Berdasarkan visi dan misi Kabupaten Padang Lawas, Karakteristik wilayah dan isu strategis
serta kondisi yang diinginkan, maka tujuan penataan ruang di Kabupaten Padang Lawas
“Terwujudnya Kabupaten Padang Lawas sebagai Kawasan Agropolitan yang Didukung oleh pengembangan industrinya dalam rangka pemerataan pertumbuhan
pembangunan dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan”
B.Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Padang Lawas
Kebijakan penataan ruang wilayah merupakan arah tindakan yang harus ditetapkan untuk
mencapai tujuan penataan ruang wilayah. Sedangkan Strategi penataan ruang wilayah
merupakan penjabaran kebijakan penataan ruang wilayah Kabupaten Padang Lawas
kedalam langkah-langkah operasional untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Berdasarkan tujuan penataan ruang yang ingin dicapai, maka kebijakan penataan ruang
Kabupaten Padang Lawas beserta strategi penataan ruang yang Mendukung kebijakan
tersebut dapatd iuraikan sebagai berikut:
1. Pemantapan kawasan lindung sebagai upaya mempertahankan kualitas lingkungan
dalam lingkup regional.
2. Penataan dan pengoptimalan pemanfaatan kawasan budidaya pertanian guna
mewujudkan kabupaten Padang Lawas yang berbasis agribisnis.
3. Penataan dan pengoptimalan pemanfaatan kawasan perkebunan.
4. Peningkatandanpengelolaankawasanhutanproduksisecara optimal.
5. Pengembangan sentra-sentra industri untuk mendukung pertumbuhan ekonomi
kerakyatan.
6. Penguatan peran pusat-pusat permukiman perkotaan.
7. Peningkatan aksesibilitas internal dan eksternal wilayah.
8. Peningkatan pelayanan prasarana dan sarana wilayah.
9. Peningkatan sector ekonomi lainnya.
3.4.3.Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Sumber Daya Air
A. Sumber- Sumber Air Baku Untuk Kegiatan Permukiman Perkotaan Dan Jaringan Air Baku Wilayah
Kabupaten Padang Lawas dalam kaitannya dengan sumber air baku untuk kegiatan
permukiman perkotaan memiliki sumber daya yang besar seperti memiliki mata air, danau
dan sungai. Sungai Barumun merupakan salah satu sungai terbesar yang ada di wilayah
kabupaten ini. Sungai Barumun ini melintasi Kecamatan Barumun Tengah dan Kecamatan
Huristak. Selain sungai barumun, masih banyak sungai-sungai kecil yang melintasi beberapa
kecamatan di Kabupaten Padang Lawas. sumber air baku yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan perkotaan per kecamatan di Kabupaten Padang Lawas;
a. Kecamatan Huristak
Kecamatan ini dilalui oleh Sungai Barumun, dimana keberadaan sungai ini sangat
potensial untuk pembangunan irigasi pertanian, dan letak Kecamatan Huristak ini berada
b. Kecamatan Barumun Tengah
Kecamatan ini merupakan tempat bertemunya beberapa anak Sungai Barumun, seperti
Sungai Batang Pane, Aek Sihapas dan lainnya. Potensi yang dimiliki kecamatan ini
hampir sama dengan potensi Kecamatan Huristak, dimana letaknya yang berada di tengah
DAS Barumun sehingga kondisinya juga ditentukan oleh daerah Hulu.
c. Kecamatan Sosopan
Kecamatan ini dialiri oleh anak-anak sungai DAS Barumun. Letaknya yang berada di hulu
Sungai Barumun memberikan arti penting bagi reservoir (daerah tangkapan air) untuk
DAS dibawahnya.
d. Kecamatan Barumun
Kecamatan ini juga banyak dialiri oleh anak-anak sungai DAS Barumun dan letaknya
yang berada di hulu Sungai Barumun maka menjadi penting untuk reservoir DAS
dibawahnya.
e. Kecamatan Ulu Barumun
Keberadaan Kecamatan Ulu Barumun ini tepat pada bagian hulu Kecamatan Barumun,
sehingga memberikan kontribusi yang besar dalam kaitan reservoir DAS dibawahnya
(hilir) dari DAS Barumun hingga ke Selat Malaka.
f. Kecamatan Lubuk Barumun
Keberadaan Kecamatan Lubuk Barumun ini berada pada bagian hulu Kecamatan
Barumun Tengah, dimana banyak anak sungai yang bertemu di DAS Barumun, sehingga
memberikan kontribusi yang besar dalam kaitan reservoir DAS dibawahnya.
g. Kecamatan Sosa
Kecamatan ini dilalui oleh DAS Batang Rokan, sehingga berpotensi untuk pembangunan
irigasi pertanian, dan sangat berarti perannya dalam hal daerah tangkapan air (reservoir)
oleh daerah hilir DAS Aek Sosa.
h. Kecamatan Huta Raja Tinggi
Sama dengan Kecamatan Sosa, Kecamatan Huta Raja Tinggi juga dilalui oleh DAS Batang
Rokan. Kondisinya sangat ditentukan oleh daerah hulunya, dan menjadi reservoir bagi
daerah hilir DAS Batang Rokan.
i. Kecamatan Batang Lubu Sutam
Keberadaaan kecamatan yang dialiri sungai-sungai kecil yang menuju ke Provinsi Riau
menjadi sangat penting bagi daerah dibawahnya. Keberadaan sungai-sungai kecil tersebut
juga berpotensi sebagai irigasi pertanian juga bagi kebutuhan sehari-hari penduduk di
Kecamatan Batang Lubu Sutam ini.
