BAB III
ARAHAN STRATEGIS NASIONAL
BIDANG CIPTA KARYA UNTUK KABUPATEN KUDUS
3.1. Arahan RTRW Nasional (PP No 26 Tahun 2008)
Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 menetapkan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
(RTRWN) yang merupakan arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang wilayah negara. RTRWN
ini menjadi pedoman untuk :
1. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional;
2. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional;
3. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional;
4. Pewujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antarwilayah provinsi, serta
keserasian antarsektor;
5. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi;
6. Penataan ruang kawasan strategi nasional; dan
7. Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.
Arahan yang harus diperhatikan dari RTRWN untuk ditindak lanjuti ke dalam RPI2-JM kabupaten
adalah :
1. Penetapan Pusat Kegiatan Nasional (PKN);
2. Penetapan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW);
3. Penetapan Pusat Kegiatan Lokal (PKL);
4. Penetapan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN);
5. Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN).
Dalam penetapan lokasi pusat kegiatan berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN,,
Kabupaten Kudus termasuk PKW I/C/1 yaitu merupakan wilayah dalam tahapan pengembangan
revitatalisasi dan percepatan pengembangan kota-kota pusat pertumbuhan nasional dengan fokusnya
3.2. Arahan RTRW Pulau
Rencana tata ruang pulau adalah rencana rinci yang disusun sebagai penjabaran dan perangkat
operasional dari Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN). Berikut arahan yang harus
diperhatikan dari RTR Pulau untuk penyusunan RPI2-JM Kabupaten Kudus yaitu :
1. Arahan pengembangan rencana struktur ruang dan pola ruang;
2. Arahan pengendalian pemanfaatan ruang;
3. Strategi operasionalisasi perwujudan struktur ruang dan pola ruang untuk bidang Cipta Karya seperti
pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, drainase, RTH, rusunawa,
agropolitan, dll
Kabupaten Kudus dalam tataran RTRW Pulau termasuk dalam substansi yang termuat dalam Perpres
No. 28 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Jawa-Bali. Substansi dalam RTRW Pulau Jawa
Bali yang diamanatkan untuk Kabupaten Kudus tertuang dalam beberapa strategi operasionalisasi
yaitu:
1. Strategi operasionalisasi perwujudan struktur ruang, dalam sistem perkotaan nasional berupa
a. pengendalian perkembangan fisik PKN dan PKW untuk menjaga keutuhan lahan pertanian
tanaman pangan di PKW Kudus;
b. pengembangan PKN dan PKW melalui peningkatan fungsi industri pengolahan dan industri jasa
hasil pertanian tanaman pangan di PKW Kudus;
c. pengembangan PKN dan PKW sebagai pusat penelitian dan pengembangan pertanian pangan di
PKW Kudus;
d. pengendalian perkembangan PKN dan PKW melalui optimalisasi pemanfaatan ruang secara
kompak dan vertikal sesuai dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup;
e. pengendalian perkembangan PKN dan PKW di kawasan rawan bencana pada kawasan rawan
bencana banjir di PKW Kudus.
2. Strategi operasionalisasi perwujudan jaringan jalan nasional
Pemantapan jaringan jalan arteri primer dan jaringan jalan kolektor primer pada Jaringan Jalan
Lintas Utara Pulau Jawa dan Jaringan Jalan Lintas Tengah Pulau Jawa untuk mendorong daya
saing perekonomian di Pulau Jawa-Bali dilakukan pada jaringan jalan arteri primer pada Jaringan
Jalan Lintas Utara Pulau Jawa yang salah satunya menghubungkan: “Merak
-Cilegon-Serang-
Losari-Brebes-Tegal-Pemalang-Pekalongan-Batang-Kendal-Semarang-Demak-Kudus-Pati-
Rembang-Bulu-Tuban-Widang-Lamongan-Gresik-Surabaya-Waru-Sidoarjo-Pasuruan-Probolinggo-Situbondo-Ketapang-Banyuwangi,”.
