• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkiraan Umur Kerja Struktur Daun Baling Baling Kapal Berdasarkan Kuat Tariknya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perkiraan Umur Kerja Struktur Daun Baling Baling Kapal Berdasarkan Kuat Tariknya"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Perkiraan Umur Kerja Struktur Daun Baling – Baling

Kapal Berdasarkan Kuat Tariknya

Wibowo HN

Marine Structural Monitoring / Hydroelasticity Group UPT - Balai Pengkajian Penelitian Hidrodinamika BPPT

Tlp (031)5948060 (B), 0817315759(HP), Fax: (031)5948066, e-mail: bowo02@yahoo.com

Jln Hidrodinamika (kampus ITS) Sukolilo Surabaya , Indonesia 60112

Abstraksi

A case study of predicting fatigue life of a propeller is presented on this paper . The propeller is for the traditional boat at South Sumatera Province. The material of the propeller is made from Manganese bronze. Tensile test was conducted at Material Strength and Construction Laboratory – ITS to ensure that the working stresses of the propeller blade are below the ultimate stress of the casting material. However, since the propeller blade is not just experiencing a static load but also a fluctuating stress a prediction life by making use of tensile test data is required provided that a fatigue test is not available. This paper reports the application of the useful rough formula of predicting fatigue life to the propeller blade in which the diagram of S-N fatigue life can be produced.

Kata kunci : Baling – Baling, kuat tarik, Manganese Bronze, fatigue- life

1. PENDAHULUAN

Penggunaan penggerak kapal secara mekanis telah dimulai pada akhir abad ke delapan belas yang hingga kini telah diketahui ada bermacam-macam bentuk penggerak kapal

yang digunakan. Pada umumnya kelompok baling-baling (screw propeller) lebih banyak

digunakan oleh berbagai jenis kapal, mulai dari kapal pengangkut barang/kontainer, kapal penangkap ikan, hingga kapal-kapal perang. Kelompok baling-baling ini dapat terdiri dari satu atau banyak baling-baling yang digunakan, bekerja di dalam suatu selubung atau terowongan, maupun baling-baling yang bekerja setengah tercelup Untuk itu baling-baling dibuat berdasarkan persyaratan-persyaratan tertentu dan butuh penanganan yang serius

dan penuh ketelitian.Pembuatan baling-baling merupakan perpaduan antara seni (art) dan

teknologi. Baling-baling dengan kualitas yang baik diperoleh dari hasil rangkaian proses disain untuk menghasilkan kecepatan kapal dan efisiensi baling-baling yang maksimum sampai dengan proses manufaktur (pembuatan cetakan dan pengecoran). Untuk menghasilkan baling-baling dengan kualitas yang baik, tidak terlepas dari pemilihan bahan baku coran yang baik dan dilakukan dengan proses manufaktur yang sesuai dan benar.

Masalah yang sering muncul adalah terjadinya keropos (porosity), retak (crack), atau

karakteristik daun baling-baling yang tidak sama: ketinggian daun, bentuk daun, lebar daun, dan lain-lain.

Oleh karena hal – hal di atas maka ada perlunya kita menguji kekuatan spesimen hasil

coran baling – baling untuk diketahui layak tidaknya dipakai pada suatu kapal. Pengujian kekuatan sebaiknya tidak hanya mempertimbangkan beban statiknya ( dalam hal ini kuat tariknya) tetapi juga karena beban dinamisnya ( umur fatigue). Pada paper ini akan

ditunjukkan bagaimana diagram S – N fatigue life dapat dihasilkan dengan menggunakan

(2)

2. DASAR TEORI

Pada daun baling - baling kapal, tegangan yang disebabkan oleh gaya sentrifugal merata kesegala arah dan biasanya sangat kecil maka hanya tegangan bending yang diakibatkan

oleh gaya dorong (thrust) dan torsi yang dipertimbangkan. Tegangan – tegangan ini

bekerja berulang pada baling – baling kapal secara periodis. Beban yang berulang ini

dapat menyebabkan kerusakan fisik secara mikrokospik terhadap materialnya. Walaupun

beban yang dialami oleh baling – baling ini dibawah tegangan maksimum dari material

baling – baling TS, kerusakan skala mikrokospik ini dapat tertumpuk dengan

menerusnya beban yang berulang tersebut sehingga dapat terbentuk keretakan yang

akhirnya daun baling – baling dapat patah. Peristiwa kerusakan dan kegagalan struktur

baling – baling karena berulangnya beban disebut dengan kelelahan (fatigue). Dalam

penentuan umur pakai dari baling – baling kapal harus diketahui dahulu tegangan yang

bekerja pada daun baling – baling kapal. Selanjutnya dilakukan uji tarik terhadap material coran dari baling – baling kemudian dari data – data uji tarik dan dilakukan perhitungan perkiraan umur pakai dari baling – baling tersebut.