3.4.4. Rencana Pengembangan Jaringan Prasarana Lainnya A. Prasarana Pengelolaan Lingkungan
a) Sistem Pengelolaan Persampahan;
b) Sistem Pengelolaan Air Minum;
c) Sistem Pengolahan Air Limbah;
d) Sistem Drainase;
e) Sistem Pengelolaan Persampahan.
Kabupaten Padang Lawas telah memiliki tempat pembuangan akhir (TPA) khusus yaitu di
Kecamatan Barumun. Armada pengangkutan sampah yang ada terdiri atas; arm roll truck,
container, gerobak sampah, dan tong sampah. Pengelolaan sistem persampahan di Kabupaten
Padang Lawas khususnya di Kota Sibuhuan ditangani oleh Kantor Kebersihan, Pertamanan,
dan Pemadam Kebakaran dengan periode pengangkutan 2 kali dalam seminggu
menggunakan Arm Roll Truck. Di Kabupaten Padang Lawas pengangkutan sampah
dilakukan dengan truk sampah yang beroperasi mulai dari jam 08.00 - I7.00 WIB. Sampah
kemudian di masukkan ke dalam dump truk yang selanjutnya diangkut ke TPA.
Sampah di Kabupaten Padang Lawas khususnya yang berasal dari Kota Sibuhuan tercatat
pada tahun 2009 merupakan sampah yang berasal dari :
a) Perumahan;
b) Kantor, sekolah, rumah sakit dan sejenisnya (non patogen) dan gedung umum
lainnya;
c) Pasar, pertokoan dan restoran;
d) Pabrik/ industri yang sejenisnya dengan sampah permukiman tidak berbahaya dan
beracun;
e) Penyapuan jalan, taman dan lapangan;
f) Pemotongan hewan dan kandang hewan;
g) Bongkaran bangunan;
h) Instalasi pengolahan sampah.
Berdasarkan hasil proyeksi penduduk hingga tahun 2031, jumlah penduduk Kabupaten
Padang Lawas berjumlah 477,349 jiwa. Dengan demikian jumlah sampah yang akan
dihasilkan pada tahun 2031 adalah sebesar 1193.37 m3. Perkiraan kebutuhan sarana dan
prasarana pembuangan sampah di Kabupaten Padang Lawas hingga tahun 2030 meliputi
penambahan tong sampah, alat angkutan sampah, gerobak, kontainer, TPS dan TPA. Untuk
penambahan prasarana Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampai dengan tahun 2031
diarahkan untuk menambah sebanyak 2 (dua) lokasi lagi guna optimalnya penanganan
Dan diharapkan untuk kedua lokasi rencana TPA tersebut dapat menampung beban
perkembangan wilayah sekitarnya. Sementara untuk TPS (tempat pembuangan sementara)
arahannya tetap mengikuti standart perkotaan, dimana setiap 20 Ha penggunaan
permukiman perkotaan harus memiliki 1 buah TPS. Sesuai dengan standart tersebut,
arahan TPS di Kabupaten Padang Lawas lebih diprioritaskan di pusat-pusat perkotaan dan permukiman yang berada di :
a. PKL Sibuhuan
b. PPK Lubuk Barumun, Barumun
c. PPL Kec. Sosopan, Kec. Ulu Barumun, Kec. Lubuk Barumun, Kec. Huristak, Kec. Huta
Raja Tinggi, dan Kec. Batang Lubu Sutam.
Gambar 3.2
Kawasan Prioritas Rencana Pembangunan TPA & TPS Kabupaten Padang Lawas
Sumber : Arahan Ranperda RTRW Kab. Padang Lawas, 2011-2031 Keterangan :
Rencana PembangunanTPA
B.Penyediaan Air Bersih Regional
Kebutuhan akan air bersih yang sehat bagi penduduk mutlak diperlukan, karena kebutuhan
air yang bersih dan sehat selalu ada di setiap kehidupan manusia. Dengan adanya
pertumbuhan dan perkembangan jumlah penduduk pada wilayah Kabupaten Padang Lawas
untuk 20 (dua puluh) tahun kedepan, semakin memicu kebutuhan akan penyediaan dan
distribusi air bersih yang dikelola oleh pemerintah.
Pada awalnya pemenuhan kebutuhan air bersih masyarakat di sekitar Sibuhuan dilayani oleh
air bersih yang bersumber dari PDAM dengan jangkauan pelayanan sebatas wilayah Kota
Sibuhuan. Namun saat ini rumah pompa (water intake) miliki PDAM tersebut sudah tidak
berfungsi lagi, sehingga dalam memenuhi kebutuhan air bersihnya masyarakat
memperolehnya melalui sumur gali, air sungai serta mata air. Fenomena ini terjadi akibat
masih mudahnya masyarakat untuk memperoleh air bersih yang tersedia, sehingga
pelayanan PDAM terhadap masyarakat masih kurang memberikan andil yang besar. Namun
dalam pengembangan kabupaten kedepan atau bertambahnya jumlah penduduk tentu akan
mempengaruhi kualitas dan kuantitas sumber daya air yang tersedia, sehingga Kabupaten
Padang Lawas dimasa yang akan datang direncanakan untuk pemenuhan kebutuhan air
bersihnya dapat dilayani kembali oleh PDAM, terutama wilayah yang diarahkan untuk
pengembangan perkotaan. Berikut ini diuraikan perkiraan kebutuhan air bersih di
Kabupaten Padang Lawas dalam kurun waktu 20 (dua puluh) tahun kedepan, dimana
kebutuhan tersebut dibedakan menjadi 2 (dua) jenis kebutuhan, yaitu domestik dan non
domestik.
- Kebutuhan Domestik.