3. Strategi operasionalisasi perwujudan jaringan jalur kereta api nasional
Pengembangan dan pemantapan jaringan jalur KA antarkota pada jaringan jalur KA lintas utara
Pulau Jawa, Jaringan Jalur KA Lintas Selatan Pulau Jawa, jaringan jalur KA lintas utara-selatan
(pengumpan) Pulau Jawa, dan jaringan jalur KA Pulau Bali yang melayani kawasan perkotaan
nasional yaitu berupa :
a. pemantapan jaringan jalur KA lintas utara Pulau Jawa pada lintas
Jakarta-Cikampek-Jatibarang-Cirebon-Tegal-Pekalongan-Semarang-Kudus-Rembang-Bojonegoro-Surabaya yang melayani
PKW Kudus;
b. Pemantapan jaringan jalur KA lintas utara-selatan (pengumpan) Pulau Jawa pada lintas
Cepu-Blora-Purwodadi-Demak-Kudus-Juwana-Rembang yang melayani PKW Cepu dan PKW Kudus.
c. Pengembangan jaringan jalur kereta api lintas utara-selatan (pengumpan) Pulau Jawa pada
lintas Kudus-Bakalan yang melayani PKW Kudus;
d. Pengembangan jaringan jalur KA dengan memperhatikan fungsi kawasan pertanian pangan
berkelanjutan, kawasan lindung, dan kawasan rawan bencana dilakukan pada jaringan jalur KA
antarkota pada jaringan jalur KA lintas utara-selatan (pengumpan) Pulau Jawa pada lintas
Kudus-Bakalan.
4. Strategi operasionalisasi perwujudan tatanan kepelabuhan
Pemantapan Pelabuhan Tanjung Emas sebagai pelabuhan utama yang merupakan prasarana
penunjang fungsi pelayanan Kawasan Andalan Juwana-Jepara-Kudus-Pati-Rembang-Blora
(Wanarakuti).
5. Strategi operasionalisasi perwujudan sistem jaringan telekomunikasi nasional
a. Jaringan terestrial
rehabilitasi dan peningkatan fungsi jaringan pelayanan pusat pertumbuhan di Pantai Utara Jawa:
1) menghubungkan PKN Cilegon-PKN Serang-PKN Kawasan Perkotaan Jabodetabek-PKW
Cikampek-Cikopo-PKW Indramayu-PKN Cirebon-PKW Tegal-PKW Pekalongan-PKN
Kawasan Perkotaan Kedungsepur-PKW Kudus-PKW Tuban-PKN Kawasan Perkotaan
Gerbangkertosusilo-PKW Probolinggo-PKW Banyuwangi;
b. Jaringan satelit
Mengembangkan jaringan satelit untuk melayani PKW Kudus dan Kawasan Andalan Wanarakuti
6. Strategi operasionalisasi perwujudan sumber air
a. Pendayagunaan sumber air berbasis pada WS untuk melayani kawasan perkotaan nasional dan
kawasan andalan yang dapat dilakukan melalui kerjasama antardaerah dilakukan pada :
1) WS strategis nasional yaitu WS Jratunseluna yang melayani PKW Kudus dan Kawasan
Andalan Wanarakuti;
2) WS lintas provinsi yaitu WS Bengawan Solo (Provinsi Jawa Timur-Provinsi Jawa Tengah)
yang melayani Kawasan Andalan Wanarakuti.
b. Rehabilitasi DAS kirits dilakukan di :
1) DAS Jragung, DAS Tuntang, DAS Serang, DAS Lusi, DAS Juwana, DAS Bodri, DAS Garang,
DAS Randu Guntini, DAS Jambangan, DAS Pandansari, DAS Gandu, dan DAS Blitung pada
WS Jratunseluna;
2) DAS Grindulu, DAS Lorog, dan DAS Damas pada WS Bengawan Solo.
7. Strategi operasionalisasi perwujudan prasarana sumber daya air
Pengembangan dan pemeliharaan bendungan beserta waduknya untuk mempertahankan daya
tampung air sehingga berfungsi sebagai pemasok air baku bagi kawasan perkotaan nasional dan
kawasan andalan dilakukan di : Waduk Banyu Kuwung, Waduk Bruk, Waduk Gembong, Waduk
Godo, Waduk Grawan, Waduk Grenengm Waduk Gunung Rowo, Waduk Kd. Waru, Waduk Lodan,
Waduk Panohan, Waduk Randu Kuning, Waduk Rawabolodewo, Waduk Tempuran, Waduk Kedung
Wungu, Waduk Bangsri II, Waduk Sambong, Waduk Soko, Waduk Suruhan, Waduk Tologowungu,
Waduk Nglangkir, dan Waduk Blimbing yang melayani Kawasan Andalan Wanarakuti.