2.1. Perhitungan Tegangan Kerja Baling – Baling Kapal

Report TMB1no 919 memberikan metoda pendekatan berdasarkan teori balok sederhana

(simple beam theory) untuk mendapatkan nilai tegangan yang bekerja pada sebuah daun

baling – baling. Metoda ini digunakan untuk memudahkan pengerjaan perhitungan dari

setiap potongan geometris daun baling – baling. Yang ditampilkan disini hanya persamaan – persamaan yang diperlukan. Untuk mendapatkan tegangan bending ini, maka perlu dihitung terlebih dahulu momen bendingnya. Momen ini terbagi atas dua komponen yang pertama adalah Mxo momen ini merupakan momen terhadap sumbu yang sejajar dengan garis nose – tail dari potongan daun, sedangkan Myo merupakan momen terhadap garis tegak lurus dari sumbu tersebut.

Kedua sumbu tersebut melalui titik pusat gaya dari potongan daun (perhatikan Gb 5) jika

sudut pitch adalah , dan momen yang terjadi dari gaya dorong MTb, dan dari gaya torsi

MQb semuanya diketahui , maka momen bending terhadap sumbu xo dan yo dapat ditulis

sebagai berikut:

sin cos Qb Tb xo M M M   [ 1 ]

cos sin Qb Tb yo M M M   [ 2 ]

Momen yang berasal dari gaya dorong MTb dan dari gaya torsi MQb dapat dihitung dari

distribusi gaya dorong dan torsi yang diperoleh dari teori sirkulasi. Persamaan untuk kedua momen ini pada rancangan baling – baling dengan “ wake adapted” adalah:

Sebagai berikut:



dx

dx

dC

x

x

V

z

R

M

Tsi i xh Tb

tan

1

2

1 0 2 3

[ 3 ]

(3)



dx

dx

dC

x

x

V

z

R

M

Tsi i xh Qb

tan

2

1 0 2 3 [ 4 ] dimana :

x0 = jari – jari tak berdimensi untuk potongan daun baling – baling(r/R)

 = massa jenis air laut

R = jari – jari baling – baling z = jumlah daun baling - baling

I = sudut hidrodinamika (dari rancangan baling – baling )

 = rasio gaya tahanan/angkat

CTsi = koefisien gaya dorong(thrust) di aliran tak kental berdasarkan kecepatan kapal

V = kecepatan kapal

Jika Ixo dan Iyo adalah momen inersia terhadap sumbu Xo dan Yo, maka tegangan dari setiap potongan daun baling – baling dapat dihitung dengan persamaan di bawah ini: Tegangan pada “ leading edge” =

yo yo xo xo

I

M

x

I

M

y

1

1

[ 5 ]

Tegangan pada ‘ trailing edge” =

yo yo xo xo

I

M

x

I

M

y

2

2

[ 6 ]

Tegangan pada “ back at point of maksimum” =

yo yo xo xo

I

M

x

I

M

y

3

3

[ 7 ]

Tanda positip dari nilai tegangan menunjukkan kuat tarik sedangan tanda negatip menunjukkan kuat tekan. Seperti ditunjukkan pada Gb. 5, dimana x1, x2, x3 , adalah absis dari “ nose, tail, dan titik maksimum ketebalan dan dimana y1, y2, y3 , merupakan titik ordinatnya.

2.1. Perhitungan Prediksi Umur Pemakaian Baling – Baling Kapal

Untuk membuat diagram fatigue S – N dari daun baling – baling diasumsikan adalah

bahan ductile maka harus ditentukan besar tegangan kerja pada batas ketahanan dengan

rumus2 :

C

C

C

S

n L G S n

S

' ( 8 ) dimana

S’n = batas ketahanan R. R. Moore, Perlu untuk diperhatikan bahwa untuk bahan logam

besi batas ketahanan(endurance limit) dari R. R. Moore2 sampai pada N = 106 cycles

sedangkan untuk logam diluar besi umumnya dapat dipakai nilai N = 108 cycles atau N = 5

x 10 8 cycles, untuk besi (steel ) rasio kuat fatigue 106 cycles terhadap kuat tarik statis

berkisar antara 0,45 dan 0,65 sedangkan untuk paduan tembaga( termasuk brasses,

bronzes, cupronikckel, rasio kuat fatigue 108 cycles terhadap kuat tarik statis berkisar

antara 0,25 dan 0,5)

(4)

CG = faktor gradien stress, hal ini berhubungan dengan asumsi spesimen fatiguenya

CS = faktor permukaan, khusus untuk faktor permukaan logam untuk logam besi dapat

dilihat pada Gambar 2, sedangkan untuk material logam lain gambar tersebut dapat dipakai sebagai acuan

Selanjutnya dihitung peak alternating stress untuk beban bending yakni S = 0,9 x Kuat

tarik pada N = 103 cycles

Secara umum pemakaian faktor – faktor di atas dipengaruhi oleh kondisi beban yang

bekerja apakah dalam arah bending, axial atau torsi, hal ini dapat didekati pada Tabel 1.