Kebutuhan domestik adalah kebutuhan air bersih untuk rumah tangga dengan standar
kebutuhan sebesar 120 liter/orang/hari. Dan diperkirakan jumlah kebutuhan air bersih
pada tahun 2031 di Kabupaten Padang Lawas mencapai 6.445.488 liter/hari.
- Kebutuhan Non Domestik
Kebutuhan non domestik adalah kebutuhan air bersih untuk kegiatan perdagangan dan
perkantoran serta fasilitas sosial dan pelayanan umum. Standar yang digunakan adalah
20-25 % dari total kebutuhan air bersih untuk kegiatan domestik. Sehingga diperkirakan
pada tahun 2031 di Kabupaten Padang Lawas memiliki jumlah kebutuhan air bersih
perharinya sebesar 1.611.372 liter.
Berdasarkan kondisi tersebut maka rencana pengembangan jaringan air baku untuk sumber
air bersih adalah
- Menjaga sumber air baku yaitu setiap mata air dan sungai di sekitar pusat permukiman.
- Pembangunan sistem jaringan perpipaan untuk kawasan permukiman khususnya di Pusat
pelayanan utama yaitu Kota Sibuhuan, Kota Binangan, Pasar Ujung Batu.
-- Demikian halnya dengan setiap ibukota kecematan dengan memanfaatkan sungai yang
ada dan membangun jaringan perpipaan.
- Untuk daerah perdesaan dengan memanfaatkan air permukaan namun untuk tetap
menjadi kualiatas air maka akan diadakan pembinaan pengolahan air bersih menjadi air
minum.
Rencana pengembangan sistem penyediaan air minum Kabupaten Padang Lawas diprioritaskan di pusat-pusat perkotaan dan permukiman yang berada di:
a. PKL Sibuhuan
b. PPK Lubuk Barumun, Barumun
c. PPL Kec. Sosopan, Kec. Ulu Barumun, Kec. Lubuk Barumun, Kec. Huristak, Kec. Huta
Raja Tinggi, dan Kec. Batang Lubu Sutam.
Gambar 3.3
Kawasan Prioritas Rencana Sistem Penyediaan Air Minum Kabupaten Padang Lawas
Sumber : Arahan Ranperda RTRW Kab. Padang Lawas, 2011-2031 Keterangan :
C.Pengolahan Air Limbah
Sampai saat ini Kabupaten Padang Lawas belum memiliki instalasi pengolahan limbah tinja
(IPLT). Dalam pengembangan wilayah Kabupaten Padang Lawas 20 (dua puluh) tahun kedepan, diarahkan untuk memiliki 1 buah IPLT dengan penentuan lokasi yang tidak
terlalu jauh dari Ibukota kabupaten dan berjarak minimal 5 Km dari pusat permukiman.
Untuk penentuan lokasi tersebut diarahkan di sebelah utara jalan lingkar Kota Sibuhuan dengan akses melalui jalan lingkar tersebut. Pada lingkungan permukiman dan perkotaan yang tidak terlayani dengan IPLT, pengelolaan air limbah direncanakan dengan
sistem pengolahan limbah individu dengan pembangunan septictank.
Gambar 3.4
Rencana Pembangunan IPLT Kabupaten Padang Lawas
Sumber : Arahan Ranperda RTRW Kab. Padang Lawas, 2011-2031 Keterangan :
D.Kawasan Peruntukan Permukiman
Kawasan permukiman merupakan ruang yang diperuntukan bagi pengelompokan
permukiman penduduk termasuk didalamnya sarana dan prasarana kegiatan sosial ekonomi
bagi penduduk dengan dominasi kegiatan usaha non-pertanian. Kawasan ini dapat berupa
permukiman perkotaan maupun pedesaan. Kawasan permukiman dikembangkan pada
kawasan dengan kriteria sebagai berikut:
- Aksesibilitas yang baik;
- Berada dengan pusat kegiatan/terkait dengan kawasan hunian yang sudah ada atau
berkembang;
- Topografi datar sampai bergelombang (kelerengan lahan 0 - 25%); Tersedia sumber air,
baik air tanah maupun air yang diolah oleh penyelenggara dengan jumlah yang cukup.
Untuk air PDAM suplai air antara 60 liter/org/hari - 100 liter/org/hari;
- Tidak berada pada daerah rawan bencana (longsor, banjir, erosi, abrasi);
- Drainase baik sampai sedang;
- Tidak berada pada wilayah sempadan sungai/pantai/waduk/danau/ mata air/saluran
pengairan/rel kereta api dan daerah aman penerbangan;
- Tidak berada pada kawasan lindung;
- Tidak terletak pada kawasan budi daya pertanian/penyangga;
- Menghindari sawah irigasi teknis.
Luas areal untuk permukiman di Kabupaten Padang Lawas lebih kurang 37.232 (tigapuluh
tujuh ribu dua ratus tiga puluh dua) ha atau 9,71 % dari luas seluruh Kabupaten Padang
Lawas. Kawasan Permukiman terbagi 2 yakni permukiman perkotaan dan permukiman
pedesaan, dimana lokasinya menyebar di setiap kecamatan. Tapi khusus untuk permukiman
perkotaan terdapat di Kecamatan Barumun, Barumun Tengah, Lubuk Barumun dan Sosa.