8. Strategi Operasionalisasi Perwujudan Kawasan Lindung Nasional
a. Strategi operasionalisasi perwujudan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap
kawasan bawahannya, yaitu pengembangan pengelolaan, peningkatan fungsi, dan
pemertahanan luasan kawasan hutan lindung, pemeliharaan jenis dan kerapatan tanaman hutan
yang memiliki fungsi lindung sesuai dengan jenis tanah, kemiringan lereng, ketinggian, intensitas
hujan, dan parameter fisik lainnya di kawasan hutan lindung, serta rehabilitasi kawasan hutan
lindung yang terdegradasi dengan menggunakan teknologi lingkungan dilakukan pada kawasan
b. Strategi operasionalisasi perwujudan kawasan perlindungan setempat, yaitu pengendalian
pemanfaatan ruang pada sempadan sungai di Kali Serang, Kali Caci/Lampis, Kali Gobang, Kali
Lusi, Kali Ke Songo, Kali Pandan, Kali Ngampel, Kali Rowo, Kali Cangkring, Kalo Wates/Juana,
dan Kali Geus di WS Jratunseluna.
c. Strategi operasionalisasi perwujudan kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam, dan cagar
budaya yaitu pelestarian dan pengembangan pengelolaan kawasan cagar budaya dan ilmu
pengetahuan di Makam Sunan Muria Kabupaten Kudus.
d. Strategi operasionalisasi perwujudan kawasan rawan bencana alam yaitu
Penetapan zona-zona rawan bencana alam beserta ketentuan mengenai standar bangunan
gedung yang sesua dengan karakteristik jenis, dan ancaman bencana, Penyelenggaraan upaya
mitigasi dan adaptasi bencana melalui penetapan lokasi dan jalur evakuasi bencana serta
pembangunan sarana pemantauan bencana, dan pengendalian perkembangan kegiatan
budidaya terbangun di kawasan rawan tanah longsor di Kabupaten Kudus
9. Strategi Operasionalisasi Perwujudan Kawasan Budidaya yang memiliki nilai strategis
nasional
a. Strategi Operasionalisasi Perwujudan kawasan peruntukan pertanian
1) Pemertahanan luas lahan pertanian pangan berkelanjutan, pengendalian perkembangan
kegiatan budidaya pada kawasan pertanian pangan berkelanjutan terutama di sisi kiri dan sisi
kanan jalan, pengendalian alih fungsi peruntukan lahan pertanian tanaman pangan, dan
pengembangan sentra pertanian tanaman pangan yang didukung peningkatan fungsi industri
pengolahan dan industri jasa hasil pertanian tanaman pangan untuk ketahanan pangan
nasional di Kabupaten Kudus.
2) Pengembangan sentra perkebunan berbasis bisnis yang didukung prasarana dan sarana
dengan menggunakan teknologi lingkungan, serta memperhatikan daya dukung dan daya
tampung lingkungan hidup, dan rehabilitasi kawasan peruntukan pertanian untuk kegiatan
perkebunan yang terdegradasi di Kabupaten Kudus.
b. Strategi Operasionalisasi Perwujudan kawasan peruntukan perikanan
Pengembangan sentra perikanan budidaya yang didukung peningkatan fungsi industri
pengolahan hasil perikanan serta prasarana dan sarana ramah lingkungan di sentra perikanan
c. Strategi Operasionalisasi Perwujudan kawasan peruntukan industri
Pengembangan kegiatan industri di dalam kawasan peruntukan industri dan mendorong relokasi
kegiatan industri menuju kawasan industri, meningkatkan kualitas prasarana dan sarana
penunjang kegiatan industri, peningkatan penataan lokasi kegiatan industri di dalam kawasan
industri, dan peningkatan kegiatan industri yang bernilai tambah tinggi dengan penggunaan
teknologi dan ramah lingkungan di Kabupaten Kudus.
d. Strategi Operasionalisasi Perwujudan kawasan peruntukan permukiman
1) Pengendalian perkembangan kawasan peruntukan permukiman secara horizontal dan
mengelompok di kawasan perkotaan sedang dan kawasan perkotaan kecil.