3. PENERAPAN

Contoh perhitungan dilakukan untuk umur pemakaian dari baling – baling jenis kapal

tradisional di propinsi Sumatera Selatan hasil rancangan penulis. Rancangan dari baling –

baling ini di tujukkan pada Gb. 13,5. Data – data teknis dari baling – baling ini di tunjukkan

pada Tabel 13,5

.

Uji tarik baling – baling kapal ini dilakukan di Laboratorium Uji Konstruksi dan Kekuatan di T. Perkapalan ITS. Untuk uji tarik spesimen di buat dari material manganese bronze hasil pengecoran baling baling ini. Spesifikasi batang uji menggunakan JIS Z 2201. Batang uji ini diperlihatkan pada Gambar 6. Peralatan yang dipakai untuk uji tarik ini adalah Universal Testing Machine “MFL System, UPD – 20”, dangan kapasitas 200KN. Pengujian dilakukan dengan melakukan penarikan secara perlahan hingga putus terhadap batang uji (perhatikan Gb 7). Hasil perhitungan yang menunjukkan tegangan yang terjadi pada pada

masing – masing potongan daun dikombinasikan hasil dari Uji Tarik ditampilkan pada

Tabel 37 .

Dari hasil yang diperlihatkan pada Tabel 3, dilakukan perhitungan berdasarkan

persamaan ( 8 ) dan Tabel 1 untuk didapatkan diagram S – N nya. Langkah –

langkahnya adalah sebagai berikut : (1) Dari Tabel 1 peak alternating strengh untuk N =

103 cycles adalah untuk beban bending yang terjadi pada baling – baling kapal adalah S

= 0,9 x Kuat Tarik = 0,9 x 19,625 ksi = 17,663ksi. (2) Untuk N = 108 cycles pada beban

bending digunakan persamaan (8) dengan koefisien CL = 1 dan CG = 1 ( lihat Tabel 1) dan

CS = 1 ( lihat Gb 2), sehingga didapat hasil perhitungan Sn = 7. 85 ksi. S – N diagram

yang di hasilkan di tunjukkan pada Gambar 8.

4. ANALISA DAN DISKUSI

Uji kuat tarik menunjukkan kualitas dari logam yang dihasilkan oleh proses pengecoran.

Menarik untuk diperhatikan bahwa hasil dari uji tarik material baling – baling masih

menghasilkan nilai lebih tinggi dari hasil teoritis mengingat hasil pengecoran sangat buruk dimana “porosity” banyak terjadi (perhatikan Gb. 7) . Porosity yang terjadi dapat dimaklumi karena merupakan hasil pengecoran dari masyarakat pedesaan dimana teori pengecoran logam tidak begitu dipahami. Pada perhitungan luas penampang dari spesimen uji tarik maupun tekan pengaruh porosity ini dianggap mengurangi luasan pembebanan sebesar

20%. Pada perhitungan yang menghasilkan momen bending pada masing – masing

daunnya sehingga dari sini akan tercipta tegangan normal yang bekerja pada luas penampang irisan daun ( lihat persamaan 5, 6 dan 7). Jika Tabel 3 diperhatikan maka

(5)

tegangan kerja maksimum yang lebih dari setengah kuat tarik material, hal ini menyebabkan perhitungan umur pakai dari baling – baling ini sebaiknya dilaksanakan.

Diagram S – N pada Gambar 8 menunjukkan jika baling – baling kapal bekerja pada

tegangan kerja maksimumnya sebesar 11,151 ksi ( lihat Tabel 3) maka N – life nya adalah

6,5 x 107 cycles. Sehingga jika baling – baling berputar sebesar 550 rpm ( lihat Tabel 2)

dan sebagai contoh kapal ini beroperasi selama 10jam setiap harinya, maka umur pakai

dari baling – baling dapat diprediksi selama

10

60

550

10

5

.

6

7

197 hari. Asumsi ini adalah jika kapal tradisional ini berlayar terus menerus selama 10 jam terus menerus dengan kecepatan maksimum, tentu umur propeller dapat menjadi lebih lama jika kecepatan putar maksimum baling – baling tidak selalu dipergunakan.