1. Peruntukan Permukiman Perkotaan
Kawasan perkotaan dapat diartikan sebagai tempat/lokasi terkonsentrasinya sejumlah
penduduk dengan berbagai aktifitasnya. Yang dicirikan oleh jumlah prasarana dan sarana
aktivitasnya berupa kegiatan jasa, pemerintahan dan perdagangan. Pemukiman perkotaan
lebih diarahkan pada masing-masing ibukota kecamatan, dengan demikian diharapkan
masing-masing kota ibukota kecamatan tersebut lebih berkembang lagi ke arah yang lebih
baik. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka rencana pola pemanfaatan ruang untuk
kawasan permukiman perkotaan dikembangkan dengan pola linier dan mengelompok
mengikuti jaringan jalan utama. Pengembangan kawasan permukiman perkotaan dilakukan
pada wilayah-wilayah dengan konsentrasi penduduk tinggi dan memiliki lokasi yang
Luas kawasan yang tergolong kedalam permukiman kawasan perkotaan di wilayah
Kabupaten Padang Lawas adalah lebih kurang 12.157 (duabelas ribu seratus lima puluh
tujuh) Ha atau sekitar 3,13 % dari luas kawasan permukiman yang terdapat di Kabupaten
Padang Lawas. Wilayah yang akan dikembangkan sebagai kawasan permukiman perkotaan di kabupaten Padang Lawas yaitu :
a. Kec. Barumun dengan luas 3.287,78 (tiga ribu dua ratus delapan puluh delapan) ha;
b. Kec. Barumun Tengah dengan luas 1.054,25 ha;
c. Kec. Lubuk Barumun dengan luas 4.122,42 ha;
d. Kec. Sosa dengan luas 2.935,52 ha;
e. Kec. Ulu Barumun dengan luas 756,66 ha.
Gambar 3.5
Kawasan Permukiman Perkotaan Kabupaten Padang Lawas
Sumber : Arahan Ranperda RTRW Kab. Padang Lawas, 2011-2031 Keterangan :
2. Peruntukkan Permukiman Pedesaan
Kawasan pedesaan berdasarkan sifat dan jenis kegiatan dapat diartikan sebagai suatu
karakteristik unit wilayah yang masih bertumpu pada kegiatan pertanian, dimana
penggunaan ruangnya masih bersifat ekstensif. Pemanfaatan bahan yang masih bersifat
ekstensif ini tidak terlepas dari pengaruh kepadatan penduduk yang relatif rendah.
Untuk kawasan permukiman pedesaan dikembangkan dengan pola mengelompok. Wilayah
yang dikembangkan menjadi kawasan perrmukiman pedesaan adalah di seluruh kecamatan
dengan lebih memperhatikan pengelompokan eksisting dan ketersediaan lahan untuk
pertanian sebagai mata pencaharian serta tidak berada pada wilayah-wilayah rawan bencana.
Luas kawasan permukiman sampai akhir tahun perencanaan sekitar 25.075,51 atau 6,54 %
dari luas total. Wilayah yang akan dikembangkan sebagai kawasan permukiman perdesaan di
Kabupaten Padang Lawas yaitu :
a. Kec. Barumun dengan luas 2.324,89 ha;
b. Kec. Barumun Tengah dengan luas 1.086,95 ha;
c. Kec. Batang Lubu Sutam dengan luas 79,08 ha;
d. Kec. Huristak dengan luas 1.415,24 ha;
e. Kec. Huta Raja Tinggi dengan luas 7.782,65 ha;
f. Kec. Lubuk Barumun dengan luas 2.691,32 ha;
g. Kec. Sosa dengan luas 7.040,33 ha;
h. Kec. Sosopan dengan luas 913,49;
Gambar 3.6
Kawasan Permukiman Pedesaan Kabupaten Padang Lawas
Sumber : Arahan Ranperda RTRW Kab. Padang Lawas, 2011-2031 Keterangan :
3.5. ARAHAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH 3.5.1.RPJMD Provinsi Sumatera Utara
Strategi pembangunan daerah adalah kebijakan dalam mengimplementasikan program sesuai
dengan visi misi Kepala Daerah, sebagai payung pada perumusan program dan kegiatan
pembangunan di dalam mewujudkan visi dan misi. Namun demikian sebagai daerah yang
merupakan bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) perencanaan strategis
yang disusun dalam dokumen RPJM Daerah Provinsi Sumatera Utara berpedoman pada
Strategi Pembangunan Daerah Provinsi Sumatera Utara salah satunya adalah Strategi peningkatan sinergi pembangunan sarana dan prasarana daerah berbasis kerjasama daerah. Kebijakan yang akan dilaksanakan yaitu peningkatan sarana dan prasarana dalam mendukung jalannya proses pembangunan yang terdiri atas urusan
pekerjaan umum bidang jalan dan jembatan, dan sumber daya air, penataan ruang,
peningkatan pembangunan perumahan dan pemukiman dan urusan perhubungan serta
ketersediaan energi.
Perwujudan strategi dan arah kebijakan tersebut dijabarkan menurut fungsi yang digunakan
untuk tujuan keselarasan dan keterpaduan pengelolaan program pembangunan yaitu:
a. Pelayanan umum, meliputi perencanaan pembangunan, pemerintahan umum,
kepegawaian, statistik, kearsipan, komunikasi dan informatika;
b. Ketertiban dan ketentraman meliputi kesatuan bangsa dan politik dalam negeri;
c. Ekonomi meliputi perhubungan, tenaga kerja, koperasi dan usaha kecil menengah,
penanaman modal, pemberdayaan masyarakat dan desa, pertanian, perkebunan,
peternakan, kehutanan, energi dan sumber daya mineral, kelautan dan perikanan,
perdagangan, perindustrian dan transmigrasi;
d. Lingkungan hidup meliputi penataan ruang, lingkungan hidup dan pertanahan;
e. Perumahan dan fasilitas umum meliputi pekerjaan umum dan perumahan rakyat;
f. Kesehatan meliputi kesehatan dan keluarga berencana;
g. Pariwisata dan budaya meliputi kebudayaan dan pariwisata;
h. Pendidikan meliputi pendidikan dan pemuda dan olah raga;
i. Perlindungan sosial meliputi kependudukan dan catatan sipil, pemberdayaan
perempuan, keluarga sejahtera dan sosial.