2) Pengendalian perkembangan kawasan peruntukan permukiman di daerah penyangga serta di
sepanjang jaringan jalan arteri primer dan jaringan jalan kolektor primer yang mengindikasikan
terjadinya gejala perkotaan yang menjalar (urban sprawl).
3.3. Arahan RTRW Provinsi Jawa Tengah
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 menetapkan Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2029 yang merupakan arahan kebijakan dan
strategi pemanfaatan ruang wilayah daerah yang menajdi pedoman bagi penataan ruang wilayah
daerah dan menjadi dasar dalam penyusunan program pembangunan.
RTRW Provinsi Jawa Tengah menjadi pedoman untuk :
1. Pembangunan dan rujukan bagi penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah dan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah;
2. Perumusan kebijkasanaan pokok pemanfaatan ruang di wilayah Provinsi;
3. Mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan wilayah Provinsi serta
keserasian antar sektor;
4. Pengarahan lokasi investasi yang dilaksanakan Pemerintah Daerah dan/atau masyarakat;
5. Pengawasan terhadap perizinan lokasi pembangunan;
6. Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota;
7. Rujukan bagi penyusunan rencana penanggulangan bencana; dan
Berikut kebijakan strategis Kabupaten Kudus yang termuat dalam RTRW Provinsi Jawa Tengah Tahun
2009-2029 :
1. Rencana struktur ruang wilayah provinsi
Rencana pengembangan struktur ruang wilayah Provinsi meliputi :
a. Sistem perdesaan
Dilakukan dengan membentuk pusat-pusat pelayanan desa secara berhierarki pada
kawasan-kawasan perdesaan dan kawasan-kawasan kawasan-kawasan selain dari yang telah ditetapkan sebagai kawasan-kawasan
perkotaan. Sistem perdesaan disusun berdasarkan pelayanan perdesaan secara berhierarki,
meliputi :
1) Pusat pelayanan antar desa;
2) Pusat pelayanan setiap desa;
3) Pusat pelayanan pada setiap dusun atau kelompok permukiman.
Pusat pelayanan perdesaan secara berhierarki memiliki hubungan dengan :
1) Pusat pelayanan wilayah kecamatan sebagai kawasan perkotaan terdekat;
2) Perkotaan sebagai pusat pelayanan;
3) Ibukota kabupaten masing-masing.
b. Sistem perkotaan
Sistem perkotaan Kabupaten Kudus berdasarkan RTRW Provinsi ditetapkan sebagai PKW
(Pusat Kegiatan Wilayah).
c. Sistem perwilayahan
Juwana-Jepara-Kudus-Pati (Wanarakuti) yang berpusat di Kudus dengan fungsi pengembangan
sebagai Pusat Pelayanan Lokal, Provinsi dan Nasional.
d. Sistem Jaringan Prasarana Wilayah
Sistem jaringan prasarana wilayah berdasarkan RTRW Provinsi, meliputi :
1) Rencana sistem jaringan prasarana transportasi
a) Rencana pengembangan jalan Arteri Primer, yaitu perbatasan Jawa Barat – Tegal –
Pekalongan – Semarang – Kudus – Pati – Perbatasan Jawa Timur
b) Rencana pengembangan jalan kolektor Primer, yaitu Pejagan-Ketanggungan,,
Ketanggungan-Prupuk, Tegal-Slawi-Prupuk-Ajibarang-Purwokerto, Purwokerto-Sokaraja,
Sokaraja-Purbalingga, Randu Dongkal-Bobotsari, Bobotsari,
Magelang-Salatiga, Boyolali-Klaten, Surakarta-Sukoharjo, Sukoharjo-Wonogiri, Wonogiri-Biting,
Prembun-Selokromo, Jati-Purwodadi, Purwodadi-Godong, Surakarta–Purwodadi-Pati,
Kudus–Jepara, Boyolali–Blabak, Bumiayu–Randudongkal–Kebonagung–Bawang–
Sukorejo–Cangkiran–Ungaran, Weleri–Parakan, Bawang–Dieng, Slawi–Randudongkal,
Randudongkal–Moga;
c) Rencana pengembangan jalan tol yaitu pengembangan jalan tol sepanjang
Semarang-Demak-Kudus-Pati-Perbatasan Jawa Timur;
d) Rencana pengembangan terminal penumpang jalan Tipe A dan Tipe B
e) Rencana pengembangan kereta api komuter jalur Semarang-Kudus-Pati-Rembang.
f) Rencana pengembangan prasarana penunjang yaitu revitalisasi stasiun lama utntuk
rencana pengoperasian kereta komuter dan antar kota di Stasiun Kudus.