5. KESIMPULAN

Secara umum makalah ini menunjukkan pembuatan diagram S – N yang mudah dan

sederhana dari material baling – baling kapal berdasarkan data uji tariknya. Sehingga

dengan memasukkan tegangan kerja maksimum baling – baling kapal pada diagram S – N ini umur pakai dari baling – baling kapal tersebut dapat diperkirakan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Eckhardt M.K Lieut. Comm, Morgan W.B,” A Propeller Design Method “, Paper

presented at the Annual Meeting, New York, NY., November 9-12, 1955, The Society of Naval Architects and Marine Engineers

2. Juvinal R C and Marshek K M,” 2nd Fundamentals of Machine Component

Design”, Chapter 8 pp 257-302 , John Willey & Son

3. Sahlan PA, Wibowo HN, Teddy SS, “ Teknik dan Prosedur Pembuatan Baling

Baling Kapal” Laporan Teknis UPT BPPH BPPT (2004)

4. Symonds J,” Mechanical Properties of Material,” Marks’ Standard handbook for

Mechanical Engineers, 9th edition McGraw – Hill Book Company (1987)

5. Wibowo HN & Sahlan RB,” Analisa Kekuatan Rancangan Baling-Baling Kapal

Ikan Tradisional untuk daerah perairan pesisir Kabupaten OKI, Sumatera Selatan (Sebuah Kajian Teoritis dan Eksperimental), Sem-Nas Pemberdayaan Masyarakat Pesisir UHT( Mei 20005)

6. Wibowo H.N, O, Samudro,” On The Fatigue Analysis of Mooring Lines in

Irregular Wave, Published and Presented for 4th Regional Conference of Marine Technology 2004,on 7 & 8 September 2004 at Johor, Malaysia

7. Wing H,” Report on Result No: 03382/PT.12.LK/K/P/20005/PDT Baling – Baling

OKI, Sumatera Selatan, UPT – BPPH, Surabaya”, Lab. Konstruksi & kekuatan

(6)

Gambar 1. Properti geometris dari sebuah penampang daun baling – baling

Tabel I. Faktor kuat fatigue untuk bahan

ductile

Gambar. 2 Faktor Permukaan dari Logam

Gb. 3. Rancangan baling – baling ” wake adapted”

Tabel 2. Data teknis baling – baling

Gambar 4. Baling – baling Hasil Rancangan Penulis

Gambar 6. Batang uji material hasil pengecoran baling – baling pada Universal

(7)

Gambar 7. Hasil uji tarik hingga putus

Tabel 3. Tegangan Kerja Maksimum Daun Baling – Baling & kuat tarik material corannya S - N Diagram 1.00E+03, 1.77E+01 6.51E+07, 1.12E+01 1.00E+08, 7.85E+00 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 0.00E +00 2.00E +07 4.00E +07 6.00 E+0 7 8.00E+0 7 1.00 E+ 08 1.20E +08 Life N (cycles) P e a k a lt e rn a ti n g s tr e s s S ( k s i)

Gambar

Tabel 2. Data teknis baling – baling
Tabel  3.  Tegangan  Kerja  Maksimum  Daun  Baling  –  Baling  &  kuat  tarik  material  corannya  S - N Diagram1.00E+03, 1.77E+01 6.51E+07, 1.12E+01 1.00E+08, 7.85E+00024681012141618200.00E+002.00E+074.00E+076.00E+078.00E+071.00E+081.20E+08Life N (cycles)Peak alternating stress S (ksi)

Referensi

Dokumen terkait

hasil analisis data didapatkan bahwa pemberian berbagai bentuk sediaan daun pegagan baik dalam bentuk ekstrak, daun segar, maupun bentuk air rebusan mampu menurunkan

pala yang digunakan dalam penelitian ini tidak dilihat dari sejak penyerbukan dan pembentukan bunga pala namun dengan teknik pengelompokan awal secara fisik

Dari hasil kajian dengan menggunakan metode Bootstrap Aggregating (Bagging) regresi logistik biner diperoleh tiga variabel prediktor yang berpengaruh signifikan terhadap

mencapai 46 , 96, yang berarti kemampuan rata-rata siswa hanya mencapai 47% dari kemampuan yang dipersyaratkan, (3) antara siswa Sekolah Dasar Negeri Kota dengan siswa

Kementrian pengabdian masyarakat BEM Universitas Airlangga tergerak untuk memberikan penghargaan sebagai bentuk apresiasi tertinggi kepada insan-insan pengabdi

Dari atribut-atribut utama tersebut, atribut Sekolah, Pilihan, Jekel, RTSTTB, dan RTUAN yang terkait langsung dengan pribadi dan latar belakang akademis mahasiwa

1) Semester I Kelas VIII, menurut hasil tela‟ah kelompok kami pada semester I kelas VIII terdapat kurangnya penjelasan pada Bab I semester I yaitu dengan materi beriman kepada

Sehingga, bertambah sakralah penyajian tembang sunda cianjuran ketika menyajikan lagu tersebut Selain itu, teknik kaut'lebih banyak ditemukan dalam tabuhan