Program pembangunan daerah merupakan upaya untuk mewujudkan berbagai sasaran
pembangunan yang dapat diukur yang akan dicapai. Program pembangunan daerah yang
tercantum pada RPJMD Provinsi Sumatera Utara salah satunya adalah bidang penataan
ruang dan pekerjaan umum yang meliputi:
a. Bidang Pekerjaan Umum
1. Program pembangunan jalan dan jembatan;
2. Program rehabilitasi/pemeliharaan jalan dan jembatan;
3. Program peningkatan sarana dan prasarana kebinamargaan;
4. Program pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi, rawa dan jaringan
pengairan lainnya;
5. Program penyediaan dan pengelolaan air baku;
6. Program pengembangan, pengelolaan dan konservasi sungai, danau dan sumberdaya
air lainnya;
8. Program pembinaan, pengaturan dan perencanaan pengembangan sumber daya air.
b. Penataan Ruang:
1. Program perencanaan tata ruang;
2. Program terkait peningkatan infrastruktur pedesaan;
3. Program pembangunan perkotaan;
4. Program peningkatan pembangunan perumahan dan permukiman.
c. Perencanaan Pembangunan
1. Program perencanaan pembangunan daerah;
2. Program Pembangunan Kawasan Agropolitan dan Agromarinepolitan, Pulau – pulau
kecil serta Pulau - pulau terluar;
3. Program Pengembangan data/informasi;
4. Program pengembangan kawasan ekonomi khusus.
3.6. RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA
3.6.1.Rencana Induk Penyediaan Air Minum (RISPAM) Kab. Padang Lawas A. Rencana Daerah Pelayanan Jaringan Perpipaan
Daerah pelayaan dengan jaringan perpipaan diarahkan untuk wilayah yang akan
dikembangkan menjadi kawasan perkotaan dan memiliki kepadatan penduduk tinggi. Sesuai
dengan pola pemanfaatan ruang dalam RTRW Kabupaten Padang Lawas bahwa terdapat
kecamatan yang diarahkan sebagai kawasan permukiman perkotaan sampai tahun 2030,
Sehingga dalam menentukkan daerah pelayanan dapt mengacu kepada kebijakan terebut.
Daerah pelayanan utama adalah Kawasan Perkotaan di Kabupaten Padang lawas yang
terdiri dari 8 (delapan) Kecamatan. Mengingat lokasi usulan sumber air yang dapat
diandalkan berada di dalam wilayah administrasi Kabupaten Pasang Lawas.
Rencana daerah pelayanan jaringan perpipaan akan dikembangkan pada kawasan perkotaan
sesuai dengan RTRW Kabupaten Padang Lawas yaitu Kecamatan Barumun, Kecamatan Sosa,
Kecamatan Barumun Tengah, Kecamatan Sosopan, Kecamatan Ulu Barumun, Kecamatan
Lubuk Barumun, Kecamatan Huristak, Kecamatan Hutaraja Tinggi, dan Kecamatan Batang
Lubu Sutam. Rencana sistem pelayanan yang diusulkan terdiri dari 8 (delapan) sistem yang
akan melayani kecamatan wilayah perkotaan.
Tabel 3.2.
Rencana Daerah Pelayanan IKK Kabupaten Padang Lawas
No Sistem Pelayanan Wilayah Pelayanan
Sumber : Dok. RISPAM Kab. Padang Lawas, 2013
No Sistem Pelayanan Wilayah Pelayanan
2 SPAM Ulu Barumun Kecamatan Ulu Barumun: - Desa Paringgonan - Desa Matondang - Desa Paringgonan Julu - Desa Simanuldang Jae 3 SPAM Huristak Kecamatan Huristak:
- Desa Pasar Huristak - Desa Huristak
4 SPAM Lubuk Barumun Kecamatan Lubuk Barumun - Desa Pasar Latong
5 SPAM Sosa Kecamatan Sosa
- Desa Ujung Batu
6 SPAM Hutaraja Tinggi Kecamatan Huta Raja Tinggi - Desa Hutaraja Tinggi - Desa Pasar Panyabungan - Desa Panyabungan
7 SPAM Aek Malinto Kecamatan Batang Lubu Sutam - Desa Pinarik
- Desa Pagaran Dolok - Desa Aek Sorik - Desa Hutabaru - Desa Tamdolan
Tabel 3.3.
Kebutuhan Debit Setiap Pelayanan
No Sistem Sumber Air Wilayah Pelayanan
(Kecamatan)
Kebutuhan Debit Rata-Rata Untuk
Pelayanan Perkotaan (l/det)
Kebutuhn Debit Rata-Rata Untuk
Pelayanan IKK (L/det)
Debit Andalan (l/det)
1 Sistem Sosospan Danau Anjoran Sosospan 15,16 3,32 39,60
2 Sistem Ulu Barumun Aek Siraisan Ulu Barumun 23,13 8,34 11.256,00
3 Sistem Huristak Aek Barumun Huristak 33,18 15,60 20.520,00
4 Sistem Lubuk Barumun Aek Bondang
Padang
Lubuk Barumun 27,04 3,46 2.895,20
5 Sistem Sosa Aek Sosa Sosa 53,15 5,04 11.577,60
6 Sistem Hutaraja Tinggi Aek Sosa Hutaraja Tinggi 65,72 3,45 33.800,00
7 Sistem Batang Lubu Sutam Aek Malinto Batang Lubu Sutam 19,86 1,77 3.180,00
8 Sistem Barumun Tengah Aek Ukka Barumun Tengah 30,90 7,93 1.510,40
Total 268,14 48,90 84.778,80
B.Rencana Daerah Pelayanan Bukan Jaringan Perpipaan
Sementara untuk pengembangan daerah pelayanan Bukan Jaringan Perpipaan mengacu
kepada Rencana pemanfaatan ruang untuk kawasan permukiman perdesaan. Sistem yang
dibangun di wilayah ini merupakan modul-modul skala kecil namun memiliki kehandalan
pelayanan yang harus baik. Kondisi yang ada saat ini dalam hal pengembangan wilayah
perdesaan adalah dengan membangun sarana-sarana air bersih berupa sumur bor dalam,
baik program dari pemerintah daerah maupun dari pemerintah pusat. Untuk Pelayanan
Bukan Jaringan perpipaan di kembangkan di wilayah: Kecamatan Aek Nabara Barumun,
Kecamatan Barumun Selatan dan Kecamatan Sihapas Barumun.