2) Rencana sistem jaringan prasarana telekomunikasi
Rencana sistem jaringan prasarana telekomunikasi meliputi pengembangan jaringan
telekomunikasi dan informatika.
3) Rencana sistem jaringan prasarana sumberdaya air
Rencana pengembangan prasarana sumberdaya air, meliputi :
a) Pengembangan embung; dan
b) Pengembangan jaringan irigasi.
4) Rencana sistem jaringan prasarana energi
a) Rencana pengembangan prasarana kelistrikan, berupa Pembangkit Listrik Tenaga Surya,
Pembangkit Listrik Mikro Hidro, Pembangkit Listrik Tenaga Alternatif, dan jaringan
transmisi listrik meliputi :
Saluran udara tegangan ekstra tinggi dengan kapasitas 500 kV di jalur utara terhubung Mandirancan-Brebes – Tegal – Pemalang – Pekalongan – Batang – Kendal – Ungaran
- Purwodadi-Cepu – Krian (Circuit II), Ungaran-Demak-Purwodadi-Kudus-Pati-Tanjung
Jati B (Jepara); jalur selatan terhubung
Tasikmalaya-Cilacap-Kebumen-Purworejo-Klaten-Pedan-Wonogiri-Kediri; Gardu Induk 500/150 kV-Pedan-Ungaran;
Saluran Udara Tegangan Tinggi dengan kapasitas 150 kVA membentang antar kabupaten di Jawa Tengah.
5) Rencana sistem jaringan prasarana lingkungan
a) Pengembangan prasarana persampahan dilaksanakan dengan pendekatan pengurangan,
pemanfaatan kembali dan daur ulang yang berupa tempat pemrosesan akhir sampah
lokal, dan pembangunan tempat pemrosesan sementara di lokasi-lokasi strategis.
b) Pengembangan prasarana limbah dan drainase meliputi pembangunan IPAL dan IPLT di
kawasan perkotaan.
2. Rencana pola ruang provinsi
a. Kawasan Lindung,
Kawasan lindung Kabupaten Kudus berdasarkan arahan RTRW Provinsi Jawa Tengah sebagai
berikut:
1) Kawasan yang memberi perlindungan terhadap kawasan bawahannya meliputi:
a) Kawasan hutan lindung yang dikelola oleh negara;
b) Kawasan lindung yang dikelola oleh masyarakat; dan
c) Kawasan resapan air.
2) Kawasan perlindungan setempat meliputi:
a) Kawasan sempadan sungai dan saluran irigasi;
b) Kawasan sekitar mata air; dan
c) Kawasan ruang terbuka hijau.
3) Kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam, dan kawasan cagar budaya yaitu Kawasan
cagar budaya dan ilmu pengetahuan
4) Kawasan rawan bencana alam meliputi:
a) Kawasan rawan banjir;
b) Kawasan rawan tanah longsor;
c) Kawasan rawan kekeringan;
d) Kawasan rawan angin topan
5) Kawasan lindung lainnya yaitu Kawasan perlindungan Plasma Nutfah di daratan.
b. Kawasan Budidaya :
Kawasan budidaya Kabupaten Kudus berdasarkan arahan RTRW Provinsi Jawa Tengah sebagai
berikut:
1) Kawasan hutan produksi, meliputi :
a) Kawasan hutan produksi tetap; dan
2) Kawasan hutan rakyat
3) Kawasan peruntukan pertanian, meliputi :
a) Kawasan pertanian lahan basah; dan
b) Kawasan pertanian lahan kering.
4) Kawasan peruntukan peternakan, meliputi :
a) Kawasan peruntukan peternakan besar dan kecil; dan
b) Kawasan peruntukan peternakan unggas.
5) Kawasan peruntukan perikanan yaitu lahan perikanan budidaya air payau, perikanan
budidaya air tawar, dan perikanan budidaya air laut.
6) Kawasan peruntukan pertambangan, yaitu Kawasan pertambangan mineral logam, bukan
logam, batuan dan batubara terletak di kawasan Gunung Muria dan kawasan Pegunungan
Kendeng Utara.