C. Rencana Pengembangan Spam
a) Pentahapan Program Pengembangan SPAM IKK Sosopan
1. Untuk sistem Sosopan akan dilakukan dengan mengembangkan sumber air baku yang
ada saat ini, yaitu Danau Anjoran yang saat ini hanya dimanfaatkan oleh penduduk
sekitar IKK Kecamatan Sosopan. Dengan mengembangkan kapasitas sumber air baku
yang ada sehingga dapat memenuhi kebutuhan air sampai dengan 15,16 Liter/detik.
Pada tahap ini direncanakan akan dapat melayani daerah pelayanan Ibu Kota
Kecamatan (IKK) yaitu desa Sosopan dan desa-desa yang berada dengan Desa Sosopan
yaitu Desa Sihaporas, Desa Sianggunan, dan Desa Hulim. Kapasitas yang direncanakan
pada tahap pertama yaitu sebesar 3,5 L/detik.
2. Tahap lanjutan periode Tahun 2018 – 2022 pada Sistem ini diharapkan akan dapat
melayani penduduk di daerah pelayanan sampai dengan 55 % dari total penduduk
administrasi. Dengan menambah kapasitas produksi sampai dengan 9,1 L/dtk.
Diharapkan perkembangan kawasan di Kecamatan Sosopan dapat menyerap kapasitas
yang direncanakan sampai akhir tahun 2022.
3. Periode 2023 – 2027 dilakukan dengan menambah Kapasitas Produksi sampai 12,11
L/dtk, daerah pelayanan untuk Sistem ini memang hanya pada 1 Kecamatan yaitu
Sosopan, namun rencana perkembangan kawasan sebagai pusat yang melayani
kegiatan skala antar desa akan mendorong pertumbuhan kebutuhan air yang
meningkat pesat, dan pelayanan air inum ini diarahkan agar dapat melayani kegiatan
yang dilaksanakan di Daerah Pelayanan.
4. Periode 2028 – 2032 diarahkan hanya kepada peningkatan kapasitas dengan
membangun IPA sebesar 15,16 L/dtk, Target pelayanan yang direncanakan sampai
tahun 2032 adalah sebesar 80 %.
b)Pentahapan Program Pengembangan SPAM IKK Ulu Baruman
1. Untuk sistem Ulu Barumun akan dilakukan dengan mengembangkan sumber air baku
yang ada sehingga dapat memenuhi kebutuhan air sampai dengan 23,08 Liter/detik.
Pada tahap ini direncanakan akan dapat melayani daerah pelayanan Ibu Kota
Kecamatan (IKK) yaitu Desa Pasir Paringgonan dan desa-desa yang berada dekat
dengan Desa Pasir Paringgonan yaitu Desa Matondang, Desa Paringgonan Julu, dan
Desa Simaduldang Jae. Kapasitas yang direncanakan pada tahap pertama yaitu
sebesar 5 L/detik.
2. Tahap lanjutan periode Tahun 2017 – 2022 pada Sistem ini diharapkan akan dapat
melayani penduduk di daerah pelayanan sampai dengan 55 % dari total penduduk
administrasi. Dengan menambah kapasitas produksi sampai dengan 13,20 L/dtk.
Diharapkan perkembangan kawasan di Kecamatan Ulu Baruman dapat menyerap
kapasitas yang direncanakan sampai akhir tahun 2022.
3. Periode 2023 – 2027 dilakukan dengan menambah Kapasitas Produksi sampai 19,1
L/dtk, daerah pelayanan untuk Sistem ini memang hanya pada 1 Kecamatan yaitu Ulu
Baruman, namun rencana perkembangan kawasan sebagai pusat yang melayani
kegiatan skala antar desa akan mendorong pertumbuhan kebutuhan air yang
meningkat pesat, dan pelayanan air inum ini diarahkan agar dapat melayani kegiatan
yang dilaksanakan di Daerah Pelayanan.
4. Periode 2028 – 2032 diarahkan hanya kepada peningkatan kapasitas dengan
membangun IPA sebesar 23,08 L/dtk, Target pelayanan yang direncanakan sampai
tahun 2032 adalah sebesar 80 %.
c) Pentahapan Program Pengembangan SPAM IKK Huristak
1. Untuk sistem Huristak akan dilakukan dengan mengembangkan sumber air baku yang
ada saat ini, yaitu Aek Baruman yang saat ini hanya dimanfaatkan oleh penduduk
sekitar Kecamatan Huristak dan Kecamatan Barumun. Dengan mengembangkan
kapasitas sumber air baku yang ada sehingga dapat memenuhi kebutuhan air sampai
dengan 33,18 Liter/detik. Pada tahap ini direncanakan akan dapat melayani daerah
pelayanan Ibu Kota Kecamatan (IKK) yaitu Desa Pasar Huristak dan desa yang berada
dekat dengan Desa Pasar Huristak yaitu Desa Huristak. Kapasitas yang direncanakan
pada tahap pertama yaitu sebesar 10 L/detik.
2. Tahap lanjutan periode Tahun 2017 – 2022 pada Sistem ini diharapkan akan dapat
melayani penduduk di daerah pelayanan sampai dengan 55 % dari total penduduk
administrasi. Dengan menambah kapasitas produksi sampai dengan 15,6 L/dtk.
Diharapkan perkembangan kawasan di Kecamatan Huristak dapat menyerap kapasitas
yang direncanakan sampai akhir tahun 2022.
3. Periode 2023 – 2027 dilakukan dengan menambah Kapasitas Produksi sampai 25,6
L/dtk, daerah pelayanan untuk Sistem ini memang hanya pada 1 Kecamatan yaitu
Huristak, namun rencana perkembangan kawasan sebagai pusat yang melayani
meningkat pesat, dan pelayanan air inum ini diarahkan agar dapat melayani kegiatan
yang dilaksanakan di Daerah Pelayanan.
4. Periode 2028 – 2032 diarahkan hanya kepada peningkatan kapasitas dengan
membangun IPA sebesar 33,18 L/dtk, Target pelayanan yang direncanakan sampai
tahun 2032 adalah sebesar 80 %.
d)Pentahapan Program Pengembangan SPAM IKK Lubuk Barumun
1. Untuk sistem Lubuk Barumun akan dilakukan dengan mengembangkan sumber air
baku yang ada saat ini, yaitu Aek Bondang Padang yang saat ini hanya dimanfaatkan
oleh penduduk sekitar Kecamatan Lubuk Barumun. Dengan mengembangkan kapasitas
sumber air baku yang ada sehingga dapat memenuhi kebutuhan air sampai dengan 27,5
Liter/detik. Pada tahap ini direncanakan akan dapat melayani daerah pelayanan Ibu
Kota Kecamatan (IKK) yaitu Desa Pasar Latong. Kapasitas yang direncanakan pada
tahap pertama yaitu sebesar 7 L/detik.
2. Tahap lanjutan periode Tahun 2017 – 2022 pada Sistem ini diharapkan akan dapat
melayani penduduk di daerah pelayanan sampai dengan 55 % dari total penduduk
administrasi. Dengan menambah kapasitas produksi sampai dengan 12,6 L/dtk.
Diharapkan perkembangan kawasan di Kecamatan Huristak dapat menyerap kapasitas
yang direncanakan sampai akhir tahun 2022.
3. Periode 2023 – 2027 dilakukan dengan menambah Kapasitas Produksi sampai 20,6
L/dtk, daerah pelayanan untuk Sistem ini memang hanya pada 1 Kecamatan yaitu
Lubuk Barumun, namun rencana perkembangan kawasan sebagai pusat yang melayani
kegiatan skala antar desa akan mendorong pertumbuhan kebutuhan air yang
meningkat pesat, dan pelayanan air minum ini diarahkan agar dapat melayani
kegiatan yang dilaksanakan di Daerah Pelayanan.
4. Periode 2028 – 2032 diarahkan hanya kepada peningkatan kapasitas dengan
membangun IPA sebesar 27,5 L/dtk, Target pelayanan yang direncanakan sampai
tahun 2032 adalah sebesar 80 %.
e) Pentahapan Program Pengembangan SPAM IKK Sosa
1. Untuk sistem Sosa akan dilakukan dengan mengembangkan sumber air baku yang ada
saat ini, yaitu Aek Sosa. Dengan mengembangkan kapasitas sumber air baku yang ada
sehingga dapat memenuhi kebutuhan air sampai dengan 53,5 Liter/detik. Pada tahap
ini direncanakan akan dapat melayani daerah pelayanan Ibu Kota Kecamatan (IKK)
yaitu Desa Ujung Batu. Kapasitas yang direncanakan pada tahap pertama yaitu
sebesar 10 L/detik.
2. Tahap lanjutan periode Tahun 2017 – 2022 pada Sistem ini diharapkan akan dapat
melayani penduduk di daerah pelayanan sampai dengan 55 % dari total penduduk
Diharapkan perkembangan kawasan di Kecamatan Sosa dapat menyerap kapasitas
yang direncanakan sampai akhir tahun 2022.
3. Periode 2023 – 2027 dilakukan dengan menambah Kapasitas Produksi sampai 40 L/dtk,
daerah pelayanan untuk Sistem ini memang hanya pada 1 Kecamatan yaitu Sosa,
namun rencana perkembangan kawasan sebagai pusat yang melayani kegiatan skala
antar desa akan mendorong pertumbuhan kebutuhan air yang meningkat pesat, dan
pelayanan air inum ini diarahkan agar dapat melayani kegiatan yang dilaksanakan di
Daerah Pelayanan.
4. Periode 2028 – 2032 diarahkan hanya kepada peningkatan kapasitas dengan
membangun IPA sebesar 53,5 L/dtk, Target pelayanan yang direncanakan sampai
tahun 2032 adalah sebesar 80 %.
f) Pentahapan Program Pengembangan SPAM IKK Hutaraja Tinggi
1. Untuk sistem Hutaraja Tinggi akan dilakukan dengan mengembangkan sumber air
baku yang ada saat ini, yaitu Aek Sosa. Dengan mengembangkan kapasitas sumber air
baku yang ada sehingga dapat memenuhi kebutuhan air sampai dengan 65,72
Liter/detik. Pada tahap ini direncanakan akan dapat melayani daerah pelayanan Ibu
Kota Kecamatan (IKK) yaitu Desa Hutaraja Tinggi dan desa-desa yang berdekatan
dengan IKK yaitu Desa Pasar Panyabungan dan Desa Panyabungan . Kapasitas yang
direncanakan pada tahap pertama yaitu sebesar 15 L/detik.
2. Tahap lanjutan periode Tahun 2017 – 2022 pada Sistem ini diharapkan akan dapat
melayani penduduk di daerah pelayanan sampai dengan 55 % dari total penduduk
administrasi. Dengan menambah kapasitas produksi sampai dengan 35 L/dtk.
Diharapkan perkembangan kawasan di Kecamatan Hutaraja Tinggi dapat menyerap
kapasitas yang direncanakan sampai akhir tahun 2022.
3. Periode 2023 – 2027 dilakukan dengan menambah Kapasitas Produksi sampai 50 L/dtk,
daerah pelayanan untuk Sistem ini memang hanya pada 1 Kecamatan yaitu Hutaraja
Tinggi, namun rencana perkembangan kawasan sebagai pusat yang melayani kegiatan
skala antar desa akan mendorong pertumbuhan kebutuhan air yang meningkat pesat,
dan pelayanan air inum ini diarahkan agar dapat melayani kegiatan yang dilaksanakan
di Daerah Pelayanan.
4. Periode 2028 – 2032 diarahkan hanya kepada peningkatan kapasitas dengan
membangun IPA sebesar 65,72 L/dtk, Target pelayanan yang direncanakan sampai
tahun 2032 adalah sebesar 80 %.
g) Pentahapan Program Pengembangan SPAM IKK Batang Lubu Sutam
1. Untuk sistem Batang Lubu Sutam akan dilakukan dengan mengembangkan sumber air
baku yang ada saat ini, yaitu Aek Malinto. Dengan mengembangkan kapasitas sumber
Liter/detik. Pada tahap ini direncanakan akan dapat melayani daerah pelayanan Ibu
Kota Kecamatan (IKK) yaitu Desa Pinarik dan desa-desa yang berdekatan dengan IKK
yaitu Dea Pagaran Dolok, Desa Aek Sorik, Desa Hutabaru dan Desa Tamdolan.
Kapasitas yang direncanakan pada tahap pertama yaitu sebesar 5 L/detik.
2. Tahap lanjutan periode Tahun 2017 – 2022 pada Sistem ini diharapkan akan dapat
melayani penduduk di daerah pelayanan sampai dengan 55 % dari total penduduk
administrasi. Dengan menambah kapasitas produksi sampai dengan 10 L/dtk.
Diharapkan perkembangan kawasan di Kecamatan Batang Lubu Sutam dapat
menyerap kapasitas yang direncanakan sampai akhir tahun 2022.
3. Diharapkan perkembangan kawasan di Kecamatan Batang Lubu Sutam dapat
menyerap kapasitas yang direncanakan sampai akhir tahun 2022.
4. Periode 2023 – 2027 dilakukan dengan menambah Kapasitas Produksi sampai 15 L/dtk,
daerah pelayanan untuk Sistem ini memang hanya pada 1 Kecamatan yaitu Batang
Lubu Sutam, namun rencana perkembangan kawasan sebagai pusat yang melayani
kegiatan skala antar desa akan mendorong pertumbuhan kebutuhan air yang
meningkat pesat, dan pelayanan air inum ini diarahkan agar dapat melayani kegiatan
yang dilaksanakan di Daerah Pelayanan.
5. Periode 2028 – 2032 diarahkan hanya kepada peningkatan kapasitas dengan
membangun IPA sebesar 19,86 L/dtk, Target pelayanan yang direncanakan sampai
tahun 2032 adalah sebesar 80 %.
h)Pentahapan Program Pengembangan SPAM IKK Barumun Tengah
1. Untuk sistem Barumun Tengah akan dilakukan dengan mengembangkan sumber air
baku yang ada saat ini, yaitu Aek Ukka. Dengan mengembangkan kapasitas sumber air
baku yang ada sehingga dapat memenuhi kebutuhan air sampai dengan 31 Liter/detik.
Pada tahap ini direncanakan akan dapat melayani daerah pelayanan Ibu Kota
Kecamatan (IKK) yaitu Desa Pasar Binanga dan desa yang berdekatan dengan IKK
yaitu Desa Unte Rudang. Kapasitas yang direncanakan pada tahap pertama yaitu
sebesar 7 L/detik.
2. Tahap lanjutan periode Tahun 2017 – 2022 pada Sistem ini diharapkan akan dapat
melayani penduduk di daerah pelayanan sampai dengan 55 % dari total penduduk
administrasi. Dengan menambah kapasitas produksi sampai dengan 16 L/dtk.
Diharapkan perkembangan kawasan di Kecamatan Barumun Tengah dapat menyerap
kapasitas yang direncanakan sampai akhir tahun 2022.
3. Periode 2023 – 2027 dilakukan dengan menambah Kapasitas Produksi sampai 25 L/dtk,
daerah pelayanan untuk Sistem ini memang hanya pada 1 Kecamatan yaitu Barumun
Tengah, namun rencana perkembangan kawasan sebagai pusat yang melayani kegiatan
dan pelayanan air minum ini diarahkan agar dapat melayani kegiatan yang
dilaksanakan di Daerah Pelayanan.
4. Periode 2028 – 2032 diarahkan hanya kepada peningkatan kapasitas dengan
membangun IPA sebesar 31 L/dtk, Target pelayanan yang direncanakan sampai tahun
Tabel 3.4.
Matriks Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya
No Produk Rencana Status