7) Kawasan peruntukan industri meliputi:
a) wilayah Industri/kawasan peruntukan industri; dan
b) kawasan industri.
8) Kawasan peruntukan pariwisata yaitu kawasan pengembangan Pariwisata B Koridor
Semarang-Demak-Kudus (Komplek Masjid Menara Kudus, Museum Kretek dan Komplek
Makam Sunan Muria)-Jepara-Pati-Rembang-Blora dengan pusat pengembangan di Kota
Semarang.
9) Kawasan peruntukan permukiman, meliputi :
a) Kawasan permukiman perdesaan; dan
b) Kawasan permukiman perkotaan.
3. Kawasan strategis provinsi
a. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi yaitu kawasan perkotaan
Juwana-Jepara-Kudus-Pati (Wanarakuti);
b. Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya yaitu Kawasan Menara Kudus dan
Gunung Muria serta Kawasan permukiman tradisional Samin;
c. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pendayagunaan sumberdaya alam dan/atau teknologi
4. Indikasi program bidang Cipta Karya
Indikasi program dalam Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 – 2029 yang terkait dengan
Bidang Cipta Karya dan Penyusunan RPI2-JM Kabupaten Kudus sebagai berikut :
a. Pengembangan Permukiman
Indikasi program bidang Cipta Karya dalam perwujudan pengembangan kawasan permukiman,
meliputi :
1) Pengendalian dan pengembangan kawasan permukiman perkotaan dan perdesaan, yaitu :
a) Identifikasi dan inventarisasi perumahan dan permukiman kumuh;
b) Peningkatan kualitas permukiman;
c) Penataan bangunan dan lingkungan;
d) Relokasi permukiman di kawasan rawan bencana.
2) Pengembangan permukiman perkotaan dan perdesaan
a) Peremajaan permukiman kumuh;
b) Penyediaan perumahan dan permukiman layak huni;
c) Pengembangan infrastruktur, sarana dan prasarana permukiman di kawasan perdesaan;
d) Pengembangan infrastruktur, sarana dan prasarana permukiman di kawasan perkotaan.
e) Pengembangan rumah susun di kawasan perkotaan
b. Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)
Indikasi program bidang Cipta Karya dalam perwujudan pengembangan SPAM, meliputi :
1) Pembangunan bendungan di sungai-sungai yang potensial sebagai upaya memperbanyak
tampungan air bagi keperluan cadangan air baku;
2) Pembangunan jaringan air bersih perpipaan di kawasan perkotaan;
3) Pembangunan jaringan perpipaan mandiri di perdesaan dari sumber air tanah dan air
permukaan.
c. Penyehatan Lingkungan Permukiman (Air Limbah, Persampahan, dan Drainase)
Indikasi program bidang Cipta Karya dalam perwujudan pengembangan Penyehatan Lingkungan
Permukiman (Air Limbah, Persampahan, dan Drainase) , meliputi :
a) Tempat pemrosesan akhir sampah lokal direncanakan di setiap kabupaten yang diluar
wilayah pelayanan tempat pengelolaan akhir sampah regional yang berada di
metropolitan;
b) Pembangunan tempat pemrosesan sementara di lokasi-lokasi strategis.
2) Prasarana air limbah
a) Penyediaan sistem pengolahan limbah cair domestik sesuai kebutuhan pada kawasan
perkotaan
b) Pembangunan tempat pengolahan limbah industri Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
c) Pembangunan IPAL dan IPLT di kawasan perkotaan di tiap kabupaten/kota.
3) Prasarana drainase
a) Pengembangan sistem drainase terpadu di seluruh ibukota kabupaten/kota
b) Pengembangan sumur resapan di tiap bangunan.
3.4. Arahan RTRW Kawasan Strategis Nasional (KSN)
Sesuai dengan arahan pada Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional, Kawasan Strategis Nasional (KSN) adalah wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan
negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk
wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia. Penetapan Kawasan Strategis Nasional dilakukan
berdasarkan beberapa kepentingan, yaitu:
1. pertahanan dan keamanan
2. pertumbuhan ekonomi
3. sosial dan budaya
4. pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi
5. fungsi dan daya dukung lingkungan hidup
Dalam penetapan lokasi Kawasan Strategis Nasional berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang